Anda di halaman 1dari 37

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK FISIOLOGIS PADA REMAJA DAN


PRANIKAH”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Umum Remaja Wabinar 1

Disusun Oleh :
Kelompok 6

Intan Nurul Ilma (P17312205030)


Anggun Puji Lestari (P17312205031)
Audrey Andini Ruswandi (P17312205032)
Sri Hani Purwati (P17312205033)
Nadya Olivia Prameswari (P17312205034)
Nur Rohmatul Aini (P17312205035)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN MALANG
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Identitas Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
a. Pokok Bahasan    : Asuhan Kebidanan Holistik Fisiologis Pada Remaja Dan Pranikah
b. Sub Pokok Bahasan      :
1. Perubahan pada Masa Remaja (Organ Reproduksi dan Psikologis) dan Masalah
terkait Perubahan pada Masa Remaja
2. Perilaku Hidup Sehat Pada Remaja (Pola Makan, Aktivitas fisik, Merokok, Minum-
minuman Keras)
3. Risiko Reproduksi Remaja
c. Sasaran            : Seluruh remaja dan calon pengantin
d. Hari / tanggal  : Rabu/21 Oktober 2020
e. Jam : 08.00 – 10.00 WIB
f. Waktu             : 2 Jam
g. Tempat            : Rumah Fasilitator

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial
secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan system dan fungsi, serta proses
reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecatatan. Implikasi
defenisi kesehatan reproduksi berarti bahwa setiap orang mampu memiliki kehidupan seksual
yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu menurunkan serta memenuhi
keinginanya tanpa ada hambatan apapun, kapan, dan berapa sering untuk memiliki keturunan
(Kusmiran, 2012 : 94). Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa
dewasa. Batasan usia remaja menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2014 adalah
penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun dan belum menikah. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2016 estimasi jumlah penduduk remaja yang berumur 10-14 tahun sebanyak
11.005.173 jiwa dan jumlah remaja yang berumur 15-19 tahun sebanyak 10.825.295 jiwa.
Di dunia diperkirakan remaja saat ini berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah
penduduk dunia (World Health Organization, 2014). Remaja sebagai generasi penerus bangsa
perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara jasmani, rohani, mental dan spiritual.
Status kesehatan remaja merupakan hal yang perlu dipelihara dan ditingkatkan agar
menghasilkan generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas (Buzarudina, 2013).
Remaja masih harus menghadapi permasalahan yang kompleks seiring dengan masa transisi
yang dialami remaja. Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh
berbagai pengenalan akan hal-hal yang baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupannya
kelak. Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan di Indonesia pada tahun 2010, jumlah
penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa, di antaranya 63,4 juta jiwa adalah remaja yang
terdiri dari laki-laki sebanyak 32.164.436 jiwa (50,70%) dan perempuan sebanyak
31.279.012 jiwa (49,30%) (Kemenkes, 2015).
Tidak terkecuali kesehatan reproduksi remaja menjadi isu penting dalam Milenium
Development Goals (MDGs). Selain itu, dewasa ini kesehatan reproduksi juga mendapat
perhatian khusus secara global sejak diangkatnya isu tersebut kedalam Konferensi
Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan di Kairo, Mesir, pada tahun 1994.
Hal penting dalam konferensi tersebut adalah disepakatinya perubahan paradigma dalam
pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian
populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan
reproduksi serta upaya pemenuhan hak- hak reproduski. Sejak saat itu, masyarakat
internasional secara konsisten mengukuhkan hak-hak remaja akan informasi tentang
kesehatan reproduksi dan pelayanan kesehatan reproduksi termasuk konseling (Imron, 2012 :
21).

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 2 Jam, diharapkan peserta (anak
sekolah) dapat mengerti dan memahami Asuhan Kebidanan Holistik Fisiologis Pada
Remaja Dan Pranikah
C. Tujuan Instruksional Khusus
a) Peserta mampu menjelaskan Perubahan pada Masa Remaja (Organ Reproduksi dan
Psikologis) dan Masalah terkait Perubahan pada Masa Remaja
b) Peserta mampu menjelaskan Perilaku Hidup Sehat Pada Remaja (Pola Makan,
Aktivitas fisik, Merokok, Minum-minuman Keras)
c) Peserta mampu menyebutkan apa saja Risiko Reproduksi Remaja

D. Materi Pendidikan Kesehatan


Terlampir
E. Metode
Group discussion
F. Media
Microsoft Power Point (PPT)
G. Tahapan Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Waktu Kegiatan Metode Media


Pembelajaran Pembelajaran
08.00-08.05 Registrasi Peserta wabinar Ceramah,  Laptop dan
WIB dan mengisi Pretest Diskusi dan Gadget
08.05-08.10 Pembukaan
Tanya Jawab  Google
WIB
From
08.10-08.15 Sambutan ibu dosen
WIB kebidanan
08.15-08.35 Pemaparan materi
WIB “Perubahan Pada Masa
Remaja & Masalah Terkait
Perubahan Pada Masa
Remaja”
08.35-08.55 Pemaparan materi
WIB “Perilaku Hidup Sehat
Pada Remaja”
08.55-09.15 Pemaparan materi “Resiko
WIB Reproduksi Remaja”
09.15-09.55 Diskusi tanya jawab
WIB
09.55-10.00 Mengisi Posttest dan sesi
WIB foto.

H. Evaluasi

Rencana evaluasi yang dilakukan dalam kegiatan penyuluhan adalah dilihat dari
penilaian pretest dan posttest yang diisi oleh masing-masing peserta remaja sebelum dan
sesudah mengikuti kegiatan penyuluhan.

I. Sumber Belajar
1. Batubara, R. J. 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari Pediatri,
Vol.12, No. 1, 21-29
2. Kartono,Kartini.2007.Psikologi Anak.Bandung: Mandar Maju
3. Siyam, Syarifah Nur Laili Siyam, S.N.L., Nurhapsari, A., & Benyamin, B. 2015.
Pengaruh Stimulasi Permainan Ular Tangga Tentang Gingivitis Terhadap
Pengetahuan Anak Usia 8-11 Tahun. ODONTO Dental Journal, 2 (1), 25-28.
4. Wijaya, Yu. S. 2016. Pengaruh Layanan Informasi Tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja Terhadap Persepsi Siswa Tentang Seksual Remaja Pada Siswa X-9 SMA
PGRI I Pati
5. Sangestani, G., Khatiban, M., Marci, R., & Piva, I. (2015). The Positive Effects of
Zinc Supplements on the Improvement of Primary Dysmenorrhea and Premenstrual
Symptoms: A Double-blind, Randomized, Controlled Trial. Journal of Midwifery &
Reproductive Health, 3(3). Retrieved from
http://jmrh.mums.ac.ir/article_4463_548.html.
6. Badan Litbangkes. 2006. Laporan Penelitian Survey Kesehatan Berbasis Sekolah di
Depok Jawa Barat pada sekolah tingkat SMP. Jakarta: Kementrian Kesehatan
7. Badan Litbangkes. 2013. Laporan Nasional RISKESDAS 2013. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
8. Badan Litbangkes. 2015. Perilaku Berisiko Kesehatan Pada Pelajar SMP Dan SMA
Di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
9. Kementerian Kesehatan RI. 2018. Buku KIE Kader Kesehatan Remaja Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
10. Kusumawardani, N. et al. 2015. Perilaku Berisiko Kesehatan pada Pelajar SMP dan
SMA di Indonesia Puslitbang Upaya kesehatan Masyarakat. Jakarta: Badan
Litbangkes Kementerian Kesehatan RI
11. Muhibah, F.A.B. 2011. Tingkat Pengetahuan Pelajar Sekolah Menengah SainsHulu
Selangor Mengenaik Efek Rokok Terhadap Kesehatan. (KTI).Universitas Sumatera
Utara. Medan
12. Sadikin, Z.D dan Louisa, M. 2008. Program Berhenti Merokok. Jakarta :Departemen
Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia.
13. Ayu, Kurniawati. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang
Aborsi dengan Sikap Remaja Terhadap Aborsi di MAN 2 Kediri Jawa Timur.
Yogyakarta: Unnes Journal of Public Health.
14. Alfiyah, dkk. 2018. Gambaran Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Seksual Pranikah pada Remaja di SMPN 1 Solokanjeruk Kabupaten Bandung.
Sumedang : Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia. Fakultas Keperawatan,
Universitas Padjajaran.
15. Centre for Desease Control and Prevention Youth Risk Behavior Survailance-US.
2015.
16. Daryanto.2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta : Gava Media
17. Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
18. DP2KBP3A. 2017. Bidang Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga yang Menangani
Kesehatan Reproduksi.
19. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi Kesehatan
Reproduksi Remaja. 2012.
20. Rahardjo, dkk. 2017. Perilaku Seks Pranikah pada Mahasiswa: Menilik Peran Harga
Diri, Komitmen Hubungan, dan Sikap terhadap Perilaku Seks Pranikah. Jurnal
Psikologi. Universitas Gunadarma.
21. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2012
22. Omarsari dkk. 2010. Kehamilan Pranikah Remaja di Kabu- paten Sumedang.
Sumedang : Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 2, Oktober 2010.
23. Sarwono, S.W. 2012. Psikologi remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Lampiran 1
MATERI PENYULUHAN PERUBAHAN PADA MASA REMAJA (ORGAN
REPRODUKSI DAN PSIKOLOGIS) DAN MASALAH TERKAIT PERUBAHAN
PADA MASA REMAJA
1. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini
merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Remaja
sering kali didefinisikan sebagai periode transisi antara masa kanak-kanak ke masa
dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau seseorang yang menunjukkan tingkah laku
tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya. Kartini
Kartono (1995: 148) “masa remaja disebut pula sebagai penghubung antara masa
kanak-kanak dengan masa dewasa”. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan
besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah,
terutama fungsi seksual. Disisi lain Sri Rumini dan Siti Sundari (2004: 53)
“menjelaskan masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa
yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa”.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja dalam (Sarlito
Wirawan Sarwono, 2012: 7) adalah suatu masa ketika:
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda- tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifıkasi dari kanak-kanak
menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan
yang relatif lebih mandiri.
Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan para ahli,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada pada
masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan
perkembangan yang sangat cepat dari aspek fısik, psikis dan sosial.
2. Batasan Usia Remaja
Terdapat batasan usia pada masa remaja yang difokuskan pada upaya
meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan
bersikap dan berperilaku dewasa yaitu:
a. Remaja Awa1 (12-15 Tahun)
Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan
perkembangan intelektual yang sangat intensif, sehingga minat anak pada dunia
luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi
namun belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada
masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan
merasa kecewa.
b. Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)
Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa
remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan
badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan
perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis. Maka dari perasaan yang
penuh keraguan pada masa remaja awal ini rentan akan timbul kemantapan pada
diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada
dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya.
Selain itu pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirnya.
c. Remaja Akhir (18-24 Tahun)
Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya
dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian.
Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya.
Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas
yang baru ditemukannya.

3. Perkembangan Fisik pada Remaja


Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju
masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fısik
maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fısik, dimana tubuh
berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula
orang dewasa. Pada periode ini pula remaja berubah dengan menunjukkan gejala
primer dan sekunder dalam pertumbuhan remaja. Diantara perubahan-perubahan fisik
tersebut dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Ciri-ciri seks primer
Ciri-ciri seks primer pada remaja adalah remaja laki-laki sudah bisa melakukan
fungsi reproduksi bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi
pada remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun, pada remaja perempuan bila sudah
mengalami menarche (menstruasi), menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan
darah dari alat kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim
yang banyak mengandung darah.
b. Ciri-ciri seks sekunder
Tanda-tanda fisik sekunder merupakan tanda-tanda badaniah yang membedakan
pria dan wanita. Pada wanita bisa ditandai antara lain pertumbuhan tulang-tulang
(badan menjadi tinggi, anggota badan menjadi panjang), pertumbuhan payudara,
tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan, mencapai
pertumbuhan ketinggian badan setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi keriting,
haid, dan tumbuh bulu- bulu ketiak. Pada laki-laki bisa ditandai dengan
pertumbuhan tulang-tulang, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna
gelap, awal perubahan suara, bulu kemaluan menjadi keriting, tumbuh rambut-
rambut halus di wajah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, rambut-rambut di
wajah bertambah tebal dan gelap, tumbuh bulu di dada.

4. Masalah Terkait Perubahan Pada Masa Remaja


Berbagai kesulitan dan problematika yang dihadapi remaja sangatlah kompleks.
Kebutuhan remaja di desa dan di kota sangat berbeda. Seorang remaja di desa, bila sudah
akil balik kemungkinan akan dinikahkan oleh orangtuanya, keadaaan ini menjadi masalah
kesehatan bila mempunyai masalah gizi seperti menderita anemia, kurus bahkan sangat
kurus.
Sebaliknya berbeda dengan para remaja yang hidup di kota, kehidupan dan
kebutuhan remaja semakin menuntut mengikuti kemajuan teknologi. Gaya hidup di
perkotaan dapat menyebabkan pelbagai masalah psikososial seperti kesulitan belajar,
Penyalahgunaan NAPZA, seks tidak aman. Menu makanan siap saji (fast food) merupakan
salah satu hal yang menyebabkan kelebihan berat badan bahkan kegemukan.
Demikian pula latar belakang sosial budaya yang berbeda, menyebabkan
problematika berbeda pula. Bila diteliti lebih Ianjut, ternyata prioritas kebutuhan atau
problematika masing-masing individu juga berbeda-beda. Masalah remaja berasal dari:
a. Individu remaja sendiri:
1) Emosi
Umumnya remaja malu mengemukakan pendapat, tidak mau dicela dan mau benar
sendiri.
2) Perubahan pribadi
Umumnya remaja tidak menyukai sikap sombong, sulit berbaur dengan orang
yang asing, malu tampil di muka umum dan lain lain. Perlu di persiapkan,
kalau tidak mereka akan menarik diri, melamun hal-hal yang menyebabkan
pikiran kacau.
3) Kesehatan
Yang menjadi perhatian remaja, antara lain:
Pertumbuhan badan memerlukan gizi yang cukup kualitas maupun kwatitasnya
perlu perawatan tubuh agar tetap menarik misal: mengatasi masalah jerawat
larangan merokok yang datang dari orang tua dan guru, dan timbulnya sakit-
sakit tertentu terutama sakit kepala bagi remaja putri perubahan pada alat
kelamin
4) Kebutuhan keuangan
Kebutuhan yang dianggap penting melalui belanja, adalah: Makanan/jajan
Pakaian/perlengkapan, Hiburan. Namun orang tua menganggap hal ini tidak
penting, alasannya: semaunya sendiri meniru teman-temannya tidak tahu mana
kebutuhan yang penting instropeksi diri yang kurang.
5) Perilaku seks
Secara fisik remaja sudah dapat melakukan hubungan seks, namun kesiapan
fisik yang sehat dan sosial ekonomi belum bisa memenuhi persyaratan nikah
yang ideal. Problem inilah yang menjadi sumber konflik dalam diri, dilain
fihak pengetahuan tentang seks yang bertanggung jawab tidak didapatkan.
Padahal remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap:
a) Bahaya dan akibat hubungan seks yang bebas
b) Masturbasi/onani
c) Mimpi basah
d) Menstruasi
6) Persiapan keluarga
Dibanding laki-laki remaja perempuan lebih besar perhatiannya terhadap persiapan
berkeluarga, antara lain: memilih jodoh yang tepat, apa fungsi suami atau
isteri, dan lain lain, umumnya mereka belum banyak mengetahui hal tersebut
7) Pemilihan pekerjaan dan kesempatan belajar.
Banyak remaja kurang menyadari dengan sepenuhnya tentang pilihan pekerjaan
dan belajar yang tepat bagi dirinya
8) Agama dan akhlak
Dikhawatirkan remaja yang belum tertanam agama sejak kecil ragu tehadap
keyakinan beragama, oleh karena kadang-kadang tidak sesuai dengan logika f
ikirannya. Lebih ekstrim lagi bisa terjadi bahwa agama dianggap menghambat
kehidupan.

b. Lingkungan sosial sekitar remaja


1) Keluarga
Sering terjadi pertentangan antara remaja dan orang tuanya, dimana orang tua terlalu
otoriter dan belum banyak mengetahui dan memperhatikan tentang perkembangan
remaja
2) Sekolah
Sebagai lembaga pendidikan sekolah sangat berperan dalam memberikan dan
menanamkan nilai kepribadian selain ilmu pengetahuan. Namun banyak persoalan
yang terjadi, seperti : pelajaran teori yang membosankan lebih banyak dari pada
praktek, perubahan pola belajar karena kurikulum yang berubah dan lain lain.
3) Penyediaan sarana hiburan dan olah raga
c. Faktor lain di luar lingkungan dekat remaja
1) Mitos
Banyak mitos yang berkembang di masyarakat yang belum terbukti kebenarannya,
tetapi dipercaya dapat berpengaruh terhadap keyakinan dan perilaku reproduksi
remaja.
2) Kehidupan sosial
Budaya, sosial dan adat istiadat sangat berpengaruh pada kehidupan remaja. Remaja
sering suka terhadap hal yang baru dan terutama berbau asing.
3) Politik.
Dapat mempengaruhi remaja, dalam keadaan wajar bisa secara bebas dipakai untuk
mengembangkan diri tanpa tekanan-tekanan politik dari luar. Demikian banyaknya
problem yang dihadapi remaja sehingga banyak konflik yang akhirnya menimbulkan
reaksi menarik diri atau melarikan diri ke hal-hal negatif. Stres yang terlalu berat,
berlarut-larut dan tidak terselesaikan dapat menimbulkan gangguan jiwa yaitu
depresi. Gejala depresi adalah perasaan sedih dan tertekan yang menetap, putus asa
dan tidak dapat menikmati kegiatan yang biasa dilakukan. Manifesttasi depresi pada
remaja adalah gangguan perilaku, misalnya; menentang guru/orang tua, sulit belajar,
kenakalan remaja, kebut-kebutan, berkelahi/tawuran, perilaku seks berisiko dan lain
lain. Jenis gangguan jiwa selain depresi yang sering terjadi pada remaja yaitu:
gangguan cemas, gangguan psikosomatik (somatoform} dan ganggguan psikotik.
Pencegahan agar gangguan tersebut tidak terjadi, memerlukan pengertian dari orang
tua, guru dan kerabatnya untuk memberikan bimbingan supaya remaja mampu
melewati masa transisinya dengan baik.
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan
fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan
fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self
picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga,
perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa
remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat
menjurus pada penyimpangan perilaku seksual. (akhmadsudrajat, 2008)
a. Perkembangan Fisik dan Motorik pada Remaja
Menurut Bella Kartini tahun 2015, perkembangan fisik dan motorik remaja adalah
sebagai berikut :
1) Perubahan seks sekunder yang terjadi ialah pada pinggul, payudara, rambut, kulit,
otot, dan suara
2) tumbuhnya rambut pada ketiak, kemaluan, lengan, kaki, dan wajah
3) Kulit juga terjadi perubahan menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang
poripori bertambah besar.
4) Perubahan pada otot ialah otot semakin kuat dan besar sehingga memberikan bentuk
pada bahu, lengan dan tungkai kaki
5) Sedangkan pada suara, remaja putri akan mengalami perubahan suara dari suara
kanak-kanak menjadi lebih merdu dan melengking.
6) Pacu tumbuh yang pesat, yaitu pertambahan tinggi dan berat badan yang cepat
b. Masalah Fisik dan motorik pada Remaja
Menurut Dhamayanti, 2017, masalah fisik dan motorik remaja adalah sebagai berikut
1) Malu terhadap perubahan fisiknya
2) Kulit berminyak dan berjerawat
3) Obesitas
4) Sulit konsentrasi
5) Nyeri saat haid
c. Solusi Masalah Fisik dan motorik pada Remaja
Menurut Dhamayanti, 2017, solusi masalah fisik dan motorik remaja adalah sebagai
berikut
1) Tidak mengkritik atau membandingkan antar remaja
2) Membiasakan makan makanan sehat
3) latihan fisik atau olahraga minimal satu minggu sekali
4) mengetahui pendidikan reproduksi remaja yang benar
5) peduli terhadap diri sendiri termasuk kesehatan dan kebersihan badan
Pada masa remaja awal ditandai dengan perkembangan kemampuan intelektual yang
pesat. Namun ketika, si remaja tidak mendapatkan kesempatan pengembangan
kemampuan intelektual, terutama melalui pendidikan di sekolah, maka boleh jadi potensi
intelektualnya tidak akan berkembang optimal. Begitu juga masa remaja, terutama remaja
awal merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun
dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana dan pra sarana, menyebabkan si remaja
kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi
sekarang ini, penguasaan bahasa asing merupakan hal yang penting untuk menunjang
kesuksesan hidup dan karier seseorang. Namun dengan adanya hambatan dalam
pengembangan ketidakmampuan berbahasa asing tentunya akan sedikit-banyak
berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya. Terhambatnya perkembangan
kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan aspek-aspek
perilaku dan kepribadian lainnya.(akhmadsudrajat, 2008)
a. Perkembangan Kognitif dan bahasa pada Remaja
Menurut Bujuri, 2018 dan Darouich, dkk. 2017 Perkembangan Kognitif dan Bahasa
pada Remaja yaitu :
1) kemampuan berfikir, seperti kemampuan bernalar, mengingat, menghafal,
memecahkan masalah-masalah nyata, beride dan kreatifitas.
2) perkembangan keterampilan, termasuk komunikasi, motorik, sosial, emosi, dan
keterampilan adaptif
b. Masalah-masalah yang mungkin timbul karena perkembangan bahasa dan kognitif:
1) Belajar bahasa asing yang tidak menyenangkan cenderung benci terhadap pelajaran
dan gurunya
2) Ketidakselarasan antara bakat, minat dan kemampuan
3) Terutama pada remaja awal cenderung berpikir “di sini dan sekarang” dalam
mengambil keputusan hidup
4) Sangat rentan dengan pemikiran “sesat” tetapi dasar logika berpikirnya kuat
5) Dengan berkembangnya kognitif pada masa remaja sangat kaya idealisme, pencari
idola, rasa ingin tahu dan ingin diakui-dihargai. Jika potensi-potensi ini tidak
terfasilitasi dengan tepat sangat mungkin mengalami salah arah.
6) Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan bahasa dan kognitif
individu adalah sebagai berikut:
a) Belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi
masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri.
b) Belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial.
c) Belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan.
d) Belajar memahami sudut pandang orang lain.
e) Belajar memahami sopan santun, yaitu perilaku mana yang dapat diterima dan
mana yang tidak.
f) Belajar bersifat positif terhadap kehidupan
Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger  (kehausan sosial), yang
ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok
sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan
menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja
dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa
bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya. Problema perilaku sosial remaja tidak
hanya terjadi dengan kelompok sebayanya, namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan
dewasa lainnya, termasuk dengan guru di sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja,
khususnya remaja awal akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi
adanya keinginan untuk melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya
sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan orang tua, terutama secara ekonomis.
Sejalan dengan pertumbuhan organ reproduksi, hubungan sosial yang dikembangkan pada
masa remaja ditandai pula dengan adanya keinginan untuk menjalin hubungan
khususdengan lain jenis dan jika tidak terbimbing dapat menjurus tindakan penyimpangan
perilaku sosial dan perilaku seksual. Pada masa remaja juga ditandai dengan adanya
keinginan untuk mencoba-coba dan menguji kemapanan norma yang ada, jika tidak
terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya maupun
dengan lingkungannya.
a. Perkembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan.
Di dalam IDAI tahun 2017 Perkembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan.
1) Moralitas terjadi apabila seseorang mengambil sikap yang baik dikarenakan dia
sadar akan kejiwaan dan tanggung jawab, bukan untuk mencari keuntungan dan
tanpa pamrih
2) Memandang etika lebih condong kearah ilmutentang baik atau buruk. Etika lebih
dikenal dengan kode etik
3) Agama menuntut seorang untukmendasarkan diri pada wahyu Tuhan dan ajaran
agama
4) Ikatan solidaritas, nilai dan tradisi sebaya sangat kuat

b. Masalah-masalah yang mungkin timbul karena perkembangan bahasa dan kognitif:

1) Munculnya perilaku anti sosial pada remaja


2) Konflik dengan orang tua
3) Penyalahgunaan NAPZA
4) Mudah digerakkan dalam perilaku destruktif
5) Mudah terlibat dalam kegiatan massa
6) Seks bebas
7) kasus kriminalitas
8) kekerasan
9) anarchism
10) premanisme
11) merosotnyadisiplin
12) tumbuhnya budaya materialisme dan hedonism, merosotnya sopan santun dan
tawuran pelajar
c. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan perilaku sosial, moralitas dan
keagamaan adalah:
1) Mempelajari keterampilan komunikasi nonverbal.
2) Mempelajari keterampilan komunikasi verbal.
3) Belajar berempati
4) Mempelajari dinamika kelompok
5) Belajar mengembangkan pemahaman
6) Cara lain yang dapat digunakan sebagai intervensi edukatif untuk mengembangkan
emosi remaja agar dapat memiliki kecerdasan emosional adalah dengan melakukan
kegiatan-kegiatan yang di dalamnya terdapat materi
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha
pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba,
perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia
akan mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan
terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang
sebenarnya.Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali
pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia
menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang
berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari
ketidakstabilan emosinya.
a. Perkembangan kepribadian, dan emosional pada Remaja
1) pencarian identitas diri
2) timbul kepercayaan diri dan mulai menemukan jati dirinya
3) kontrol diri

b. Masalah-masalah yang mungkin timbul karena perkembangan kepribadian dan


emosional:
1) Keadaan emosinya goncang dan tidak stabil
2) Mudah condong kepada trendsetter
3) Emosi sering terdorong, bersemangat, peka, mudah tersinggung
4) Pemikiran dan perhatiannya terpusat pada dirinya.
5) Perhatian kepada diri dan penampilannya berlebihan
6) Butuh akan penerimaan sosial dan kebebasan
7) Memerlukan pengertian mendalam tentang kebutuhan, bakat, kapasitas diri,
8) Rasa ingin tahu cara bergaul dengan lawan  jenis
9) cenderung membangkang dan memiliki sifat memberontak

c. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kepribadian dan emosional


individu adalah:
1) Mengidentifikasi dan memberi nama atau label perasaan
2) Mengungkapkan perasaan
3) Menilai intensitas perasaan
4) Mengelola perasaan
5) Menunda pemuasan
6) Mengendalikan dorongan hati
7) Mengurangi stress
8) Memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan

MATERI PENYULUHAN PERILAKU HIDUP SEHAT (POLA MAKAN,


AKTIVITAS FISIK, MEROKOK, MINUM-MINUMAN KERAS)
2. Pengertian perilaku hidup sehat
Kesehatan pribadi adalah kesehatan diri seseorang yang bersih dari segala
penyakit yaitu berasal dari dalam tubuh diri sendiri dan lingkungan sekitar. Diri dan
lingkungan yang bersih dapat membantu anak usia sekolah dan remaja agar terhindar
dari penyakit. Untuk menjaga diri dan lingkungan yang sehat, anak usia sekolah dan
remaja dapat menerapkan Perilaku Hidup Sehat, dengan menerapkan perilaku ini, anak
usia sekolah dan remaja secara sadar melakukan kegiatan sehari-hari dengan menerapkan
prinsip hidup sehat. Manfaat dari PHBS adalah setiap orang menjadi sehat dan tidak
mudah sakit, serta anak-anak tumbuh sehat dan cerdas. Dampak yang dapat ditimbulkan
dari masalah kesehatan bermacam-macam seperti diare, keracunan makanan,
kegemukan, demam berdarah, penyakit pernapasan, gangguan pertumbuhan, dan
penyakit terkait lainnya.
(Kemenkes RI,2018).
3. Macam-macam perilaku yang berdampak pada kesehatan remaja
Pola makan
a. Konsep Gizi
Kandungan makanan yang seimbang menjamin terpenuhinya kebutuhan tubuh
beserta aktivitasnya. Remaja merupakan masa peralihan dari anak menjadi dewasa di
mana terjadi pertumbuhan fisik, mental dan emosional yang sangat cepat. Makanan yang
mengandung unsur zat gizi sangat diperlukan untuk proses tumbuh kembang. Dengan
mengonsumsi makanan yang cukup gizi dan teratur, remaja akan tumbuh sehat sehingga
dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi, kebugaran untuk mengikuti semua aktivitas
dan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Remaja putri yang cukup
mengonsumsi makanan yang bergizi akan terpelihara kesehatan reproduksinya, sehingga
akan menjadi calon ibu yang sehat pada saat memasuki masa perkawinan. Jika kondisi
sehat ini dipertahankan terus sampai memasuki masa hamil akan dapat melahirkan anak
yang sehat dan cerdas. Kecukupan gizi didapatkan dari keseimbangan antara jumlah dan
jenis makanan yang dikonsumsi dengan kebutuhan, sehingga bermanfaat bagi
terpeliharanya fungsi tubuh secara optimal.
1) Pengertian Gizi
Gizi adalah substansi organik berupa zat pada makanan yang dibutuhkan organisme
untuk menjaga fungsi dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan jaringan tubuh,
dan kesehatan.
2) Zat Gizi
Dalam makanan terdapat 5 (lima) kelompok zat gizi yaitu :
a) Hidrat arang atau karbohidrat
Sebagai makanan pokok menghasilkan tenaga yang satuannya kalori. Sumber
tenaga ini dibutuhkan untuk bekerja, bernafas dan lain-lain. Contoh makanan
sumber karbohidrat: nasi, kentang, ubi, singkong, mie, roti, sagu, jagung dan lain-
lain.
b) Protein
Protein terdiri dari protein nabati dan protein hewani. Banyak terdapat dalam lauk
pauk, protein nabati (tumbuhan) seperti tahu, tempe, kacang kedelai dan kacang-
kacangan yang lain. Protein hewani seperti daging, telur, ikan dan lain-lain.
c) Lemak
Banyak terdapat dalam lauk-pauk (daging berlemak) dan minyak (minyak
goreng).
d) Vitamin
Zat ini banyak terdapat dalam semua bahan makanan terutama dalam sayur-
sayuran dan buah-buahan yang segar.
1) Vitamin A
Vitamin ini berperan dalam proses pertumbuhan tubuh utamanya untuk
penglihatan dan untuk daya tahan tubuh. Banyak terdapat dalam sayuran hijau
terutama daun singkong dan buah-buahan yang berwarna (pepaya, mangga).

2) Vitamin B
Vitamin B terdapat di dalam beras dan kacang hijau.Vitamin B terdiri dari
vitamin B1 dan vitamin B12. Vitamin B1 berperan dalam metabolisme
karbohidrat di dalam tubuh. Sedangkan vitamin yang berperan dalam
pembentukan sel darah merah adalah vitamin B12.
3) Vitamin C Vitamin ini berperan dalam pemeliharaan jaringan dan
peningkatan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. Vitamin C terdapat
dalam buah dan sayur yang segar.
4) Vitamin D
Vitamin ini di dalam tubuh sering dalam bentuk provitamin D, yaitu vitamin D
yang belum aktif, untuk mengubahnya menjadi vitamin D dengan bantuan
sinar ultra violet, sinar matahari.
5) Vitamin E
Vitamin ini dibutuhkan relatif sedikit dibanding vitamin lainnya. Vitamin E ini
banyak terdapat dalam kacang kedelai, dan tauge. Vitamin E berfungsi sebagai
anti oksidan atau pemangsa radikal bebas dan untuk hormonal (hormon
estrogen).
6) Vitamin K
Vitamin ini berguna dalam proses pembekuan darah, vitamin ini terdapat
dalam hati (hati sapi, ayam dan lainlain).
e) Mineral
Banyak terdapat dalam lauk pauk atau sayuran, misalnya Fe (zat besi) terdapat
dalam bayam, kangkung, daun katuk dan sayuran hijau lainnya. Mineral zat besi
(Fe) berperan dalam pembentukan sel darah merah. Ca/Kalsium (zat kapur)
terdapat dalam ikan laut. Zat ini berfungsi dalam pembentukan gigi dan tulang,
bersama dengan Vitamin D. Disamping itu ada beberapa jenis mineral lain yang
dibutuhkan tubuh dalam jumlah tidak banyak seperti Phospor (P), Magnesium
(Mg), Seng (Zn), Natrium (Na), Kalium (K) dan lain-lain.
Di samping kelima zat di atas, peranan air tidak boleh dilupakan. Tanpa air fungsi
kelima zat gizi di atas tidak dapat berjalan. Oleh karena itu air tidak kalah pentingnya
untuk diperhatikan terutama dalam pemeliharaan organ-organ tubuh yang vital seperti
ginjal.
3) Fungsi Makanan Terdapat 3 (tiga) fungsi makanan, yaitu :
a) Sebagai zat pembangun
b) Sebagai sumber tenaga
c) Sebagai zat pengatur

Sumber gambar : http://muzamil09.blogspot.co.id/2013/03/triguna-makanan-


dangizi-seimbang.html

Ketiga fungsi makanan tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan


tubuh, dan terdapat pada ”Makanan Bergizi Seimbang”. Oleh karena itu setiap hari kita
harus makan makanan bergizi seimbang yaitu keragaman makanan pokok; telur/ tempe/
tahu/ ikan/ daging; sayur-sayuran; dan buah-buahan.
b. Pedoman Gizi Seimbang
1) Pengertian
Gizi Seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam
jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip
keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan memantau berat
badan secara teratur dalam rangka mempertahankan berat badan normal untuk
mencegah masalah gizi. Gizi Seimbang untuk Remaja usia 10-19 tahun, kelompok ini
adalah kelompok usia peralihan dari anak-anak menjadi remaja muda sampai dewasa.
Kondisi penting yang berpengaruh terhadap kebutuhan zat gizi kelompok ini adalah
pertumbuhan cepat memasuki usia pubertas, kebiasaan jajan, menstruasi dan
perhatian terhadap penampilan fisik citra tubuh (body image) pada remaja puteri.
Dengan demikian perhitungan terhadap kebutuhan zat gizi pada kelompok ini harus
memperhatikan kondisi-kondisi tersebut. Khusus pada remaja puteri, perhatian harus
lebih ditekankan terhadap persiapan mereka sebelum menikah.
2) Pilar Gizi Seimbang
Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnya merupakan
rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi yang
masuk dengan memantau berat badan secara teratur. Empat Pilar ini merupakan
prinsip dasar gizi seimbang, yang terdiri dari:
a) Pilar 1: Mengkonsumsi aneka ragam pangan
Konsumsi aneka ragam pangan sangat penting karena tidak ada satupun jenis
bahan pangan yang mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh
untuk tetap sehat, kecuali Air Susu Ibu (ASI). ASI mengandung semua zat gizi
yang dibutuhkan tubuh, tapi hanya untuk bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan.
Selain itu, di dalam tubuh terjadi interaksi antar zat gizi, misalnya zat gizi tertentu
memerlukan zat gizi yang lainnya untuk dapat ditranspor atau dicerna oleh tubuh.
Misalnya, pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein memerlukan vitamin B
yang dapat ditemukan pada sayuran berdaun hijau.
b) Pilar 2: Membiasakan perilaku hidup bersih
Hidup bersih mengurangi risiko terkena penyakit infeksi, yang nantinya dapat
mempengaruhi status gizi kita. Saat kita sakit, zat gizi di dalam tubuh
dipergunakan terutama untuk melawan penyakit tersebut, sehingga pertumbuhan
dan perkembangan tubuh kita tidak optimal. Kebiasaan hidup bersih misalnya cuci
tangan, menjaga kuku tetap pendek dan bersih, memakai alas kaki dan menutup
makanan dengan baik.
c) Pilar 3: Melakukan aktivitas fisik
Aktivitas fisik sangat penting untuk menjaga kebugaran dan meningkatkan fungsi
jantung, paru dan otot, serta menurunkan risiko obesitas. Aktivitas fisik tidak
harus selalu berupa olahraga, segala macam aktivitas seperti bermain juga
termasuk dalam melakukan aktivitas fisik. Hal ini akan dijelaskan lebih detail
pada sesi 14.
d) Pilar 4: Memantau berat badan secara teratur
Salah satu tanda keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya berat
badan normal, yaitu berat badan yang sesuai untuk tinggi badan, yang biasa
dikenal sebagai Indeks Masa Tubuh (IMT). Pada anak usia sekolah dan remaja,
penentuan status gizi berdasarkan IMT harus disesuaikan dengan usianya. Dengan
rutin memantau berat badan (dan tinggi badan), maka kita dapat mengetahui status
gizi kita, dan mencegah atau melakukan tindakan penanganan bila berat badan
menyimpang dari yang seharusnya
3) Pesan Khusus Gizi Seimbang untuk Anak dan Remaja
a) Biasakan makan bersama keluarga
b) Makan 3 kali sehari dan kudapan 2 kali sehari
c) Biasakan mengkonsumsi ikan dan sumber protein lainnya
d) Perbanyak makan sayur dan buah-buahan
e) Biasakan membawa bekal makanan dan air putih yang cukup
f) Batasi makanan cepat saji dan GGL (Gula 4 sdm, Garam 1 sdt dan Lemak 5 sdm)
g) Pilih makanan yang terbungkus dan disimpan di tempat tertutup
h) Pilih makanan tanpa pengawet, pewarna mencolok, penyedap, pemanis buatan dan
pengenyal
i) Biasakan menyikat gigi 2 kali sehari Hindari merokok dan minuman beralkohol
j) Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur

4) Pentingnya Sarapan
Sarapan bagi anak usia sekolah dan remaja sangat penting. Sarapan adalah kegiatan
makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai dengan jam 9 pagi
untuk memenuhi sebagian kebutuhan gizi harian (15-30% kebutuhan gizi) dalam
rangka mewujudkan hidup sehat, aktif, dan produktif. Sarapan terbaik dilakukan pada
pukul 06.00 atau sebelum jam 07.00. Sarapan terbukti dapat meningkatkan
konsentrasi belajar; memberikan energi pada otak bagi anak sekolah sehingga dapat
menerima pelajaran dengan lebih baik. Tidak sarapan dapat berdampak buruk bagi
proses belajar di sekolah, menurunkan aktifitas fisik anak, menyebabkan kegemukan
pada remaja dan meningkatkan risiko jajan yang tidak sehat.
c. Menyusun Menu Gizi Seimbang
Jenis bahan makanan sebagai berikut:
1) Makanan Pokok
Makanan pokok dapat dipilih dari nasi (URT: 3/4 gelas) atau padanannya misalnya
kentang (URT: 2 buah sedang), singkong (URT: 1 ½ potong), ubi jalar kuning (URT:
1 biji sedang), mie basah (URT: 2 gelas), tepung sagu (URT: 8 sendok makan), dll.
2) Lauk-pauk
Lauk-pauk dapat dipilih dari bahan makanan hewani misalnya ikan segar (URT: 1
potong sedang), telur (URT: 1 butir), daging ayam (URT: 1 potong sedang), daging
sapi (URT: 1 potong sedang),dll atau lauk nabati, misalnya tahu (URT: 2 potong
sedang), tempe (URT: 2 potong sedang), kacang tanah (URT: 2 sendok makan),
kacang merah (URT: 2 ½ sendok makan), dll.
3) Sayur-sayuran
Jenis sayuran yang dapat dipilih misalnya bayam, kangkung, daun singkong, kacang
panjang, buncis, wortel, labu siam dll dengan URT sebanyak 1 gelas.
4) Buah-buahan
Buah-buahan misalnya pepaya (URT: 1 potong besar), semangka (URT: 2 potong
sedang), nanas (URT: ¼ buah sedang), mangga (URT: ¾ buah besar), jeruk manis
(URT: 2 buah sedang), pisang ambon (1 buah sedang), apel malang (URT: 1 buah
sedang) dll.
5) Air Putih
Dianjurkan minum air putih sebanyak 8 gelas per hari dan disesuaikan dengan
aktivitas sehari-hari. Air putih sangat diperlukan untuk proses petumbuhan dan
perkembangan anak. Keseimbangan air dalam tubuh kita perlu diperhatikan dengan
cara mengatur jumlah masukan/keluaran air yang seimbang.
URT: Ukuran Rumah Tangga, adalah bahan-bahan makanan dalam jumlah
tertentu dengan kandungan gizi yang kurang lebih sama sehingga bisa disaling tukarkan
satu macam bahan makanan dengan yang lainnya dalam satu kelompok makanan
tersebut.
Makanan yang kita makan dianjurkan merupakan makanan yang bervariasi dan
beragam untuk melengkapi kebutuhan gizi yang dibutuhkan tubuh. Porsi makanan dalam
piring dibagi 3 bagian:
1) 1/3 untuk makanan pokok
2) 1/3 untuk sayuran
3) 1/3 terdiri dari lauk pauk dan buah-buahan
d. Gizi Lebih atau Obesitas
a) Pengertian Kegemukan dan Obesitas
Kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak berlebihan.
Kegemukan dan obesitas dapat disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan
yaitu pola makan yang tidak memenuhi prinsip gizi seimbang dan kurangnya
aktivitas fisik.
b) Akibat Masalah Kegemukan dan Obesitas
Kegemukan dan obesitas pada anak usia sekolah dan remaja berisiko berlanjut ke
masa dewasa, dan merupakan faktor risiko terjadinya berbagai penyakit tidak
menular seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker, osteoartritis,
dan lain lain. Pada anak usia sekolah dan remaja, kegemukan dan obesitas juga
dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan yang sangat merugikan kualitas
hidup anak seperti gangguan pertumbuhan tungkai kaki, gangguan tidur, sleep
apnea (henti napas sesaat) dan gangguan pernapasan lain.
c) Pencegahan Kegemukan dan Obesitas
Pola hidup sehat mencegah kegemukan dan obesitas dengan melakukan hal-hal
sebagai berikut:
(1) Mengonsumsi buah dan sayur > 5 porsi per hari
(2) Membatasi menonton TV, bermain komputer, game/playstation < 2 jam
sehari
(3) Tidak menyediakan TV di kamar anak
(4) Mengurangi makanan dan minuman manis
(5) Mengurangi makanan berlemak dan gorengan
(6) Mengurangi makan di luar
(7) Membiasakan makan pagi dan membawa makanan bekal ke sekolah
(8) Memibasakan makan bersama keluarga minimal 1 kali sehari
(9) Makan makanan sesuai dengan waktunya
(10) Meningkatkan aktivitas fisik minimal 1 jam/hari
(11) Melibatkan keluarga untuk perbaikan gaya hidup untuk pencegahan gizi
lebih
(12) Membiasakan menimbang berat badan secara teratur
(13) Target penurunan BB yang normal
2. Aktivitas Fisik pada anak sekolah (Panduan Germas, 2017)
Kegiatan aktivitas fisik pada anak sekolah bertujuan untuk mewujudkan peserta
didik yang sehat, bugar, berprestasi melalui pendidikan dan pembudayaan aktivitas fisik,
latihan fisik serta olahraga yang baik, benar, terukur dan teratur di sekolah. Adapun
bentuk kegiatan di sekolah:
a. Gerak Barisan
Gerakan yang dapat dilakukan sebelum peserta didik memasuki kelas, disertai lagu
yang gembira.
b. Gerak Kapiten
Gerakan yang dapat dilaksanakan pada saat pergantian pelajaran disertai lagu yang
gembira, untuk menghilangkan rasa jenuh atau ngantuk.
c. Bermain Waktu Istirahat
d. Senam Anak Bangsa
Latihan awal pada saat peserta didik berolah raga, yang dipandu oleh guru olah raga.

3. Perilaku Merokok
Rokok merupakan hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari
tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yag menjadi
penyebab kematian terbesar yang dapat dicegah di dunia saat ini yang membunuh 5,4 juta
orang per tahun. Jika dibiarkan, angka ini akan terus meningkat dua kali lipat pada tahun
2030. Rokok berisi bahan psikoaktif yang sangat adiktif, yaitu nikotin.
Menurut Muhibah (2011) racun rokok yang paling utama adalah nikotin, tar dan
karbon monoksida :
a. Nikotin dapat meningkatkan adrenalin yang membuat jantung berdebar lebih cepat dan
bekerja lebih keras, frekuensi jantung meningkat dan kontraksi jantung meningkat
sehingga menimbulkan tekanan darah meningkat.
b. Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru,
mengandung bahan-bahan karsinogen.
c. Karbon monoksida, merupakan gas berbahaya yang terkandung dalam asap
pembuangan kendaraan. CO menggantikan 15% oksigen yang seharusnya dibawa oleh
sel-sel darah merah. CO juga dapat merusak lapisan dalam pembuluh darah dan
meninggikan endapan lemak pada dinding pembuluh darah, menyebabkan pembuluh
darah tersumbat.
Perilaku merokok merupakaan kegiatan membakar tembakau yang kemudian
dihisap isinya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa dan kebiasaan yang
mahal ini, bisa menyebabkan berbagai penyakit, dan berpotensi meningkatkan biaya
kesehatan di masa depan. Menurut Sadikin et al,. (2008) alasan seseorang merokok ialah
sebagai berikut:
a. Khawatir tidak diterima di lingkungannya jika tidak merokok.
b. Ingin tahu, alasan ini banyak dikemukakan oleh kalangan muda, terutama perokok
wanita.
c. Untuk kesenangan, alasan ini lebih banyak diutarakan oleh perokok pria
d. Pergaulan, karena ingin menyenangkan teman atau membuat suasana menyenangkan,
Merokok pada usia muda sudah merupakan masalah kesehatan usia sekolah dan
remaja yaitu masih ditemukan anak yang merokok di sekolah maupun lingkungan tempat
tinggal, karena semakin muda umur mulai merokok semakin tinggi risiko mejadi perokok
berat dan terkena beberapa penyakit kronik. Di Indonesia, 17,32% dari seluruh siswa dan
32,82% siswa laki-laki mencoba merokok pertama kali pada usia < 13 tahun. Sedangkan
pada siswa perempuan ada sebesar 3,04% yang pertama kali mencoba merokok pada usia
<13 tahun. Bahkan lebih khusus lagi lebih banyak siswa laki-laki (5,02%) yang merokok
pertama kali pada usia <7 tahun dari pada siswa perempuan (0,92%).
Pada anak remaja yang baru mulai merokok, konsentrasi kotinin dalam saliva (ludah),
sebuah produk nikotin yang bersifat merusak, terus meningkat secara tajam sampai mencapai
tingkat yang terdapat pada perokok tetap (Gambar 2.1). Tingkat rata-rata nikotin yang dihirup
cukup untuk memberikan efek farmakologis dan memainkan perannya untuk merangsang
perilaku merokok. Namun banyak perokok muda meremehkan risiko kecanduan merokok ini.
Merokok adalah kebiasaan yang sangat tidak sehat bagi perokok sendiri dan orang
lain yang ada disekitarnya, apabila seseorang merokok di dalam rumah maka penghuni rumah
lainnya akan mendapat dampak negatif dari asap rokok tersebut. Asap yang dikeluarkan dari
rokok mengandung zat yang sifatnya racun bagi tubuh dan dapat menyebabkan sakit kanker,
jantung dan gangguan janin pada ibu hamil
Menurut Center of Desease Control (CDC) dalam Octafrida (2011) merokok
membahayakan setiap organ di dalam tubuh. Merokok menyebabkan penyakit dan
memperburuk kesehatan, seperti:
a. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
PPOK sudah terjadi pada 15% perokok. Individu yang merokok mengalami penurunan
pada Forced Expiratory Volume in second (FEV1), dimana kira-kira hampir 90% perokok
berisiko menderita PPOK (Saleh, 2011).
b. Pengaruh Rokok terhadap Gigi
Hubungan antara merokok dengan kejadian karies, berkaitan dengan penurunan fungsi
saliva yang berperan dalam proteksi gigi. Risiko terjadinya kehilangan gigi pada perokok,
tiga kali lebih tinggi dibanding pada bukan perokok (Andina, 2012). Halitosis atau bau
mulut adalah bau tidak sedap yang keluar dari mulut saat menghembuskan nafas.
Penyebab utama bau mulut adalah kebersihan mulut yang buruk. Adanya infeksi kronis
pada mulut bisa menimbulkan bau mulut yang menetap. Selain itu, makanan tertentu,
merokok, dan alcohol juga dapat memicu halitosis.
c. Pengaruh Terhadap Sistem Reproduksi
Merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi, fertilitas pria maupun wanita. Pada
wanita hamil yang merokok, anak yang dikandung akan mengalami penuruan berat
badan, lahir prematur, bahkan kematian janin (Anggraini, 2013).
Banyak dampak negatif dari rokok antara lain gangguan pada paru-paru dan
saluran pernafasan yang menyebabkan kanker, gangguan pada jantung dan pembuluh
darah, gangguan pada otak/susunan syaraf pusat yang menyebabkan stroke, gangguan
pada sistem pencernaan menyebabkan penyakit lambung, gangguan sistem reproduksi
wanita pada ibu hamil yang dapat menggangu janin sehingga bayi lahir dengan berat
badan rendah dan keguguran, gangguan pada ginjal, merubah warna gigi, kuku, kulit,
rambut.

4. Perilaku Minum-minuman Keras


Gambaran penggunaan minuman keras (miras) atau alkohol di Indonesia yang
didapatkan dari survey nasional kesehatan berbasis sekolah di Indonesia pada tahun 2015
adalah sebagai berikut.
Hasil SDKI(2012) menunjukkan bahwa perilaku konsumsi minuman beralkohol
cukup tinggi dikalangan remaja remaja laki-laki usia 15 – 24 tahun (15.6%) untuk pernah
minum akohol kadang-kadang, dimana angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
angka nasional RISKESDAS 2007 yaitu sebesar 5.5%, sebesar 5,61% siswa Indonesia
pertama kali minum minuman beralkohol lebih dari beberapa teguk pada umur <= 13
tahun, sebesar 1,68% yang mendapatkan alkohol dari membeli di swalayan atau toko atau
warung dan 1,61% mendapatkan dari teman, sebesar 5,20% minum minuman beralkohol
dengan teman, selain itu ada sebesar 1,41% minum dengan keluarga dan sebesar 2,63%
siswa pernah ada ≥ 1 kali masalah dengan keluarga atau teman, membolos sekolah, atau
terlibat perkelahian yang disebabkan minuman beralkohol (Kusumawardani et al., 2015).
Minuman beralkohol atau biasa disebut miras (minuman keras) merupakan
salah satu zat adiktif yang mana setiap pengguna zat tersebut dapat menimbulkan
ketergantungan. Minuman alkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang
diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi
dan destilasi atau tanpa destilasi. Etanol merupakan bentuk molekul sederhana dari
alkohol, yang sangat mudah diserap dalam saluran percernaan mulai dari mulut, esofagus,
lambung sampai usus halus.
Ada 3 golongan minuman keras / beralkohol, yaitu :
a. Golongan A : kandungan etil alkohol di bawah 5%, misalnya bir bintang, san Miguel,
greensand.
b. Golongan B : kandungan etil alkohol lebih dari 5-20%, misalnya anggur Malaga,
anggur orang tua, sochu, crème cacao.
c. Golongan C : kandungan etil alkohol lebih dari 20-55% misalnya wiski, vodka.
Terdapat pula minuman beralkohol yang dibuat sendiri (lokal) dengan tingkat
persentase alkohol yang bervariasi dan berbahaya bagi tubuh. Contoh minuman-minuman
terebut ialah minuman lokal (milo) di Papua, cap tikus di Wilayah Sulawesi dan Maluku,
tuak di Sumatera dan Bima.
Minum alkohol dapat mempengaruhi kerja otak sehingga efek yang bisa
ditimbulkan dari perilaku konsumsi minuman beralkohol ini antara lain : mabuk, jalan
sempoyongan dan bicara cadel, ketidakmampuan belajar dan mengingat kecelakaan
(karena mabuk ketika berkendaraan), terlibat kekerasan atau perbuatan merusak, serta
mempengaruhi perilaku dan kepribadian dalam pemakaian terus menerus dapat merusak
lambung, hati dan kematian. Sedangkan dampak yang mungkin ditimbulka dari perilaku
minum-minuma keras antara lain :
a. Gangguan pada fisik : menekan susunan saraf pusat yang artinya memperlambat fungsi
tertentu dari beberapa bagian otak, iritasi saluran pencernaan (mual, muntah, diare).
b. Gangguan perilaku : ketergantungan pada alkohol .
Beberapa cara yang dapat membantu menghindarkan diri dari perilaku minum-
minuman keras selama masa remaja ini antara lain :
a. Meningkatkan iman dan ibadah kita agar senantiasa dilindungi dari godaan miras.
b. Hati-hati dalam pergaulan, jangan salah bergaul dan jangan ambil pengaruh buruk dari
teman.
c. Siapkan diri dan mental untuk menolak dan mengatakan tidak jika ditawari miras.
Katakan “tidak” pada miras untuk melawan keinginginan untu mengkonsumsinya
kembali.
d. Percaya Pada Dirimu Sendiri, jadilah dirimu sendiri serta Tingkatkan Harga Dirimu.
Sayangilah dan hormatilah dirimu sendiri apapun bentuknya, belajar bersyukur dengan
merasa puas dengan dirimu sendiri dan buatlah yang terbaik dengan segala yang kamu
miliki.
e. Mengisi waktu dengan kegiatan yang lebih positif, misalnya mengembangkan minat
dan bakat. Dengan mengisi waktu luang dengan kegiatan positif dapat menolong kamu
untuk lebih mandiri, lebih dapat mengembangkan jati dirimu, membuat hidupmu lebih
menarik dan berbahagia.
f. Menyebarluaskan informasi mengenai miras dan bahaya yang diakibatkannya kepada
teman sebaya.
g. Menerapkan gaya hidup Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS). Kebiasaan
hidup yang sehat seperti makan makanan bergizi, olahraga yang teratur dengan
lingkungan yang sehat mempengaruhi kesehatan yang baik. Orang yang sehat tidak
memerlukan obat. Sebaliknya, orang yang sering sakit lama-lama bisa menimbulkan
ketergantungan obat. Hidup sehat serta keterampilan untuk hidup tanpa
menyalahgunakan narkoba jauh lebih murah daripada tindakan pengobatan dan
rehabilitasi (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

MATERI PENYULUHAN RISIKO REPRODUKSI REMAJA (HUBUNGAN


SEKSUAL, KEHAMILAN REMAJA, DAN ABORSI)

A. SEKS BEBAS
Perilaku seks bebas adalah segala cara mengekspresikan dan melepaskan
dorongan seksual yang berasal dari kematangan organ seksual, seperti berkencan intim,
bercumbu, sampai melakukan kontak seksual yang dinilai tidak sesuai dengan norma
(Desmita, 2012). Sarwono (2012) menyatakan bahwa perilaku seks bebas adalah segala
tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun
sesama jenis mulai dari tingkah laku yang dilakukannya dengan sentuhan, beciuman
(kissing) berciuman belum menempelkan alat kelamin yang biasanyadilakukan dengan
memegang payudara atau melalui oral seks pada alat kelamin tetapi belum
bersenggama (necking) dan bercumbuan sampai menempelkan alat kelamin yaitu
dengan saling menggesekkan alat kelamin dengan pasangan namun belum bersenggama
(petting) dan yang sudah bersenggama (intercourse), yang dilakukan di luar hubungan
pernikahan.
Sehingga seks bebas dapat diartikan sebagai hubungan kelamin yang dilakukan
secara bebas (berganti-ganti pasangan) yang tidak sesuai dengan norma-norma yang
ada di masyarakat. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seks bebas
(Sugiyanto, 2013) :
a. Industri pornografi
b. Pengetahuan individu tentang kesehatan reproduksi
c. Pengalaman masa anak-anak
d. Pembinaan religius
Dampak Seks bebas
a. hamil diluar nikah
b. mengarah ke aborsi
c. putus sekolah
d. menikah diusia dini

Pencegahan
a. memberikan bimbingan positif dari sekolah maupun orangtua di rumah
b. meningkatkan kedisiplinan di sekolah maupun di rumah
c. memberikan pendidikan seks melalui seminar atau talk show kesehatan
d. peran penting orangtua dalam memberikan nasehat dan mendidik
e. memberikan pondasi iman dan taqwa
f. Menjalon hubungan baik antara orang tua dengan anak yaitu dengan komunikasi yang
baik
g. Peran penting orang tua dalam masa tumbuh kembang remaja

B. Kehamilan Usia Dini (Kehamilan Remaja)


a. Pengertian
Kehamilan usia dini (usia muda/remaja) adalah kehamilan yang terjadi pada
remaja putri berusia <20 tahun. Kehamilan tersebut dapat disebabkan oleh karena
hubungan seksual (hubu ngan intim) dengan pacar, dengan suami, pemerkosaan,
maupun faktor-faktor lain yang menyebabkan sperma membuahi telurnya dalam
rahim perempuan tersebut.
Menurut Susanti (2008), kehamilan pada remaja dapat menimbulkan masalah
karena pertumbuhan tubuhnya belum sempurna, kurang siap dalam sosial ekonomi,
kesulitan dalam persalinan, atau belum siap melaksanakan peran sebagai ibu.
b. Faktor Penyebab kehamilan usia dini
a) Kurangnya pendidikan moral dan agama
b) Tradisi atau kebiasaan suatu daerah yang sangat mendukung terjadinya
pernikahan dini
c) Kurangnya perhatian orangtua
d) Kurangnya informasi mengenai kesehatan organ reproduksi dan kesehatan
e) Tidak ingin menggunakan alat kontrasepsi
f) Pendidikan formal dan informal yang rendah
g) Pergaulan bebas dan seks bebas
h) Pengaruh alkohol dan obat-obatan terlarang
i) Kemiskinan
j) Kekerasan dalam rumah tangga
c. Dampak dari Hamil Usia Dini
Dibandingkan dengan yang hamil di usia 20-30 tahun, hamil dan melahirkan
di bawah 18 tahun memang jauh lebih berisiko. Berikut ini beberapa risiko yang dapat
terjadi :
a) Risiko kematian ibu dan bayi
Di seluruh dunia, terutama negara berkembang, ada sekitar 50.000 remaja
perempuan usia 15-19 tahun yang meninggal tiap tahun pada masa kehamilan
atau pada saat proses persalinan. Semakin muda remaja perempuan mengalami
kehamilan, maka semakin berisiko bagi dirinya saat persalinan dan anak yang
dikandungnya. Hal ini dikarenakan tubuhnya secara umum belum siap untuk
menjalani proses persalinan, antara lain karena panggul sempit. Ketiadaan
pelayanan kesehatan yang memadai terkadang tidak memungkinkan ibu dan/atau
bayi selamat dalam proses persalinan seperti ini. Apalagi kehamilan di bawah
umur memang lebih banyak terjadi pada kalangan masyarakat tingkat ekonomi
bawah.
b) Risiko kelainan pada bayi
Bagi para perempuan yang hamil di usia muda, terutama mereka yang tidak
mendapat dukungan dari keluarga dekat atau pasangannya, berisiko tinggi tidak
mendapat perawatan yang memadai di masa kehamilan terutama pada pemenuhan
nutrisi saat hamil. Kebutuhan nutrisi yang tidak tercukupi dengan baik dapat
menyebabkan kelainan atau cacat bawaan lahir.
c) Bayi lahir dengan berat badan di bawah normal
Perempuan yang hamil di usia terlalu muda berisiko tinggi melahirkan bayi
dengan berat badan sangat rendah, seperti kurang dari 1,5 kg. Hal ini bisa terjadi
karena kelahiran prematur atau di bawah usia kehamilan 37 minggu. Bayi dengan
berat badan kurang dari normal membutuhkan perawatan khusus, terutama untuk
membantunya bernapas setelah dilahirkan.
d) Penyakit menular seksual
Remaja yang berhubungan seksual di usia muda lebih berisiko mengidap
penyakit menular seksual, seperti HIV, klamidia, sifilis, dan herpes. Keengganan,
ketidaktahuan, atau belum matangnya pola pikir membuat tidak sedikit remaja
berhubungan seksual tanpa menggunakan pengaman seperti kondom. Penyakit-
penyakit tersebut dapat ditularkan bahkan melalui hubungan seks termasuk seks
oral atau anal.
e) Depresi pasca-melahirkan
Remaja perempuan lebih berisiko mengalami depresi pasca-melahirkan
karena merasa tidak siap, terutama jika tidak mendapat dukungan dari keluarga
dan/atau pasangan. Depresi berisiko membuat remaja tidak mampu merawat
bayinya dengan baik.
d. Meminimalkan Risiko
Meski risiko mengandung dan melahirkan di usia muda sangat tinggi, namun ada cara
yang dapat diusahakan agar ibu selamat dan bayi dapat lahir dengan sehat, antara
lain :
a) Berkonsultasi rutin ke dokter kandungan
b) Jauhi obat-obatan terlarang, minuman keras
c) Konsumsi makanan sehat
d) Cari dukungan dari kerabat dan sahabat terdekat demi kesiapan mental diri
sendiri
e) Temui seorang konselor atau grup konseling yang bisa membantu mendapatkan
informasi atau membuat keputusan mengenai hubungan, kehamilan, adopsi,
maupun aborsi
e. Mencegah Hamil di Usia Muda
a) Penanaman Pendidikan Moral
Pendidikan moral ini dapat ditanamkan baik dikeluarga, sekolah dan
lingkungan masyarakat. Pendidikan ini menyangkut pada pendidikan karakter dan
agama yang berjalan beriringan dalam pembentukan karakter anak. Mengajarkan
moral pada anak untuk tidak bergaul sebebas mungkin yang dapat memicu
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Peran orangtua dalam memperhatikan
pergaulan anak menjadi faktor utama untuk mencegah kehamilan usia dini
b) Mengubah tradisi masyarakat
Kehamilan usia dini dapat disebabkan oleh tradisi masyarakat yang sudah
berjamur turun temurun yaitu menikah muda. Pasalnya, tradisi ini membolehkan
remaja untuk menikah pada usia masih muda sekalipun. Karena memandang
bahwa wanita hanya akan mengurus rumah dan anak-anak tanpa peran yang lain
sama sekali. Tradisi ini mengharuskan anak remaja yang mungkin terbilang
masih harus menempuh pendidikan, harus menikah muda lebih dulu. Mengubah
tradisi ini adalah sebuah keharusan bagi kita semua.
c) Penggunaan kontrasepsi
Jika sudah menikah pada usia dini serta belum dikaruniai seorang anak.
Maka penggunaan kontrasepsi sangatlah berguna. Menunda kehamilan sampai
waktu yang sudah matang menjadi cara yang sangat baik untuk mencegah
kehamilan usia dini.
C. ABORSI
Aborsi adalah terhentinya kehamilan dengan kematian dan pengeluaran janin
pada usia kurang dari 20 minggu dengan berat janin kurang dari 500 gram yaitu
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan secara mandiri.
Aborsi tidak aman adalah penghentian kehamilan yang dilakukan oleh orang
yang tidak terlatih/kompeten dan menggunakan sarana yang tidak memadai, sehingga
menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian.
Macam-macam aborsi :
a. Aborsi Spontan/alamiah
b. Aborsi buatan/sengaja
c. Aborsi terapeutik/medis
Resiko aborsi :
Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik :
a. Kematian mendadak karena perdarahan hebat
b. Kemarian mendadak karena pembiuasan yang gagal
c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
d. Rahim yang sobek
e. Kerusakan leher rahim yang menyebabkan cacat pada anak berikutnya.
f. Kanker leher rahim, kanker payudara, kanker indung telur, kanker hati
g. Kelainan plasenta/ari-ari
h. Menjadi mandul/ tidak mampu memiliki keturunan lagi
Resiko gangguan psikologis :
a. Kehilangan harga diri
b. Berteriak-teriak
c. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi
d. Ingin melakukan bunuh diri
e. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang
f. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual
Solusi :
a. Memberikan pendidikan agama
b. Bila terjadi kehamilan diluar nikah sebaiknya dinikahkan
c. Orangtua harus menciptakan tatanan kehidupan religious
d. Bagi yang melakukan tindakan aborsi dapat dikenakan sanksi
Lampiran 2

Soal Pretest Dan Posttest Asuhan Kebidanan Holistik Fisiologis Pada Remaja Dan Pranikah
Webinar 1

1. Apa perbedaannn dari seks primer dan sekunder….


a. Seks primer, yairu berhubungan langsung dengan organ seks (mestruasi),
dan sekunder yaitu, ditandai dengan kematangan organ-organ reproduksi
b. Seks sekunder, yairu berhubungan langsung dengan organ seks (mestruasi), dan
seks primer yaitu, ditandai dengan kematangan organ-organ reproduksi
c. Seks sekunder, yairu berhubungan langsung dengan organ seks (mestruasi), dan
seks primer yaitu, ditandai dengan kematangan organ-organ pencernaan
d. Seks primer, yairu berhubungan langsung dengan organ seks, dan sekunder yaitu,
ditandai dengan mestruasi
2. Pertama kali menstruasi terjadi pada usia ….
a. 11-13 tahun
b. 10-12 tahun
c. 11-14 tahun
d. 12-14 tahun
3. Ciri ciri tanda seks perempuan, kecuali….
a. Pinggul yang membesar
b. Tumbuh rambut di kemaluan
c. Tumbuh jakun
d. Buah dada semakin tampak
4. Dalam makanan terdapat 5 (lima) kelompok zat gizi yaitu :
a. Protein, lemak, mineral
b. Vitamin, karbohidrat, lemak, mineral
c. Karbohidrat, lemak, mineral, protein, dan vitamin
d. Lemak, mineral, protein
5. Terdiri dari protein nabati dan protein hewani protein nabati (tumbuhan) seperti tahu,
tempe, kacang kedelai dan kacang-kacangan yang lain. Protein hewani seperti daging,
telur, ikan, merupakan kelompok zat gizi
a. Karbohidrat
b. Lemak
c. Mineral
d. Protein
e. Vitamin
6. Apakah fungsi makanan?
a. Zat pembangun
b. Sumber tenaga
c. Zat pengatur
d. Semua benar
7. Apa saja dampak jika melakukan seks bebas, kecuali…
a. Hamil diluar nikah
b. Menikah di usia dini
c. Melakukan aborsi
d. Akan mendapatkan kebahagiaan
8. Bagaimana cara pencegahan agar terhindar dari seks bebas ?
a. Memberikan bimbingan positif dari sekolah mauun orang tua
b. Memberikan pendidikan seks melalui seminar atau talk show kesehatan
c. Peran penting orang tua dalam memberikan nasihat dan mendidik
d. Semua jawaban benar
9. Remaja yang berhubungan seksual di usia muda lebih berisiko mengidap penyakit
menular seksual, seperti…
a. HIV/AIDS
b. Demam
c. Cacar
d. Salah semua

Anda mungkin juga menyukai