OLEH :
KELOMPOK 6
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan “Asuhan Keperawatan
Pada Ny.F dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Dini di Ruang VK Bersalin
RSUS Dr. Soetomo, Surabaya” ini dengan baik dan benar. Kami mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Lilik S.Keb., Bd selaku Kepala Ruang VK Bersalin IRD Lantai 2 RSUD Dr.
Soetomo Surabaya dan Pembimbing Klinik Mahasiswa Profesi Fakultas
keperawatan Universitas Airlangga yang telah memperkenankan dan
memberikan bimbingan serta arahan selama melakukan praktik klinik di
Ruang VK Bersalin Lantai 2 RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
2. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons), selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas
kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
3. Dr. Kusnanto, S.Kp.M.Kes, selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan dan dorongan
kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.
4. Dr. Makhfudli, S.Kep.Ns.,M.Ked.Trop selaku Kepala Program Pendidikan
Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah
memberikan kesempatan untuk mengikuti Program Profesi Ners.
5. Dr. Mira Triharini, S.Kp., M.Kep selaku Dosen Pembimbing Akademik
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah memberikan
bimbingan, masukan, dan saran sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.
Penusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan
mahasiswa keperawatan maupun instansi kesehatan lainnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................ i
Kata Pengantar ............................................................................................... ii
Daftar Isi......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................... 2
1.3 Manfaat .................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3
2.1 Definisi ..................................................................................................... 3
2.2 Etiologi ..................................................................................................... 3
2.3Patofisiologi .............................................................................................. 5
2.4 Manifestasi Klinis .................................................................................... 6
2.5 Komplikasi ............................................................................................... 6
2.6 Penanganan .............................................................................................. 7
2.7 Penatalaksanaan ....................................................................................... 8
2.8 Pemeriksaan Diagnostik ........................................................................... 8
2.9 Pencegahan ............................................................................................... 9
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS ............................................. 10
3.1 Ringkasan Kasus ...................................................................................... 10
3.2 Pengkajian ................................................................................................ 10
3.3 Analisan Data ........................................................................................... 14
3.4 Diagnosa Keperawatan............................................................................. 15
3.5 Intervensi Keperawatan ............................................................................ 16
3.6 Implementasi Keperawatan dan Evaluasi ................................................ 18
BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................ 21
BAB 5 PENUTUP ......................................................................................... 24
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 24
5.2 Saran ......................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 25
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
uterus. Hal ini dapat menyebabkan perubahan dan pembukaan serviks, serta
pecahnya selaput ketuban (Sualman, 2009).
Sehubungan dengan hal diatas, maka diharapkan pengetahuan tentang
kondisi-kondisi yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kehamilan
dapat dipahami oleh masyarakat, terutama ibu hamil. Dengan demikian
diharapkan dapat menjadi pegangan dalam usaha pencegahan atau preventif
dalam rangka menurunkan angka ketuban pecah dini, sehingga komplikasi
yang tidak diinginkan pada ibu dan janin dapat dihindari. Hal ini dalam rangka
meningkatkan keselamatan dan kesehatan, khususnya maternal dan perinatal,
serta kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Selain itu asuhan keperawatan pada kasus ketuban pecah dini yang disusun
secara komprehensif dengan memerhatikan keadaan ibu dan kesejahteraan
janin diharapkan dapat menekan angka mortalitas ibu maupun janin karena
ketuban pecah dini. Oleh karena itu, penulis menyusun asuhan keperawatan
kegawatan pada klien dengan ketuban pecah dini di ruang VK Bersalin IRD
Lantai 2 RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
1.2 Tujuan
Setelah menyusun makalah seminar maternitas tentang ketuban pecah dini,
diharapkan pembaca mampu:
1. Mengetahui dan memahami definisi ketuban pecah dini.
2. Menegtahui dan memahami etiologi ketuban pecah dini.
3. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis ketuban pecah dini.
4. Mengetahui dan memahami patofisiologi ketuban pecah dini.
5. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang yang dapat
menegakkan diagnosa ketuban pecah dini.
6. Mengetahui dan memahami komplikasi akibat ketuban pecah dini.
7. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan ketuban pecah dini.
8. Mengetahui dan memahami serta mampu mengaplikasikan asuhan
keperawatan pada klien dengan ketuban pecah dini.
1.3 Manfaat
1) Menambah wawasan pembaca mengenai asuhan keperawatan pada klien
dengan ketuban pecah dini.
2) Sebagai sarana pendamping belajar selain buku induk dan literatur lain
yang telah ada.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda - tanda persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum dimulainya
tanda persalinan pada pembukaan< 4 cm. Waktu sejak pecahnya ketuban
sampai terjadi kontraksi rahim disebut Kejadian ketuban pecah dini (Manuaba,
2010: 229). Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya kantong ketuban
sebelum persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun
pertengahan kehamilan jauh sebelum waktu melahirkan. KPD preterm yaitu
KPD terjadi sebelum kehamilan 37 minggu , KPD yang memanjang yaitu
KPD yang terjadi lebih dari 12 sebelum waktu melahirkan (Sarwono, 2012:
677).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa KPD adalah
pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda persalinan. Ketuban pecah
dini yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut KPD preterm
sedangkan ketuban pecah dini yang terjadi setelah usia kehamilan 37 minggu
disebut KPD aterm.
2.2 Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum dapat diketahui dan tidak
dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan ada
faktorfaktor yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, namun
faktorfaktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Adapun yang menjadi
faktor risiko menurut (Rukiyah, 2010; Manuaba, 2008; Winkjosastro, 2011)
adalah :
a. Infeksi
Ada 2 penyebab dari infeksi yaitu :
1) Infeksi genetalia
Dari berbagai macam infeksi yang terjadi selama kehamilan
disebabkan oleh candida candidiasis vaginalis, bakterial vaginosis dan
trikomonas yang bisa menyebebkan kekuarangnya kekuatan membran
selaput ketuban sehigga akan terjadi ketuban pecah dini
(Prawirohardjo, 2010)
2) Infeksi (amnionitis / koreoamnitis)
Koreoamnitis adalah keadaan dimana koreon amnion dan cairan
ketuban terkena infeksi bakteri. Amnionitis sering disebebkan group
bakteri streptococus microorganisme, selain itu bakteroide fragilis,
laktobacilli dan stapilococus epidermis adalah bakteri-bakteri yang
serng ditemukan pada cairan ketuban. Bakteri tersebut melepaskan
mediator inflamasi yang menyebebkan kontraksi uterus. Hal ini akan
3
4
dan siap untuk dibuahi, kehamilan yang terjadi pada usia < 20 tahun atau
terlalu muda sering menyebabkan komplikasi/ penyulit bagi ibu dan janin,
hal ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, dimana
rahim belum bisa menahan kehamilan dengan baik, selaput ketuban
belum matang dan mudah mengalami robekan sehingga dapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Sedangkan pada usia yang
terlalu tua atau > 35 tahun memiliki resiko kesehatan bagi ibu dan
bayinya (Winkjosastro, 2011).
h. Kesempitan pada Panggul
Keadaan ini terjadi karena otot-otot dasar panggul tidak elastis lagi
sehingga mudah terjadi penyulit kehamilan dan persalinan. Salah satunya
adalah perut ibu yang menggantung dan serviks mudah berdilatasi
sehingga dapat menyebabkan pembukaan serviks terlalu dini yang
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Cunningham et all (2015)
yang menyatakan bahwa sejalan dengan bertambahnya usia maka akan
terjadi penurunan kemampuan organ- organ reproduksi untuk
menjalankan fungsinya, keadaan ini juga mempengaruhi proses
embryogenesis, kualitas sel telur juga semakin menurun, itu sebabnya
kehamilan pada usia lanjut berisiko terhadap perkembangan yang janin
tidak normal, kelainan bawaan, dan juga kondisi-kondisi lain yang
mungkin mengganggu kehamilan dan persalinan seperti kelahiran dengan
ketuban pecah dini.
2.3 Patofisiologi
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion
dan korion yang sangat erat ikatannya. Lapisan ini terdiri atas sel epitel, sel
mesenkrim, dan sel trofoblas yang terkait dalam matriks kolagen. Selaput
ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban serta melindungi janin terhadap
infeksi. Ketuban pecah pada ibu hamil disebabkan oleh adanya kontraksi
uterus dan peregangan yang berulang.Selaput ketuban pecah karena pada
daerah tertentu terjadi perubahan biokimia, yang menyebabkan selaput
ketuban inferior rapuh. Selaput ketuban pada kehamilan muda sangat kuat,
pada trimester 3 selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput
ada hubungannya dengan pembesaran uterus,kontraksi rahim, dan gerakan
janin. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis.
Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh faktor-faktor
eksternal, misalnya infeksi yang menjalar kevagina (Sarwono, 2012: 679).
Mekanisme ketuban pecah dini ini terjadi karena pembukaan prematur
servik dan membran terkait dengan pembukaan terjadi devolarisasi dan
nekrosis serta dapat di ikuti pecah spontan jaringan ikat yang menyangga
membran ketuban, dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim
6
proteolitik, enzim kolagenase. Masa interval sejak ketuban pecah dini sampai
terjadi kontraksi disebut fase laten (Manuaba,2010: 119).
2.5 Komplikasi
Menurut Varney (2010) komplikasi akibat ketuban pecah dini adalah:
a. Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera timbul persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24
jam setelah ketuban pecah, sedangkan pada kehamilan 28-34 minggu 50%
persalinan terjadi dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu
persalinan terjadi dalam 1 minggu.
b. Infeksi
Resiko infeksi meningkat pada ibu dan janin , pada ibu terjadi
korioamnionitis, pada bayi terjadi septikemia, pneumonia, dan pada
umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban
pecah dini prematur infeksi lebih sering dari pada aterm.Secara umum
insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini meningkat sebanding
dengan lamanya periode laten.
c. Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban akan terjadi oligohidramnion yang menekan
tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara
terjadinya gawat janin dan derajat oligohidroamnion, semakin sedikit air
ketuban , janin semakin gawat
d. Sindrom deformitas janin
Bila ketuban pecah terlalu dini maka akan menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat. Komplikasi yang sering terjadi pada ketuban pecah dini
sebelum kehamilan 37 minggu adalah sindrom distres pernafasan, ini
terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.resiko infeksi akan meningkat pada
kejadian ketuban pecah dini, semua ibu hamil dengan ketuban pecah dini
prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya
korioamnionitis. Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat bisa
7
terjadi pada ketuban pecah dini. Resiko kecacatan dan kematian janin
meningkat pada ketuban pecah dini preterm, kejadiannya hampir 100%,
apabila ketuban pecah dini preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang
23 minggu.
2.6 Penanganan
Penanganan KPD memerlukan pertimbangan usia kehamilan, adanya
infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan.
Penanganan ketuban pecah dini menurut Sarwono (2010), meliputi :
a. Konservatif
1. Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada
ibu maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
2. Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak
tahan ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3. Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
4. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi,
tes buss negative, berikan dexametason, observasi tanda-tanda infeksi
dan kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu
5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24
jam.
6. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi.
7. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra
uterin).
8. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu
kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar
lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg
sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6
jam sebanyak 4 kali.
b. Aktif
1. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6
jam maksimal 4 kali.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan
persalinan diakhiri.
3. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi.
Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
4. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
8
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan KPD menurut Manuaba (2009) tentang penatalaksanaan
KPD adalah :
a. Mempertahankan kehamilan sampai cukup bulan khususnya maturitas
paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang
sehat.
b. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu
sepsis, maningitis janin, dan persalinan prematuritas
c. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan
berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid,
sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
d. Pada umur kehamilan 24-32 minggu yang menyebabkan menunggu berat
janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan,
dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan
e. Menghadapi KPD, diperlukan penjelasan terhadap ibu dan keluarga
sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin
dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin
harus mengorbankan janinnya.
f. Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk mengukur
distansia biparietal dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk
melakukan pemeriksaan kematangan paru.
g. Waktu terminasi pada kehamilan aterm dapat dianjurkan selang waktu 6-
24 jam bila tidak terjadi his spontan
2.9 Pencegahan
Menurut Manuaba (2009) Pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terjadi
ketuban pecah dini adalah :
a. Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin ke tenaga medis
b. Menerapkan kebiasaan hidup sehat, seperti mengkonsumsi makanan
yang bergizi, memenuhi asupan cairan dalam tubuh, berolahraga secara
teratur, serta menghindari kebiasaan merokok.
c. Membiasakan diri untuk selalu membersihkan organ kewanitaan dengan
benar, seperti membersihkannya setiap kali selesai buang air kecil
maupun besar dari arah depan ke belakang.
d. Segera berkonsultasi dengan dokter atau tenaga medis lainnya apabila
ditemukan kelainan pada daerah kewanitaan, seperti terjadinya keputihan
yang abnormal, berbau, dan berwarna tidak seperti biasanya.
e. Bagi Anda yang beresiko tinggi untuk mengalami KPD, sebaiknya
menghindari melakukan hubungan suami istri untuk sementara waktu.
f. Mendapatkan istirahat yang cukup dan menghindarkan diri dari berbagai
aktivitas berat yang dapat mempengaruhi kondisi psikis dan fisik janin
Anda
g. Memenuhi asupan vitamin, terutama vitamin C bagi tubuh.
h. Menghindari guncangan yang dapat membahayakan kondisi kehamilan
Anda, seperti terjadinya guncangan ketika berkendara dan lain
sebagainya.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
3.1 Kasus
Ny. F umur 26 tahun, ibu rumah tangga beralamat di Kediri rujukan
datang ke RSUD Dr. Soetomo rujukan dari RS. Bhayangkara Kediri pada
tanggal 30 November 2018 dengan diagnosa G1P000 Ab000 38-19 minggu,
KPP, Syndorme HELLP. Saat dilakukan anamnesa pada tanggal 30
November 2018 pukul 23.30 mengatakan bahwa datang ke RS. Bhayangkara
karena merasa pusing dan ada caira keluar dari vagina, klien mengeluh
selama hamil kaki dan tangan klien bengkak. Ny. E di diagnosa G1P0000
Ab000 38-39 minggu/T/H+Syndrome HELLP+KPP saat di RSUD Dr.
Soetomo. Menikah pada usia 23 tahun. Suami Ny. F (Tn. A 28 tahun) bekerja
sebagai pegawai swasta..Klien mengatakan mens pertama kali umur 12 tahun
selama 7 hari. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik ditemukan, TD: 134/60
mmHg, nadi: 90x/menit, T: 36,80C, CRT 2detik, konjungtiva anemis, akral:
hangat, kering, merah, RR: 21x/meni, SpO2 97%. Pemeriksaan fisik lainnya
memberikan hasil bahwa turgor kulitnya cukup, mukosa bibir lembab.
3.2 Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : Ny. F
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pendidikan :Tamat S-1
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Kediri
Tanggal masuk : 30 November 2018
Tanggal pengkajian : 30 November 2018
Jam pengkajian : 23.30
No.Register : 12.71. xx. xx
Diagnosa medis : G1P0000 Ab000 38-39 minggu+ THIU Letak
kepala + PEB + HELLP Syndrome + KPP +
Obesitas grade 1 (BMI 32) + Abnormal NST
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 28 tahun
Hub. Dengan Pasien : Suami
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Kediri
10
11
4. Riwayat Obstetri
G1P0000
Hamil Usia Jenis Penolong Penyulit BB/ Usia KB/Jenis/L
ke Kehamilan Persalinan TB anak ama
saat ini
Hamil - - - - - - -
ini
5. Observasi
Keadaan umum : cukup; Kesadaran : Compos mentis; Berat badan :
82 kg ; Tinggi badan: 160 cm; TD : 134/60 mmHg; Nadi : 90x/menit;
Suhu : 36.8oC; RR : 20x/ menit; CRT : 2 detik; Akral: Hangat, Kering,
12
11. Perubahan
Aspek Sebelum Sakit Sesudah Sakit
Nutrisi Makan 3x sehari dengan Makan 3x sehari dengan
nasi, sayur, buah, dan nasi, sayur, buah, dan
lauk-pauk lauk-pauk
Eliminasi BAB 1x/hari BAK BAB 1x/hari BAK
normal tidak ada nyeri sedikit warna kuning ,
warna jernih tidak nyeri
Istirahat/ tidur 8 jam / hari 8jam/ hari
Aktivitas Melakukan pekerjaan Melakukan pekerjaan
rumah tangga rumah tangga
Seksual Tidak ada nyeri, tidak Tidak nyeri, tidak ada
ada perdarahan perdarahan
Kebersihan Diri Mandiri, mandi 2x/ hari Mandiri, mandi 2x/hari
Koping Tidak cemas, tidak Cemas dengan keadaan
stress bayinya
Ibadah Teratur 5waktu/ hari Teratur 5 waktu/ hari
Konsep Diri Tidak ada gangguan Tidak ada gangguan
Edema
Tanggal Diagnosa Keperawatan (P-E) Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana (Intervensi) Keperawatan Rasional
30-11- Resiko perfusi serebral tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Mengetahui perkembangan kondisi
2018 efektif d.d ketuban pecah keperawatan 1x24 jam perfusi 2. Observasi balane cairan pasien
sebelum waktunya, pusing, TD jaringan serebral efektif 3. Tinggikan kepala tempat tidur 15-30 2. Mengetahui kecenderungan tingkat
derajat kesadaran dan potensialpeningkatan
= 134/60 mmHg
4. Pertahankan posisi tirah baring TIK
5. Pertahankan lingkungan yang tenang 3. Membantu drainage vena untuk
Kriteria Hasil: dan batasi pengunjung mengurangi kongesti vena
6. Kolaborasi pemberian obat anti 4. Aktivitas berlebih dapat
1. TD dalam batas normal hipertensi menignkatkan TIK
(120/80 mmHg) 5. Meningkatkan
2. Tidak ada penurunan Dengan menurunkan TD, aliran
kesadaran darah ke plasenta menjadi adekuat
3. Tidak ada tanda-tanda
peningkatan TIK
30-11- Resiko cedera pada janin d.d Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan ibu untuk bedrest total 1. Metabolisme menurun dan
2018 ketuban pecah sebelum Setelah dilakukan tindakan 2. Anjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri peredaran darah ke plasenta
waktunya keperawatan 1x24 jam resiko 3. Kaji riwayat kehamilan adekuat
4. Pantau tekanan darah ibu dan DJJ janin 2. Vena cava kanan tidak tertekan dan
cedera pada janin teratasi
5. Kolaborasi pemberian obat anti aliran darah ke plasenta lancar
Kriteria Hasil: hipertensi 3. Mengetahui riwayat kehamilan
yang lalu
1. DJJ dalam batas 4. Mengetahui keadaan aliran darah
16
normal (120-160 x per dan kondisi janin
menit) 5. Aliran darah ke plasenta menjadi
2. Tidak ada tanda- tanda adekuat
gawat janin
30-11- Hipervolemia b.d gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Batasi input cairan klien 1. Menghindari kelebihan volum cairan
2018 aliran balik vena keperawatan 1x24 jam tidak 2. Kaji tingkat kesadaran, perubahan 2. Menunjukkan perpindahan cairan,
terjadi kelebihan volumen mental, adanya gelisah akumulasi toksin asidosis, terjadinya
cairan 3. Kaji kulit, área yang sering terjadi hipoksia
edema, evaluasi derajat edema 3. Mengetahui penurunan edema
Kriteria Hasil: 4. Catat pemasukan dan pengeluaran 4. Melihat fungsi ginjal
1. Tanda-tanda vital stabil cairan 5. Mengetahui fungsi ginjal
dan normal (TD= 100- 5. Monitor tanda vital 6. Mengetahui penatalaksanaan apa
120/60-80, N=80- 6. Awasi pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan
100x/menit, RR=16-20 x/
menit)
2. Klien menunjukkan
haluaran urine adekuat
3. Tidak ada edema
17
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal Tanggal
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf
dan Jam dan Jam
18
1-12-18 L4: bagian terendah 2/5 5
05.00 5. Memantau tekanan darah ibu
dan DJJ janin
TD: 140/89 mmHg; N:
05.05 93x/menit; RR:20x/menit; S:
36,3ºC; DJJ: 146x/menit
6. Memberikan obat Nifedipin 10
mg pero oral, metildopa 500 mg
per oral dan MgSO4 20% 1 gr
dalam 1 jam IM boka boki
Hipervolemia b.d 30-11-18 1-12-18 S: Klien mengatakan tangan dan
23.40 1. Membatasi input cairan klien 06.00 kaki bengkak
gangguan aliran balik
Minum maksimal 750 cc dalam O: TD: 140/89 mmHg; N:
vena 24 jam 93x/menit; RR:20x/menit; S:
23.40 2. Mengkaji tingkat kesadaran
36,3ºC; input: 750 cc; ouput:
Composmentis GCS E4V5M6
23.45 3. Mengkaji kulit dan derajat edema 200 cc
1-12-18 Edema pada kaki kulit kering Kesadaran composmentis
05.00 4. Mencatat balance cairan GCS: E4V5M6
Input: 750 cc; output: 200 cc Ada pitting edema pada kaki
05.00 5. Memonitor tanda vital Kulit kering
A: Masalah teratasi sebagian
P: Pertahankan intervensi nomor 1-
5
19
BAB 4
PEMBAHASAN
20
21
5.1 Kesimpulan
Kasus ketuban pecah dini dan disertai dengan PEB pada Ny. F
yang sedang menjalani perawatan di ruang VK Bersalin IRD Lantai 2
RSUD Dr. Soetomo Surabaya dengan 3 diagnosa keperawatan yang
meliputi risiko cedera pada janin, risiko cedera pada ibu dan hipervolemia
mendapat tatalaksana asuhan keperawatan yang bertujuan untuk
mengontrol rembesan ketuban yang terus menerus, pemberian obat untuk
menstabilkan tekanan darah, menjaga keamanan ibu dengan memposisikan
ibu serta pembatasan cairan untuk mengatasi kelebihan cairan pada ibu.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, masalah risiko cedera pada
janin dan ibu dapat teratasi, sehingga intervensi keperawatan tetap
dipertahankan demi mencegah terjadinya rembesan ketuban secara
berulang. Masalah keperawatan hipervolemia teratasi sebagian, sehingga
rencana intervensi awal dilanjutkan hingga kriteria hasil tercapai.
Selanjutnya akan ditunggu hingga bayi lahir secara spontan, karena pada
kehamilan Ny.F tidak disertai dengan penyulit janin selain adanya PEB
dan KPD.
5.2 Saran
1) Bagi Klien
Klien dengan KPD harus beristirahat total untuk mencegah terjadinya
rembesan ketuban yang semakin parah, mengurangi stress berlebih
dan menjaga asupan nutrisi serta cairan untuk menyiapkan janin yang
siap dilahirkan dalam kondisi urgensi.
2) Bagi Keluarga Klien
Keluarga diharapkan ikut berperan aktif dalam pemantauan klien
dengan KPD terutama memantau banyaknya cairan ketuban yang
merembes. Dikhawatirkan karena banyaknya cairan ketuban yang
merembes kemudian akan berpengaruh pada janin hingga
menyebabkan distress janin.
3) Bagi Tenaga Kesehatan
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan perlu dilakukan
penyesuaian dengan situasi dan kondisi klien maupun prosedur rumah
sakit.
23
WOC Kasus Ny.F
Faktor risiko: Obesitas, Usia, Primigravida
Spasme arteriola
Preeklamsi
Peningkatan tekanan intrauterine Lesi pada arteri utero plasenta Iskemia Gangguan multiorgan
Hipervolemia
24
DAFTAR PUSTAKA
Ai Yeyeh, Rukiyah, Yulianti, Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta : Trans Info Medika.
Cunningham FG, Kenneth JL, Steven LB, John CH, Dwight JR, Catherine YS
(2013). Obstetri Williams volume 1. Edisi 23. Alih Bahasa : Brahm U
Pendit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 25-26, 37 – 74,
392- 393.
Cunningham FG, Kenneth JL, Steven LB, John CH, Dwight JR, Catherine YS
(2013). Obstetri Williams volume 1. Edisi 23. Alih Bahasa : Brahm U
Pendit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 25-26, 37 – 74,
392- 393.
Heffner, Linda J & Schrust DJ. At a glance sistem reproduksi. Edisi Kedua.
Jakarta: Erlangga Medical Series; 2010.
Manuaba, Ida Gede, dkk. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri
Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida Gede, dkk. 2009. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri
Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. 229 . Jakarta:
EGC
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarlito Wirawan Sarwono. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Varney, Helen. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta. EGC.
25