Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DARING

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.“P”


DENGAN ABRUPSIO PLASENTA

ALEXANDRE A. M. S. GUSMAO
1420118008R

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NUSANTARA
KUPANG

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Pada Ny. “P” Dengan
Abrupsio Plasenta sudah disetujui dan diresponsi pada : ………………2021

Mahasiswa

Alexandre A. M. S. Gusmao
1420118008R

Mengetahui

Pembimbing Ketua Prodi S1

(Nadraeni P. Yakub,S.kep.Ns.M.Kes) (Syahrir, S.Kep.M.Si)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan Daring Asuhan
Keperawatan Pada Ny.“P” Dengan Abrupsio Plasenta dengan baik. Dalam menyelesaikan
laporan ini penulis menemui banyak kendala, namun atas kerjasama dan bantuan dari beberapa
pihak akhirnya kendala tersebut dapat teratasi.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Markus Kore, S.Kep.,M.Si, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nusantara
Kupang.
2. Bapak Syahrir, S.Kep.,M.Si, selaku Ketua Program Studi S1-Keperawatan di Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Nusantara Kupang.
3. Ibu Nandraeni P. Yakub, S.Kep.Ns.M.Kes, selaku dosen pembimbing mata kuliah
keperawatan maternitas II.
4. Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nusantara
Kupang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Lapangan Daring.
5. Keluarga tercinta, Bapak Alarico Soares, Mama Maria Skolastika, Kakak dan Adik yang
dengan kasih sayang selalu mendoakan penulis pada setiap kesempatan serta atas segala
dukungannya kepada penulis.
6. Semua teman-teman yang telah turut mengambil bagian dalam penyelesaian Laporan Praktek
Kerja Lapangan Daring ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan
demi penyempurnaan penyusunan laporan-laporan selanjutnya. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Kupang, 10 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................


LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................
1.2 Tujuan ..................................................................................................................
1.2.1 Tujuan Umum .......................................................................................
1.2.2 Tujuan Khusus ......................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi .................................................................................................................
2.2 Klasifikasi ............................................................................................................
2.3 Etiologi .................................................................................................................
2.4 Patofisiologi .........................................................................................................
2.5 Manifestasi Klinis ................................................................................................
2.6 Pemeriksaan Diagnostic .......................................................................................
2.7 Penatalaksanaan ...................................................................................................
2.8 Komplikasi ...........................................................................................................
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ............................................................................................................
3.2 Analisa Data .........................................................................................................
3.3 Diagnosa Keperawatan ........................................................................................
3.4 Intervensi Keperawatan .......................................................................................
3.5 Implementasi ........................................................................................................
3.6 Evaluasi ................................................................................................................
BAB IV TINJAUAN KASUS
4.1 Pengkajian ............................................................................................................
4.2 Analisa Data .........................................................................................................
4.3 Prioritas Diagnosa Keperawatan ..........................................................................
4.4 Intervensi..............................................................................................................
4.5 Implementasi dan Evaluasi ..................................................................................
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..........................................................................................................
5.2 Saran ....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Solusio plasenta atau disebut abruption plasenta / ablasia plasenta adalah separasi
prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa
kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak
pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu ke janin, jika
plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan
mengakibatkan perdarahan yang hebat.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta
previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina
hamper tidak ada/tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang
sangat banyak pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio
plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah,
darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada
dalam keadaan syok.
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus
berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vascular menahun, 15,5% disertai
pula oleh preeclampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya
solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu.
Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan
diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan
premature idiopatik, sampai kemudian terjadi gawat janin, perdarahan hebat, kontraksi
uterus yang hebat, hipertomi uterus yang menetap. Gejala-gejala ini dapat ditemukan
sebagai gejala tunggal tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi. Solusio plasenta
merupakan penyakit kehamilan yang relative umum dan dapat secara serius
membahayakan keadaan ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta,
mempunyai resiko yang lebih tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya.
Solusio plasenta juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortabilitas pada
janin dan bayi baru lahir.
1.2.Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. “P” dengan Abrupsio
Plasenta.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mampu menyusun konsep dasar Abrupsio Plasenta.
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan terhadap asuhan keperawatan
pada klien yang mengalami Abrupsio Plasenta.
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan terhadap asuhan keperawatan
pada klien yang mengalami Abrupsio Plasenta.
d. Mampu menyusun intervensi keperawatan terhadap asuhan keperawatan pada
klien yang mengalami Abrupsio Plasenta.
e. Mampu melakukan implementasi keperawatan terhadap asuhan keperawatan
pada klien yang mengalami Abrupsio Plasenta.
f. Mampu melakukan evaluasi keperawatan terhadap asuhan keperawatan pada
klien yang mengalami Abrupsio Plasenta.
g. Mampu melakukan pendokumentasian keperawatan terhadap asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami Abrupsio Plasenta.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi Abrupsio Plasenta
Solusio plasenta (abruption plasenta) adalah lepasnya sebagian atau seluruh
plasenta dimana pada keadaan normal implantasinya diatas 22 minggu dan sebelum
lahirnya anak.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada fundus
uteri / korpus uteri sebelum janin lahir (PB POGI, 1991).
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang
normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. Yang terjadi pada kehamilan 22 minggu
atau berat janin diatas 500 gr (Rustam, 2002).
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable, dimana plasenta
yang tempat implantasinya normal (pada fundus atau korfus) terkelupas atau terlepas
sebelum kala III (Achadiat, 2004). Sinonim dari solusio plasenta adalah Abrupsion
plasenta.

2.2 Klasifikasi
a. Klasifikasi dari solusio plasenta adalah sebagai berikut :
1. Solusio plasenta parsialis : bila hanya sebagian saja plasenta terlepas dari tempat
perlengketannya.
2. Solusio plasenta totalis (komplek) : bila seluruh plasenta sudah terlepas dari
tempat perlengketannya.
3. Prolapsus plasenta : kadang-kadang plasenta ini turun ke bawah dan dapat teraba
pada pemeriksaan dalam.
b. Solusio plasenta dibagi menurut tingkat gejala klinik yaitu :
1. Kelas 0 : asimptomatik
Diagnosis ditegakkan secara retrospektif dengan menemukan hematoma atau
daerah yang mengalami pendesekan pada plasenta. Rupture sinus marginal juga
dimasukkan dalam kategori ini.
2. Kelas 1 : gejala klinis ringan dan terdapat hamper 48% kasus
Solusio plasenta ringan yaitu : rupture sinus marginalis atau terlepasnya sebagian
kecil plasenta yang tidak berdarah banyak, sama sekali tidak mempengaruhi
keadaan ibu atau janinnya.
3. Kelas II : gejala klinik sedang dan terdapat hampir 27% kasus
Solusio plasenta sedang dalam hal ini plasenta telah lebih dari seperempatnya
tetapi belum sampai dua pertiga luas permukaannya.
4. Kelas III : gejala berat dan terdapat hamper 24% kasus
Solusio plasenta berat, plasenta lebih dari dua pertiga permukaannya, terjadinya
sangat tiba-tiba biasanya ibu masuk syok dan janinnya telah meninggal.
c. Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam
1. Solusio plasenta ringan
Perdarahan pervaginam < 100 – 200 cc.
2. Solusio plasenta ringan
Perdarahan pervaginam > 200 cc, hipersensitivitas uterus atau peningkatan tonus,
syok ringan, dapat terjadi fetal distress.
3. Solusio plasenta berat
Perdarahan pervaginam luas > 500 ml, uterus tetanik, syok maternal sampai
kematian janin dan koagulopati.
d. Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam
1. Solusio plasenta yang nyata/tampak (revealed)
Terjadi perdarahan pervaginam, gejala klinis sesuai dengan jumlah kehilangan
darah, tidak terdapat ketegangan uterus atau hanya ringan.
2. Solusio plasenta yang tersembunyi (concealed)
Tidak terdapat perdarahan pervaginam, uterus tegang dan hipertonus, sering
terjadi fetal distress berat. Tipe ini sering disebut perdarahan Retroplasental.
3. Solusio plasenta tipe campuran (mixed)
Terjadi perdarahan baik retroplasental atau pervaginam, uterus tetanik.
e. Berdasarkan luasnya bagian plasenta yang terlepas dari uterus
1. Solusio plasenta ringan
Plasenta yang kurang dari ¼ bagian plasenta yang terlepas. Perdarahan kurang
dari 250 ml.
2. Solusio plasenta sedang
Plasenta yang terlepas ¼ - ½ bagian. Perdarahan < 1000 ml, uterus tegang,
terdapat fetal distress akibat insufisiensi uteroplasenta.
3. Solusio plasenta berat
Plasenta yang terlepas > ½ bagian, perdarahan > 1000 ml, terdapat fetal distress
sampai dengan kematian janin, syok maternal serta koagulopati.

2.3 Etiologi
Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui dengan jelas. Meskipun
demikian, beberapa hal dibawah ini diduga merupakan faktor-faktor yang berpengaruh
pada kejadiannya, antara lain sebagai berikut :
a. Hipertensi esensial atau preeclampsia.
b. Tali pusat yang pendek karena pergerakan janin yang banyak atau bebas.
c. Trauma abdomen seperti terjatuh terkelungkup, tendangan anak yang sedang di
gendong.
d. Tekanan rahim yang membesar pada vena cava inferior.
e. Uterus yang sangat kecil.
f. Umur ibu (< 20 tahun atau > 35 tahun).
g. Ketuban pecah sebelum waktunya.
h. Mioma uteri.
i. Defisiensi asam folat.
j. Merokok, alcohol dan kokain.
k. Perdarahan retroplasenta.
l. Kekuatan rahim ibu berkurang pada multiparitas.
m. Peredarahan darah ibu terganggu sehingga suplay darah ke janin tidak ada.
n. Pengecilan yang tiba-tiba pada hidromnion dan gamely.

Faktor-faktor yang mempengaruhi solusio plasenta antara lain sebagai berikut :


a. Faktor vaskuler (80 – 90%) yaitu toksemia gravidarum, glomerulonephritis kronik
dan hipertensi esensial. Adanya desakan darah yang tinggi membuat pembuluh darah
mudah pecah sehingga terjadi hematoma retroplasenter dan plasenta sebagian
terlepas.
b. Faktor trauma
1. Pengecilan yang tiba-tiba dari uterus pada hidromnion dan gamely.
2. Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat dari pergerakan janin yang banyak /
bebas atau pertolongan persalinan.
c. Faktor paritas
Lebih banyak dijumpai pada multi daripada primi. Holmer mencatat bahwa dari 83
kasus solusio plasenta dijumpai 45 multi dan 18 primi.
d. Pengaruh lain seperti anemia, malnutrisi, tekanan uterus pada vena cava inferior, dll.
e. Trauma langsung seperti jatuh, kena tendang dan lain-lain.

2.4 Patofisiologi
Solusio plasenta diawali perdarahan kedalam desidua basalis. Desidua kemudin
terpisah, meninggalkan satu lapisan tipis yang melekat ke endometrium. Akibatnya,
proses ini pada tahapnya yang paling awal memperlihatkan pembentukan hematom
desidua yang menyebabkan pemisahan, penekanan dan akhirnya destruksi plasenta yang
ada di dekatnya. Pada tahap awal mungkin belum ada gejala klinis.

Pathway

Kardio-reno-vaskuler Non kardio-reno-


vaskuler

Proses degenerasi akut


pada salah satu atau Proses degenerasi
beberapa cabang penuaan
arterio spinalis

Robekan pada
Arterioloitis sinus-sinus vena

Fagosit berkumpul di
bawah intima dr
Pertumpukan fibrinoid

Proliferase fibroblastic

Mempersempit lumen
arteriola

Supply darah ke
endometrium dan
plasenta

Hipoksia berat

Disidua neksrosi

Perdarahan

Penurunan CO Anxietas Kekurangan cairan Syok hipovolemik

2.5 Manifestasi Klinik


Tanda dan gejala dari abrupsio plasenta ada 4empat, yaitu :
a. Perdarahan per vaginam atau perdarahan yang tersembunyi dibelakang plasenta.
b. Uterus menjadi lunak dan lembek.
c. Aktivitas uterus berlebihan tanpa relaksasi diantara keduanya.
d. Nyeri abdomen.

2.6 Pemeriksaan Diagnostic


Ultrasonografi : dijumpai perdarahan antara plasenta dan dinding abdomen.
2.7 Penatalaksanaan
Beberapa wanita hamil yang menunjukan tanda-tanda abropsio plasenta harus
dirawat di rumah sakit dan dievaluasi pada waktu tertentu. Evaluasi wajib dilakukan
untuk mengetahui keadaan kerdiovaskular ibu hamil dan kondisi janin. Jika kondisi sudah
sedikit membaik, janin belum matur dan tidak menunjukan tanda distress, maka
dianjurkan untuk melakukan tindakan konservatif. Hal ini termasuk bed rest dan mungkin
termasuk pemberian mukolitik untuk menurunkan aktivitas uterus. Kelahiran janin
dengan segera penting dilakukan bila tanda kehidupan janin atau ibu hamil menunjukan
adanya tanda perdarahan tarlalu banyak, baik perdarahan yang terlihat atau yang
tersembunyi. Penanganan yang intensif terhadap ibu dan janin merupakan hal penting,
karena penurunan kondisi yang cepat ibu dan janin dapat terjadi. Jumlah darah yang
digunakan untuk penggantian harus sesuai dengan kebutuhan.
Wanita dengan pengalaman trauma abdomen akan meningkatkan resiko abrupsio
plasenta, maka harus dipantau 24 jam setelah trauma.
Penanganan solusio plasenta berdasarkan tingkatannya :
a. Solusio plasenta ringan
1. Perut tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu banyak.
2. Keadaan janin masih baik dapat dilakukan penanganan secara konservatif
3. Perdarahan berlangsung terus ketegangan makin meningkat dengan janin yang
masih baik dilakukan seksio sesarea.
4. Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan prematur dilakukan
rawat inap.
b. Solusio plasenta tingkat sedang dan berat
Penanganan dilakukan di rumah sakit karena dapat membahayakan jiwa
penderita. Tatalaksananya adalah :
1. Pemasangan infus dan transfusi darah.
2. Memecahkan ketuban.
3. Induksi persalinan atau dilakukan seksio sesarea.
Oleh karena itu, penanganan solusio plasenta ringan dan berat harus dilakukan
dirumah sakit dengan fasilitas yang mencukupi.
2.8 Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta dikemukakan sebagai berikut :
a. Komplikasi ibu
1. Perdarahan dapat menimbulkan :
- Variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok
- Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita anemis sampai syok
- Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma
2. Gangguan pembekuan darah
- Masuknya tromboplastin kedalam sirkulasi darah menyebabkan pembekuan
darah intravascular dan disertai hemolysis.
- Terjadi penurunan finrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu
pembekuan darah.
3. Oliguria
- Terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan produksi urin
makin berkurang ataupun gagal ginjal.
4. Perdarahan postpartum
- Solusio plasenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi darah ke otot rahim,
sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia
uteri.
- Kegagalan pembekuan darah menambah beratnya perdarahan.
b. Komplikasi pada bayi
Perdarahan yang tertimbun pada plasenta mengganggu sirkulasi dan nutrisi ke
arah janin sehingga dapat menimbulkan afiksia ringan sampai berat dan kematian
dalam rahim. Rintangan kejadian asfiksia sampai kematian janin dalam rahim
tergantung pada seberapa bagian plasenta telah lepas dari implantasi di fundus uteri.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dalam melakukan sebuah asuhan keperawatan
(Direja, 2011). Pengkajian memiliki tujuan berupa untuk mengumpulkan, mengorganisasi
dan mencatatat data-data yang menjelaskan respon tubuh manusia yang diakibatkan oleh
masalah kesehatan (Ali, 2009). Kegiatan yang dilakukan pada tahap pengkajian adalah
mengumpulkan data, pengelompakkan data dan analisis data guna perumusan diagnosa
keperawatan. Metode yang digunakan dalam tahap pengkajian data adalah wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, serta studi dukumentasi (Asmadi, 2008).

3.2 Analisa Data


Analisa meliputi pemeriksaan temuan pengkajian, pengelompokan temuan yang
berhubungan dan membandingkan temuan terhadap parameter normal yang dibuat.
Kemudian, untuk membuat diagnosa keperawatan menjadi akurat adalah identifikasi
masalah yang menmfokuskan perhatian pada respon fisik atau perilaku saat ini atau
beresiko tinggi yang mempengaruhi kualitas hasrat hidup klien atau pada apa yang
menjadi kebiasaan (Doenges, 2011).

3.3 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual atau potensial
dari individu, keluarga atau masyarakat terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan.
Rumusan diagnosis yaitu permasalahan (P) berhubungan dengan etiologi (E) dan
keduanya ada hubungan sebab akibat secara ilmiah (Carpenito dalam Yusuf, dkk, 2015).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
a. Penurunan cardiac output berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah berlebih.
b. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan yang berlebih.
d. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan berlebih.
e. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemik.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan.
3.4 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan menurut dermawan (2012) adalah suatu proses didalam
pemecahan suatu masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang
akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan dan siapa yang melakukan dari
semua tindakan keperawatan. Intervensi keperawatan merupakan suatu petunjuk tertulis
yang menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan
terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan dengan diagnosa keperawatan.
Tahap perencanaan ini memberikan kesempatan kepada perawat, pasien, keluarga pasien
dan orang terdekat pasien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan guna
mengatasi masalah yang dialami oleh pasien (Asmadi, 2008).

3.5 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan guna membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Carpenito dalam Yusuf, dkk, 2015). Sebelum tindakan keperawatan diimplementasikan,
perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan yang ditetapkan masih sesuai
dengan kondisi pasien saat ini atau tidak (Yusuf, dkk, 2015).

3.6 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, dimana kegiatan ini
dilakukan terus menerus untuk menentukan apakah rencana efektif dan bagaimana
rencana keperawatan dilanjutkan (Manurung, 2011).
BAB IV
TINJAUAN KASUS
4.1 Pengkajian
a. Identitas
1. Identitas Klien
Nama : Ny. P
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Katolik
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Ukitau Liliba
Tanggal MRS : 13 Juli 2021
Tanggal pengkajian : 14 Juli 2021
Diagnosis : Abrupsio Plasenta

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. R
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Katolik
Pekerjaan : Petani
Alamat : Jl. Ukitau Liliba
Hubungan dgn klien : Suami

b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama :
Klien mengatakan keluar darah lender dari kemaluan dan nyeri yang hebat pada
abdomen.
2. Riwayat Penyakit Dahulu :
Klien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
3. Riwayat Penyakit Keluarga :
Dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit seperti yang diderita klien.
4. Riwayat Obstetri
- Riwayat Pernikahan :
Klien menikah satu kali pada umur 20 tahun.
- Riwayat Haid :
Menarche umur 15 tahun, siklus haid 28 hari, lama haid 7 hari.
- Riwayat Kehamilan :
Kehamilan 63P2A1
5. Riwayat Psikososial Spiritual
- Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Tinggal serumah

Klien adalah seorang ibu rumah tangga berusia 35 tahun, tinggal bersama suami
dan seorang anak laki-lakinya, sekarang klien sedang mengandung anak
keduanya. Klien mengatakan dalam keluarga klien tidak ada yang menderita
penyakit sama seperti klien.
- Status Emosional :
Klien dan keluarga cemas dengan keadaan klien.
- Pola Interaksi :
Klien dapat mengungkapkan perasaannya, hubungan klien dengan keluarga
baik dan juga dengan klien lainnya.
- Data Spiritual :
Klien beragama islam dan selama dirawat klien tidak pernah mengerjakan
sholat.
- Aktivitas Sehari-hari :
No Aktivitas SMRS Saat MRS
1. Pola nutrisi
a. Makan
1. Jenis Nasi biasa Nasi biasa
2. Frekuensi 3 x sehari 2 x sehari
3. Porsi ½ porsi ½ porsi
4. Masalah Tidak ada Tidak ada
b. Minum
1. Frekuensi 5 – 6 gelas / hari 5 – 4 gelas / hari
2. Jenis Air putih Air putih
3. Masalah Tidak ada Tidak ada
2. Pola eliminasi
a. BAB
1. Frekuensi 1 x sehari 1 x sehari
2. Konsistensi Padat Padat
3. Masalah Tidak ada Tidak ada
b. BAK
1. Frekuensi 4 – 5 x sehari 3 – 4 x sehari
2. Konsistensi Cair Cair
3. Warna Kuning Kuning jernih
4. Bau Khas Khas
5. Masalah Tidak ada Tidak ada
3. Pola istirahat
a. Tidur malam 6 – 7 jam sehari 4 – 5 jam sehari
b. Tidur siang 1 – 2 jam sehari 1 – 2 jam sehari
c. Masalah Tidak ada Tidak ada
4. Pola aktivitas
a. Pergerakan Aktif Terbatas karena
terpasang IVFD,
b. Keadaan Klien dapat aktivitas dibantu oleh
melakukan aktivitas perawat dan keluarga.
sendiri
5. Personal hygiene
a. Mandi 2 x sehari Dilap 2 x sehari
b. Ganti pakaian 2 x sehari 2 x sehari
c. Gosok gigi 2 x sehari 1 x sehari
6. Pola seks
a. Frekuensi 2 x seminggu Tidak ada
b. Masalah Tidak ada Tidak ada masalah

c. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : Composmentis
- TB : 122 cm
- BB : 44 kg
- TTV
a) TD : 100/80 mmHg
b) Suhu : 38oC
c) Nadi : 85 x / menit
d) Pernapasan : 22 x / menit
2. Pemeriksaan Khusus
- Kepala
a) Bentuk : Simetris
b) Warna rambut : Hitam
c) Kebersihan : Cukup
- Mata
a) Konjungtiva : Tidak anemis
b) Sclera : Tidak ikterik
c) Pupil : Isokor
d) Edema : (-)
- Hidung
a) Bentuk : Simetris
b) Penciuman : Baik
c) Secret : Tidak ada
d) Kebersihan : Cukup
- Mulut
a) Bentuk : Simetris
b) Secret : Tidak ada
c) Mukosa : Iritasi dan merah
d) Lidah : Kering
e) Kebersihan : Cukup
- Telinga
a) Bentuk : Simetris
b) Pendengaran : Baik
c) Secret : Tidak ada
d) Kebersihan : Cukup
- Dada
a) Bentuk : Simetris
b) Areola mamae : Hiperpigmentasi
c) Putting susu : Erektil
- Abdomen
a) Palpasi : Adanya nyeri epigastrum
b) Auskultasi : Bising usus (+)
- Kulit
a) Turgor : Tidak elastis
b) Kebersihan : Cukup
- Genetalia
a) Edema : Tidak ada
b) Kateter : (+)
c) Kebersihan : Cukup
- Ekstremitas atas
a) Kanan : Baik
b) Kiri : Terpasang IVFD
c) Masalah : Aktivitas terbatas
- Ekstremitas bawah
a) Kanan : Simetris
b) Kiri : Simetris
c) Edema : (-)
d. Data Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium tanggal 14 Juli 2021
- Hb : 7,8 gr/dl N : LK : 14 – 18 PR : 12 – 16 gr/dl
- Ht : 30 Vol % N : LK : 40 – 48 PR : 37 – 43 vol %
2. Pemeriksaan laboratorium tanggal 15 Juli 2021
- Hb : 8 gr/dl N : LK : 14 – 18 PR : 12 – 16 gr/dl
- Ht : 32 Vol % N : LK : 40 – 48 PR : 37 – 43 vol %
- Leukosit : 11000 mm3 N : 5000 – 10.000 mm3
- Trombosit : 272.000/mm3 N : 200.000 – 500.000/mm3
- Monosit : 6 gr N : 2 – 8%
3. Pemeriksaan urinalis tanggal 15 Juli 2021
pH : N : 4,5 – 8,0
protein : (-) N : (-)
K.
e. Therapy
1. Observasi TTV
2. Bedrest
3. IVFD RL : D5 : NALL = 1 : 1 : 1
4. Transfusi darah

4.2 Analisa Data


No Hari / Tgl Data Etiologi Masalah
1. Selasa / 14 DS : klien mengatakan Tali pusat yang Pendarahan
Juli 2021 tubuhnya lemah pendek berlebih
pukul 09.00 DO : merupakan faktor
Wib - Klien tampak pucat terjadi abrupsio
- KU : lemah plasenta
- Klien tampak bedrest
TD : 100/80 mmHg Terlepasnya
RR : 22 x/menit plasenta baik
N : 85 x/menit sebagian atau
T : 38oC seluruhnya

Perdarahan
berlebih

2. Rabu / 15 DS : klien mengatakan cemas Abrupsio plasenta Cemas


Juli 2021 dengan penyakit yang
pukul 08.30 dideritanya. Mengkhawatirkan
Wib DO : keadaan &
- Klien tampak cemas keselamatan ibu
- Klien tampak tidak dan janin
tenang / gelisah.
3. Kamis / 16 DS : Proses perawatan Gangguan
Juli 2021 - Klien mengatakan tidak pemeliharan
pukul 10.00 melakukan aktivitas Bedrest tubuh
Wib secara mandiri.
DO : Terbatas aktivitas
- Klien tampak lemah.
- Klien terlihat kurang
rapi.
- Klien terlihat dibantu
oleh keluarga dan
perawat dalam
melakukan aktivitas.

4.3 Prioritas Masalah


a. Penurunan cardiac output berhubungan dengan pendarahan dalam jumlah berlebih.
b. Anxietas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai efek pendarahan dalam
menajemennya dan kesehatan janin.
c. Gangguan manajemen pemeliharaan tubuh yang berhubungan dengan bedrest dan
pembatasan aktivitas.
4.4 Intervensi
No Hari/Tgl Diagnosa Keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Rabu, 14 Penurunan cardiac Tujuan jangka - Kaji nilai dan catat - Untuk mendeteksi
Juli 2021 output b/d pendarahan panjang: TTV. respon abnormal.
Pukul : dalam jumlah berlebih. - Penurunan - Kaji nilai dan catat - Pengkajian yang akurat
09.00 DS : cardiac output LOC, CVP, perfusi mengenai status
Wib - Klien mengatakan tidak terjadi. jaringan, intake dan hemodinamik
tubuhnya lemah. Tujuan jangka output serta jumlah merupakan dasar untuk
DO : pendek: perdarahan. perencanaan intervensi
- Klien tampak pucat - Volume darah - Bantu pemberian dan evaluasi.
- KU : lemah intravaskuler dan pelayanan - Memperbaiki volume
- Klien tampak cardiac output kesehatan atau vascular membutuhkan
bedrest sampai nadi, TD, mulai jalankan terapi IV dan intervensi
- TTV nilai terapi cairan IV farmakologi,
TD : 100/80 mmHg hemodinamik, atau transfuse darah kehilangan volume
RR : 22x/menit serta nilai sesuai kebutuhan. darah harus diperbaiki
N : 85x/menit laboratorium untuk mencegah
o
S : 38 C menunjukkan komplikasi seperti
tanda normal. infeksi, gangguan janin
dan gangguan organ
vital ibu hamil.
2. Kamis, Anxietas b/d kurang Tujuan jangka - Melakukan terapi - Peran perawat dan
15 Juli pengetahuan mengenai panjang: bersama pasangan pemahaman secara
2021 efek pendarahan dalam - Anxietas dalam mengatasi empati merupakan alat
Pukul : manajemennya dan teratasi anxietas. terapi yang potensial
09.00 kesehatan janin. Tujuan jangka - Memberikan untuk mempersiapkan
Wib DS : pendek: pasangan informasi pasangan untuk
- Klien mengatakan - Pasangan dapat tentang manajemen menanggulangi situasi
cemas dengan mengungkapkan yang sudah yg tidak diharapkan.
penyakit yang harapannya direncanakan. - Pendidikan pasien yang
dideritanya. dengan kata- - Berikan kesempatan diberikan merupakan
DO : kata tentang bagi ibu untuk cara yang efektif untuk
- Klien tampak cemas manajemen mengajukan mencegah dan
- Klien nampak tidak yang sudah pertanyaan dan menurunkan rasa
tenang atau gelisah direncanakan mengungkapkan cemas.
sehingga dapat kesalahan konsep. - Memberikan klarifikasi
mengurangi dari konsep yg salah,
kecemasan identifikasi masalah-
pasangan. masalah dan
kesempatan untuk
memulai
mengembangkan
keterampilan
penyesuaian (koping).
3. jumat, 16 Gangguan manajemen Tujuan jangka - Anjurkan klien - Aktivitas yang
Juli 2021 pemeliharaan tubuh b/d panjang: untuk menghindari ditoleransi sebelumnya
pukul : bedrest dan pembatasan - Intoleransi mengangkat berat. mungkin tidak berkenan
09.00 aktivitas. aktivitas - Anjurkan klien pada wanita hamil.
Wib DS : terpenuhi. membatasi aktivitas - Menghemat energy dan
- Klien tidak dapat Tujuan jangka dengan istirahat menghindari
melakukan aktivitas pendek: yang cukup. pengeluaran tenaga
secara mandiri. - Klien dapat - Bantu klien secara yang terus menerus
DO : melakukan bertahap. untuk meminimalkan
- Klien tampak lemah aktivitas ringan. - Anjurkan tirah kelelahan.
- Klien tampak - Kondisi fisik baring yang - Aktivitas bertahap
bedrest membaik. dimodifikasi sesuai meminimalkan
- Klien memerlukan indikasi. terjadinya trauma serta
bantuan keluarga meringankan dalam
dan perawat dalam memenuhi
melakukan kebutuhannya.
aktivitasnya. - Tingkat aktivitas perlu
dimodifikasi sesuai
indikasi.

4.5 Implementasi dan Evaluasi


No Hari/Tgl Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
1. Rabu, 14 Penurunan cardiac output b/d - Mengukur dan memonitor vital S :
Juli 2021 pendarahan dalam jumlah sign : Klien mengatakan keadaannya
Pukul : berlebih. TD : 100/80 mmHg sudah mulai membaik.
10.30 DS : S : 38oC O:
Wib - Klien mengatakan N : 85x/menit - Klien tampak tidak pucat.
tubuhnya lemah. RR : 22x/menit - KU : membaik.
DO : - Mengukur intake dan output - Klien dapat melakukan
- Klien tampak pucat serta jumlah pendarahan yang mobilisasi.
- KU : lemah terjadi. A:
- Klien tampak bedrest - Memberikan terapi IVFD : RL Masalah teratasi sebagian dengan
- TTV - Transfuse darah sesuai dengan memberikan transfuse darah dan
TD : 100/80 mmHg order dokter. cairan elektrolit.
RR : 22x/menit P:
N : 85x/menit Intervensi diteruskan dengan
S : 38oC melakukan terapi yang sesuai
dengan intervensi.
2. Kamis, Anxietas b/d kurang - Menjelaskan pada keluarga S :
15 Juli pengetahuan mengenai efek tentang penyakit dan prosedur Klien mengatakan kecemasan
2021 pendarahan dalam yang akan dilakukan serta berkurang.
Pukul : manajemennya dan kesehatan memberikan informasi. O:
10.30 janin. - Memberikan pendidikan cara Klien tampak tidak cemas dan
Wib DS : mencegah dan menurunkan tenang.
- Klien mengatakan cemas rasa cemas serta menjelaskan A :
dengan penyakit yang keadaan yang sedang dialami. Masalah teratasi.
dideritanya. - Menjelaskan persepsi yang P :
DO : salah mengidentifikasi Intervensi dihentikan.
- Klien tampak cemas. masalah-masalah serta
- Klien nampak tidak memberikan keterampilan
tenang atau gelisah penyesuaian koping.
3. Jumat, 16 Gangguan manajemen - Menganjurkan klien untuk S :
Juli 2021 pemeliharaan tubuh b/d bedrest menghindari mengangkat Klien mengatakan dapat melakukan
Pukul : dan pembatasan aktivitas. barang yang berat. aktivitas ringan secara bertahap.
10.30 DS : - Menganjurkan klien membatasi
Wib - Klien tidak dapat aktivitas dengan istirahat yang O :
melakukan aktivitas secara cukup. - Kondisi fisik klien tampak
mandiri. - Membantu klien dalam membaik.
DO : melakukan aktivitas seperti - Klien tampak dapat
- Klien tampak lemah makan, BAB, BAK, mengganti melakukan aktivitas ringan.
- Klien tampak bedrest. pakaian. A:
- Klien butuh bantuan - Menganjurkan klien tirah Masalah teratasi
keluarga & perawat dalam baring dan bantu untuk P :
melakukan aktivitasnya. aktivitas. Intervensi dihentikan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas penulis dapat menyimpulkan :
a. Pada solusio plasenta, darah dari tempat pelepasan akan mencari jalan keluar antara
selaput janin dan dinding Rahim hingga akhirnya keluar dari serviks hingga terjadilah
perdarahan keluar atau perdarahan terbuka. Terkadang darah tidak keluar, tetapi
berkumpul di belakang plasenta membentuk hematom retroplasenta. Perdarahan
semacam ini disebut perdarahan ke dalam atau perdarahan tersembunyi.
b. Indikasi section sesarea dapat dilihat dari sisi ibu dan/anak. Tindakan section sesarea
dipilih bila persalinan diperkirakan tidak akan berakhir dalam waktu singkat (dengan
dilatasi 3 – 4 cm kejadian solusio plasenta pada nulipara).
c. Sikap paling utama dari bidan dalam menghadapi solusio plasenta adalah segera
melakukan rujukan ke rumah sakit.

5.2 Saran
Demikian laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan yang penulis buat.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai ilmu pengetahuan
atau wawasan umum tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Abrupsio
Plasenta. Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak memiliki kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan dan sarana yang penulis miliki, untuk itu saran dan
kritik yang bersifat membangun selalu penulis harapkan sehingga dimasa mendatang
makalah ini dapat menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Fadlun, Feryanto, Achmad.2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika

Maryunani, Anik.2012. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Jakarta : TIM

Yeyeh, Ai Rukiyah. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta : Trans Info Media

Obstetric, William. Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP

Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004). Buku Ajar : Keperawatan Maternitas edisi – 4. Jakarta :
EGC.

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta.

International, Nanda. 2011. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012 – 2014.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai