Oleh:
NIM. P 17420512028
MEI, 2015
LAPORAN KASUS
Oleh :
NIM. P 17420512028
MEI, 2015
KATA PENGANTAR
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan puji syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat
Caesarea Atas Indikasi Fetal Distress Pada Ny. L Di Bangsal Mawar Rumah
syarat mata kuliah tugas akhir program pada program studi D3 Keperawatan
Magelang.
hambatan, tetapi berkat arahan dan bantuan dari beberapa pihak maka proposal ini
dapat diselesaikan. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
Kemenkes Semarang
Keperawatan Magelang
6. Ns. Tulus Puji Hastuti, S. Kep, M.Kes, penguji karya tulis ilmiah ini
7. Dosen- dosen pengampu yang senantiasa mendukung dan membimbing.
10. Wahyu Dwi Prastiyo yang senantiasa memberikan semangat serta doanya.
11. Pihak– pihak lain yang berhubungan langsung maupun tak langsung dalam
penulisan laporan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis sangat menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun. Harapan penulis semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
1. Pengertian .................................................................................... 7
2. Klasifikasi .................................................................................... 8
3. Etiologi ........................................................................................ 9
4. Komplikasi .................................................................................. 14
1. Pengertian .................................................................................... 17
2. Etiologi ........................................................................................ 17
3. Klasifikasi .................................................................................... 18
5. Patofisiologi ................................................................................. 18
6. Pathway ....................................................................................... 20
7. Penatalaksanaan ........................................................................... 22
1. Pengertian .................................................................................... 24
1. Pengkajian ................................................................................... 35
3. Diangnosa .................................................................................... 38
4. Perencanaan ................................................................................. 42
5. Evaluasi ....................................................................................... 49
1. Biodata ......................................................................................... 50
2. Pengkajian ................................................................................... 51
4. Perencanaan ................................................................................. 56
5. Pelaksanaan ................................................................................. 57
6. Evaluasi ....................................................................................... 67
A. Pembahasan ................................................................................ 72
B. Simpulan ..................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.2 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi .................. 25
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
PENDAHULUAN
(spontan) dan persalinan Caesar atau sectio caesarea yaitu tindakan operasi
untuk mengeluarkan bayi dengan melalui insisi pada dinding perut dan
dinding rahim dengan syaraf rahim dalam keadaan utuh serta berat janin
dengan insisi melalui abdomen dan uterus (David, 2008). Dewasa ini cara
ini jauh lebih aman daripada dahulu berhubung dengan adanya antibiotika,
transfusi darah, tehnik operasi yang lebih sempurna, dan anestesia yang
lebih baik. Seorang ibu yang telah mengalami pembedahan itu merupakan
seorang yang memiliki parut dalam uterus, dan tiap kehamilan serta
bahaya ruptur uteri, walaupun bahaya ini dengan tehnik yang sempurna
Data statistik dari 3509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh Peel
panggul (21%), gawat janin (14%), plasenta previa (11%), pernah sectio
caesarea (11%), kelainan letak (10%), incoordinate uterine action (9%) dan
pre-eklamsia dan hipertensi(7%) dengan angka kematian ibu sebelum
dikoreksi 17‰ dan sesudah dikoreksi 0,58‰, sedang kematian janin 14,5%.
Pada 774 persalinan yang kemudian terjadi, terdapat 1,03% ruptur uteri
(Wiknjosastro, 2008).
hanya sekitar 10-15 % dari jumlah total kelahiran. Anjuran WHO tersebut
angka tersebut lebih kecil yaitu 0,05% - 0,1% ( Depkes RI, 2013).
sekitar 30-80% dari total persalinan. Beberapa kerugian dari persalinan yang
dijalani melalui bedah Caesar, yaitu adanya komplikasi lain yang dapat
terjadi saat tindakan bedah Caesar dengan frekuensi diatas 11%. Antara lain
cedera kandung kemih, cedera rahim, cedera pada pembuluh darah, cedera
pada usus, dan infeksi yaitu : infeksi pada rahim endometritis dan infeksi
sectio caesarea lebih tinggi, yakni sekitar 27,3 per 1.000 persalinan, di
2013).
dari 1232 persalinan selama tahun 2014. Indikasi dari sectio caesarea antara
lain plasenta previa 5,12%, DKP 10,24%, letak sungsang 8,69%, letak
lintang 3,34%, KPD 5,12%, partus tak maju 1,34%, Pre eklamsia/eklamsia
11,58%, VE gagal 1,56%, pacuan gagal 8,24%, rupture uteri 0,89%, gameli
lilitan tali pusat 0,22%, janin besar 2,45%, riwayat obstetri jelek 2,00%,
jangka panjang meningkat pada ibu yang melahirkan melalui seksio sesarea
jika dibandingkan dengan pelahiran per vagina normal. Resikonya adalah
sebelumnya dan mungkin saja terjadi pada ibu hamil yang diidentifikasi
rumah sakit rujukan secara optimal dan tepat waktu. Begitu juga dengan
TEMANGGUNG”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
data objektif dan data subjektif pada pasien post sectio caesarea.
sectio caesarea.
C. Manfaat Penulisan
pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SECTIO CAESAREA
1. Pengertian
pada kasus ruptur uteri atau pada kasus kehamilan abdomen (Rasjidi,
2009).
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan saraf
rahim dalam keadaan utuh serta berat diatas 500 gram (Mitayani, 2009).
2005).
dalam rahim dengan membuat insisi pada dinding abdomen dan dinding
jenis:
1) Keunggulan
2) Kekurangan
1) Kelebihan
spontan.
3. Etiologi
sebagai berikut:
a. Faktor Janin
Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby),
janin besar, janin dengan berat badan kurang (<2.5 kg), lahir
a) Letak sungsang
arah jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang
satu dan bokong pada posisi yang lain. Pada umumnya, bokong
sementara bahu berada pada bagian atas panggul. Hal ini dapat
4) Janin Abnormal
5) Faktor Plasenta
a) Plasenta Previa
c) Plasenta accrete
d) Vasa Previa
Keadaan pembuluh darah dibawah rahim yang apabila dilewati
membahayakan ibu.
atau tali pusat sudah berada dibawah jalan lahir sebelum bayi.
Lilitan tali pusat ketubuh janin akan berbahaya jika kondisi tali
pada ibu yang hamil kembar karena stress. Bayi kembar dapat
b. Faktor Ibu
1) Usia
2) Tulang panggul
ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
pervagina, seperti janin tidak maju, tidak bisa lewat panggul, atau
letak lintang.
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku
tidak terdorong dan tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar.
6) Ketuban pecah dini (KPD)
proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di
4. Komplikasi
1) Infeksi puerperal
hari dalam masa nifas; atau bersifat berat, seperti peritonitis, sepsis,
dan sebagainya. Infeksi post operatif terjadi apabila sebelum
sebelumnya).
2) Perdarahan
Tabel 2.1
Efek seksio sesarea dibandingkan dengan persalinan pervaginam pada
ibu dan bayinya
Meningkat pada seksio Tidak berbeda Berkurang pada
sesarea setelah seksio seksio sesarea
sesarea
a. Nyeri abdomen a. Perdarahan a. Nyeri
perineum
b. Perlukaan vesika b. Infeksi
urinaria b. Inkontinensia
c. Perlukaan organ urin
c. Perlukaan uterus genital
c. Prolaps
uretrovaginal
Tabel 2.1 (Lanjutan)
1. Pengertian
(Manuaba, 2007).
mengalami hipoksia. Situasi ini dapat terjadi kronik (dalam waktu lama)
c. Gawat janin adalah bradikardi janin secara persisten yang apabila tidak
serta kematian.
2. Etiologi
terlentang
3) Solusio plasenta
lama)
1) Penyakit hipertensi
2) Penyakit DM
3. Manifestasi klinis
Adalah gawat janin yang timbul karena tindakan medik atau kelainan
penolong.
4. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul jika janin mengalami fetal distress yaitu:
a. Asfiksia
5. Patofisiologi
2005).
Indikasi dilakukannya sectio caesarea dapat disebabkan dari faktor
ibu dan faktor janin. Faktor ibu yaitu usia , tulang panggul, persalinan
Sedangkan dari faktor janin antara lain bayi terlalu besar, kelainan letak
bayi, ancaman gawat janin (fetal distress), janin abnormal, faktor plasenta,
saraf disekitar daerah insisi terputus. Sehingga akan terjadi luka post
resiko tinggi masuknya kuman atau bakteri dari luar tubuh yang akan
kehilangan darah lebih dari 1000 ml. Dalam hal ini perdarahan terjadi
pada placental bed akibat atoni uteri. Komplikasi pada bayi dapat
Indikasi sectio
caesarea
Sectio caesarea
MK: Kerusakan
Mobilitas Fisik MK: Resiko
Infeksi
a. Analgetik
b. Tanda-tanda vital
Kateter dapat dilepas setelah 12 jam post operasi, bising usus terdengar
normal atau aktif setelah hari ketiga. Gejala kembung dan nyeri akibat
inkoordinasi gerak usus dapat menjadi gangguan pada hari kedua dan
keluhan pasien.
e. Perawatan luka
Luka insisi diinspeksi tiap hari, dan jahitan atau klip pada kulit dapat
h. Mobilisasi
Sedapat mungkin ibu pasca operasi caesar aktif bergerak jika dirasakan
bahu dan lengan tangan saat berbaring. Untuk posisi miring kekanan
dan kekiri juga sudah boleh dilakukan dengan bantuan tenaga medis
setelah 6-8 jam. Pada pembiusan regional belajar duduk perlu hati-hati
agar tidak pusing dan dilakukan dengan bantuan bidan atau perawat.
Sekitar 8 jam pascaoperasi, ibu sudah boleh mulai belajar duduk, dan
i. Laboratorium
1. Pengertian
c. Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6-8
minggu.
Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut Saleha (2009) adalah
sebagai berikut:
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, lokea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu
a. Adaptasi Psikologis
hari ke-10.
3) Fase Letting Go
b. Adaptasi Fisiologi
meliputi:
a) Involusi Uterus
Rupture uteri semacam ini lebih sering terjadi pada luka bekas
Tabel 2.2
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi TFU Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat, 2 jari dibawah 1.000 gram
pusat
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 500 gram
6 minggu Normal 50 gram
8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gram
Sumber: Marmi (2014)
datang.
c) Lochea
menjadi 4 jenis :
pascapersalinan.
versi yang lebih pucat dari lokea rubra. Lokea ini berbentuk
d) Perubahan Ligamen
yang berdarah atau robekan yang lebih besar dari 1 cm, robekan
2) Rasa nyeri
akan menimbulkan rasa sakit atau perih pada hari pertama, setelah
efek pembiusan telah hilang. Namun biasanya rasa sakit itu akan
(Rasjidi, 2009).
a) Nafsu Makan
(Cunningham, 2012).
b) Motilitas
c) Usus
setelah pembedahan.
6) Produksi ASI
bisa dinikmati bayi dan bayi tidak dapat segera menyusui begitu ia
a) Oksitosin
b) Prolaktin
(Saleha, 2009).
partus dapat naik ±0,50C dari keadaan normal, namun tidak akan
(Saleha, 2009).
Nadi berkisar antara 60-80 kpm setelah partus dan dapat terjadi
c. Tekanan Darah
anestesi.
10) Mobilisasi
Ibu tetap berada diranjang selama 6-8 jam pertama stelah operasi
pencernaan kembali normal. Ibu mulai dapat duduk pada jam ke-8
sampai ke-12 post SC. Setelah 24 jam, ibu dapat mencoba berjalan.
D. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus
Tinjau ulang catatan pranatal dan intranatal dan adanya indikasi untuk
kelahiran sesaria.
b. Sirkulasi
c. Integritas ego
d. Eliminasi
Kateter mungkin terpasang, urin jernih pucat, bising usus tidak ada,
samar atau jelas, perasaan penuh atau tekanan pada rektum, nyeri saat
kering dan keras, dan padat. Massa abdomen, feses cair, disuria,
resistensi.
meningkat.
f. Neurosensori
g. Nyeri/ketidaknyamanan
tidur.
h. Pernapasan
i. Keamanan
parenteral bila digunakan, paten dan bebas eritema, bengkak dan nyeri
tekan.
j. Seksualitas
k. Pembelajaran/penyuluhan
l. Pemeriksaan Diagnostik
Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht): mengkaji
2. Pemeriksaan Fisik
antara lain:
infeksi.
3. Diagnosa Keperawatan
ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat
diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan (Nanda, NIC NOC,
2011).
1) Subjektif
isyarat.
2) Objektif
aktif
cairan saja tanpa perubahan kadar natrium (Nanda, NIC NOC, 2011).
1) Subjektif
Haus
2) Objektif
Perubahan stasus mental, penurunan turgor kulit dan lidah,
kelemahan.
NOC, 2011).
pengeluaran feses yang sulit atau pengeluaran feses yang sangat keras
1) Subjektif
Nyeri abdomen, nyeri tekan pada abdomen dengan atau tanpa
2) Objektif
feses yang kering, keras, dan padat, bising usus hipoaktif atau
1) Subjektif
Disuria, urgensi
2) Objektif
1) Subjektif
2) Objektif
dipayudara ibu, rewel dan menangis dalam waktu satu jam setelah
1) Subjektif
4. Intervensi Keperawatan
Tujuan/Kriteria evaluasi(NOC):
NIC:
faktor presipitasinya.
ketidaknyamanan
5) Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa
prosedur
mengurangi nyeri
aktif
Tujuan/kriteria evaluasi(NOC):
NIC:
elektrolit
3) Pantau perdarahan
cairan
NIC:
menyebabkan infeksi
NIC:
perawatan diri.
berat ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada darah didalam
dan mengejan
NIC:
defekasi
perdarahan
dalam diit
kandung kemih
NIC:
5) Rujuk kedokter bila terdapat tanda dan gejala infeksi saluran kemih
diinginkan bayinya
NIC:
asupan cairan.
7) Sediakan informasi tentang keuntungan dan kerugian pemberian
ASI
luas)
NIC:
3. Evaluasi Keperawatan
yang diharapkan.
LAPORAN KASUS
Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 2 Maret 2015, jam 09.00 WIB,
pada klien post sectio caesarea (SC) atas indikasi fetal distress di Ruang Mawar
RSUD Temanggung. Sumber data diperoleh dari wawancara dengan klien dan
A. Biodata Klien
rumah tangga.
beragama Kristen dan saat ini bekerja sebagai karyawan swasta, Tn. L
pada tanggal 28 Februari 2015, jam 22.46 WIB atas rujukan dari bidan. Klien
terdaftar dengan Nomor Rekam Medis : 186079 dan diagnosa medis post
1. Riwayat keperawatan
pengkajian pada tanggal 2 Maret 2015 adalah nyeri pada luka jahitan post
operasi. Riwayat kesehatan saat ini, Ny. L usia 22 tahun G1P0A0 dengan
pada tanggal 28 Februari 2015 jam 22.46 WIB diantar bidan dan
mengalami kemajuan pembukaan selama ±25 jam dengan DJJ janin 100
tindakan sectio caesarea atas indikasi fetal distress dengan jenis anestesi
spinal. Tindakan SC berakhir jam 7.30 WIB dan lahir bayi perempuan
memasuki usia 1 tahun. Ny. L menikah pada usia 21 tahun sedangkan Tn.
T pada usia 22 tahun. Mereka menikah untuk yang pertama kalinya dan
haid 7 hari, siklus haid 28 hari. Banyaknya darah haid sedikit / spoting,
tidak nyeri saat haid dan tidak ada keputihan dengan status HPHT pada
mual, trimester II klien mengatakan mudah capek dan pusing serta pada
2015 jam 07.00 dengan BB 2950 gram, panjang badan 50 cm, lingkar
sebagai berikut :
terasa sakit, klien mengatakan baru berlatih untuk miring, klien tampak
per menit. Makanan dan cairan : A : berat badan sebelum hamil 48 kg,
sesudah hamil 60 kg, tinggi badan 153 cm, B : HB : 11,8 g/dl, C : rambut
hitam, mukosa bibir lembab berwarna merah muda, D : diit TKTP, klien
makan habis ¾ porsi karena sudah terasa kenyang, minum air putih
kurang lebih 8 gelas per hari, anak klien mendapatkan ASI pada sore hari
2015 belum BAB, BAK melalui kateter, warna urin kuning jernih kurang
lebih 700cc/8jam.
anak pertamanya, saat ini pada fase taking hold dimana ibu berusaha
masih nyeri.
mengetahui tentang cara menyusui yang benar, ASI Eksklusif, nutrisi ibu
berwarna hitam, pendek, keriting, tidak rontok. Mata: kedua mata simetris,
tidak ada gangguan penglihatan, sklera tidak ikterik, pupil isokor, dan
conjungtiva merah muda. Hidung dalam keadaan bersih, tidak ada polip.
Mulut tidak ada stomatitis , mukosa bibir lembab, gigi bersih dan tidak
ada karies. Telinga terlihat bersih, tidak ada serumen, tidak ada
human sign negatif dan terpasang infus RL pada tangan kanan, sedangkan
ekstermitas bawah tidak ada udem maupun syanosis, tidak ada varises,
iktus cordis teraba di IC 4 dan IC 5 mid clavicula kiri, terlihat redup dan
bunyi jantung normal. Paru-paru, ekspansi paru kanan dan kiri simetris,
secara vertikal ±10 cm, balutan luka bersih, tidak ada pus, tidak ada
kemerahan dan tidak ada bengkak. Palpasi terdapat nyeri tekan disekitar
luka operasi. Auskultasi bising usus 10 kali per menit. Perkusi perut
timpani.
C. Perumusan Masalah
berikut :
nyeri, tampak menahan nyeri, tampak adanya luka operasi, dan berhati-
luka bersih, balutan tak ada pus, daerah sekitar luka tidak bengkak, tidak
yang benar, ASI Eksklusif, nutrisi ibu menyusui dan perawatan bayi
awitan nyeri, klien melaporkan secara verbal nyeri berkurang, skala nyeri
turun menjadi 1-2 atau bahkan 0, klien tampak rileks, TTV dalam batas
normal. Intervensi yang disusun yaitu Observasi TTV klien, kaji nyeri
terjadi dengan kriteria hasil : luka bersih, luka kering, tak ada tanda
yang disusun adalah Observasi tanda dan gejala infeksi (suhu tubuh,
suhu kulit, lesi kulit, keletihan dan malaise), kaji faktor yang dapat
meningkatkan kerentangan terhadap infeksi, lindungi pasien terhadap
menyusui yang benar, ASI Eksklusif, nutrisi ibu menyusui dan cara
pengajaran yang sesuai, ikut sertakan keluarga atau orang terdekat, bila
perlu.
E. Implementasi
a. Tindakan yang dilakukan pada tanggal 2 Maret 2015 pada pukul 09.00
WIB mengobservasi TTV klien, Jam 9.15 WIB mengkaji nyeri yang
dan pada jam 13.00 WIB kolaborasi dalam pemberian analgesik yaitu
WIB mengobservasi TTV klien, Jam 9.00 WIB mengkaji nyeri yang
dan pada jam 13.00 WIB kolaborasi dalam pemberian analgesik yaitu
c. Tindakan yang dilakukan pada tanggal 4 Maret 2015 pada pukul 07.30
WIB mengobservasi TTV klien, Jam 7.45 WIB mengkaji nyeri yang
dan pada jam 13.00 WIB kolaborasi dalam pemberian analgesik yaitu
d. Tindakan yang dilakukan pada tanggal 6 Maret 2015 pada pukul 08.00
WIB mengobservasi TTV klien, Jam 8.15 WIB mengkaji nyeri yang
dan pada jam 13.00 WIB kolaborasi dalam pemberian analgesik yaitu
a. Tindakan yang dilakukan pada tanggal 2 Maret 2015 pada jam 09.00
WIB adalah mengobservasi tanda dan gejala infeksi. Jam 10.00 WIB
b. Tindakan yang dilakukan pada tanggal 3 Maret 2015 pada jam 08.00
WIB adalah mengobservasi tanda dan gejala infeksi. Jam 09.00 WIB
jam 21.00 WIB penulis kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
c. Tindakan yang dilakukan pada tanggal 4 Maret 2015 pada jam 07.30
WIB adalah mengobservasi tanda dan gejala infeksi. Jam 08.00 WIB
d. Tindakan yang dilakukan pada tanggal 6 Maret 2015 pada jam 08.15
WIB adalah mengobservasi tanda dan gejala infeksi. Jam 10.00 WIB
e. Tindakan yang dilakukan pada tanggal 7 Maret 2015 pada jam 08.00
WIB adalah mengobservasi tanda dan gejala infeksi. Jam 09.00 WIB
pengajaran yang sesuai yaitu cara menyusui yang benar. Jam 12.30
pada jam 12.00 WIB memberikan materi pengajaran yang sesuai yaitu
pengajaran yang sesuai yaitu cara perawatan bayi di rumah. Jam 12.30
pada jam 10.30 WIB memberikan materi pengajaran yang sesuai yaitu
F. Evaluasi
a. Evaluasi yang diambil pada tanggal 3 Maret 2015 jam 07.00 WIB
insisi pembedahan pada tanggal 4 Maret 2015 jam 14.00 WIB adalah
klien mengatakan nyeri pada luka post operasi berkurang, nyeri saat
insisi pembedahan pada tanggal 4 Maret 2015 jam 15.00 WIB adalah
klien mengatakan nyeri pada luka post operasi berkurang, nyeri saat
pemberian analgetik.
insisi pembedahan pada tanggal 6 Maret 2015 jam 14.00 WIB adalah
klien mengatakan sudah tidak nyeri pada luka post operasi, nyeri saat
a. Evaluasi yang diambil pada tanggal 3 Maret 2015 jam 07.00 WIB
yaitu tampak adanya luka bekas operasi vertikal kurang lebih 10 cm,
balutan luka operasi tampak bersih, tidak ada pus, tidak ada
dengan prosedur invasif pada tanggal 4 Maret 2015 jam 14.00 WIB
infeksi seperti rubor, dolor, kalor, tumor dan factiolaesa, suhu 37 °C,
dengan prosedur invasif pada tanggal 4 Maret 2015 jam 15.00 WIB
dengan kondisi luka bersih tidak ada pus, tidak ada tanda-tanda
dengan prosedur invasif pada tanggal 6 Maret 2015 jam 14.00 WIB
kondisi luka bersih tak keluar nanah atau darah, tak ada tanda-tanda
dengan prosedur invasif pada tanggal 7 Maret 2015 jam 14.00 WIB
luka bersih tak keluar nanah atau darah, tak ada tanda-tanda infeksi
seperti rubor, dolor, kalor, tumor dan factiolaesa, suhu 36,6°C, terapi
:hentikan intervensi.
dengan kurang informasi pada tanggal 3 Maret 2015 jam 14.00 WIB
dengan kurang informasi pada tanggal 4 Maret 2015 jam 14.00 WIB
Maret 2015 jam 14.00 WIB yaitu S : klien mengatakan paham dengan
pertahankan intervensi.
BAB IV
A. Pembahasan
Penulis dalam bab ini akan membahas tentang asuhan keperawatan post
sectio caesarea atas indikasi fetal distress pada Ny. L di bangsal Mawar
Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung dimulai dari tanggal 2 Maret 2015
dan evaluasi. Dalam pembahasan ini akan diuraikan tentang kesenjangan yang
evaluasi.
1. Pengkajian
per menit.
anak pertamanya, saat ini pada fase taking hold dimana ibu berusaha
ketakutan, marah, atau menarik diri, tetapi pada Ny. L tidak terjadi
Hal tersebut dapat terjadi karena menurut Sigmun Freud setiap individu
masih nyeri.
mengetahui tentang cara menyusui yang benar, ASI Eksklusif, nutrisi ibu
secara vertikal ±10 cm, balutan luka bersih, tidak ada pus, tidak ada
kemerahan dan tidak ada bengkak. Palpasi terdapat nyeri tekan disekitar
luka operasi. Auskultasi bising usus 10 kali per menit. Perkusi perut
timpani.
rumah sakit bahwa jika tidak terjadi perdarahan akibat pembedahan maka
2. Diagnosa Keperawatan
dari dalam atau luar (Carpenito, 2013). Diagnosa resiko infeksi ini
ada pus dan suhu 36,5 0C. Infeksi merupakan invasi tubuh oleh
dalam waktu 2-3 hari. Infeksi luka operasi biasanya tidak terjadi
luka bersih tidak keluar pus atau nanah. Hasil pemeriksaan laborat
Potter, 2005).
berlebihan.
aktif
Dari data fokus didapatkan data mukosa bibir klien lembab, turgor
kulit kembali kurang dari 1 detik, klien minum kurang lebih 8 gelas
per hari, haluaran urin klien kurang lebih 700cc/24 jam, HR 82 kali
fisik
Klien sebelum sakit BAB 1 kali sehari, Klien dari Minggu sampai
Hari Selasa tidak BAB namun Rabu pagi klien sudah BAB
nyeri tekan pada abdomen dengan atau tanpa resistensi otot yang
keperawatan konstipasi.
4) Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan penurunan
±700 cc/8jam, kateter dilepas pada tanggal 4 Maret 2015 dan dapat
ASI.
anak usia tertentu, atau usia dewasa dan usia lanjut, makin baik status
teratasi karena klien mengatakan sudah tidak nyeri pada luka post
4x24 jam lebih cepat dari tujuan yang telah ditetapkan penulis yaitu
selama 5x24 jam. Hal ini dapat terjadi karena kemampuan klien saat
dengan kondisi luka bersih tak keluar nanah atau darah, tak ada tanda-
tanda infeksi seperti rubor, dolor, kalor, tumor dan factiolaesa, suhu
5x24 jam sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan penulis yaitu
selama 5x24 jam. Hal ini dapat terjadi karena kemampuan klien
menjaga personal higiene dengan baik dan dengan dukungan dari
klien.
4x24 jam lebih cepat dari tujuan yang telah ditetapkan penulis yaitu
selama 5x24 jam. Hal ini dapat terjadi karena kemampuan klien dalam
kesembuhan klien.
B. Kesimpulan
Maret 2015 mulai jam 09.00 WIB dan kunjungan rumah pada tanggal 6
mengetahui tentang cara menyusui yang benar, ASI Eksklusif, nutrisi ibu
secara vertikal ±10 cm, balutan luka bersih, tidak ada pus, tidak ada
kemerahan dan tidak ada bengkak. Palpasi terdapat nyeri tekan disekitar
luka operasi. Auskultasi bising usus 10 kali per menit. Perkusi perut
timpani.
2. Diagnosa Keperawatan
saat nyeri, tampak menahan nyeri, tampak adanya luka operasi, dan
balutan luka bersih, balutan tak ada pus, daerah sekitar luka tidak
bayinya.
3. Perencanaan
berkurang, skala nyeri turun menjadi 1-2 atau bahkan 0, klien tampak
tidak terjadi dengan kriteria hasil : luka bersih, luka kering, tak ada
penampilan urine, suhu kulit, lesi kulit, keletihan dan malaise), kaji
diperlukan.
c. Tujuan yang diharapkan dari masalah keperawatan yang ketiga adalah
beri materi pengajaran yang sesuai, ikut sertakan keluarga atau orang
4. Implementasi
yang benar, ASI Eksklusif, cara perawatan bayi dirumah dan Nutrisi
5. Evaluasi
selama 5x2 jam masalah nyeri teratasi karena klien mengatakan sudah
tidak nyeri pada luka post operasi, nyeri saat untuk bergerak, seperti
kondisi luka bersih tak keluar nanah atau darah, tak ada tanda-tanda
infeksi seperti rubor, dolor, kalor, tumor dan factiolaesa, suhu 36,6°C,
saat ketika klien akan beraktivitas karena penulis tidak 24 jam bersama
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., Snyder, S, J., dkk. (2011). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Oxorn, Harry dan William R. Force. (2010). Ilmu Kebidanan: Patologi &
Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET
Perry, G.A & Potter, P.A. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan.
Jakarta:EGC
Prawihardjo, sarwono. (2008). Ilmu Kebidanan . Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo
Rasjidi, Imam. (2009). Manual Seksio Sesarea & Laparatomi Kelainan Adneksa.
Jakarta: CV Agung Seto
Saleha, Sitti. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika
A. Tujuan Umum:
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta mengerti tentang cara menyusui yang
benar.
B. Tujuan Khusus:
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta dapat mengetahui tentang:
1. Pengertian teknik menyusui yang benar
2. Posisi dan perlekatan menyusui
3. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI
4. Langkah-langkah menyusui yang benar
5. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar.
C. Materi
1. Pengertian teknik menyusui yang benar
2. Posisi dan perlekatan menyusui
3. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI
4. Langkah-langkah menyusui yang benar
5. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar.
D. Metode
Ceramah dan tanya jawab.
E. Media
Leaflet
fle
F. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
No Tahap/Waktu Kegiatan Penyuluhan
Sasaran
1. Pembukaan : - Memberi salam pembuka Menjawab salam
3 menit - Memperkenalkan diri Memperhatikan
- Menjelaskan pokok bahasan Memperhatikan
dan tujuan penyuluhan
- Membagi leaflet. Memperhatikan
2. Pelaksanaan : - Menjelaskan pengertian teknik Memperhatikan
20 menit menyusui yang benar
- Menjelaskan posisi dan
perlekatan menyusui Memperhatikan
- Menjelaskan persiapan
memperlancar pengeluaran ASI Memperhatikan
- Menjelaskan langkah-langkah
menyusui yang benar Memperhatikan
- Menjelaskan cara pengamatan
teknik menyusui yang benar. Memperhatikan
3. Evaluasi : Menanyakan kepada peserta Menjawab
5 menit tentang materi yang telah pertanyaan
diberikan, dan memberi
reinforcement kepada peserta
yang dapat menjawab
pertanyaan.
4. Terminasi : - Mengucapkan terimakasih atas Mendengarkan
2 menit peran serta peserta
- Mengucapkan salam penutup Menjawab salam
G. Evaluasi
1. Struktur
a. Peserta hadir ditempat penyuluhan
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang Mawar
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya (SAP, leaflet)
2. Proses
a. Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugas
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
d. Peserta mengajukan pertanyaan dan mahasiswa menjawab
pertanyaan secara benar
3. Hasil
Para peserta mengerti penjelasan yang telah diberikan
MATERI PENYULUHAN
“CARA MENYUSUI YANG BENAR”
Tema : ASI
Sub Tema : Pentingnya ASI Eksklusif
Hari / Tanggal : Selasa, 3 Maret 2015
Tempat : Bangsal Mawar RSUD Temanggung
Sasaran : Ibu Pasca melahirkan
Penyuluh : Nur Fitriya Dewi (P17420512028)
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan ibu dapat mengerti dan
memahami pentingnya ASI Eksklusif.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, ibu-ibu dapat :
1) memahami tentang pengertian ASI Eksklusif
2) memahami tentang manfaat ASI bagi ibu
3) memahami tentang manfaat ASI bagi bayi
4) memahami tentang manfaat ASI bagi bangsa dan negara
5) memahami tentang waktu pemberian ASI
6) memahami tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan ASI
2. Rincian Kegiatan
No Kegiatan Waktu Metode Media yang digunakan
1. Pembukaan 5 menit Ucapan salam dan
penyampaian tujuan
2. Penyampaian 15 menit Ceramah Leaflet
materi
3. Evaluasi 10 menit Tanya jawab
4. Penutup 5 menit Salam dan ucapan
terima kasih
3. Analisa Materi
Mayoritas ibu-ibu belum terlalu mengerti tentang pentingnya ASI
Eksklusif, waktu pemberian ASI, serta faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan ASI.
4. Materi
a. Pengertian ASI Eksklusif
ASI Eksklusif ialah pemberian ASI kepada bayi tanpa tambahan
makanan lain, sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan. Bayi harus mendapat
makanan yang lain supaya dapat tumbuh dengan sempurna, baik fisik
maupun rohaninya. ASI merupakan makanan yang paling sesuai untuk bayi.
b. Manfaat ASI bagi Ibu
1) Menyusui merangsang involusi uterus sehingga mencegah terjadinya
perdarahan post partum.
2) Secara material dengan menyusui berarti lebih murah, ekonomis
karena tidak perlu membeli,lebih praktis dan tidak merepotkan.
3) Mudah didapatkan karena merupakan makanan alami yangn dibawa
sejak lahir.
4) Mengurangi terjadinya karsinoma mammae.
5) Menumbuhkan rasa percaya diri.
6) Meningkatkan hubungan batin yang lebih sempurna antara ibu dan
bayi.
c. Manfaat ASI bagi Bayi
1) Mengandung hampir semua zat yang dibutuhkan oleh bayi untuk
pertumbuhan dan perkembangan
2) Mengandung berbagai zat penolak atau kekebalan tubuh,
immunoglobulin sehingga dapat melindungi bayi dari penyakit infeksi
3) Lebih aman karena diberikan secara langsung ke bayi, tidak
terkontaminasi, tercemar dan tetap segar.
4) Mengandung beta laktoglobulin sehingga resiko alergi pada bayi kecil
5) Suhu ASI sesuai dengan suhu bayi
6) Mudah dicerna karena tidak mengganggu alat pencernaan bayi
7) Dapat menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi yang sangat
diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan mental anak.
d. Manfaat ASI Bagi Bangsa dan Negara
1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
2) Meningkatkan kualitas generasi yang akan datang
e. Manfaat ASI Bagi Keluarga
1) ASI tidak merepotkan
2) ASI mengurangi pengeluaran biaya rumah tangga
f. Waktu Pemberian ASI
1) ASI sebaiknya diberikan setengah jam setelah bayi lahir
2) Berikan sesering mungkin setiap bayi membutuhkan ( diberikan tanpa
jadwal )
3) Ibu harus mengkonsumsi makanan yang cukup bergizi dan harus
minum yang cukup kurang lebih 8 – 10 gelas setiap hari
4. ASI Eksklusif diberikan sampai usia 6 bulan, setelah itu boleh diberikan
makanan tambahan
5. Faktor – Faktor yang mempengaruhi penggunaan asi :
a. Perubahan sosial budaya
1) ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya
2) meniru teman, tetangga atau orang termuka yang memberikan susu
botol
3) merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya
4) adanya tradisi dalam masyarakat (tarak)
b. Faktor psikologi
1) takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita
2) tekanan batin
c. Faktor fisik ibu
1) ibu sakit misalnya mastitis,panas,dsb
d. Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang
mendapatkan penerangan atau pendorong tentang manfaat pemberian
ASI.
e. Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI.
f. Pemberian susu tambahan untuk mencegah terjadinya dehidrasi karena
produksi ASI belum mencukupi.
6. Evaluasi
Prosedur : Tanya jawab
Jenis dan bentuk tes : Pertanyaan lisan
Butir-butir soal :
1. Apakah pengertian ASI Eksklusif ?
2. Apakah manfaat ASI Eksklusif baik bagi ibu maupun bayi ?
3. Apa yang harus dilakukan pada ASI yang baru pertama kali keluar ?
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERAWATAN BAYI BARU LAHIR (BBL)
A. TUJUAN
1. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan pada Ibu dan keluarga bayi,
diharapkan dapat melakukan perawatan tali pusat dengan benar secara
mandiri di rumah.
2. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien mampu :
a. Mengetahui tentang pentingnya Perawatan Tali Pusat.
b. Memperagakan cara merawat tali pusat dengan benar.
c. Menyebutkan hal apa saja yang harus diperhatikan dalam perawatan tali
pusat.
B. MATERI PENYULUHAN
a. Memberikan pengetahuan tentang pentingnya Perawatan Tali Pusat
b. Memperagakan dan melatih teknik Perawatan tali pusat yang benar.
c. Mendorong pasien untuk melakukan teknik secara mandiri.
C. METODE
Ceramah, diskusi, dan Memperagakan Teknik.
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Sasaran : Ny. L
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Metode Penyampaian
1. Ceramah
2. Diskusi
E. Media
1. Lembar Balik
2. Leaflet
3. Contoh Makanan
F. Setting Tempat
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. SAP sudah siap satu hari sebelum dilaksanakan kegiatan
b. Alat dan tempat siap
c. Sudah dibentuk struktur organisasi atau pembagian peran
d. Perencanaan pendidikan kesehatan yang sesuai dan tepat
e. Penyuluh dan peserta siap
2. Evaluasi Proses
a. Alat dan tempat dapat untuk digunakan sesuai rencana
b. Peserta mau atau bersedia untuk mengikuti kegiatan yang telah
direncanakan
3. Evaluasi Hasil
a. 75% peserta dapat menyebutkan 3 alasan pentingnya nutrisi yang baik
untuk ibu menyusui dengan tepat.
b. 75% peserta dapat menyebutkan minimal 3 dari 5 syarat-syarat
makanan bagi ibu menyusui.
c. 75% peserta dapat menyebutkan minimal 3 macam zat nutrisi yang
harus dikonsumsi ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama
menyusui dengan tepat.
d. 75% peserta dapat menyebutkan jenis-jenis makanan yang mengandung
nutrisi dan harus dikonsumsi oleh ibu untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi selama menyusui dengan benar.
e. 75% peserta dapat menyebutkan takaran makanan yang harus dipenuhi
per hari untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama menyusui dengan
tepat.
f. Penyuluh dapat melaksanakan tugas sesuai peran.
LAMPIRAN (MATERI)
Sebagai ibu yang baru melahirkan, tak heran bila perhatian Ibu
sepenuhnya diberikan pada si buah hati. Sampai-sampai Ibu ‘lupa’ dengan kondisi
Ibu sendiri. Padahal, setelah melahirkan, masih ada tugas berat menanti Ibu, yaitu
menyusui si kecil yang membutuhkan kesehatan yang prima serta kalori lebih
banyak lagi ketimbang di masa hamil.
Salah satu keberhasilan Ibu menyusui sangat ditentukan oleh pola makan,
baik di masa hamil maupun setelah melahirkan. Agar ASI Ibu terjamin kualitas
maupun kuantitasnya, makanan bergizi tinggi dan seimbang perlu dikonsumsi
setiap harinya. Artinya, Ibu harus menambah konsumsi karbohidrat, lemak,
vitamin, mineral dan air dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh
selama menyusui. Bila kebutuhan ini tidak terpenuhi, selain mutu ASI dan
kesehatan Ibu terganggu, juga akan mempengaruhi jangka waktu Ibu dalam
memproduksi ASI.
Gizi yang baik sama pentingnya bagi wanita hamil maupun menyusui. Berikut 3
alasan mengapa nutrisi yang baik sangat berguna bagi anda:
1. Jumlah dan mutu harus lebih baik dari makanan wanita yang tidak
menyusui.
2. Makanan harus seimbang dan bervariasi.
3. Hendaknya tidak menggunakan bahan makanan yang bersifat merangsang
seperti bumbu-bumbu yang terlalu pedas.
4. Mengutamakan sayur-sayuran terutama sayuran berwarna hijau dan buah-
buahan sebagai sumber vitamin dan mineral.
5. Minum air paling sedikit 8 gelas setiap hari dan jangan lupa untuk minum
susu.
TAKARAN
Tak perlu bingung membayangkan tambahan energi yang harus dicapai ibu yang
sedang menyusui dalam sehari. Tambahan energi sebanyak 500-550 Kalori per
hari dapat dicapai dengan meningkatkan jumlah makanan yang dikonsumsi. Patut
diingat bila jumlah energi sudah terpenuhi maka kebutuhan tubuh akan
karbohidrat, protein dan lemak juga ikut terpenuhi. Berikut beberapa contoh
makanan dan nilai gizi yang dikandungnya.
DISUSUN OLEH:
NUR FITRIYA DEWI
POLTEKKES KEMENKES
SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN
MAGELANG
2015
DI SUSUN OLEH:
NUR FITRIYA DEWI
POLTEKKES JKEMENKES
SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN
MAGELANG
2015
GIZI IBU
MENYUSU
DISUSUN OLEH:
NUR FITRIYA DEWI
P17420512028
POLTEKKES KEMENKES
SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN
MAGELANG
2015
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
A. DATA PRIBADI
2. NIM : P 17420512028
b. Kelurahan : Banyusari
c. Kecamatan : Tegalrejo
d. Kabupaten : Magelang
f. Telepon HP : 085200334402
g. E-mail : dewi_fitr26@yahoo.co.id
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
2. PMR