Disusun Oleh :
Kelompok 7
Amalia Dwi Cahyani (201121004)
Nunung Nabila Husnul K. (201121039)
Putri Nurjedah (201121042)
Valentina Dini (201121053)
Yasi Pahira Gaesela (201121055)
Yunita Lorenz Silitonga (201121056)
Yunita Sianturi (201121057)
Zihan Carera (201121058)
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN By. Ny. D DENGAN ASFIKSIA SEDANG
DI RSUD dr. SOEDARSO RUANG NICU
Disusun Oleh :
Telah disetujui dalam rangka Praktik Klinik Keperawatan Mutakhir Di Ruang NICU
RSUD dr. Soedarso Pontianak, Oleh Kelompok Mahasiswa Sarjana Terapan
Keperawatan Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Pontianak.
Mengetahui,
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada penyusun sehingga Asuhan Keperawatan Mata Kuliah
Keperawatan Mutakhir yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien By. Ny. D
Dengan Asfiksia Sedang, dapat selesai dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Asuhan Keperawatan ini disusun untuk memenuhi tugas Seminar Praktik Klinik
Keperawatan Mutakhir, dimana sumber materi diambil dari beberapa media pendidikan
dan pengkajian asuhan keperawatan pasien guna menunjang keakuratan materi asuhan
keperawatan yang nantinya akan disampaikan.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa asuhan keperawatan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca.
Semoga asuhan keperawatan ini dapat menambah wawasan dan berguna bagi
pembaca. Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan asuhan keperawatan ini.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator kesehatan pertama dalam
menentukan derajat kesehatan anak karena merupakan cerminan dari status
kesehatan anak pada saat ini serta merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan suatu bangsa, dan juga asfiksia neonatorum salah satu penyebab utama
morbilitas dan mortalitas pada bayi baru lahir baik di Negara berkembang maupun
Negara maju (Diana, 2019).
Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum yaitu faktor
ibu yang meliputi kehamilan postterm, partus lama, preeklamsia, ketuban pecah dini
dan plasenta previa, kemudian faktor tali pusat yang meliputi lilitan tali pusat,
prolapsus tali pusat, simpul tali pusat dan tali pusat terlalu pendek, selanjutnya faktor
bayi yang meliputi air ketuban bercampur mekonium (berwarna kehijauan), BBLR,
bayi prematur, persalinan dengan tindakan (presentasi bokong) (Yuni, 2018).
Menurut data dari World Health Organization (WHO) pada awal periode
kehidupan bayi baru lahir. Kematian bayi baru lahir yang disebebkan oleh Asfiksia
Neonatorum menduduki urutan ke 3 di dunia. Pada tahun 2017 angka kematian bayi
yang disebabkan oleh asfiksia di usia 0 - 27 hari terbanyak terdapat di India sebanyak
114.306 bayi, diikuti oleh Nigeria sebanyak 76.154 bayi, kemudian Pakistan
sebanyak 53.110 bayi, sedangkan di Indonesia sebanyak 13.843 bayi (WHO, 2017).
Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia (2019) menunjukkan penyebab
tertinggi kematian neonatal adalah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
yaitu sebesar 7.150 (35,3%) kasus dan diikuti oleh bayi baru lahir dengan asfiksia
yaitu sebesar 5.464 (27,0%) kasus (Kemenkes RI, 2020).
Dampak dari asfiksia neonatorum akan bertambah buruk jika tidak ditangani
dengan benar akan menyebabkan hipoksia dan kerusakan otak bahkan kematian,
dimana hipoksia merupakan kondisi yang terjadi ketika bayi tidak mendapatkan
pasokan oksigen yang cukup sebelum, selama, atau setelah dilahirkan. Hipoksia pada
bayi baru lahir dapat menyebabkan cedera otak. Jika tidak dirawat dengan tepat,
kondisi ini dapat berkembang menjadi gangguan permanen, seperti cerebral palsy,
defisiensi kognitif, dan ensefalopati hipoksik – iskemik (HIE), selama bayi di rawat
di rumah sakit perawat dapat melakukan asuhan keperawatan yang tepat untuk
meningkatkan kesehatan pada bayi dengan asfiksia. Selama melakukan asuhan
keperawatan, masalah keperawatan yang mungkin terjadi pada bayi dengan asfiksia
neonatarum yaitu bersihan jalan napas tidak efektif, pola napas tidak efektif,
gangguan pertukaran gas dan hipotermia (SDKI, 2017).
Untuk mempertahankan pola napas pada asfiksia neonatorum maka dilakukan
monitor frekuensi, kedalaman, dan usaha napas, monitor adanya sumbatan jalan
napas, auskultasi bunyi napas, monitor saturasi oksigen, pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tilt dan chin-lift, lakukan fisiotrapi dada, lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik dan Berikan terapi oksigen (SIKI, 2018).
Upaya yang dapat dilakukan untuk menangani kasus asfiksia neonatorum salah
satunya dengan bertanggung jawab untuk mampu mewujudkan koordinasi yang baik,
dan standar pelayanan keperawat melalui pendekatan proses keperawatan yang
komprehensif berupa pengkajian menetukan diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi keperawatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas kelompok dapat merumuskan masalah
asuhan keperawatan bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien asfiksia
neonatorum di Ruang NICU RSUD dr. Soedarso Pontianak.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif
meliputi aspek biopsikososial dengan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada klien dengan asfiksia
sedang di ruang NICU RSUD dr. Soedarso.
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan asfiksia sedang
di ruang NICU RSUD dr. Soedarso.
c. Mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan asfiksia sedang di
ruang NICU RSUD dr. Soedarso.
d. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan sesuai dengan rencana untuk
kasus pada klien dengan asfiksia sedang di ruang NICU RSUD dr. Soedarso.
e. Mampu melaksanakan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan
pada klien dengan asfiksia sedang di ruang NICU RSUD dr. Soedarso.
D. Manfaat
1. Keluarga
Dapat meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai perawatan pada neonatus
yang mengalami Asfiksia Neonatorum yang diajarkan pada dirinya dan dapat
dilakukan secara mandiri.
2. Perawat
Dapat meningkatkan pengetahuan wawasan dan kualitas dalam memberikan
asuhan keperawatan pada neunatus yang mengalami
Asfiksia Neonatorum yang sesuai dengan teori konsep.
3. Lembaga Institusi
a. Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat dalam melaksanakan
pelayanan keperawatan dan dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan
baik serta dapat melakukan pendokumentasian kepada pasien asfiksia
neonatorum dengan baik dan benar.
b. Pendidikan
Sebagai sumber referensi dan bacaan tentang asuhan keperawatan mengenai
asfiksia neonatorum, dan untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan
pada pasien asfiksia neonatorum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Menurut Nurarif (2018), Asfiksia dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor ibu
1) Penyakit kronis ( Diabetes Melitus, jantung, kekurangan gizi, dan ginjal.
2) Hipoksia ibu.
3) Gangguan aliran darah fetus
4) Penyakit selama kehamilan (Preeklamsia dan eklamsia)
5) Persalinan patologis (presentasi bokong, letak lintang, partus lama, ketuban
pecah dini, infeksi, vakum ekstraksi, forseps).
6) Kehamilan lebih bulan (> 42 minggu kehamilan)
b. Faktor plasenta
1) Infark plasenta
2) Solusio plasenta
3) Plasenta previa
c. Faktor neonatus
1) Bayi prematur (kehamilan <37 minggu)
2) Aspirsi meconium pada air ketuban bercampur meconium (warna
kehijauan).
3) Anestesi / analgetik yang berlainan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pernafasan pada bayi.
4) Trauma lahir sehingga mengakibatkan perdarahan intracranial.
5) Kelainan kongenital seperti hernia diafragmatika, atresia / stenosis saluran
pernafasan, hipoplasi paru, dll.
4. Komplikasi
Asfiksia neonatorum dapat menyebabkan komplikasi pasca hipoksia yaitu sebagai
berikut :
a. Pada keadaan hipoksia akut akan terjadi redistribusi aliran darah sehingga
organ vital, jantung dan kelenjar adrenal akan mendapatkan aliran yang lebih
banyak dibandingkan dengan organ lain. Perubahan dan redistribusi aliran
terjadi karena penurunan resistensi vaskuler pembuluh darah otak dan jantung
serta meningkatkan resistensi vaskuler di perifer.
b. Faktor lain yang dianggap turut pula mengatur redistribusi vaskular antara lain
timbulnya rangsangan vasodilatasi serebral akibat hipoksia yang disertai
akumulasi karbondioksida, meningkatnya aktivitas saraf simpatis dan adanya
aktivitas kemoseptor yang diikuti pelepasan vasopresin.
c. Pada hipoksia yang berkelanjutan, kekurangan oksigen untuk menghasilkan
energi metabolisme tubuh menyebabkan terjadinya glikolisis anaerobik
5. Patofisiologi
Pernapasan spontan bayi baru lahir tergantung kepada kondisi pada masa
kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia
ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien). Proses ini diaggap
sengat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernapasan agar terjadi
“primary gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernapasan teratur. Sifat
asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh buruk kerena reaksi adaptasi bayi dapat
mengatasinya.
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama
kehamilan/persalinan, akan terjadi asfiksia lebih berat. Keadaan dimana akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan
kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversible atau tidak
tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang dimulai dengan satu
periode apnea (primary apneo) disertai dengan penurunan frekuensi jantung.
Selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha napas (gasping) yang kemudian
diikuti oleh pernapasan teratur.
PATHWAY
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa
asfiksia neonatorum :
a. Laboratorium analisis gas darah tali pusat
b. Bila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan resusitasi aktif, pemeriksaan
penunjang diarahkan pada kecurigaan komplikasi, meliputi:
1) Glukosa darah neonatus (nilai normal 40 - 150 mg/dL)
Pada asfiksia neonatorum cenderung beresiko mengalami hipoglikemi yaitu
glokosa dalam darah < 40 mg/dl.
2) Elektrolit darah
Kalium nilai (normal 3,6 - 5,8 mmol/L), Natrium ( nilai normal 134-150
mmol/L,) kalsium (nilai normal < 8 mg/dL) hasil pemeriksaan elektrolit pada
asfiksia neonatorum mengalami penurunan kurang dari batas normal
3) Ureum (nilai normal 7 - 20 mg/dl ) kreatinin (nilai normal 0,3-1,2 mg/dL)
pada asfiksia neonatorum biasanya terjadi peningkatan kadar kreatinin dalam
darah di atas 1,5 mg/dl.
4) Laktat nilai normal (0,4 - 1.3 mmol/L)
Pada asfiksia neonatorum mengalami peningkatan kadar laktat di atas 1,3
mmol/L.
5) Pemeriksaan radiologi
6) USG kepala : kemungkinan dapat mendeteksi perdarahan (Ikatan Ners
Indonesia, 2016)
7. Penatalaksanaan Medis
Tindakan medis yang akan dilakukan pada bayi yang mengalami asfiksia
neonatorum sebagai berikut :
a. Pada asfiksia ringan :
1) Jika bayi tidak mendapatkan oksigen izinkan bayi untuk menyusu.
2) Jika bayi mendapatkan oksigen atau sebaliknya dapat menyusu, berikan
perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian makanan alterannya.
b. Jika pada asfiksia sedang atau berat :
1) Pasang IV. dan berikan hanya cairan IV 12 jam pertama
2) Batasi volume cairan sampai 60 ml/kg berat badan selama hari pertama, dan
pantau pengeluaran urin.
3) Ketika konvulsi terkendali dan bayi menunjukkan tandatanda peningkatan
respons, izinkan bayi mulai menyusu. Jika bayi tidak dapat menyusu,
berikan perasan ASI dengan menggunakan metode makan alternatif.
4) Berikan perawatan berkelanjutan.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nuranf, Amin Huda (2018) diagnosa pada pasien dengan Asfiksia
Neonatorum adalah sebagai berikut :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi -
perfusi.
d. Hipotermia berhubungan dengan penurunan laju metabolisme.
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kriteria hasil (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1. Pola napas tidak Pola Napas : Monitor respirasi :
efektif Setelah dilakukan tindakan Observasi
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor frekuensi,
dengan hambatan jam diharapkan masalah kedalaman, dan usaha
upaya napas dapat teratasi dengan napas
kriteria hasil : 2. Monitor pola napas
Dyspnea menurun (bradipnea, takipnea,
Penggunaan otot bantu hiperventilasi, kussmaul)
pernapasan menurun 3. Auskultasi bunyi napas
Pernapasan cuping 4. Monitor saturasi oksigen
hidung menurun
5. Monitor bunyi napas
Frekuensi napas
tambahan (gurgling,
membaik
mengi,wheezing, ronkhi)
Kedalaman napas
membaik Terapeutik
6. Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan headtilt
dan chin-lift
7. Posisikan semi fowler atau
fowler
9. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
Kolaborasi
Terapi pemberian obat dengan
tepat dan sesuai prosedur.
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
3. Hipotermia Termoregulasi : Manajemen Hipotermi :
berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi
dengan penurunan keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor suhu tubuh
laju metabolisme jam diharapkan masalah 2. Identifikasi penyebab
dapat teratasi dengan hipotermia
kriteria hasil : 3. Monitor tanda dan gejala
Kekuatan nadi akibat hipotermia
meningkat
Terapeutik
Saturasi oksigen 4. Sediakan lingkungan yang
meningkat hangat
Akral dingin 5. Ganti pakaian / linen yang
menurun basah
Berat badan 6. Lakukan penghangatan
meningkat pasif dan aktif
7. Lakukan terapi paparan
panas
Edukasi :
Anjurkan makan/minum hangat
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
A. IDENTITAS DATA
Nama : By. Ny. D
Tempat/tanggal lahir : Mempawah, 26 Oktober 2023
Nama Ayah/Ibu : Tn. H
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pendidikan Ayah : SMA
Pekerjaan Ibu : IRT
Pendidikan Ibu : SMA
Alamat/No. Telepon : Anjungan
Kultur : Melayu
Agama : Islam
B. KELUHAN UTAMA
Pasien By. Ny. D lahir dengan riwayat SC disertai dengan sesak dan merintih, Pasien
menangis terus menerus, gelisah dan pucat. Berat badan saat lahir 2000 gram,
sianosis seluruh tubuh.
2. Natal
Awal Persalinan : 26 Oktober 2023
Lama Persalinan : ± 2 jam
Komplikasi persalinan : Tidak ada, anak sebelumnya juga
SC
Terapi yang diberikan : Vitamin, Obat PRC
Cara melahirkan :
( ) pervaginam (✓) Caesar ( )Lain - lain, sebutkan ……….......
Tempat melahirkan :
( ) Rumah bersalin ( ) Rumah (✓) Rumah Sakit
3. Postnatal
Usaha Nafas
(✓)dengan bantuan ( ) tanpa bantuan
Kebutuhan resusitasi
Jenis dan lamanya dari 1 dan 5 menit
Skor Apgar : 6/8/8
Obat - obat yang diberikan pada neonatus
IVFD D10% 200cc / 24 jam
OGT terpasang
Oksigen CPAP Peep 8 Plow 5
Injeksi Ampicillin 2 x 125 mg
Termoregulasi
Interaksi orang tua dengan bayi
Kualitas : Sering setiap jam kunjungan
Lamanya : ± 30 menit / hari
Trauma lahir
( ) Ada ( √) Tidak ada
Narkosis
( ) Ada ( √) Tidak ada
Keluarnya urine / bab
( √) Ada ( ) Tidak ada
Respon fisiologis atau perilaku yang bermakna : Respon fisiologis
baik
D. RIWAYAT KELUARGA
Genogram
Keterangan :
: Laki - laki
: Perempuan
: Perempuan meninggal
E. RIWAYAT SOSIAL
1. Sistem pendukung / keluarga yang dapat dihubungi
Ayah dan ibu (Keluarga pasien)
Hubungan orang tua dengan bayi : Bayi selalu dijenguk saat jam besuk dan selalu
di pantau oleh keluarga yang lain.
Ibu Ayah
Ya Menyentuh Ya
Tidak Memeluk Tidak
Ya Berbicara Ya
Ya Berkunjung Ya
Ya Kontak mata Ya
3. Lingkungan rumah
Lingkungan rumah terlihat bersih dan selalu dibersihkan setiap hari, terdapat
pohon mangga, terdapat jendela dan ventilasi.
G. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak lemah
Tingkat kesadaran : Compos mentis ( E4 V5 M6) GCS : 15
Tanda vital : Nadi : 140x/m Suhu : 36,6 C RR : 35 x/m TD : -
Saat lahir Saat ini
1. Berat Badan 2,670 gram 2,500 gram
2. Panjang Badan 46 cm 47 cm
3. Lingkar Kepala 35 cm 35 cm
Beri tanda ( cek ) pada istilah yang tepat dari data-data dibawah ini. Gambarkan
semua temuan abnormal secara obyektif, gunakan kolom komentar bila perlu.
1. Reflek Primitif
( -) Moro ( ✓ ) Menggenggam (-) Menghisap
Masalah : Tidak ada pada reflek primitif
2. Tonus / aktivitas
a. (-) Aktif ( √ ) tenang (-) Letargi (-) Kejang
b. ( √ ) Menangis keras (-) Lemah (- ) Melengking (-) Sulit menangis
Masalah : Tidak ada pada tonus/aktivitas
3. Kepala / leher
a. Fontanel Anterior
(✓) Lunak (-) Tegas (-) Datar (-) Menonjol (-) Cekung
b. Sutura sagitalis
(✓) Tepat (-) Terpisah (-) menjauh
c. Gambaran wajah
(✓) Simetris (-) Asimetris
d. Molding
( - ) Caput Succedaneum (-) Chepalohematoma
e. Mata
(✓) Bersih (-) Sekresi
Masalah : Tidak ada masalah pada kepala atau leher
4. THT
a. Telinga
(✓) Normal ( - ) Abnormal
Telinga pasien normal dan tidak ada edema
b. Hidung
(✓) Bilateral (-) Obstruksi (-) Cuping hidung
c. Palatum
(√) Normal (-) Abnormal
Masalah : Tidak ada masalah THT
5. Abdomen
a. (✓) Lunak ( - ) Tegas (-) Datar (✓) Kembung Lain - lain :
Tidak ada
b. Lingkar perut : 28 cm
c. Liver : ( - ) kurang dari 2 cm (✓) Lebih dari 2 cm
Masalah : Perut bayi tampak besar dan lunak
6. Thoraks
a. (✓) Simetris (-) Asimetris
b. Retraksi : (-) derajat 1 (-) derajat 2 (-) derajat 3
c. Klavikula : (✓) Normal (-) Abnormal
Masalah : Tidak ada masalah pada thoraks
7. Paru - paru
a. Suara nafas : (√) Sama kanan kiri ( -) Tidak sama kanan kiri
(√) Bersih (-) Ronchi (-) Rales (-) sekret
b. Bunyi nafas
(√) Terdengan di semua lapang paru (-) tidak terdengar
(-) Menurun
c. Respirasi
d. ( ) Spontan, jumlah x/menit
e. ( ) Sungkup/boxhead, jumlah x/menit
f. ( √ ) Ventilasi assisted CPAP
Masalah : Pasien By. Ny. D tampak sesak, RR : 73x/menit
8. Jantung
(✓) Bunyi Normal Sinus Rytme ( NSR ) , jumlah 140 x/menit
( ) Mur - mur ( ) Lain – lain : -
Waktu pengisian kapiler, Batang tubuh : Normal, tidak ada masalah
Ektrimitas : Tonus otot baik
a. Nadi perifer
Berat Lemah Tidak ada
Brachial kanan √ - -
Brachial kiri √ - -
Femoral kanan √ - -
Femoral kiri √ - -
Masalah : Tidak ada pada nadi perifer
9. Ekstremitas
(✓) Semua ekstrimitas gerak ( -) ROM terbatas ( -) Tidak dapat dikaji
Ekstrimitas atas dan bawah : (✓) Simetris (-) Asimetris
Masalah : Tidak ada masalah pada ekstremitas
14. Kulit
Warna : ( - ) Pink (✓) Pucat ( -) Jaundice (- ) Rash / kemerahan
( -) tanda lahir
Masalah : Tidak ada masalah pada kulit
15. Suhu
Lingkungan :
( √ ) Penghangat radian ( √ ) Pengaturan suhu (✓) Inkubator
( √ ) Suhu ruang ( - ) Boks terbuka
Suhu kulit : 36, 6 C
Masalah : Tidak ada masalah pada suhu
I. KESIMPULAN PERKEMBANGAN
( √ ) Menangis bila tidak nyaman
( - ) Membuat suara tenggorok yang pelan
( - ) Memandang wajah dengan sungguh - sungguh
( √ ) Mengeluarkan suara
( - ) Berespon secara berbeda terhadap obyek yang berbeda
( - ) Dapat tersenyum
( √ ) Menggerakkan kedua lengan dan tungkai sama mudahnya ketika telentang
( √ ) Memberikan reaksi dengan melihat ke arah sumber cahaya ( misalnya dari
lampu
senter yang digerakkan ke kiri & kanan )
( - ) Mengoceh dan memberikan reaksi terhadap suara
( - ) Membalas senyuman
J. INFORMASI LAIN
Sumber dari perawat ruangan dan ibu kandung bayi.
( ………………………………………. )
K. TERAPI PENGOBATAN
Tanggal 06 November 2023
Obat untuk
Aminophyline 2 x 8 mg 12.00 . 24.00
mengatasi berbagai gangguan
pernapasan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO Tanggal DIAGNOSA KEPERAWATAN Tanggal Teratasi
1 6 November 2023 Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi -perfusi 8 November 2023
2 6 November 2023 Pola nafas tidak efektif b.d penggunaan otot bantu pernafasan 8 November 2023
3 6 November 2023 Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin Teratasi apabila nilai Hb berada
dalam rentang normal
4 6 November 2023 Resiko aspirasi b.d terpasang selang OGT 8 November 2023
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN / INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan Pematauan Respirasi (I.01014) 1. Manifestasi distress pernapasan
gas (D.0003) keperawatan selama 3x24 Observasi tergantung pada indikasi derajat
DS : - jam diharapkan pertukaran 1. Monitor frekuensi, irama, keterlibatan paru dan status
DO : gas meningkat, dengan kedalaman dan upaya napas kesehatan.
- PCO2 39.8 mmHg kriteria hasil: 2. Monitor pola napas (seperti 2. Untuk mengetahui perkembangan
- PO2 79.3 mmHg 1. Dispnea menurun bradypnea, takipnea, hiperventilasi, status kesehatan pasien.
- Pasien takikardia 2. Takikardia membaik kussmaul, Cheyne-stokes, biot, 3. Untuk mengetahui perkembangan
- Pasien tampak 3. Sianosis membaik ataksik) status kesehatan pasien dan
sianosis seluruh 4. Pola nafas membaik 3. Monitor saturasi oksigen mencegah komplikasi lanjutan
tubuh Terapeutik 4. Untuk mengetahui perkembangan
- Terpasang NIV- 4. Atur interval pemantauan respirasi status kesehatan pasien.
CPAP sesuai kondisi pasien
- RR : 73x/m
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas (I.01011) 1. Untuk memastikan kepatenan jalan
(D.0005) keperawatan selama 3x24 Observasi napas dan pertukaran gas yang
DS : jam diharapkan pola nafas 1. Monitor pola nafas (frekuensi, adekuat.
membaik, dengan kriteria kedalaman, usaha napas) 2. Supaya pasien nyaman
DO : hasil: Terapeutik 3. Memaksimalkan bernafas dan
- Pasien tampak sesak 1. Dispnea menurun 2. Pertahankan kepatenan jalan napas menurunkan kerja nafas.
- Penggunaan otot 2. Penggunaan otot bantu 3. Berikan oksigen
bantu nafas (retraksi nafas menurun
dada) 3. Frekuensi nafas
- Pasien takipnea membaik
- RR : 73x/m 4. Kedalaman napas
- Terpasang NIV- membaik
CPAP
Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi (I.02079) 1. Mengetahui kestabilan perifer.
efektif (D.0009) keperawatan selama 3x24 Observasi 2. Mengetahui adanya ada tidaknya
DS : jam diharapkan perfusi 1. Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi tanda-tanda dehidrasi.
perifer meningkat, dengan perifer, edema, pengisian kapiler, 3. Untuk menjaga kestabilan cairan
DO: kriteria hasil: warna, suhu, ankle-brachial index). dalam tubuh.
- Akral teraba dingin 1. Warna kulit pucat 2. Monitor panas, kemerahan, nyeri,
- Warna kulit pucat menurun atau bengkak pada ekstremitas.
- Turgor kulit menurun 2. Akral membaik Terapeutik
- CRT >3 detik 3. Turgor kulit membaik 3. Hindari pemasangan infus, atau
- Hb 9.5 g/Dl pengambilan darah di area
- Konjungtiva anemis keterbatasan perfusi.
4. Lakukan pencegahan infeksi.
5. Lakukan hidrasi.
Resiko aspirasi (D.0006) Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Aspirasi (I.01018) 1.
DS : keperawatan selama 3x24 Observasi 2. Membantu mengurangi distress
jam diharapkan tingkat 1. Monitor tingkat kesadaran, batuk, pernapasan
DO : aspirasi menurun, dengan muntah, dan kemampuan menelan. 3. Untuk kelancaran pemberian
- Gangguan menelan kriteria hasil: 2. Monitor status pernapasan. makanan dan mencegah terjadinya
(terpasang OGT) 1. Kemampuan menelan 3. Periksa kepatenan selang OGT komplikasi lanjutan.
- Terpasang alat bantu meningkat sebelum memberi asupan oral.
napas ( NIV-CPAP) 2. Kebersihan mulut
- Pasien tidak mampu meningkat
menghisap 3. Dispnea menurun
4. Kelemahan otot menurun
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO TGL/ Diagno IMPLEMENTASI PARAF EVALUASI (SOAP) PARAF
JAM sa
Kepera
watan
1. 06/11/2023 Gangguan pertukaran 1. Memonitor frekuensi, irama, kedalaman ∫ S:- ∫
07.00 gas b.d dan upaya napas O:
ketidakseimbangan - PCO2 39.8 mmHg
07.05 ventilasi - perfusi 2. Memonitor pola napas (seperti - PO2 79.3 mmHg
bradypnea, takipnea, hiperventilasi,
∫ - Pasien takikardia
kussmaul, Cheyne-stokes, biot, ataksik) - Pasien tampak sianosis seluruh tubuh
- Terpasang NIV-CPAP
07.15 3. Memonitor saturasi oksigen ∫ - RR : 73 x/menit
P :Intervensi dilanjutkan
1. Memonitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya napas
2. Memonitor pola napas (seperti
bradypnea, takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, Cheyne-stokes, biot, ataksik)
3. Memonitor saturasi oksigen
4. Mengatur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. 06/11/2023 Pola nafas tidak 1. Memonitor pola nafas (frekuensi, ∫ S:- ∫
07.30 efektif b.d kedalaman, usaha napas)
penggunaan otot O:
07.35 bantu pernafasan 2. Mempertahankan kepatenan jalan napas - Pasien tampak sesak
08.00 3. Memberikan oksigen ∫ - Penggunaan otot bantu nafas (retraksi
dada)
- Pasien takipnea
- RR : 73x/m
- Terpasang NIV-CPAP
P : Intervensi dilanjutkan
1. Memonitor pola nafas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
2. Mempertahankan kepatenan jalan
napas
3. Memberikan oksigen
3. 06/11/2023 Perfusi perifer tidak 1. Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi ∫ S:- ∫
08.15 efektif b.d penurunan perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
konsentrasi suhu, ankle-brachial index). O:
hemoglobin - Akral teraba dingin
08.20 2. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau - Warna kulit pucat
bengkak pada ekstremitas. ∫ - Turgor kulit menurun
- CRT >3 detik
08.25 3. Hindari pemasangan infus, atau - Hasil lab menunjukkan nilai Hb
pengambilan darah di area keterbatasan
∫ dibawah rentang normal : Hb 9.5 g/Dl
perfusi - Konjungtiva anemis
1
07/11/2023 Gangguan pertukaran 1. Memonitor frekuensi, irama, kedalaman ∫ S:- ∫
07.00 gas b.d dan upaya napas
ketidakseimbangan O:
07.05 ventilasi - perfusi 2. Memonitor pola napas (seperti - PCO2 39.8 mmHg
bradypnea, takipnea, hiperventilasi,
∫ - PO2 79.3 mmHg
kussmaul, Cheyne-stokes, biot, ataksik) - Pasien takikardia
- Pasien tampak sianosis seluruh tubuh
07.15 3. Memonitor saturasi oksigen ∫ - Terpasang NIV-CPAP
- RR : 55 x/m
07.25 4. Mengatur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien ∫ A : Masalah keperawatan gangguan
pertukaran gas belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Memonitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya napas
Memonitor pola napas (seperti
bradypnea, takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, Cheyne-stokes, biot,
ataksik)
Memonitor saturasi oksigen
Mengatur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
2 07/11/2023 Pola nafas tidak 1. Memonitor pola nafas (frekuensi, ∫ S:- ∫
07.30 efektif b.d kedalaman, usaha napas)
penggunaan otot O:
07.35 bantu pernafasan 2. Mempertahankan kepatenan jalan napas - Pasien tampak sesak
∫ - Penggunaan otot bantu nafas (retraksi
dada)
08.00 3. Memberikan oksigen - Pasien takipnea
- RR : 55 x/m
∫ - Terpasang NIV-CPAP
P : Intervensi dilanjutkan
1. Memonitor pola nafas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
2. Mempertahankan kepatenan jalan
napas
3. Memberikan oksigen
3 07/11/2023 Perfusi perifer tidak 1. Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi ∫ S:- ∫
08.15 efektif b.d penurunan perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
konsentrasi suhu, ankle-brachial index). O:
hemoglobin - Akral teraba dingin
08.20 2. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
∫ - Warna kulit pucat
bengkak pada ekstremitas. - Turgor kulit menurun
- CRT >3 detik
08.25 3. Hindari pemasangan infus, atau - Setelah dilakukan tranfusi darah
pengambilan darah di area keterbatasan ∫ rentang Hemoglobin mengalami
perfusi peningkatan namun masih dibawah
normal : Hb 11.1 g/dll
08.30 4. Lakukan pencegahan infeksi. - Konjungtiva anemis
∫
P : Intervensi dilanjutkan
1. Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi
perifer, edema, pengisian kapiler,
warna, suhu, ankle-brachial index).
2. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
bengkak pada ekstremitas.
3. Hindari pemasangan infus, atau
pengambilan darah di area keterbatasan
perfusi
4. Lakukan pencegahan infeksi.
5. Lakukan hidrasi.
4 07/11/2023 Resiko aspirasi b.d 1. Memonitor tingkat kesadaran, batuk, ∫ S:- ∫
09.00 terpasang selang muntah, dan kemampuan menelan.
OGT O:
09.15 2. Memonitor status pernapasan. ∫ - Gangguan menelan (terpasang OGT)
- Pasien sudah tidak diberikan terapi
09.25 3. Periksakan kepatenan selang OGT ventilasi CPAP, nasal kanul 1 lpm
sebelum memberi asupan oral.
∫ - Pasien tidak mampu menghisap
A : Masalah keperawatan risiko aspirasi
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Memonitor tingkat kesadaran, batuk,
muntah, dan kemampuan menelan.
2. Memonitor status pernapasan.
3. Periksakan kepatenan selang OGT
sebelum memberi asupan oral.
NO TGL/ Diagnosa IMPLEMENTASI PARAF EVALUASI (SOAP) PARAF
JAM Keperawatan
A. Kesimpulan
Asfiksia Neonatorum merupakan suatu keadaan dimana bayi baru lahir yang
mengalami gangguan tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.
Keadaan ini biasanya disertai dengan keadaan hipoksia dan hiperkapnu serta sering
berakhir dengan asidosis (Nurarif, 2018).
Asfiksia Neonatorum adalah suatu kondisi yang terjadi ketika bayi baru lahir
tidak mendapatkan cukup oksigen selama proses kelahiran. Asfiksia juga
didefinisikan sebagai kegagalan untuk memulai respirasi biasanya dalam satu menit
kelahiran. Asfiksia dapat menyebabkan hipoksia (penurunan suplai oksigen ke otak
dan jaringan) dan kerusakan otak atau mungkin kematian jika tidak di lakukan
tindakan dengan benar (Mendri, 2019).
Dampak dari asfiksia neonatorum akan bertambah buruk jika tidak ditangani
dengan benar akan menyebabkan hipoksia dan kerusakan otak bahkan kematian,
dimana hipoksia merupakan kondisi yang terjadi ketika bayi tidak mendapatkan
pasokan oksigen yang cukup sebelum, selama, atau setelah dilahirkan. Hipoksia pada
bayi baru lahir dapat menyebabkan cedera otak. Jika tidak dirawat dengan tepat,
kondisi ini dapat berkembang menjadi gangguan permanen, seperti cerebral palsy,
defisiensi kognitif, dan ensefalopati hipoksik – iskemik (HIE), selama bayi di rawat
di rumah sakit perawat dapat melakukan asuhan keperawatan yang tepat untuk
meningkatkan kesehatan pada bayi dengan asfiksia. Selama melakukan asuhan
keperawatan, masalah keperawatan yang mungkin terjadi pada bayi dengan asfiksia
neonatarum yaitu bersihan jalan napas tidak efektif, pola napas tidak efektif,
gangguan pertukaran gas dan hipotermia (SDKI, 2017).
Untuk mempertahankan pola napas pada asfiksia neonatorum maka dilakukan
monitor frekuensi, kedalaman, dan usaha napas, monitor adanya sumbatan jalan
napas, auskultasi bunyi napas, monitor saturasi oksigen, pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tilt dan chin-lift, lakukan fisiotrapi dada, lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik dan Berikan terapi oksigen (SIKI, 2018).
B. Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan baik
terhadap pasien bayi dengan asfiksia neonatorum. Oleh karena itu, perawat juga
harus mampu berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan
ataupun memberikan edukasi kepada keluarga pasien terutama mengenai dengan ibu
selama kehamilan terkait tanda - tanda, penanganan dan pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Medri, Ni Ketut dan Agus. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit dan Bayi
Resiko Tinggi. Yogyakarta : Pustaka Baru Press .
Nurarif, H. A. & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawtan Praktis Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
Jogjakarta : Medi Action.
Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Edisi 1. Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia.Jakarta : DPP PPNI.
Tim pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Edisi 1. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia.Jakarta
Tim pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Edisi 1. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI.