Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PRAKTIK

ASUHAN KEBIDANANNIFAS PATOLOGI PADA Ny.A USIA 27


TAHUN PIA0 DENGAN NYERI LUKA EPISIOTOMI ROBEKAN
DERAJAT 2
DI PUSKESMAS KAMONJI

Oleh :

NUR FEBRI AYU

NIM. 2282B1266

PRODI S1 KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
2023

i
PERSETUJUAN

Laporan praktik dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN PADA NIFAS


PATOLOGI PADA Ny. A USIA 27 TAHUN PIA0 DENGAN NYERI LUKA
EPISIOTOMI ROBEKAN DERAJAT 2” di Puskesmas Kamonji telah disetujui
oleh pembimbing penyusunan asuhan pada :

Hari/tanggal : Kamis, 15 Desember 2022

Palu, 15 Desember 2023

Mahasiswa

NUR FEBRI AYU

Mengetahui

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Bd. Ery Puji Kumalasari, S.ST.,M.Kes Rita Sugiarto, S.Tr., Keb

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya yang di limpahkan, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Asuhan
Kebidanan Nifas patologi di Puskesmas Banggai.
Penyusunan laporan Asuhan Kebidanan ini merupakan tugas yang di
wajibkan bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Bidan IIK STRADA
INDONESIA KEDIRI yang akan menyelesaikan pendidikan akhir program.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini terutama :
1. Dr. Byba Melda Suhita, S.Kep,Ns.,M.Kes selaku Dekan Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan IIK STRADA Indonesia.
2. Bd.Miftakhur Rohmah,SST.,M.Keb selaku Ka Prodi Pendidikan Profesi
Bidan IIK STRADA Indonesia.
3. Bd. Ery Puji Kumalasari, S.ST.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing

Akademik

4. Rita Sugiarto, S.Tr.Keb. selaku Pembimbing Lahan di Puskesmas Banggai


5. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Askeb ini.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat


dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini. Untuk itu penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi peningkatan
penyusunan Asuhan Kebidanan selanjutnya.

Palu, 15 Desember 2022

Penulis

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................1

1.2 Tujuan.....................................................................................................6

1.3 manfaat...................................................................................................7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan umum persalinan.....................................................................8

2.2 Tinjauan umum episiotomi .................................................................14

2.3 Tinjauan umum masa nifas................................................................. 18

2.4 menejemen kebidanan........................................................................34

BAB 3 Tinjauan Kasus

3.1 Studi kasus...........................................................................................38

BAB 4 Pembahasan

4.1 Pembahasan..........................................................................................53

BAB 5 Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan..........................................................................................54

5.2 Saran..................................................................................................54

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau hampir cukup bulan dan dapat hidup di

luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lahir lain dengan

bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses persalinan dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain fisik/tenaga ibu, jalan lahir,

janin, psikologi ibu dan penolong. Kematian maternal merupakan salah satu

masalah kesehatan yang terus menjadi perhatian masyarakat dunia.

Faktor jalan lahir mempunyai peranan penting baik sebelum maupun

sesudah proses persalinan. Perineum merupakan salah satu jalur yang dilalui

pada saat proses persalinan dapat robek ketika melahirkan atau secara sengaja

digunting guna melebarkan jalan keluarnya bayi (episiotomi). Persalinan

pervaginam sering disertai dengan ruptur. Pada beberapa kasus ruptur ini

menjadi lebih berat, vagina mengalami laserasi dan perineum sering robek

terutama pada primigravida, ruptur dapat terjadi secara spontan selama

persalinan pervaginam (Savitri dkk, 2015:84).

Episiotomi adalah insisi pudendum untuk melebarkan orifisium vulva

sehingga mempermudah jalan keluarnya bayi. Keuntungan episiotomi yaitu

untuk mencegah robekan perineum, mengurangi tekanan kepala janin,

mempersingkat persalinan kala dua dengan menghilangkan tahanan otot-otot

pudendum, dan dapat diperbaiki dengan lebih memuaskan dibanding robekan

3
yang tidak teratur (Benson dan Pernoll, 2016:176).

Ali dan Zangana (2016) menunjukkan bahwa penyebab episiotomi dari

221 wanita saat menjalani episiotomi terdapat 65,6% dari mereka

dikarenakan perineum kaku, 12,2% karena kelelahan ibu, dan presentase

kecil karena tindakan episiotomi sebagai prosedur rutin untuk persalinan

normal ialah 8,6%, dengan ukuran bayi 5,9%, serta riwayat sedera perineum

sebelumnya ada 5,4%.

Menurut Wenniarti dkk (2016) bahwa tingkat nyeri post episiotomi

yang bervariasi terjadi karena insisi dan penjahitan pada saat episiotomi

menimbulkan nyeri tajam dengan tingkat yang berbeda hal ini dikarenakan

aktifnya nosiseptor perifer yang merupakan reseptor khusus penghantar

stimulus noxious. Jahitan episiotomi selain memiliki manfaat, ternyata

menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu kenyamanan ibu. Pernyataan ini

diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Kuncahyana bahwa sebanyak 70,9%

ibu mengalami nyeri di sekitar jahitan episiotomi. Selain itu Oliveira juga

mengatakan sebanyak 73% nyeri post episiotomi 5 sangat mengganggu

kenyamanan ibu yang mengakibatkan kesulitan pada saat buang air besar,

buang air kecil, serta insomnia. Nyeri dapat terjadi pada hari pertama sampai

hari ke empat post episiotomi karena proses inflamasi dan terjadi pelepasan

zat-zat kimia seperti prostaglandin yang dapat meningkatkan transmisi nyeri

(Wenniarti dkk, 2016:378).

Kematian maternal merupakan kematian dari setiap wanita selama masa

kehamilan, bersalin atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan yang

berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan dan penanganannya

4
tetapi bukan oleh kecelakaan oleh incidental (faktor kebetulan). Hal ini sesuai

dengan defenisi International Statistical Classification of Disease and

Related HealthProblems (ISCD & RHP). Angka kematian maternal

difenisikan sebagai jumlah kematian maternal selama satu periode waktu

dalam 100.000 kelahiran hidup. Data organisasi kesehatan dunia atau World

Health Organitation (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun sejumlah

500 orang wanita meninggal dunia akibat kehamilan dan persalinan, fakta ini

mendekati terjadinya satu kematian setiap menit. Diperkirakan 99% kematian

tersebut terjadi di Negara-negara berkembang (WHO, 2007). (Himpunan

Mahasiswa Epidemiologi Unhas, diaksestanggal 15 desember 2021).

Indonesia adalah salah satu Negara yang masih belum bisa lepas dari

belitanangka kematian ibu (AKI) yang tinggi. Berdasarkan Survei Demografi

KesehatanIndonesia (SDKI) tahun 2009, angka kematian maternal di

Indonesia mencapai 248/100.000 kelahiran hidup, itu berarti setiap 100.000

kelahiran hidup, masih ada sekitar 248 ibu yang meninggal akibat komplikasi

kehamilan dan persalinan (KematianMaternal, Online,Diaksestanggal 15

desember 2021).

Upaya yang dilakukan untuk menurunkan kematian ibu dan bayi yaitu

dengan mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter

umum, dan bidan, serta diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan

kesehatan. Namun terdapat penurunan, persalinan oleh tenaga kesehatan dari

90,88% pada tahun 2013 menjadi 88,55% pada tahun 2015 (Profil Kesehatan

Indonesia, 2015:112).

5
Berdasarkan uraian diatas memberimotivasi pada penulis untuk

mengkaji dan membahas lebih lanjut kasus masa nifas dalam karya tulis

ilmiah.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Memperoleh kemampuan dalam megambil keputusan gunamenentukan

asuhan pada ibu Nifas secara komprehensif dipuskesmas watusongu

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Melaksanakan pengakajian dan analisa data dasar Masa Nifas

patologi pada Ny”A”di puskesmas Kamonji

2. Merumuskan diagnosa/masalah actual Masa Nifas patologi pada

Ny”A” dipuskesmas Kamonji

3. Mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi Masa NIfas

patologi pada Ny”A”dipuskesmas Kamonji

4. Merencanakan Asuhan Kebidanan Masa Nifas patologi pada Ny”A”

dipuskesmas Kamonji

5. Melaksanakan Asuhan Kebidanan Masa Nifas patologi pada Ny”A”

di puskesmas Kamonji

6. Mengevaluasi Asuhan Kebidanan Masa Nifas patologi pada Ny”A”

dipuskesmas Kamonji

7. Mendokumentasikan Asuhan Kebidanan Masa Nifas patologi pada

Ny”A” dipuskesmas Kamonji

6
1.3 ManfaatPenulisan

Sebagai salah satu persyaratan dalam melaksanakan pendidikan Profesi bidan

di IIK Strada Indonesia.

1.3.1 Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan utamanya bidan dalam

upaya menurunkan angka kematian ibu khususnya mengenai asuhan

kebidanan fisiologis pada ibu Nifas.

1.3.2 Sebagai tambahan pengalaman yang berharga bagi penulis untuk

memperluas dan menambah wawasan dalam asuhan kebidanan

khususnya ibu nifas.

1.3.3 Manfaat ilmiah Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi sumber

informasi dan menambah pengetahuan serta menjadi bahan acuan bagi

penulis selanjutnya.

1.3.4 Manfaat bagi penulis Penulisan ini merupakan pengalaman ilmiah yang

sangat berharga bagi penulis karena dengan adanya penulisan ini

mampu peningkatkan dan mengembangkan pengetahuan tentang masa

nifas dengan luka episiotomi

7
BAB II

TINJAUANPUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum

2.1.1 Tinjauan umum persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks

dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran nornal

(spontan) adalah proses lahirnya bayi secara spontan dengan letak

belakang kepala atau dengan tenaga ibu sendiri tanpa melalui pacuan,

tanpa komplikasi baik ibu maupun janin, tanpa buatan dan bantuan alat-

alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang

dari 24 jam dan persalinan dengan usia kehamilan yang aterm yaitu 37-

42 minggu dan berat janin di atas 2500 gram (Asri dan Cristine, 2012:1).

b. Tahapan persalinan

Proses persalinan tidaklah hanya terjadi begitu saja namun

akan melalui berbagai tahapan. Tahapan persalinan ada 4 tahapan yakni

kala I proses dilatasi serviks, kala II proses pengeluaran bayi, kala III

proses pelepasan plasenta dan kala IV.

Adapun tindakan episiotomi dilakukan apabila ada indikasi,

terdapat pada kala II dan prosedur penjahitan luka episiotomi dilakukan

pada kala III.

a. Kala II

Kala II disebut juga sebagai kala pengeluaran bayi. Persalinan

kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan

5
berakhir dengan lahirnya bayi. Pada kala II his menjadi jauh lebih

kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Dalam fase

ini dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul yang dapat

menimbulkan rasa mengedan. Ibu akan merasa tekanan pada rektum

dan hendak buang air besar. Kemudian perineum akan mulai

menonjol dan menjadi lebar serta anus membuka. Labia mulai

membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak pada vulva

pada saat his. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam

dan pada multigravida rata-rata 0,5 Jam.

Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang

hasilnya adalah:

1)Ibu merasakan adanya dorongan untuk meneran,

2)Adanya tekanan pada anus,

3)Perineum menonjol,

4)Vulva vagina dan spinter ani membuka,

5)Meningkatnya pengeluaran lendir darah.

Pada saat proses persalinan ibu dengan sekuat tenaga

menyeimbangkan kontraksi yang dirasakan dan selama proses

persalinan ibu mengedan dengan sekuat tenaga demi kelahiran

bayinya sehingga tenaga ibu terkuras dan merasa kelelahan pada kala

ini.

b. Kala III

Persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir

dengan lahirnya plasenta serta selaput ketuban. Kala III juga disebut

9
sebagai kala uri. Setelah bayi lahir, uterus akan teraba bundar dan

keras dengan tinggi fundus uteri sedikit diatas pusat. Beberapa menit

kemudian uterus akan berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta

pada perlekatannya. Biasanya plasenta akan lepas dalam 6 sampai 15

menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada

fundus uteri atau dilakukannya dorsol cranial. Pelepasan plasenta

pada perlekatannya biasa disertai dengan pengeluaran darah, kira-kira

100-200 cc.

c. Kala IV

Perlangsungan kala IV dimulai setelah plasenta lahir sampai 2 jam

postpartum. Kala IV sangat perlu pengawasan selama 1-2 jam setelah

kelahiran bayi dan plasenta, kala IV dilakukan untuk mengamati

keadaan ibu terutamanya terhadap bahaya perdarahan postpartum

(Kuswanti dan Melina, 2014:7-8).

c. Faktor-faktor yang memengaruhi persalinan

Adapun faktor yang memengaruhi persalinan ialah jalan lahir

dibagi menjadi 2 yakni bagian keras (tulang-tulang panggul atau rangka

panggul) dan bagian yang lunak seperti otot-otot, jaringan-jaringan dan

ligament-ligament serta perineum. Perineum inilah salah satu jalan lahir

lunak yang nantinya lokasi dilakukannya episiotomi untuk memperlebar

jalan lahir.

Perineum, merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul.

Perineum ini terdiri atas 2 bagian:

a. Regio analis di sebelah belakang, di sini terdapat musculus spinter ani

10
externus yang mengelilingi anus.

b. Regio urogenital. Di sini terdapat: musculus bulbocavernosus, yang

mengelilingi vulva, musculus ischio cavernosus, dan musculus transversus

perinei superfisialis (Kuswanti dan Melina, 2014:11-22).

1) Mosculo Bulbocavermosus

M.bulbocavermosus mengelilingi vagina. Bersama

M.spincterani extemus membentuk angka delapan yang mengelilingi

vagina dan rektum. Otot tersebut juga disebut M.bulbospongiosus. Origo-

nya pada titik pusat perineum dan insertionya pada permukaan

dosalcorpus clitoridis. Setelah melewati tepi orificium vaginae, otot ini

mengelilingi bulbus vestibuli. M.bulbocavernosus menekan jaringan

erektil sekeliling orificium vaginae (bulbus vestibuli) dan membantu

ereksi klitoris dengan menutup vena dorsalis. Otot tersebut bekerja

sebagai sphincter vaginae yang lemah. Spincier vaginae yang sebenarnya

adalah bagian M.levatorani, yakni M. pubovaginalis.

2) Mosculo Ischiocavermosus

M.ischiocavermosus menyelubungi crura clitoridis. Origonya

masing-masing adalah ramus inferior osis pubis, dan otot-otot tersebut

berinsertio pada permukaan lateral crus. Otot-otot ini menekan crura

sehingga menghalangi kembalinya darah venosa yang akan

mengakibatkan ereksi klitoris.

3) Mosculo Transversus perinei superfisialis

M.transversus perinei superficialis merupakan bagian superficial

otot-otot yang letaknya lebih dalam dan mempunyai origo diserta insertio

11
yang sama. Otot-otot tersebut berada di luar diapragma urogenitale.

Kadangkadang M.perinei trasversus superficialis ini sama sekali tidak

ada (Ariestanti dan Purwaningtias, 2016:53).

d.Tinjauan Khusus tentang Asuhan dalam Persalinan Kala Pengeluaran

1. Tujuan Asuhan persalinan

Asuhan persalinan yaitu untuk merupakan kelangsungan hidup

dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui

berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal

sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada

tingkat optimal (Tando, 2013:8).

Asuhan persalinan memiliki tujuan yakni memberikan asuhan

yang memadai selama persalinan dalam upaya untuk mencapai

pertolongan persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayinya,

dengan memerhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.

a. Asuhan sayang ibu Salah satu prinsip asuhan sayang ibu adalah dengan

mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan. Asuhan

sayng ibu sangatlah membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman,

nyaman selama dalam proses persalinan. Asuhan sayang ibu adalah

asuhan yang efektif, aman, nyaman dan dapat diterima oleh ibu bersalin

maupun suami serta keluarganya. Prinsip-prinsip umum asuhan sayang

ibu yaitu sebagai berikut:

1) Merawat ibu serta bayi dengan penuh hormat,

2) Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan oleh

ibu. Hormati pengetahuan dan pemahaman mengenai tubuhnya,

12
3) Menghargai hak-hak ibu dan memberikan asuhan yang bermutu

baik serta sopan,

4) Memberikan asuhan dengan memerhatikan privasi ibu,

5) Menjelaskan setiap prosedur kerja dari tindakan yang akan

dilakukan serta meminta izin terlebih dahulu kepada ibu,

6) Selalu mendiskusikan temuan-temuan yang ditemukan kepada ibu,

suami serta keluarga ibu,

7) Mengizinkan ibu untuk memilih siapa yang akan mendampinginya

selama proses persalinan, kelahiran dan dengan luka persalinan,

8) Mengizinkan ibu untuk memilih posisi bersalin yang menurut ibu

nyaman,

9) Menghindari penggunaan tindakan medis yang tidak perlu, tetapi

dapat dilakukan dengan syarat indikasi yang kuat,

10) Memfasilitasi bounding attachment.

b. Pencegahan infeksi Asuhan persalinan yang bermutu tinggi, penolong

harus dapat melindungi pasien, diri sendiri dan rekan kerjanya dari

infeksi. Cara yang efektif dan ekonomis dalam melakukan tindakan

pencegahan infeksi yakni dengan mencuci tangan 6 langkah dengan

sabun dan air mengalir, menggunakan sarung tangan, dan menggunakan

pelindung, serta pengolahan dan pembuangan sampah yang aman

(Lailiyana dkk, 2012:6).

13
2.1.2 Tinjauan khusus tentang episiotomy

a. Pengertian episiotomy

Episiotomi adalah pengguntingan berupa sayatan kecil pada

perineum yang dilakukan pada saat proses persalinan berlangsung.

Episiotomi dilakukan dengan tujuan untuk memperluas pembukaan

vagina sehingga bayi dapat keluar lebih mudah tujuan tindakan

episiotomi ialah memperlebar jalan lahir, mempercepat persalinan kala II

lama yang berlangsung lebih dari 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi,

yang ditandai dengan tanda dan gejala klinis pembukaan serviks lengkap

dan ibu mengedan tetapi tidak ada kemajuan pengeluaran kepala,

menghindari robekan perineum spontan, serta mengendalikan robekan

perineum untuk memudahkan menjahit (Asri dan Clervo, 2012:86).

Prinsip tindakan episiotomi ialah pencegahan kerusakan yang

lebih hebat pada jaringan lunak yang diakibatkan daya regang yang

melebihi kapasitas adaptasi atau keelastisitasan jaringan tersebut, serta

tindakan ini bertujuan untuk mencegah trauma pada kepala janin,

mencegah kerusakan pada sfingter ani serta lebih mudah untuk

melakukan penjahitan. Oleh karena itu, pertimbangkan untuk melakukan

tindakan episiotomi harus mengacu pada penilaian klinik yang tepat dan

tehnik yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi. Dengan

demikian tidak lagi dianjurkan untuk melakukan tindakan episiotomi

secara rutin. Pada kenyataannya tindakan episiotomi dapat menyebabkan

peningkatan jumlah kehilangan darah ibu, bertambahnya luka pada

perineum bagian posterior, meningkatkan kerusakan pada sfingter ani

14
dan peningkatan rasa nyeri pada hari-hari pertama postpartum.

Nyeri luka episiotomi disebabkan karena terputusnya jaringan

atau otot-otot perineum akibat tindakan episiotomi maka aliran darah

pada jaringan tersebut terhambat dan mengantarkan respon nyeri ke

hypothalamus dan presepsikan ke saraf parifer dan menimbulkan nyeri,

serta terbentuknya jaringan parut dan mengakibatkan dispareuni atau

nyeri pada vagina atau nyeri di dalam panggul juga dapat terjadi selama

melakukan hubungan seksual (Pudiastuti, 2012:1).

b.Indikasi episiotomi

Tindakan episiotomi tidaklah boleh dilakukan secara rutin

karena dapat meningkatkan rupture menjadi tingkat III atau IV,

meningkatnya jumlah darah yang hilang, risiko infeksi serta nyeri dengan

luka persalinan. Oleh karena itu, dalam melakukan tindakan episiotomi

membutuhkan pertimbangan klinis dengan cara memperhatikan beberapa

indikasi yang memperbolehkan dalam melakukan prosedur episiotomi.

Berdasarkan ruang lingkup 24 standar kebidanan, penanganan kala II

dengan gawat janin melalui episiotomi terdapat pada standar

(Purwoastuti dan Walyani, 2014: 152). Indikasi dalam melakukan

episiotomi yang umum adalah:

a) Fasilitasi untuk persalinan dengan tindakan atau

denganmenggunakan instrument. Persalinan pervaginam dengan

penyulit, misalnya presentasi bokong, distosia bahu, akan

dilakukannya ekstraksi forcep, dan ekstraksi vakum.

b) Mencegah terjadinya robekan perineum yang kaku/pendek atau

15
diperkirakan tidak mampunya perineum untuk beradaptasi terhadap

regangan yang berlebihan misalnya bayi yang sangat besar atau

makrosomia, untuk mengurangi tekanan pada kepala bayi dengan

prematuris, bahkan terhadap ibu yang tidak mengetahui cara

mengedan yang baik dan benar.

c) Mencegah terjadinya kerusakan jaringan pada ibu dan bayi pada

kasus letak/presentasi abnormal (bokong, muka, ubun-ubun kecil di

belakang) dengan menyediakan tempat labih luas untuk persalinan

yang aman (Pudiastuti, 2012:2).

c. Jenis-jenis Episiotom

Menurut Benson dan Pernoll (2013) ada dua jenis episiotomi yang

digunakan saat ini, yakni:

a) Episiotomi Median

Episiotomi median merupakan episiotomi yang paling mudah

dilakukan dan diperbaiki. Metode ini hampir tidak mengeluarkan

darah dan setelah melahirkan lebih terasa tidak sakit ketimbang jenis

lainnya. Lakukan insisi rafe median perineum hampir mencapai

sfingter ani dan perpanjang insisi ini paling sedikit 2-3 cm di atas

septum rektovagina. Namun terkadang pula terdapat robekan tingkat

tiga bahkan sampai tingkat empat.

b) Episiotomi mediolateral

Episiotomi secara mediolateral Insisi mediolateral digunakan

secara luas pada obstetri opertif dikarenakan aman. Melakukan insisi

ke bawah dan ke luar, ke arah batas lateral sfingter ani dan paling

16
sedikit separuh jarak ke dalam vagina. Namun, insisi ini dapat

menimbulkan banyak perdarahan dan dapat tetap akan terasa nyeri

meskipun setelah nifas.

d. Waktu dilakukannya episiotomi

Prosedur episiotomi sebaiknya dilakukan ketika bagian terendah

janin mulai meregang perineum pada janin matur, sebelum bagian

terendah sampai pada otot-otot perineum pada janin imatur, segera

sebelum memasang forsep dan tetap sebelum ekstraksi bokong (pada

persalinan bokong) (Benson dan Pernoll, 2013: 176-177).

e. Prosedur Episiotomi

Berikut ini uraian tentang alat dan bahan yang diperlukan dalam

melakukan tindakan episiotomi serta prosedur kerja sebagai berikut:

a. Alat dan bahan:

1) Alat pelindung diri (celemek, masker, tutup kepala, alas kaki atau

sepatu booth)

2) Sarung tangan steril/DTT

3) Pincet anatomis

4) Gunting episiotomi

5) Kassa steril

6) Lidocain 1%

7) Spuid 10 ml

8) Waskom berisi larutan klorin 0,5%

9) Bengkok/nierbeken

10) Sabun cuci tangan

17
11) Air mengalir

12) Handuk bersihe.

e. Penjahitan Luka Episiotomi

Sebelum dilakukannya tindakan episiotomi, pasien perlu

diberikan anetesi lokal, yaitu dengan lidokain 1% tanpa epineprin, jika

tidak tersedia gunakan lidokain 2% yang dilarutkan dengan air steril

dengan perbandingan 1:1 yang digunakan untuk menginfiltrasi jaringan

dan mengeblok saraf sensorik. Episiotomi adalah tindakan yang

menimbulkan rasa sakit, dengan anastesi lokal merupakan bagian dari

asuhan sayang ibu. Ibu yang diepisiotomi dengan anastesi lokal tetap

dalam keadaan sadar dan waspada selama dilakukannya tindakan,

sehingga sangat penting konseling untuk meningkatkan kerjasama dan

meminimalkan ketakutan ibu. Obat dan peralatan kegawatdaruratan

(penyedot oksigen, alat resusitasi) harus siap tersedia dan dalam kondisi

siap pakai dan seluruh anggota tim terlatih menggunakannya (Tando,

2013: 125).

2.1.3 Tinjauan Khusus tentang Masa Nifas

a. Pengertian masa nifas

Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2013:2). Periode post

partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali ke

keadaan tidak hamil. Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna

maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih seperti keadaan sebelum

18
hamil (Marmi, 2014:135).

b. Peran Bidan pada Masa Nifas

Peran bidan pada masa nifas adalah sebagai berikut:

a. Memberikan dukungan yang terus-menerus selama masa nifas

yang baik dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi

ketegangan fisik dan psikologis selama persalinan dan nifas

b. Sebagai promoter hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara

fisik dan psikologis

c. Mengondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara

meningkatkan rasa nyaman (Saleha, 2013: 5).

c. Tahapan masa nifas

Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yakni:

a. Puerperium dini Suatu masa kepulihan di mana ibu

diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial Suatu masa di mana kepulihan dari

organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu.

c. Remote puerperium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama ibu bila selama

hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi (Yanti dan

Sundawati, 2014: 2)

d. Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada Masa Nifas

Perubahan Fisiologis pada masa nifas: (Walyani, 2015).

1.Sistem Kardiovaskular Denyut jantung, volume dan curah jantung

meningkat segera setelah melahirkan karena terhentinya aliran darah ke

plasenta yang mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi

19
dengan haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan

pembuluh darah kembali ke ukuran semula.

2. Sistem Reproduksi

a. Uterus Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

1. Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000gr

2. Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah

pusat dengan berat uterus 750gr

3. Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan

pusat simpisis dangan berat uterus 500gr

4. Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas

simpisis dengan berat urterus 350gr

5. Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan

berat uterus 50gr

b. Lochea Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan

vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea:

1. Rubra (cruenta)

1-3 hari postpartum Merah Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium

2. Sanguinolenta

3-7 hari postpartum Berwarna merah kekuningan Berisi darah dan

lendir

3. Serosa

7-14 hari postpartum Merah jambu kemudian kuning Cairan serum,

jaringan desidua, leukosit, dan eritrosit.

4. Alba

2 minggu postpartum Berwarna Putih Cairan berwarna putih seperti

20
krim terdiri dari leukosit dan sel-sel desidua.

6. Purulenta Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk

7. Locheastatis Lochea tidak lancar keluarnya.

c. Serviks

Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendur,

terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri

berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan

antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin.

Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh

darah. Segera setelah bayi lahir, tangan pemeriksa masih dapat

dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat

masuk. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama

seperti sebelum hamil (Rukiyah, 2011).

d. Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari

pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam

keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada

keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur

akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

(Walyani, 2015).

e. Payudara

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi

secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis,

yaitu produksi susu dan sekresi susu (let down). Selama sembilan bulan

kehamilan, jaringan payudara tumbuh menyiapkan fungsinya untuk

menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika

21
hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambat

kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik).

Ketika bayi menghisap puting, reflek saraf merangsang lobus posterior

pituitary untuk menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang

reflek let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI

melalui sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting.

Ketika ASI dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel

acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak (Saleha, 2013).

3. Perubahan Sistem Pencernaan

Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan

produksi progesteron. Sehingga hal ini dapat menyebabkan heartburn dan

konstipasi terutama dalam beberapa hari pertama. Kemungkinan terjadi hal

ini karena kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya

reflek hambatan defekasi dikarenakan adanya rasa nyeri pada perineum

karena adanya luka episiotomi (Bahiyatun, 2016).

4. Perubahan Sistem Perkemihan

Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Dieresis terjadi

karena saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali

normal setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung

kemih mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh

adanya overdistensi pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran urine

yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan

oleh adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat

berkurang setelah 24 jam postpartum (Bahiyatun, 2016).

5. Perubahan Tanda-tanda Vital

Perubahan Tanda-tanda Vital terdiri dari beberapa, yaitu:

(Nurjanah, 2013)

22
a. Suhu Badan

Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5oC-

38oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan

(dehidrasi) dan kelelahan karena adanya bendungan vaskuler dan

limfatik. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya

pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan

ASI, payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya

ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi endometrium,

mastitis, tractus genetalis atau system lain.

b. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa antara 60-80 kali per menit

atau 50-70 kali per menit. Sesudah melahirkan biasanya denyut nadi

akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus

waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.

c. Tekanan Darah

Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg pada systole dan

10 mmHg pada diastole. Biasanya setelah bersalin tidak berubah

(normal), kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu

melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada

postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi pada masa

postpartum.

d. Pernapasan

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan

denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan

mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran

napas contohnya penyakit asma. Bila pernapasan pada masa

23
postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

e. Perubahan Psikologis Nifas

Periode Postpartum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru,

bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-faktor

yang mempengaruhi suksenya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada

masa postpartum, yaitu: (Bahiyatun, 2016).

1. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman

2. Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan sertaaspirasi

3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain

4. Pengaruh budaya Dalam menjalani adaptasi psikososial menurut Rubin

setelah melahirkan, ibu akan melalui fase-fase sebagai berikut: (Nurjanah,

2013)

1. Masa Taking In (Fokus pada Diri Sendiri)

Masa ini terjadi 1-3 hari pasca-persalinan, ibu yang baru melahirkan

akan bersikap pasif dan sangat tergantung pada dirinya (trauma),

segala energinya difokuskan pada kekhawatiran tentang badannya.

Dia akan bercerita tentang persalinannya secara berulang-ulang.

2. Masa Taking On (Fokus pada Bayi)

Masa ini terjadi 3-10 hari pasca-persalinan, ibu menjadi khawatir

tentang kemampuannya merawat bayi dan menerima tanggung

jawabnya sebagai ibu dalam merawat bayi semakin besar. Perasaan

yang sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika

komunikasinya kurang hati-hati.

3. Masa Letting Go (Mengambil Alih Tugas sebagai Ibu Tanpa Bantuan

NAKES)

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu mengambil

24
langsung tanggung jawab dalam merawat bayinya, dia harus

menyesuaikan diri dengan tuntutan ketergantungan bayinya dan

terhadap interaksi social. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan

ketergantungan. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat

pada fase ini.

f. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas

1. Nutrisi Dan Cairan

Pada mereka yang melahirkan secara normal, tidak ada pantangan

diet. Dua jam setelah melahirkan perempuan boleh minum dan makan

seperti biasa bila ingin. Namun perlu diperhatikan jumpal kalori dan

protein ibu menyusui harus lebih besar daripada ibu hamil, kecuali apabila

si ibu tidak menyusui bayinya. Kebutuhan pada masa menyusui meningkat

hingga 25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan

yang meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu

menyusi sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu

berguna untuk melaksanakan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam

tubuh, proses produksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan

dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan

yang dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti susunanya harus

seimbang , porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau

berlemak, tidak mengandung alcohol, nikotin serta bahan pengawet dan

pewarna. Menu makanan yang seimbang mengandung unsure-unsur ,

seperti sumber tenaga, pembangunan, pengatur dan perlindung.

2. Sumber Tenaga (Energi)

Sumber tenaga yang diperlukan untuk membakar tubuh dan pembentukan

jaringan baru. Zat nutrisi yang termasuk sumber energy adalah karbohidrat

dan lemak. Karbohidrat berasal dari padi-padian, kentang, umbi, jagung,

25
sagu, tepung roti, mie, dan lain-lain. Lemak bias diambil dari hewani dan

nabati.lemak hewani yaitu mentega dan keju. Lemak nabati berasal dari

minyak kelapa sawit, minyak sayur dan margarine.

1. Sumber Pembangun (Protein)

Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel-sel yang

rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani

dan protein nabati. Protein hewani antara lain telur, daging, ikan,

udang kering, susu dan keju. Sedangkan protein nabati banyak

terkandung dalam tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain-lain.

2. Sumber pengatur dan pelindung ( mineral, air dan vitamin)

Mineral, air dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari

serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam

tubuh. Sumber zat pengatur bias diperoleh dari semua jenis sayur dan

buahbuahan segar. Beberapa mineral yang penting, antara lain :

a. Zat kapur untuk membentuk tulang. Sumbernya berasal dari susu,

keju, kacang-kacangan dan sayur-sayuran berdaun hijau.

b. Fosfor untuk pembentukan tulang dan gigi. Sumbernya berasal dari

susu, keju dan daging.

c. Zat besi untuk menambah sel darah merah. Sumbernya berasal dari

kuning telur, hati, daging, kerang, kacang-kacangan dan sayuran.

d. Yodium untuk mencegah timbulnya kelemahan mental. Sumbernya

berasal dari ikan, ikan laut dan garam beryodium.

e. Kalsium merupakan salah satu bahan mineral ASI dan juga untuk

pertumbuhan gigi anak. Sumbernya berasal dari susu, keju dan

lain-lain.

f. Kebutuhan akan vitamin pada masa menyusui meningkat untuk

memenuhi kebutuhan bayinya. Beberapa vitamin yang penting

26
antara lain :

1. Vitamin A untuk penglihatan berasal dari kuning telur ,hati,

mentega, sayur berwarna hijau, wortel, tomat dan nangka.

2. Vitamin B1 agar nafsu makan baik yang berasal dari hati, kuning

telur, tomat, jeruk, nanas.

3. Vitamin B2 untuk pertumbuhan dan pencernaan berasal dari hati,

kuning telur, susu, keju, sayuran hijau.

4. Vitamin B3 untuk proses pencernaan, kesehatan kulit, jaringan

saraf dan pertumbuhan. Sumbernya antara lain susu, kuning telur,

daging, hati,beras merah, jamur dan tomat.

5. Vitamin B6 untuk pembentukan sel darah merah serta kesehatan

gigi dan gusi. Sumberny antara lain gandum, jagung, hati dan

daging.

6. Vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan

jaringan saraf. Sumbernya antara lain telur, daging, hati, keju, ikan

laut dan kerang laut.

7. Vitamin C untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan semua

jaringan ikat ( untuk penyembuhan luka ), pertumbuhan tulang,

gigi dan gusi, daya tahan terhadap infeksi dan memberikan

kekuatan pada pembuluh darah. Sumbernya berasal dari jeruk,

tomat, melon, mangga, papaya dan sayur.

8. Vitamin D untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang dan gigi

serta penyerapan kalsium dan posfor. Sumbernya berasal dari

minyak ikan, ikan susu, margarine, san penyinaran kulit dengan

matahari sebelum jam 9.

9. Vitamin K untuk mencegah perdarahan. Sumbernya berasal dari

hati, brokoli, bayam dan kuning telur.

27
g. PerawatandanPengawasanMasaNifas

1. Perawatanmasanifas

a. Ambulasidini

Ambulasidiniadalahkebijaksanaanagarsecepatmungkinbidanmem

bimbingibupostpartumbangundaritempattidurnyadanmembimbing

ibu secepat mungkin untuk berjalan.

Keuntunganearlyambulationadalah:

1) Ibumerasalebihsehatdankuatdengan earlyambulation.

2) Faaldankandungkemihlebihbaik.

3) Earlyambulationmemungkinkankitamengajarkanibucarameraw

atanaknyaselamaibumasihdirumahsakit.Misalnyamemandikan,

menggantipakaian, danmemberi makan.

4) Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosialearly

ambulationekonomis),menurutpenelitian-

penelitianyangseksama,tidakmempunyaipengaruhyangburuk,ti

dakmenyebabkanpendarahanyangabnormal,tidakmempengaruhipe

nyembuhanlukaepisotomyatau luka di perut, serta tidak

memperbesar kemungkinan

prolapsus.Earlyambulationtentunyatidakdibenarkanpadaibupostpartu

mdenganpenyulit,misalnyaanemia,penyakitjantung,penyakitparu-

paru,demam,dansebagainya.

penambahankegiatandenganearlyambulationharusberangsur-

angsur,jadibukanmaksudnyaibusegerabangundibenarkanmencuci,

memasakdan sebagainya.

28
b. Nutrisidancairan

Pada masa nifas masalah diitperlu mendapat perhatian yang

serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat

penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu.

Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori,

tinggi protein dan banyak mengandung cairan.

Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan agar gizi

sebagaiberikut :

Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari menjadi ±2700–

3000 kalori.

1) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral, dan vitamin yang cukup.

2) Minum sedikitnya 3liter air tiap hari.

3) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,

setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.

4) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat

memberikan vitamin A kepada bayi melalui ASI.

c. Personal hygiene

Pada masa nifas ,seorang ibu sangat rentan terhadap

penyakit infeksi. Oleh karena itu kebersihan diri sangat penting

untuk mencagah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian,

tempat tidur dan lingkungan sangat penting untuk menjaga

kebersihan dari ibu nifas adalah:

1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama Perineum.

29
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin

dengansabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk

membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari

depan kebelakang ,kemudian membersihkan daerah sekitar

anus. Anjurkan ibu untuk membersihkan vulva setiap

kalisetelah BAB atau BAK.

3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut

setidaknya 2 kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah

dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan

disetrika.

4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air

sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

5) Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi, sarankan

kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut.

d. Istirahat dan tidur

Hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan

istirahat dan tidur adalah:

1) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan

yang berlebihan.

2) Saran ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga

secara perlahan-lahan,serta untuk tidur siang atau beristirahat

selagi bayi tidur.

3) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:

a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

30
b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

pendarahan.

c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat

bayi dan dirinya sendiri.

e. Aktivitas seksual

Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus

memenuhi syarat sebagai berikut :

1) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu

darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu dua jari

kedalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untyuk

memulai melakukan hubungan suami istri kapanpun ibu siap.

2) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan

suamiistri sampai waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau

6 minggusetelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada

pasangan yangbersangkutan.

f. Eliminasi

1) BAK

Ibu diminta untuk buang air kecil (BAK) 6 jam post partum,

jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali

berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterasi.

Akantetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu 8

jam untuk kateterisasi.

2) BAB

Ibu post partum diharapkandapat buang air besar (BAB)

31
setelahhari kedua post partum. Jika hari ketiga belum juga

BAB, maka perlu diberi obat pencahar peroral atau perrectal.

Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB,

maka dilakukan klisma (huknah)(Saleha2009,71 – 75).

g. Perawatan payudara

Menjaga payudara tetap bersih dan kering serta menggunakan BH

yang menyokong payudara, jika putting susu lecet oleskan

colostrums atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap

kali selesai menyusui dan tetap menyusukan pada putting susu

yang lecet, apabila lecet sangat berat istirahatkan selama 24 jam

dan untuk menghindari nyeri dapat minum paracetamol 1 kaplet

setiap 4–6 jam (Saifuddin2006,128).

h. Latihan

Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan

panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini

menyebabkan ototperutnya menjadi kuat.

Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat

membantu seperti :

1) Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik

otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan

angkat dagu kedada : tahan satu hitungan sampai 5. Rileks dan

ulangi 10 kali.

2) Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel)

(Saifuddin2006, 127).

32
2. Pengawasan masa nifas

Pengawasan masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan

bayinya untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah.

Hal-hal yang perlu dipantau pada masa nifas adalah:

a. Kunjungan I (6 –8 jam setelah persalinan)

a) Mencegah pendarahan masa nifas Karena atonia uteri

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan : rujuk bila

pendarahan berlanjut.

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah pendarahan masa nifas karena

atonia uteri.

d) PemberianASIawal.

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.

b. Kunjungan ke–2 (6 hari setelah persalinan)

a) Memastikan involusia uteri berjalan normal : uterus

berkonsentrasi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada

pendarahan abnormal, tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau pendarahan

abnormal.

c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan

istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

33
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-

hari.

c. Kunjungan ke–3 (2 minggu setelah persalinan)

Seperti pada kunjungan ke– 2(6 hari setelah persalinan).

d. Kunjungan ke–4(6 mingu setelah persalinan)

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau

bayialami.

b) Memberikan konseling keluarga berencana secara dini,

imunisasi, dan tanda-tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan

bayi (Saifuddin2006, 123).

2.2 Tinjauan Umum Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan

2.2.1 Pengertian manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah satu metode pendekatan

pemecahan masalah yang digunakan oleh bidan dalam proses

pemecahan masalah dalam pemberian pelayanan asuhan kebidanan,

atau merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan oleh bidan

serta merupakan metode yang terorganisir melalui tindakan logika

dalam memberi pelayanan.

2.2.2 Tahapan dalam manajemen kebidanan menurut Helen varney

Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah asuhan

kebidanan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar yang diakhiri

dengan evaluasi. Tahapan dalam proses manajemen asuhan kebidanan

ada 7 langkah yaitu:

34
1. Pengkajian dalam pengumpulan data dasar yang lengkap untuk

menilai keadaan klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat

kesehatan klien, pemeriksaan fisik, dan catatan riwayat kesehatan

yang lalu dan sekarang, pemeriksaan laboratorium. Semua data

tersebut di atas harus memberikan informasi yang saling

berhubungan dari semua sumber dan menggambarkan kondisi ibu

yang sebenarnya.

2. Identifikasi diagnose / masalah aktual.

Menginterprestasikan data secara spesifik mengenai diagnose dan

masalah. Kata diagnose dan masalah selalu digunakan namun

keduanya mempunyai pengertian yang berbeda. Masalah lebih sering

berhubungan dengan apa yang dialami oleh seseorang, menguraikan

suatu kenyataan yang ia rasakansebagai suatu masalah. Sedangkan

diagnose lebih sering diidentifikasi olehbidan yang berfokus pada

apa yang dialami oleh klien.

3. Antisipasi diagnose / masalah potensial

Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifakasi faktor-faktor

potensial yang memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan

jika memungkinkan atau waspada sambil menunggu dan

mempersiapkan pelayanan untuk segala sesuatu yang mungkin

terjadi.

4. Evaluasi perlunya tindakan segera / kolaborasi

Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus selama

kliendalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan

35
data barusegera dinilai. Data yang muncul dapat menggambarkan

suatu keadaan darurat dimana bidan harus segera bertindak untuk

menyelamatkan klien.

5. Rencana asuhan kebidanan

Rencana tindakan konfrehensif bukan hanya meliputi kondisi klien

serta hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi

meliputi antisipasi dengan bimbingan terhadap klien, serta

konseling, bila perlu mengenai ekonomi, agama, budaya, atau

masalah psikologis. Rencana tindakan harus disetujui klien, oleh

sebab itu harus didiskusikan dengan klien. Semua tindakan yang

diambil harus berdasarkan rasional yang relevan dan diakui

kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus dianalisa

secara teoritis.

6. Pelaksanaan asuhan kebidanan (Implementasi)

Pelaksanaan rencana asuhan kebidanan (Implementasi) dilaksanakan

oleh bidan dan sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan anggota

tim kesehatan lainnya berdasarkan rencana yang ditetapkan.

7. Evaluasi asuhan kebidanan

Langkah akhir kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya

evaluasi ini dilakukan pada setiap langkah kebidanan. Pada tahap

evaluasi bidan harus mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan

kebidanan yang diberikan kepada klien. (Wulandari, Ddkk 2009 hal.

131).

2.2.3 Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)

36
1. Data subjektif

Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata

mencakup nama, umur, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan

serta keluhan-keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung

pada klien atau keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.

2. Data Objektif

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi,

palpasi, auskultasi, perkusi, serta pemeriksaan penunjang seperti

pemeriksaan laboratorium.

3. Assesmen / Diagnosa

Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan

masalah yang mencakup kondisi tersebut. Penegakan diagnose

kebidanan dijadikan sebagai dasar tindakan dalam upaya

menanggulangi ancaman keselamatan ibu.

4. Planning / Perencanaan

Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh

bidan dalam melakukan intervensi untuk mencegah masalah pasien / klien.

Salmah, dkk. 2006 hal. 171).

37
38
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA IBU NIFAS NY”A”
USIA 27 TAHUN PIA0 DENGAN NYERI LUKA EPISIOTOMI ROBEKAN
DERAJAT 2
DI PUSKESMAS KAMONJI

1. PENGKAJIAN
1.1 DATA SUBJEKTIF
Anamnesa dilakukan oleh : Bidan Nur Febri Ayu
Pada tanggal : 15 Desember 2022 pukul : 14.00 Wita
1.1.1 IDENTITAS KLIEN No. Register : 17xxxx
Nama Klien : Ny. A Suami : Tn. H
Umur : 27 tahun Umur : 28 tahun
Suku/ Bangsa : indonesia Suku/ Bangsa : indonesia
Agama : islam Agama : islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Penghasilan: - Penghasilan : ±1.000.000
Alamat : Jl. Mangga Alamat : Jl. Mangga

1.1.2 Keluhan utama


Ibu mengeluh nyeri pada luka jahitan bekas pengguntingan pada jalan lahir
1.1.3 Riwayat menstruasi
 Menarche : 13 tahun
 Siklus menstruasi : 28-30 hari (teratur)
 Lama : 7-8 hari
 Banyaknya darah : 3 kali ganti pembalut dalam sehari
 Konsistensi : Cair
 Dysmenorhoe : Ya/tidak (sebelum/selama/sesudah menstruasi)
 Flour albus : Ya/tidak (sebelum/selama/sesudah menstruasi)
Warna: putih kekuningan Bau: khas Gatal: tidak
 HPHT : 7 maret 2022
 Taksiran persalinan: 14 Desember 2022

1.1.4 Status perkawinan


 Kawin : 1 Kali
 Lama kawin : 2 tahun

39
1.1.5 Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Kehamilan Persalinan Nifas Anak
Suami K
Umur penyul penol jen tmpt Peny Penyu L/P BB/ menyus H/M ket
No. ke B
it ong is ul l PB ui

1. hamil ini

1.1.6 Riwayat kehamilan sekarang


- Hamil yang ke I dengan umur kehamilan 40 minggu
- Gerakan anak dirasakan pertama kali sejak umur kehamilan 21 minggu
- gerak anak sekarang ± 10 kali dalam sehari
- Selama hamil, memeriksakan kehamilannya di puskesmas kamonji
sebanyak 6 kali kunjungan, TM 1 : 1 kali kunjungan, TM II : 2 kali dan
TM III : 3 kali kunjungan.
Imunisasi TT di puskesmas kamonji
1 kali 14 oktober 2022 saat usia kehamilan 31 Minggu.
- Keluhan yang dirasakan selama hamil ini
Pada TM I : ibu mengeluh mual dan pusing, dan TM III : ibu mengeluh
sering sakit pinggang dan mules pada saat mau melahirkan.
1.1.7 Riwayat persalinan sekarang
Pasien datang kepuskesmas tanggal 14 Desember jam 04.20 WITA, dengan
keluhan mules dan kenceng-kenceng. Lama kala 1 : 7 jam 20 menit, lama kala
II : 20 menit, bayi lahir spontan, Lama kala III : 5 menit setelah bayi lahir dan
dilakukan pemantaun 2 jam PP pada kala IV dalam keadaan normal.
1.1.8 Riwayat kesehatan keluarga
a. Keturunan kembar : tidak ada
Dari pihak siapa : tidak ada
Penyakit keturunan : tidak ada
Jenis penyakit : tidak ada
Dari pihak siapa : tidak ada

40
b. Penyakit lain dalam keluarga : tidak ada
Jenis penyakit : tidak ada
Dari pihak siapa : tidak ada

1.1.9 Riwayat kesehatan yang lalu


 Penyakit menahun : ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit
menahun
 Penyakit menurun : ibu mengatakan tidak punya riwayat penyakit
menurun
 Penyakit menular : ibu mengatakan tidak mempunya riwayat
penyakit menular

1.1.10 Latar belakang budaya dan dukungan keluarga


- Kebiasaan/upacara adat istiadat saat hamil : melakukan adat 3 bulanan
pada saat masa hamil.
- Pantangan saat sesudah melahirkan/ masa menyusui: tidak ada pantangan
- Kebiasaan keluarga yang menghambat : tidak ada
- Kebiasaan keluarga yang menunjang : tidak ada
- Dukungan dari suami : suami memberi dukungan ibu
pada saat hamil, melahirkan
hingga masa nifas
- Dukungan dari keluarga yang lain : keluarga mendukung dari
kehamilan samapai masa nifas

1.1.11 Pola kebiasaan sehari-hari


a. Pola Nutrisi
Selama hamil. : Makan 3x sehari, Minum ± 2 liter
Sesudah melahirkan : Makan 3x sehari, Minum ± 2 liter
Masalah yang dirasakan : tidak ada
b. Pola Eliminasi
Selama hamil : BAB 1x sehari, BAK ± 5x sehari
Sesudah melahirkan : masih belum BAB, BAK ± 4x sehari
Masalah yang dirasakan : ibu mengatakan susah BAB
c. Pola istirahat tidur
Selama hamil : Tidur siang ± 2 jam, Malam ± 8 jam
Sesudah melahirkan : ibu mengatakan siang tidak tidur, malam ± 7
jam

41
Masalah yang dirasakan : tidak ada
d. Pola Aktivitas
Selama hamil : mengurus rumah, dll
Sesudah melahirkan : ibu merawat bayi
Masalah yang dirasakan : tidak ada

e. Perilaku Kesehatan
Penggunaan obat/jamu/rokok, dll selama hamil : tidak ada
Penggunaan obat/jamu/rokok, dll sesudah melahirkan : tidak ada
1.1.12 Sistem Psikososial
a. Fase taking in
Ibu merasa lelah setelah masa persalinan
b. Fase taking hold
Ibu bisa menyusui anaknya
c. Fase letting go
Ibu bisa menerima dan merawat anaknya dengan baik
d. Fase post partum blues
-

1.2 DATA OBJEKTIF


1.2.1 Riwayat persalinan sekarang
Kala I
- 7 jam 20 menit
Kala II
- 20 menit
Kala III
-5 menit setelah bayi lahir
Kala IV
-2 jam post partum
1.2.2 Pemeriksaan Umum
 Kesadaran : Composmentis
 Tekanan Darah : 110/87mmhg
 Suhu : 36,5
 Nadi : 80x/menit
 RR : 20x/menit
 BB (sebelum hamil) : 60 kg sekarang: 62kg

42
 TB : 160 cm
1.2.3 Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
 Kepala : rambut warna hitam, tidak terlihat benjolan abnormal
 Muka : Kelopak mata : tidak ada benjolan abnormal
Conjungtiva : merah mudah
Sklera : putih
 Mulut dan gigi : Bibir : lembab
Lidah : tidak ada stomatitis
Gigi : tidak ada gigi berlubang
 Hidung : Simetris : lubang hidung simetris
Sekret : tidak ada
Kebersihan : hidung bersih
 Leher : Pembesaran vena jugularis : tidak ada
Pembesaran kelenjar thyroid : tidak ada
Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada
 Dada : Simetris : payudara simetris
Pembesaran payudara : tidak ada benjolan
abnormal
Hiperpigmentasi : hiperpigmentasi
pada areola mamae
Papila mammae : terdapat papila mamae
Keluaran : keluar kolostrum
Kebersihan : mamae tampak bersih
 Perut : Pembesaran : tidak ada pembesaran
abnormal
Bekas luka operasi : tidak ada bekas luka SC
Linea : terdapat garis linea
Striae :tidak ada
Pembesaran lien/ liver : tidak ada pembesaran
liver
 Anogenetalia : Vulva vagina warna : merah kehitaman
Luka parut : ada luka jahitan
Oedema : tidak oedem

43
Varises : tidak ada
Keluaran : lochea rubra
Hemorroid : tidak ada hemoroid
Kebersihan : genetalia bersih
 Ekstremitas atas dan bawah: Oedema : tidak oedem
Varises : tidak ada varises
Kekakuan sendi : tidak ada kekakuan sendi
b. Palpasi
 Leher : Pembesaran vena jugularis : tidak ada
Pembesaran kelenjar thyroid : tidak ada
Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada
Struma : tidak ada.
 Dada : Benjolan/ Tumor : tidak ada benjolan abnormal
Keluaran : asi kolostrum
 Perut : Pembesaran lien/ liver : tidak ada
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus : baik
Kandung kemih : kosong
 Ekstremitas atas dan bawah : Oedema: tidak oedema/tidak oedema

1.2.4 Pemeriksaan penunjang


Laboratorium :. -
Foto : -
Lain-lain : -

2. DIAGNOSA
Ny.”A” Usia 27 Tahun PIA0 dengan Nyeri Luka Perineum Robekan Derajat 2

3. RENCANA

1. Jelaskan ibu hasil pemeriksaan

Rasional: Agar ibu mengetahui dan mengerti kondisinya saat ini.

2. Observasi Tinggi Fundus Uteri (TFU), kontraksi uterus, pengeluaran lochia

Rasional: Pemeriksaan TFU dilakukan untuk mengetahui bahwa proses involusi uteri

berjalan normal atau tidak, normalnya TFU mengalami penurunan 1

44
cm/hari yang teraba bundar dan keras (Saleha, 2013: 130). Menilai

kontraksi uterus merupakan salah satu upaya pencegahan perdarahan

postpartum yang diakibatkan oleh atonia uteri dan memperlambat proses

involusi (Saleha, 2013: 131). Salah satu indikator untuk mengetahui

bahwa masa nifas berlangsung normal dengan ditandai pengeluaran lochia

yang sesuai dengan waktu dan warna serta baunya (Maritalia, 2012: 21).

3. Jelaskan penyebab nyeri luka episiotomi yang dirasakan ibu

Rasional: Adanya pemisahan jaringan otot-otot perineum pada saat dilakukan

episiotomi yang mengakibatkan nyeri (Pudiastuti, 2012:1).

4. Anjurkan ibu mobilisasi dini secara bertahap

Rasional: mobilisasi dini dapat memulihkan kondisi tubuh dengan cepat, system

sirkulasi di dalam tubuh pun bisa berfungsi normal kembali. Bahkan 80

dapat mencegah aliran darah terhambat. Hambatan aliran darah dapat

menyebabkan terjadinya thrombosis vena dalam dan dapat menyebabkan

infeksi (Marmi, 2012:137).

5. Lakukan perawatan luka episiotomi

Rasional: Melakukan perawatan luka episiotomi dapat mencegah terjadinya infeksi dan

mempercepat proses penyembuhan (Marmi, 2012: 141).

6. Berikan pendidikan kesehatan tentang istirahat yang cukup

Rasional: Memulihkan kembali tenaga ibu yang terkuras selama proses persalinan

7. Jelaskan kepada ibu tentang akibat kurang istirahat

Rasional: Kurang istirahat akan mengurangi produksi ASI dan memperbanyak

perdarahan yang dapat menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk

merawat bayi dan dirinya sendiri (Marmi, 2012:145).

8. Jelaskan kepada ibu tentang manfaat dari ASI eksklusif

45
Rasional: Komposisi susuai kebutuhan, kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi

sampai usia enam bulan, ASI mengandung zat pelindung, perkembangan

psikomotorik bayi lebih cepat, manfaat bagi ibu dapat mempercepat

kembalinya rahim kebentuk semula (Saleha, 2013:31-32).

9. Anjurkan kepada ibu untuk makan makanan yang bergizi

Rasional: Makan yang bergizi mampu memulihkan tenaga dan pemenuhan nutrisi ibu

selama proses pemulihan dengan luka persalinan dan tidak hanya itu

pemenuhan gizi yang baik pada ibu akan berdampak positif terhadap

produksi ASI ibu dan makanan yang mengandung serat dapat memperlancar

BAB (Saleha, 2013:31-131).

10. Anjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama daerah perineum

Rasional: Menjaga kebersihan daerah perineum ibu dan mencegahnya dari infeksi

serta membantu mempercepat proses penyembuhan luka jahitan episiotomi

(Marmi, 2012:139).

11. Ajarkan kepada ibu tentang cara perawatan luka episiotomi

Rasional: Mengajarkan kepada ibu cara perawatan luka episiotomi yang benar, maka

ibu dapat mencegah terjadinya infeksi pada luka episiotomi (Marmi, 2012:

142).

12. Jelaskan tanda-tanda infeksi pada luka episiotomi

Rasional: Menjelaskan tanda-tanda infeksi pada jahitan luka episiotomi, diharapkan

ibu dapat lebih memperhatikan serta mencegah sedini mungkin terjadinya

infeksi (Marmi, 2012:142).

13. Jelaskan kepada ibu tentang tehnik menyusui yang baik dan benar

Rasional: Bayi akan tampak tenang karena mudah mnghisap ASI, pemenuhan nutrisi

46
bayi cukup, dan mencegah terjadinya puting susu lecet dan tidak terasa nyeri

(Saleha, 2013:38).

14. Anjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual selama 6 minggu dengan luka

persalinan

Rasional: Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua

luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomi biasanya telah sembuh

dengan baik (Marmi, 2012:147).

15. Anjurkan ibu untuk meminum hingga habis obat analgetik dan antibiotik serta zat besi

yang telah diberikan.

Rasional: Obat analgetik dapat mengurangi rasa nyeri yang dialami ibu dan obat

antibiotik dapat menghambat mikroba atau jenis lain penyebab infeksi, serta

dengan pemberian zat besi pada ibu nifas karena di masa nifas kebutuhan Fe

meningkat akibat kehilangan darah pada saat proses persalinan (Saleha,

2013:31-132).

16. PELAKSANAAN (Tanggal 15 Desember 2022 Jam 14.05 Wita)


Tanggal/jam Kegiatan/Monitoring
15 Desember 2022 1. Jelaskan ibu hasil pemeriksaan
Jam 14.05
2. mengobservasi Tinggi Fundus Uteri (TFU), kontraksi
uterus, pengeluaran lochia
3. menjelaskan penyebab nyeri luka episiotomi yang
dirasakan ibu
4. menganjurkan ibu mobilisasi dini secara bertahap
5. melakukan perawatan luka episiotomi
6. memberikan pendidikan kesehatan tentang istirahat
yang cukup
7. menjelaskan kepada ibu tentang akibat kurang istirahat
8. menjelaskan kepada ibu tentang manfaat dari ASI

47
eksklusif
9. menganjurkan kepada ibu untuk makan makanan yang
bergizi
10. menganjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan
diri terutama daerah perineum
11. mengajarkan kepada ibu tentang cara perawatan luka
episiotomi
12. menjelaskan tanda-tanda infeksi pada luka
episiotomi
13. menjelaskan kepada ibu tentang tehnik menyusui
yang baik dan benar
14. menganjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan
seksual selama 6 minggu dengan luka persalinan
15. menganjurkan ibu untuk meminum hingga habis obat
analgetik dan antibiotik serta zat besi yang telah
diberikan.

17. EVALUASI (Tanggal 15 Desember 2022 Jam14.35 Wita)

Subyektif Obyektif Assesment Planning


Ku : baik Post 1. Memberitahu kepada ibu bahwa kondisinya saat
-Ibu Kesadaran : partum ini dalam keadaan baik
melahirkan composmenti patologi Hasil: ibu mengerti dan telah mengetahui
pada tanggal s dengan kondisinya saat ini.
15 Desember TD : 110/87 luka 2. Mengobservasi Tinggi Fundus Uteri (TFU),
2022 jam S: 36,5 episiotomi kontraksi uterus, pengeluaran lochia
12.00 RR : 20x/mnt Hasil: TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus
-Ibu mengeluh N : 80x/mnt baik teraba bundar dan keras, dan tampak
nyeri dibagian Tfu : 1 jri pengeluaran lochia rubra, tidak berbau.
luka jahitan dbwh pst 3. Menjelaskan penyebab nyeri luka jahitan
bekas Lochea : episiotomi yang dirasakan ibu disebabkan oleh
pengguntingan rubra adanya pemisahan jaringan atau otot-otot
jalan lahir perineum dari akibat tindakan episiotomi.

48
Hasil: ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan dan akan beradaptasi dengan
keadaan tersebut
4. Menganjurkan ibu mobilisasi dini secara
bertahap
Hasil: ibu telah dapat miring kanan dan kiri serta
mulai duduk secara perlahan- lahan.
5. Melakukan perawatan luka episiotomi
a. Mencuci tangan
b. Menganjurkan ibu berbaring
c. Membuka pakaian bawah ibu
d. Menggunakan handscoon
e. Melihat keadaan luka episiotomy
f. Membersihkan dengan betadin
g. Mengompres bekas luka jahitan episiotomi
dengan kassa betadin
h. Memasang pembalut, celana dalam dan pakaian
bawah ibu
i. Membereskan alat
j. Melepas handscoon
k. Mencuci tangan
Hasil: telah dilakukan perawatan luka episiotomi
6. Membantu ibu mengganti pembalut/popok
Hasil: Popok ibu telah diganti .
7.Memberikan pendidikan kesehatan tentang
istirahat yang cukup ± 8 jam di malam hari dan ±
2 jam di siang hari
Hasil: ibu bersedia melakukannnya
8.Menjelaskan kepada ibu akibat kurang istirahat
dapat mengakibatkan kurangnya produksi ASI
dan memperbanyak perdarahan yang dapat
menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri
Hasil: ibu mengerti dengan penjelasan yang

49
diberikan
9.Menjelaskan kepada ibu manfaat dari ASI
eksklusif yakni mengandung kalori dari ASI
memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam
bulan, ASI mengandung zat pelindung,
perkembangan psikomotorik bayi lebih cepat,
manfaat bagi ibu dapat mempercepat kembalinya
rahim kebentuk semula
Hasil: ibu mngerti dengan penjelasan yang
diberikan dan akan member ASI kepada
bayinya secara eksklusif
10.Menganjurkan kepada ibu untuk makan
makanan yang bergizi seimbang yaitu karbohidrat
(nasi, kentang, roti), protein (tahu, tempe, daging,
ikan, telur), vitamin (buah dan sayur) dan
memperbanyak konsumsi makanan yang
mengandung protein untuk mempercepat
penyembuhan luka episiotomi. Selain itu dengan
pemenuhan nutrisi bergizi seimbang mampu
menambah tenaga ibu serta pemenuhan nutrisi
untuk produksi ASI, serta makanan yang berserat.
Hasil: ibu bersedia melakukannya
11. Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga
kebersihan diri terutama daerah perineum, dengan
pengganti pakaian dalam apabila terasa lembab,
basah, kotor dan apabila ibu sudah tidak nyaman
lagi dan mengganti pembalut ialah 3 jam sekali
atau bila keadaan pembalut telah penuh atau dirasa
tak nyaman.
Hasil: ibu mengerti dan bersedia melakukannya
12. Mengajarkan kepada ibu cara perawatan luka
episiotomi yang pertama sebelum menyentuh
daerah vagina maupun perineum tangan harus
dalam keadaan bersih, membasuh dari arah depan

50
ke belakang hingga tidak ada sisasisa kotoran yang
menempel di sekitar vagina dan perineum, setelah
dibasuh, keringkan perineum dengan handuk
lembut, lalu kenakan pembalut baru dan jangan
sekali-kali menaburi daerah perineum dengan
bubuk bedak atau bahan lainnya karena itu dapat
menyebabkan risiko infeksi.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukannya
13. Menjelaskan tanda-tanda infeksi pada luka
episiotomi yakni terdapat warna kemerahan daerah
luka episiotomi, adanya pengeluaran darah yang
banyak padahal sebelumnya sudah tidak, terasa
panas daerah genitalia, mengeluarkan nanah dan
mengeluarkan bau yang sangat menyengat dari luka
episiotomi hingga jalan lahir, dan suhu tubuh
melebihi 37,5ºC.
Hasil: ibu mengenali tanda-tanda infeksi dan akan
menjaga kebersihan dirinya terutama daerah luka
episiotominya.
14. Menjelaskan kepada ibu tehnik menyusui yang
baik dan benar yaitu mencuci tangan yang bersih
dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan di
sekitar puting, kemudian memilih posisi duduk atau
berbaring.
a. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi
menyanggah seluruh tubuh bayi, kepala dan tubuh
bayi lurus menghadap ke dada ibu sehingga hidung
bayi berhadapan dengan puting susu ibu.
b. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian
rupa, sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah
puting susu.
c. Meletakkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu
menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka
lebar, dan bibir bawah bayi membuka lebar.

51
Hasil: ibu mengerti dan sedang melakukannya
15. Menganjurkan kepada ibu untuk tidak
melakukan hubungan seksual selama 6 minggu
dengan luka persalinan dengan batasan waktu 6
minggu didasarkan atas pemikiran pada masa itu
semua luka akibat persalinan, termasuk luka
episiotomi biasanya telah sembuh dengan baik
Hasil: Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
16. Menganjurkan ibu untuk meminum hingga
habis obat analgetik dan antibiotik yang telah
diberikan.
Hasil : ibu bersedia mengkonsumsi obatnya sampai
habis.

BAB 4

PEMBAHASAN
Dalam studi kasus ini penulis akan membahas tentang asuhan kebidanan

52
dengan post partum patologi yang diberikan pada Ny A P1A0 dengan luka

episiotomi .Terlaksananya Asuhan Kebidanan masa nifas di Wilayah Kerja

Puskesmas Kamonji dimana untuk penyusunan Askebnya disesuaikan dengan

tinjauan pustaka baik yang di dapatkan dari buku maupun jurnal ilmiah.

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan

selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8

minggu. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-

kira 6 minggu (sukma.2017).

Episiotomi adalah pengguntingan berupa sayatan kecil pada perineum yang

dilakukan pada saat proses persalinan berlangsung. Episiotomi dilakukan dengan tujuan untuk

memperluas pembukaan vagina sehingga bayi dapat keluar lebih mudah tujuan tindakan

episiotomi ialah memperlebar jalan lahir, mempercepat persalinan kala II lama yang

berlangsung lebih dari 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi, yang ditandai dengan tanda dan

gejala klinis pembukaan serviks lengkap dan ibu mengedan tetapi tidak ada kemajuan

pengeluaran kepala, menghindari robekan perineum spontan, serta mengendalikan robekan

perineum untuk memudahkan menjahit (Asri dan Clervo, 2012:86).

Nyeri luka episiotomi disebabkan karena terputusnya jaringan atau otot-otot

perineum akibat tindakan episiotomi maka aliran darah pada jaringan tersebut terhambat dan

mengantarkan respon nyeri ke hypothalamus dan presepsikan ke saraf parifer dan

menimbulkan nyeri, serta terbentuknya jaringan parut dan mengakibatkan dispareuni atau nyeri

pada vagina atau nyeri di dalam panggul juga dapat terjadi selama melakukan hubungan

seksual

BAB 5

PENUTUP

53
Dalam studi kasus ini penulis akan membahas tentang asuhan kebidanan dengan

post partum fisiologis yang diberikan pada Ny A .Terlaksananya Asuhan Kebidanan masa

nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji dimana untuk penyusunan Askebnya

disesuaikan dengan tinjauan pustaka baik yang di dapatkan dari buku maupun jurnal

ilmiah

5.1 kesimpulan

a. Melaksanakan pengakajian dan analisa data dasar Masa Nifas patologi pada

Ny”A” di puskesmas Kamonji dilakukan dengan teknik pendekatan manajemen

asuhan kebidanan yang dimulai dari pengkajian dan analisa data dasar, pada

langkah ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang

diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, mulai dari

anamnesis riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan

keterangan tambahan yang menyangkut atau yang berhubungan dengan kondisi

klien.

b. Merumuskan diagnose / masalah actual Masa Nifas patologi pada Ny”A” P1A0

dengan luka episiotomi di puskesmas Kamonji.

b. Rencana tindakan yang telah disusun pada Ny“A” bertujuan agar ibu

mendapatkan penanganan yang bersih dan aman, sesuai dengan kondisinya dan

mencegah terjadinya komplikasi serta mencegah terjadinya trauma berat pada

ibu

c. Tindakan yang dilakukan bertujuan agar rencana yang disusun tercapai dengan

adanya kerjasama antara bidan dengan petugas lainnya agar dapat lebih

meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan pasien.

d. Tindakan evaluasi pada Ny“A” dengan Asuhan Persalinan Normal telah

diberikan semaksimal mungkin dan sesuai standar pelayanan/rencana asuhan

54
kebidanan serta komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi dapat teratasi.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas maka penulis akan menyampaikan saran yang

mungkin bermanfaat yaitu:

1. Bagi Penulis

Diharapkan bagi penulis agar dapat meningkatkan pengetahuan dan

pengalaman pada kasus dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas

2. Bagi Profesi

Diharapkan bidan lebih mampu melakukan tindakan segera dan

merencanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas yaitu dengan meningkatkan

penyuluhan pada ibu nifas tentang pemulihan paska bersalin.

3. Bagi Instansi Puskesmas

Agar lebih meningkatkan pelayanan penyuluhan pada Ibu nifas

4. Bagi Institusi Pendidikan

Agar lebih meningkatkan mutu pendidikan dalam proses pembelajaran baik

teori maupun praktik.

5. Bagi Pasien dan Keluarga Pasien

Keluarga diharapkan teliti dan tanggap berpartisipasi terhadap kebutuhan


ibu pada masa nifas.

DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun. (2013) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

55
BastonHelendanJennifer Hall. (2014) Midwifery
Essentials:Persalinan,Volume3(MidwiferyEssentials:Labour,Volume3).Jakarta:
EGCMedicalPublisher.

DahriNurdeni.
(2015)“ReproduksiPerempuanDalamPerspektifIslam(TinjauanTerhadap,Haid,
NifasDanIstihadhah)”.

Sugihantono Anung. (2015) “Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak”. Jakarta
Selatan: PusatPendidikandan PelatihanTenagaKesehatan.

Walyani, E. S., dan E. Purwoastuti. 2015a. Asuhan Kebidanan


Kehamilan.Yogyakarta:Pustaka Baru Press

Nugroho, T, dkk. 2014a. Buku Ajar Askeb I Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pantiawati, I, dan Saryono. 2015. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta: Nuha


Medika

Walyani, Elisabeth Siwi dan Th. Endang Purwoastuti. Asuhan Kebidanan Masa Nifas &

Menyusui. Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS. 2015.

Wenniarti dkk. Pengaruh Terapi Ice Pack terhadap Perubahan Skala Nyeri pada Ibu

Post Episiotomi. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. Vol. 3 no. 1. ( Januari

2016). http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jkk/article/view/2857).

Yanti, Damai dan Dian Sundawati. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Belajar Menjadi

Bidan Profesional. Bandung: PT Refika Aditama. 2014.

56
57

Anda mungkin juga menyukai