Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KLINIK ASUHAN

KEBIDANAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN


PRAKONSEPSI DI PUSKESMAS LUBUK ALUNG
TAHUN 2023

Pembimbing Akademik: Ayu nurdian S.ST, Bd, M.Keb

Pembimbing Lahan: : Bdn Yetti latif, S.ST

Disusun oleh

Nama: Murniati
NIM : 211000415901028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEBIDANAN UNIVERSITAS
PRIMA NUSANTARABUKITTINGGI
TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK PROFESI


STASE ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN
PRAKONSEPSI

Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Pranikah dan Prakonsepsi ini


Telah Memenuhi Disetujui untuk di laksankan ke tahap Laporan Kasus
Padang Pariaman, Tanggal 3 Februari 2023

Menyetujui

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ayu Nurdiyan,S.ST.Bd.M.Keb BD Yetti latif, SST


NIDN.19830424005012005 NIP19830424005012005

I
PRAKTEK KLINIK PROFESI STASE ASUHAN KEBIDANAN
PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI

Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Pranikadan Prakonsepsi


di Puskesmas Lubuk Alung

Telah Memenuhi Disetujui untuk di laksanakan ke tahap Laporan Kasus


Padang Pariaman, Tanggal Februari 2023

Menyetujui

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ayu Nurdiyan,S.ST.Bd.M.Keb BD Yetti latif, SST


NIDN.19830424005012005 NIP 19830424005012005

Mengetahui, Diketahui,
Ka. Prodi Pendidikan Profesi Bidan Koord. Praktik Klinik Profesi

Suci Rahmadheny, S.ST, M.Keb. Lady Wizia, S.Keb., Bd.


NIDN. NIDN.

II
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’aalamiin segala puji syukur kami panjatkan


kehadirat Allah SWT, atas segala karunia dan ridha-Nya, sehingga
Laporan Kasus Stase Pranikah dan Prakonsepsi pada Program Pendidikan
Profesi Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Fakultas Kebidanan
Universitas Prima Nusantara Bukittinggi selesai disusun.

Laporan Kasus ini digunakan sebagai syarat dalam pelaksanaan


praktik kebidanan. Laporan Kasus ini diharapkan dapat memberikan
manfaat pada kami dalam memahami kompetensi yang harus dipenuhi
selama praktik profesi.

Laporan kasus ini menjelaskan tentang tujuan pembelajaran,


kompetensi mahasiswi yang harus dicapai, strategi praktik klinik, metode
pembelajaran, peraturan dan evaluasi pembelajaran.

Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah


berkontribusi dalam penyusunan laporan kasus ini. Demi mendekati
kesempurnaan laporam kasus di waktu yang akan datang, kami
mengharapkan masukan, kritik dan saran.

Bukittinggi, Februari 2023

III
DAFTAR ISI

Halaman

COVER
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Tujuan Umum dan Khusus ........................................................... 4
C. Manfaat Penulisan ........................................................................ 5
D. Metode Penulisan ......................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Pranikah dan Prakonsepsi..................................... 7
1. Pengertian............................................................................. 7
...................................................................................................
2. Tujuan Asuhan Pranikah ...................................................... 8
...................................................................................................
3. Kesiapan Menikah ............................................................... 8
...................................................................................................
4. Pelayanan Kesehatan Pranikah ............................................ 9
...................................................................................................
5. Suplemen Gizi....................................................................... 18
6. Konseling/Konsultasi Kesehatan Pranikah .......................... 19
7. Evidence Based Pranikah...................................................... 23
8. Pentingnya Periksa Kesehatan Pranikah .............................. 24
9. Jenis Pemeriksaan Kesehatan Pranikah ............................... 27
10. Manfaat Pemeriksaan Kesehatan Pranikah ....................... 28
B. Konsep Dasar Askeb Pranikah dan Prakonsepsi ........................ 28
1. Pengkajian Data ................................................................... 28
2. Interpretasi Data ................................................................... 36
3. Identifikasi Diagnosa & Masalah Potensial ......................... 37
4. Identifikasi Kebutuhan Segera ............................................. 37
5. Perencaaan ........................................................................... 37
6. Pelaksanaan .......................................................................... 38
7. Evaluasi ................................................................................ 39
C. SOAP
1. Subjektif ............................................................................... 39
2. Objectif ................................................................................ 40
3. Analisis ................................................................................ 40
4. Penatalaksanaan ................................................................... 40

IV
DAFTAR PUSTAKA

V
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan tidak hanya mempersatukan pasangan laki-laki dan
perempuan. Pernikahan merupakan bertemunya seorang laki-laki dan seorang
wanita yang berbeda ke dalam sebuah ikatan tali perjanjian yang sakral dengan
menjunjung tinggi nilai adat dan agama. Dalam pernikahan terdapat tanggung
jawab, komitmen dan tujuan untuk melanjutkan keturunan guna membentuk
keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah . Demi mewujudkan tujuan
mulia tersebut tiap pasangan perlu mempersiapkannya dengan matang.
Tidak hanya mempersiapkan fisik, modal keuangan yang mencukupi,
tetapi batin atau mental, serta riwayat kesehatan maupun kehidupan pribadinya
juga perlu dipertimbangkan, karena hal itu merupakan faktor penting untuk
memenuhi kebutuhan psikologis calon pengantin. Pemeriksaan kesehatan
Pranikah (Premental Chek Up) adalah sekumpulan pemeriksaan yang dilakukan
oleh calon pengantin laki-laki maupun perempuan untuk mendeteksi dan
memastikan status kesehatan calon pengantin, terutama penyakit menular,
menahun dan turunan yang dapat mempengaruhi kesuburan maupun kesehatan
janin
Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan pencegahan terhadap
masalah kesehatan mengenai kesuburan dan penyakit yang diturunkan secara
genetik. Masih banyak pasangan yang menganggap bahwa persiapan dan
pemeriksaan pranikah hanya melakukan Imunisasi Tetanus Toksiod (TT),
sehingga persiapan dalam aspek psikologis jarang sekali menjadi pertimbangan
dalam melangkah ke jenjang pernikahan. Padahal persiapan dan pemeriksaan
pranikah tidak hanya melalui Imunisasi atau vaksinasi dan tidak hanya berkaitan
dengan fertilitas (keturunan), tetapi juga berkaitan dengan pemeriksaan gizi,
kesehatan mental calon pengantin atau aspek psikologis dan fisiologi.
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017
menunjukkan menurut responden wanita median umur ideal kawin untuk pria
adalah 25,9 tahun, dan menurut responden pria median umur ideal untuk wanita
adalah 25,6 tahun . Pada tujuan ketiga SDGs (Sustainable Development Goals)

1
yaitu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan untuk semua lapisan usia,
maka Wanita Usia Subur (WUS) termasuk menjadi sasaran program. Kesehatan
WUS merupakan hal yang perlu diperhatikan karena WUS berada dalam usia
reproduksi. Maka salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan wanita usia subur yaitu melalui pelayanan pranikah(4) . Peraturan
Menteri Kesehatan No 97 Tahun 2014 Pelayanan Kesehatan Prakonsepsi adalah
serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan sejak saat remaja hingga
saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan menuju kehamilan
yang sehat .
Salah satu pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan pranikah di
masyarakat yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama atau Puskesmas. Jumlah
Puskesmas di Indonesia meningkat dari tahun 2017 sampai dengan Desember
2019 sebanyak 9.754 unit, yang terdiri dari 3.396 unit rawat inap dan 6.358 unit
Puskesmas rawat jalan. Total Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK)
Puskesmas di Indonesia tahun 2019 sebanyak 258.568 orang yang meliputi
219.860 orang tenaga kesehatan (85,03%), 38.708 atau 14,97% orang tenaga
penunjang kesehatan dan proporsi terbanyak tenaga kesehatan di Puskesmas
yaitu bidan sebanyak 79.314 orang (30,67%) . Sedangkan jumlah Wanita Usia
Subur (WUS) di provinsi Sumatera Barat pada tahun 2020 sebanyak 990.245
orang dengan cakupan imunisasi TT3 sebanyak 21.845 orang (3,08%) . Ini
berarti banyaknya tenaga kesehatan tidak diimbangi dengan pelayanan pranikah
yang diberikan.
Menikah merupakan tahapan yang penting bagi setiap pasangan yang
sudah menemukan belahan jiwa, setelah cukup lama saling mengenal satu sama
lain, berbagi cerita dan berusaha menyatukan ide-ide. Hubungan akhirnya
mencapai titik tertinggi. Tentulah persiapan yang matang untuk menjadikannya
sebagai saat-saat yang paling indah adalah layak untuk dilakukan. Calon
pengantin merupakan pasangan laki-laki dan perempuan yang akan segera hidup
bersama dalam mahligai rumah tangga dan membentuk keluarga dalam ikatan
pernikahan (Willis, 2009). Masalah pranikah dapat dikaitkan dengan masa
prakonsepsi, karena setelah menikah akan segera menjalani proses
konsepsi. Kualitas seorang generasi penerus akan ditentukan oleh kondisi

2
sejak sebelum hamil dan selama kehamilan. Kesehatan prakonsepsi menjadi
sangat penting untuk diperhatikan termasuk status gizinya, terutama dalam
upaya mempersiapkan kehamilan karena akan berkaitan erat dengan outcome
kehamilan (Paratmanitya & Hadi, 2012).
Kehamilan merupakan impian bagi pasangan suami istri dengan
memiliki seorang anak, salah satu tujuan dari pernikahan telah terpenuhi.
Kehamilan pertama merupakan pengalaman pembentukan kehidupan yang
membawa perubahan sosial dan psikologis yang besar bagi seorang perempuan.
Menurut Newman (2006), beberapa perempuan merasa sangat senang
menghadapi kehamilan, sedangkan yang lain mengalami kecemasan.
Kemampuan seorang perempuan untuk beradaptasi saat kehamilan pertama
tergantung pada kesiapan yang dimilikinya. Apabila seorang perempuan belum
siap menghadapi kehamilan, dapat menyebabkan kecemasan lebih lanjut
sehingga meningkatkan hormon adrenalin yang kemungkinan berdampak buruk
pada outcome persalinan.
Berbagai penelitian sudah sejak lama membuktikan mengenai manfaat
persiapan pranikah dalam membantu pasangan membangun hubungan jangka
panjang yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan anak (Hawkins, et al,
2015). Kesiapan menikah terdiri atas kesiapan emosi, sosial, spiritual, peran,
usia, seksual, dan finansial (Sari, dkk, 2013). Salah satu indikasi bahwa calon
pengantin yang sehat adalah dengan kesehatan reproduksinya berada pada
kondisi yang baik (Kemenkes, 2015). Dengan kesehatan reproduksi yang
telah disiapkan semenjak pranikah dapat menurunkan kehamilan tidak
diinginkan dan juga mengurangi adanya kelainan yang terjadi pada saat hamil,
bersalin, maupun nifas. Oleh karena itu, program persiapan pranikah menjadi
penting dalam perencanaan kehamilan. Dengan demikan, bidan sebagai ujung
tombak kesehatan ibu dan anak memiliki peran penting dalam memberikan
edukasi tetang perencanaan kehamilan pada calon pengantin dalam asuhan
kebidanan pranikah.

3
B. Tujuan umum dan Khusus
1. Tujuan Umum
Mampu menjelaskan konsep dasar, serta mampu memberikan dan
melaksanakan asuhan kebidanan pranikah dan prakonsepsi pada calon
pengantin di Puskesmas Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman Tahun
2023.
a. Manmpu menjelaskan konsep dasar asuhan kebidanan pra nikah dan
konsepasi pada calon pengantin di puskesmas Lubuk Alung kabupaten
Padang Pariaman Tahun 2023.
b. Mampu memberikan dan melaksanakan identifikasi kebutuhan Tindakan
segera asuhan kebidanan pranikah dan prakonsepsi pada calon pengantin
di Puskesmas Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2023.
c. Mampu memberikan dan melaksanakan perencanaan asuhan kebidanan
pranikah dan prakonsepsi pada calon pengantin di Puskesmas Lubuk
Alung Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2023.
d. Mampu memberikan dan melaksanakan pelaksanaan asuhan kebidanan
pranikah dan prakonsepsi pada calon pengantin di Puskesmas Lubuk
Alung Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2023.
e. Mampu memberikan dan melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan
pranikah dan prakonsepsi pada calon pengantin di Puskesmas
LubukAlung Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2023.

C. Manfaat Penulisan
1. Instansi
Sebagai sumber informasi dan menambah pengetahuan kepada instansi
terkait dalam meningkatkan kualitas pelayanan.
2. Institusi
Sebagai bahan pembelajaran dan sumber pengetahuan untuk penulis
selanjutnya dan juga sebagai sumber informasi bagi rekan-rekan mahasiswa
kebidanan Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi dalam penerapan
asuhan kebidanan pada pranikah dan prakonsepsi

4
3. Penulis
Merupakan pengalaman yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
menambah wawasan dalam penerapan asuhan kebidanan pada pranikah dan
prakonsepsi.
D. Metode Penulisan
Penulisan ini menggunakan beberapa metode yaitu:
1. Metode pustaka
Penulis mempelajari buku-buku, literatur dan media internet yang
berhubungan dengan penerapan asuhan kebidanan pada pranikah dan
prakonsepsi.
masalah, identifikasi kebutuhan tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi.
2. Studi kasus
Penulis melakukan penelitian ini dengan menggunakan pendekatan proses
manajemen asuhan kebidanan oleh varney ,dengan 7 langkah yang
meliputi pengkajian data subjektif ,objektif diagnosa /masalah,identifikasi
kebutuhan tindakan segera ,perencanaan ,pelaksanaan dan evaluasi
3. Studi dokumentasi
Studi ini di lakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang
bersumber dari buku KIA dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya yang
dapat memberi konstribusi dan penyelesaian laporan asuhan kebidanan ini

4. Diskusi
Penulis melakukan tanya jawab dengan klien, keluarga klien, Clinical
Instuktur di lahan praktik dan dosen pembimbing di institusi yang membantu
untuk kelancaran penyusunan laporan asuhan kebidanan ini.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pranikah dan Prakonsepsi


1.Pengertian Pendidikan Pranikah
Menurut George F. Kneller sebagaimana yang dikutip oleh
Helmawati dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Keluarga; Teoritis dan
Praktis” memberikan penjelasan mengenai pendidikan dalam arti secara luas
dan secara sempit. Pendidikan dalam arti luas dijelaskan sebagai suatu
tindakan dan pengalaman seseorang yang dapat mempengaruhi
perkembangan kemampuan jiwa, fisik serta wataknya. Adapun pendidikan
dalam arti sempit menurut George ialah sebuah proses mengubah
(mentransformasi) pengetahuan, nilai, serta keterampilan dari suatu generasi
ke generasi setelahnya yang diwariskan oleh masyarakat melalui lembaga
pendidikan baik formal maupun nonformal seperti sekolah, perguruan tinggi
dan sebagainya (Kertamuda, 2009).
Pra nikah tersusun dari dua kata yaitu “pra” dan “nikah”, kata “pra”
sebagaimana yang tercantum di dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia”
ialah sebuah awalan yang memiliki makna “sebelum”. Sedangkan kata
“nikah” diartikan di dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” ialah sebagai
sebuah ikatan atau perjanjian (akad) perkawinan antara seorang laki-laki dan
seorang perempuan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hokum
Negara dan agama.
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
dengan batas usia 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan.
Akat tetapi, berdasarkan UU No. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU
No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, usia kurang dari 18 tahun
masih tergolong anak-anak. Oleh karena itu, BKKBN memberikan batasan
usia pernikahan 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun untuk pria. Selain itu,

6
umur ideal yang matang secara biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun
bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun bagi pria (BKKBN, 2017). Sedangkan,
pasangan yang akan melangsungkan pernikahan/akad perkawinan disebut
calon pengantin (Setiawan, 2017).
2.Tujuan Asuhan Paranikah
Menurut Kemenkes (2014), penyelenggaraan pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan untuk:
a. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang
sehat dan berkualitas.
b. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru
lahir
c. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak
reproduksi
d. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3.Kesiapan Menikah
Upaya yang dapat dilakukan seorang individu untuk mencapai tujuan
yang telah dirumuskan dengan baik adalah dengan melakukan perencanaan
dan persiapan. Begitu pula dalam menyongsong kehidupan pernikahan yang
bahagia, akan ada begitu banyak hal yang harus dipersiapkan oleh seorang
calon mempelai baik lakilaki maupun perempuan. Hasil akhir dari persiapan
ini diharapkan mampu menumbuhkan kesiapan, sehingga pernikahan yang
akan dibangun dapat berjalan dengan baik serta tanpa ada kendala yang
berarti. Beberapa kesiapan yang harus dimiliki oleh kedua calon pengantin
diantaranya yaitu; kesiapan fisik, kesiapan mental, dan kesiapan ekonomi.
Ketiga hal ini umumnya menjadi pemicu sebuah ketakutan bagi orang-orang
yang hendak memasuki jenjang pernikahan (Kertamuda, 2009).
Dalam Pelatihan Peer Konselor Kota Depok (2011) dan Kemenkes
(2015), persiapan pernikahan meliputi kesiapan fisik, kesiapan
mental/psikologis dan kesiapan sosial ekonomi.

7
a. Kesiapan Fisik
Secara umum, seorang individu dikatakan siap secara fisik apabila
telah selesai fase pertumbuhan tubuh yaitu sekitar usia 20 tahun.
Persiapan fisik pranikah meliputi pemeriksaan status kesehatan, status
gizi, dan laboratorium (darah rutin dan yang dianjurkan).
b. Kesiapan Mental/Psikologis
Dalam sebuah pernikahan, individu diharapkan suda merasa siap
untuk mempunyai anak dan siap menjadi orang tua termasuk mengasuh
dan mendidik anak.
c. Kesiapan Sosial Ekonomi
Dalam menjalankan sebuah keluarga, anak yang dilahirkan tidak
hanya membutuhkan kasih sayang orang tua namun juga sarana yang
baik untuk membuatnya tumbuh dan berkembang dengan baik. Status
sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi status gizi calon ibu, seperti
status sosial ekonomi yang kurang dapat meningkatkan risiko terjadi
KEK dan anemia.
4.Pelayanan Kesehatan Pranikah
Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2014) dan telah tertulis
dalam buku saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin
maupun bagi penyuluhnya yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Pemerintah
baik daerah provinsi maupun kabupaten/kota telah menjamin ketersediaan
sumber daya kesehatan, sarana, prasarana, dan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan sebelum hamil sesuai standar yang telah ditentukan. Di Sumatera
Barat telah diatur dalam Surat Edaran Walikota Padang perihal Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), beberapa kegiatan program
pendampingan 1000 HPK yang berkaitan dengan pranikah adalah dengan
pemeriksaan kesehatan calon pengantin meliputi pemeriksaan fisik dan
laboratorium, serta penyuluhan kesehatan reproduksi calon pengantin.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk mempersiapkan
perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan
selamat serta memperoleh bayi yang sehat.

8
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil sebagaimana yang
dimaksud dilakukan pada remaja, calon pengantin, dan pasangan usia subur
(PMK No. 97 tahun 2014). Menurut Kemernkes (2015) dan PMK No. 97
tahun 2014, kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil atau
persiapan pranikah sebagaimana yang dimaksud meliputi:
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi pemeriksaan
tanda vital(tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas) dan pemeriksaan status
gizi (menanggulangi masalah kurang energi kronis (KEK) dan pemeriksaan
status anemia). Penilaian status gizi seseorang dapat ditentukan dengan
menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT) berdasarkan PMK RI Nomor 41
Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang, sebagai berikut:
BB (kg)
IMT = 2
TB m
Keterangan:
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya sebagai
berikut :
Status Gizi Kategori IMT
Kurus Kekurangan BB tingkat ringan 17,0-18,4
Kekurangan BB tingkat berat <17,0
Normal 18,5-25
Gemuk Kelebihan BB tingkat berat 25,1-27,0
Kelebihan BB tingkat ringan >27
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014.
Jika seseorang termasuk kategori :
1) IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan
berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2) IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan (Depkes, 2011).

9
Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LILA pada kelompok
Wanita Usia Subur (WUS) usia 15 – 45 tahun adalah salah satu deteksi dini
yang mudah untuk mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis
(KEK). Ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah
23,5 cm. Apabila LILA < 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA, artinya
wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan
berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai risiko kematian, gizi
kurang, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan anak (Supariasa, dkk,
2014).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pramantya (2012) memberikan
hasil bahwa terdapat pengaruh dari citra tubuh terhadap asupan makan yang
menyebabkan terciptanya hubungan yang berkebalikan antara asupan makan
dengan status gizi. Hal ini didukung oleh data yang menunjukkan bahwa
pada kelompok subjek yang tidak puas, rata-rata asupan makannya lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok subjek yang puas. Responden yang
tidak puas terhadap citra tubuhnya cenderung memiliki status gizi lebih,
sehingga pada kelompok subjek dengan status gizi lebih rata-rata asupan
makannya malah cenderung lebih rendah. Pengambilan data mengenai citra
tubuh dan asupan makan memiliki kerangka waktu (time frame) yang sama
yaitu dalam 1 bulan terakhir, sehingga pengaruh faktor pencitraan tubuh
terhadap asupan makan dapat terjadi. Untuk itu sebagai tenaga kesehatan
sebaiknya menekankan pentingnya status gizi yang baik untuk
mempersiapkan kehamilan di masa yang akan datang.
b. Pemeriksaan Penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis,
terdiri atas pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan
urin yang diuraikan sebagai berikut (Kemenkes, 2015):
1) Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah.
Pemeriksaan hemoglobin untuk mengetahaui status anemia seseorang.
Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya satu atau lebih parameter sel
darah merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah

10
merah. Menurut kriteria WHO anemia adalah kadar hemoglobin di
bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Berdasarkan
kriteria WHO yang direvisi/ kriteria National Cancer Institute, anemia
adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di bawah 12 g%
pada wanita. Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada
penderita dengan keganasan. Anemia merupakan tanda adanya penyakit.
Anemia selalu merupakan keadaan tidak normal dan harus dicari
penyebabnya (Oehadian, 2012). Anemia defisiensi zat besi dan asam
folat merupakan salah satu masalah masalah kesehatan gizi utama di
Asia Tenggara, termasuk di Indonesia (Ringoringo, 2009). Saat ini
program nasional menganjurkankombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram
asam folat untuk profilaksis anemia (Fatimah, 2011).
2) Pemeriksaan darah yang dianjurkan
Meliputi gula darah sewaktu, skrining thalassemia, malaria
(daerah endemis), hepatitis B, hepatitis C, TORCH (Toxoplasma,
rubella, ciromegalovirus, dan herpes simpleks), IMS (sifilis), dan HIV,
serta pemeriksaan lainnya sesuai dengan indikasi.
a) Pemeriksaan gula darah
Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes dapat
mempengaruhi fungsi seksual, mesnstruasi tidak teratur (diabetes
tipe 1), meningkatkan risiko mengalami Polycystic ovarian
syndrome (PCOS) pada diabetes tipe 2, inkontensia urine, neuropati,
gangguan vaskuler, dan keluhan psikologis yang berpengaruh dalam
patogenesis terjadinya penurunan libido, sulit terangsang, penurunan
lubrikasi vagina, disfungsi orgasme, dan dyspareunia. Selain itu
diabetes juga berkaitan erat dengan komplikasi selama kehamilan
seperti meningkatnya kebutuhan seksio sesarea, meningkatnya
risiko ketonemia, preeklampsia, dan infeksi traktus urinaria, serta
meningkatnya gangguan perinatal (makrosomia, hipoglikemia,
neonatus, dan ikterus neonatorum) (Kurniawan, 2016).

11
b) Pemeriksaan Hepatitis
Penyakit yang menyerang organ hati dan disebabkan oleh virus
hepatitis B, ditandai dengan peradangan hati akut atau menahin yang
dapat berkembang menjadi sirosis hepatis (pengerasan hati) atau
kanker hati. Gejala hepatitis B adalah terlihat kuning pada bagian
putih mata dan pada kulit, mual, muntah, kehilangan nafsu makan,
penurunan berat badan, dan demam. Dampak hepatitis B pada
kehamilan dapat menyebabkan terjadinya abortus, premature, dan
IUFD. Dapat dicegah dengan melaksukan vaksinasi dan
menghindari hal-hal yang menularkan hepatitis B (Kemenkes,
2017). Cara penularan hepatitis B melalui darah atau cairan tubuh
yang terinfeksi, hubungan seksual dengan penderita hepatitis B,
penggunaan jarum sutik bersama, dan proses penularan dapat
ditularkan dari ibu hamil penderita hepatitis B ke janinnya.
c) Pemeriksaan TORC
Suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi toxoplasma
gondii, rubella, cytomegalovirus (CMV), dan herpes simplex virus
II (HSV II). Dapat ditularkan melalui konsumsi makanan dan
sayuran yang tidak terlalu bersih dan tidak dimasak dengan
sempurna atau setengah matang, penularan dari ibu ke janin, kotoran
yang terinfeksi virus TORCH (kucing, anjing, kelelawar,burung).
Dampak TORCH bagi kesehatan dapat menimbulkan masalah
kesuburan baik wanita maupun laki-laki sehingga menyebabkan
sulit terjadinya kehamilan, kecacatan janin, dan risiko keguguran,
kecacatan pada janin seperti kelainan pada syaraf, mata, otak, paru,
telinga, dan terganggunya fungsi motorik.
d) Pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seks)
Penyakit infeksi yang dapt ditularkan melalui hubungan
seksual. Penyakit yang tergolong dalam IMS seperti sifilis, gonorea,
klamidia, kondiloma akuminata, herpes genitalis, HIV, dan hepatitis
B, dan lain-lain.
Gejala umum infeksi menular seksual (IMS) pada perempuan:

12
 Keputihan dengan jumlah yang banyak, berbau, berwarna, dan
gatal
 Gatal di sekitar vagina dan anus
 Adanya benjolan, bintil, kulit, atau jerawat di sekitar vagina
atau anus
 Nyeri di bagian bawah perut yang kambuhan, tetapi tidak
berhubungan dengan menstruasi
 Keluar darah setelah berhubungan seksual
 Demam
Gejala umum infeksi menular seksual pada laki-laki:
 Kencing bernanah, sakit, perih atau panas ppada saat kencing
 Adanya bintil atau kulit luka atau koreng sekitar penis dan
selangkangan paha
 Pembengkakan dan sakit di buah zakar
 Gatal di sekitar alat kelamin
 Demam
Dampak infeksi menular seksual yaitu kondisi kesehatan
menutun, mudah tertular HIV/AIDS. Mandul, keguguran, hamil di
luar kandungan, cacat bawaan janin, kelainan penglihatan, kelainan
syaraf, kanker serviks, dan kanker organ seksual lainnya.
e) Pemeriksaaan HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang
menyerang dan melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk
melawan infeksi sehingga tubuh mudah tertular berbagai penyakit.
AIDS (Acquire Immuno Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan
gejala dan tanda penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh HIV. Seseorang yang menderita HIV, tiak langsung
menjadi AIDS dalam kurun waktu 5 – 10 tahun. Penularan HIV di
dapatkan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya (cairan sperma,
cairan vagina, dan air susu ibu). Cara penularan HIV melalui:
 Hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi HIV.

13
 Penggunaaan jarum suntik bersama-sama dengan orang yang
sudah terinfeksi HIV (alat suntik, alat tindik, dan alat tato).
 Ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dikandungnya. Penularan
dapat terjadi selama kehamilan, saat melahirkan, dan saat
menyusui.
 Transfusi darah atau produk darah lainnya yang terkontaminasi
HIV.
Semua orang bisa berisiko tertular HIV, tetapi risiko tinggi
terdapat pada pekerja seksual, pelanggan seksual, homoseksual
(sesame jenis kelamin), dan penggunaan narkoba suntik.
Cara pencegahan penularan HIV-AIDS dapat dilakukan dengan
ABCDE yaitu:
a. Abstinence (tidak berhubungan seksual)
b. Be faithful (saling setia, tidak berganti pasangan)
c. Use Condom (menggunakan kondom jika memiliki perilaku
seksualberisiko)
d. No Drugs (tidak menggunakan obat-obat terlarang, seperti
narkotika, zat adiktif, tidak berbagi jarum (suntik, tindik, tato)
dengan siapapun.
e. Education (membekali informasi yang benar tentang
HIV/AIDS)
c. Pemeriksaan urin rutin
Urinalisis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui fungsi
ginjal dan mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau saluran kemih.
d. Pemberian imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan
perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan
seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus.
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status T5
hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 sebagaimana
dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh.
Dalam hal status imunisasi belum mencapai status T5saat pemberian

14
imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat
dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin.
Tabel 2.1 Perlindungan status TT
Status TT Interval status TT Lama perlindungan
TT1 Langkah awal
pembentukan
kekebalantubuh terhadap
penyakit tetanus
TT2 1 bulan setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 12 bulan setelah 10 tahun
TT3
TT5 12 bulan setelah >25 tahun *)
TT4
*) Yang dimaksud dengan masa perlindungan > 25 tahun adalah apabila telah
mendapatkan imunisasi TT lengkap mulai dari TT 1 sampai TT 5.
Tabel 2.2 Skrining imunisasi TT
No Riwayat imunisasi TT Pernah/ tidak Kesimpulan
dimunisasi status TT
DPT/DPTHB/Dt/Td/TT
A Riwayat imunisasi
DPT-HB saat bayi
Bayi yang lajir mulai
tahun 1990 status
TTnya dihitung TT2
B Riwayat BIAS
1 Untuk WUS yang lahir
antara 1973 s.d 1976
a. Kelas 6 (2 dosis)
2 Untuk WUS yang lahir
antara 1977 s.d 1987
a. Kelas 6 ( 2dosis)

15
b. Kelas 6 (2 dosis)
3 Untuk WUS yang lahir
tahun 1988
a. Kelas 1
b. Kelas 5
c. Kelas 6
4 Untuk WUS yang lahir
tahun 1989
a. Kelas 1
b. Kelas 4
c. Kelas 5
d. Kelas 6
5 Untuk WUS yang lahir
1990
a. Kelas 1
b. Kelas 3
c. Kelas 4
d. Kelas 5
e. Kelas 6

6 Untuk WUS yang lahir


1991
a. Kelas 1
b. Kelas 2
c. Kelas 3
d. Kelas 4
7 Untuk WUS yang lahir
1992 s/d sekarang
a. Kelas 1
b. Kelas 2
c. Kelas 3
C Saat Calon Pengantin

16
D Saat Hamil
a. Hamil 1
b. Hamil 2
c.Hamil 3
d. Hamil 4
E Lain-lain (kegiatan
kampanye/ Ori Difteri)
contoh : saat SMA
tahun 2003-2005, dan
akselerasi WUS di
Bangkalan dan
Sumenep (2009-2010)
Ori Difteri 2011, Sub
PIN Difteri 2012
Sumber: Kemenkes, 2014.
Keterangan tabel :
a. Bagi WUS yang lahir sebelum tahun 1973, pertanyaan yang diajukan
hanya pada riwayat calon pengantin (C), Hamil (D), dan lain-lain (E).
b. Vaksinasi DPT 3 dosis dimulai sejak 1977 s.d sekarang
c. Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 1984 – 1997: kelas 1
lakilaki dan perempuan (DT 2 dosis) dan kelas 6 perempuan
d. Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 1998 – 2000: kelas 1
(DT) s/d 2 – 6 (TT)
e. Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 2001 – sekarang: kelas
1, 2, dan 3.
f. Vaksinasi catin dan ibu hamil (2 dosis) dimulai sejak tahun 1984 s/d
2000 – tahun 2001 s/d sekarang harus diskrining terlebih dahulu
g. Interval minimal pemberian TT: TT 1 ke TT 2 = 4 minggu, TT 2 ke TT 3
= 6 bulan, TT 3 ke TT 4 = 1 tahun, TT 4 ke TT 5 = 1 tahun.
5.Suplementasi gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan
melalui penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia

17
gizi besi, serta defisiensi asam folat. Dilaksanakan dalam bentuk
pemberian edukasi gizi seimbang dan tablet tambah darah.
6.Konseling/Konsultasi kesehatan pranikah
Konseling pranikah dikenal dengan sebutan pendidikan pranikah,
konseling edukatif pranikah, terapi pranikah, maupun program
persiapan pernikahan. Konseling pranikah merupakan suatu proses
konseling yang diberikan kepada calon pasangan untuk mengenal, memahami
dan menerima agar mereka siap secara lahir dan batin sebelum memutuskan
untuk menempuh suatu perkawinan (Triningtyas, dkk, 2017).
Bimbingan konseling pra nikah merupakan kegiatan yang
diselenggarakan kepada pihak-pihak yang belum menikah, sehubungan
dengan rencana pernikahannya. Pihak-pihak tersebut datang ke konselor
untuk membuat keputusannya agar lebih mantap dan dapat melakukan
penyesuaian di kemudian hari secara baik (Latipun, 2010).
Konseling pernikahan atau yang biasa disebut marriage counseling)
merupakan upaya membantu pasangan calon pengantin. Konselig pernikahan
ini dilakukan oleh konselor yang professional. Tujuannya agar mereka dapat
berkembang dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya
melalui cara-cara yang saling menghargai, toleransi, dan komunikasi, agar
dapat tercapai motivasi berkeluarga, perkembangan, kemandirian, dan
kesejahteraan seluruh anggota keluarganya (Willis, 2009).
Konseling pernikahan juga disebut dengan terapi untuk pasangan
yang akan menikah. Terapi tersebut digunakan untuk membantu pasangan
agar saling memahami, dapat memecahkan masalah dan konflik secara sehat,
saling menghargai perbedaan, dan dapat meningkatkan komunikasi
yang baik (Kertamuda, 2009).
Bimbingan konseling pra nikah mempunyai objek yaitu calon
pasangan suami istri dan anggota keluarga calon suami istri. Calon suami istri
atau lebih tepatnya pasangan laki-laki dan perempuan yang dalam
perkembangan hidupnya baik secara fisik maupun psikis sudah siap dan
sepakat untuk menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius (pernikahan).
Anggota keluarga calon suami istri yaitu individu- individu yang mempunyai

18
hubungan keluarga dekat, baik dari pihak suami maupun istri (Zulaekha,
2013).
Menurut Kemenkes (2015), informasi pranikah yang dibutuhkan
sebelum memasuki jenjang pernikahan meliputi:
a) Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental,
dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.
Catin perlu mengetahui informasi kesehatan reproduksi untuk
menjalankan proses fungsi perilaku reproduksi yang sehat dan aman.
Catin perempuan akan menjadi calon ibu yang harus mempersiapkan
kehamilannya agar dapat melahirkan anak yang sehat dan berkualitas.
Catin laki-laki akan menjadi calon ayah yang harus memiliki kesehatan
yang baik dan berpartisipasi dalam perencanaan keluarga, seperti
menggunakan alat kontrasepsi serta mendukung kehamilan dan
persalinan yang aman. Laki-laki dan perempuan mempunyai risiko
masalah kesehatan reproduksi terhadap penularan penyakit.
Perempuan lebih rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi
yang terjadi pada saat berhubungan seksual,hamil, melahirkan, nifas,
keguguran, dan pemakaian alat kontrasepsi, karena struktur alat
reproduksinya lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap penularan
infeksi menular seksual. Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan
kewajiban yang sama untuk menjaga kesehatan reproduksi.
b) Hak dan kesehatan reproduksi seksual
Hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap laki-laki dan
perempuan yang berkaitan dengan kehidupan reproduksinya. Hak ini
menjamin setiap pasangan dan individu untuk memutuskan secara bebas
dan bertanggung jawab mengenai jumlah, jarak, dan waktu memiliki
anak serta untuk memperoleh informasi kesehatan reproduksi. Informasi
yang perlu diketahui antara lain:
(a) Kesehatan reproduksi, permasalahan, dan cara mengatasinya.

19
(b) Penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki terlindung
dari infeksi meular seksual (IMS), HIV – AIDS, dan infeksi saluran
reproduksi (ISR), serta memahamicara penularannya, upaya
pencegahan, dan pengobatan.
(c) Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang aman, efektif,
terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, dan tanpa
paksaan serta mengetahui dan memahami efek samping dan
komplikasi dari masing- masinng alat dan obat kontrasepsi.
(d) Catin laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi yang dibutuhkan. Catin perempuan berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan agar
sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan, persalinan, nifas,
serta memperoleh bayi yang sehat.
(e) Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan kasih sayang,
saling menghargai dan menghormati pasangangan, serta dilakukan
dalam kondisi dan waktu yang diinginkan bersama tanpa unsur
pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.
Perilaku yang harus dihindari dalam aktivitas seksual antara lain:
 Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa
nifas
 Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut karena
berisiko dalam penularan penyakit dan merusak organ
reproduksi.
c) Kesetaraan gender dalam kesehatan reproduksi
Gender adalah pembagian dalam peran kedudukan dan tugas antara
laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan
sifat laki-laki dan perempuan yang dianggap pantas sesuai norma, adat
istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. Kesetaraan gender
adalah suatu dan kondisi (kualitas hidup) adalah sama, laki-laki dan
perempuan bebas mengembangkan kemampuan personil mereka dan
membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh stereotip, peran gender
yang kaku. Penerapan kesetaraan gender dalam pernikahan:

20
(a) Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki-laki
dapat saling menghormati dan menghargai satu sama lain, misalnya.
 Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga dilakukan
secara bersama dan tidak memaksakan ego masing-masing
 Suami-istri saling membantu dalam pekerjaan rumah tangga,
pengasuhan, dan pendidikan anak.
 Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama laki-laki dan
perempuan
 Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI eksklusif
(b) Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal di bawah ini:
 Kekerasan secara fisik (memukul, menampar,
menjambak rambut, menyudut dengan rokok, melukai, dan
lain-lain)
 Kekerasan secara psikis (selingkuh, menghina, komentar-
komentar yang merendahkan, membentak, mengancam, dan
lain-lain)
 Kekerasan seksual
 Penelantaran rumah tangga.
d) Cara Merawat Organ Reproduksi
Untuk menjaga kesehatan dan fungsi organ reproduksi perlu
dilakukan perawatan baik pada laki-laki dan perempuan, antara lain:
a. Pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
b. Menggunakan pakaian dalam yang menyerap keringat dan cairan.
c. Bersihkan organ kelamin sampai bersih dan kering.
d. Menggunakan celana yang tidak ketat
e. Membersihkan organ kelamin setelah BAK dan BAB.
Cara merawat organ reproduksi perempuan antara lain:
 Bersihkan organ kelamin dari depan ke belakang dengan
menggunakan air bersih dan dikeringkan.
 Sebaiknya tidak menggunakan cairan pembilas vagina karena dapat
membunuh bakteri baik dalam vagina dan memicu tumbuhnya
jamur.

21
 Pilihlah pembalut berkualitas yang lembut dan mempunyai daya
serap tinggi. Jangan memakai pembalut dalam waktu lama. Saat
menstruasi, ganti pembalut sesering mungkin.
 Jika sering keputihan, berbau, berwarna, dan terasa gatal, serta
keluhan organ reproduksi lainnya segera memeriksakan diri ke
petugas kesehatan
Cara merawat organ reproduksi laki-laki antara lain:
 Menjaga kebersihan organ kelamin
 Dianjurkan sunat untuk menjaga kebersihan kulup kulit luar yang
menutup penis.
 Jika ada keluhan pada organ kelamin dan daerah sekitar kelamin
segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
7.Evidence Based Pranikah
Kesehatan pranikah merupakan suatu proses untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya yang ditunjukan pada masyarakat reproduktif pranikah.
Pelayanan kebidanan diawali dengan pemeliharaan kesehatan para calon
ibu. Remaja wanita akan memasuki jenjang perkawinan perlu dijaga
kondisi kesehatannya. Kepada para remaja diberi pengertian tentang
hubungan seksual yang sehat, kesiapan mental dalam menghadapi
kehamilan dan pengetahuan tentang proses kehamilan dan persalinan, serta
pemeliharaan kesehatan dalam dan pasca kehamilan.
Promosi kesehatan pada masa pra kehamilan disampaikan pada
kelompok remaja wanita atau pada wanita yang akan menikah.
Penyampaian nasehat tentang kesehatan pada masa pra nikah ini
disesuaikan dengan tingkat intelektual pada calon ibu. Nasehat atau
informasi yang diberikan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
karena bersifat pribadi dan sensitive.
Remaja calon ibu yang mengalami masalah akibat gangguan
system reproduksinya harus segera ditangani. Gangguan system reproduksi
tidak berdiri sendiri. Gangguang tersebut dapat berpengaruh pada kondisi
pisikologi dan lingkungan sosial remaja itu sendiri. Bila masalah kesehatan

22
remaja tersebut sangat kompleks, sebaiknya dikonsultasikan keahli yang
relevan atau dirujuk ke unit pelayanan kesehatan yang fasilitasnya yang
lebih lengkap. Faktor keluarga juga turut mempengaruhi kondisi kesehatan
para remaja yang akan memasuki pintu gerbang pernikahan. Bidan dapat
menggunakan pengaruh keluarga untuk memperkuat mental remaja dalam
memasuki masa perakwinan dan kehamilan.
8.Pentingnya Periksa Kesehatan Pra Nikah
Menjelang hari pernikahan semua calon mempelai pasti sibuk
mempersiapkan diri memastikan bahwa semua rencana telah tersusun
dengan baik. Sayangnya masih banyak dari masyarakat kita yang saking
terlalu sibuk mempersiapkan hari H, sampai lupa dengan hal kecil yang
mungkin terlihat sepele padahal penting dan besar sekali manfaatnya.
Periksa kesehatan pra nikah memang belum umum dilakukan di Indonesia,
tetapi tahukah bahwa pemeriksaan ini merupakan salah satu prosedur
menjelang pernikahan yang sangat dianjurkan oleh pakar kesehatan.
Bila ditinjau secara psikologis, sebenarnya pemeriksaan itu akan
dapat membantu menyiapkan mental pasangan. Sedangkan secara medis,
pemeriksaan itu sebagai ikhtiar (usaha) yang bisa membantu mencegah hal-
hal yang tidak diinginkan di kemudian hari sehingga dapat menjadi
langkah antisipasi dan tindakan preventif yang dilakukan jauh- jauh hari
untuk menghindarkan penyesalan dan penderitaan rumah tangga.
Para ahli obstetri (ilmu kebidanan) dan ginekologi (ilmu
keturunan) menyatakan bahwa sebaiknya calon pengantin memeriksakan
dirinya tiga bulan sebelum melakukan janji pernikahan. Rentang waktu itu
diperlukan untuk melakukan pengobatan jika ternyata salah seorang atau
keduanya menderita gangguan tertentu. Jenis pemeriksaan kesehatan
pranikah dapat disesuaikan dengan gejala tertentu yang dialami calon
pengantin secara jujur, berani dan objektif. Misalnya, pemeriksaan harus
dilakukan lebih spesifik jika dalam keluarga didapati riwayat kesehatan
yang kurang baik. Namun, jika semuanya lancar-lancar saja, maka hanya
dilakukan pemeriksaan standar, yaitu cek darah dan urine.

23
Untuk cek darah, biasanya diperlukan khususnya untuk
memastikan si calon ibu tidak mengalami talasemia, infeksi pada darah dan
sebagainya. Dalam pengalaman medis, kadang kala ditemukan gejala
anti phospholipid syndrome (APS), yaitu suatu kelainan pada darah yang
bisa mengakibatkan sulitnya menjaga kehamilan atau menyebabkan
keguguran berulang. Jika ada kasus seperti itu, biasanya para dokter akan
melakukan tindakan tertentu sebagai langkah, sehingga pada saat pengantin
perempuan hamil dia dapat mempertahankan bayinya.
Hasil analisa data medis mengungkapkan bahwa kasus yang paling
banyak terjadi pada calon ibu khususnya di Indonesia adalah terjangkitnya
virus toksoplasma. Virus yang bisa mengakibatkan kecacatan pada bayi ini
biasanya disebabkan seringnya kaum perempuan mengkonsumsi daging
yang kurang matang atau tersebar melalui kotoran atau bulu binatang
piaraan. Oleh karena itu, untuk mengetahuinya, agar dapat ditangani Secara
dini diperlukan pemeriksaan toksoplasma, rubella, virus cytomegalo, dan
herpes yaitu yang sering disingkat dengan istilah pemeriksaan terhadap
TORCH.
Demikian pula, pada calon pengantin pria biasanya diperlukan
untuk dilakukan pemeriksaan sejumlah infeksi seperti sipilis dan
gonorrhea. Selain itu banyak juga dari pengalaman klinis dilakukan
pemeriksaan sperma untuk memastikan kesuburan untuk calon mempelai
pria. Dalam kapasitas ini, pemeriksaan sperma dilakukan dalam tiga
kategori yaitu jumlah sperma, gerakan sperma dan bentuk sperma.
Sperma yang baik menurut para ahli, jumlahnya harus lebih dari 20
juta setiap cc-nya dengan gerakan lebih dari 50% dan memiliki bentuk
normal lebih dari 30% . Bila dalam pemeriksaan ditemukan kelainan pada
sperma, maka waktu tiga bulan setelah pemeriksaan dianggap sudah cukup
untuk melakukan penyembuhan. Demikian halnya bagi calon mempelai
wanita, jangka waktu tiga bulan juga dianggap memadai untuk
memperbaiki siklus menstruasi calon pengantin wanita yang memiliki
masa menstruasi tidak lancar dengan disiplin mengikuti terapi khusus dan
intens secara kontinyu.

24
Pemeriksaan standar menyangkut darah antara lain dilakukan
untuk mengetahui jenis resus. Seperti bangsa Asia lainnya, perempuan
Indonesia memiliki resus darah positif. Sedangkan bangsa Eropa dan
Kaukasia biasanya memiliki resus negatif. Karena itu, pemeriksaan resus
untuk pasangan campuran yang berasal dari dua bangsa berbeda sangatlah
penting. Resus berfungsi sama dengan sidik jari yaitu sebagai penentu.
Setelah mengetahui golongan darah seseorang seperti A, B, O biasanya
resusnya juga ditentukan untuk mempermudah identifikasi. Hal itu karena
perbedaan resus pada pasangan bisa berdampak fatal saat kehamilan.
Jika ibu memiliki resus positif dan embrio menunjukkan resus
negatif, maka biasanya disarankan para ahli medis untuk melakukan
pengguguran sejak dini karena tidak mungkin janin akan bertahan hidup
secara normal di dalam rahim ibu. Meskipun pasangan ingin tetap
mempertahankan janin, nantinya akan gugur juga. Pengalaman ini biasanya
di kalangan medis disebut sebagai kasus incompabilitas resus.
Calon pengantin juga sering diminta untuk melakukan pemeriksaan
darah anticardiolipin antibody (ACA). Penyakit yang berkaitan dengan hal
itu bisa mengakibatkan aliran darah mengental sehingga darah si ibu
sulit mengirimkan makanan kepada janin yang berada di dalam rahimnya.
Selain itu, jika salah satu calon pengantin memiliki catatan down
syndrome karena kromosom dalam keluarganya, maka perlu dilakukan
pemeriksaan lebih intensif lagi. Sebab, riwayat itu bisa mengakibatkan bayi
lahir idiot.
Adapun suntikan Tetanus Toxoid yang lebih dikenal dengan
suntikan TT sebenarnya dimaksudkan untuk mencegah timbulnya tetanus
pada luka yang dapat terjadi pada vagina mempelai wanita yang
diakibatkan hubungan seksual pertama. Suntikan TT biasanya juga
diperlukan dan dianjurkan oleh para medis bagi para ibu hamil di usia
kehamilan 5-6 bulan untuk mencegah terjadinya tetanus pada luka ibu
ataupun bayi saat proses kelahiran. Sedangkan kekhawatiran adanya
manipulasi serum TT pada suntikan yang diganti dengan serum kontrasepsi
oleh para medis sebaiknya dihilangkan dan jika terbukti adanya

25
pengalaman sebelumnya atau indikasi kuat mal praktik yang disengaja
tersebut, maka dapat dilaporkan para pihak terkait dan yang berwenang,
dan hal itu di samping melanggar kode etik kedokteran, juga merupakan
suatu tindak pidana.
9.Jenis pemeriksaan kesehatan pra nikah yang perlu dilakukan
a. Pemeriksaan hematologi rutin dan analisa hemoglobin, untuk
mengetahui adanya kelainan atau penyakit darah.
b. Pemeriksaan urinalisis lengkap, untuk memantau fungsi ginjal dan
penyakit lain yang berhubungan dengan ginjal atau saluran kemih,
pemeriksaan golongan darah dan rhesus yang akan berguna bagi calon
janin.
Mengetahui Rhesus kedua calon mempelai seringkali merupakan
hal yang diabaikan, padahal hal tersebut adalah hal yang penting.
Kebanyakan bangsa Asia memiliki Rhesus positif, sedangkan bangsa Eropa
rata-rata negatif. Terkadang, pasangan suami- isteri tidak tahu Rhesus
darah pasangan masing- masing. Padahal, jika Rhesusnya bersilangan, bisa
mempengaruhi kualitas keturunan. Jika seorang perempuan (Rhesus
negatif) menikah dengan laki- laki (Rhesus positif), bayi pertamanya
memiliki kemungkinan untuk ber- Rhesus negatif atau positif.
Jika bayi mempunyai Rhesus negatif, tidak ada masalah. Tetapi,
jika ia ber-Rhesus positif, masalah mungkin timbul pada kehamilan
berikutnya. Bila ternyata kehamilan yang kedua merupakan janin yang ber-
Rhesus positif, kehamilan ini berbahaya. Karena antibodi antirhesus dari
ibu dapat memasuki sel darah merah janin. Sebaliknya, tidak masalah jika
si perempuan ber-Rhesus positif dan si pria negatif. Karena itu sangat
penting untuk mengetahui Rhesus kedua calon mempelai.
1) Pemeriksaan gula darah untuk memantau kemungkinan diabetes
melitus.
2) Pemeriksaan HbsAG untuk mengetahui kemungkinan peradangan hati.
3) Pemeriksaan VDLR/ RPR untuk mengetahui adanya kemungkinan
penyakit sifilis

26
Pemeriksaan TORC untuk mendeteksi infeksi yang disebabkan
parasite Toxoplasma, virus Rubella dan virus Cytomegalo yang bila
menyerang pada perempuan di masa kehamilan nanti.
10. Manfaat Periksa Kesehatan Pra Nikah
Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum menikah
kita dapat mengetahui kondisi pasangan serta proyeksi masa depan
pernikahan, terutama yang berkaitan dengan masalah kesehatan
reproduksi (fertilitas) dan genetika (keturunan), dan Anda juga dapat
mengetahui penyakit-penyakit yang nantinya bila tak segera
ditanggulangi dapat membahayakan Anda dan pasangan termasuk calon
keturunan.
Prosedur yang harus dilakukan sebenarnya tidak berbeda jauh
dengan pemeriksaan kesehatan lain biasanya. Anda dan pasangan
membuat janji terlebih dahulu dengan dokter spesialis atau dokter umum
kemudian setelah melakukan wawancara singkat tentang sejarah
kesehatan, Anda dan pasangan wajib melakukan pemeriksaan fisik dan
rangkaian tes radiologi dan laboratorium untuk mendeteksi kelainan-
kelainan apa saja yang mungkin diderita. Idealnya, pemeriksaan
kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan menjelang pernikahan.
Namun ukuran itu sebenarnya bersifat fleksibel dalam arti kapanpun
dapat dilakukan asal pernikahan belum dilangsungkan, agar penyakit-
penyakit yang mungkin terdeteksi dapat ditanggulangi terlebih dahulu.

B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pranikah dan Prakonsepsi Di


Puskesmas Sintuk Tahun 2022
1.Pengkajian Data
Tanggal : Sebagai rekam medik untuk mengetahui kapan catin datang
pada tempat pelayanan kesehatan
Jam : Sebagai rekam medik untuk mengetahui kapan catin datang
pada tempat pelayanan Kesehatan

27
a. Data Subjektif
Data Subjektif adalah data yang didapat dari catin sebagai
pendapat terhadap situasi data kejadian. Anamnesis adalah suatu
kegiatan wawancara antara tenaga kesehatan dan klien untuk
memperoleh informasi tentang keluhan, penyakit yang diderita,
riwayat penyakit,faktor risiko pada catin.
1) Biodata mencakup identitas
a) Nama
Sebagai identitas supaya mudah mengenali catin wanita dan
catin pria untuk mencegah terjadinya kekeliruan. Dengan nama
panggilan maka hubungan komunikasi antara bidan dan catin
menjadi lebih akrab.
b) Umur
Untuk mengetahui umur catin. Menurut UU Nomor 16 Tahun
2019 yang berlaku sejak 15 Oktober 2019. Dalam hal ini batas
minimal umur perkawinan bagi wanita dipersamakan dengan
batas minimal umur perkawinan bagi pria, yaitu 19 (sembilan
belas) tahun. Batas usia dimaksud dinilai telah matang jiwa
raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan agar dapat
mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada
perceraian dan mendapat keturunan yang sehat dan berkualitas.
Diharapkan laju kelahiran yang lebih rendah dan menurunkan
resiko kematian ibu dan anak. Selain itu juga dapat
terpenuhinya hak-hak anak sehingga mengoptimalkan tumbuh
kembang anak termasuk pendampingan orang tua serta
memberikan akses anak terhadap pendidikan setinggi mungkin.
c) Suku/bangsa
Ditujukan untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan
dan merugikan. Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan
seharihari yang mempengaruhi kesehatan.

28
d) Agama
Untuk mengetahui keyakinan catin tersebut untuk membimbing
atau mengarahkan dalam berdoa sesuai dengan keyakinannya.
Mengetahui kepercayaan sebagai dasar dalam memberikan
asuhan.
e) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual catin sehingga tenaga
kesehatan dapat melalukan komunikasi dengan istilah bahasa
yang sesuai dengan pendidikan terakhirnya, termasuk dalam hal
pemberian konseling.
f) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi catin
tersebut. Hal ini untuk mengetahui taraf hidup dan sosial
ekonomi agar nasehat kita sesuai.
g) Alamat
Alamat ditanyakan dengan maksud mempermudah kunjungan
rumah bila diperlukan. Dengan mengetahui alamatnya, bidan
juga dapat mengetahui tempat tinggal dan lingkungannya.
2) Keluhan Utama
Keluhan atau sesuatu yang dirasakan oleh catin yang
mendorong catin mencari layanan kesehatan (tujuan
memeriksakan diri). Misalnya: telat haid dari biasanya.
3) Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
a) Penjelasan dari keluhan utama, mendeskripsikan perkembangan
gejala dari keluhan utama tersebut. Dimulai saat pertama kali
catin merasakan keluhan.
b) Menemukan adanya gejala penyerta dan mendeskripsikannya
(lokasi, durasi, frekuensi, tingkat keparahan, serta faktor-faktor
yang memperburuk dan mengurangi keluhan).

29
c) Kebiasaan/lifestyle (merokok, konsumsi makanan berlemak,
olahraga rutin atau tidak, konsumsi alkohol dan NAPZA, dan
sebagainya).
d) Mencari hubungan antara keluhan dengan faktor atau suasana
psikologis dan emosional pasien, termasuk pikiran dan perasaan
pasien tentang penyakitnya.
e) Apakah keluhan sudah diobati, jika ya tanyakan obat serta
berapa dosis yang diminum, tanyakan apakah ada riwayat
alergi.
f) Obat-obatan yang digunakan (obat pelangsing, pil KB, obat
penenang, obat maag, obat hipertensi, obat asma), riwayat
alergi, riwayat merokok, riwayat konsumsi alkohol.
g) Riwayat haid : kapan mulai haid, teratur atau tidak, durasi haid
berapa lama, sakit pada waktu haid / dismenorhea, dan
banyaknya darah haid.
4) Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
a) Keterangan terperinci dari semua penyakit yang pernah dialami
dan sedapat mungkin dituliskan menurut urutan waktu.
b) Penyakit yang diderita sewaktu kecil.
c) Penyakit yang diderita sesudah dewasa beserta waktu
kejadiannya.
d) Riwayat alergi dan riwayat operasi.
e) Riwayat pemeliharaan kesehatan, seperti imunisasi, screening
test, dan pengaturan pola hidup.
f) Riwayat trauma fisik, seperti jatuh, kecelakaan lalu lintas, dan
lain-lain.
g) Riwayat penyakit gondongan (khusus laki-laki).
5) Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
a) Riwayat mengenai ayah, ibu, saudara laki-laki, saudara
perempuan pasien, dituliskan tentang umur dan keadaan
kesehatan masing-masing bila masih hidup, atau umur waktu

30
meninggal dan sebabnya. Gambarkan bagan keluarga yang
berhubungan dengan keadaan ini.
b) Tuliskan hal-hal yang berhubungan dengan peranan keturunan
atau kontak diantara anggota keluarga. Ada atau tidaknya
penyakit spesifik dalam keluarga, misalnya hipertensi, penyakit
jantung koroner, diabetes, dan lain sebagainya.
6) Anamnesis Tambahan Untuk Catin
a) Skrining Imunisasi Tetanus dan difteri (Td).
b) Sexuality (aktivitas seksual)
Tenaga kesehatan menggali kemungkinan remaja memiliki
masalah aktivitas seksual.
(1) Adanya perilaku seksual pranikah atau perilaku seksual
berisiko.
(2) Kemungkinan terjadi kehamilan.
(3) Kemungkinan IMS/HIV.
(4) Kemungkinan kekerasan seksual.
7) Pola Keseharian
a) Pola Makan
Tenaga kesehatan menggali kemungkinan catin memiliki
masalah terkait kebiasaan/pola makan. Kebiasaan makan, jenis
makanan yang dikonsumsi, dan perilaku makan catin terkait
dengan stress.
b) Pola eliminasi
(1) BAB
Rentang frekuensi BAB umumnya 1-3 kali per hari
hingga tiga kali per minggu. Konsistensi BAB yang normal
biasanya lunak, tidak sulit dikeluarkan, dan berbentuk
memanjang seperti sosis mengikuti bentuk saluran
pencernaan. Umumnya, feses yang sehat berwarna
kecokelatan.
(2) BAK

31
Biasanya seseorang dapat buang air kecil sebanyak
6–8 kali sehari. Air kencing yang sehat berwarna jernih
hingga kuning muda. Semakin banyak air yang di minum,
semakin jernih pula warna urine yang terbentuk.
Sebaliknya, kurang minum air putih akan membuat urine
berwarna kuning pekat hingga oranye. Banyaknya urine
yang dikeluarkan dalam sehari berkisar antara 400 sampai
2.000 mL, dengan asupan cairan normal sekitar 2 liter per
hari. Dalam keadaan yang normal, kencing tak akan
mengeluarkan bau yang kuat atau memiliki aroma tertentu.
c) Pola istirahat/tidur
Dikaji untuk mengetahui berapa kali catin istirahat dalam
sehari apakah terdapat gangguan dalam pola istirahat catin dan
terdapat keluhan atau tidak.
d) Pola Aktivitas
Tenaga kesehatan menggali kemungkinan catin memiliki
masalah terkait kegiatannya sehari-hari. Serta hal-hal yang
dilakukan catin dalam mengisi waktu luang.
e) Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui berapa kali catin mandi,
menggosok gigi dan mengganti pakaian dalam sehari, dan
terdapat keluhan atau tidak.
(1) Kebiasaan mandi
Mandi dianjurkan sedikitnya 2 kali sehari karena
biasanya cenderung untuk mengeluarkan banyak keringat,
menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak,
bawah buah dada, daerah genetalia) dengan cara
dibersihkan dengan air dan dikeringkan.
(2) Kebiasaan menggosok gigi
Waktu yang tepat saat menggosok gigi sebaiknya
dilakukan minimal 2 kali sehari yaitu pada pagi setelah
sarapan dan malam sebelum tidur.

32
(3) Kebiasaan membersihkan alat kelamin / kebiasaan
mengganti pakaian dalam / jenis pakaian dalam yang
digunakan Untuk menjaga kesehatan dan fungsi organ
reproduksi perlu dilakukan perawatan baik pada laki-laki
dan perempuan, antara lain:
(a) Pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
(b) Menggunakan pakaian dalam yang menyerap keringat
dan cairan.
(c) Bersihkan organ kelamin sampai bersih dan kering
(d) Menggunakan celana yang tidak ketat.
(e) Membersihkan organ kelamin setelah BAK dan BAB.
8) Riwayat Pernikahan
Untuk mengetahui status pernikahan.
a) Jika Calon Pengantin Berusia Remaja
Alasan memutuskan untuk menikah:
(1) Kehendak pribadi;
(2) Keluarga; atau
(3) Permasalahan lainnya.
b) Jika Calon Pengantin Sudah Pernah Menikah Sebelumnya
(1) Riwayat pernikahan sebelumnya
(a) Usia pertama kali menikah dan lama pernikahan
sebelumnya.
(b) Jumlah anak pada pernikahan sebelumnya, jarak
anak.
(c) Status kesehatan pasangan sebelumnya, riwayat
penyakit pasangan sebelumnya, adanya perilaku
seksual berisiko.
(2) Riwayat obstetric
Riwayat kehamilan, persalinan, jumlah anak, bayi yang
dilahirkan, keguguran dan kontrasepsi.
9) Riwayat Psikososial Budaya

33
a) Untuk mengetahui apakah keluarga dari dua belah pihak
mendukung pernikahan.
b) Apakah kedua calon pengantin sudah siap secara mental
untuk menikah.
c) Apakah ingin segera memiliki anak/menunda kehamilan
setelah menikah.
d) Apakah ada budaya tertentu yang berhubungan dengan
pernikahan.
b. Data Objektif
Data obyektif adalah data yang didapatkan dari catin sebagaisuatu
pendapat terhadap situasi dan kejadian.
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum
Untuk mengetahui keadaan ibu dan tingkat kesadaran
catin sedang atau baik. Kesadaran catin sangat penting
dinilai, dengan melakukan anamnesis. Kesadaran dinilai baik
jika dapat menjawab semua pertanyaan (catin sadar akan
menunjukkan tidak ada kelainan psikologis).
b) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran catin,
kita dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran catin dari
keadaan komposmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan
koma (catin tidak dalam keadaan sadar).
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi status kesehatan catin. Pemeriksaan fisik
dilakukan melalui pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan status
gizi dan pemeriksaan tanda dan gejala anemia.
a) Pemeriksaan Tanda Vital
b) Pemeriksaan Status Gizi
(1) LiLA (Lingkar Lengan Atas)
(2) IMT (Indeks Massa Tubuh)

34
c) Pemeriksaan Tanda dan Gejala Anemia
3) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang (laboratorium) yang diperlukan
oleh catin terdiri atas:
a) Pemeriksaan rutin
b) Pemeriksaan sesuai indikasi
(1) Pemeriksaan urin rutin
(2) Pemeriksaan gula darah
(3) Pemeriksaan HIV/AIDS
(4) Pemeriksaan Penyakit IMS (Infeksi Menular Seksual)
(5) Pemeriksaan Hepatitis
(6) Pemeriksaan malaria (untuk daerah endemis)
(7) Pemeriksaan thalassemia (MCV, MCH, MCHC)
(8) Pemeriksaan hemofilia.
2.Identifikasi Diagnosa Masalah
Setelah data dikumpulkan teknik berikutnya adalah melakukan
identifikasi terhadap kemungkinan diagnosis dan masalah kebutuhan pada
catin. Interpretasi data tersebut sebatas lingkup praktik kebidanan dan
memenuhi standar nomenklatur nama diagnosis kebidanan yang diakui
oleh profesi dan berhubungan langsung dengan praktik kebidanan, serta
didukung oleh pengambilan keputusan klinis (clinikal judgmet) dalam
praktik kebidanan yang dapat diselesaikan dengan manajemen kebidanan.
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data yang di kumpulkan
yaitu dengan diagnosa kebidanan.
a. Diagnosa
Perumusan diagnosa pranikah dan prakonsepsi pada catin
disesuaikan dengan nomenklatur kebidanan.
Contohnya: Nn. A usia 19 Tahun dan Tn. T Usia 26 Tahun, pranikah
dan prakonsepsi dengan normal.
b. Masalah
Perumusan masalah disesuaikan dengan kondisi catin.

35
Contohnya: Nn. A usia 24 Tahun, pranikah dan prakonsepsi dengan
obesitas. Tn. T Usia 27 Tahun, pranikah dan prakonsepsi dengan
normal.

3.Identifikasi Diagnosa Potensial


Diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil mengamati, bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini
benar-benar terjadi. Cara ini dilakukan dengan mengidentifikasi diagnosis
potensial berdasarkan diagnosis masalah yang sudah teridentifikasi.
Contohnya : Diagnosa : obesitas, KEK, diet berlebihan
Masalah : gangguan haid
Antisipasi : kolaborasi dengan dokter untuk terapi oral.
4.Identifikasi Kebutuhan Segera
Cara ini dilakukan setelah diagnosa potensial diidentifikasi.
Penetapan masalah ini dilakukan dengan cara mengantisipasi dan
menentukan kebutuhan pada catin apa saja yang akan diberikan. Data
tersebut dapat menentukan tindakan yang dan akan dilakukan seperti
berkonsultasi dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dan
persiapan untuk menentukan tindakan yang tepat seperti rujukan.
Contohnya:
Tindakan yang dibutuhkan karena pernikahan segera dilaksanakan
Mandiri : Konseling
Kolaborasi : dengan dokter untuk advice pengobatan
Rujukan : pada fasilitas dengan peralatan lebih lengkap apabila
ditemukan kelainan kromosom atau membutuhkan
operasi.
5.Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya
yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak

36
hanya meliputi apa yang sudah dilihat kondisi catin atau dari setiap
masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman
antisipasi bagi catin tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya.
Penyuluhan, konseling dari rujukan untuk masalah-masalah sosial,
ekonomi atau masalah psikososial.
Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi catin, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara
komprehensif. Perencanaan dibuat harus sesuai dengan kebutuhan asuhan
yang diperlukan.
Contohnya:
a. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada catin dan keluarga, informasi yang
jelas mengoptimalkan asuhan yang diberikan.
b. Terapi asam folat 4 mg untuk prakonsepsi dan tablet Fe dikonsumsi 1
(satu) tablet setiap minggu sepanjang tahun untuk penanggulangan
anemia pada catin.
c. Konseling tentang:
1) Pengetahuan kesehatan reproduksi:
a) kesetaraan gender dalam pernikahan;
b) hak kesehatan reproduksi dan seksual; dan
c) perawatan kesehatan organ reproduksi.
2) Kehamilan dan perencanaan kehamilan.
3) Kondisi dan penyakit yang perlu diwaspadai pada catin.
4) Kesehatan jiwa.
5) Pengetahuan tentang fertilitas/kesuburan (masa subur).
6) Kekerasan dalam rumah tangga.
7) Pemeriksaan kesehatan reproduksi bagi catin (PMK No. 21,
2021).
6.Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan
pada catin dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan
secara efisien dan aman. Pelaksanaan asuhan kebidanan pranikah dan
prakonsepsi pada catin disesuaikan dengan rencana asuhan yang telah

37
disusun dan dilakukan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman
berdasarkan evidence based kepada catin dan atau keluarga dalam bentuk
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Contohnya:
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada catin dan keluarga, informasi
yang jelas mengoptimalkan asuhan yang diberikan
b. Memberikan terapi asam folat 4 mg untuk prakonsepsi dan tablet
tambah darah dikonsumsi 1 (satu) tablet setiap minggu sepanjang
tahun untuk penanggulangan anemia pada catin.
c. Konseling tentang:
1) Pengetahuan kesehatan reproduksi:
a) kesetaraan gender dalam pernikahan;
b) hak kesehatan reproduksi dan seksual; dan
c) perawatan kesehatan organ reproduksi
2) Kehamilan dan perencanaan kehamilan.
3) Kondisi dan penyakit yang perlu diwaspadai pada catin.
4) Kesehatan jiwa.
5) Pengetahuan tentang fertilitas/kesuburan (masa subur).
6) Kekerasan dalam rumah tangga.
7) Pemeriksaan kesehatan reproduksi bagi catin (PMK No. 21,
2021).
7.Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa
yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana yang telah
diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.

C. Pengkajian dengan SOAP


7 langkah Varney disarikan menjadi 4 langkah, yaitu SOAP (Subyekif,
Obyektif, Analisa, dan Penatalaksanaan). SOAP disarikan dari proses

38
pemikiran penatalaksanaan kebidanan sebagai perkembangan catatan
kemajuan keadaan pasien.
1. S = Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.
2. O = Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan klien, hasil
laboraturium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney. Data obyektif yang
dikumpulkan pertama kali pada kasus ini adalah hasil pemeriksaan
umum catin seperti keadaan umum, kesadaran, selanjutnya hasil
pemeriksaan fisik. Setelah itu kita mengumpulkan data pendukung dari
pemeriksaan penunjang.
3. A = Analisis
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi:
a. Identifikasi Diagnosa Masalah
b. Identifikasi Diagnosa Potensial
c. Identifikasi Kebutuhan Segera
4. P = Penatalaksanaan
Mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah
dilakukan seperti tindakan antisipasi, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif, penyuluhan dan dukungan, kolaborasi, evaluasi atau
follow up dari rujukan sebagai langkah 3,4,5,6 dan 7 Varner

39

Anda mungkin juga menyukai