Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. Y


DENGAN KELUARGA BERENCANA METODE IMPLAN
DI PUSKESMAS CAKRANEGARA

Disusun Oleh:
SHOLIZA
AZZAHRAH
P07124121035

KEMENTRERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES MATARAM
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

JURUSAN
KEBIDANAN T. A 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Individu Praktik Laboratorium Klinik Tentang “Asuhan


Kebidanan Pada Ny.Y Dengan Keluarga Berencana Metode kb implant Di Puskesmas
CAKRANEGARA Ini Telah Disetujui untuk Diajukan di Hadapan Pembimbing

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

(Rita Sopiatun SST.,MPH (Aci Kusumawati, SST)


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul
“Asuhan Kebidanan pada Ny "Y" dengan keluarga berencana dengan metode
pemasangan kb implant Di Puskesmas Cakranegara”.
Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik dalam rangka
menyelesaikan program Praktik Asuhan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Mataram. Terselesainya penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan
dorongan semua pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:

1. Sudarmi,.M,Biomed selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan


Mataram Kemenkes RI.
2. Imtihanatun Najahah, SST., M.Kes. selaku Ketua Program Studi Ketua Prodi
Sarjana Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan Mataram Kemenkes RI.
3. Rita Sopiatun SST.,MPH selaku pembimbing Pendidikan yang
telah
meluangkan waktu untuk selalu mendidik dan membimbing kami selama
praktik.
4. Aci Kusumawati, SST selaku pembimbing lahan kami selama di puskesmas
Cakranegara dan semua bidan di puskesmas yang telah sabar dan
membimbing kami dengan baik sehingga kami dapat menerapkan ilmu yang
kami dapat di kampus.
5. Seluruh staf Puskesmas Cakranegara yang telah memberikan bimbingan
selama kami praktik.
6. Ny “Y" selaku pasien yang bersedia saya wawancarai dan di dokumentasikan
untuk pembuatan laporan praktik kebidanan saya.
Dengan terselesainya laporan ini penulis menyadari bahwa banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penyusun berharap semoga
laporan asuhan kebidanan ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun pembaca.

Mataram, mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

COVER ...........................................................................................
........... i

LEMBAR
PENGESAHAN........................................................................ii

KATA
PENGANTAR............................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................


............................. iv

BAB I PENDAHULUAN
........................................................................... 1

A. Latar Belakang...............................................................................
1

B. Tujuan............................................................................................
1

C. Manfaat..........................................................................................
2

BAB II TINJAUAN TEORI ................................


...................................... 4

A. Konsep Dasar Keluarga Berencana

B. Asuhan Keluarga Berencana

C. Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB


B. Saran ........................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 48
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Menurut worlt health organization ( who) (2017) penggunaan kontrasepsi


meningkat dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014 dan 60,3%
pada tahun 2016, secara regional, proporsi pasangan usia subur 15-49 tahun
melaporkan penggunaan metode kontrasepsi modern telah meningkat minimal dari
60,9% menjadi 61,6% sedangkan di Amerika latin dari Karibia naik sedikit dari
66,0% menjadi 66,7% di perkirakan 225 juta perempuan di negara negara
berkembang ingin menunda atau menghentikan kesuburan tapi tidak mengunakan
metode kontrasepsi. Kebutuhan yang belum terpenuhi untuk kontrasepsi masih belum
terlalu tinggi. Ketidakadilan didorong oleh pertumbuhan populasi.

Keluarga berencana (KB) memungkinkan pasangan usia subur untuk


mengantisipasi kelahiran, mencapai jumlah anak yang mereka inginkan, dan
mengantur jarak dan waktu kelahiran mereka. Hal ini dapat dicapai melalui
penggunaan metode kontrasepsi dan tindakan infertilitas.

Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah penduduk


sebanyak 262.000.000 jiwa (Depkes RI, 2016) masalah yang terdapat di Indonesia
adalah laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi yaitu 1,48%. Menekan
jumlah penduduk dengan menggalakkan program keluarga berencana.

Data profil kesehatan tahun 2016, cakupan kb cakupan kb aktif secara


nasional sebesar 74, 87%. Cakupan peserta KB baru dan kb aktif di indonesia pada
tahun 2016 dengan jumlah pasangan usia subur ( PUS) Sebanyak 48. 536. 690.
Peserta kb baru sebesar 6.663.156. ( 13,73%) meliputi suntik sebanyak 3.433.666.
( 51,53%) pil kb sebanyak 1.544.079. ( 23,17%) kondom sebanyak 318.625. ( 4,78%)
implant sebanyak 757.928. ( 11,37%) IUD ( intra uterine Device ) 481.564 ( 7,23%)
Metode operasi wanita ( MOW) sebanyak 115.531. ( 1,73%) Metode operasi pria
( MOP) sebanyak 11.765. ( 0,18%).

Berdasarkan data dari dinas kesehatan provinsi NTB jumlah peserta kb aktif pada
tahun 2020 - 2022 yaitu sebanyak 495.025. Sedangkan dari data Yang ada di wilayah
puskesmas cakranegara dari tahun 2023 bulan januari- mei kondom 12 orang , pil 6
orang, IUD 11 orang dan implant 17 orang ( PWS kia pkm cakranegara).

Pencegahan kematian dan kesakitan wanita usia subur merupakan alasan utama
diperlukannya pelayan keluarga berencana. Masih banyak alasan lain membebaskan
wanita dari rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan ,
terhadap gangguan fisik atau psikologis akibat tindakan abortus yang tidak aman,
serta tuntunan perkembangan social terhadap peningkatan status perempuan di
masyarakat ( Saifuddin,2006)

B. TUJUAN

1. TUJUAN UMUM

Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan kebidanan komperehensif keluarga


berencana menggunakan managemen asuhan kebidanan vamey yg sesuai
dengan pelayanan kebidanan.

2. TUJUAN KHUSUS

a) Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data Dasar.

b)Mahasiswa mampu melakukan interpretasi Data Dasar mahasiswa mampu


mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial

c) Mahasiswa mampu melakukan kebutuhan terhadap tindakan segera

d) Mahasiswa mampu melakukan perencanaan Asuhan menyeluruh


e) Mahasiswa mampu melakukan pelaksanaan Asuhan

f) Mahasiswa mampu melakukan Evaluasi


BAB II
TINJAUAN
TEORI

A. Kontrasepsi Implant

1. Pengertian Implant

Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen


dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga sampai lima tahun, metode ini
dikembangkan oleh the Population Council, yaitu suatu organisasi internasional yang
didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan metode kontrasepsi. Implant merupakan
alat kontrasepsi yang dipasangkan di bawah kulit lengan atas yang berbentuk kapsul
silastik yang lentur dimana di dalam setiap kapsul berisi hormon levernorgestril yang
dapat mencegah terjadinya kehamilan. Kontrasepsi implant ini memiliki cara kerja
menghambat terjadinya ovulasi, menyebabkan selaput lendir endometrium tidak siap
dalam menerima pembuahan (nidasi), mengentalkan lendir dan menipiskan lapisan
endometrium dengan efektivitas keberhasilan kontrasepsi implant sebesar 97-99%
(BKKBN, 2014).

Menurut Saifuddin (2010) kontrasepsi implant ini dapat bekerja efektif selama
5 tahun untuk jenis norplan dan 3 tahun untuk jenis jadena, indoplant, dan implanton.
Kontrasepsi implant ini dapat digunakan oleh semuaibu dalam usia reproduksi serta
tidak mempengaruhi masa laktasi, pencabutan serta pemasangan implantperlu
pelatihan, kemudian setelah dilakukan pencabutan implant maka kesuburan dapat
segera kembali, kontrasepsi implant memiliki efek samping utama terjadinya
perdarahan bercak dan amenorhea.

2.Cara Kerja dan Efektivitas

Cara kerja dan efektifitas implant adalah mengentalkan lendir serviks yang
dapat mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga terjadi implantasi,
mengurangi transportasi sperma, menekan ovulasi, serta efektif dalam mencegah
kehamilan yaitu dengan kegagalan 0,3 per 100 tahun (Marliza, 2013).

Mekanisme kerja implant untuk mencegah terjadinya kehamilan melalui


beberapa cara yaitu :

a. Mencegah ovulasi

Dimana pada kedua jenis implanttnorplan,hormon lenovogestrel berdistribusi


melalui membran silastik dengan kecepatan yang lambat dan konstan. Dalam 24 jam
setelah insersi, kadar hormon dalam plasma darah sudah cukup tinggi untuk
mencegah ovulasi, kadar levonorgestrel yang dipertahankan dalam tubuh klien
dengan sistem norplant secara parsial menekan lonjakan LH dan menghambat ovulasi.
Sekresi FSH dan LH tetap berada pada kadar normal (BKKBN, 2014).

b. Perubahan lender serviks

Disini lender serviks menjadi kental dan sedikitsehingga menghambat


pergerakan spermatozoa, implant kemungkinan besar juga menekan poliferasi siklik
endometrium yang dipicu oleh esterogen sehingga endometrium tetap dalam keadaan
atrofi (BKKBN, 2014).

c. Menghambat perkembangan sikli dari endometrium


3. Efektifitas implant ini pada jenis norplant akan berkurang sedikit setelah 5
Keuntungan Kontrasepsi Implant

tahun dan pada tahun ke enam kira-kira 2,5 –3 % akseptor menjadi hamil.
Kemudian untuk jenis jadena sama efektifnya dengan norplant pada 3 tahun pertama
pemakaiannya, selanjutnya efektifitasnya berkurang namun belum diketahui
penyebabnya, kemungkinan karena kurangnya pelepasan hormon (BKKBN, 2014).

Kontrasepsi implant memiliki keuntungan adalah memiki daya guna yang


tinggi, perlindungan dalam jangka waktu yang panjang, pengembalian kesuburan
yang cepat setelah dilakukan pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam,
bebas dari pengaruh esterogen, tidak mengganggu dalam kegiatan senggama, tidak
mengganggu produksi ASI, klien hanya perlu kembali untuk kontrol bila terdapat
keluhan selama pemakaian kontrasepsi, dapat dicabut setiap saat sesuai dengan
kebutuhan. Pemakaian kontrasepsi implant ini juga memiliki keuntungan non
kontrasepsi diantaranya (Saifuddin, 2010) adalah mengurangi rasa nyeri, mengurangi
jumlah darah haid, mengurangi atau memperbaiki anemia, melindungi dari terjadinya
kanker endometrium, menurunkan angka kejadian kanker jinak payudara, melindungi
diri dari beberapa penyebab radang panggul, menurunkan angka kejadian
endometritis.

4. Indikasi Penggunaan Implant

Klien yang boleh menggunakan kontrasepsi implant adalah (BKKBN, 2014):

a. Dalam usia reproduksi.

b. Telah memiliki anak maupun belum memiliki anak.

c.Menghendaki kontrasepsi yang dimiliki efektivitas tinggi dan menghendaki


pencegahan kehamilan jangka panjang.
d. Menyusui dan membutuhkan
kontrasepsi.
e. Pasca keguguran.

f. Tidak menginginkan anak lagi tapi menolak sterilisasi.

g. Riwayat kehamilan ektopik.

h.Memiliki tekanan darah yang <180/110mmHg dengan masalah pembuluh darah


atau anemi bulan sabit (sickle cell).

i.Tidak diperkenan menggunakan alat kontrasepsi hormonal yang mengandung


hormon esterogen.

j. Pada klien yang sering lupa minum pil teratur.

5. Keluhan yang dapat dialami pengguna implant

Menurut Saifuddin (2010) beberapa klien dapat mengalami perupahan pola


haid berupa pendarahan bercak (spotting), hipermenorhea, atau meningkatkan darah
haid serta amenorhea. Beberapa keluahan dari klien yang sering dialami dalam
penggunaan metode kontrasepsi implant ini adalah:

a. Nyeri kepala, nyeri payudara, perasaan mual, atau pening.

b. Peningkatan atau penurunan berat badan

c. Perubahan perasaan atau gelisah.

d. Memerlukan tindakan pembedahan untuk insersi dan pencabutannya.

e.Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk


HIV/AIDS.
f.Klien tidak dapat sendiri menghentikan pemakaian kontrasepsi sesuai dengan
keinginan klien, tetapi harus datang ke fasilitas kesehatan untuk dilakukan
pencabutan oleh tenaga kesehatan yang telah mendapat pelatihan.

g.Efektivitasnya menurun bila menggunakan obat-obatan tuberkolosis (fifampisin)


atau obat epilepsi (feniton dan barbiturat).

h.Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per
tahun).

6. Efek Samping

a.Amenorhea, penanganannya pastikan hamil atau tidak, bila tidak memerlukan


penanganan khusus maka cukup dengan konseling saja. Kemudian bila klien tetap
tidak menerima maka angkat implant dan anjurkan untuk menggunakan alat
kontrasepsi lain. Bila terjadi kehamilan dan klien ingin mempertahankan
kehamilannya lakukan pencabutan implant dan jelaskan bahwa progestin tidak
berbahaya bagi janin namun bila diduga terjadinya kehamilan ektopik maka lakukan
rujukan karena tidak akan ada pengaruh diberikan obat hormon untuk memancing
pendarahan. Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu tahun 2015 menunjukkan bahwa
ketidakteraturan siklus menstruasi merupakan salah satu efek samping dari
pengguaan kontrasepsi implant.

b.Perdarahan bercak (spotting) ringan, berikan penanganan dengan memberikan


penjelasan bahwa spotting ini sering terjadi terutama pada tahun pertama kemudian
bilatidak terdapat masalahdantidakhamil makadiperlukanpenanganan. Bilaklien tetap
mengeluh dengan perdarahan bercak dan ingin melanjutkan pemakaian implant
makaberikan klienpilkombinasiselamasatu siklus atauberikanibu profen 3 x 800 mg
selama 5 hari, beri penjelasan bahwa setelah pil kombinasi habis akan terjadi
perdarahan kemudian bila terjadi perdarahan yang lebih banyak dari biasanya berikan
klien 2 pil kombinassi untuk 3-7 hari kemudian dilanjutkan dengan 1 siklus pil
kombinasi atau dapat juga diberikan 50 µg etinilestradiol atau 1,25 mg esterogen
equin konjugasi untuk 14-21 hari.

c.Ekspulsi, maka lakukan penanganan dengan cabut kapsul ekspulsi kemudian


periksa apakah kapsul yang lain masih di tempat lalu pastikan ada atau tidaknya
infeksi pada daerah insersi kemudian bila tidak ada infeksi dan kapsul baru 1 buah
pada tempat insersi yang berbeda, namun bila ada infeksi pada daerah insersi maka
lakukan pencabutan pada seluruh kapsul dan pasang kapsul yang baru pada lengan
lain atau manganjurkan klien untuk menggunakan kontrasepsi lain.

d.Infeksi pada daerah insersi, bila terjadi infeksi tanpa nanah maka bersihkan dengan
sabun, air atau antiseptik lalu berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari lalu implant
jangan dilepas serta anjurkan klien untuk datang 1 minggu kemudian. Bila keadaan
tidak membaik maka cabut implant dan pasang di lengan yang lainnya atau mencari
metode kontrasepsi lainnya.

e.Berat badan naik atau turun, maka berikan informasi pada klien bahwa
perubahanberatbadan1-2kgadalahnormal.Kajiulangjikaterjadiperubahanberat badan 2
kg atau lebih namun apabila perubahan tidak dapat diterima maka bantu klien untuk
mencari kontrasepsi lain (BKKBN, 2014).

7.Waktu Pemakaian Kontrasepsi Implant

Menurut Saifuddin (2010) waktu dalam pemakaian alat kontrasepsi implant


dapat dimulai dalam keadaan dimana ketika mulai siklus haid hari ke-2 sampai hari
ke-7, tidak memerlukan alat kontrasepsi tambahan.Ketika klien tidak haid, insersi
dapat dilakukan setiap saat dengan syarat tidak memungkinkan hamil atau tidak
sedang hamil, disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual atau gunakan
metode kontrasepsi lain sampai 7 hari pasca pemakaian kontrasepsi. Insersi dapat
dilakukan bila diyakini klien tidak sedang hamil atau diduga hamil. Bila diinsersi
setelah hari ke-7 dalam siklus haid maka klien tidak dapat melakukan hubungan
seksual atau menggunakan metode kontrasepsi tambahan sampai 7 hari pasca
pemasangan implant.Bila klien menyusui selama6 minggu sampai 6 bulan pasca
persalinannya, maka insersi dilakukan setiap saat, bila klien menyususi penuh dan
tidak perlu adanya kontrasepsi tambahan. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan
terjadinya haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat tetapi klien tidak boleh
melakukan hubungan seksual atau menggunakan alat kontrasepsi tambahan sampai 7
hari pasca insersi. Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi implant, maka insersi dapat dilakukan setiapsaat,
bilamana diyakini klien tersebut tidak dalam keadaan hamil atau diduga hamil atau
klien menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya dengan benar.Bila kontrasepsi yang
digunakan ibu sebelumnya adalah kontrasepsi suntik, maka kontrasepsi implant dapat
diberikan saat jadwal disuntik ulang tersebut dan tidak memerlukan kontrasepsi
tambahan.Bila kontrasepsi sebelumnya adalah IUD maka klien yang ingin mengganti
alat kontrasepsinya menjadi implant maka dapat dilakukan insersi pada hari ke-7
dengan syarat tidak boleh melakukan hubungan seksual atau menggunakan alat
kontrasepsi tambahan lainnya selama 7 hari, dan IUD segera dicabut.Bagi klien pasca
keguguran, maka insersi dalam dilakukan kapan saja.

B. Faktor dalam Pemilihan Kontrasepsi


Implant

1.Usia
Menurut Saifuddin (2010) usia yang baik menggunakan kontrasepsi implant
adalah usia reproduksi yaitu 20-35 tahun. Sasaran langsung untuk menurunkan angka
fertilitas PUS (umur 15-49 tahun) dimana umur wanita adalah variabel penting yang
mempunyai pengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Usia wanita menentukan
pilihan dalam menggunakan alat kontrasepsi yang ingin digunakan karena usia
wanita mempengaruhi keinginan jumlah anak yang mereka inginkan, dimana usia
yang lebih muda lebih berkeinginan untuk memiliki anak lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita yang lebih tua usianya sehingga pemilihan tersebut (BKKBN, 2014).
Semakin tua atau dewasa seseorang dalam mempresepsikan dirinya lebih
mudah terkena atau rentan terhadap kesakitan atau sakit dibandingkan dengan yang
lebih muda usianya, sehingga dapat dijadikan sebagai penopang dalam terjadinya
perilaku pencegahan (Marliza, 2013). Usia merupakan variabel yang telah
diperhatikan dalam penyelidikan epidemiologi yaitu angka kesulitan ataupun angka
kematian. Usia seseorang dapat mempengaruhi kecocokan dan ekstabilitas metode
kontrasepsi tertentu (Notoatmodjo, 2012). Departemen Kesehatan Republik Indonesia
membagi kelompok usia untuk akseptor KB menjadi dua kategori yaitu usia < 20
tahun atau > 35 tahun, usia 20-35 tahun. Usia< 20 tahun atau usia > 35 tahun adalah
usia untuk menunda kehamilan, dan untuk usia 30-35 tahun merupakan usia untuk
menjarangkan kehamilan sehingga pemilihan kontrasepsi lebih ditujukan untuk
metode kontrasepsi jangka panjang.

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu proses balajar untuk setiap individu itu sendiri
dalam pencapaian pemahaman dan memperoleh pengetahuan yang lebih tinggi lagi
tentang objek tertentu atau yang spesifik dimana hal ini diperoleh dengan formal yang
akan berefek pada induvidu lainnya terkait dengan pola pikir, perilaku, serta akhlak
sesuai dengan pendidikannya. Pendidikan menjadi suatu proses peningkatan
pengetahuan, pola pengetahuan, pola pikir, dan perilaku masyarakat. Dengan adanya
dinamika dari berbagai aspek maka pendidikan akan terusmenerus dan
berkesinambungan, sehingga masyarakat mampu menerima gagasan invasif secara
rasional dan bertanggung jawab. Hal ini menjadikan pendidikan seseorang
mempengaruhi perilaku sehari-hari,orang yang berpendidikan tinggi belum tentu
dapat menggunakan KB secara efektif (BKKBN, 2014).

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon


terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan
memberikan respon yang lebih rasional dalam menerima informasi yang datang
kemudian akan berpikir sejauh mana keuntungan mempunyai pendidikan yang lebih
tinggi tersebut (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Lontaan, dkk pada tahun 2014 di KabupatenTalaud tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi pasangan usia subur menunjukkan bahwa
terdapat tidak selalu terdapat hubungan antara pendidikan dengan pemilihan
kontrasepsi, hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah responden dan karakteristik dari
setiap penelitian yang dilakukan, hubungan dengan pendidikan dengan pola pikir,
presepsi dan perilaku dari masyarakat merupakan hal yang berperan dimana semakin
tinggi pendidikan seseorang maka semakin rasional dalam pengambilan berbagai
keputusan dalam hal ini keputusan dalam pemilihan kontrasepsi yang ingin
digunakan sesuai keinginan serta kebutuhan masing-masing.

3. Paritas

Paritas merupakan jumlah kelahiran hidup dan mati yang dimiliki dari suatu
kehamilan dari usia 28 minggu ke atas yang pernah dialami oleh ibu. Paritas
sebanyak 2-3 kali adalah paritas yang paling aman ditinjau dari sudut pandang
kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) adalah paritas yang
memiliki angka kematian maternal yang lebih tinggi dimana lebih tinggi paritas,
makalebih tinggi kematianmaternal. Untukresiko pada paritas satu dapat ditangani
dengan asuhan obstetrik lebih baik sedangkan untuk paritas tinggi ditangani dengan
dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana, kemudian sebagian kehamilan
pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan (Wiknjosastro, 2016).

Menurut Nursalam (2017) paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan
oleh seorang ibu, dimana paritas ini sangat berpengaruh terhadap penerimaan
seseorang pada pengetahuan. Semakin banyak pengetahuan seorang ibu maka
penerimaannya akan semakin mudah. Jenis paritas terbagi menjadi :

1) Primipara, yaitu seorang ibu yang telah melahirkan bayi untuk pertama kalinya.
2)Multipara, yaitu seorang ibu yang telah melahirkan bayi yang sudah beberapa kali
(dua sampai lima kali).

3)Grande Multipara, yaitu ibu yang sudah melahirkan bayi sebanyak lima kali atau
lebih.

4. Pekerjaan

Jenis pekerjaan seseorang akan menentukan gaya hidup serta kebiasaan dari
masing-masing indidvidu sehingga dalam hal ini pekerjaan memiliki peranan yang
cukup penting dan erat kaitannya dengan pemikiran seseorang serta dari keputusan
yang diambil seseorang dalam menentukan jenis kontrasepsi yang
digunakannya.Banyak penelitian menemukan bahwa perempuan yang bekerja dan
ikut berpartisipati dalam menyumbangkan sumber perekonomian keluarga cenderung
lebih mengatur kesuburannya dengan memiliki satu anak atau bahkan tidak sama
sekali. Persaingan dalam karir dan pekerjaan bahkan kebijakan dari tempat kerja
membuat mereka memilih untuk tidak memiliki anak, sehingga mereka harus
memilih konrasepsi yang paling efektif dan berlangsung dalam kurun waktu yang
lama (Mosha dan Ruben, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Kadir tahun2012menunjukkan sebagian


besarari responden penelitiannya adalah wanita yang bekerja, hal tersebut
dikarenakan oleh responden tersebut lebih memilih kontrasepsi jangka panjang
sehingga mereka tidak harus kembali untuk melakukan kunjungan ulang berulang
kali ke tempat pelayanan KB. Kemudian untuk pengguna implant yang tidak bekerja
memilih menggunakan implant sebagai alat kontrasepsi jangka panjang karena
jumlah anak mereka sudah cukup sesuai keinginan dan kebutuhan mereka sehingga
implany digunakan untuk membatasi jumlah kelahian.

5. Pengetahuan
Pengetahuan adalah salah satu faktor yang menjadi dasar terjadinya perilaku
kesehatan pada sesesorang dimana pengetahuan menjadi hasil tahu dan terjadi setelah
seseorang melakukan pengindraan pada objek tertentu. Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenal benda atau kejadian tertentu
yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya atau gejala yang timbul dari
pengamatan akal (Notoatmodjo, 2016).Pengetahuan tentang pengendalian kelahiran
dan keluarga berencana adalah syarat penggunaan metode kontrasepsi dengan cara
yang efektif serta efisien, dimana melalui pengetahuan yang baik ini maka
memberikan peluang pada calon akseptor untuk memilih metode kontrasepsi dengan
benar sesuai tujuan ber-KB (BKKBN, 2016).

Pengetahuan menjadi sesuatu hal yang penting untuk membentuk tindakan


seseorang dalam suatu situasi yang dihadapinya, maka dalam hal ini semakin
seseorang mendapat pengetahuan yang tinggi tentang alat kontrasepsi maka semakin
tinggi pula minat akseptor dalam penggunaan kontrasepsi implant, hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti informasi, pendidikan, pengalaman, dan sosial ekonomi
sehingga pengetahuan seseorang dapat diukur dimana semakin tinggi pengetahuan
seseorang tentang suatu objek maka akan semakin tinggi pula kesadaran yang
dilakukan untuk tindakan yang sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki
tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Musu tahun 2012
yang didapatkan hasil bahwa proporsi akseptor implant yang memiliki pengetahuan
tinggi lebih besar dari yang memiliki pengetahuan rendah, hal tersebut menunjukkan
bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan atau mendapat informasi semakin
banyak tentang KB maka akan membuat pemahaman yang lebih mudah mengenai
kontrasepsi terutama dengan keuntungan serta kerugian kontrasepsi yang dipilih
khususnya implant, hal tersebut sejalan dengan teori Bloom (1908) dalam
Notoatmodjo (2016) dimana pengetahuan merupakan suatu hal yang dicari tahu
kemudian sebelum seseorang mengadopsi atau norma-norma baru dalam
kehidupannya maka orang tersebut harus mengetahui arti dan manfaatnya bagi diri
sendiri serta keluarganya.Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Thoyyib, dkk
tahun 2016 menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan
akseptor dengan pemakaian kontrasepsi implant.

6. Dukungan suami

Dukungan suami dalam penggunaan alat kontrasepsi khususnya implant


merupakan satu faktor penguat (reinforcing factor) yang dapat mempengaruhi
seseorang dalam berperilaku, dimana setiap tindakan yang dilakukan secara medis
harus mendapat dukungan atau partisipati kedua pihak suami atau istri karena
menyangkut kedua organ reproduksinya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Lontaan, dkk tahun 2014menyebutkan bahwa tidak selalu ada hubungan antara
dukungan suami atau istri terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Seorang istri dalam
pengambilan keputusan untuk memakai atau tidak alat kontrasepsi membutuhkan
persetujuan dari suami karena dipandang sebagai kepala keluarga, pelindung keluarga,
pencari nafkah, dan seseorang yang dapat membuat keputusan dalam suatu keluarga.
Pengetahuan yang memadai tentang alat kontrasepsi, dapat memotivasi suami dan
untuk menganjurkan istrinya memakai alat kontrasepsi tersebut (Indira, 2009). Peran
dan tanggung jawab pria dalam kesehatan reproduksi khususnya keluarga berencana
sangat berpengaruh terhadap kesehatan (BKKBN, 2014).

Jenis-jenis dukungan suami menurut Subhrata (2016), yaitu :

a. Dukungan instrumental, dimana dukungan ini diberikan secara langsung baik


berupapemberiansemangat, berupa fasilitas, ataupun material. Dalam hal inisuami
menjadi sumber pertolongan yang konkrit serta praktis seperti menjaga kebersihan
kesehatan reproduksi istri maupun suami.

b. Dukungan emosional, dimana dukungan ini mencakup dukungan dalam wujud


afeksi yaitu adanya kepercayaan, bersedia untuk mendengarkan dandidengarkan, dan
adanya perhatian. Dalam hal ini setiap orang memerlukan adanya rasa empati
sehingga dapat mendukung orang tersebut dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri
serta yang bersangkutan dapat merasa diterima, berharga, adanya rasa aman dan
nyaman, damai, serta merasakan kasih sayang sehingga dukungan ini sangat penting
dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol.

c. Dukungan informasional, disini suami memiliki peran yaitu sebagai kolektor serta
desiminator atau yang disebut sebagai penyebar informasi tentang situasi dan hal-hal
lain yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Dalam hal ini, dukungan ini
memberi penjelasan tentang pemberian dukungan baik berupa saran, informasi,
pendapat yang dapat digunakan mengungkapkan suatu hal yang penting terkait
dengan masalah yang dihadapi. Bebapa hal yang terkait dalam dukungan ini meliputi
suatu nasehat, usulan, petunjuk, saran serta pemberian informasi yang telah
diterimanya sehingga dalam hal ini bentuk dukungan suami yang diberikan kepada
istrinya dalam pemakaian kontrasepsi implant penting dalam upaya pencegahan dari
resiko kehamilan yang tidak sehat.

d. Dukungan penilaian, dimana suami disini berperan sebagai pembimbing yang


bersifat umpan balik, artinya suami sebagai fasilitator bagi anggota keluarga seperti
pemberian dukungan, perhatian, dan penghargaan sehingga dapat menjadi acuan
perbandingan secara social dalam membuka lebih luas lagi wawasan dari seseorang.
Bentuk dukungan ini melibatkan adanya pemberian informasi, pendapat atau saran
tentang situasi dan kondisi istrinya sehingga dapat membantu istri dalam mengenali,
memahami, dan memutuskan penyelesaian dari masalah yang sedang dialami.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Gabremarian dan Addisie tahun 2014
menunjukkan hasil dukungan keluarga berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi.
Dukungan dari keluarga sangat penting dalam perawatan kesehatan primer dimana
keluarga yang akan memberikan informasi, dukungan terhadap pilihan yang
diputuskan, serta strategi dalam membantu keluarga membuat perubahan gaya hidup
hal ini terkait dengan dukungan dalam pemilihan alat kontrasepsi (Kaakinen, 2010).
Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Musu tahun 2016 didapatkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan penggunaan alat
kontrasepsi implant.

7. Efek samping

Implant memiliki beberapa efek samping dalam pemakaiannya. Menurut


Pinem tahun 2009 hingga saat ini pelayanan kurang berkualitas terbukti dari peserta
KB yang berhenti menggunakan alat kontrasepsi relatif masih banyak dengan alasan
efek samping. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Salviana, dkk tahun 2013
diperoleh hasil bahwa secara statistik ada hubungan bermakna antara efek samping
alat dengan rendahnya minat untuk menggunakan alat kontrasepsi implant di
Puskesmas Kassi-kassi Makasar. Semakin rendah efek samping maka semakin tinggi
minat responden menggunakan implant dan sebaliknya, hal ini disebabkan oleh rasa
takut akan mengalami kegagalan dalam penggunaan kontrasepsi tersebut, takut
terhadap efek samping yang akan terjadi pada pengguna seperti gemuk, danbercak
yangmunculdi kulit, dapat menggangguaktifitas sehari-hari yang diakibatkan rasa
tidak nyaman atau infeksi pada tempat pemasangan. Penelitian tersebut didukung
oleh Herawati tahun 2014didapatkan bahwa beberapa responden yang mengeluh akan
salah satu efek samping kontrasepsi seperti mengalami perubahan pola hais dan
kenaikan berat badan yang berlebihan, bahkan responden juga ada yang mengaku
ketakutan karena responden mengira mengalami suatu kelainan atau penyakit karena
kurangnya pengetahuan tentang efek samping kontrasepsi tersebut.

8. Biaya

Pemakaian kontrasepsi serta fertilitas diasumsikan dapat dipengaruhi oleh


tingkat kesejahteraan ekonomi dimana semakin indeks kekayaan akan semakin tinggi
tingkat penerimaan dan pemakaian kontrasepsi. Salah satu indikator dari keinginan
untuk memakai alat KB adalah tingkat kemandirian yang diukur berdasarkan proporsi
pemakaian alat atau cara berKB yang membayar untuk pelayanan yang mereka
peroleh (Wahyuni, 2015).

Selain biaya alat kontrasepsi pengguna kontrassepsi memerlukan biaya untuk


memperoleh dan menggunakan kontrasepsi. Biaya non moneter yang harus mereka
pertimbangkan meliputi jarak ke tempat pelayanan kontrasepsi, kehilangan waktu dan
biaya transportasi, kerugian akibat menunggu, kehilangan waktu dan biaya
transportasi akibat tidak mendapatkan metode atau pelayanan, serta biaya penyediaan
kembali termasuk faktor-faktor yang serupa dengan yang di atas, pelayanan yang
bermutu rendah seperti menungguyang lama, kurangnya privasi, atau interaksi
dengan penyedia layanan yang kurang memuaskan menambah besar kerugian
finansial. Hukum pasar menunjukkan bahwa pelayanan yang baik dengan harga yang
tepat akan menarik lebih banyak klien, dalam pemasaran sosial (KB) biaya
dikaitkandenganpenggunaanjasapelaynana danpemakaianalat kontrasepsi, dimana
biaya dikeluarkan dapat menjadi berhubungan dengan jangkauan terhadap calon
akseptor KB. Semakin mahal harga yang ditawarkan maka semakin terbatas akseptor
untuk mendatangi sarana pelayanan memilih alat kontrasepsi tertentu.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Musutahun 2012 didapatkan hasil


bahwa terdapat hubungan bermakna antara persepsi biaya dengan penggunaan alat
kontrasepsi implant.

9. Ketersediaan alat

Kelengkapan alat kontrasepsi adalahbagian yang harus dimiliki pos-pos


pelayanan keluarga berencana sesuai dengan metode kontrasepsi yang akan diberikan.
Keberhasilan pelayanan KB ditentukan beberapa unsur, salah satunya adalah kondisi
tempat pelayanan seperti sarana prasarana yang memenuhi standar baku pelayanan
(BKKBN, 2017).Pelayanan kontrasepsiadalah bagian dari pelayanan KByang belum
seluruhnya terintegrassi terhadap pelayanan komponen yang lain dari kesehatan
reproduksi. Ada beberapa alasan mengapa PUS tidak memanfaatkan pelayanan
kontrasepsi.Yang pertama dapat dikarenakan alat yang kurang tersedia, dan
kurangnya jenis obat-obatan kontrasepsi sehingga tersedia sejumlah orang yang tidak
mendapatkan kesempatan untuk menggunakan kontrasepsi tersebut. Alasan lain dapat
dikarenakan rendahnya akses untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan
keinginan masyarakat (BKKBN, 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan olehMusutahun 2012 diperoleh hasil


bahwa terdapat hubungan bermakna antara ketersediaan alat dengan pengggunaan
alat kontrasepsi implant.

10. Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup pada seseorang terhadap
suatu stimulus atauobjek.Sikapmerupakankesiapandariseseorang untuk bertindak
terhadap suatu hal tertentu. Sikap seseorang merupakan bentuk reaksi atau respon
yangmasih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo,
2016).

Sikap merupakan keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui
pengalaman sehingga memberikan pengaruh yang dinamik atau terarah terhadap
respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengan dirinya.Faktor
yangmempengaruhisikapantaralainpengalamanpribadi,pengaruh orang lain yang
dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa sebagai sarana komunikasi,
lembaga pendidikan, dan lembaga agama, pengaruh faktor emosional (Widayatun,
2014).

Menurut Notoatmodjo, sikap dapat positif dan negatif. Sikap postif yaitu
kecenderungan dalam bertindak untuk mendekati sedangkan sikap negatif terdapat
kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci,atau objek-objek tertentu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Musutahun 2012 didapatkan hasil
terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan penggunaan alat kontrasepsi
implant.

11. Budaya

Dalam masyarakat, tidak seluruh praktik biomedis dan ilmu pengetahuan yang
berasal dari pihak tertentu yang diperlukan dapat dipahami dengan baik oleh anggota
komunitas yang ada dimasyarakat. Dalam hal ini, terkait dengan pelayanan medis
serta keperawatannya belum seluruhnya memenuhi kebutuhan yang ada maupun
harapan mereka. Hal tersebut dikarenakan oleh masih terjadinya masalah dalam
keprofesionalan dari masing-masing profesi yang ada, hal ini dapat dilihat dari
beberapa hal seperti perilaku beberapa profesional medis yang tidak sesuai dengan
kode etik, adanya pengutamaan yang bersifat pribadi dibandingkan dengan hal lain,
masih terbatasnya tenaga serta dana untuk memfasilitasi pelayanan, kurangnya
pemahaman tentang komunikasi sosialisasi dengan wawasan budaya dimana
Indonesia khususnya di Bali terdapat begitubanyak budaya yang masih kental
diterapkan di masyarakat (Notoatmodjo, 2014).

Kepercayaan merupakan hal penting yang ada dan masih erat kaitannya
dengan masyarakat, kepercayaan itu sendiri berupa suatu keyakinan yang dimiliki
seseorang atau sekelompok masyarakat terhadap suatu objek atau hal lainnya
berdasarkan pertimbangan oleh para tokoh dengan unzur religi di dalamnya seperti
keterampilan, pengalaman, kejujuran, toleransi, dan adanya kemurahan hati. Elemen-
elemen tersebut tidak menjadi sesuatu yang tumbuh dan berkembang dengan
sendirinya melainkan harus ditransmisikan serta dikreasikan melalui mekanisme di
bidang sosial budaya dalam suatu unit sosial seperti keluarga, komunitas dan lainnya,
dimana kepercayaan tersebut dapat diperoleh Dari orang tua, kakek, nenek, tokoh
masyarakat sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi seseorang dalam memutuskan
sesuatu yang terbaik bagi dirinya sesuai kebutuhannya (Notoatmodjo, 2017).
BAB III
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
Manajemen Asuhan Kebidanan Pada
Keluarga Berencana

I. PENGUMPULAN DATA

a. IDENTITAS

NAMA : Ny. Y Suami : Tn.


P

Umur : 23 tahun Umur : 25 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan :


Petani
Alamat Rumah : bertais
ANAMNESE

Pada tanggal : 10-05-2023Pukul : 10.30 WIB

1. Alasan masuk : Ibu Ingin Ber KB

: Ibu Ingin Mejarangkan Kehamilan

2. Riwayat persalinan
Menarche : 13
tahun Siklus : 28
hari Lamanya : 3-5
hari
Banyaknya : 3 x ganti
dok Sifat darah : Encer
Warna : Merah
HPHT : 18-05-2022
3. Riwayat
persalinan Kawin
ke- : 1
Lama perkawian :
±1 tahun

4. Riwayat persalinan terakhir


Tanggal persalinan : 06-04-2023
Jenis persalinan : Spontan
Apakah sedang menyusui : ya
5. Riwayat KB sebelumnya

Riwayat 2 tahun terakhir apakah


ada memakai alat kontrasepsi:
Tidak Ada

6. Riwayat penyakit lainnya

Sedang mendapat pengobatan jangka panjang : Tidak ada


Saat ini sedang menderita penyakit kronis : Tidak ada
7. Riwayat social

Merokok : Tidak merokok

Minuman keras : Tidak mengkonsumsi


8. Riwayat
Ginekologi
Tumor : Tidak ada
Operasi ginekologi : Tidak
ada Penyakit kelamin : Tidak
ada GO : Tidak ada
Sifilis : Tidak ada
Herpes : Tidak ada
Keputihan : Tidak
ada
Perdarahan tanpa
sebab : Tidak ada

9. Riwayat kesehatan
yang lalu
a) Tidak ada riwayat penyakit serius seperti
hipertensi ,asma, dandiabetes ,kankerpenyakit
1) Riwayat
Kesehatan yang jantung
b) Tidak pernah diopname di rumah sakit
lalu dan
sekarang
c) Tidak ada riwayat alergi terhadap obat.

2) Riwayat peyakit
keluarga
Tidak ada
10. Pola Kebiasaan
Sehari hari
1. Nutrisi
Frekuensi makan dalam sehari 3 kali dengan komposisi nasi sayur dan lauk
pauk kadang ada buah dalam porsi yang sedikit 15dan frekuensi minum air
putih yaitu ± 8 gelas (± 1250 cc ) Ibu kadang mengemil makan rongan
2. Eliminasi
BAK 5-7 kali dalm sehari dengan warna kuning,bau amoniak -2 Kali dan
BAB 1dalam sehai,kosistensi lunak,tidak ada nyeripasa BAK dan BAB
3. Pola Istirahat
Kebutuhan istirahat tidur siang tidak pernah dan kebutuhanistiraht tidur
malam 6-8 jam
4. Personal Hygiene
Mandi dan gosok gigi 2 kali sehari, keramas 2 kali seminggu,ganti baju
dan celana 2 kali sehari tiap gabis mandi atau sewaktu waktu basah.
5. Aktivitas
6. Sebagai ibu rumah tangga memasak , menyapu dan mencuci.

II. DATA OBJEKTIF (PEMERIKSAAN FISIK)

1.Status Genitaslis
Keadaan Umum :
TD :110/70 mmHg
RR : 20 x/i
Pols : 80 x/i
Temp : 36.5 0C
TB : 150 cm
BB : 64 Kg
( Hari Ke 1
Post Partum )

Keadaan fisik

a)Kepala : rambut panjang dan kulit kepala bersih , tidak ada


nyeri tekan serta tidak ada benjolan
b) Wajah : Keadaan Wajah tidak pucat , tidak ada kelainan

c) Mata : Konjugtiva berwarna merah muda , sklera tidak


ikterus

d) Hidung : Tidak ada polip

e) Telinga : Tidak tampak kelainan

f) Mulut : Bersih , tidak tampak caries 16

g) Leher : Tidak ada pembesaran Kelenjar gondok atau tyroid

h)Dada ; Simestri kiri dan kanan,puting susu menonjol ,


tidak ada benjolan , radang atau luka.
i) Abdomen : tidak ada jaringan perut

j) Ekstermitas atas dan bawah : .tidak ada luka parut pada


lengan
, tidak terdapat odema dan varies

k) Genetalia : tidak ada tanda tanda infeksi

1. Anus : tidak ada hemoroid


2. Pemeriksaan kasus obstetric
a) Abdomen Pembesaran : Simetris
b) Vagina dan vula Varices : Tidak ada Kemerahan : Tidak ada
c) Tanda peradangan : Tidak ada
d) Pemeriksaan dalam VT : Tidak dilakukan Portio : Tidak dilakukan

3. Pemeriksaan penunjang
Test urine : Tida
dilakukan
I.IDENTIFIKASI MASALAH, DIAGNOSA, DAN KEBUTUHAN
Data dasar : Ny. S dengan Partu Turent I, A=0, Post Partum hari ke II
Masalah : Tidak Pernah memakai Alkon
Kebutuhan : Ny Nani dengan pemasangan KB.PP Implant denganAkseptor
baru
IV. ANTISIPASI MASALAH

TIDAK ADA MASALAH

V. IDENTIFIKASI PERLUNYA TINDAKAN SEGERA

TIDAK DIPERLUKAN

VI. PERENCANAAN TINDAKAN

1.Beri informasi kepada ibu tentang keadaan umumnya


Tujuan : ibu mengetahui keadaannya dalam keadaan baik
2.Menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan
Tujuan : ibu mengetahui tindakan yang akan dilakukan
3. Melakukan Konseling KB Implant

a. Efektivitasan KB Implamt

b. Keuntungan KB Implant

c. Kerugian KB Implant

d. Indikasi ImplantKontra Indikasi KB Implant


e. Produser Pemasangan Implant

Tujuan : Ibu mengetahui dan memahami tentang KB Implant

4. Beri Penkes keuntungan dan kerugian KB

Tujuan : ibu mengerti akan keuntungan dan kerugian KB

5. Menyiapkan info consest bagi ibu

Tujuan : ibu mengerti dengan informasi yang diberikan

6.Menyiapkan alat-alat dan memberitahu ibu langkah pemasangan


implant
Tujuan : ibu mengerti langkah-langkah yang dijelaskan

7.Menjelaskan tentang perawatan luka pada daerah pemasangan KB


Implant
Tujuan : ibu mengerti tentang perawatan luka

8. Beri jadwal kunjungan ulang

Tujuan : untuk mengetahui hasil dari pemasangan implant

VII. PELAKSANAAN TINDAKAN

1. Memberikan informasi tentang keadaan umum ibu, TD 110 / 70


mmhg

,HR 80 x/m , RR 20 x/m , T 36,5 0C


2. Memberikan penkes keuntungan memakai KB PP Implant

3. Mengisi formulir info consent


4. Konseling KB

Efektivitas KB implant

Metode ini sangat efektif untuk mencegah kehamilan lebih dari

99.9 % efektif

Keuntungan KB Implant

Memberikan perlindungan jangka panjang sampai 5 tahun,


tidak menganggu ASI.
Kerugian KB implant

Dapat menyebabkan terjadinya perubahan pola haid dan


peningkatan / penurunan berat badan , dermatitis dan cerewat
Indikasi KB Implant

Wanita yang ingin kan kontrasepsi jangka panjang dan yang


memiliki ke efektivitas jangka panjang dan wanita yang sering
lupa minum pil
Kontra Indikas KB Implant

Hamil atau di diga hamil , perdarahan pervaginam yang belum


penyebabnya , kanker payudara dan penyakit lainnya.
5. Mendekatkan alat dan persilahkan pasien untuk berbaring dan
meletakkan tangan kir lebih dekat dengan bidan dan melakukan
pemasangan implant

6. Mengingatkan ibu untuk kunjungan ulang untuk control pada tanggal


13 – 05-2023
EVALUASI :

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan keadaan umumnya

2. Ibu sudah mengerti keuntungan/kerugian memakai KB. Implant

3. Ibu sudah mengisi formulir info consent

4. Ibu sudah pasang KB Implant

5.Ibu berjanji ntuk kontrol implant, 3 hari (10-05-2023)


Kunjungan Ulang ,tanggal 13-05-2023
S Ibu saat ini tidak sedang hamil dan tidak sedang haid , ibu memiliki
1 orang anak, ibu saat ini sedang menyusui , ibu mengatakan ingin
menggunakan kontrasepsi implan
O - Tanda Tanda vital TD 100/60 mmhg , HR: 80 x/m , RR: 20 x/m , T
: 37 C

- Tangan sebelah kiri ( daerah pemasangan ) tidak ada tanda tanda infeksi
dan tidak ditutup lagi dengan kain kasa
A Ny. Y 23 tahun post partum 6minggu, kondisi kesehatan baik dengan
KB P - Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan TTV , TD : 100/60
mmhg , HR 80x/m , RR 20 x/m ,T : 37 c , Keadaan Umum baik
-Memberitahukan ibu tentang pemasangan alkon Implant dalam keadaan
imlant baik dan tidak ada tanda tanda infeksi
- Menjelaskan ibu tentang efektivitas Implant yang sudah dipakai

- Memberitahu ibu tentang gizi seimbang dan personal hygene

- PenKes KB Implant

Selama pemakaian Implant ,ibu disaran tidak membawa berat terlalu


berat pada tangan sebelah kiri
Selama Pemakain jika ada keluhan tentang perubahan pola haid ,
berat badan meningkat , atau berat menurun maupun perdarahan
pervaginam ibu disarankan segera konsul ke tenaga
kesehatan terdekat20
Menyarankan ibu untuk melakukan ASI Eksklusif
selama 6 bulan

,karena KB implant tidak mempengaruhi produksi ASI.

- Memberitahu ibu tentang kunjungan ulang apabila ada


keluhan lain.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis menyajikan pembahasan dengan membandingkan antara
teori dengan asuhan kebidanan secara study kasus pada pelayanan Keluarga
Berencana yang diterapkan pada Ny.Y di Puskesmas Cakranegara yang sudah di
lakukan pemasangan KB implant

Pada pasien Ny Y telah dipasang alkon setelah 1 hari post partum,hal ini
sesuai dengan program pemerintah yang diwajib kan / di perbolehkan. Menurut
ketentuan Kemenkes, BKKBN 2013, bahwa pemasangan implant dilakukan 40 hari
post partum, namun demikian dengan adanya inovasi baru yang dilakukan Kemenkes
BKKBN 2015 yaitu dengan pemasangan KBPP. Hal ini sejalan dengan teori metode
KB yang mengunakan KB pasca persalinan dengan inovasi-inovasi telah dilakukan di
Dinas Kesehatan pada tahun 2016. Demikianlah pemasangan KBPP implant pada Ny.
Y telah terpasang di Puskesmas Cakranegara.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penulisan melakukan asuhan kebidanan pada Ny “y” dengan pemasangan


KB implant pada tanggal 10-05-2023 maka penulisan dapat membuat kesimpulan
sebagai berikut:

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif dan data objektif


dengan benar pada Ny “y” dengan pemasangan KB implant

2. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan interpetasi data dasar pada Ny


“y” dengan pemasangan KB implant

3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial pada


Ny “y” dengan pemasangan KB implant

4. Mahasiswa mampu menentukan dan menetapkan kebutuhan tindakan segera


pada Ny “y” dengan pemasangan KB implant

5. Mahasiswa mampu melakukan prencanaan asuhan kebidanan menyeluruh


pada Ny “y” dengan pemasangan KB implant

6. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan pada Ny “y” dengan


pemasangan KB implant

7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Ny “y” dengan pemasangan


KB implant
B. Saran

1. Saran untuk mahasiswa

Sebagi mahasiswa kebidanan kita harus memahami apa yang di maksud


dengan KB implant, dan bagaimana penatalaksanaannya yang benar.
Sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penanganan
kasus KB implant di masa depan

2. Saran untuk Puskesmas Cakranegara

Bagi puskesmas cakranegara diharapkan bisa memberikan pelayanan yang


maksimal dan bidan selalu menjaga kualitas dalam memberikan pelayanan
pada pasien terutama dalam asuhan keluarga berencana
DAFTAR PUSTAKA

Atikah., Kurnianto, J., Arisanti, N. L. 2013. Karakteristik Akseptor KB


Implant Di Desa Banjaranyar Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal. Jurnal Of
Cemical Information and Modelling. Jawa Barat : Potiteknik Harapan Barroh

Thoyyib, T., & Windarti, Y. 2013. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan


Tentang Implant Dengan Pemakaian Kontrasepsi Implant Pada Akseptor Di Bps Ny.
Hj. Farohah Desa Dukun Gresik. Journal of Health Sciences, 8(1).Bersama

Marliza, A. 2013. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu


Untuk Memilih Implant Sebagai Alat Kontrasepsi Di Kelurahan Terjun Kecamatan
Medan Marelan. Jurnal Maternity and Neonatal.Vol 1 No. 2

Rahayu, S., Ulfah, S, M. 2015. Hubungan Lama Pemakaian KB Implan


dengan Siklus Menstruasi di Wilayah Kerja Puskesmas Rowosari 02 Kabupaten
Kendal. Jurnal Ilmiah. Jawa Tengah : AKBID UNISKA Kendal

Anda mungkin juga menyukai