Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny.D. UDIA 9 BULAN DENGAN STENOSIS


ANI (POST OP) PSARP DI RUANG KASTURI RSUD dr. RASIDIN PADANG

TANGGAL 05 DESEMBER 2023

Oleh :
Chica Reksa Surya Priyani
NIM 2015201004

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TA. 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat , taufik, dan hidayah-Nya. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
penulis sampaikan kepada pembimbing klinik ibu NS. Santi Muchlis, S. Kep dan
pembimbing akademik ibu Amrina Amran, M. Biomed, dan kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga penulisan laporan kasus mengenai ” Asuhan
Kebidanan Bayi patologis Dengan Stenotis Ani (POST OP) PSARP ini dapat
diselesaikan dengan lancar.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak


terdapat kekurangan didalamnya. Kritik dan saran guna penyempurnaan
penyusunan laporan ini sangat penulis harapkan, sehingga naninya bisa
memberikan hasil akhir yang lebih baik.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Padang, 09 Desember 2023

Penulis

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus ini yang berjudul ”Asuhan Kebidanan Bayi Ny.D. Usia 9 Bulan Dengan
Stenotis ani (POST OP) PSARP Di Ruang Kasturi RSUD dr. Rasidin padang tahun 2023”
telah diperiksa dan disetujui oleh preseptor akademik dan preseptor klinik, sebagai salah
satu tugas preklinik kebidanan semester VII Program Sarjana Kebidanan STIKes Alifah
Padang

Padang, 14 Desember 2023

Preseptor Akademik Preseptor Klinkik

(Amrina Amran, M. Biomed (NS. Santi Muchlis, S. Kep)


NIDN: Nip:

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................1
1.2 TUJUAN UMUM................................................................................1
1.3 TUJUAN KHUSUS.............................................................................1
1.4 MANFAAT PENULISAN..................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3


2.1 Pengertian......................................................................................3
2.2 Etiologi dan faktor resiko...................................................................4
2.3 Patofisiologi.........................................................................................5
2.4 Pathaway.............................................................................................6
2.5 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................7
2.6 Penatalaksanaan.................................................................................8

BAB III TINJAUAN KASUS.............................................................................10


3.1 Pengkajian......................................................................................... 10
3.2 Data subjektif ....................................................................................10
3.3 Data objektif ......................................................................................12
3.4 Assesment...........................................................................................13
3.4.1 Diagnosis medis.......................................................................13
3.4.2 Masalah...................................................................................13
3.4.3 Kebutuhan...............................................................................13
3.5 Penatalaksanaan................................................................................13
3.5.1 Perencanaan ............................................................................13
3.5.2 Implementasi............................................................................13
3.5.3 Evaluasi....................................................................................14
3.6 SOAP...................................................................................................15
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................19
5.1 Kesimpulan..........................................................................................19
5.2 Saran ...................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
iii
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Stenosis ani adalah penyempitan saluran anus. Penyempitan ini mungkin
disebabkan oleh striktur anatomis yang sebenarnya atau stenosis otot dan fungsional.
Pada stenosis anal anatomis, anoderm normal yang lentur, pada tingkat tertentu,
digantikan dengan jaringan sikatrik yang restriktif. Stenosis memyebabkan
perubahan morfologi saluran anus dan akibatnya berkurangnya funsgi daerah tersebut
menyebabkan sulit atau nyeri saat buang air besar.

Menurut WHO (World Healt Organization) diperkirakan bahwa sekitar 7% dari


seluruh kematian bayi di dunia disebabkan oleh kelainan kongenital. Di Eropa, sekitar
25% kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital. Di Asia Tenggara
kejadian kelainan kongenital mencapai 5% dari jumlah bayi yang lahir, sementara di
Indonesia prevalansi kelainan kongenital mencapai 5 per 1.000 kelahiran hidup. Riset
Kesehatan Dasar tahun 2007 mencatat salah satu penyebab kematian bayi adalah
kelainan kongenital pada usia 0-6 hari sebesar 1% dan pada usia 7-28 hari sebesar
19%. (Verawati dkk, 2015).

Angka kejadian stenosis di dunia adalah 1:5.000 kelahiran hidup (Maryunani,


Anik 2014). Populasi masyarakat Indonesia sebanyak 200 juta lebih, yang memiliki
standar angka kelahiran 35 per mil, diperkirakan akan lahir setiap tahun dengan
penyakit atresia ani sebanyak 1.400 kelahiran (Haryono, 2012). Di RSPAD khususnya
di Ruang IKA 1 penderita stenosis ani termasuk 10 peyakit terbanyak.

1.2 TUJUAN UMUM


Mampu memahami, mengetahui dan mengembangkan pola pikir dalam
memberikan / menerapkan asuhan kebidanan yang tepat pada pasien dengan kasus
Stenosis Ani Post PSARP..

1.3 TUJUAN KHUSUS


Setelah melakukan asuhan kebidanan ini diharapkan mahasiswa mampu:
a. Melaksanakan pengkajian dan pengumpulan data atau anamnesis secara subjektif
pada pasien Stenosis Ani Post PSARP.
b. Melakukan pengkajian dan pemeriksaan objektif serta pemeriksaan penunjang
pada pasien Stenosis Ani Post PSARP.
c. Mengidentifikasi analisa yang berisi diagnosa dan masalah kebidanan
berdasarkan data subjektif dan objektif pasien Stenosis Ani Post PSARP .
1
d. Melakukan penatalaksanaan yang dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secera komperhensif yaitu penyuluhan dukungan,
kolaborasi, evaluasi atau follow up serta melakukan pendokumentasian
berdasarkan seluruh tindakan yang telah dilakukan pada kasus pasien Stenosis
Ani Post PSARP.

1.4 MANFAAT PENULISAN


1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa mampu melakukan dan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan /
teori dan pengalaman nyata / kasus dalam memberikan asuhan kebidanan pada
bayi dengan kasus Stenosis Ani Post PSARP.
Menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa dalam memperoleh kasus
Stenosis Ani Post PSARP sehingga dapat menambah keterampilan.
2. Bagi bayi
Dapat memahami kondisi atau keadaan pada bayi serta mengetahui anjuran yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Stenosis ani merupakan salah satu kelainan bentuk anorektal yang dapat
ditemukan pada bayi. Kelainan bawaan ini terjadi akibat adanya gangguan atau
berhentinya perkembangan embriologik di daerah anus, rektum bagian distal serta
traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu ke empat sampai ke enam usia
kehamilan.

Pada stenosis ani terjadi penyempitan dari spinkter anus dan pembukaan dari
lumen anus. Gejala utama yang ditemukan adalah kesulitan buang air besar, kesulitan
dan resistensi pada pergerakan usus besar. Kelainan bentuk anorektum dapat
ditemukan dalam berbagai macam tipe.

Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dibagi dalam 4 golongan, yaitu:

1. Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus


2. Membran anus yang menetap
3. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacammacam
jarak dari peritoneum
4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung rectum

Kelainan bentuk anorektum selain yang disebutkan diatas dapat juga dikelompokkan
berdasarkan hubungan antara bagian terbawah dengan rectum yang normal dengan
otot puborektalis yang memiliki fungsi sangat penting dalam proses defekasi, yang
dikenal sebagai klasifikasi Melbourne:

1. Kelainan letak tinggi: rectum yang buntu terletak di atas m. levator ani/puborectal
sling.
2. Kelainan letak tengah: telah menembus otot puborektalis sampai sekitar satu
sentimeter atau kurang dari kulit perineum.
3. Kelainan letak rendah: rectum telah menembus levator sling sehingga sfingter ani
interna dalam keadaan utuh dan dapat berfungsi normal. Jarak antara punctum
dengan anal dimple < 1 cm.

Berdasarkan klasifikasi kelainan bentuk anorektum diatas, stenosis ani merupakan


kelainan bentuk anorektum tipe I dan dengan kelainan letak rendah.

3
2.2 Etiologi dan Faktor Resiko
1. Etiologi

Stenosis ani dapat disebabkan oleh proses patologis intrinsik atau ekstrinsik
anorectum. Stenosis ani dapat terjadi pada hampir semua kondisi yang
menyebabkan jaringan parut anoderm. Penyebab stenosis ani dapat meliputi
operasi dari lubang anus, trauma, penyakit radang usus, terapi radiasi, penyakit
kelamin, tuberkulosis, dan penyalahgunaan obat pencahar dalam waktu
lama.Sembilan puluh persen dari stenosis ani disebabkan oleh hemorrhoidectomy
yang berlebihan. Penghilangan anoderm yang luas dan hemoroid mukosa rektum,
tanpa menyisakan jembatan mukokutan, dapat pula menyebabkan jaringan parut
dan striktur kronis progresif.[4]

Selain itu, operasi fisura anus juga dapat menyebabkan stenosis ani, jika
sfingterotomi internal tidak dilakukan. Stenosis dapat menyertai reseksi anterior
rektum, jika terkomplikasi dengan anastomotic dehiscence. Penyakit radang usus
dapat menyebabkan stenosis ani, terutama penyakit Crohn. Stenosis ini ditandai
dengan proses inflamasi transmural bekas luka. Pasien yang menyalahgunakan
obat pencahar parafin dapat pula menyebabkan stenosis karena pasien jarang
defekasi. Pengobatan radioterapi untuk tumor panggul (yaitu karsinoma uterus,
karsinoma prostat, dan lain-lain) memicu pembentukan stenosis ani. Selain itu,
sepsis, iskemia dari oklusi arteri mesenterika bawah atau atas arteri rektal, AIDS,
lymphogranuloma kelamin, gonore, amoebiasis dan penyakit bawaan anorektal,
serta penyalahgunaan kronis tartrat ergotamine untuk pengobatan serangan
migrain dapat menyebabkan stenosis ani.

2. Faktor Resiko
Stenosis Ani adalah kelainan kongenital. Secara umum faktor resiko yang dapat
menyebabkan kelainan kongenital adalah :
a. Pemakaian alkohol
Pemakaian alkohol pada ibu hamil dapat menyebabkan sindroma alkohol pada
janin dan obat-obatan tertentu yang diminum ibu hamil juga bisa
menyebabkan kelainan kongenital.
b. Penyakit rhesus, jika ibu dan bayi mempunyai rhesus yang berbeda
c. Teratogenik
Teragon adalah setiap faktor atau bahan yang bisa menyebabkan atau
meningkatkan resiko suatu kalinan bawaan, secara umum radiasi dan racun
merupakan teratogen.
d. Infeksi pada ibu hamil
4
Beberapa infeksi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan kelainan bawaan
antara lain, sindrom rubella, toksoplasmosis, varisela, dan infeksinvirus
herpes.

2.3 Patofisiologi
Stenosis ani terjadi karena terganggunya “embrio-genesis” dari hindgut yang
menyebabkan terjadi gangguan pemisahan uregenital dengan anorektum.Kelainan ini
terjadi oleh karena adanya gangguan perkembangan pertumbuhan dari septum rectal,
struktur mesoderm lateral, dan struktur eksoderm untuk membentuk rektum yang
normal dari bagian bawah saluran kemih. Hindgut dibentuk pada awal masa
embriologi sebagai bagian dari organ pencernaan primitif yang meluas kedalam
lipatan otot pada minggu kedua gestasi. Sekitar hari ke-13, hindgut akan berkembang
menjadi divertikulum ventral dan kandung kemih primitif. Persimpangan antara
kandung kemih tersebut dan hindgut akan membentuk kloaka. Pembukaan bagian
posterior membran anus terjadi pada minggu ke-8. Kegagalan dalam setiap fase dan
proses ini akan menyebabkan kelainan anomali pada anorektal. Selain itu, perlukaan
pada bagian anorektal akibat dari trauma, peradangan dan penggunaan obat-obat
seperti laksatif dapat menyebabkan jaringan parut yang menyebabkan striktura atau
stenosis pada anus

2.4 Pathaway

5
2.5 Pemeriksaan penunjang

6
1. Anamnesis
Umumnya bayi dengan diagnosis stenosis ani mengalami gejala berupa
kesulitan mengeluarkan mekonium atau mengeluarkan tinja yang menyerupai pita,
terlambatnya evaluasi mekonium lebih dari 24 jam atau anak tidak bisa defekasi
sedangkan anak tersebut memilki anus, muntah hijau dan distensi abdomen.
Namun demikian, pada stenosis yang ringan, bayi sering tidak menunjukkan
keluhan apapun selama beberapa bulan setelah lahir. Megakolon sekunder dapat
terbentuk akibat adanya obstruksi kronik saluran cerna bagian bawah di daerah
stenosis, yang sering bertambah berat akibat mengerasnya tinja.
2. Pemeriksaan Fisis
Pada pemeriksaan fisis untuk pasien stenosis ani, dilakukan inspeksi pada
daerah abdomen untuk melihat terdapat distensi abdomen dan perut buncit atau
tidak. Pada auskultasi abdomen didengarkan peningkatan bising usus dan passage
usus terganggu karena terjadi sumbatan. Pada palpasi dilakukan perabaan pada
abdomen terasa bagianbagian dari kolon yang melebar dan bisa dirasakan perut
keras atau defans abdomen, teraba massa skibala, dan nyeri. Pada perkusi
didapatkan timpani dan pekak. Setelah itu dilakukan Rectal touch dengan hasil jari
terasa terjepit pada lumen anus, dapat ditemukan pendarahan ringan. Namun
biasanya anus terlihat normal dari luar.
3. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi sederhana untuk bayi dengan stenosis ani adalah
dengan foto lateral dengan posisi terbalik. Penanda radio-opak diletakkan di atas
ujung anus dimana jarak antara udara di rektal dan penanda yang telah diletakkan
akan diukur. Setelah berumur sekurang-kurangnya 24 jam, bayi diletakkan dalam
posisi terbalik selama sekitar 3 menit, sendi panggul dalam keadaan sedikit
ekstensi, dan kemudian dibuat foto pandangan anteroposterior dan lateral, setelah
suatu petanda diletakkan pada daerah lekukan anus. Kesalahan penafsiran foto
dapat diperoleh apabila foto diambil dalam 24 jam pertama kehidupan, atau jika
udara belum mencapai rektum. Demikian pula jika bayi menangis atau mengejan,
lesi tinggi dapat disalahartikan sebagai lesi rendah. Pemeriksaan foto rontgen
menurut metode Wangensteen dan Rice bermanfaat dalam usaha menetukan letak
ujung rectum yang buntu.Penilaian foto rontgen dilakukan terhadap letak udara di
dalam rektum dalam hubungannya dengan garis pubokoksigeus dan jaraknya
terhadap lekukan anus. Udara di dalam rektum tampak di bawah bayangan tulang
iskium dan amat dekat dengan petanda pada lekukan anus memberi kesan kearah
kelainan letak rendah berupa stenosis ani.

7
2.6 Penatalaksanaan
Bayi dengan stenosis ani yang ringan dan tidak mengalami kesulitan
mengeluarkan tinja tidak membutuhkan penanganan apapun. Stenosis ani yang ringan
sering dapat dikelola dengan terapi konservatif nonoperative. stenosis ringan akan
merespon perubahan dalam diet dan pelunak feses. Jika tindakan koservatif gagal
maka perlu dilakukan intervesi bedah. Sementara pada stenosis yang berat perlu
dilakukan dilatasi setiap hari dengan kateter uretra, dilator Hegar, atau spekulum
hidung berukuran kecil. Laksans seperti mineral oil, laktulosa, natrium sulfosuksinat
dan preparat senna pada kasus berat diberikan untuk lubrikasi pada saluran anus,
sehingga dapat mempermudah pengosongan usus. Selanjutnya orang tua dapat
melakukan dilatasi sendiri di rumah dengan jari tangan. Dilatasi dikerjakan beberapa
kali seminggu selama kurang lebih 6 bulan sampai daerah stenosis melunak dan
fungsi defekasi mencapai normal. Konstipasi dapat dihindari dengan pengaturan diet
yang baik dan pemberian laktulosa.

Intervensi bedah pada stenosis yang berat dilakukan jika tidak ada bukti penyakit aktif
(chron’s disease) dan adanya jaringan yang sehat untuk melakukan anoplasty.
Intervensi bedah dengan kolostomi merupakan tindakan infasif dengan tujuan
membuat anus buatan, dimaksudkan untuk menjamin kelancaran pasase usus dan
mencegah penyulit-penyulit yang tidak diinginkan seperti enterokolitis, peritonitis dan
sepsis.

1. Kolostomi
Kolostomi dilakukan biasanya pada kuadran kiri bawah perut. Kolostomi
dilakukan dengan memotong titik pertemuan antara kolon desenden dan sigmoid
kemudian kedua potongan tersebut dijahit ke perut. Pada bagian kolon asenden
akan dibuat kantong stoma untuk kolostomi sedangkan pada bagian sigmoid
langsung dijahit saja (Levitt dan Pena, 2018).

2. Pull trough/ PSARP (Posterior Sagital Anorectoplasty)


Prosedur dilakukan dengan anak ditempatkan pada posisi tengkurap dan diberi
bantalan pada daerah bawah perut sehingga bokong terlihat menungging.
Kemudian dilakukan sayatan pada rektum, panjang sayatan bervariasi tergantung
jenis cacat yang diderita. Langkah selanjutnya adalah langkah yang paling penting
yaitu memisahkan rektum dari sistem urogenital. Setelah dipisahkan maka kanal
ani akan ditempatkan ditempat yang semestinya (Levitt dan Pena, 2018).

3. Tutup kolostomi

8
Hal ini dilakukan setelah 2 bulan lamanya klien menjalani operasi PSARP. Kedua
jahitan kolon di perut akan dilepas dan kemudian disambungkan kembali (Levitt
dan Pena, 2018).

9
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Kebidanan

A. Identitas/biodata
Nama balita : By ’A”
Umur : 9 bulan
Tanggal lahir : 06 maret 2023
Jenis kelamin : laki-laki

Nama ibu : Ny ”D”


Umur : 41 tahun
Suku : minang
Agama : islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : jorong lasi tuo campung

Nama ayah : Tn ”J”


Umur : 41 tahun
Agama : islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : pedagang
Alamat : jorong lasi tuo campung

3.2 Data subjektif


Tanggal : 05 desember 2023
Pukul : 14.00
Alasan datang : operasi lanjutan penutupan usus
Keluhan : pasien post operasi tutup kolostomi bagian perut kiri dan ibu
mengatakan anaknya tampak rewel dan mengangis
Riwayat pemberian Asi
 Asi saja : 6 bulan
 Susu formula: ada

10
Riwayat kesehatan
 Dahulu : pasien lahir tidak memilki anus normal sejak lahir
 Sekarang : pasien sudah dilakukan pembuatan kolostomi dan telah dilakukan
operasi PSARP (Posterior saggital anorectal plasty) dan telah dilakukan operasi
ketiga yaitu tutup kolostomy pada tanggal 05 desember 2023
 Keluarga : tidak ada

Riwayat imuisasi

 Hb0 : diberikan pada umur 0-7 hari


 BCG : diberikan pada umur 1 bulan
 Polio : diberikan lengkap 4 kali umur 1-4 bulan
 Pentabio : diberikan
 Campak: diberikan

Riwayat tumbang

 Pertumbuhan BB : Ibu mengatakan pertumbuhan anak meningkat dengan baik


 Perkembangan anak: Ibu mengatakan bayi sudah mahir merangkak, pintar
berceloteh, mengerti namanya sendiri dan berdiri sambil
berpegangan
 Kelainan bawaan : ada

Pola kebiasaan sehari-hari

1. Pola nutrisi makan dan minum


 Sebelum sakit: sebelum operasi penutupan kolostomi ibu mengatakan anaknya
kuat minum asi dan ditambah susu formula dan makanan tambahan MPASI
 Saat sakit : ibu mengatakan klien masih tetap mengkonsumsi asi dan susu
formula dsn tambahan MPASI dengan porsi yang sama
2. Pola eliminasi
 Sebelum sakit : sebelum operasi 1 ibu klien mengatakan anaknya tidak bisa BAB
karena tidak mempunyai anus
 Saat sakit : ibu mengatakan klien sering BAB melalui kantong kolostomi dengan
konsistensi cair bewarna kuni kecoklatan
3. Pola istirahat
 Sebelum sakir : sebelum operasi penutupan kolostomi anak tidur 7-8 jam/hr
 Saat sakit : sesudah operasi anak tidur 5-7 jam/hr

11
4. Pola aktivitas
 Sebelum sakit : sebelum operasi penutupan kolostomi ibu mengatakan anaknya
mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
 Saat sakit : sesudah operasi anak hanya dapat beristirahat
5. Personal hygine
 Sebelum sakit : sebelum operasi ibu mengatakan anaknya selalu dimandikan 2
kali sehari pagi dan sore hari
 Saat sakit : ibu mengatakan anaknya hanya di lap badanya 2 kali sehari dan
membersihkan luka di anus setiap klien BAB

3.3 Data objektif

Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum : sedang
 Kesadaran : composmentis
 TTV
1. Suhu : 37, 4 C
2. Pernafasan : 42 x/m
3. Nadi : 136 x/m
4. SpO2 : 99%
 Antropometri
1. LIKA : 41 cm
2. LIDA : 24 cm
3. LILA : 15 cm
4. TB : 55 cm
5. BB : 9 kg
 Inspeksi
1. Kepala : bentuk kepala bulat dan tidak terdapat luka atau benjolan
2. Mata : mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah dan sklera
putih
3. Hidung: bentuk simetris,terdapat duang lubang terdapat sekret warna
putih
4. Mulut : bibir simetris, tidak ada luka, mukosa bibir kering
5. Telinga: bentuk simetris bersih dan tidak ada tampak serumen
6. Abdomen : tampak ada luka kolostomi pada perut kiri, lika kolostomi
tampak bersih dan masih agak basah
7. Punngung : tidak ada cekungan
8. Anus : (+)

12
9. Estremitas : Ekstremitas bawah terpasang infus

Eliminasi : sudah
Defekasi : sudah
 Pemeriksaan penunjang
1. HB : 12,7 gr/dl
2. HT : 38%
3. Trombo: 232.000 sel/mm3
4. CT/BT : 2/3 menit

3.4 Assesment
3.4.1 Diagnosa Medis
Bayi Ny.D. umur 9 bulan dengan post penyambungan usus
3.4.2 Masalah
Tidak ada
3.4.3 Kebutuhan
1. Informasikan hasil pemeriksaan
2. Beritahu ibu anak terpasang kateter
3. Kolaborasi pemberian obat pada anak
4. Beritahu ibu untuk tidak memberikan minum atau makan kepada anak

3.5 Penatalaksanaan
3.5.1 Perencanaan
1. Informasikan hasil pemeriksaan
2. Beritahu ibu anak terpasang kateter
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat pada anak
4. Beritahu ibu untuk tidak memberikan minum atau makan kepada anak
5. Beritahu ibu untuk tidurkan anaknya
3.5.2 Implementasi
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa keadaan bayi sedang dan TTV
 N :136x/menit
 S : 37,4C
 P : 42 x/m
 Spo2 : 99%
2. Memberitahu ibu bahwa anak di terpasangkan kateter untuk mengeringkan
kandungan kemih sesaat sebelum tindakan, selama tindakan, hingga setelah
tindakan bedah operasi

13
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat pada anak yaitu :
 IUFD D5 ½ NS 30 cc/jam,
 Metronidazole 3 x 50 mg
 Bactecyn 3x 450 mg
4. Memberitahu ibu untuk tidak memberikan minum atau makan pada bayi sampai
dokter mengijinkan untuk minum atau makan karena masih dalam jam puasa
setelah operasi
3.5.3 Evaluasi
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Ibu mengerti dan anak sudah terpasang kateter
3. Obat yang di resepkan oleh dokter telah diberikan
4. Ibu mengerti dengan penjelasan yang sudah diberitahukan

14
SUBJEKTIF OBJEKTIF ASSESMENT PLANNING

Tanggal : 05 Desember 2023 Data sunjektif Diagnosa 1. P : Informasikan hasil pemeriksaan


Pukul : 14.00 WIB 1. Keadaan umum : sedang By ”A” umur 9 bulan dengan I : Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa
2. Kesadaran : composmentis malformasi anorektal keadaan keadaan bayi sedang dan TTV
Data subjektif 3. TTV bayi sedang  N :136x/menit
Ibu mengatakan :  Suhu : 37, 4 C  S : 37,4C
1. Anaknya lahir pada tanggal 06  Pernafasan : 42 x/m Dasar  P : 42 x/m
Maret 2023 dan ini anak ke 4  Nadi : 136 x/m 1. Ibu mengatakan anaknya  Spo2 : 99%
2. Anaknya selesai operasi  SpO2 : 99% selesai E : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan ttv pada
penyambungan usus
pada 4. Antropometri operasipenyambungan anak
tanggal 05 Desember 2023 jam  LIKA : 41 cm usus pada tanggal 05
 LIDA : 24 cm
09.00 WIB Desember 2023 jam 09.00 2. P : Beritahu ibu bahwa anak terpasang kateter
 LILA : 15 cm
3. Anaknya menangis dan rewel  TB : 55 cm WIB I : Memberitahu ibu bahwa anak terpasang kateter
 BB : 9 kg 2. TTV untuk mengeringkan kandungan kemih sesaat sebelum
5. Inspeksi  Suhu : 37, 4 C tindakan, selama tindakan, hingga setelah tindakan
 Mata : konjungtiva  Pernafasan : 42 x/m bedah operasi
merah muda, dan sklera
 Nadi : 136 x/m E : ibu mengerti dan kateter terpasang
putih
 SpO2 : 99%
 Abdomen : Tampak ada
3. P : Kolaborasi dengan dokter pemberian obat
luka jahitan penutupan pada anak

15
kolostomi pada perut Masalah I : Kolaborasi dengan dokter pemberian obat
Pada anak yaitu :
kiri, luka kolostomi Tidak ada
 IUFD KAEN ½ NS 30 cc/jam,
tampak bersih dan masih  Metronidazole 3 x 50 mg
agak basah Kebutuhan  Bactecyn 3x 450 mg
E : obat yang diresepkan oleh dokter telah diberikan
 Ekstremitas : Ekstremitas 1. Informasikan hasil
bawah terpasang infus di pemeriksaan 4. P : Beritahu ibu untuk tidak memberikan minum

sebelah kiri 2. Beritahu ibu anak atau makan kepada anak

6. Pemeriksaan penunjang terpasang kateter I : Memberitahukan kepada ibu untuk tidak


 HB : 12,7 gr/dl 3. Kolaborasi dengan dokter memberikan minum atau makan pada bayi sampai
 HT : 38%
pemberian obat pada anak dokter mengijinkan untuk minum atau makan karena
 Trombo: 232.000
sel/mm3 4. Beritahu ibu untuk tidak masih dalam jam puasa setelah operasi
 CT/BT : 2/3 menit E : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
memberikan minum atau
makan kepada anak

16
BAB IV
PEMBAHASAN

Stenosis ani merupakan salah satu kelainan bentuk anorektal yang dapat
ditemukan pada bayi. Kelainan bawaan ini terjadi akibat adanya gangguan atau
berhentinya perkembangan embriologik di daerah anus, rektum bagian distal serta traktus
urogenitalis, yang terjadi antara minggu ke empat sampai ke enam usia kehamilan.
Pada stenosis ani terjadi penyempitan dari spinkter anus dan pembukaan dari
lumen anus. Gejala utama yang ditemukan adalah kesulitan buang air besar, kesulitan dan
resistensi pada pergerakan usus besar. Kelainan bentuk anorektum dapat ditemukan
dalam berbagai macam tipe
Berdasarkan hasil Studi Kasus Asuhan Kebidanan yang dilakukan pada By”A” dengan
Post Op Tutup kolostomi di ruangan Kasturi RSUD dr.Rasidin Padang. Penulis akan
mengutarakan tentang kesenjangan antara teori dan kasus nyatanya dengan menggunakan
manajemen asuhan kebidanan yang dimulai dari Pengkajian , diagnosa , intervensi,
implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses pengumpulan data untuk mendapatkan berbagai informasi
yang berkaitan dengan masalah yang dialami klien. Pengkajian dilakukan dengan
berbagai cara yaitu anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik
yang dilakukan dilaboratorium (Surasmi dkk, 2017).
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan mengalami Post Op Tutup kolostomi . Gejala
tersebut dapat terjadi pada saat Bayi Lahir sehingga bayi harus melakukan beberapa
operasi Seperti PSARP dan operasi lainya
2. Diagnosa
Stenosis ani merupakan istilah umum untuk berbagai diagnosis yang sering disebut
sebagai anus imperforata. Pasien dengan diagnosis ini tidak memiliki lubang anus
yang normal, melainkan saluran fistula terbuka ke perineum anterior ke kompleks
otot anus atau ke struktur anatomi yang berdekatan.
3. Implementasi

17
a. Memonitor suhu tubuh tiap 1 jam,
b. Melakukan pemasangan kateter
c. Memeberikan obat sesuai anjuran dokter
d. Meningkatkan intake nutrisi dan cairan dalam tubuh
e. Evaluasi
Evaluasi dari diagnosa kebidanan malformasi anorektal yaitu:
S : Bayi lahir 20 januari 2023 dan tidak terdapat anus sejak bayi lahir
O : suhu 36,7C,nadi 108x/mnit,pernafasan 38x/mnit
A : Post Op penutupan kolostomi
P : Melakukan pemantauan terhadap anak yang baru saja melakukan operasi.

18
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Stenosis ani dapat disebabkan oleh proses patologis intrinsik atau ekstrinsik
anorectum. Stenosis ani dapat terjadi pada hampir semua kondisi yang menyebabkan
jaringan parut anoderm. Penyebab stenosis ani dapat meliputi operasi dari lubang
anus, trauma, penyakit radang usus, terapi radiasi, penyakit kelamin, tuberkulosis, dan
penyalahgunaan obat pencahar dalam waktu lama.Sembilan puluh persen dari
stenosis ani disebabkan oleh hemorrhoidectomy yang berlebihan. Penghilangan
anoderm yang luas dan hemoroid mukosa rektum, tanpa menyisakan jembatan
mukokutan, dapat pula menyebabkan jaringan parut dan striktur kronis progresif

5.2 Saran

Berdasarkan Kasus Yang Diambil Penulis Dengan Judul Asuhan Kebidanan Pada
Pasien Dengan stenosis ani di Rsud Rasidin Padang Demi Kebaikan Selanjutnya
Maka Penulis Menyarankan Kepada :

1. Instalasi Pelayanan Kesehatan Diharapkan Mampu Meningkatkan Kinerja


Perawat,Bidan Dan Tenaga Medis Yang Lain Sehingga Mampu Meningkatkan
Asuhan Kebidanan Pada Pasien Dengan Masalah Stenosis ani

2. Tenaga Kesehatan Khususnya Bidan Diharapkan Untuk Melanjutkan Asuhan


Kebidanan Yang Sudah Dikelola Oleh Penulis Yang Bertujuan Untuk
Pemulihan Kesehatan Pasien Dan Kebutuhan Pasien Hanya Sebagai Rutinitas
Sehari – Hari.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Levitt, M. A., dan A. Pena . 2010. Chapter 36- Imperforate Anus and Cloacal
Malformations.https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B978141606127400
0367 [Diakses pada 17 Februari 2021]

2. Maternity, D., A.D. Anjani, dan N, Evrianasari. 2018. Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta : Penerbit ANDI.
https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=ta1uDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA83&dq=atresia+ani+anak&ots=UN
VWkKJGi&sig=Pb1jgsI8tU3yOsHskXS1wLTgTB8&redir_esc=y#v=onepage&q=atr
es ia%20ani%20anak&f=false

3. Taylor, S. A., dan J. E. Lavine. 2014. Chapter 10-Gastroenterology and


Nutrition.https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B978032309139800019[
Diakses pada 17 Februari 2021]

20

Anda mungkin juga menyukai