Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN SEMINAR KASUS KEGAWATDARURATAN

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BY. NY. A USIA 0 HARI

DENGAN ASFIKSIA

DI RSUD WONOSARI

Disusun oleh :

DESYA AMELIA OKTAVIANI

P0712421019

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN

2023
LEMBAR PERSETUJUAN

PEMBIMBING

LAPORAN SEMINAR KASUS KEGAWATDARURATAN ASUHAN KEBIDANAN


BAYI BARU LAHIR PADA BY. NY. A USIA 0 HARI DENGAN ASFIKSIA
DI RSUD WONOSARI

Telah memenuhi persyaratan dan disetujui

Tanggal :

……………………………………

Mengesahkan

Nama Pembimbing Tanda Tangan


Pembimbing Lahan
Dwi Yuliati, S.Kep., Ns.

Pembimbing Akademik
Dr. Heni Puji Wahyuningsih, S.SiT., M. Keb

Mengetahui,

Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan

Dr. Sujiyatini, S.SiT., M.Keb

NIP. 197101292001122002

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN SEMINAR KASUS KEGAWATDARURATAN ASUHAN KEBIDANAN


BAYI BARU LAHIR PADA BY. NY. A USIA 0 HARI DENGAN ASFIKSIA
DI RSUD WONOSARI

Telah memenuhi persyaratan dan disetujui

Tanggal :

…………………………………

Mengesahkan

Nama Pembimbing Tanda Tangan


Pembimbing Lahan
Dwi Yuliati, S.Kep., Ns.

Pembimbing Akademik
Dr. Heni Puji Wahyuningsih, S.SiT., M. Keb

Mengetahui,

Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan

Dr. Sujiyatini, S.SiT., M.Keb

NIP. 197101292001122002

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Asuhan
Kebidanan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai kompetensi lulusan. Laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan
dan pengetahuan mahasiswa serta pembaca.

Pada kesemapatan ini penulis mengucapkan terimakasih atas bimbingan


dan dukungan yang diberikan dalam penyusunan laporan ini kepada :

1. Ibu Dr. Heni Puji Wahyuningsih, S.SiT., M.Keb selaku Ketua Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, yang telah memberikan
kesempatan menyusun Laporan Seminar Kasus Praktik Klinik
Kebidanan ini.
2. Ibu Dr. Sujiyatini, S.SiT., M.Keb selaku Ketua Program Studi Sarjana
Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, yang telah
memberikan kesempatan menyusun Laporan Seminar Kasus Praktik
Klinik Kebidanan ini.
3. Ibu Dr. Heni Puji Wahyuningsih, S.SiT., M.Keb selaku Pembimbing
Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama di
lahan, dalam proses penyusunan laporan seminar kasus patologis ini.
4. Ibu Dwi Yuliati, S.Kep., Ns. selaku Pembimbing Lahan yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama dilahan, dalam proses
penyusunan laporan seminar kasus patologis ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna menyempurnakan laporan ini. Penulis juga berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis sebagai
mahasiswa.

Wonosari, 28 September 2023

iii
DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................ iv

BAB I : PENDAHULUAN........................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1


B. Tujuan ......................................................................................... 2
C. Manfaat ....................................................................................... 3

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 4

A. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir..................................................... 4


1. Definisi Bayi Baru Lahir.......................................................... 4
2. Klasifikasi Bayi Baru Lahir ..................................................... 5
3. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir Normal .......................................... 5
4. Reflek Bayi Baru Lahir ........................................................... 6
5. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir............................................... 7
B. Konsep Dasar Asfiksia ................................................................. 8
1. Pengertian Asfiksia ................................................................ 8
2. Klasifikasi Asfiksia .................................................................. 9
3. Etiologi .................................................................................. 10
4. Patofisiologi .......................................................................... 11
5. Manifestasi Klinis ................................................................... 14
6. Penegakan Diagnosa ............................................................ 14
7. Komplikasi ............................................................................. 16
8. Penatalaksanaan Asfiksia ...................................................... 17
C. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) .......................... 20

iv
BAB III : TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN ............................... 23

A. Tinjauan Kasus ............................................................................ 23


B. Pembahasan ............................................................................... 29

BAB IV : PENUTUP................................................................................ 32

A. Kesimpulan.................................................................................. 32
B. Saran........................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 34

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Deteksi dini dan tindakan evaluasi sangat penting untuk menilai
keterlambatan perkembangan karena akan mempengaruhi
perkembangan selanjutnya. (Tjandrajani et al., 2012). Pada persalinan
tak jarang dijumpai kasus bayi baru lahir dengan asfiksia, hal tersebut
tentunya menjadi perhatian bagi tenaga kesehatan untuk melakukan
tindakan segera ataupun deteksi dini adanya asfiksia pada
neonatorum. Asfiksia ini dapat terjadi karena adanya gangguan
pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat
gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2.
Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau
kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena
hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan (Marwiyah,2016). Selain itu,
mekonium juga dapat menyebabkan bayi saat lahir mengalami
kesulitan bernafas pada menit-menit awal kelahiran, karena akibat
ketuban mekonium dihisap oleh bayi dan masuk kedalam paru-paru
maka bayi akan kekurangan oksigen dan tejadi hipoksia, sehingga
mengalami asfiksia neonatorum (Palupi, Widada, & Fitrianingsih,
2019).
Asfiksia merupakan penyebab utama kematian neonatal di
Indonesia, disamping prematur dan infeksi (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2015). Beberapa faktor yang menjadi penyebab
terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir adalah faktor dari ibu yaitu,
hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun, paritas yaitu jumlah anak yang dilahirkan, dan penyakit yang
diderita ibu seperti hipertensi dan hipotensi. Faktor dari janin antara
lain prematur, kehamilan ganda dan gangguan tali pusat. Faktor
persalinan yang menyebabkan asfiksia adalah persalinan yang lama
atau partus lama (Desfuaza, 2014).
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional,
Badan Pusat Statistik (2013), kematian bayi pada masa neonatal

1
mencapai 60% dan penyebab utama kematian neonatal tersebut
adalah asfiksia neonatorum. Berdasarkan hasil penelitian bayi yang
dilahirkan secara spontan mengalami asfiksia neonatorum sebanyak
90 bayi (44,3%), sedangkan bayi yang dilahirkan tidak spontan yaitu
dengan cara vakum yang mengalami asfiksia neonatorum sebanyak
39 bayi (19,2%) dan dengan cara sectio caessarea mengalami asfiksia
neonatorum sebanyak 74 bayi (35,5%) (Marwiyah, 2016).
Berdasarkan latar belakang diatas, masih tingginya kejadian
asfiksia sebagai salah satu penyebab kematian pada bayi baru lahir
dan akan berdampak panjang pada perkembangan bayi baru lahir,
maka hal tersebut menjadi dorongan bagi penulis untuk mengetahui
tentang asfiksia dan mencari tahu lebih dalam tentang kasus tersebut
serta menyusun laporan seminar kasus asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir dengan judul “Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan pada
Bayi Baru Lahir By. Ny. A Usia 0 Hari dengan Asfiksia di RSUD
Wonosari.”
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan bayi
baru lahir dengan pendekatan manajemen kebidanan yang
tepat pada bayi baru lahir dengan asfiksia di RSUD Wonosari.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data secara
lengkap dengan mengumpulkan semua data dengan
Langkah SOAP yang meliputi data subyektif,
obyektifanalisa, perencanaan, pada By. Ny. A usia 0 hari
dengan asfiksia di RSUD Wonosari.
b. Mahasiswa dapat melakukan interpretasi data yang meliputi
diagnosa kebidanan dengan dengan kebutuhan bayi baru
lahir pada By. Ny. A usia 0 hari dengan asfiksia di RSUD
Wonosari.
c. Mahasiswa dapat melaksanakan evaluasi asuhan
kebidanan pada By. Ny. A usia 0 hari dengan asfiksia di
RSUD Wonosari.

2
d. Mahasiswa dapat melakukan pendokumentasian asuhan
kebidanan pada By. Ny. A usia 0 hari dengan asfiksia di
RSU Wonosari dengan metode SOAP.

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil seminar kasus diharapkan dapat menambah
pengetahuan asuhan bayi baru lahir yang tepat pada bayi baru lahir
dengan asfiksia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat dan Bidan di Ruang Melati RSUD Wonosari
Mampu memberikan pelayanan yang berkualitas dan bermutu
serta sesuai tugas dan tanggung jawab profesi dalam
memberikan asuhan kebidanan bayi baru lahir.
b. Bagi Bayi, Ibu, dan Keluarga
Ibu dan keluarga dapat menjaga kesehatan bayi dengan baik
demi kesejahteraan bayi dan ibu, mengetahui perkembangan
bayinya dan mengetahui cara mengatasi masalah yang
dialami.
c. Bagi Mahasiswa
Dapat memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan teori dan
praktik yang didapatkan dalam mengkaji, menganalisis,
merumuskan masalah, melakukan penatalaksanaan,
pendokumentasian, dan evaluasi sesuai dengan manajemen
kebidanan yang tepat dalam mengasah keterampilan dan
membuka wawasan sehingga dapat menambah pengalaman
belajar dan melatih skill dalam menghadapi penanganan kasus
kebidanan kegawatdaruratan di kemudian hari.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir


1. Definisi Bayi Baru Lahir
Bayi Baru Lahir (BBL) adalah masa kehidupan bayi pertama
di luar rahim sampai dengan usia 28 hari dimana terjadi
perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim
menjadi di luar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ
hampir di semua sistem (Cunningham, 2012). Bayi baru lahir
normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai
4000 gram (Manuaba, 2016).
Menurut Kemenkes RI tahun 2016, bayi baru lahir atau
disebut dengan neonatus adalah masa kehidupan mulai dari 0
hari sampai 28 hari, masa tersebut menjadi masa yang sangat
penting karena terjadi perubahan yang sangat besar dari
kehidupan di dalam rahim menuju luar rahim dan akan terjadi
pematangan hampir pada semua system pada organ tubuh
neonatus tersebut.
Bayi baru lahir normal ialah bayi yang lahir secara spontan
melalui pervaginam dengan presentasi kepala berada dibawah
dan lahir pada usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu.
Bayi dapat dikatakan lahir secara normal apabila memiliki berat
badan lahir 2500 gram sampai 4000 gram, dengan panjang
badan pada rentang 48 cm sampai 52 cm, linggkar dada 30
sampai 38 cm, lingkar kepala 33 cm sampai 35 cm, lingkar
lengan 11 cm sampai 12 cm, lingkar dada 30 cm sampai 38 cm,
dan memiliki APGAR SCORE 7 – 10, serta tidak memiliki cacat
bawaan. Apabila terdapat rentang nilai yang tidak sama dengan
yang telah disebutkan diatas, maka bayi baru lahir dapat harus
mendapatkan tindakan segera agar tidak terjadi
kegawatdaruratan pada bayi baru lahir tersebut, tindakan yang
dilakukan disesuaikan apa yang terjadi pada keadaan bayi.

4
2. Klasifikasi Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir dapat diklasifikasikan menurut berat lahir
dan masa gestasinya. Menurut berat lahir sebagai berikut:
a. Bayi berat lahir rendah, apabila berat lahir bayi kurang
dari 2500 gram. BBLR berdasarkan berat badan bayi
dibagi menjadi tiga yaitu Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) dengan kisaran berat 1500 – 2500 gram, Berat
Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dengan berat
lahir < 1500 gram, dan Berat Badan Lahir Ekstrim
(BBLE) dengan berat badan lahir < 1000 gram.
b. Bayi berat lahir cukup, apabila berat lahir bayi kisaran
2500 – 4000 gram.
c. Bayi berat lahir lebih, apabila berat lahir bayi 4000 gram
atau lebih.

Bayi baru lahir menurut masa gestasinya adalah


sebagai berikut (Marni, 2015):

a. Kurang bulan (preterm infant)


Masa gestasi < 259 hari atau kurang dari 37 minggu.
b. Cukup bulan (term infant)
Masa gestasi antara 259 -294 hari atau antara 37 – 42
minggu.
c. Lebih bulan (postterm infant)
Masa gestasi > 294 hari atau lebih dari 42 minggu
3. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir dengan keadaan normal memiliki ciri – ciri
sebagai berikut :
a. Lahir aterm antara 37 – 42 minggu
b. Berat badan 2500 – 4000 gram
c. Panjang badan lahir 48 – 52 cm
d. Lingkar kepala 33 -35 cm
e. Frekuensi jantung 180 denyut/menit dan akan mengalami
penurunan sampai 120 – 140 denyut/menit

5
f. Respirasi pada beberapa menit pertama kurang lebih 80
x/menit dan akan mengalami penurunan seiring
bertambahnya usia bayi sampai 40 x/menit
g. Warna kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan
terbentuk serta terlihat adanya lanugo
h. Kuku terlihat panjang dan lemas
i. Genetakia pada bayi Perempuan labia mayira sudah
menutupi labia minora sedangkan pada bayi laki – laki testis
sudah turun
j. Reflek hisap dan menelan pada bayi sudah terbentuk
dengan baik
k. Reflek moro terlihat baik, apabila bayi terkejut maka bayi
akan memperlihatkannya
l. Eliminasi baik urine dan mekonium akan keluar dalam
waktu 24 jam pertama (Yulianti, dkk, 2019).

Ketika bayi sudah lahir perlu adanya pemantauan terhadap


suhu tubuh dan lingkungan, tanda – tanda vital, berat badan,
mandi dan perawatan kulit, pakaian, perawatan tali pusat, pola
respirasi, perut dan dada bergerak secara bersamaan, tidak
terdapat retraksi dada, nadi dapat dipantau di semua titik- titik
nadi perifer dan tekanan darah dipantau jika ada indikasi.
Mengapa perlu dilakukan pemantauan pada bayi baru lahir,
karena kondisi bayi baru lahir sangat rentan terjadi
permasalahan terkait dengan kondisi kesehatannya.

4. Reflek Bayi Baru Lahir


Beberapa reaksi atau refleks alami neonatus antara lain:
a. Rooting Reflex (Mencari)
Gerakan menoleh kea rah sentuhan yang dilakukan pada
pipinya, stimulasi digunakan saat ibu memulai untuk
menyusui.
b. Sucking Reflex (Menghisap)
Gerakan menghisap ketika putting susu ditempatkan dalam
mulut.

6
c. Swallowing Reflex (Menelan)
Gerakan menelan letika lidah bagian posterior diteteskan
cairan.
d. Morro Reflex
Gerakan seperti memeluk, ketika tubuh diangkat dan
diturunkan secara tiba-tiba, maka kedua lengan serta
tungkainya akan memperlihatkan gerakan ekstensi yang
simetris dan diikuti oleh gerakan abduksi
e. Tonicneck Reflex (Leher)
Merupakan posisi mengadah. Apabila bayi dalam posisi
berbaring telentang dan kepala menoleh pada salah satu
sisi, ekstremitas pada sisi homolateral akan melakukan
gerakan ekstensi sementara ekstremitas pada sisi
kontralateral melakukan gerakan fleksi.
f. Babinski Reflex
Apalabila memberikan rangsangan berupa goresan lembut
pada telapak kaki, maka jempol dan reflex mengarah ke
atas dan jari kaki lainnya dalam posisi terbuka. Reflex
Babinski akan menetap sampai usia 2 tahun.
g. Palmar Grasping Reflex (Menggenggam)
Apabila jari tangan ditempatkan pada telapak tangan bayi,
maka secara alami bayi akan menggenggam jari dengan
cukup kuat.
h. Stepping Reflex (Melangkah)
Apabila bayi diangkat dalam posisi tegak dan kedua kaki
menyentuh permukaan yang rata maka akan menstimulasi
gerakan berjalan, menari atau naiki tangga (Hasnidar, dkk,
2021).
5. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
a. Pernafasan sulit atau > 60 kali permenit
b. Terlalu hangat >38 derajat selsius atau terlalu dingin <36
derajat selsius
c. Kulit bayi kering, biru, pucat, dan memar

7
d. Isapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah dan
mengantuk berlebihan
e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan berbau busuk, dan
berdarah
f. Terdapat tanda – tanda infeksi seperti suhu tubuh
meningkat merah bengkak, bau busk, keluar cairan, dan
pernafasan sulit
g. Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, feses
lembek atau sering berwarna hijau tua dan terdapat lender
atau darah
h. Menggil, rewel, lemas, mengantuk, kejang tidak bisa
tenang, menganis terus – menerus (Dwienda R, dkk, 2014).

B. Konsep Dasar Asfiksia


1. Pengertian Asfiksia
Asfiksia neonatorum adalah suatu kondisi yang terjadi
ketika bayi tidak mendapatkan cukup oksigen selama proses
kelahiran (Mendri & Sarwo prayogi, 2017). Asfiksia
neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas
spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan
makin meningkatnya CO2 yang menimbulkan akibat buruk
dalam kehidupan lebih lanjut (Jumiarni, Mulyati, & Nurlina,
2016). Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatan
Dokter Anak Indonesia) adalah kegagalan nafas secara
spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah
lahir (Prambudi, 2013). Asfiksia neonatorum adalah kegagalan
untuk memulai dan melanjutkan pernafasan secara spontan
dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat
sesudah lahir (Sudarti, 2013).
Asfiksia Perinatal adalah suatu stres pada janin atau bayi
baru lahir karena kurang tersedianya oksigen dan atau
kurangnya aliran darah (perfusi) ke berbagai organ. Secara
klinis tampak bahwa bayi tidak dapat bernapas spontan dan
teratur segera setelah lahir. Dampak dari keadaan asfiksia

8
tersebut adalah hipoksia, hiperkarbia dan asidemia yang
selanjutnya akan meningkatkan pemakaian sumber energi dan
menggangu sirkulasi bayi.
Tanda dan gejala terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir
adalah tidak bernafas atau nafas megap – megap atau
pernafasan lambat (kurang dari 30 kali per menit), pernafasan
tidak teratur, dengkuran atau retraksi (perlekukan dada),
tangisan lemah atau merintih, warna kulit pucat atau biru, tonus
otot lemas atau ekstremitas terkulai, dan denyut jantung tidak
ada atau lambat (brakikardia) kurang dari 100 kali per menit
(Sudarti, 2013).
2. Klasifikasi Asfiksia
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR sebagai
berikut (Anik dan Eka, 2013) :
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0 – 3
b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4 – 6
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7 – 9
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10

Menurut Vidia dan Pongki (2016:364) klasifikasi asfiksia


terdiri dari :

a. Bayi normal atau tidak asfiksia


Dengan skor APGAR 8 – 10. Bayi normal tidak memerlukan
resusitasi dan pemberian oksigen secara terkendali.
b. Asfiksia Ringan
Dengan skor APGAR 5 – 7. Bayi dianggap sehat, tidak
memerlukan tindakan serius, dan tidak memerlukan
pemberian oksigen dan tindakan resusitasi.
c. Asfiksia Sedang
Dengan skor APGAR 3 – 4. Pada pemeriksaan fisik akan
terlihat frekuensi jantung lebih dari 100 kali/menit, tonus otot
kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada
dan memerlukan tindakan resusitasi serta pemberian
oksigen sampai bayi dapat bernafas normal.

9
d. Asfiksia Berat
Dengan skor APGAR 0 – 3. Memerlukan resusitasi segera
secara aktif dan pemberian oksigen terkendali. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari
100 kali/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang
– kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
3. Etiologi
Asfiksia pada bayi baru lahir dapat terjadi selama
kehamilan, pada proses persalinan, dan melahirkan atau
periode segera setelah lahir. Janin sangat bergantung pada
pertukaran plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan
pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada aliran
darah umbilikal maupun plasental hampir selalu akan
menyebabkan asfiksi (Anik dan Eka, 2013).
Beberapa faktor yang dapat menimbulkan asfiksia pada
bayi baru lahir (Ai Yeyeh dan Lia, 2013):
a. Gangguan sirkulasi janin menyebabkan adanya gangguan
aliran pada tali pusat seperti : lilitan tali pusat, simpul tali
pusat, tekanan pada tali pusat, ketuban telah pecah,
kehamilan lewat waktu, pengaruh obat saat persalinan.
b. Faktor ibu misalnya, gangguan his: tetania uterihipertoni,
turunnya tekanan darah dapat mendadak, perdarahan pada
plasenta previa, solusio plasenta, vaso kontriksi arterial,
hipertensi pada kehamilan dan gestosis preeklamsia-
eklamsia, gangguan pertukaran nutrisi/O2, solusio
plasenta.

Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat


menyebabkan sirkulasi darah pada plasenta sehingga pasokan
oksigen ke bayi akan berkurang. Hipoksia atau kekurangan
oksigen pada bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat
janin yang akan menjadi asfiksia ketika bayi dilahirkan. Berikut
beberapa faktor tertentu yang dapat menyebabkan asfiksia
pada bayi baru lahir menurut Vidia dan Pongki (2016):

10
a. Faktor Ibu
1) Pre eklampsia dan eclampsia
2) Perdarahan abnormal
3) Partus lama
4) Demam selama persalinan infeksi berat
5) Kehamilan lewat waktu
b. Faktor Tali Pusat
1) Lilitan tali pusat
2) Tali pusat pendek
3) Simpul tali pusat
4) Prolaps tali pusat
c. Faktor Bayi
1) Bayi premature
2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, kembar,
distorsia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
3) Kelainan bawaan
4) Air ketuban bercampur mekonium
4. Patofisiologi
Patofisiologis asfiksia dapat dijelaskan dalam dua tahap
yaitu dengan mengetahui cara bayi memperoleh oksigen
sebelum dan sesudah lahir dan dengan mengetahui reaksi bayi
terhadap kesulitan selama masa transisi normal, sebagai
berikut :
1. Cara bayi memperoleh oksigen sebelum dan sesudah lahir
a. Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai
sumber oksigen atau jalan untuk mengeluarkan
karbondioksida. Pembuluh arteriol pada paru dalam
keadaan konstriksi sehingga tekanan oksigen parsial
rendah. Darah dialirkan melalui ductus arteriosus dan
masuk ke aorta
b. Setelah lahir, bayi akan bergantung pada paru-paru
sebagai sumber utama oksigen. Cairan yang mengisi
alveoli diserap kedalam jaringan paru dan alveoli berisi

11
udara. Alveoli terisi oleh udara memungkinkan oksigen
mengalir ke dalam pembuluh darah sekitar alveoli.
c. Arteri dan vena umbikalis akan menutup sehingga
menurunkan tahanan pada sirkulasi plasenta dan
meningkatkan tekanan darah sistemik. Akibat tekanan
udara dan peningkatan kadar oksigen di alveoli,
pembuluh darah paru akan mengalami relaksasi
sehingga tahanan terhadap aliran darah berkurang.
d. Keadaan relaksasi tersebut dan peningkatan tekanan
darah sistemik, menyebabkan tekanan pada arteri
pulmonalis lebih rendah dibandingkan tekanan sistemik
sehingga aliran darah paru meningkat sedangkan aliran
pada duktus arteriosus menurun. Oksigen yang
diabsorbsi dialveoli oleh pembuluh darah divena
pulmonalis dan darah yang banyak mengandung
oksigen kembali ke bagian jantung kiri, kemudian
dipompakan keseluruh tubuh bayi baru lahir. Pada
kebanyakan keadaan, udara menyediakan oksigen
(21%) untuk menginisiasi relaksasi pembuluh darah
paru. Pada saat kadar oksigen meningkat dan
pembuluh paru mengalami relaksasi, duktus arteriosus
mulai menyempit. Darah yang sebelumnya melalui
duktus arteriosus sekarang melalui paru-paru, akan
mengambil banyak oksigen untuk dialirkan keseluruh
jaringan tubuh.
e. Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara
dan menggunakan paru-parunya untuk mendapatkan
oksigen. Tangisan pertama dan tarikan nafas yang
dalam akan mendorong cairan dari jalan nafasnya.
Oksigen dan pengembangan paru merupakan
rangsang utama relaksasi pembuluh darah paru. Pada
saat oksigen masuk adekuat dalam pembuluh darah,
warna kulit bayi akan berubah dari abu-abu/biru menjadi
kemerahan.

12
2. Reaksi bayi terhadap kesulitan selama masa transisi
normal
a. Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup
udara kedalam paru-parunya. Hal ini mengakibatkan
cairan paru keluar dari alveoli ke jaringan insterstitial di
paru sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteriol
pulmonal dan menyebabkan arteriol berelaksasi. Jika
keadaan ini terganggu maka arteriol pulmonal akan
tetap kontriksi, alveoli tetap terisi cairan dan pembuluh
darah arteri sistemik tidak mendapat oksigen.
b. Saat pasokan oksigen berkurang, terjadi kontriksi
arteriol pada organ usus, ginjal, otot dan kulit, namun
demikian aliran darah ke jantung dan otak tetap stabil.
Penyesuaian distribusi aliran darah akan menolong
kelangsungan fungsi organ-organ vital. Walaupun
demikian jika kekurangan oksigen berlangsung terus
maka terjadi kegagalan peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan darah, yang mengakibatkan aliran
darah ke seluruh organ berkurang.
c. Sebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan
oksigenasi jaringan, akan menimbulkan kerusakan
jaringan otak yang irreversible, kerusakan organ tubuh
lain, atau kematian.
1) Keadaan bayi yang membahayakan akan muncul
tanda-tanda klinis:
a) Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen
pada otak, otot dan organ lain: depresi
pernafasan karena otak kekurangan oksigen
b) Brakikardia (penurunan frekuensi jantung)
karena kekurangan oksigen pada otot jantung
atau sel otak
c) Tekanan darah rendah karena kekurangan
oksigen pada otot jantung, kehilangan darah

13
atau kekurangan aliran darah yang kembali ke
plasenta sebelum dan selama proses persalinan
d) Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan
absorbsi cairan paru-paru dan sianosis karena
kekurangan oksigen didalam darah (Anik dan
Eka, 2013).
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala asfiksia dapat diketahui dengan melihat
keadaan bayi baru lahir sebagi berikut:
a. Tidak bernafas atau nafas megap-megap
b. Warna kulit kebiruan atau sianosis
c. Kejang
d. Penurunan kesadaran
e. DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak
teratur
f. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
6. Penegakan Diagnosa
Untuk menegakkan diagnosis dapat dilakukan dengan
berbagai cara pemeriksaan yaitu sebagai berikut (Anik dan
Eka, 2013):
a. Melakukan anamnesis untuk mencari faktor risiko terhadap
terjadinya asfiksia
b. Pemeriksaan fisik dengan memperhatikan tanda-tanda
berikut:
1) Bayi tidak bernafas atau menangis
2) Denyut jantung kurang dari 100x/menit
3) Tonus otot menurun
4) Memperhatikan cairan ketuban ibu
5) BBLR
c. Melakukan pemeriksaan penunjang
Melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui
hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil
asidosis pada darah tali pusat jika:
1) PaO2 < 50 mm H2o

14
2) PaCO2 > 55 mm H2
3) Ph < 7,30

Tabel kriteria penegakan diagnosis asfiksia neonatorum di


Indonesia

Fasilitas terbatas minimal


Fasilitas ideal kedua kriteris harus
No. keempat kriteria terpenuhi dengan
harus terpenuhi ketersediaan pemeriksaan
analisis gas darah
1. ▪ Bukti asidosis Bukti Riwayat episode
metabolik atau hipoksia perinatal (misal
campuran (pH < episode gawat janin)
7,0) pada
pemeriksaan
analisis gas
darah tali pusat
atau
▪ Defisit basa 16
mmol/L dalam
60 menit
pertama
2. Nilai APGAR ≤ 5 pada ▪ Nilai APGAR ≤ 5
menit ke-10 pada menit ke-10
atau
▪ Bayi masih
memerlukan bantuan
ventilasi selama ≥ 10
menit
3. Manifestasi neurologis, Disfungsi multiorgan seperti
seperti kejang, gangguan kardiovaskular,
hipotonia atau koma gastrointestinal, hematologi,
respirasi, atau renal

15
(ensefalopati
neonatus)
4. Disfungsi multiorgan Disfungsi multiorgan seperti
seperti gangguan gangguan kardiovaskular,
kardiovaskular, gastrointestinal, hematologi,
gastrointestinal, respirasi, atau renal
hematologi, respirasi,
atau renal

7. Komplikasi
Asfiksia dapat mengakibatkan komplikasi pada beberapa
sistem tubuh, yaitu:
a. Sistem susunan saraf pusat: ensefalopati hipoksikiskemik
(EHI)
b. Sistem respirasi
1) peningkatan persisten tekanan pembuluh darah paru
(persistent pulmonary hypertension of the
newborn/PPHN)
2) Perdarahan paru
3) Edema paru akibat disfungsi jantung
4) Sindrom gawat napas (Respiratory Distress Syndrome/
RDS) sekunder akibat kegagalan produksi surfaktan
5) Aspirasi mekonium.
c. Sistem kardiovaskular
1) Tansient Myocardial Ischaemia (TMI)
2) Transient Mitral Regurgitation (TMR)
3) Transient Tricuspid Regurgitation (TTR)
4) Persistent Pulmonary Hypertension of the Newborn
(PPHN)
d. Sistem urogenital: hypoxic-ischemic acute tubular necrosis
e. Sistem gastrointestinal: enterokolitis nekrotikan/EKN
f. Sistem audiovisual
1) Etinopati

16
2) Gangguan pendengaran.
8. Penatalaksanaan Asfiksia
Penatalaksanaan asfiksia meliputi (Vidia dan Pongki,
2016):
a. Tindakan umum
1) Bersihkan jalan nafas, letakkan kepala bayi lebih
rendah agar lender mudah mengalir atau bisa
menggunakan laringoskop.
2) Rangsang refleks pernafasan, dengan memukul kedua
telapak kaki menekan tanda achilles dilakukan selama
20 detik.
3) Mempertahankan suhu tubuh.
b. Tindakan khusus
1) Asfiksia berat
Memberikan O2 dengan tekanan positif dan
intermenten melalui pipa endotrakeal. Dapat dilakukan
dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan o2.
o2 yang diberikan tidak lebih 30 cm H 20. Bila
pernafasan spontan tidak timbul lakukan massage
jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan
sternum 80-100 x/menit
2) Asfiksia sedang atau ringan
Pasang Relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang
nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan
pernafasan kodok (Frog Breathing) 1-2 menit yaitu
kepala bayi ekstensi maksimal beri o2 1-21/menit
melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan
hidung serta gerakkan dagu ke atasbawah secara
teratur 20 x/menit.
3) Pengisapan cairan lambung untuk mencegah
regurgitasi
c. Resusitasi

17
Ada dua faktor utama yang perlu dilakukan agar tindkaan
resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif
(Vidia dan Pongki, 2016)
1) Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirnya bayi
dengan depresi dapat terjadi tanpa diduga, tetapi tidak
jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia
dapat diantisipasi dengan meninjau riwayat antepartum
dan intrapartum.
2) Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap
dan trampil. Persiapan minimum antara lain :
a) Alat pemanas siap pakai
b) Alat penghisap
c) Sungkup dan balon resusitasi
d) Oksigen
e) Alat intubasi
f) Obat-obatan
3) Prinsip-prinsip resusitasi efektif :
a) Tenaga kesehatan yang siap pakai dan terlatih
dalam resusitasi neonatal harus merupakan tim
yang hadir pada setiap persalinan.
b) Tenaga kesehatan tidak hanya harus mengetahui
apa yang harus dilakukan, tetapi juga harus
melakukannya dengan efektif dan efisien.
c) Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi
bayi harus bekerjasama sebagai satu tim yang
terkoordinasi.
d) Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan
segera dan tiap tahapan berikutnya ditentukan
khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari
pasien.
e) Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan
resusitasi harus tersedia dan siap pakai.
4) Langkah-langkah resusitasi :

18
Resusitasi neonatus merupakan suatu prosedur
yang diaplikasikan untuk neonatus yang gagal bernafas
secara spontan :
a) Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian
keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh bayi untuk
mengurangi evaporasi.
b) Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi
telentang pada alas yang datar.
c) Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing
positor).
d) Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari
mulut, apabila mulut sudah bersih kemudian
lanjutkan ke hidung.
e) Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil
telapak kaki bayi dan mengusap-usap punggung
bayi.
f) Nilai pernafasan jika nafas spontan lakukan
penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil
kalikan 10. Denyut jantung >100x/menit, nilai warna
kulit jika merah/sianosis perifer lakukan observasi,
apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100
x/menit, dilakukan ventilasi tekanan positif.
(1) Jika pernafasan sulit (megap-megap) lakukan
ventilasi tekanan positif.
(2) Ventilasi tekanan positif/PPV dengan
memberikan o2 100% melalui ambubag atau
masker, masker harus menutupi hidung dan
mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada
ambubag beri bantuan dari mulut ke mulut,
kecepatan PPV 40-60 x/menit.
(3) Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut
jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10.
(4) Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30
detik setelah kompresi dada.

19
(5) Denyut jantung 80x/menit kompresi jantung
dihentikan, lakukan PPV sampai denyut jantung
>100x/menit dan bayi dapat nafas spontan.
(6) Jika denyut jantung 0 atau < 10x/menit, lakukan
pemberian epinefrin 1:10.000 dosis 0,2 – 0,3
mL/kg BB secara IV.
(7) Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika
>100x/menit hentikan obat.
(8) Jika denyut jantung < 80 x/menit ulangi
pemberian epinefrin sesuai dosis diatas setiap
3-5 menit.
(9) Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut
jantung tetap/tidak respon terhadap diatas dan
tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan
dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit.
C. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
Keputusan Mentri Kesehatan No. 938 tahun 2007 telah
menetapkan bahwa model pencatatan yang digunakan dalam
asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP (Subjek, Objek, Analisa,
Penatalaksanaan)
1. Data Subjektif
Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut
pandang klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan
keluhan yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan
yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada
klien yang menderita tuna wicara, dibagian data dibelakang
huruf “S” diberi tanda “O” atau “X”. Tanda ini akan menjelaskan
bahwa klien adalah penderita tuna wicara. Data subjektif
nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.
2. Data Objektif
Berisi hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium, dan tes
diagnose lain yang mendukung assessment. Komponen yang
diobservasi adalah sebagai berikut:

20
a. Data ini memberikan bukti gejala klinis pasien dan
fakta yang berhubungan dengan diagnosa
b. Data dari hasil pemeriksaan : keadaan umum, fisik,
khusus, laboratorium
c. Pemeriksaan inspeksi
d. Pemeriksaan palpasi
e. Pemeriksaan auskultasi
f. Pemeriksaan perkusi
g. Data yang digolongkan dalam kategori ini antara
lain: data psikologi, hasil observasi, informasi kajian
teknologi (Laboratorium, USG, CTG, dll.)
3. Analisa
Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan
klien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan
ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data
objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat
dinamis. Di dalam analisis menuntut bidan untuk sering
melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka
mengikuti perkembangan klien. Analisis yang tepat dan akurat
mengikuti perkembangan data klien akan menjamin cepat
diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus diikuti dan
diambil keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data adalah
melakukan intrepretasi data yang telah dikumpulkan,
mencakup diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan.
4. Penatalaksanaan
Catatan pelaksananaan yang sangat mengambarkan
pelayanan asuhan kebidanan yang komprehensif dan
berkesinambungan. Disini sudah terdapat rencana/ planning
(dalam planning ini sudah termasuk, pelaksanaan tindakan dan
evaluasi atau respon dari pasien atau kemajuan keadaan
pasien)
a. Membuat perencanaan tindakan saat itu atau yang akan
datang untuk mengusahakan mencapai kondisi pasien

21
sebaik mungkin atau menjaga atau mempertahankan
kesejahteraan
b. Proses ini termasuk kriteria tujuan terdiri dari kebutuhan
pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu
c. Tindakan yang harus diambil membantu pasien mencapai
kemajuan dalam kesejahteraan
d. Perencanaan dapat berupa pelayanan asuhan mandiri,
kolaborasi atau rujukan.

22
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN PADA BAYI BARU LAHIR
BY. NY. A USIA 0 HARI DENGAN ASFIKSIA DI RSUD WONOSARI

NO. REGISTER : 06697XXX


PENGKAJIAN TANGGAL, JAM : 30 September 2023, Jam 11.15
DIRAWAT DIRUANG : Bangsal Melati

Biodata Ibu Suami


Nama : Ny. A Tn. S
Umur : 33 Tahun 41 Tahun
Agama : Islam Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesi Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMK SMP
Pekerjaan : IRT Petani
Alamat : Sambirejo O3/08 Sawahan Ponjong Gunung Kidul

DATA SUBYEKTIF
1. Riwayat Antenatal
G3P2Ab0Ah1 Umur Kehamilan 36+3 minggu
Riwayat ANC : teratur / tidak, 7 Kali, di RSUD Wonosari
oleh Dokter/Bidan
Imunisasi TT : 5 kali
TT 1 saat bayi, TT 2 saat bayi, TT 3 saat
SD, TT 4 saat SD, TT 5 saat caten
Kenaikan BB : 12 kg
Penyakit selama hamil : Jantung , Diabetes Melitus, Gagal ginjal,
Hepatitis B, Tuberkulosis, HIV Positif,
Trauma/penganiayaan
Kebiasaan makan : Makan 3x/hari dengan nasi, sayur, lauk
Obat/ Jamu : Tidak konsumsi jamu selama kehamilan
Merokok : Tidak memiliki kebiasaan merokok
Komplikasi ibu :Hiperemesis, Abortus, perdarahan, Pre
eklamsia, Eklamsia, Diabetes Gestasional,
infeksi,
Janin : IUGR, Polihidramnion/Oligohidramnion,
Gemeli

23
2. Riwayat Intranatal
Lahir tanggal 30 September 2023 Jam 11.02 WIB
Umur Kehamilan 36+3 minggu
Warna Air Ketuban Tidak terkaji
Jenis persalinan : spontan/ tindakan
Atas indikasi Presentasi Bokong
Penolong : Bidan Tulus di RSUD Wonosari
Lama persalinan : kala I tidak terkaji
Kala II - jam 17 menit
Kala III – jam 5 menit
Komplikasi
• Ibu : Hipertensi/ Hipotensi, partus lama, penggunaan
obat, infeksi/suhu badan naik, KPD selama 4 jam perdarahan
• Janin : Prematur/postmatur, malposisi/malpresentasi, gawat
janin, ketuban campur mekonium, prolaps tali pusat

DATA OBYEKTIF

1. Keadaan bayi baru lahir


a. Penilaian awal/selintas
• Bayi menangis/bernafas tanpa kesulitan : Ya/Tidak
• Bayi bergerak aktif : Ya/Tidak
b. Manajemen Resusitasi yang dilakukan
i. Langkah awal:
• Hangatkan bayi di bawah pemacar : Ya/Tidak
• Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi : Ya/Tidak
• Isap lender dari mulut kemudian hidung : Ya/Tidak
• Keringkan bayi sambil merangsang taktil : Ya/Tidak
• Atur posisi kembali : Ya/Tidak
• Penilaian ulang:
o Usaha nafas : Ya/Tidak
o Menangis/tidak : Ya/Tidak
o Tonus otot : Kuat/Lemah
ii. VTP
• VTP Percobaan dua kali : Ya/Tidak
• VTP definitis 20-30x dalam 30 detik : Ya/Tidak
• Penilaian pasca VTP:
o Denyut jantung >100x/menit : Ya/Tidak
o Usaha nafas spontan dan teratur : Ya/Tidak
o Warna kulit kemerahan/sianosis/perifer/sianosis sentral
• VTP ulang

24
• Penilaian pasca VTP
o Denyut jantung >100x/menit : Ya/Tidak
o Usaha nafas spontan dan teratur : Ya/Tidak
o Warna kulit kemerahan/sianosis/perifer/sianosis sentral
iii. Asuhan pasca resusitasi:
Bayi mulai menangis merintih, sianosis berkurang, retraksi dada
ringan, cuping hidung, lalu dipasang O2 nasal kanul 1 lpm bayi
mulai menangis kuat, kulit kemerahan
c. Nilai APGAR 5 menit/10 menit
No Kriteria 5 menit 10 menit
1 Denyut Jantung 2 2
2 Usaha nafas 1 1
3 Tonus otot 0 1
4 Reflek 0 0
5 Warna Kulit 0 1
TOTAL 3 5

2. Pemeriksaan Umum
a. Denyut jantung : 159 kali/menit
b. Pernafasan : Bayi menangis, terpasang O2 nk 1 lpm
c. Warna kulit : sianosis
d. Suhu aksiler : 36,6
e. Postur : Postur tidak ada kelainan
f. Tonus otot/gerakan : Lemah
g. Ekstremitas : Jumlah jari tangan dan kaki lengkap
h. Kulit : Turgor kulit baik, tidak ada kelainan
i. Tali pusat : Segar, tidak infeksi
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Rambut lebat, tidak caput succedanum
b. Muka : Simetris, tidak ada pembengkakan
c. Mata : Tdk ada kelainan, simetris, jumlah lengkap
d. Telinga : Simetris, ada lubang telinga
e. Hidung : Simetris, tidak ada kelainan, ada lubang
f. Mulut : Simetris, tdk sumbing bibir dan langit langit
g. Leher : Tidak ada keterbatasan gerak
h. Klavikula : Utuh, tidak ada fraktur
i. Lengan dan lengan : Utuh, tidak ada fraktur
j. Dada : Simetris, retraksi dada ringan
k. Abdomen : Simetris, tidak benjolan
l. Genetalia : Normal
m. Tungkai dan kaki : Simetris, tidak bengkak, jari lengkap

25
n. Anus : Terdapat lubang anus
o. Punggung : Tidak ada kelainan, tidak spina bifida
p. Reflek : Moto : Belum dilakukan pengkajian
Rooting : Belum dilakukan pengkajian
Walking : Belum dilakukan pengkajian
Graphs : Belum dilakukan pengkajian
Sucking : Belum dilakukan pengkajian
Tonicneck: Belum dilakukan pengkajian
4. Antropometri : BB : 3130 gram
PB : 50 cm
LK : 35 cm
LD : 33 cm
LLA : 11 cm
5. Eliminasi Miksi : Bayi belum BAK
Mekonium : Bayi belum BAB
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium (Belum dilakuakan pemeriksaan
laboratorium ketika dilakukan penatalaksanaan)
Tanggal - , jam -
Golongan darah :-
Hemoglobin :-
Hematokrit :-
Bilirubin :-
GDS :-
b. Pemeriksaan penunjang lain : -
Hasil : -
c. Catatan medik lain –
7. Terapi
a. Pemantauan TTV
b. Pengecekan GDS
c. Oksigenasi 1-2 liter/menit
d. Infus D10% 60 cc/kg BB/24 jam
e. OGT

ANALISIS

1. Diagnosa Kebidanan
By. Ny. A usia 0 hari neonatus berat badan lahir cukup, kurang bulan,
sesuai masa kehamilan, presentasi bokong dengan keadaan asfiksia
berat.
2. Masalah
Asfiksia berat

26
3. Kebutuhan
a. Thermoregulasi
b. Pemantauan TTV
c. Oksigenasi
d. Pengecekan GDS
e. Pemasangan infus
f. Pemasangan OGT

PENATALAKSANAAN

Tanggal 30 September 2023 Jam 11.30

1. Setelah bayi lahir di Ruang Bersalin dan dilakukan suction, perawatan


tali pusat, antropometri, injeksi vitamin k 1 mg, pemberian salep mata
chloramphenicol, bayi lalu dibawa ke Bangsal Melati untuk dilakukan
penanganan asfiksia.
Evaluasi : Telah dilakukan oleh bidan Ruang Bersalin
2. Mengganti baju bayi guna menghangatkan tubuh bayi.
Evaluasi : Telah dilakukan
3. Melakukan pemantauan respirasi : 72 kali/menit, suhu : 36,6 derajat
selsius, dan SpO2 : 92%.
Evaluasi : Telah dilakukan di Bangsal Melati, terdapat retraksi dada
ringan, sianosis mulai berkurang, bayi menangis merintih
4. Melakukan oksigenasi dengan kanul nasal dengan dialiri oksigen 1 - 2
liter/ menit.
Evaluasi : Telah dilakukan, SpO2 : 98%, Respirasi : 32 kali/menit, Nadi
: 159 kali/menit, tidak ada retraksi dada, bayi mulai menangis kuat
5. Melakukan pengecekan GDS satu jam setelah lahir.
Evaluasi : Telah dilakukan, hasil 50 g/dl
6. Melakukan pemasangan infus pada tungkai kaki kanan bayi dengan
D10% dialirkan 60 cc/kg BB/24 jam.
Evaluasi : Telah dilakukan
7. Melakukan pemasangan OGT dengan menyiapkan alat, mengatur bayi
posisi supinasi, menggunakan handscoon, ukur panjang selang dari
tepi mulut ke telinga lalu dari telinga ke posesus xyphoideus sternum,
mulai memasukkan selang secara perlahan sampai batas ukuran, cek
menggunakan spuit dengan mengeluarkan residu, fiksasi selang OGT
dengan plester pada dagu bayi.
Evaluasi : Telah dilakukan dan tidak ada hambatan selama
pemasangan OGT
8. Melakukan pengecekan GDS satu jam setelah pemasangan infus..
Evaluasi : telah dilakukan, hasil 99 g/dl

27
9. Memindahkan bayi dari ruang observasi menuju ruang rawat inap
karena kondisi bayi sudah mulai stabil.
Evaluasi : Telah dilakukan
10. Melakukan evaluasi setelah dilakukan tindakan keperawatan dan
pemasangan oksigen melalui kanul nasal 1-2 liter/menit.
Evaluasi : Jalan nafas bayi efektif, Sp02 : 98%, Respirasi ; 32 kali/menit,
tidak ada retraksi dada.
11. Melakukan kolaborasi asuhan bayi baru lahir dengan Dokter
Penanggung Jawab Pasien (DPJP).
Evaluasi : DPJP memberikan advice untuk memberi terapi melaui
injeksi ampicillin 2 x 160 mg, gentamicin 1 x 15 mg, dan ranitidine 2 x 3
mg yang akan dilakukan oleh perawat shift selanjutnya.
12. Telah dilakukan pemeriksaan laboratorium pada pukul 18.15 WIB.
Evaluasi :
Darah Hasil Normal Darah Hasil Normal
Hemoglobin 16,1 12-16 MCH 35,4 27-31
Leukosit 17,1 4,7-10,3 Eosinofil 70,0 2-4
Eritrosit 4,54 4-5 Batang 0 2-5
Trombosit 224 150-450 Neutrofil 70,0 50-70
Hematokrit 47 37-44 Limfosit 26,0 25-40
MCV 103,8 82-92 Monosit 4,0 3-7
Gol. Darah O

Tanggal 01 Oktober 2023 Jam 08.00 WIB

1. Dilakukan penggantian infus yang semula D10% 60 cc/kg BB/24 jam


menjadi D5 ¼ NS 8 cc/jam.
Evaluasi : Telah dilakukan
2. Dilakukan terapi nebulizer menggunakan Ventolin 2 mg/6 jam dan
akan dilakukan selama 8 kali. Terapi ini diberikan karena bayi
mengalami asfiksia berat, dan obat ini digunakan untuk pengobatan
penyakit pada saluran pernafasan.
Evaluasi : Telah dilakukan nebulizer Ventolin yang pertama.
3. Dilakukan pemberian nutrisi ASI 5 cc/3 jam melalui sonde.
Evaluasi : Telah dilakukan.

28
B. Pembahasan
Pembahasan merupakan bagian dari laporan kasus yang
membahas tentang kendala atau hambatan selama melakukan
asuhan kebidanan kepada klien. Kendala tersebut menyangkut
kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.
Dengan adanya kesenjangan tersebut dapat dilakukan asuhan
kebidanan.
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada By. Ny. A usia 0
hari di RSUD Wonosari, penulis akan membahas tentang
kesenjangan yang terdapat dalam tinjauan pustaka dengan
kenyataan yang diuraikan sesuai dengan manajemen SOAP
mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi
penatalaksanaan.
Pengkajian data subjektif, pada pengkajian data subjektif
pendokumentasian asuhan kebidanan berisi data hasil
anamnesa kepada pasien seperti identitas pasien dan orangtua
pasien, riwayat antenatal, riwayat intranatal, dan riwayat
kesehatan lainnya. Pada asuhan kebidanan bayi baru lahir By.
Ny. A usia 0 hari di RSUD Wonosari data subjektif yang
diperoleh dari anamnesa yaitu riwayat antenatal ibu dan riwayat
intranatal ibu, yaitu ibu mengandung tiga kali dan sudah
melahirkan dua kali namun saat ini anak pertama ibu meninggal
dunia. Telah melahirkan bayinya dengan usia kehamilan 36+3
minggu pada 30 September 2023 dengan presentasi bokong
dan bayi lahir dengan keadaan asfiksia berat.
Pemeriksaan atau data objektif, pada tahap ini dilakukan
pemeriksaan keadaan bayi baru lahir, pemeriksaan umum,
pemeriksaan fisik, antropometri, dan pemeriksaan penunjang.
Dalam hal ini pemeriksaan umum yang dilakukan sudah sesuai
dengan teori. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil
bahwa ketika bayi lahir tidak langsung menangis, tonus otot
lemah, sianosis, dengan APGAR skor 3/5, BB : 3130 gram, PB
: 50 cm, LD : 33 cm, LK : 35 cm, Lila : 11 cm, pemeriksaan fisik
tidak terdapat kelainan pada tubuh bayi, suhu : 36,6.

29
Berdasarkan data tersebut terdapat hasil pemeriksaan fisik
yang normal namun bayi mengalami asfiksia berat karena
melewati proses persalinan presentasi bokong.
Analisis data, pada Langkah ini dilakukan identifikasi
terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan Langkah
awal perumusan diagnosis atau masalah adalah pengolahan
data dan analisis data dengan menggabungkan data satu
dengan lainnya sehingga tergambar fakta. Tinjauan kasus :
Pada By. Ny. A usia 0 Hari dengan Asfiksia. Hasil pemeriksaan
antropometri dan ballard score didapatkan bayi dalam keadaan
aterm namun dalam penghitungan HPHT ibu bayi dikatakan
masih dalam kondisi preterm, berdasarkan data tersebut
ditemukan kesenjangan antara teori dan penghitungan HPHT
oleh ibu bayi. Lalu hasil pemeriksaan fisik didapatkan bayi
dalam keadaan asfiksia ketika dilahirkan dengan presentasi
bokong, berdasarkan data tersebut tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktik. Analisa kasus ini yaitu By.
Ny. A usia 0 Hari, berat bayi lahir cukup, cukup bulan, sesuai
masa kehamilan, presentasi bokong dengan asfiksia.
Penatalaksanaan, Pada langkah ini, kegiatan yang
dilakukan adalah melaksanakan rencana asuhan yang telah
dibuat. Dalam situasi ini, bidan harus berkolaborasi dengan tim
kesehatan lain atau dokter. Dengan demikian, bidan dan
perawat harus bertanggung jawab atas terlaksananya rencana
asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat bersama. Pada
kasus ini pelaksanaan asuhan yang telah dilakukan pada By.
Ny. A usia 0 Hari yaitu :
1. Mengganti pakaian bayi agar menjaga kehangatan tubuh
pada bayi baru lahir
2. Melakukan pemantauan tanda-tanda vital pada bayi baru
lahir.
3. Melakukan pemasangan oksigen karena saturasi oksigen
pada bayi masih sedikit rendah

30
4. Melakukan pengecekan GDS pada bayi satu jam setelah
lahir
5. Melakukan pemasangan infus pada bayi untuk memenuhi
kebutuhan cairan bayi
6. Melakukan pemasangan OGT pada bayi karena saat bayi
dilahirkan dengan keadaan asfiksia maka reflek menghisap
bayi belum sempurna dan untuk mengetahui apakah
terdapat residu pada pencernaan bayi.
7. Pengecekan GDS
8. Melakukan evaluasi dan pendokumentasian
Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada By. Ny. A usia 0
hari dengan asfiksia di RSUD Wonosari dan pengkajian
observasi asuhan kebidanan telah dilakukan sesuai dengan
kebutuhan bayi baru lahir usia 0 hari dengan asfiksia dan
pemeriksaan telah dilakukan sesuai dengan standar yang telah
ditentukan.

31
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari kasus manajemen asuhan kebidanan bayi baru
lahir pada By. Ny. A usia 0 hari dengan asfiksia terhadap
SOAP dan penatalaksanaan sebagaian besar sudah sesuai
dengan teori, maka penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
Asuhan kebidanan pada By. Ny. A usia 0 hari dengan
asfiksia di RSUD Wonosari dilakukan berdasarkan
pengkajian dan pemeriksaan fisik, sehingga penanganan
yang diberikan berdasarkan kebutuhan dan kewenangan
tenaga kesehatan yang bertugas (bidan/perawat).
Asuhan kebidanan pada By. Ny. A usia 0 hari dengan
asfiksia di RSUD Wonosari dapat diidentifikasi dan
ditemukan masalah kegawatdaruratan namun berhasil
teratasi dengan baik.
Asuhan kebidanan By. Ny. A usia 0 hari dengan asfiksia di
RSUD Wonosari dapat dilakukan tindakan yaitu
thermoregulasi, pemantauan tanda-tanda vital bayi,
pengecekan GDS satu jam setelah bayi lahir, pemasangan
oksigenasi, pemasangan infus, pemasangan OGT dan
pengecekan GDS.
Asuhan kebidanan By. Ny. A usia 0 hari dengan asfiksia di
RSUD Wonosari dapat dilakukan evaluasi dalam
melakukan asuhan kebidanan.
Asuhan kebidanan By. Ny. A usia 0 hari dengan asfiksia di
RSUD Wonosari dapat dilakukan pendokumentasian
asuhan kebidanan yang diberikan.

32
B. Saran
a. Bagi Bayi, Ibu, dan Keluarga
Diharapkan ibu dan kelarga dapat memahami kondisi
bayi dan menambah pengetahuan mengenai tanda-
tanda bahaya bayi baru lahir dan perkembangan bayi
disetiap harinya agar ibu mempunyai bekal ilmu
sehingga tidak terjadi masalah pada saat masa
pertumbuhan bayinya serta merawat bayinya dengan
baik dan penuh kasih saying dibantu dengan suami dan
anggota keluarga yang lainnya.
b. Bagi Perawat Bangsal Melati
Sebagai tenaga kesehatan dapat mempertahankan
pemberian asuhan dimulai dari pengkajian kepada
pasien hingga melakukan pendokumentasian asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Serta selalu
mempertahankan pemberian asuhan, informasi, dan
konseling yang lengkap kepada ibu dan keluarga
tentang perkembangan bayinya selama dirawat di
Bangsal Melati sesuai kondisi yang dialami bayi.
c. Bagi Mahasiswa Kebidanan
Mahasiswa diharapkan dapat melakukan asuhan
kebidanan sesuai dengan teori dan praktik yang
didapatkan, dalam mengkaji hingga melakukan
pendokumentasian sesuai SOAP dalam praktik
kebidanan dengan manajemen SOAP dan dapat
digunakan sebagai referensi dalam melakukan asuhan
kebidanan pada pasien.

33
DAFTAR PUSTAKA

Nila Marwiyah. 2016. Hubungan Penyakit Kehamilan dan


Jenis Persalinan dengan Kejadia Asfiksia Neonatorum di
RSUD dr Drajat Prawiranegara Serang. Vol.1 No. 2 : 257-
266

Tjandrajani et al. 2012. Keluhan Utama pada


Keterlambatan Umum di Klinik Khusus Tumbuh Kembang
RSAB Harapan Kita. 373

Palupi, J., Widada, W., & Fitrianingsih, A. A. 2019. Risiko


Asfiksia Neonatorum Berdasarkan Keadaan Air Ketuban DI
RSU Dr. H. Koesnadi Bondowoso Tahun 2018. The
Indonesian Journal of Health Science, 11(1), 30

Kemenkes RI. 2015. Profil Data Kesehatan Indonesia tahun


2015 Pusat Data dan informasi Kemenkes RI. Jakarta.

Manuaba, Ida Bagus. 2016. Ilmu Kebidanan Penyakit dan


Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta.

Cunningham, F Gary. Leveno, Kenneth J., Bloom, Steven


L., Haulth, John C., Rouse, Dwight J dan Spong, Catherine
Y. 2012. Obstetri Williams.Vol.2 No. 23. Jakarta.

Marni K, R. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak


Prasekolah. Yogyakarta.

Afsari, Yulianti, Aina Muzdalifah. 2019. Peningkatan


Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini Melalui Permainan
Pohon Angka Di RA Muslim Kecamatan Bandung Kulon
Kota Bandung. Vol.1 No. 4

34
Hasnidar dkk, Sulfianti. 2021. Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi dan Balita.

Dwienda R, Octa, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan


Neonatus, Bayi/ Balita dan Anak Prasekolah untuk Para
Bidan. Yogyakarta.

Mendri NK, Prayogi AS. 2017. Asuhan Keperawatan pada


Anak Sakit dan Bahaya Resiko Tinggi. Yogyakarta.

Jumiarni, I., Mulyati, S., & Nurlina, S. 2016. Asuhan


Keperawatan Perinatal. Jakarta.

Prambudi. 2013. Penyakit pada Neonatus dalam


Neonatologi Praktis. Bandar Lampung.

Sudarti dan Fauziah. 2013. Asuhan Kebidanan Neonatus


Risiko Tinggi dan Kegawatan. Yogyakarta.

Maryinani, Anik dan Puspita, Eka. 2013. Asuhan


Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Jakarta.

Atika, Vidia dan Pongki Jaya. 2016. Asuhan kebidanan


pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. Jakarta.
Rukiyah, Yeyeh, Yulianti & Lia. 2013. Asuhan Neonatus
Bayi dan Anak Balita. Jakarta.

35

Anda mungkin juga menyukai