Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIK KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA


Ny N DENGAN KEPUTIHAN PATOLOGIS DI DESA AEK
LOBA KECAMATAN AEK KUASAN
KABUPATEN ASAHAN

Di susun Oleh :

SABARHATI BR TANGGANG
NIM: 2290341

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


PROGRAM PROFESI FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA
LUBUK PAKAM TAHUN
2023
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA
Ny N DENGAN KEPUTIHAN PATOLOGIS DI DESA AEK
LOBA KECAMATAN AEK KUASAN
KABUPATEN ASAHAN

Di Susun Oleh :

SABARHATI BR TANGGANG
NIM: 2290341

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


PROGRAM PROFESI FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA
LUBUK PAKAM
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KEBIDANAN
Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Profesi Bidan (Bd.) pada Fakultas Kebidanan Institut Kesehatan Medistra
Lubuk Pakam

Disusun oleh:

(SABARHATI BR TANGGANG)
NIM: 2290341

Pembimbing Praktek 1 Pembimbing Praktek II

( Bd. Sri Wulan, SST, M.Tr. Keb ) ( Ayu Purnamasari S Keb )


NPP.02.11.03.03.1987 NIP: 198603262017042006

Lubuk Pakam,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi
Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Bd. Damayanti,S.Tr.Keb

NIP. 02.15.24.02.1990
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga saya dapat menyelesaiakan laporan praktik kerja tentang
“ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA Ny N
DENGAN KEPUTIHAN PATOLOGIS DI DESA AEK LOBA KECAMATAN
AEK KUASAN KABUPATEN ASAHAN”. Dalam menyelesaikan laporan
kasus ini, saya banyak mendapat masukan, pengarahan, bantuan dan bimbingan,
baik dalam bantuan moril maupun materi, oleh karena itu pada kesempatan ini
saya menyampaikan rasa terima kasih yang terhormat kepada :
1. Drs. Yohanes Sembiring, M.Pd selaku Ketua Yayasan Institut Kesehatan
Medistra Lubuk Pakam
2. Ns. Rahmad Gurusinga, S.Kep,M.Kep selaku Rektor Institut Kesehatan
Medistra Lubuk Pakam
3. Bd.Desideria Yosepha Ginting, S.Si.T,M.Keb selaku Dekan Fakultas
Kebidanan Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam
4. Bd.Damayanti,S.Tr.Keb selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Program Profesi Kebidanan Institute Kesehatan Medistra Lubuk
Pakam
5. Bd Sri Wulan SST. M.Tr. Keb. Selaku pembimbing praktek I Program Studi
Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Institute Kesehatan Medistra
Lubuk Pakam.
6. Ayu Purnamasari S Keb selaku bidan kordinator di puskesmas Aek Loba
sekaligus Pembimbing Praktek II (Lahan Praktik)

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih yang terdalam atas terselesainya
laporan ini. Saya berharap laporan ini berguna bagi pembaca. Semoga Allah SWT
memberikan Rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin
Lubuk Pakam, 23 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1


A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................2
C. Manfaat...............................................................................................3

BAB II KAJIAN KASUS..................................................................................5


A. Kajian Masalah kasus.........................................................................5
BAB III KAJIAN TEORI.................................................................................9
A. Kajian teori.........................................................................................10
1. Kebidanan Komunitas..................................................................10
a. Konsep Kebidanan Komunitas...............................................10
b. Sasaran Kebidanan Komunitas...............................................11
2. Keluarga........................................................................................12
a. Konsep Keluarga....................................................................13
b. Fungsi Keluarga......................................................................14
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga....... 14
3. Keputihan......................................................................................14
a. Pengertian Keputihan.............................................................14
b. Klasifikasi Keputihan.............................................................15
c. Faktor-faktor yang Menyebabkan Keputihan Patologis.........16
d. Proses Fisologis Keputihan....................................................20
e. Cara Mencegah Keputihan.....................................................22

BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................23
A. Pengkajian Data..................................................................................23
1. Data Subjektif...............................................................................23

ii
2. Data Objektif................................................................................25
3. Identifikasi diagnosa masalah kebidanan.....................................25
4. Identifikasi diagnosa dan masalah potensial................................25
5. Identifikasi kebutuhan dan tindakan segera..................................26
6. Perencanaan..................................................................................27
7. Evaluasi........................................................................................27

BAB V PENUTUP.............................................................................................28
A. Kesimpulan.........................................................................................28
B. Saran...................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................30


LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebidanan Komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan
kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi dengan upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi pelayanan kebidanan. Pelayanan Kebidanan Komunitas adalah upaya
yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan balita
dalam keluarga di masyarakat.
Masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi pada wanita yaitu terjadinya
keputihan. Keputihan atau fluor albus adalah keluarnya cairan selain darah dari
dalam vagina, dapat berupa lendir putih, kekuningan, kelabu, maupun kehijauan
(Ratna, 2019). Hampir semua wanita pernah mengalami keputihan. Akan tetapi
keputihan yang normal (fisiologis) memang merupakan hal yang wajar. Namun,
keputihan yang tidak normal (patologis) dapat menjadi petunjuk adanya suatu
penyakit seperti kanker rahim (Husaini, 2017).
Menurut World Health Organization (WHO) 2012, prevalensi masalah
kesehatan reproduksi pada wanita sudah mencapai 33% dari semua jenis penyakit
pada wanita di seluruh dunia. Dari data WHO presentase wanita yang pernah
mengalami keputihan mencapai 75%, di negara Eropa angka kejadian keputihan
hanya 25%, sedangkan di Indonesia sendiri didapatkan 50% wanita mengalami
keputihan. Angka kejadian keputihan di Indonesia terus meningkat tiap tahunnya
hingga 70% (Ida Ayu, 2018).
Keputihan yang tidak normal ditandai dengan jumlah yang keluar banyak,
berwarna putih seperti susu basi, kuning atau kehijauan, gatal, perih, dan disertai
bau amis atau busuk. Warna pengeluaran dari vagina akan berbeda sesuai dengan
penyebab dari keputihan (Wiknjosastro,2007).
Wanita yang mengalami keputihan tidak normal merupakan indikasi dari
berbagai penyakit seperti vaginitis, kandidiasis, dan trikomoniasis yang

1
merupakan salah satu dari gejala Penyakit Menular Seksual (PMS. Keputihan
juga merupakan indikasi dari adanya infeksi di dalam rongga panggul seperti
infeksi pada saluran telur yang disertai sakit perut yang hebat. Keputihan
abnormal yang tidak tertangani dengan baik dan dialami dalam waktu yang
lama akan berdampak pada terjadinya infeksi saluran reproduksi. Infeksi saluran
reproduksi ini mengakibat- kan infertilitas (Kasdu,2008)
Keputihan yang terjadi cenderung disebabkan oleh masih minimnya
kesadaran untuk menjaga kesehatan terutama organ genitalnya. Selain itu,
keputihan juga sering dikaitkan dengan kadar asam di daerah sekitar vagina, yang
bisa terjadi akibat pH vagina yang tidak seimbang. Ada dua hal yang menjadi
faktor pendorong terjadinya keputihan yaitu faktor endogen dan eksogen. Faktor
endogen yaitu faktor yang terjadi di dalam tubuh diantaranya kelainan pada
lubang vagina (Michele, 2005), obesitas (Goa & Horvath, 2008), umur
(Djojosumanto,2008), dan kondisi Stress (Suparyanto, 2010). Faktor eksogen
adalah faktor yang terjadi diluar tubuh diantaranya infeksi dan non infeksi. Infeksi
disebabkan oleh bakteri, jamur, parasit, virus, sedangkan non- infeksi adalah
benda asing yang digunakan baik disengaja maupun tidak disengaja pada vagina
seperti ber-KB, penggunaan pantyliner, mencuci vagina tidak bersih, daerah
sekitar vagina yang lembab, perawatan saat menstruasi yang tidak benar,
penggunaan pakaian dalam yang tidak tepat, mencuci vagina dengan air tegenang
di ember, penggunaan pembilas secara berlebihan (Aulia, 2012), serta penggunaan
toilet umum yang tercemar (Marlina, 2017).
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang professional mempunyai peranan dan
kewajiban untuk memberikan asuhan kebidanan klien serta menyelamatkan ibu
dari masalah kesehatan. Berdasarkan latar belakang tersebut, sebagai
implementasi keilmuan saya mengambil kasus asuhan kebidanan komunitas pada
keluarga Ny. N dengan keputihan patologis di desa Sukasari Kecamatan
Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.
B. Tujuan
B.1 Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Kebidanan dan Pengalaman nyata pada asuhan
kebidanan komunitas pada keluarga Ny. N dengan keputihan patologis di Desa

2
Aek Loba Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan sesuai dengan managemen
Kebidanan Menurut 7 Langkah Varney.
B.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data secara subyektif dan obyektif pada asuhan
kebidanan komunitas pada keluarga Ny. N dengan keputihan patologis
di Desa Aek Loba Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan.
b. Menginterpretasikan data dari pengkajian yang telah dilakukan meliputi
diagnosa, masalah dan kebutuhan pada asuhan kebidanan komunitas pada
keluarga Ny. N dengan keputihan patologis di Desa Aek Loba
Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan
c. Mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera pada
asuhan kebidanan komunitas pada keluarga Ny. N dengan keputihan
patologis di Desa Aek Loba Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan.
d. Melakukan antisipasi atau tindakan segera pada keluarga Ny. N dengan
keputihan patologis di Desa Aek Loba Kecamatan Aek Kuasan
Kabupaten Asahan.
e. Melakukan asuhan yang menyeluruh pada keluarga Ny. N dengan
keputihan patologis di Desa Aek Loba Kecamatan Aek Kuasan
Kabupaten Asahan.
f. Melaksanakan perencanaan secara efisien dari rencana tindakan asuhan
kebidanan pranikah pada keluarga Ny. N dengan keputihan patologis di
Desa Aek Loba Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan.
g. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang diberikan pada asuhan
kebidanan komunitas pada keluarga Ny. N dengan keputihan patologis
di Desa Aek Loba Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan.
h. Mahasiswa mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus
nyata di lapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat terhadap
keluarga Ny. N dengan keputihan patologis
C. Manfaat
C.1 Bagi petugas kesehatan
Sebagai bahan informasi perkembangan keilmuan dalam konteks asuhan
kebidanan khususnya asuhan kebidanan komunitas dengan keputihan

3
patologis dan sebagai masukan dan wacana bagi bidan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kepada pasien secara
professional.
C.2 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi bahan referensi kajian pengembangan asuhan kebidanan
komunitas pada keluarga Ny. N dengan keputihan patologis, serta dapat
menjadi referensi dan bahan pembelajaran asuhan kebidanan serta dapat
digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan profesionalisme kebidanan.
C.3 Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan, memperdalam kemampuan analisis dan
sebagai bentuk aplikasi keilmuan baik pada kasus Ny.N maupun kasus
pada pasien yang lain dengan kriteria masalah yang sama.

4
BAB II
KAJIAN KASUS
A. Kajian Kasus
Tanggal Pengkajian : 28 Februari 2023
Jam : 11.30 WIB
Tempat : Desa Aek Loba

A. Subjectif

Struktur dan sifat keluarga


1. Struktur keluarga
Nomor RM : 02 0514 0302
Nama : Ny M Tn. S
Umur : 32 tahun 38 tahun
Jenis kelamin : Perempuan Laki-laki
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA Sarjana
Pekerjaan : Wiraswasta Wiraswasta
Alamat : Desa Aek Loba Desa Aek Loba
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia batk/Indonesia
Jamkes : BPJS
Daftar anggota keluarga
NO Nama Hub. Keluarga Jk Umur Pend. Agama Pekerjaan
32
1. Ny. M Istri P SMA Islam IRT
Tahun
2. H Anak L 7 Tahun SD Islam Pelajar

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan dari vagina keluar cairan kental berwarna
kekuningan, berbau dan timbul rasa gatal
3. Riwayat Mensturasi
Ibu mengatakan pertama kali haid pada usia 14 tahun dengan konsistensi cair,
banyaknya ±2 kali ganti pembalut/hari, siklus ±28hari lamanya rata-rata 6

5
hari tidak ada keluhan yang menyertai haid.
4. Riwayat KB
Ibu mengatakan menggunakan Kontrasepsi KB suntik 3 bulan selama 2 tahun
5. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Terdahulu
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami penyakit berat, menular ataupun
penyakit keturunan.
b. Perilaku Kesehatan
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan obat-obatan terlarang,
merokok, alkohol, dll.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan semua anggota keluarganya tidak ada yang mempunyai
penyakit, baik penyakit berat maupun penyakit keturunan.
7. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Ibu mengatakan makan ±3kali sehari dengan menu bervariasi seperti sayur-
sayuran, tahu, tempe dan daging. Minum ±8 gelas sehari, tidak ada
pantangan dan masalah makan ataupun minum.
b. Eliminasi
Ibu mengatakan BAB ±1kali sehari dengan konsistensi lembek, dan BAK 6-
8 kali sehari dengan warna jernih kekuningan, tidak ada penyulit dalam
BAK maupun BAB.
c. Istirahat dan tidur
Ibu mengatakan tidur malam ±8jam dan tidur siang 2 jam.
d. Personal Hygiene
Ibu mengatakan mandi dan gosok gigi 2 kali sehari keramas 2 kali seminggu.
Ibu biasa menggunakan pakaian dari bahan yang menyerap keringat, ganti
pakaian 2 kali sehari, ganti celana dalam 2 kali sehari tetapi bahan yang
digunakan untuk celana dalam kadang menyerap keringat kadang tidak
menyerap keringat.
e. Pola Hubungan Seksual
-

6
f. Aktivitas
aktivitas yang biasa dilakukan adalah melakukan pekerjaan ibu rumah
tangga seperti menyapu, mengepel, mencuci pakaian, mencuci piring,
memasak dan lain-lain.
8. Riwayat Perkawinan
Ibu mengatakan ini merupaka pernikahan yang pertama bagi ibu maupun
suaminya, usia ibu pada waktu menikah 20 tahun dan suami berusia 25
tahun.
B. Objectif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Keadaan emosional : Stabil
d. Tanda-tanta vital
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 80 kali/menit
 Respirasi : 20 kali/menit
 Suhu : 37°C
e. Tinggi Badan : 159 cm
f. Berat Badan : 58 Kg
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Rambut bersih, kulit kepala bersih, tidak rontok,
kepala simetris, tidak ada kelainan.
b. Muka : Tidak pucat, tidak ada oedema, simertis, tidak ada
kelainan.
c. Mata : Simetris, bersih, sklera berwarna
putih, konjungtiva merah muda, tidak ada kelainan,
refleks pupil (+).
d. Hidung : Simetris, bersih, tidak ada tanda infeksi,
pembesaran (-). tidak ada sekret dan kelainan.
e. Telinga : Bersih, Simetris, letak dan bentuk normal, lubang
telinga bersih, fungsi pendengaran baik.

7
f. Bibir dan Mulut : Warna normal, bibir tidak pecah-pecah, stomatitis
(-), gigi tidak berlubang tidak simetris, lidah normal, gusi normal.
g. Leher : Pembengkakan kelenjar getah bening (-),kelenjar
tiroid (-), tidak ada kelainan.
h. Dada : Bentuk dada simetris, lingkar dada normal, tojolan
puting (+), dimpling (-), tidak ada kelainan.
i. Abdomen : Bentuk normal, bising usus (+), pembesaran hepar
(-), tidak ada kelainan.
j. Genitalia : Tidak ada luka, Varises (+), Ada cairan dengan
konsistensi kental, berbau, berwarna kekuningan
Ekstremitas atas : Oedema (-), Gerak tangan baik, mengepal baik,
tidak ada kelainan.
Ekstremitas bawah : Oedema (-), Varises (-), Refleks Patella(+), tungkai
simetris, tidak ada kelainan.
k. Anus : Tidak Haemorroid.

C. Analisa

Ny. N umur 32 tahun dengan keputihan patologis

D. Penatalaksanaan

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu .


2. Menganjurkan ibu untuk makan yang sehat, pilih makanan yang seimbang
(jangan terlalu manis, berlemak atau berminyak dan mengandung semua zat-
zat gizi).
3. Menganjurkan ibu untuk banyak-banyaklah mengkonsumsi cairan terutama air
putih minimal 2 liter per hari.
4. Memberikan obat untuk mengatasi keputihan.
5. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan daerah vagina dan sekitarnya,
jangan menggunakan sabun yang terlalu keras atau PH-nya basa.

8
6. Menganjurkan ibu agar tidak membilas vagina secara mendalam bila tidak
ada indikasi karena dapat membunuh bakteri yang dibutuhkan dan mencegah
terbentuknya flora normal di dalam vagina.
7. Menginformasikan kepada ibu untuk membasuh vagina dengan cara yang
benar yaitu dengan gerakan dari depan ke belakang. Cuci dengan air bersih
setiap buang air dan mandi, biasakan mencuci tangan sebersih-bersihnya
sebelum digunakan untuk membasuh.
8. Menganjurkan ibu untuk mengganti celana dalam sesering mungkin.
9. Menganjurkan ibu ketika menstruasi, pembalut juga harus di ganti sesering
mungkin karena darah merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
kuman.
10. Melakukan kolaborasi dengan bidan desa untuk melakukan pemeriksaan lebih
lanjut, seperti pemeriksaan IVA

9
BAB III

KAJIAN TEORI

A. Kebidanan Komunitas
1. Konsep Kebidanan Komunitas
Komunitas berasal dari bahasa latin yaitu :“Communitas” yang berarti
“Kesamaan”. Juga “Communis” yang berarti “sama, publik, ataupun banyak.”
Istilah “Community” dapat juga diterjemahkan sebagai “masyarakat setempat“,
istilah yang menjukkan pada warga sebuah desa, kota, suku dan bangsa.
Komunitas adalah kelompok orang yang berada di suatu lokasi atau daerah
tertentu. Para ahli mendefinisikan komunitas komunitas dari berbagai sudut
pandang, yaitu sebagai berikut :
a. Komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah
tertentu, memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang relatif sama, serta
berinteraksi atau satu sama lain untuk mencapau tujuan.
b. WHO ( World Health Organization ) tahun 1974 mendifinisikan
komunitas sebagai suatu kelompok sosial yang ditentukan oleh batas-batas
wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, serta ada rasa saling
mengenal dan interaksi antara anggota masyarakat yang satu sama lainnya.
c. Spiadley (1985), Komunitas sebagai suatu kesatuan hidup manusia yang
menempati suatu wilayah nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat, serta teriakat oleh rasa identitas suatu komunitas.
Bidan komunitas ( community midwifery ) adalah bidan yang bekerja
melayani keluarga dan masyarakat wilayah tertentu. Kebidanan komunitas adalah
konsep dasar bidan dalam melayani keluarga dan masyarakat.Pelayanan
kebidanan komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan
terhadap masalah kesehatan ibu dan anak balita di dalam keluarga dan
masyarakat.
2. Sasaran Kebidanan Komunitas
Ukuran keberhasilan bidan di komunitas adalah bangkitnya atau lahirnya
gerakkan masyarakat untuk mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan
kesehatan serta kualitas hidup perempuan di wilayah tertentu dengan sasaran

10
sebagai berikut :
a. Sasaran Umum
Lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi masyarakat, tokoh masyrakat
dan kelompok
b. Sasaran khusus
Sasaran khusus kebidanan komunitas adalah individu, keluarga dan kelompok
khusus
1) Individu
Anggota keluarga sebagai kesatuan utuh dari aspek biologis, psikologis,
social dan spiritual. Peran bidan sebagai bidan komunitas adalah
membantu individu agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya karena
adanya kelemahan fisik, mental yang di alami, keterbatasan pengetahuan
serta kurangnya kemauan menuju kemandirian.
2) Keluarga
a) Unit terkecil masyarakat
b) Terdiri atas dua orang atau lebih
c) Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah
d) Hidup dalam suatu rumah tangga
e) Dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga
f) Berinteraksi antara sesame anggota keluarga
g) Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing – masing
h) Menciptakan, mempertahankan satu kebudayaan
c. Kelompok Khusus
1) Kelompok dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhan (grow and development)
2) Kelompok dengan kebutuhan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan (Penderita penyakit menular,dan penyakit tidak
menular)
3) Kelompok yang mempunyai resiko tinggi terserang penyakit
B. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga

11
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapaorang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di satu
atap dalam keadaan saling ketergantungan (Dep. Kes RI,1998)
Menurut Salvicion dan Ara Celis (1989): Keluarga adalah dua atau
lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan
darah,hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya
dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam
perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan
Menurut BKKBN (1999) dalam Sudiharto (2007) keluarga adalah dua orang
atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dam materiil yang layak, bertaqwa kepada
Tuhan, memiliki hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara anggota
keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga adalah :
- Unit terkecil dari masyarakat
- Terdiri atas 2 orang atau lebih
- Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah
- Hidup dalam satu rumah tangga
- Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga
- Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga
- Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing
2. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Fridmman (1986)
a. Fungsi Efektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan krluarga.fungsi aktif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial.
b. Fungsi Sosialisasi
Antara lain: Membina sosialisasi pada anak, membentuk norma – norma
tingkah laku sesuai dengan keluarga perkembangan anak, meneruskan nilai
– nilai budaya keluarga, meneruskan nilai – nilai budaya keluarga.

12
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber
daya manusia.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
seluruh anggota seperti memenuhi kebutuhan makanan, pakaian, dan tempat
tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan,yaitu untuk mencegah terjadinya ganggua kesehatan dan atau
merawat anggota keluarga yang sakit.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga
a. Faktor fisik
Ross, Mirowsaky, dan Goldstein (1990) memberikan gambaran bahwa ada
hubungan positif antara perkawinan dengan kesehatan fisik. Contoh dari
hubungan tersebut antara lain : seorang suami sebelum menikah terlihat
kurus maka beberapa bulan kemudian setelah menikah akan terlihat lebih
gemuk, beberapa alasan dikemukakan bahwa dengan menikah suami ada
yang memperhatikan dan pola makan lebih teratur begitu sebaliknya
denganistri (Setiawati, 2008)
b. Faktor psikis
Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang besar,
perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling memberikan
penguatan atau dukungan. Suami akan merasa tentram dan terarah setelah
beristri, begitupun sebaliknya (Setiawati, 2008).
c. Faktor sosial
Status sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi kesehatan
sebuah keluarga. Dalam sebuah keluarga ada kecenderungan semakin
tinggi tingkat pendapatan yang diterima semakin baik taraf kehidupannya.
Tingginya pendapatan yang diterima akan berdampak pada pemahaman
tentang pentingnya kesehatan, jenis pelayanan kesehatan yang dipilih, dan

13
bagaimana berespon terhadap masalah kesehatan yang ditemukan dalam
keluarga (Setiawati, 2008).
d. Faktor budaya
Faktor budaya terdiri dari : Keyakinan dan praktek kesehatan, nilai-nilai
keluarga, peran dan pola komunikasi keluarga, koping keluarga (Setiawati,
2008)
D. Keputihan
1. Pengertian Keputihan
Leukorea berasal dari kata Leuco yang berarti benda putih yang disertai
dengan akhiran –rrhea yang berarti aliran atau cairan yang mengalir. Leukorea
atau fluor albus atau keputihan atau vaginal discharge merupakan semua
pengeluaran dari kemaluan yang bukan darah. Keputihan merupakan salah satu
tanda dari proses ovulasi yang terjadi di dalam tubuh (Manuaba, 2009).
Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina diluar
kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, disertai rasa gatal setempat. Penyebab
keputihan dapat secara normal (fisiologi) yang dipengaruhi oleh hormon tertentu.
Cairannya berwarna putih, tidak berbau, dan jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium tidak menunjukkan adanya kelainan (Kusmiran, 2011).
Keputihan adalah semua pengeluaran cairan alat genitalia yang bukan
darah. Keputihan bukan penyakit tersendiri, tetapi merupakan manifestasi gejala
dari hamper semua penyakit kandungan. Kebanyakan keputihan adalah normal,
akan tetapi jika keputihan yang keluar tidak seperti biasanya baik warna,
penampakan dan disertai keluhan seperti gatal, perih dan nyeri merupakan tanda
adanya suatu penyakit (Manuaba, 2005).
2. Klasifikasi Keputihan
Keputihan dibedakan menjadi dua jenis yaitu keputihan fisiologis dan keputihan
patologis.
1) Keputihan fisiologi
Keputihan fisiologi yaitu secret yang keluar dari vagina yang encer,
tidak berbau dan berwarna jernih atau putih, menjadi kekuningan bila
kontak dengan udara yang disebabkan oleh proses oksidasi. Keputihan
fisiologi tidak disertai keluhan (seperti: rasa nyeri, gatal, dan perih).

14
Sekresi dari saluran yang lebih atas dalam jumlah bervariasi serta
mengandung berbagai mikroorganisme terutama Lactobacillus
doderlein. Keputihan normal ciri-cirinya ialah cairan sekresi berwarna
bening, tidak lengket, encer, serta tidak mengeluarkan bau yang
menyengat dan tidak disertai dengan keluhan gatal, nyeri, dan terbakar.
Pada umumnya keputihan akan terjadi saat datang bulan atau sebagai
tanda datangnya masa subur. Keputihan normal tidak hanya dialami
oleh perempuan dewasa, tetapi keputihan normal juga dapat dialami
oleh bayi perempuan yang baru lahir, pada bayi keputihan akan terjadi
dalam waktu satu sampai sepuluh hari kelahiran yang disebabkan
pengaruh hormone esterogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina
janin, masa sekitar menarch atau pertama kalinya haid datang, seorang
wanita yang sedang mengalami gairah seksual, masa sekitar ovulasi
karena adanya produksi kelenjar- kelenjar pada mulut Rahim,
perempuan yang berkerja terlalu berat (Peyemp. 2014).
2) Keputihan Patologis
Keputihan patologis atau tidak normal ketika terjadinya peningkatan
volume (khususnya membasahi pakaian), cairan yang keluar sangat
kental dan berubah warna, bau yang menyengat, jumlah yang keputihan
yang berlebihan atau tidak normal dapat menyebabkan rasa gatal, nyeri,
perih, terbakar, dan berbau amis. Keputihan yang tidak normal
berwarna kehijauan, kental, gatal dan berbau biasanya menyebabkan
munculnya flek kekuningan yang membekas di pakaian dalam. Parasit
penyebab keputihan terbesar bebas dialam dan bisa menjangkit wanita
karena gaya hidup yang tidak sehat, air pembilas vagina yang tidak
bersih, atau karena tertular di toilet umum (Ratna, 2012). Adapun ciri-
ciri keputihan patologis atau tidak normal yaitu :
1) Keputihan berwarna putih susu dan kental
Kemungkinan besar keputihan jenis ini disebabkan oleh adanya
infeksi jamur pada vagina. Apalagi jika keputihan dissertai
bengkak dan rasa nyeri saat berhubungan.

15
2) Keputihan berwarna kuning atau keruh. Bila keputihan ini disertai
dengan pendarahan dari vagina diluar siklus menstruasi dan nyeri
saat berkemih, bisa jadi ini merupakan infeksi gonorea atau
kencing nanah.
3) Keputihan berwarna abu-abu dan berbau amis. Jika keputihan
menimbulkan bau amis berwarna abu-abu atau kekuningan, ada
rasa gatal, bibir vagina bengkak dan kemerahan maka
kemungkinan besar keputihan abnormal disebabkan oleh bakteri.
4) Keputihan berwarna coklat atau ada sedikit darah. Hal ini
merupakan keputihan yang terjadi ketika siklus menstruasi yang
tidak teratur terjadi. Jika keputihan disertai dengan pendarahan dari
vagina dan juga rasa nyeri pada panggul maka perlu diberikan
perhatian khusus. Karena situasi ini bisa terjadi pada penderita
kanker serviks maupun kanker endomentrium.
5) Keputihan berwarna kehijauan dan berbau busuk. Rasa bau dan
gatal saat buang air kecil menandakan adanya infeksi trikomoniasis
tubuh (Ratna, 2012).
3. Faktor- faktor yang menyebabkan Keputihan Patologis
Keputihan bukanlah suatu penyakit. Pada dasarnya merupakan gejala
fisologis (normal). Akan tetapi keputihan juga merupakan suatu manifestasi
bahwa vagina terindikasi penyakit (patologis). Ada banyak faktor yang
mempengaruhi terjadinya keputihan baik yang bersifat internal (berasal dari
tubuh) ataupun eksternal (faktor lingkungan). Menurut Sianturi (1996), faktor-
faktor yang mempengaruhi terjaadinya keputihan bermacam-macam. Keputihan
dapat disebabkan oleh adanya infeksi (Kuman, Jamur, Parasit, Virus), adanya
benda asing dalam liang senggama misalnya tertinggalnya kondom atau benda
tertentu yang digunakan saat bersenggama, gangguan hormonal akibat haid,
adanya kanker atau keganasan pada alat kelamin, dan kurangnya perilaku dalam
menjaga kebersihan organ genital.
Semua wanita di dunia pasti mengalami keputihan normal yang disebabkan
oleh perubahan hormon didalam tubuh menjelang mesntruasi, masa subur dan
setelah menstruasi (Bubakar, 2012). Namun ketika wanita tidak tepat dalam

16
merawat organ genitalnya lama kelamaan akan menyebabkan keputihan patologis.
Sabardi (2009) menyatakan bahwa ada dua hal yang menjadi faktor pendorong
keputihan yaitu faktor endogen dan faktor eksogen yang keduanya saling
mempengaruhi :
a. Faktor Eksogen (berasal dari luar tubuh)
1) Agent (infeksi)
Infeksi Jamur Candida albicans, jamur jenis ini 70% berada di air
yang ada didalam bak kamar mandi umum, serta jamur candida ini
tumbuh berkembang baik di organ genitalia yang lembab akibat
pemakaian calana dalam yang ketat (Daili, 2011).
2) Infeksi Parasit Trichomonas Vaginalis ini disebabkan karena
hubungan seksual bebas . Sumber kumannya berasal dari pria dan
terdapat dibawah preputium atau dalam uretra bagian prostat, selain
itu dapat ditularkan lewat pakaian dan saat berenang (Indah, 2018).
3) Infeksi Virus Herpes Vaginalis disebabkan oleh hubungan seksual
bebas yang dapat memicu terjadinya kanker mulut rahim
(Cayaanlosi, 2011).
b. Environment (Non-Infeksi)
1) Penggunaan kondom yang berulang dan tidak steril, serta
penggunaan- penggunaan obat herbal yang dimasukkan kedalam
vaginal berfungsi sebagai pengencang otot vagina yang dilakukan
secara terus menerus sehingga membuat peradangan porsio dan skret
yang berlebihan dan berbau (El Manan, 2011).
2) Penggunaan antiseptik dan pembersih vagina yang berlebihan dan
berlangsung lama dapat mengurangi dan mematikan bakteri
doderlein lactobacillus yang berfungsi sebagai pelindung vagina ikut
mati. Karena bakteri ini bertugas menghasilkan asam laktat agar
jamur tidak bisa hidup, jika bakteri mati, jamur akan tumbuh subur
dan menginfeksi vagina (Wijaya, 2014).
3) Penggunaan pembalut dan pantilyner yang tidak baik dapat membuat
iritasi vagina sehingga membuat skret berlebihan dan bertumbuhnya
jamur (Anisa P, 2015).

17
4) Kontrasepsi Hormonal menunjukkan hasil penelitian bahwa 65,2%
keputihan dapat terjadi karena penggunaan KB hormonal (Rahayu,
2013).
c. Faktor Endogen (berasal dari dalam tubuh) yaitu :
1) Umur
Usia remaja adalah masa yang khusus dan penting karena merupakan
masa transisi yang ditandai dengan perubahan fisik, emosi, dan
psikis (Sarwono, 2013). Sehingga usia remaja lebih rentan terkena
keputihan disebabkan oleh beberapa hal diantaranya :
a) Posisi area alat kelamin dengan dubur cenderung masih
berdekatan, sehingga meningkatkan kuman yang keluar melalui
dubur menginfeksi area alat kelamin.
b) Pada usia remaja awal, belum terbentuknya alat kelamin secara
sempurna sehingga dapat meningkatkan risiko mengalami
keputihan.
c) Belum terbentuknya labia atau bibir vagina dan rambut pubis
dapat mengurangi mekanisme area kemaluan.
d) Kulit area kemaluan remaja perempuan lebih sensitif terhadap
goresan ataupun gesekan, sehingga akan lebih muda terkena
paparan dari luar
e) Mukosa vagina pada awal remaja yang masih tipis dan kondisi
rongga vagina yang memiliki tingkat asam yang netral, hangat,
dan lembab, dapat menyediakan lingkungan yang baik untuk
bakteri berkembang (Djojosumanto, 2008).
2) Obesitas
Gangguan ketidak seimbangan hormon pada remaja putri dialami
terutama pada remaja dengan obesitas. Remaja dengan obesitas
mempunyai hormon estrogen lebih tinggi dari remaja dengan berat
badan normal. Hal inilah yang menyebabkan remaja putri dengan
obesitas lebih rentan mengalami keputihan (Gao & Horvath, 2008).
3) Kondisi Stress
Kondisi tubuh yang selalu tegang, cemas, kelelahan dan kurang

18
istirahat dapat menimbulkan keputihan. Semua organ tubuh
kinerjanya dipengaruhi oleh otak, maka ketika reseptor otak
mengalami kondisi stres, hal ini dapat menyebabkan terjadinya
perubahan dan keseimbangan hormon-hormon dalam tubuh dan
hal ini dapt menimbulkan terjadinya keputihan (Suparyanto,
2010). Stres dapat berpengaruh terhadap dinamika regulasi
hormonal yang berdampa terhadap perubahan fungsi fisiologis
sistem tubuh. Salah satunya adalah sistem reproduksi. Tanda-
tanda dan gejala stres diantaranya adalah adanya peningkatan
danyut jantung atau berdebar-debar, kekakuan otot terutama
dibagian leher dan bahu, insomnia, menurunnya konsentrasi atau
suka lupa, makan terlalu banyak atau sedikit, mudah tersinggung
dan marah, bertindak agresif dan defensive, otot-otot tegang,
selalu merasa lelah, sakit kepala, perut, dan diare (Selye, 1956;
Davis, et all, 1989; Kozier, et all, 1989 dalam Rasmun, 2009).
3) Kelainan pada lubang vagina
Kadang- kadang pada wanita ditemukan cairan dari liang
senggama yang bercampur dengan air seni atau kotoran dari usus
(fesses). Hal ini dapat terjadi karena adanya lubang kecil (fistul)
dari kandung kemih atau usus keliang senggama akibat adanya
cacat bawaan dari cidera persalinan (Clayton, 2005).
Kelainan congenital atau bawaan yang tidak adanya sama sekali
vagina atau sebagian (agenesis vagina) tentu akan menimbulkan
masalah bagi penderitas terutama adalah tidak dapat melakukan
hubungan seksual dan jalan keluar darah haid. Penderita yang
mengalami agenesis vagia frekuensinya tidak begitu banyak hanya
1:4000 kelahiran (Pribakti, 2010).
4) Imunitas
Ketika daya tahan tubuh seseorang menurun, organ reproduksi
cenderung mudah terinfeksi kuman, akibatnya dapat menimbulkan
keputihan (Sabardi, 2009).
D. Proses Fisiologis Keputihan

19
Proses menstruasi pada wanita terjadi dalam tiga tahapan, yaitu poliferasi,
sekresi, dan menstruasi. Pada masing- masing proses mempunyai pengaruh yang
berbeda terhadap endometrium. Keputihan secara fisiologis terjadi sebelum
menstruasi karena pengaruh dari proses menstruasi yang belibatkan hormon
estrogen dan progesterone. Pada proses proliferasi terjadi pembentukan hormon
estrogen oleh ovarium yang menyebabkan pengeluaran secret yang berbentuk
seperti benang, tipis dan elastis. Hormon estrogen berperan dalam produksi secret
pada fase sekretorik, merangsang pengeluaran secret pada saat wanita terangsang
serta menentukan kadar zat gula dalam sel tubuh (glikogen). Glikogen digunakan
untuk proses metabolisme pada bakteri Lacto bacillus doderlein. Sisa dari proses
metabolisme ini akan menghasilkan asam laktat yang menjaga keasaman vagina
yaitu 3,8 – 4,2. Pada saat ovulasi terjadi proses sekresi pada endometrium yang
dipengaruhi oleh hormon progesterone. Hormon progesterone menyebabkan
pengeluaran secret yang lebih kental seperti jeli.
Kemaluan wanita merupakan tempat yang paling sensitive dan merupakan
tempat yang terbuka sehingga kuman sangat mudah masuk. Secara anatomi alat
kelamin wanita berdekatan dengan anus dan uretra sehingga kuman yang berasal
dari anus dan uretra tersebut sangat mudah masuk. Kuman yang masuk ke alat
kelamin wanita akan menyebabkan infeksi sehingga dapat menyebabkan
keputihan patologis yang ditandai dengan gatal, berbau, dan berwarna kuning
kehijauan.
Vagina wanita dilengkapi dengan borrier alami yaitu epitel yang cukup
tebal, glikogen, dan bakteri Lactobacillus doderlein yang menghasilkan asidum
laktidum sehingga vagina menjadi asam dan memperkuat daya tahan vagina.
Vagina normal mempunyai bakteri Lactobacillus doderlein lebih banyak yaitu
95% dan bakteri lainnya yaitu 5%. Wanita yang memakai sabun vagina secara
terus menerus dapat membunuh barrier alami vagina karena cairan pencuci vagina
bersifat basa.

E. Cara mencegah keputihan


1. Menjaga kebersihan alat kelamin
Vagina secara anatomis berada di antara uretra dan anus. Alat kelamin
yang dibersihkan dari belakang ke depan dapat meningkatkan resiko

20
masuknya bakteri ke dalam vagina. Masuknya kuman ke dalam vagina
menyebabkan infeksi sehingga dapat menyebabkan keputihan. Cara cebok
yang benar adalah dari depan ke belakang sehingga kuman yang berada di
anus tidak dapat masuk ke dalam vagina.
2. Menjaga kebersihan pakaian dalam
Pakaian dalam yang tidak disetrika dapat menjadi alat perpindahan kuman
dari udara ke dalam alat kelamin. Bakteri, jamur, dan parasit dapat mati
dengan pemanasan sehingga menyetrika pakaian dalam dapat
menghindarkan infeksi kuman melalui pakaian dalam.
3. Tidak bertukar handuk
Handuk merupakan media penyebaran bakteri, jamur, dan parasit. Handuk
yang telah terkontaminasi bakteri, jamur, dan parasit apabila digunakan
bisa menyebabkan kuman tersebut menginfeksi pengguna handuk tersebut
sehingga gunakan handuk untuk satu orang.
4. Menghindari celana ketat
Celana ketat dapat menyebab- kan alat kelamin menjadi hangat dan lembab.
Alat kelamin yang lembab dapat meningkatkan kolonisasi dari bakteri,
jamur, dan parasit. Pening- katan kolonisasi dari kuman tersebut dapat
meningkatkan infeksi yang bisa memicu keputihan, maka hindari memakai
celana ketat terlalu lama.
5. Menghindari cuci vagina
Produk cuci vagina dapat membunuh flora normal dalam vagina.
Ekosistem dalam vagina terganggu karena produk pencuci vagina bersifat
basa sehingga menyebabkan kuman dapat berkembang dengan baik.
Produk cuci vagina yang digunakan harus sesuai dengan pH normal
vagina, yaitu 3,8-4,2 dan sesuai dengan petunjuk dokter.
6. Mencuci tangan sebelum mencuci alat kelamin
Tangan dapat menjadi perantara dari kuman penyebab infeksi. Mencuci
tangan sebelum menyentuh alat kelamin dapat menghindarkan
perpindahan kuman yang menyebabkan infeksi
7. Sering menganti pembalut Mengganti pembalut minimal 3-4 kalI sehari
dapatmenghindari kelembaban.

21
8. Mengelola stress
Stres dapat meningkatkan hormon adrenalin yang menyebabkan
penyempitan pembuluh darah. Pembuluh darah yang sempit menye-
babkan aliran estrogen ke vagina terhambat sehingga dengan meng-
hindari stres dapat mengurangi keputihan.

22
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan kesenjangan antara teori


dan kasus di lapangan Asuhan kebidanan Komunitas pada 28 Januari 2023 sesuai
dengan manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari 7 langkah Helen Varney
secara sistematis yakni pengkajian data, identifikasi diagnosa/masalah kebidanan,
identifikasi diagnosa/diagnosa masalah kebidanan potensial, identifikasi
kebutuhan segera/kolaborasi, perencanaan asuhan kebidanan, pelaksanaan asuhan
kebidanan dan evaluasi asuhan kebidanan. Adapun pembahasannya adalah
sebagai berikut :
A. Pengkajian Data

Semua pengumpulan data dilakukan untuk membuat keputusan. Pada


pengakajian data, data yang dikumpulkan meliputi data subyektif yang diperoleh
dari anamnesis dan data obyektif dari pemeriksaan fisik (Varney, 2010).
Berdasarkan pengkajian data yang dilakukan pada kasus ibu dengan indikasi
keputihan patologis, maka diperoleh :
a. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari hasil pengkajian data, yaitu dengan cara
menanyakan langsung kepada pasien/melakukan wawancara, dengan asuhan
kebidanan ibu .
1. Pendidikan
Pada kasus ini, berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Ny. N tingkat
pendidikan terakhir Ny. N adalah SMP. Menurut penulis pendidikan secara
umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain,
baik individu maupun kelompok sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan.
Rendahnya pendidikan ibu menyebabkan kurangnya pengetahuan ibu
mengenai keputihan karena ibu tidak banyak terpapar informasi mengenai
keputihan tersebut. Kejadian keputihan erat kaitannya dengan perilaku
seseorang dalam menjalan nya personal hiegine nya. menurut Siswono 2003

23
dari hasil pengalaman dan peneliti terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Siswono, 2003). Berdasarkan data di atas tidak terjadi
kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus.
2. Keluhan
Pada kasus ini Ny. N Mengeluh dari vagina keluar cairan kental berwarna
kekuningan, berbau dan timbul rasa gatal. Menurut penulis keluhan yang
dialami ibu merupakan tanda ibu mengalami keputihan patologis hal ini sesuai
dengan teori Daili (2009) yang mengatakan ciri keputihan patologis terdapat
banyak leukosit, jumlahnya banyak, timbul terus menerus, warnanya berubah
(biasanya kuning, hijau, abu-abu, dan menyerupai susu), disertai dengan
keluhan (gatal, panas, dan nyeri) serta berbau (apek, amis, dan busuk).
Berdasarkan data di atas tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus.
3. Riwayat Kb
Pada kasus ini ibu merupakan akseptor KB suntik 3 bulan. Menurut penelitian
(Syahlani,dkk, 2013) penyebab keputihan salah satunya disebabkan karena
penggunaan kontrasepsi yang mengandung hormonal, dalam pemakaian
kontasepsi hormonal keputihan meningkat sekitar 50% dibandingkan dengan
bukan pemakai kontrasepsi hormonal, keputihan makin sering timbul dengan
kadar esterogen yang lebih tinggi. Berdasarkan data di atas tidak terjadi
kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus.
4. Personal Hygiene
Pada kasus ini, ibu mengatakan bahan yang digunakan untuk celana dalam
kadang menyerap keringat kadang tidak menyerap keringat. sesuai dengan
yang dikemukakan oleh prayitno yang menyatakan bahwa penyebab keputihan
abnormal atau patologis dapat disebabkan oleh penggunaan pakaian dalam
berbahan sintesis yang ketat sehingga ruang yang ada tidak memadai.
Akibatnya, timbul iritasi pada organ kewanitaan. Berdasarkan data di atas tidak
terjadi kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus.

b.Data Objektif

1. Pemeriksaan Fisik Umum

24
a. Tekanan Darah
Dari hasil pengkajian data yang dilakukan, tekanan darah Ny. N adalah
110/70 mmHg. Menurut Padila (2014) tekanan darah normalnya 100/70
mmHg sampai dengan 130/90 mmHg.
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa tinjauan teori dan tinjauan
kasus tidak terjadi kesenjangan. Dilihat dari tekanan darah ibu di bawah
normal
b. LILA (Lingkar Lengan Atas)

Berdasarkan faktanya pada saat pemeriksaan ukuran LILA Ny. N adalah


28 cm. Menurut penulis ukuran LILA ibu masih dalam batas normal,
karena menurut Sulistiyawati (2011), LILA normal adalah lebih dari 23,5
cm, merupakan indikator kuat untuk menentukan status gizi ibu kurang
atau buruk. Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa tinjauan teori dan
tinjauan kasus tidak terjadi kesenjangan.

2. Pemeriksaan Fisik Khusus:


Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik pada ny. N didapatkan hasil bahwa
tampak cairan berwarna kuning kental, berbau dan tampak kemerahan pada
sekitaran vagina hal ini sesuai dengan teori Ratna (2012) keputihan yang tidak
normal berwarna kehijauan, kental, gatal dan berbau biasanya menyebabkan
munculnya flek kekuningan yang membekas di pakaian dalam. Berdasarkan
data di atas, dapat dilihat bahwa tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terjadi
kesenjangan.
Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Pada langkah ketiga ini mengidentifikasi masalah potensial berdasarkan
diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan (Varney, 2010).
Berdasarkan identifikasi diagnosa dan masalah potensial penulis
menemukan adanya diagnosa potensial yang terjadi pada Ny. N berpotensi terjadi
keadaan infeksi vagina yang lebih berat, dan jika tidak tertangani dengan baik
dan dialami dalam waktu yang lama akan berdampak pada terjadinya infeksi
saluran reproduksi. Infeksi saluran reproduksi ini mengakibatkan infertilitas.
Identifikasi Kebutuhan akan Tindakan Segera atau Kolaborasi

25
Menurut Mangkuji, dkk (2014), perlunya tindakan segera dan kolaborasi
dilakukan jika klien mengalami penyakit atau keluhan yang mengancam maka
dilakukan tindakan segera atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya.
Untuk menangani kasus keputihan patologis, tidak ada yang memberikan indikasi
adanya tindakan segera dimana harus menyelamatkan jiwa klien, namun pada
kasus keputihan patologis perlu dilakukan kolaborasi dengan bidan desa untuk
skrining awal tindakan IVA (Inspeksi Visual Asetat) karena keputihan yang tidak
normal (patologis) dapat menjadi petunjuk adanya suatu penyakit seperti kanker
rahim (Husaini, 2017).
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa tinjauan teori dan tinjauan
kasus tidak terjadi kesenjangan.
Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh dilangkah lima harus
dilaksanakan secara efesien. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, memastikan langkah-langkah tersebut
benar-benar terlaksana. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi denga dokter
untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan
dalam manejemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Implementasi yang diberikan pada ibu adalah hasil pemeriksaan kepada ibu
dan jelaskan hal-hal yang di anggap penting, agar ibu dapat mengetahui
keadaanya. Jelaskan penyebab keputihan yang dialami ibu dan cara mengatasinya.
Dan berikan penkes mengenai personal hiegine yang benar terutama pada alat
genitalia serta mengkonsumsi makanan yang bergizi dan olahraga teratur.
Berdasarkan data di atas tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai denga kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan
diagnosis. Rencana tersebut dapat di anggap efektif juka memang benar efektif
dalam pelaksanaanya. Adapun kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut

26
27
BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan
1. Telah dilaksanakan pengumpulan data dasar pada Ny. N dengan keputihan
patologis di Desa Aek Loba Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan
tahun 2022
2. Telah dilaksanakan perumusan diagnosa/ masalah aktual pada Ny. N dengan
pengumpulan baik dari data subjektif, data objektif sehingga didapatkan
diagnosa kebidanan pada Ny. N dengan keputihan patologis
3. Telah dilaksanakan permusan diagnosa/ masalah potensial pada Ny. N
dengan keputihan patologis dengan hasil tidak ada masalah potesial yang
terjadi pada ibu karna diberikannya penanganan yang tepat.
4. Telah mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi pada Ny.N
dengan keputihan patologis dengan hasil bahwa pada kasus ini dilakukan
tindakan kolaborasi dengan bidan desa untuk dilakukan tindakan IVA untuk
mengetahui ada tidaknya tanda gejala kanker serviks.
5. Telah menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny. N dengan
keputihan patologis dengan hasil merencanakan asuhan berdasarkan
diagnosa/ masalah aktual dan masalah potensial yang dapat terjadi.
6. Telah melaksanakan tindakan asuhan yang telah direncankan pada Ny. N
dengan keputihan patologis dengan hasil yaitu semua tindakan yang telah
direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa adanya
hambatan.
7. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada Ny. N dengan
keputihan patologis dengan penangan menganjurkan ibu untuk melakukan
pemeriksaan IVA serta menjaga kebersihan organ reproduksi ibu
8. Berdasarkan analisis, tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
Penulis mampu memberikan dukungan moril, memberi penkes mengenai pola
hidup sehat dan KIE tentang personal hyegine.

28
Saran
a. Untuk Klien
1. Menganjurkan kepada ibu agar mengkomsumsi makanan yang bergizi
seimbang, pola hidup sehat, dan cara menjaga kebersihan diri terutama
organ reproduksi
2. Menganjurkan agar setiap ibu rutin melakukan IVA test di puskesmas min.
Satu tahun sekali untu mendeteksi adanya gejala kanker serviks.
b. Untuk Bidan
1. Dalam melakuakan tugas sebagai bidan untuk memberikan tindakan perlu
diketahui rasional setiap tindakan yang diberikan kepada klien dan harus
dengan persetujuan klien.
2. Sebagai bidan dalam melakukan tindakan perlu membina hubungan yang
baik antara klien ataupun keluarga sehingga tercapai tujuan yang
diinginkan.
3. Profesi bidan harus mampu mengambil suatu keputusan klinik untuk
menghindari keterlambatan merujuk sehingga dapat mencegah kematian
ibu dan bayi.
c. Untuk Institusi
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan perlu kiranya penerapan
manajemen kebidanan dalam pemecahan masalah lebih ditingkatkan dan
dikembangkan, mengingat proses tersebut sangat bermanfaat dalam
membina tenaga bidan guna menciptakan tenaga kesehatan yang berpotensi
dan profesional.

29
DAFTAR PUSTAKA

Allender & spradley. 2005. Community Health Nursing: Concept and Practice. (5
th ed). Philladelhia: Lippincott
Anisa P, Bahar. (2015). Hubungan Pemakaian Pantyliner dengan gejala
Keputihan di Surakarta. Available from:
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/284 Diakses 13April
2020.
Bubakar A. Amiruddin M. (2015) Clinical Aspek Flour Albus of Female and
Treatment. Indones J [Internet]. 2012;1(1):19-29. Available from:
http://www.unhas.ac.id/index.php/ijdv/article/view/255 diakses 12 April
2020
Cahyaningtyas,Ratna. (2019). HUBUNGAN ANTARA PERILAKU VAGINAL
HYGIENE DAN KEBERADAAN CANDIDA ALBICANS PADA AIR
KAMAR MANDI DENGAN GEJALA KEPUTIHAN PATOLOGIS PADA
SANTRI PEREMPUAN PONDOK PESANTREN DI
SURABAYA. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol. 11 No. 2 Juli 2019 (215–
224). ISSN : 1829 – 7285. E-ISSN : 2040 – 881X.
Daili, Fresti, Farida. (2011). Infeksi Menular Seksual. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
El Manan. (2011). Miss V. Yogyakarta: Buku Biru.
Gao and Hovard. (2008). Cross-talk betwee estrogen and leptin signaling in the
hypothalamus: PubMed. https:/www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed / 18334610
Diakses 14 April 2020.
Kasdu D. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara; 2008.
Kusmiran, Eny.2011. Reproduksi Remaja & wanita. Jakarta: Salemba Medika
Manuaba. (2005). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan.EGC. Jakarta.
Peyemp. (2014). Perempuan 2 Tidak ada yang bisa menebak isi hati seorang
perempuan, bahkan dirinya sendiri. Trans Media Pustaka
Potter dan Perry. (2005). Fundamental of Nursing : Konsep, Proses, dan Praktik.
Buku 1, Edisi 7. Salemba Medika. Jakarta
Wijayanti. D. (2014). Fakta Penting Seputar Kesehatan Reproduksi Wanita.
Yogyakarta: Diglosia Printika
Wiknjosastro, H. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.

30
DOKUMENTASI

Gambar Keluarga Tn. S

31

Anda mungkin juga menyukai