Anda di halaman 1dari 76

DISKUSI REFLEKSI KASUS PADA NY.

K G1P0000
IBU BERSALIN DENGAN INERSIA UTERI
RSD. DR.H SOEMARNO SOSTROADMODJO
KABUPATEN BULUNGAN
TAHUN 2023

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 KLOTER 1:
1. ANIS AYU SHOLIKHAH
2. HASTATIARNI
3. SANNI TEMPANG
4. ADVENTY EKA PERTIWI PASERU
5. MARLINDAWATI
6. YULIANTY

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2023

1
HALAMAN PENGESAHAN

Disusun oleh Mahasiswi Sarjana Terapan Kebidanan Politeknik


Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur, disahkan pada
tanggal 12 Juli 2023 sebagai bukti laporan praktek klinik
di Ruang VK Bersalin RSD. dr Soemarno Sostroadmodjo
Bulungan,11 Juli 2023

KELOMPOK 2 KLOTER 1

Pembimbing Institusi

Nursari Abdul Syukur, M.Keb


NIP. 19780519200212200

Pembimbing Lahan

Antena Maya Lestari, S. ST


NIP. 19900302 201402 2 004

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan Diskusi

Refleksi Kasus (DRK) dengan judul “Diskusi Refleksi Kasus Pada Ny. K

G1P0000 Ibu Bersalin Dengan Inersia Uteri di RSD dr. Soemarno

Sostroadmodjo Tahun 2023”. Penulisan laporan ini dilakukan dalam

rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai penyelesaian mata

kuliah Metodik Khusus pada semester 8 di Sarjana Terapan Kebidanan

Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Jurusan Kebidanan

Poltekkes Kemenkes Kaltim. Laporan ini terwujud atas bimbingan,

pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa saya

sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini kami menyampaikan

ucapan terima kasih kepada:

1. H.Supriadi B, S.Kp, M. Kep selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

2. Nursari Abdul Syukur, M. Keb selaku Ketua Program Studi Sarjana

Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Kalimantan Timur sekaligus selaku dosen pembimbing institusi yang

telah membimbing dan memberikan arahan dalam penyusunan

laporan ini.

3. Hj. Rahmawati Wahyuni, M.Keb selaku Koordinator Akademik

Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Kalimantan Timur

3
4. Ante Maya Lestari, S.ST selaku preseptor pembimbing lahan yang

telah membimbing dan memberikan motivasi dalam pelaksanaan

praktek Metodik Khusus ini.

5. Segenap dosen dan staf pendidik di Prodi Sarjana Terapan

Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan

Timur.

6. Staf perpustakaan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Kalimantan Timur.

7. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan do’a, kasih sayang

serta motivasi sehingga mampu menyelesaikan laporan dengan baik.

8. Keluarga besar Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes

Kaltim khususnya teman-teman seperjuangan yang telah

memberikan dukungan, semangat dan bekerja sama hingga

selesainya laporan Diskusi Refleksi Kasus ini.

Selaku Penulis mohon maaf atas kekurangannya. Semoga

laporan ini dapat memberikan manfaat untuk pembelajaran klinik

selanjutnya.

Bulungan, 12 Juli 2023

Penulis

Kelompok 2

4
DAFTAR ISI

HALAMAN

JUDUL.......................................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN....……………………………………………….ii

KATA PENGANTAR.…………………………………………………………iii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………iv

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………1

A. Latar Belakang………………………………………………………………..1

B. Rumusan Masalah.............................................................................3

C. Tujuan................................................................................................4

D. Manfaat .............................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................6

A. Konsep Dasar Persalinan..................................................................6

B. Konsep Dasar Diskusi Refleksi Kasus............................................24

C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

Kala I dengan Inersia Uteri..............................................................32

BAB III TINJAUAN KASUS.......................................................................39

A. Laporan Kasus dengan SOAP........................................................39

5
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................60

A. Diskusi Refleksi Kasus....................................................................60

BAB V PENUTUP......................................................................................65

A. Kesimpulan......................................................................................65

B. Saran...............................................................................................66

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................67

6
7
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Pada tahun 2019, World Health Organization (WHO) menyatakan
bahwa Jumlah angka kematian Ibu (AKI) di dunia mencapai 210 per
100.000 Kelahiran Hidup (KH) pada tahun 2017.Komplikasi utama yang
menyebabkan hampir 75% dari semua kematian ibu adalah
Perdarahan, infeksi,tekanan darah tinggi selama kehamilan
(preeklamsia dan eklamsia), komplikasi dari persalinan aborsi yang
tidak aman. Sisanya disebabkan oleh infeksi seperti malaria atau terkait
dengan kondisi kronis seperti penyakit jantung dan diabetes
(WHO2018).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2018) di
Indonesia jumlah AKI mencapai 157 kematian disetiap 100.000
yang melakukan persalinan hidup. Data ini sebenarnya menunjukan trend
penurunan AKI jika dibandingkan dengan AKI pada tahun sebelumnya
dimana pada tahun 2017 mencapai angka 209 disetiap 100.000 yang
melakukan persalinan hidup, dan 302 per 100.000 kelahiran hidup tahun
2016. Berdasarkan data hasil riset tersebut, jika kita komparasikan
dengan target global melalui Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun
2015, telah terjadi penurunan, namun angka ini masih jauh diatas target
yaitu menurunkan jumlah AKI dari 239 pada tahun 2015 menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup di Indonesia. Dengan tingginya AKI maka
Sustainable Development Goals (SDGs) membentuk transformasi baru
agenda kesehatan ibu hamil untuk mengakhiri kematian ibu di dunia

1
menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030
(Bhowmik et al., 2020).
Faktor langsung penyebab tingginya AKI adalah perdarahan
45%, terutama perdarahan post partum. Selain itu ada keracunan
kehamilan 24%, infeksi 11%, dan partus lama atau macet 7%. (Fauziah
2019). Persalinan lama didefinisikan sebagai persalinan yang
abnormal atau sulit. Salah satunya dapat terjadi karena kelainan tenaga
(kelainan his), his yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada
setiap persalinan tidak dapat diatasi. Sehingga persalinan mengalami
hambatan atau kemacetan.
Inersia uteri merupakan kelainan his yang kekuatannya tidak
adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong
janin keluar. Penyebab inersia uteri yaitu, kelainan his, faktor emosi
dan kekuatan, salah pimpinan persalinan, kelainan letak CPD,
gangguan dalam pembentukan uterus pada masa embrional, salah
pemberian obat-obatan oksitosin dan obat penenang, peregangan
rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramnion, dan
kehamilan postmatur. Dampak dari inersia uteri adalah persalinan
yang berlangsung lama, kehabisan tenaga, dehidrasi, dan infeksi
intrapartum (Fauziyah, 2019).
Kelainan his dalam hal ini disebut dengan inersia uteri, inersia uteri
merupakan salah satu jenis kelainan his yang dapat menyebabkan
persalinan lama. Salah satu penyebab inersia uteri adalah anemia, jika
kekurangan zat besi dapat menimbulkan penyulit saat persalinan
akibat inersia uteri karena berkurangnya kemampuan otot untuk
berkontraksi. Selain itu, penyebab yang lainnya adalah rasa takut ibu dan
rasa cemas yang ibu rasakan saat akan menghadapi persalinan pun
dapat mempengaruhi kontraksi uterus (Purnamasari et al., 2019).

2
Kontraksi Uterus yang tidak baik lebih banyak daripada yang baik
dikarenakan sebagian besar ibu bersalin yaitu ibu primigravida mengalami
kecemasan. Jadi kecemasan tersebut mempengaruhi kontraksi uterusnya.
Selain kecemasan, kontraksi uterus lemah dikarenakan juga belum
adanya pengalaman dalam persalinan, kondisi fisik ibu yang lemah, dan
kurangnya asupan gizi yang cukup. Bila tidak dapat ditangani dapat
menyebabkan perdarahan postpartum, oleh karena atonia uteri. Atonia
uteri adalah ketegangan/kontraksi uterus yang lemah yang berdampak
pada gagalnya uterus melakukan proses penutupan pada luka yang
diakibatkan oleh sayatan dari tempat implantasi plasenta pasca bayi
lahir serta plasenta ikut dilahirkan. Hal ini disebabkan uterus mengalami
kelelahan karena persalinan lama.
Meskipun Inersia Uteri tidak menjadi penyebab langsung kematian
pada ibu tetapi kasus Inersia Uteri dapat menjadi salah satu proporsi
yang mampu menyebabkan kematian pada ibu apabila tidak ditangani
secara kompeten. Inersia uteri dapat menyebabkan persalinan akan
berlangsung lama dengan akibat terhadap ibu dan janin yaitu infeksi,
kehabisan tenaga, dehidrasi dan gawat janin (Fauziah, 2019).

A. Rumuan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah pada studi


kasus ini adalah “Bagaimana Diskusi Refleksi Kasus pada Ny. K dengan
judul “Diskusi Refleksi Kasus Pada Ny. K G1P 0000 Ibu Bersalin Dengan
Inersia Uteri di RSD dr. H Soemarmo Sostroadmodjo Kabupaten
Bulungan Tahun 2023?”

3
B.Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan Diskusi Repleksi Kasus pada Ny. K dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney dan
pendokumentasian SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori Persalinan
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan ibu bersalin dan
bayi baru lahir fisiologis berdasarkan 7 langkah Varney.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada persalinan pendekatan
Varney, yang terdiri dari:
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis/ masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendokumentasikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada
persalinan dalam bentuk catatan SOAP

B. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penulis mendapatkan ilmu pengetahuan terutama ilmu yang

bermanfaat dalam perkembangan ilmu kebidanan, serta dapat

dijadikan dasar untuk mengembangkan ilmu kebidanan sesuai

4
dengan pendekatan manajemen kebidanan dan evidence based

dalam praktik asuhan kebidanan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Kesehatan

Diharapkan Institusi Kesehatan dapat memfasilitasi tenaga

kesehatan dalam melaksanakan Diskusi Repleksi Kasus.

b. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan

Diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dalam praktik

memberikan asuhan pelayanan kebidanan pada ibu bersalin.

c. Bagi Penulis

Diharapkan penulis selanjutnya dapat melakukan asuhan

pelayanan kebidanan pada ibu bersalin yang lebih mendalam

dengan menerapkan prinsip – prinsip pembelajaran dalam

Diskusi Repleksi Kasus.

5
A. Konsep Dasar Teori Persalinan

Pengertian Persalinan
Persalinan didefenisikan sebagai kontraksi uterus, dengan peningkatan
frekuensi, durasi dan intensitas, serta menyebabkan perubahan serviks.
(Varney, 2010)
Persalinan adalah suatu proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu)
tanpa disertai penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. (JNPK-
KR, 2017)

Perubahan Fisiologis Maternal pada Persalinan


a. Tekanan Darah
Meningkat selama kontraksi dengan tekanan sistolik meningkat rata-
rata 15 (10-20) mmHg dan tekanan diastolik meningkat rata-rata 5-
10 mmHg. Diantara kontraksi tekanan darah kembali ke tekanan
sebelum persalinan. Perubahan posisi ibu dari telentang keposisi
miring mengurangi perubahan tekanan selama kontraksi. Nyeri, rasa
takut dan khawatir akan semakin meningkatkan tekanan (Varney,
2010)
b. Metabolisme
Selama persalinan metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob
terus meningkat. Peningkatan ini Sebagian besar karena kecemasan
dan aktivitas otot rangka. Peningkatan aktivitas metabolik ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh , nadi, pernafasan, curah jantung

6
dan kehilangan cairan (Varney, 2010)
c. Suhu tubuh
Sedikit meningkat sepanjang persalinan, peling tinggi selama dan
sesaat setelah persalinan. Suhu dianggap normal jika
peningkatannya tidak lebih dari 0,5 hingga 1 derajat Celsius.
Peningkatan ini mencerminkan peningkatan metabolisme yang
terjadi selama persalinan. (Varney, 2010)
d. Nadi (Frekuensi jantung)
Terjadi perubahan mencolok selama kontraksi, yaitu nadi meningkat
pada saat peningkatan kontraksi, menurun pada saat puncak
kontraksi hingga mencapai frekuensi yang lebih rendah daripada
frekuensi nadi diantara kontraksi. Penurunan mencolok pada saat
puncak kontraksi uterus tidak terjadi jika wanita berada dalam posisi
miring, bukan posisi telentang. Frekuensi nadi diantara kontraksi
sedikit lebih tinggi dibandingkan pada periode sesaat sebelum
persalinan. Hal ini menunjukan peningkatan metabolism yang terjadi
selama persalinan. (Varney, 2010)
e. Pernafasan
Frekuensi pernafasan yang sedikit meningkat merupakan temuan
normal selama persalinan dan ini mencerminkan peningkatan
metabolism yang sedang terjadi. Hiperventilasi yang berkepanjangan
merupakan temuan abnormal dan dapat meningkatkan alkalosis.
(Varney, 2010)
f. Perubahan pada ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Hal itu mungkin merupakan
akibat lebih lanjut dari peningkatan curah jantung selama persalinan
dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran
plasma ginjal. Poliuri sedikit berkurang pada posisi telentang, yang
menyebabkan penurunan aliran urin selama kehamilan. Proteinuri

7
ringan (+1) umum terjadi pada sepertiga hingga separuh wanita
bersalin. Proteinuri +2 dan diatas +2 merupakan kondisi abnormal.
(Varney, 2010)
g. Perubahan gastro intestinal
Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat sangat menurun. Hal
ini ditambah dengan penurunan sekresi getah lambung selama
persalinan, membuat pencernaan benar-benar berhenti sehingga
waktu pengosongan lambung sangat lama.Cairan tidak terpengaruh
dan meninggalkan lambung dalam waktu seperti biasanya. Makanan
yang dikonsumsi sesaat sebelum persalinan atau fase prodromal
atau fase laten persalinan kemungkinan akan tetap berada
dilambung sepanjang proses persalinan. Mual dan muntah umum
terjadi selama fase transisi yang menandai berakhirnya akal satu
persalinan. (Varney, 2010)
h. Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gram/100 ml selama persalinan
dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari
setelah paska bersalin kecuali ada perdarahan postpartum. Waktu
koagulasi darah berkurang dan terjadi peningkatan lebih lanjut
fibrinogen plasma selama persalinan. Hitung sel darah putih
meningkat secara progresif sepanjang kala satu persalinan, dari
kurang lebih 5000 hingga mencapai rata-rata 15.000 pada saat
pembukaan lengkap. Tidak ada peningkatan nlebih lanjut setelah ini.
Gula darah menurun selama persalinan, menurun drastic pada
persalinan yang lama dan sulit, kemungkinan besar akibat
peningkatan aktivitas uterus dan otot rangka. (Varney, 2010).

8
Peran Oksitosin dalam Persalinan
Pelepasan oksitosin endogen selama persalinan fisiologis
Selama kehamilan, tubuh dan otak ibu mengalami transformasi
yang mendalam dan bertahan lama untuk memfasilitasi kelahiran
dan menjadi ibu. Oksitosin diproduksi di neuron magnoseluler dari
inti Supraoptik (SON) dan Paraventrikular (PVN) hipotalamus dan
diangkut ke hipofisis posterior untuk dilepaskan ke dalam sirkulasi.
Oksitosin yang dilepaskan di dalam otak mempengaruhi proses
neuroendokrinologis, fisiologis dan psikologis selama persalinan,
kelahiran, dan periode awal pascapersalinan. Tingkat oksitosin dan
jumlah reseptor oksitosin, meningkat di rahim selama kehamilan
sebagai respons terhadap peningkatan kadar estrogen. Sistem
oksitosin sangat diaktifkan pada akhir kehamilan. Seperti juga
dirangkum dalam makalah sebelumnya oleh Uvnäs Moberg et al.,
2019, tingkat oksitosin meningkat selama persalinan, yang
merangsang kontraksi rahim dan berkontribusi pada pembukaan
jalan lahir. Saat persalinan berlangsung, denyut oksitosin
meningkat dalam frekuensi, amplitudo dan durasi, dan pada saat
kelahiran, kadar oksitosin 3-4 kali lebih tinggi daripada di awal
persalinan. Seperti juga dirangkum dalam makalah sebelumnya
oleh Uvnäs Moberg et al., 2019, oksitosin juga dilepaskan ke otak
selama kelahiran dari dendrit dan badan sel neuron magnoseluler
dalam SON dan PVN, serta dari cabang saraf pendek (kolateral
akson neuron ini), dan dari saraf yang mengandung oksitosin yang
berasal dari neuron parvoseluler di PVN) dan yang mempersarafi
area regulasi penting di otak. (Olza et al, 2020)
Oksitosin memainkan peran penting dalam persalinan. Selama
persalinan, oksitosin dilepaskan dalam denyut nadi ke dalam
sirkulasi ibu, di mana ia merangsang kontraksi rahim melalui

9
efeknya pada reseptor oksitosin pada otot polos rahim. Selama
persalinan, kepala bayi mendorong pelepasan oksitosin dengan
memberikan tekanan pada serviks dan dinding vagina, sehingga
mengaktifkan refleks Fergusson. Oksitosin juga dilepaskan ke otak
ibu selama kelahiran untuk mengurangi rasa sakit, ketakutan, dan
stres serta untuk meningkatkan interaksi sosial. Ini juga dapat
berkontribusi pada perasaan gembira sehubungan dengan
kelahiran, dengan mengaktifkan sistem penghargaan. Selama
persalinan, oksitosin juga dilepaskan pada bayi; itu dilepaskan ke
dalam sirkulasi dari hipofisis posterior janin dan ke otak dari neuron
di dalam otak. Selama persalinan, oksitosin pada janin telah
dikaitkan dengan penghilang rasa sakit dan telah terbukti melawan
kerusakan jaringan yang disebabkan oleh hipoksia karena efek
anti-inflamasi dan restoratifnya. Oksitosin juga telah ditunjukkan
untuk dilepaskan ke dalam sirkulasi sebagai respons terhadap
kontak kulit ke kulit segera setelah lahir pada ibu dan bayinya.
Peran oksitosin yang dilepaskan postpartum selain merangsang
pengeluaran plasenta, juga untuk lebih merangsang interaksi dan
bonding antara ibu dan bayi baru lahir. Selain itu, efek anti-stres,
anti-inflamasi, dan pertumbuhan yang menonjol diinduksi.
Faktanya, kontak kulit-ke-kulit segera setelah lahir, dengan efek
anti-stresnya yang kuat dapat dianggap sebagai bagian dari proses
kelahiran normal. (Moberg et al, 2020)
i. Interaksi antara oksitosin dan sistem stres selama persalinan
Rahim dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan serabut saraf
parasimpatis dan simpatis eferen atau keluar mempengaruhi fungsi
rahim. Selain itu, serat sensorik aferen atau masuk mengirimkan
informasi ke otak mengenai keadaan rahim. Oksitosin yang
dilepaskan di dalam otak selama persalinan dan kelahiran

10
menginduksi penghilang rasa sakit, menurunkan tingkat ketakutan
dan stres, serta merangsang perilaku interaktif sosial. Serabut
oksitosin yang diproyeksikan dari otak ke jaringan parasimpatis
(plexa) di daerah lumbo-sakral sumsum tulang belakang juga
diaktifkan dan berkontribusi pada stimulasi kontraksi rahim dan
aliran darah ke rahim. Aktivasi serat parasimpatis yang masuk dari
rahim ke otak meningkatkan pelepasan oksitosin. Saraf ini
diaktifkan, ketika kepala janin menekan serviks dan vagina (dikenal
sebagai refleks Ferguson) dan menghasilkan peningkatan
pelepasan oksitosin dari SON dan PVN hipotalamus. Ketika kadar
oksitosin dalam sirkulasi meningkat, frekuensi kontraksi uterus
meningkat dan akibatnya tekanan yang diberikan oleh kepala janin
meningkat. Dengan cara ini proses feedforward dimulai. Ketika
oksitosin dilepaskan ke otak sebagai akibat dari refleks Ferguson,
rasa sakit dan tingkat stres berkurang. (Olza et al, 2020)
Dalam asuhan maternitas, penting bagi penyedia layanan
maternitas dididik dan dimampukan untuk mendukung proses ini.
Secara khusus, memperhatikan bagaimana perasaan, tindakan,
pembicaraan, dan perilaku wanita yang bersalin, merupakan aspek
klinis utama dari kemajuan persalinan. Pesan utama bagi penyedia
layanan bersalin adalah untuk: “melindungi, mengamati dan
mendengarkan ibu bersalin dan membantu mereka mendengarkan
tubuh mereka”. Ini menyoroti pentingnya mengenali dan
menanggapi emosi dan kognisi wanita yang bersalin, yang akan
memberdayakannya dan meningkatkan rasa sejahteranya sambil
mengelola emosinya sendiri dan menyadari keunikan setiap
pengalaman. Penting bagi penyedia layanan bersalin untuk
mengetahui bahwa pelepasan pusat oksitosin, dan efek positifnya,
dapat dimodifikasi oleh faktor lingkungan. Stres dan situasi serta

11
lingkungan yang menakutkan meningkatkan aktivitas sistem stres
(sumbu HPA dan sistem saraf simpatis) dan menurunkan aktivitas
aktivitas saraf parasimpatis dan menurunkan pelepasan oksitosin.
Stres selama persalinan dan kelahiran, dapat menghambat
pelepasan oksitosin, menyebabkan peningkatan rasa sakit dan
ketakutan, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kemajuan
persalinan secara negatif (Olza et al, 2020)

1. Tanda-Tanda Masuk Persalinan

a. Kontraktilitas uterus
Kontraksi uterus yang reguler dan mengakibatkan perubahan
serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit) (JNPK-KR, 2017)
Kontraktilitas uterus terjadi dengan aktivasi protein terkait kontraksi
(CAPS): protein gap junction, reseptor oksitosin dan prostanoid,
protein pensinyalan sel dan enzim sintesis prostaglandin. Oksitosin
CAP dan prostaglandin F2 alfa (PGF .)2α) mengubah rasio aktivitas
MLCK dan MLCP yang mengarah pada peningkatan sensitivitas unit
kontraktil terhadap kalsium. Connexin (connexin-43, connexin-40
dan connexin-45) mengatur kontraktilitas dengan mengontrol
interaksi antara miosit untuk penyebaran potensial aksi. Selain
rangsangan endokrin dan mekanis dari kontraktilitas uterus, terjadi
peralihan ke keadaan inflamasi, dengan masuknya leukosit
teraktivasi yang melepaskan sitokin yang mendorong sintesis
prostaglandin lebih lanjut. (Sykes and Bennett, 2018)

b. Ruptur membrane
Ruptur membran janin terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia dan anatomi strukturnya, dengan sitokin pro-inflamasi,
matriks metaloproteinase, dan stres oksidatif yang menyebabkan

12
infiltrasi leukosit, degradasi matriks ekstraseluler dan apoptosis.
Sitokin pro-inflamasi bertindak untuk lebih mendorong produksi
COX-2 dan PGE2 dalam amnion. (Sykes and Bennett, 2018)
Pada rupture membrane terlihat genangan atau cairan yang jelas
bukan urin, genangan pada forniks posterior, khususnya jika cairan
dapat dilihat keluar dari ostium serviks dengan manuver Valsava.
Hasil tes Nitrazin menggunakan salah satu specimen diatas positif
( pH ̴ 7.0)Tes pakis positif-diratakan di kaca objek dan dikeringkan
sebelum diperiksa. (Varney, 2010)
c. Dilatasi serviks
Pematangan dan pelebaran serviks bergantung pada infiltrasi
leukosit, sitokin pro-inflamasi, matriks metaloproteinase, dan
produksi prostaglandin. PGE2 menurunkan konsentrasi kolagen,
meningkatkan sintesis proteoglikan, meningkatkan migrasi leukosit
menuju serviks dan meningkatkan potensi kemokin pro-inflamasi.
Secara bersama-sama, ini mengarah pada remodeling dan
pelebaran serviks. (Sykes and Bennett, 2018)
Pembukaan serviks dikaji pada ostium internal. Hasilnya secara
subjektif dinyatakan dalam sentimeter, dan 10 cm diartikan sebagai
pembukaan lengkap. Rata-rata serviks menonjol ke vagina 4 cm.
Penipisan dapat dinyatakan dengan persentase (100 % berarti
setipis kertas) atau dalam sentimeter. Stasiun dikaji terhadap spina
iskhiadika. Stasiun diukur dari ujung paling depan bagian
presentasi. (Varney, 2010)
d. Cairan lender bercampur darah “show” melalui vagina (JNPK-
KR,2017)

13
2. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang
mengakomodasikan diri terhadap panggul ibu. Hal ini sangat
penting untuk kelahiran melalui vagina oleh karena janin itu harus
menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia di dalam
panggul. Diameter-diameter yang besar dari janin harus
menyesuaikan dengan diameter yang paling besar dari panggul
ibu agar janin bisa masuk melalui panggul untuk dilahirkan.
(Varney, 2010)
1. Diameter kepala janin
a) Diameter biparietal yang merupakan diameter melintang
terbesar dari kepala janin, dipakai di dalam definisi
penguncian (enggagment).
b) Diameter suboksipitobregmantika ialah jarak antara batas
leher dengan oksiput ke anterior fontanel; ini adalah
diameter yang berpengaruh membentuk presentasi kepala.
c) Diameter oksipitomental yang merupakan diameter terbesar
dari kepala janin; ini adalah diameter yang berpengaruh
membentuk presentasi dahi.
2. Gerakan utama anak dalam kelahiran
a) Masuknya kepala dalan PAP
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya
dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang
ringan. Apabila sutura sagitalis berada di tengah-tengah
jalan lahir, tepat diantara symphysis dan promotorium, maka
dikatakan kepala dalam keadaan synclitismus. Pada
synclitismus os parietale depan dan belakang sama
tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati
symphysis atau agak ke belakang mendekati promotorium,

14
maka dikatakan asynclitismus. Dikatakan asynclitismus
posterior, ialah kalau sutura sagitalis mendekati symphysis
dan os parietale belakang lebih rendah dari os parietale
depan dan dikatakan asynclitismus anterior ialah kalau
sutura sagitalis mendekati promotorium sehingga os
parietale depan lebih rendah dari os parietale belakang.
Pada pintu atas panggul biasanya kepala dalam
asynclitismus posterior yang ringan.
b) Majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala
masuk ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai
pada kala II. Pada multipara sebaliknya majunya kepala dan
masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan.
Majunya kepala ini bersamaan dengan gerakan-gerakan
yang lain yaitu: fleksi, putaran paksi dalam dan ekstensi.
c) Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga
ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar.
Keuntungan dari bertambah fleksi ialah bahwa ukuran
kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir: diameter
suboksipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter
suboksipito frontalis (11 cm). Fleksi ini disebabkan karena
anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari
pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding panggul atau
dasar panggul.
d) Putaran paksi dalam
Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam adalah
pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga
bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke

15
bawah symphisis. Pada presentasi belakang kepala bagian
yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian
inilah yang akan memutar ke depan dan ke bawah
symphysis. Putaran paksi dalam bersamaan dengan
majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai
Hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai di
dasar panggul. Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam
adalah:
 Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan
bagian terendah dari kepala.
 Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang
paling sedikit terdapat sebelah depan atas dimana
terdapat hiatus genitalis antara levator ani kiri dan
kanan.
 Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah
diameter anteroposterior.
e) Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar
panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah
panggul mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus
mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Setelah suboksiput
tertahan pada pinggir bawah symphysis akan maju karena
kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan
suboksiput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas
perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan
akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang
menjadi pusat pemutaran disebut hypomochlion.

16
f) Putaran paksi luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke
arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher
yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini
disebut putaran restitusi (putaran balasan). Selanjutnya
putaran dilanjutkan hingga ke belakang kepala berhadapan
dengan tuber ischiadicum sepihak (di sisi kiri). Gerakan
yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya
dan disebabkan karena ukuran bahu (diameter biacromial)
menempatkan diri dalam diameter antero posterior dari
pintu bawah panggul.
g) Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah
symphysis dan menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu
belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya
seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.
3. Tahapan Persalinan
a. Kala I (Kala Pembukaan)
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus
yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga
serviks membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri
atas dua fase yaitu fase laten dan fase aktif. (JNPK-KR, 2017)
1) Fase laten
a) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
b) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm
c) Pada umumnya , fase laten berlangusng antara 6-8 jam
(JNPK-KR, 2017)
Menurut WHO, Kala laten pertama adalah periode waktu

17
yang ditandai dengan kontraksi uterus yang menyakitkan
dan perubahan serviks yang bervariasi, termasuk beberapa
derajat penipisan dan perkembangan dilatasi yang lebih
lambat hingga 5 cm untuk persalinan pertama dan
selanjutnya. (WHO, 2020)

2) Fase aktif
a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat
secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai
jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih)
b) Dari pembukaan 4 hingga mencapai pembukaan lengkap
atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1
cm perjam (nullipara atau primigravida) atau lebih dari 1
cm – 2 cm (multipara).
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin (JNPK-KR,
2017)
Menurut WHO durasi kala I aktif (dari 5 cm sampai
pembukaan serviks penuh) biasanya tidak lebih dari 12 jam
pada persalinan pertama, dan biasanya tidak lebih dari 10
jam pada persalinan berikutnya. Nilai peringatan untuk tahap
pertama: peringatan dipicu ketika jeda waktu untuk dilatasi
serviks saat ini atau pada tahap kedua terlampaui tanpa
kemajuan :
 5 cm =≥ 6 jam (pembukaan serviks tetap pada 5 cm
selama 6 jam atau lebih)
 6cm =≥ 5 jam (dilatasi serviks tetap pada 6 cm selama 5
jam atau lebih)

18
 7 cm =≥ 3 jam (pembukaan serviks tetap pada 7 cm
selama 3 jam atau lebih)
 8 cm =≥ 2.5 jam (dilatasi serviks tetap pada 8 cm
selama 2,5 jam atau lebih)
 9 cm =≥ 2 jam (dilatasi serviks tetap pada 9 cm selama
2 jam atau lebih), (WHO, 2020)
Dalam beberapa penelitian beberapa pola muncul.
Ketika dimulai pada pembukaan serviks 4 cm (umumnya
terkait dengan onset persalinan aktif), durasi rata-rata kala I
aktif adalah sekitar 4-8 jam pada nulipara dengan batas
atas hingga 20 jam, dan 4 jam (hingga 13 jam) ketika onset
fase aktif didefinisikan oleh dilatasi serviks 5 cm. Pada
wanita parous, ketika pembukaan serviks dimulai pada 4
cm, durasi rata-rata adalah sekitar 2-5 jam dengan batas
atas hingga 14 jam, dan 3 jam (hingga 11 jam) ketika titik
awal ditentukan pada 5 cm. Memahami batasan ini adalah
penting karena wanita yang dikelola sesuai dengan standar
perawatan saat ini untuk tahap pertama aktif cenderung
menerima lebih banyak intervensi persalinan, seperti
pemantauan janin elektronik, analgesia epidural, oksitosin,
dan operasi caesar (Abalos et al, 2018)
b. Kala II
Kala II persalinan dimulai dari pembukaan serviks lengkap
(10 cm), dilanjutkan dengan upaya mendorong bayi keluar dari
jalan lahir dan berakhir dengan lahirnya bayi. Gejala dan tanda
kala II persalinan yaitu:
1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.

19
2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum
dan atau vaginanya.
3) Perineum menonjol.
4) Vulva, vagina dan spingter ani membuka.
5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam
yang hasilnya adalah:
1) Pembukaan serviks telah lengkap.
2) Terlihatnya bagian kepala bayi. (JNPK-KR, 2017)
Kala dua adalah periode waktu antara pembukaan
serviks penuh dan kelahiran bayi, di mana wanita memiliki
dorongan yang tidak disengaja untuk mengejan, sebagai akibat
dari kontraksi uterus yang ekspulsif. Pada persalinan pertama,
kelahiran biasanya selesai dalam waktu 3 jam sedangkan pada
persalinan berikutnya, kelahiran biasanya selesai dalam waktu
2 jam (WHO, 2020)
Pada nulipara, kala dua sering selesai dalam 1 jam tetapi
bisa memakan waktu hampir 4 jam pada wanita dengan
analgesia epidural. Demikian juga, kala II pada multipara
biasanya selesai dalam waktu kurang dari setengah jam tetapi
bisa memakan waktu hingga 2 jam pada wanita dengan
analgesia epidural. (Abalos et al, 2018)
Inertia uteri merupakan kelainan his yang kekuatannya
tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau untuk
mendorong janin keluar.(WHO, 2020)
c. Kala III (Pengeluaran Uri)
Kala III persalinan dimulai setelah bayi lahir dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban
Tanda-tanda klinis dari pelepasan plasenta, yaitu:

20
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai
berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus
biasanya di bawah pusat.Setelah uterus berkontraksi dan
plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau
seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas
pusat.
2) Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda
Ahfeld).
3) Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar di bantu oleh gaya gravitasi.
Apabila kumpulan darah (retroplasental pooling) dalam
ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam
plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah
tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas. Tanda ini
kadang-kadang terlihat dalam waktu satu menit setelah bayi
lahir dan biasanya dalam 5 menit. (JNPK-KR, 2017)
d. Kala IV (Kala Pemantauan)
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan
berakhir 2 jam setelah itu. (JNPK-KR, 2017)
4. Partograf
Partograf adalah alat yang sederhana dan murah untuk
memberikan gambaran persalinan yang berkelanjutan. Partograf
adalah formulir pra-cetak, biasanya dalam versi kertas, di mana
bidan dan dokter kandungan mencatat pengamatan persalinan.
Sebagian besar partograf memiliki tiga bagian berbeda di mana
pengamatan dimasukkan pada kondisi ibu, kondisi janin dan

21
kemajuan persalinan; Bagian terakhir ini membantu dalam
mendeteksi persalinan lama (Lavender T et al, 2018).

Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:


a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan
menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini
kemungkinan terjadinya partus lama.
c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,
kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan
medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,
membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang
diberikan. (JNPK-KR, 2017)
5. Penyulit pada Persalinan
Pada saat memberikan asuhan bagi ibu bersalin, penolong harus
selalu waspada terhadap kemungkinan timbulnya masalah atau
penyulit.
a. Penyulit pada kala 1 persalinan adalah
1) Riwayat Seksio Sesaria
2) Perdarahan pervaginam
3) Persalinan premature (usia gestasi < 37 mg)
4) Ketuban pecah disertai dengan meconium kental
5) Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)
6) Ketuban pecah pada persalinan premature (usia gestasi < 37
minggu)
7) Ikterus
8) Anemia berat
9) Tanda/ gejala infeksi

22
10)Preeklampsia/ Hipertensi Dalam Kehamilan
11)Tinggi fundus 40 cm atau lebih
12)Gawat janin
13)Primipara dalam kala 1 fase aktif dan kepala janin masih 5/5
14)Presentasi bukan belakang kepala
15)Presentasi ganda/ majemuk
16)Kehamilan ganda atau gemelli
17)Tali pusat menumbung
18)Syok
b. Penyulit pada kala II persalinan
1) Syok
2) Dehidrasi
3) Infeksi
4) Pre eklampsi
5) Inersia uteri
6) Gawat janin
7) Kepala bayi tidak turun
8) Distosia bahu
9) Cairan ketuban bercampur meconium
10)Tali pusat menumbung
11)Lilitan tali pusat
12)Kehamilan kembar tidak terdeteksi
c. Penyulit pada kala III persalinan
1) Retensio Plasenta
2) Avulsi (tali pusat terputus)
3) Bagian plasenta tertahan/ tidak lengkap
d. Penyulit kala IV
1) Atonia uteri

23
2) Robekan vagina/ perineum derajat 3 dan 4 atau robekan
serviks
3) Syok
4) Dehidrasi
5) Pre eclampsia / eklampsia

B. Konsep Dasar Diskusi Refleksi Kasus

1. Pengertian

Diskusi Refleksi Kasus adalah suatu metode pembelajaran

dalam merefleksikan pengalaman perawat dan bidan yang

aktual dan menarik dalam memberikan dan mengelola asuhan

keperawatan dan kebidanan di lapangan melalui suatu diskusi

kelompok yang mengacu pada pemahaman standar yang

ditetapkan (Depkes/WHO/PMPKUGM, 2006)

2. Tujuan Diskusi Refleksi Kasus

Berdasarkan Modul Pelatihan Manajemen Kinerja Klinik

(PMKK), 2009 tujuan dari Diskusi Refleksi Kasus adalah

sebagai berikut:

a. Mengembangkan profesionalisme perawat dan bidan

b. Meningkatkan aktualisasi diri.

c. Membangkitkan motivasi belajar

24
d. Wahana untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu

pada standar keperawatan/kebidanan yang telah

ditetapkan.

e. Belajar untuk menghargai kolega untuk lebih sabar, lebih

banyak mendengarkan, tidak menyalahkan, tidak

memojokkan dan meningkatkan kerja sama.

3. Langkah – langkah kegiatan Diskusi Refleksi Kasus

Berdasarkan Modul Pelatihan Manajemen Kinerja Klinik

(PMKK), 2009, langkah- langkah kegiatan Diskusi Refleksi

Kasus adalah sebagai berikut:

a. Memilih/Menetapkan Kasus Yang Akan Didiskusikan

Topik-topik bahasan yang ditetapkan untuk didiskusikan

dalam Diskusi Refleksi Kasus antara lain : pengalaman

pribadi bidan yang aktual dan menarik dalam menangani

kasus/pasien di lapangan baik di rumah sakit/puskesmas,

pengalaman dalam mengelola pelayanan

keperawatan/kebidanan dan issu-issu strategis,

pengalaman yang masih relevan untuk di bahas dan akan

memberikan informasi berharga untuk meningkatkan mutu

pelayanan. Proses diskusi ini akan memberikan ruang dan

waktu bagi setiap peserta untuk merefleksikan pengalaman,

pengetahuan serta kemampuannya, dan mengarahkan

25
maupun meningkatkan pemahaman bidan terhadap standar

yang akan memacu mereka untuk melakukan kinerja yang

bermutu tinggi.

b. Menyusun Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan Diskusi Refleksi Kasus adalah daftar

kegiatan yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu yang

ditetapkan dan disepakati. Kegiatan Diskusi Refleksi Kasus

disepakati dalam kelompok kerja, baik di puskesmas

maupun di rumah sakit (tiap ruangan). Kegiatan Diskusi

Refleksi Kasus dilakukan minimal satu kali dalam satu bulan

dan sebaiknya jadwal disusun untuk kegiatan satu tahun.

Dengan demikian para peserta yang telah ditetapkan akan

mempunyai waktu yang cukup untuk mempersiapkan.

Setiap bulan ditetapkan dua orang yang bertugas sebagai

penyaji dan fasilitator/moderator selebihnya sebagai peserta

demikian seterusnya, sehingga seluruh anggota kelompok

mempunyai kesempatan yang sama yang berperan sebagai

penyaji, fasilitator/moderator maupun sebagai peserta.

Peserta dalam satu kelompok diupayakan antara 5-8 orang.

c. Waktu Pelaksanaan

Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan

minimal 60 menit, dengan perincian sebagai berikut :

26
1) Pembukaan : 5 menit

2) Penyajian : 15 menit

3) Tanya jawab : 30 menit

4) Penutup/rangkuman : 10 menit

d. Peran Masing-Masing Personal Diskusi Refleksi Kasus

Kegiatan selama Diskusi Refleksi Kasus ditetapkan aturan

main yang harus dipatuhi oleh semua peserta agar diskusi

tersebut dapat terlaksana dengan tertib. Ada 3 peran yang

telah disepakati dan dipahami dalam Diskusi Refleksi Kasus

adalah sebagai berikut:

1) Peran penyaji Menyiapkan kasus klinis kebidanan yang

pernah dialami atau pernah terlibat didalamnya yang

merupakan kasus menarik baik kasus lalu maupun

kasus-kasus saat serta kasus manajemen dan

pengalaman keberhasilan dalam pelayanan juga bisa,

menjelaskan kasus yang sudah disiapkan dengan

alokasi waktu 10-20 menit, menyimak pertanyaan yang

disampaikan, memberikan jawaban sesuai dengan

pengetahuan dan pengalaman nyata yang telah

dilakukan dan merujuk pada standar yang relevan atau

SOP yang berlaku serta mencatat hal- hal yang penting

selama Diskusi Refleksi Kasus.

27
2) Peran peserta Mengikuti kegiatan sampai selesai

diakhiri dengan mengisi daftar hadir, memberikan

perhatian penuh selama kegiatan, mempunyai hak

untuk mengajukan pertanyaan/pernyataan minimal satu

pertanyaan dengan alokasi waktu keseluruhan 20-30

menit, dalam mengajukan pertanyaan agar merujuk

kepada standar, tidak dibenarkan untuk mengajukan

pertanyaan/pernyataan yang sifatnya menyalahka atau

memojokkan, tidak dibenarkan untuk mendominasi

pertanyaan, pertanyaan berupa klarifikasi dan tidak

bersifat menggurui.

3) Peran fasilitator/moderator. Mempersiapkan ruangan

diskusi dengan mengatur posisi tempat duduk dalam

bentuk lingkaran, membuka pertemuan (mengucapkan

selamat datang, menyampaikan tujuan pertemuan,

membuat komitmen bersama dengan keseluruhan

anggota tentang lamanya waktu diskusi (kontrak waktu)

dan menyampaikan tata tertib diskusi), mempersilahkan

penyaji untuk menyampaikan kasusnya selama 10-20

menit, memberikan kesempatan kepada peserta untuk

mengajukan pertanyaan secara bergilir selama 30

menit, mengatur lalu lintas pertanyaan-pertanyaan yang

28
diajukan oleh peserta dan klarifikasi bila ada yang tidak

jelas, merangkum hasil diskusi, melakukan refleksi

terhadap proses diskusi dengan meminta peserta untuk

menyampaikan pendapat dan komentarnya tentang

diskusi tersebut, membuat kesimpulan hasil refleksi dan

menyampaikan isu-isu yang muncul, meminta

kesepakatan untuk rencana pertemuan berikutnya,

menutup pertemuan dengan memberikan penghargaan

kepada seluruh peserta dan berjabat tangan dan

membuat laporan hasil diskusi sesuai dengan format

dan menyimpan laporan Diskusi Refleksi Kasus pada

arsip yang telah ditentukan bersama. 

e. Laporan Setelah melakukan kegiatan, langkah berikutnya

adalah menyusun laporan Diskusi Refleksi Kasus. Agar

kegiatan Diskusi Refleksi Kasus dapat diketahui dan dibaca

oleh pimpinan, anggota kelompok maupun teman sejawat

lainnya maka kegiatan tersebut harus

dicatat/didokumentasikan sebagai laporan. Bentuk laporan

dikemas dengan menggunakan suatu format yang antara

lain berisikan :

1) Nama peserta yang hadir

2) Tanggal, tempat dan waktu pelaksanaan.

29
3) Isu-isu atau masalah yang muncul selama diskusi

4) Rencana tindak lanjut berdasarkan masalah, lampiran

laporan menyertakan daftar hadir yang ditandatangani

oleh semua peserta.

f. Persyaratan Diskusi Refleksi Kasus

Diskusi Refleksi Kasus berbeda dengan presentasi kasus

karena Diskusi Refleksi Kasus mempunyai persyaratan-

persyaratan khusus berdasarkan Modul Pelatihan

Manajemen Kinerja Klinik (PMKK), 2009 yaitu :

1) Suatu kelompok yang terdiri dari satu profesi yang

beranggotakan 5-8 orang

2) Salah satu anggota kelompok berperan sebagai

fasilitator, satu orang lagi sebagai penyaji dan lainya

sebagai peserta.

3) Posisi fasilitator, penyaji dan peserta lain dalam

diskusi setara (equal)

4) Kasus yang disajikan penyaji merupakan pegalaman

klinis yang nyata dan menarik. Posisi duduk

sebaiknya melingkar agar setiap peserta dapat saling

bertatapan dan berkomunikasi secara bebas.

30
5) Tidak boleh ada interupsi dan hanya ada satu orang

saja yang berbicara dalam satu saat dan peserta lain

memperhatikan proses diskusi

6) Tidak diperkenankan ada dominasi, kritik yang dapat

memojokan penyaji atau peserta lain, serta dalam

berargumentasi tidak boleh menggurui.

7) Membawa catatan diperbolehkan, namun tidak

mengurangi perhatian dalam berdiskusi.

8) Diskusi Refleksi Kasus wajib dilakukan secara rutin,

terencana dan terjadwal dengan baik minimal satu

bulan sekali dimana kelompok diskusi berbagi

pengalaman klinis dan IPTEK diantara sejawat

selama satu jam.

9) Selama diskusi setiap anggota secara bergilir

mendapat kesempatan untuk menyampaikan

pendapat dengan cara mengajukan pertanyaan-

pertanyaan sedemikian rupa, yang merefleksikan

pengalaman, pengetahuan serta kemampuan

masing-masing.

10)Selama diskusi berlangsung harus dijaga agar tidak

ada pihak-pihak yang merasa tertekan atau terpojok,

yang diharapkan terjadi justru sebaliknya yaitu

31
dukungan dan dorongan bagi setiap peserta agar

terbiasa menyampaikan pendapat mereka masing-

masing.

11)Diskusi Refleksi Kasus dapat dimanfaatkan sebagai

wahana untuk memecahkan masalah, merevisi

standar, membuat standar ataupun kesepakatan

tindak lanjut agar standar dipatuhi.

C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan

Pada Ibu Bersalin Kala I Dengan Inersia Uteri

1. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah

yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran

dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan

dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu

keputusan yang terfokus pada klien (Purwandari, 2011).

Manajamen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang

berurutan, yang dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan

berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tesebut membentuk

kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua

situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bisa dipecah-pecah

32
dalam tugas-tugas tertentu dan semua bervariasi sesuai dengan

kondisi klien (Purwandari, 2011).

Melihat kembali penjelasan diatas maka proses manajamen

kebidanan merupakan langkah sistematis yang merupakan pola

pikir bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien diharapkan

dengan pendekatan pemecahan masalah yang sistematis dan

rasional, maka seluruh aktivitas atau tindakan yang bersifat coba-

coba yang akan berdampak kurang baik untuk klien (Purwandari,

2011).

Gambar 2.3 Proses Manajemen Menurut Varney (Purwandari,2011)

Proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah

yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970 an

(Purwandari, 2011).

33
Manajemen Asuhan Kebidanan sesuai 7 langkah Varney, yaitu

(Purwandari, 2011):

a) Langkah I : Pengumpulan data dasar

Langkah pertama mengumpulkan data dasar yang menyeluruh

untuk mengevaluasi ibu dan bayi baru lahir. Data dasar ini

meliputi pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik dan pelvic sesuai

indikasi, meninjau kembali proses perkembangan keperawatan

saat ini atau catatan rumah sakit terdahulu, dan meninjau

kembali data hasil laboratorium dan laporan penelitian terkait

secara singkat, data dasar yang diperlukan adalah semua data

yang berasal dari sumber infomasi yang berkaitan dengan

kondisi ibu dan bayi baru lahir. Bidan mengumpulkan data dasar

awal lengkap, bahkan jika ibu dan bayi baru lahir mengalami

komplikasi yang mengharuskan mereka mendapatkan

konsultasi dokter sebagai bagian dari penatalaksanaan

kolaborasi.

b) Langkah II : Interpretasi data

Menginterpretasikan data untuk kemudian diproses menjadi

masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan

yang diidentifikasi khusus. Kata masalah dan diagnosis sama-

sama digunakan karena beberapa masalah tidak dapat

didefinisikan sebagai sebuah diagnosis tetapi tetap perlu

34
dipertimbangkan dalam mengembangkan rencana perawatan

kesehatan yang menyeluruh.

c) Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan

masalah dan diagnosa saat ini berkenaan dengan tindakan

antisipasi, pencegahan, jika memungkinkan, menunggu dengan

penuh waspada dan persiapan terhadap semua keadaan yang

mungkin muncul. Langkah ini adalah langkah yang sangat

penting dalam memberi perawatan kesehatan yang aman.

d) Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan

penanganan segera

Langkah keempat mencerminkan sikap kesinambungan proses

penatalaksanaan yang tidak hanya dilakukan selama perawatan

primer atau kunjungan prenatal periodik, tetapi juga saat bidan

melakukan perawatan berkelanjutan bagi wanita tersebut,

misalnya saat ia menjalani persalinan. Data baru yang diperoleh

terus dikaji dan kemudian di evaluasi.

e) Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Mengembangkan sebuah rencana keperawatan yang

menyeluruh dengan mengacu pada hasil langkah sebelumnya.

Langkah ini merupakan pengembangan masalah atau diagnosis

35
yang diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang dapat

diantisipasi serta perawatan kesehatan yang dibutuhkan.

f) Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan

Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh. Langkah

ini dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau

dilakukan sebagian oleh ibu, orang tua, atau anggota tim

kesehatan lainnya. Apabila tidak dapat melakukannya sendiri,

bidan betanggung jawab untuk memastikan implementasi

benar-benar dilakukan. Rencana asuhan menyeluruh seperti

yang sudah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara

efisien dan aman.

g) Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana

perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan,

yaitu memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasi pada

langkah kedua tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan

perawatan kesehatan.

2. Dokumentasi Kebidanan

Model dokumentasi kebidanan yaitu dalam bentuk SOAP:

Dokumentasi kebidanan ditulis dengan model SOAP. Dokumentasi

model SOAP dipakai pada dokumentasi kebidanan karena SOAP

merupakan dokumentasi yang bersifat sederhana, jelas, logis dan

36
singkat sehingga dapat dilaksanakan oleh bidan dalam situasi

apapun. Seringkali bidan belum paham tentang pentingnya

dokumentasi. Banyak kejadian ketika bidan menangani pasien

gawat, bidan justru lupa untuk mencatat kronologis kejadian dan

penanganan yang sudah dilakukan dalam usaha menyelamatkan

pasien. Akibatnya ketika diperlukan bukti dokumentasi maka bidan

tidak dapat menunjukkan bukti yang otentik. Kita harus selalu ingat “

Tulislah Apa Yang Anda Kerjakan “ Dan “ Yang Anda Tulis Harus

Yang Anda Kerjakan “, “ Jangan Menulis Yang Tidak Anda

Kerjakan”. Yang perlu diperhatikan lagi tentang dokumentasi adalah

segera ditulis ketika anda selesai mengerjakan tindakan, jangan

menunda-nunda untuk menulis, nanti bisa lupa atau keliru. Berikut

yaitu bentuk SOAP dalam dokumentasi kebidanan (Wahyuningsih &

Tyastuti, 2016):

S : Menurut jawaban klien. Data ini diperoleh melalui anamnesa

langsung atau allow anamnesa (sebagai langkah I dalam

manajemen Varney).

O : Hasil pemeriksaan fisik klien, serta pemeriksaan diagnostik dan

pendukung lain. Data ini termasuk catatan medis pasien yang

lalu (sebagai langkah I dalam manajemen Varney).

A : Analisis atau interpretasi berdasarkan data yang terkumpul,

dibuat kesimpulan berdasarkan segala sesuatu yang dapat

37
teridentifikasi diagnosa atau masalah. Identifikasi

diagnose/masalah potensial. Perlunya tindakan segera oleh

bidan atau dokter/konsultasi kolaborasi dan rujukan (sebagai

langkah II, III, IV dalam manajemen Varney).

P : Merupakan gambaran pendokumentasian dari tindakan

implementasi dan evaluasi rencana berdasarkan pada langkah V,

VI, VII pada evaluasi dari flowsheet. Planning termasuk : Asuhan

mandiri oleh bidan, kolaborasi atau konsultasi dengan dokter,

tenaga kesehatan lain, tes diagnostik/laboratorium,

konseling/penyuluhan follow up.

38
BAB III

TINJAUAN KASUS
Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Kala I Persalinan
dengan Inersia Uteri

PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 10 Juli 2023
Waktu pengkajian : 12.05 wita
Nama pengkaji : Kelompok 2
1. Asuhan Kebidanan pada Intranatal Fisiologis Kala I
DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama Istri : Ny. K Nama Suami : Tn. M
Umur : 23 th Umur : 24 th
Suku : Bugis Suku : Bugis
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : MRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : XX Alamat : XX

2. Alasan Datang Periksa /Keluhan Utama


a. Alasan datang periksa : Pasien datang untuk memeriksakan
kehamilannya
3. Keluhan utama : Perut sering kencang.
4. Riwayat Kesehatan Klien

a. Riwayat Kesehatan yang Lalu


Klien tidak pernah memiliki Riwayat penyakit Hipertensi, Ginjal,

39
DM, Asma, Hemofilia, Anemia, Thalasemia, jantung , Hepatitis,

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien saat ini tidak menderita penyakit Hipertensi, Ginjal, DM,
Asma, Hemofilia, Anemia, Thalasemia, jantung , Hepatitis

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Didalam keluarga ibu dan bapak klien tidak ada yang sedang/ memiliki
riwayat penyakit hepatitis, jantung, asma, tekanan darah tinggi,
operasi, (hepatitis, TBC, HIV/AIDS) menahun (jantung, asma) dan
riwayat kehamilan kembar

5. Riwayat Menstruasi
HPHT : 5-10-2022, TP : 12-7-2023
Klien mengatakan pertama kali menstruasi (menarche) pada usia 12
tahun, siklus menstruasi teratur 28-30 hari, lama menstruasi 5-6 hari,
ganti pembalut sebanyak 2 kali sehari (pada 3 hari pertama)
selanjutnya darah haid mulai berkurang, warna darah merah encer,
tidak ada nyeri haid

6. Riwayat Obstetri

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


7.
BB/ Abnorma Lakt Pe
Suami Anak UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK H M
PB litas asi ny
Hamil
1
ini

40
8. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Saat hamil muda ibu mengeluh mual muntah,pada akhir kehamilan
sering sakit pinggang
b. Pergerakan anak pertama kali (Quickening) dirasakan pada usia
kehamilan 4 bulan setengah
c. Pemeriksaan kehamilan dilakukan sebanyak 6 kali, 1 kali pada
trimester 1, 2 kali pada trimester 2 dan 3 kali pada trimester 3, pernah
USG dengan Dokter Spesialis Kandungan pada usia kehamilan 4
bulan dan 8 bulan
d. Pendidikan kesehatan yang sudah didapatkan yaitu tentang
pemeriksaan pada masa kehamilan, nutrisi pada masa kehamilan,
tanda bahaya pada kehamilan, persiapan persalinan, kebersihan gigi
dan mulut.
e. Imunisasi TT : T5
f.Pola kebiasaan yang mempengaruhi kehamilan : ibu tidak mempunyai
kebisaan merokok, minum alkohol, minum jamu atau obat-obatan
tradisional, tidak mengkonsumsi obat-obatan tertentu dan tidak
mempunyai hewan peliharaan

9. Riwayat persalinan sekarang


a. Kontraksi dimulai sejak tgl 10-7-2023 jam 04.40 wita
b. Kontraksi mulai teratur sejak jam 05.20, kontraksi muncul setiap 10
menit
c. Gerakan bayi terasa kuat
d. Air ketuban belum keluar/ belum pecah
e. Keluar cairan bercampur darah sedikit bersamaan dengan
perut teras kencang dan mules
f. Makan dan minum terakhir jam 06.30 wita

41
g. Ibu sering berkemih setiap 2 jam sekali

10. Riwayat Kontrasepsi


Ibu belum pernah menggunakan KB
11. Pola Fungsional Kesehatan
Pola Keterangan
Nutrisi Ibu makan terakhir jam 06.30 dengan porsi ½
piring, sayur ¼ piring, ikan 1 potong, tempe 2
potong, minum air putih 3 gelas sampai
sekarang
Eliminasi Terakhir BAB pagi hari jam 07.00, BAK sering
setiap 2 jam sekali
Istirahat Semenjak perut kencang dan mules ibu tidak
bisa istirahat/ tidur
Aktivitas Pada saat perut kencang dan mules ibu lebih
senang berjalan
Personal hygiene Ibu terakhir mandi pagi hari

12. Riwayat Psikososiokultural Spiritual

a. Psikologis :
 Kehamilan ibu direncanakan karena pengen memiliki anak sejak
awal menikah
 Ibu merasa cemas menghadapi persalinan

42
b. Sosial
Riwayat pernikahan : Pernikahan yang pertama, lama menikah 1
tahun, pernikahan ini merupakan pernikahan yang sah
Suami dan keluarga menerima dan senang dengan kehamilan ini,
suami dan keluarga mendampingi dan memberi suport ibu saat
menghadapi persalinan
c. Kultural : Tidak ada adat yang dilakukan pada proses persalinan
yang dapat memberikan dampak negatif atau merugikan bagi ibu
maupun janin
d. Spiritual: Tidak ada ritual keagamaan yang dilakukan pada proses
persalinan yang dapat memberikan dampak negatif atau merugikan
bagi ibu maupun janin

Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran : Compos mentis
b. Ekspresi wajah : Meringis
c. Tanda Vital :
Tekanan Darah : 102/70 mmHg
MAP : 80,6
Nadi : 84 x/mnt

Suhu Tubuh : 36,5 0 C,


Pernapasan : 20 x/mnt
2. Antropometri
a. Tinggi Badan : 155 cm
b. BB sebelum hamil : 68 kg
c. BB sekarang : 80 kg

43
d. IMT sebelum hamil : 28,3
e. Ukuran LILA : 34 cm

3. Pemeriksaan Fisik
a Kepala : Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe,
. konstuksi rambut kuat, distribusi rambut
merata, tekstur rambut lembut

Muka : Kloasma gravidarum tidak ada, tidak oedem,


b tidak pucat
. Mata : Kelopak mata tidak oedem, konjunctiva tidak
pucat, skera tidak ikterik
c. Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada perdangan,
tidak ada pernafasan cuping hidung
d Mulut dan : Bibir tidak pucat dan tidak pecah-pecah,
. gigi mukosa mulut lembab, caries dentis tidak
ada, stomatitis tidak ada, epulis tidak ada,
e gerahan tidak berlubang, geraham tidak
. berlubang, lidah bersih
Telinga : Bersih, tidak ada serumen dan tidak ada
pengeluaran cairan
Leher : Tonsil tidak bengkak dan tidak merah, faring
tidak merah, tidak ada pembesaran vena
f. jugularis, kelenjar thyroid dan kelenjar getah
bening
g Thorax : Bentuk simetris, retraksi tidak ada, irama
. jantung teratur, bunyi jantung 1 lub, bunyi
jantung 2 dub, mur-mur tidak ada, ronchi
dan wheezing tidak ada.

44
Payudara : Bentuk simetris, bersih, pengeluaran tidak
h ada, areola berwarna coklat muda, puting
. susu menonjol, retraksi tidak ada, massa
tidak ada, konsistensi lunak
Ketiak : Benjolan tidak ada,
Abdomen : Linea nigra ada, striae ada , bekas operasi
i. tidak ada, asites tidak ada, bising usus 20
kali permenit
His
TFU Mc. Donald : 31 cm
j. Leopold 1 : Teraba tidak bulat, tidak lunak
k. dan tidak melenting (Bokong)
Leopold 2 : Kanan teraba rata dan panjang,
kiri teraba bagian-bagian kecil janin
(punggung kanan)
Leopold 3 : Teraba bulat, keras dan
melenting (Kepala), tidak dapat digoyangkan
(sudah masuk pintu atas panggul)
Leopold 4 : Kedua tangan tidak bisa bertemu
(divergent)
TBJ : (TFU-12) x 155
(31-12 ) x 155 = 2.945 gr
DJA : Punctum maksimum sebelah kanan
bawah umbilikus, frekuensi 142 x/mnt
Genetalia : Vulva dan vagina tidak ada benjolan, tidak
ada oedem, varices, luka parut dan fistula,
terdapat lendir campur darah,
anus tidak ada Haemoroid
Bentuk simetris, tidak ada oedem, Cavilari

45
Ekstremitas : refil : CRT < 2 detik
Atas Bentuk simetris, tidak ada oedem, Cavilari
k. refil : CRT < 2 detik
Bawah Varices tidak ada

l.

4. Pemeriksaan Khusus
 Pemeriksaan his : His 2 kali 10 menit, frekuensi 30-35 detik
 Pemeriksaan dalam :
Tanggal : 10 Juli 2023 Jam : 12.06 Oleh : bidan
Hasil : tidak ada massa abnormal, portio lembut tipis, effacement 50
%, pembukaan 6 cm, ketuban pecah spontan, presentasi letak
belakang kepala, kepala Hodge II
 Pemeriksaan Penunjang
HB : 11,1 mg/dl

2. Analisis
Diagnosis : : G1P0000, usia kehamilan 39 minggu 6 hari
inpartu kala I fase aktif janin tunggal hidup
intrauterine dengan Inersia Utari
Masalah : cemas
Diagnosis Potensial : Atonia Uteri
Masalah Potensial : Bayi Asfiksia
Kebutuhan Segera : Kolaborasi dengan dr.SpOG

46
3. PLANNING

Tanggal
Penatalaksanaan Paraf Pelaksana
Waktu
Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien
bahwa sudah memasuki proses persalinan fase Bidan
12.10 wita aktif dengan pembukaan 6 cm, kontraksi Rahim &
tidak adekuat dan belum teratur Mahasiswa
; Klien mengerti dan memahami
Membina hubungan baik dengan klien dan Bidan
12.15 wita memberi dukungan mental &
; Klien merasa lebih nyaman dan tenang Mahasiswa
Memberi pilihan kepada ibu untuk memilih Bidan
12.20 wita pendamping persalinan &
; Klien ingin persalinan didampingi oleh suaminya Mahasiswa
Menganjurkan klien untuk melakukan
relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri Bidan
12.22 wita dengan menarik nafas panjang atau &
dilakukan pemijatan bagian pinggang Mahasiswa
: Klien mengikuti anjuran yang diberikan
Menganjurkan ibu untuk tetap makan dan
Bidan
minum selama persalinan
12.23 wita &
; Klien merasa tidak lapar, tetapi mau minum air
Mahasiswa
putih sebanyak 1 gelas dan susu kotak.

47
Tanggal
Penatalaksanaan Paraf Pelaksana
Waktu
Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi
Bidan
dan posisi tegak
12.24 wita &
: Klien melakukan mobilisasi dengan berjalan
Mahasiswa
disekitar tempat tidur
Kolaborasi dengan dr. K, Sp.OG
: Pasang Infus D5% diguyur 2 kolf dilanjutkan RL
Bidan
drip oksitocyn 10 unit 28 tts/mnt.
12.25 wita &
; Ibu dan keluarga bersedia dilakukan tindakan
Mahasiswa
sesuai dengan terapy dokter

Melakukan pemasangan infus dan memasukkan 10


unit oksitocyn ke dalam cairan RL Bidan
12.30 wita : Infus D5% diguyur 2 kolf dan dilanjutkan dengan &
RL drip oksitocyn 10 unit 28 tetes/menit telah Mahasiswa
terpasang ditangan kiri ibu.
Melakukan pemeriksaan his dan DJJ pada ibu
13.00 wita ; His 3-4 x dalam 10 menit frekuensi 35-40 detik
teratur, DJJ 134 x/menit
Menyiapkan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial yang diperlukan Bidan
13.30 ; Partus set, hecting set, APD, larutan klorin, air &
DTT, peralatan resusitasi bayi,Oksitocyn,spuit 3 Mahasiswa
cc,umbilikal plastik
14.00 wita Melakukan observasi DJJ, nadi dan kontraksi Bidan
uterus, penurunan bagian terbawah janin, molase &
; DJJ 145 x.mnt, nadi 88 x/mnt,his 4 kali dalam 10 Mahasiswa

48
Tanggal
Penatalaksanaan Paraf Pelaksana
Waktu
menit, frekuensi 45 detik, VT : ada pengeluaran
lendir campr darah, pembukaan 10 cm,portio
tidak teraba, ketuban negatif warna jernih,
presentasi belakang kepala, denominator uuk,
Hodge III+
Melakukan pemeriksaan kemajuan persalinan
Bidan
; his 4-5x dalam 10 menit frekuensi >40 detik, ibu
14.30 wita &
merasakan dorongan untuk meneran, DJJ 129
Mahasiswa
x/mnit
Mendokumentasikan hasil pemeriksaan ke dalam
15.00 partograf Mahasiswa
; Hasil pemeriksaan telah terlampir di partograf

1. Asuhan kebidanan pada Intranatal fisiologis Kala II


S : Ibu merasa sakit dan tidak tahan dengan rasa sakit yang
dirasakan, merasa ingin meneran seperti BAB.

O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis

Pemeriksaan Fisik
Abdomen : DJJ terdengar jelas, teratur, frekuensi 120 x/menit,
kontraksi uterus 4-5 x dalam 10’ frekuensi >40 detik

49
Genetalia : adanya tanda dan gejala kala II, terdapat pengeluaran
lendir campur darah, dorongan kuat untuk meneran,
tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva dan
sfringter ani membuka.

2. Pemeriksaan Dalam
Tanggal : 10 Juli 2023
Jam : 15.03 wita
Terdapat pengeluaran lendir campur darah, portio tidak teraba,
pembukaan 10 cm, ketuban negatif warna jernih, presentasi kepala,
denominator UUK, tidak teraba bagian terkecil janin, hodge IV

A:
Diagnosis : GIP0000, kala II persalinan normal Janin tunggal
hidup intra uterin
Masalah : Ibu cemas
Diagnosa Potensial : Inertia kelelahan
Masalah Potensial : Asfiksia
Kebutuhan Segera :Tindakan episiotomy

P:
Paraf
Tgl/Jam Penatalaksanaan
Pelaksana
Menjelaskan kepada ibu dan keluarga
10 Juli 2023 tentang proses persalinan kala II
Mahasiswa
Jam 15.05 ; Ibu dan keluarga mengerti dengan
penjelasan yang diberikan
Mengecek alat-alat persalinan dan
15.07 wita Mahasiswa

50
Paraf
Tgl/Jam Penatalaksanaan
Pelaksana
memasukkan oksitosin 1 ampul (10 IU)
dalam spuit 3 cc
; alat persalinan telah lengkap, dan
oksitosin telah diaplus.
Mengatur posisi yang nyaman bagi ibu Bidan
15.10 wita untuk melahirkan &
; Posisi ibu miring ke kiri Mahasiswa
Mengobservasi DJJ dan his diantara
Bidan
kontraksi
15.11 wita &
; DJJ 119 x/mnt, his 4 kali frekuensi 45
Mahasiswa
detik
Menjelaskan dan mengajarkan pada ibu
Bidan
posisi yang nyaman dalam persalinan
15.12 wita &
: Ibu memilih posisi persalinan setengah
Mahasiswa
duduk
Mempersiapkan persalinan (lampin bayi,
duk, membuka partus set, menggunakan
handscoon); meletakkan lampin bayi Bidan
15.14 wita diatas perut ibu, meletakkan lampin bayi &
yang telah dilipat 1/3 dibagian bawah Mahasiswa
bokong ibu, membuka partus set,
menggunakan handscoon steril.
Melakukan bimbingan meneran ketika Bidan
15.15 wita ada dorongan untuk meneran &
; Ibu mengikuti bimbingan yang diberikan Mahasiswa
15.16 wita Melakukan episiotomy perineum saat Bidan

51
Paraf
Tgl/Jam Penatalaksanaan
Pelaksana
kepala janin mulai muncul 5-6 cm
&
didepan vulva dengan pertimbangan
Mahasiswa
resiko gawat janin
; perineum ibu telah di episiotomy
Melakukan pertolongan persalinan
dengan 2 jari tangan yang dilapisi kain
bersih dan kering pada kepala bayi sudah
Bidan
muncul 5-6 cm didepan vulva, tangan
15.20 wita &
yang lain menahan puncak kepala agar
Mahasiswa
tidak terjadi fleksi yang terlalu cepat dan
membantu lahirnya kepala
; Kepala bayi telah lahir
Mengecek ada tidaknya lilitan tali pusat
15.21 wita ; tidak terdapat lilitan tali pusat Mahasiswa

Menunggu hingga kepala bayi melakukan


putaran paksi luar
15.22 wita Mahasiswa
; kepala bayi telah melakukan putaran
paksi luar.
Memegang kepala bayi secara biparietal
dan ibu dianjurkan untuk batuk saat
kontraksi, lalu curamkan kebawah untuk
15.23 wita Mahasiswa
melahirkan bahu anterior dan curamkan
keatas untuk melahirkan bahu posterior
; bahu bayi telah lahir.
15.24 wita Menggeser tangan ke bawah untuk Mahasiswa
menopang kepala dan bahu untuk

52
Paraf
Tgl/Jam Penatalaksanaan
Pelaksana
menelusuri dan memegang tangan dan
siku atas untuk melahirkan badan dan
tungkai kemudian melanjutkan
penelusuran ke punggung, bokong,
tungkai dan kaki hingga seluruh badan
lahir
; badan, tungkai hingga seluruh badan
telah lahir

Jam 15.25 wita : bayi lahir


3. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
S:-
O: Penilaian selintas :
 Bayi menangis kuat
 Bergerak aktif
 Jenis kelamin : laki-laki
A: NCB 0 jam
P:
Tanggal/Jam Penatalaksanaan Paraf
Pelaksana

Tgl 10 Juli Mengeringkan tubuh bayi kecuali Mahasiswa


2023 telapak tangan, mengganti lampin
15.26 wita bayi yang basah dengan kain
kering

53
Tanggal/Jam Penatalaksanaan Paraf
Pelaksana

; tubuh bayi telah dikeringkan dan


lampin telah diganti

15.27 wita Memastikan ada tidaknya Mahasiswa


kehamilan ganda
; kehamilan tunggal

15.28 wita Memberitahu ibu dan menyuntikkan Mahasiswa


oksitiosin di paha ibu
; ibu bersedia disuntikkan oksitosin.

15.29 wita Menjepit tali pusat dengan 2 klem, Mahasiswa


klem pertama diletakkan 3 cm dari
umbilikus bayi dan klem kedua 2
cm dari klem pertama
; tali pusat telah dijepit oleh 2 klem.
15.30 wita Memotong tali pusat diantara 2 Mahasiswa
klem
; tali pusat telah dipotong
15.31 wita Menjepit tali pusat bayi Mahasiswa
; tali pusat telah di jepit dengan
klem plastik
15.32 wita Meletakkan bayi diatas perut ibu Mahasiswa
untuk melakukan IMD dan
menyelimuti bayi
; bayi berada diatas perut ibu dalam

54
Tanggal/Jam Penatalaksanaan Paraf
Pelaksana

posisi tengkurap skin to skin,


diselimuti dan dipakaikan topi.

4. Asuhan Kebidanan pada Intranatal fisiologis kala III


S:
Ibu mengatakan perutnya mules
O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
2. Pemeriksaan Fisik
Abdomen : tinggi fundus uteri 1 jr atas pusat, janin tunggal,
tidak ada janin kedua, rahim globuler
Genitalia : adanya tanda-tanda pelepasan plasenta, yaitu
adanya semburan darah, tali pusat memanjang,
dan perubahan pada tinggi fundus.
A:
Diagnosis : G1P1001, Kala III Persalinan Normal
Masalah : Tidak ada
Diagnosa Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Tidak ada
P:

55
Paraf
Tgl/Jam Penatalaksanaan
Pelaksana
Melakukan peregangan tali pusat
terkendali
15.33 wita Mahasiswa
; terdapat tanda-tanda pelepasan
plasenta
Melahirkan plasenta secara dorsokranial
15.34 wita Mahasiswa
; plasenta telah lahir
Melakukan masase uterus segera
setelah plasenta lahir
15.35 wita ; dilakukan masase selama 15 detik, Mahasiswa
kontraksi uterus baik, uterus, teraba
bulat dan keras
Mengecek kelengkapan plasenta
; Plasenta lahir lengkap, selaput
placenta utuh, kotiledon ±20 buah,
15.36 wita Mahasiswa
terdapat 2 arteri 1 vena, insersi tali
pusat sentralis, panjang tali pusat ±40
cm.
Melakukan masase uterus yang kedua
15.37 wita Mahasiswa
; kontraksi uterus baik dan keras
Melakukan persiapan alat dan bahan
penjahitan perineum yang di episiotomy Bidan &
15.39 wita
: Alat heacting set,benang dan jarum Mahasiswa
jahit, lidocain, spuit, kasa steril
Melakukan penjahitan perineum
Bidan &
15.40 wita ; Robekan Perineum telah di heacting
Mahasiswa
dengan baik

56
Paraf
Tgl/Jam Penatalaksanaan
Pelaksana
Mengajarkan ibu cara perawatan
perineum yang baik dan bersih Bidan &
16.20 wita
; Ibu mengerti penjelasan yang Mahasiswa
diberikan.

5. Asuhan Kebidanan pada Intranatal fisiologis kala IV


S:
Ibu mengatakan mules pada perutnya dan merasa lega
persalinannnya berjalan lancar dan lega atas kelahiran bayinya
Ibu mengatakan nyeri daerah jahitan perineum.
O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/72 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6oC.

1. Pemeriksaan Fisik
Wajah : tidak pucat
Abdomen : tampak mengecil, teraba bulat dan keras pada
uterus, kontraksi baik, TFU 2 jr di bawah pusat,
kandung kemih kosong

57
Genetalia : terdapat pengeluaran lochea rubra, tidak ada
oedema, robekan perineum telah dijahit.
A:
Diagnosis : P1001, kala IV Persalinan Normal
Masalah : tidak ada
Diagnosa Potensial : tidak ada
Masalah Potensial : tidak ada
Kebutuhan Segera : tidak ada

P:
Paraf
Tgl/Jam Penatalaksanaan
Pelaksana
16.25 wita Melakukan observasi kala IV
: T/D : 100/63 N: 82 x/mnt, Temp :
36,5°C, R: 21 x/mnt, Kontraksi uteri Mahasiswa
keras, TFU 2 jr bawah pusat, kandung
kemih kosong, darah yang keluar 30 cc
16.27 wita Mengajarkan ibu untuk melakukan
masase uterus
; ibu ikut mempraktekkan cara masase Mahasiswa
uterus.
16.30 wita Membersihkan ibu dan bantu ibu
mengenakan pakaian
Mahasiswa
; ibu bersedia untuk dibersihkan dan
dibantu dalam mengenakan pakaian.
16. 40 wita Melakukan observasi kala IV Mahasiswa
; T/D : 110/72 N: 82 x/mnt, Temp :
36,2°C, R : 20 x/mnt, Kontraksi uteri

58
Paraf
Tgl/Jam Penatalaksanaan
Pelaksana
keras, TFU 2 jr bawah pusat, kandung
kemih kosong, darah yang keluar 15 cc
Mendekontaminasi tempat persalinan dan
alat-alat yang digunakan saat persalinan
16.55 wita Mahasiswa
; Tempat persalinan dan alat-alat telah
dibersihkan
Melakukan observasi kala IV
; T/D : 110/75 N: 84 x/mnt, Temp :
17.10 wita 36,2°C,R; 20 x/mnt, Kontraksi uteri keras, Mahasiswa
TFU 2 jr bawah pusat, kandung kemih
kosong, darah yang keluar 10 cc
Melakukan observasi kala IV
; T/D : 112/78 N: 82 x/mnt, Temp :
17.25 wita 36,2°C, R: 18 x/mnt, Kontraksi uteri Mahasiswa
keras, TFU 2 jr bawah pusat, kandung
kemih kosong, darah yang keluar 15 cc
Melakukan observasi kala IV
: T/D : 112/78 N: 82 x/mnt, Temp :
36,2°C,R; 20 x/mnt, Kontraksi uteri
17.40 wita Mahasiswa
keras, TFU 2 jr bawah pusat, kandung
kemih kosong, darah yang keluar 15 cc

17.55 wita Melakukan observasi kala IV Mahasiswa


: T/D : 115/80 N: 82 x/mnt, Temp :
36,6°C,R; 18 x/mnt, Kontraksi uteri
keras, TFU 2 jr bawah pusat, kandung

59
Paraf
Tgl/Jam Penatalaksanaan
Pelaksana
kemih kosong, darah yang keluar 15 cc
18.56 wita Melengkapi partograf
Mahasiswa
; Partograf telah terisi.
Persalinan selesai Bidan
18.58 wita ; Ibu dipindahkan ke ruang mawar Nifas &
Mahasiswa

PEMBAHASAN
Diskusi Kasus Refleksi
Ibu K bersalin pada tanggal 10 Juli 2023 jam 15.25 Wita dengan
usia kehamilan 39 minggu 6 hari. Persalinan normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 - 42
minggu). Pada kehamilan ini bayi lahir dengan keadaan berat badan
normal > 2500-4500 gram (Manuaba, 2010).
Kala 1 fase laten dan fase aktif persalinan ibu berlangsung
selama kurang lebih 7 jam, hal ini sesuai dengan teori bahwa durasi
standar kala satu laten belum bisa dipastikan dan dapat sangat
bervariasi dari satu wanita ke wanita lainnya. Kala 1 fase laten
dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap. Berlangsung hingga serviks
membuka kurang dari 4 cm. Pada umumnya , fase laten berlangsung
antara 6-8 jam. Sedangkan fase aktif ditandai dengan frekuensi dan lama
kontraksi uterus yang meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap

60
adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit
dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Dari pembukaan 4 hingga
mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan
kecepatan rata-rata 1 cm perjam (nullipara atau primigravida) atau lebih
dari 1 cm – 2 cm (multipara). Terjadi penurunan bagian terbawah janin
(JNPK-KR, 2017) (JNPK-KR, 2017).
Ibu K datang ke RSD dr.H Soemarno Sostroadmodjo pada pukul :
04.40 wita dengan keluhan perut mules semakin sering terasa kencang
dan keluar lendir darah dari jalan lahir sejak pukul 04.00 wita. Jam 08.00
wita dilakukan pemeriksaan dalam, pembukaan 6 cm dan frekuensi his 2
-3x/ 10 menit dengan durasi 30-35 detik, DJJ 124x/mnt. Ibu ada pada
fase aktif. Pada palpasi juga tidak di temukan bagian-bagian janin yang
sangat terasa serta pada pemeriksaan dalam di dapati selaput ketuban
positif (Varney,2018).
Pada ibu K dilakukan penatalaksanaan berupa memberi support
mental kepada ibu, memberi pilihan untuk pendamping persalinan,
menganjurkan relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri, menganjurkan
tetap makan dan minum, menganjurkan mobilisasi, menganjurkan
mengosongkan kandung kemih setiap 2 jam, mengobservasi DJJ, nadi
dan kontraksi uterus, pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah
janin keadaan ketuban, molase dan menyiapkan tempat peralatan dan
obat-obatan yang diperlukan sesuai dengan rekomendasi dari WHO 2020
dan penatalaksanaan persalinan normal pada JNPK-KR 2017.
Walaupun ibu K pada saat pemeriksaan langsung memasuki kala I,
partograf digunakan untuk memantau kemajuan persalinan selanjutnya.
Partograf (atau partogram) adalah alat yang sederhana dan murah untuk
memberikan gambaran persalinan yang berkelanjutan. Partograf adalah
formulir pra-cetak, biasanya dalam versi kertas, di mana bidan dan dokter
kandungan mencatat pengamatan persalinan. Sebagian besar partograf

61
memiliki tiga bagian berbeda di mana pengamatan dimasukkan pada
kondisi ibu, kondisi janin dan kemajuan persalinan; Bagian terakhir ini
membantu dalam mendeteksi persalinan lama (Lavender T et al, 2018).
Pada pukul 13.30 wita kontraksi rahim ibu kurang adekuat (inersia
uteri) dan DJJ janin 129 x/menit, melakukan Kolaborasi dengan dr.K,
Sp.OG : Pasang Infus D5% guyur 2 kolf dan dilanjutkan dengan cairan
RL drip oksitocyn 10 unit 28 tts/mnt. Ibu dan keluarga bersedia dilakukan
tindakan sesuai dengan advis dokter. Induksi menjadi sangat penting
dilakukan apabila berisiko membahayakan ibu dan janin saat persalinan.
Prosedur yang juga dikenal dengan nama induksi melahirkan ini
dilakukan dengan tujuan untuk merangsang otot rahim guna

mempermudah persalinan( Menurut American College of Obstetricians


and Gynecologists (ACOG),2020).

Pukul 14.40 wita, ibu merasa ada dorongan untuk meneran,


dilakukan pemeriksaan dalam, pembukaan 10 cm ketuban pecah
spontan , kepala H IV dan frekuensi his 4 x/ 10 menit dengan durasi 40
detik. Ibu primipara sudah memasuki kala II. Bila frekuensi dan lama
kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap, kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit,
dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Kala II persalinan dimulai
dari pembukaan serviks lengkap (10 cm), dilanjutkan dengan upaya ibu
mendorong bayi keluar dari jalan lahir dan berakhir dengan lahirnya bayi
(JNPK-KR, 2017).
Ibu dianjurkan untuk miring ke kiri dan memberitahu ibu cara
meneran yang benar dan istirahat di antara kontraksi. Tanda dan gejala
yang dialami Ibu K sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa ibu
merasakan adanya dorongan meneran bersamaan dengan terjadinya

62
kontraksi, ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum,
vaginanya, perineum menonjol, vulva dan spingter ani membuka dan
disertai pengeluaran lendir bercampur darah yang semakin banyak
(JNPK-KR, 2017).Ibu mengeluh nyeri kurang adekuat, kadang-kadang
ada rasa dorongan untuk meneran.
Menawarkan kepada ibu posisi yang nyaman untuk meneran,
berikan cukup minum, membimbing ibu untuk meneran dan memantau
DJJ setiap 15 menit diantara kontraksi, DJJ 145 x/mnt. Hal ini sesuai
dengan teori penatalaksanaan kala II yaitu jika pembukaan sudah
lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu ibu mengambil posisi
yang nyaman, membimbing ibu untuk meneran secara efektif dan benar
dan mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Beri cukup minum dan
pantau DJJ setiap 15 menit. (JNPK-KR, 2017)
Kala II adalah periode waktu antara pembukaan serviks penuh dan
kelahiran bayi, di mana wanita memiliki dorongan yang tidak disengaja
untuk mengejan, sebagai akibat dari kontraksi uterus yang ekspulsif
(WHO, 2020)
Pada jam 15.25 wita bayi lahir spontan, segera menangis. Kala 2
Ibu K berlangsung 45 menit. Sesuai dengan teori bahwa pada primipara,
kala II sering selesai dalam 1 jam. Demikian juga, kala II pada multipara
biasanya selesai dalam waktu kurang dari setengah jam. (Abalos et al,
2018 )
Pada pukul 15.29 wita dimulainya proses penatalaksanaan kala III
sesuai dengan teori saat ada tanda lepasnya plasenta seperti perubahan
bentuk dan tinggi uterus, tali pusat memanjang, semburan darah
mendadak dan singkat, penulis segera melakukan manajemen aktif kala
III yang terdiri dari langkah utama yaitu pemberian suntik oksitosin dalam
1 menit pertama bayi baru lahir, melakukan peregangan tali pusat

63
terkendali dan masase fundus uteri segera setelah palsenta lahir (JNPK-
KR, 2017).
Berdasarkan teori menurut (Varney, 2010) tanda persalinan kala III
yaitu adanya tali pusat memanjang, semburan darah secara tiba – tiba,
adanya perubahan fundus uteri. Penulis berpendapat tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik. Proses Asuhan kala III klien
berlangsung dengan baik dan normal tanpa ada kesenjangan dengan
teori, kala III berlangsung selama ± 3 menit. Sesuai dengan teori yang
menjelaskan bahwa Kala III persalinan dimulai setelah bayi lahir dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban (JNPK-KR, 2017)
Dari hasil pemeriksaan plasenta lahir spontan lengkap pada pukul
15.31 wita dan laserasi jalan lahir derajat 2.
Perdarahan postpartum yaitu perdarahan melebihi 500 ml yang
terjadi setelah bayi lahir, identifikasi perdarahan ini dilakukan dengan
pengecekan laserasi jalan lahir. Pada Ny. K terjadi laserasi jalan lahir
dan tidak terjadi perdarahan post partum(JNPK-KR,2017).
Hasil pemantauan kala IV Ny. K masih dalam batas normal, dengan
hasil pemantauan kala IV tanda-tanda vital dalam batas normal,
perdarahan ± 200 ml, kontraksi uterus baik, tinggi fundus 2 jari bawah
pusat, kandung kemih kosong. Hal ini sejalan dengan teori yang
dipaparkan dalam (JNPK-KR, 2017) pemantauan kala IV dilakukan setiap
15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 20-30 menit pada 1 jam ke dua
pasca persalinan meliputi kontraksi uterus, perdarahan pervaginam,
tekanan darah, nadi, kandung kemih, TFU dan suhu dilakukan sekali
setiap 15 menit selama dua jam pertama pasca persalinan.
Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir
dua jam setelah persalinan tersebut. Pemantauan kala IV dimaksudkan
untuk observasi perdarahan postpartum. Karena kasus perdarahan
paling sering terjadi pada dua jam pertama setelah melahirkan, hal

64
penting yang perlu diobservasi adalah tanda-tanda vital, kontraksi uterus,
kandung kemih, dan perdarahan. Perdarahan dikatakan normal jika
jumlahnya tidak lebih dari 500 ml. Tekanan darah normal <140/90 mmHg,
bila tekanan darah < 90/60 mmHg, Nadi > 100 x/m, kemungkinan demam
atau perdarahan. Suhu tubuh > 38 oC kemungkinan terjadi dehidrasi dan
infeksi. Kontraksi tidak baik maka uterus teraba lembek, dapat
disebabkan oleh kandung kemih yang penuh (Prawirohardjo, 2010).
Pemantauan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua
jam setelah persalinan tersebut (JNPK-KR, 2017). Menurut penulis tidak
terjadi masalah pada Ibu K dalam dua jam setelah persalinan.
Setelah proses persalinan Ibu K selesai dan masih dalam
pemantauan selama 2 jam, penulis mengajarkan ibu untuk mobilisasi dini
dan menganjurkan suami untuk memenuhi asupan nutrisi pada ibu.
Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-
alat reproduksi dan nutrisi ibu bersalin yang diperlukan untuk
mempercepat proses penyembuhan dan mempengaruhi kelancaran air
susu ibu.

BAB V

PENUTUP
KESIMPULAN

1. Pada interpretasi data di dapat diagnosa kebidanan Ibu K umur 23


tahun dengan P1001 ibu bersalin patologis dengan inertia uteri.
2. Pelaksanaan yang dapat penulis lakukan adalah sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat.
3. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan ibu
bersalin dengan hasil keadaan umum baik, ibu dan bayi dalam

65
kondisi yang sehat.
4. Hasil Diskusi Refleksi Kasus kelompok II, yaitu : Tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktik pada kasus ini.

SARAN
Bagi Penulis
Penulis dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki dalam
melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin sesuai dengan
standar dan dapat mengatasi kesenjangan yang timbul antara teori
dan praktek sehingga dapat meningkatkan pengaplikasian teori yang
didapat dengan perkembangan ilmu kebidanan terbaru.
Bagi Lahan Praktik
a. Pelayanan yang diberikan oleh Klinik sudah sangat baik,
diharapkan untuk lebih meningkatkan lagi kualitas
pelayanan dalam pengelolaan asuhan kebidanan pada ibu
bersalin.
b. Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan
pelayanan yang profesional sehingga dapat berperan dalam
menurunkan angka kematian ibu (AKI). Oleh karena itu bidan
harus meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan,
melalui program pendidikan, pelatihan-pelatihan, seminar agar
menjadi bidan yang berkualitas sesuai dengan perkembangan
IPTEK.
c. Bidan harus memberikan asuhan sesuai wewenang untuk itu
manajemen kebidanan perlu dikembangkan karena merupakan
alat yang mendasari bagi bidan untuk memecahkan masalah

66
klien dan berbagai kasus.

Bagi Institusi Pendidikan


a. Untuk pelayanan yang lebih berkualitas sesuai dengan kemajuan
teknologi, sebaiknya bidan yang sudah bertugas diberi
kesempatan untuk melanjutkan atau semacam pelatihan-
pelatihan.
b. Demi mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan perlu
kiranya penyediaan fasilitas/alat-alat yang memadai untuk
penunjang pelaksanaan tugas-tugas kebidanan dan untuk
meningkatkan keterampilan bidan.
Bagi Klien
a. Menganjurkan kepada klien untuk menjaga masa nifas dengan
baik, menjaga asupan nutrisi, memberikan ASI kepada bayi
secara eksklusif sehingga ibu dan bayi selalu sehat.
b. Menganjurkan kepada klien untuk mendeteksi sedini mungkin
keluhan/ tanda bahaya pada ibu bersalin agar bisa segera
dilakukan penanganan lebih awal apabila terdapat resiko tinggi
pada ibu bersalin.

DAFTAR PUSTAKA

Alharqi and Albattawi, 2018. Assessment of Knowledge and Attitude of


Women Towards Postpartum Exercise. IOSR Journal of Nursing and
Health Science (IOSR-JNHS)

67
Burger et al, 2021. Breastfeeding Prevalence in Austria according to the
WHO IYCF Indicators—The SUKIE-Study. Nutrients 2021, 13, 2096.
https://doi.org/10.3390/nu13062096
Doaa M et al, 2018. Mother's Personal Care during Post Partum Period.
Egyptian Journal of Health Care, 2018 EJHC Vol.9 No.2
Frilasari et al, 2020. Nutritional Pattern And Healing Of Perineum Wound On
Postpartum Period. Journal Of Nursing Practice. Vol.3 No.2. April 2020
Garcia et al, 2020. Childbirth care in Egypt: a repeat crosssectional analysis
using Demographic and Health Surveys between 1995 and 2014
examining use of care, provider mix and immediate postpartum care
content. BMC Pregnancy and Childbirth
Haftu et al, 2018. Health care providers’ adherence to immediate postpartum
care guideline and associated factors among women who gave birth in
Mekele public teaching hospitals, Tigray 2018. BMC Research Notes
Kemenkes RI, 2021. Buku Saku Merencanakan Kehamilan Sehat. Jakarta:
Kemenkes RI.
, 2020. Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas, dan
Bayi Baru Lahir di Era Adaptasi Kebiasaan Baru Revisi 2. Jakarta : Direktorat
Kesehatan Keluarga Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes
RI, 2020
King et al, 2019. Varney’s Midwifery Sixth Edition. Burlington,
Massachusetts:Jones & Bartlett Learning, 2019.
Kirk and Burke, 2021. The effect of visceral manipulation on Diastasis Recti
Abdominis (DRA): A case series. Journal of Bodywork & Movement
Therapies 26 (2021) 471e480
Kusparlina dan Sundari, 2019. Effectiveness of Early Exercise Against
Uterine Involution in Spontaneous Postpartum Patients. Aloha
International Journal of Health Advancement (AIJHA). Volume 2
Number 10, October 2019

68
Kumari et al, 2019. PHYSIOLOGY AND MANAGEMENT OF NORMAL
PUERPERIUM THROUGH AYURVEDA. World Journal of
Pharmaceutical Research. Vol 8, Issue 3, 2019.
Moberg et al, 2020. Maternal plasma levels of oxytocin during breastfeeding-
A systematic review.PLOS ONE.
|https://doi.org/10.1371/journal.pone.0235806
Paliulyte V et al, 2017. Physiological Uterine Involution in Primiparous and
Multiparous Women: Ultrasound Study. Hindawi Obstetrics and
Gynecology International Volume 2017, Article ID 6739345
Perinasia, 2018. Manajemen Laktasi. Perkumpulan Perinatologi Indonesia.
Jakarta, 2018
Prawirohardjo, S. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Permenkes RI No 21 tahun 2021. Penyelenggaraan pelayanan Kesehatan
Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan dan Masa Sesudah
Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi dan Pelayanan Kesehatan Seksual.
Jakarta. 2021
Poon et al, 2021. Experiences of primary care physicians managing
postpartum care: a qualitative research study. BMC Fam Pract (2021)
22:139
Q. Li, S. Zhu dan X. Xiao, 2020. The risk factors of postpartum urinary
retention after vaginal delivery: A systematic review. International
Journal of Nursing Sciences 7 (2020) 484e492

69

Anda mungkin juga menyukai