FUZHA ZHASELLA
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan moril
maupun materil. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan dorongan
Insani Garut.
Insisi Garut.
Garut.
i
5. Seluruh dosen beserta staff Program Studi DIII Kebidanan STIKes Karsa
perkuliahan.
sayang, serta semua perjuangan yang sangat besar baik moril maupun
materil.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-satu yang turut
mampuan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun sehingga
ii
Akhirnya kepada Allah SWT jugalah penulis serahkan semua puji dan
syukurnya. Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI...............................................................................................iv
DAFTAR TABEL......................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
1.6.1 Tempat.......................................................................................6
1.6.2 Waktu........................................................................................6
iv
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1.1 Pengertian...................................................................................7
2.2.1 Pengertian...................................................................................22
2.2.2 Klasifikasi..................................................................................23
2.2.3 Patofisologi................................................................................24
2.2.6 Komplikasi.................................................................................25
2.2.8 Penanganan................................................................................26
2.3 Anemia...................................................................................................26
v
2.3.1 Pengertian...................................................................................26
2.3.3 Patofisiologi...............................................................................28
2.3.5 Komplikasi.................................................................................28
2.4.1 Pengertian...................................................................................31
2.4.4 Indikasi.......................................................................................32
2.4.5 Komplikasi.................................................................................34
2.6.1 Pengertian...................................................................................38
vi
2.7.1 Pengertian...................................................................................45
2.7.2 Durasi.........................................................................................46
2.7.6 Pemantauan................................................................................48
2.8.1 Pengertian...................................................................................49
2.9 Pendokumentasian.................................................................................54
2.9.1 Pengertian...................................................................................54
Hari ke-2............................................................................................68
vii
3.4 Matrix..................................................................................................74
BAB IV PEMBAHASAN
4.3 Analisa................................................................................................78
4.4 Penatalaksanaan..................................................................................79
4.5 Pendokumentasian..............................................................................80
5.1 Kesimpulan.........................................................................................81
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
pada suatu wilayah. Kematian ibu adalah kematian selama kehamilan atau
dalam periode 42 hari setelah kehamilan akibat semua sebab yang terkait atau
diperberat cedera.
kematian ibu setiap 100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan
persalinan dengan jumlah total kematian ibu sebesar 6400 pada tahun 2015.
Negara berkembang menyumbang sekitar 90% atau 302.000 dari seluruh total
kematian ibu yang diperkirakan terjadi pada tahun 2015. Indonesia termasuk
ibu di dunia.
dari 748 kasus di tahun 2014 menjadi 823 kasus di tahun 2015. Rata – rata
setiap hari di provinsi Jawa Barat pada tahun 2015 kehilangan 2 ibu. Salah satu
1
2
Kabupaten Garut pada tahun 2015 terdapat 45 kasus kematian ibu, terdiri
jantung 5 kasus, hepatitis 1 kasus, dan lain lain 2 kasus. Kasus kematian bayi
usia 0-7 hari adalah 228 kasus yang terdiri dari : BBLR 96 kasus, asfiksia 110
dan lain lain 7 kasus. Kasus kematian bayi usia 8-28 hari adalah 21 kasus yang
terdiri dari : BBLR 8 kasus, asfiksia 8 kasus, masalah laktasi 1 kasus, dan lain
Berdasarkan dari catatan medik RSUD dr. Slamet Garut periode bulan
kasus, Shock Hipopolemik 2 kasus, dan emboli 1 kasus. Angka Kematian Bayi
(AKB) 160 kasus, diantaranya asfiksia 51 kasus, BBLR 104 kasus, dan
ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu
perdarahan, infeksi, gestosis, dan abortus. Organ ini terhubung dengan bayi
3
melalui tali pusar yang berfungsi untuk menyalurkan oksigen dan nutrisi untuk
pada masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Salah satu penyebab
pada Segmen Bawah Rahim (SBR). Pada beberapa rumah sakit umum
(Prawirohardjo,2008)
perdarahan dapat sedikit atau banyak dan menimbulkan penyulit pada janin
maupun ibu. Penyulit pada ibu dapat menimbulkan aspiksia sampai kematian
dalam rahim. Untuk mengatasi keadaan ini, maka dilakukan tindakan Sectio
Caesarea.
pembedahan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut
baik terhadap ibu maupun janin. Komplikasi yang mungkin muncul pada ibu
dapat terjadi pada masa nifas Post Sectio Cesarea berupa perdarahan, infeksi,
Untuk itu perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja keras karena
berbagai upaya percepatan penurunan AKI dan AKB antara lain mulai tahun
membahas karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
pada Ny.M 27 Tahun Post Sectio Caesarea 1 Hari di Ruang Zade RSUD
dalam karya tulis ilmiah ini adalah bagaimana asuhan kebidanan ibu nifas
pada Ny. M P3A0 27 tahun dengan Post SC di Ruang Zade dr. Slamet Garut.
dengan Post Sectio Casarea di Ruang Zade RSUD dr. Slamet Garut.
1. Wawancara
2. Observasi
3. Pemeriksaan fisik
1. Studi Kepustakaan
6
totalis.
1.6.1 Tempat
1.6.2 Waktu
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Pengertian
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus
terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang
(Prawirohardjo, 2013)
diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan
hamil atau tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan
7
8
bayinya.
sehat.
1. Puerperium dini
2. Puerperium intermedial
3. Remote puerperium
1. Uterus
9
menjadi 3,5 cm. Pada minggu ke enam mengecil lagi sampai 2,4 cm dan
2. Lochea
persalinan.
c. Lochea Serosa dimulai dengan versi lebih pucat dari lochea rubra.
menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai
semakin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai satu atau dua
dan cairan darah kembali normal. Umumnya terjadi pada hari ke-3 sampai
dihasilkan lagi, sehingga produksi ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan.
(Saleha, 2009)
5. Perubahan Psikologis
a. PeriodeTalking In
Periode ini terjadi 1-2 hari setelah melahirkan, ibu baru pada
Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 hari post partum. Ibu
keterampilan merawat bayinya. Pada masa ini ibu agak sensitive dan
c. Masa Letting go
social. Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini. (Saleha,
2009)
haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut
penglihatan.
f. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni, atau merasa tidak
enak badan.
j. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri sendiri atau bayi.
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status
ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-
2.1.7 Perubahan Penurunan TFU pada Ibu Nifas Fisiologis dan Ibu Post SC
14
Hasil penelitian bahwa terdapat 104 ibu nifas, 71 ibu nifas merupakan nifas
fisiologis yang hampir seluruh (81,7%) penurunan TFUsesuai dengan waktu yang
dengan waktu yang di tentukan, sedangkan pada 33 ibu nifas post SC sebagian
besar (60,6%) penurunan TFU-nya tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan,
dan hampir sebagian (39,4%) yang sesuai dengan penurunan TFU-nya. Jadi, dapat
keterlambatan penurunan TFU, dan pada ibu nifas post SC sebagian besar (60,6%)
mengalami keterlambatan penurunan TFU. Jadi bila gizi ibu post partum kurang,
alat-alat kandungan atau involusi uteri menjadi lambat dan rentan terkena infeksi.
yang dijelaskan oleh bidan. Dari uraian diatas menunjukkan bahwa jenis
(Cuningham, 2005)
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post
partum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara lain :
15
pemantauan ketat tensi, nadi, nafas tiap 15 menit dalam 1 jam pertama,
3) Letakkan tangan yang tidak diinfus disamping badan agar cairan infus
1. Mobilisasi/aktifitas
Mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi pasien yang membaik. Pada
Pasien boleh menggerakkan kaki dan tangan serta tubuhnya sedikit, 8-12
jam kemudian duduk, bila mampu pada 24 jam setelah sectio caesarea pasien
lainnya.
Pada ibu post sectio caesarea ada beberapa tahapan mobilisasi yang harus
a. Hari Pertama
17
1) Segera setelah operasi selesai dilakukan 6-10 jam setelah ibu sadar,
b. Hari Kedua
duduk.
2. Perawatan luka
Perawatan luka pada ibu nifas post sectio caesarea adalah merawat luka
dengan cara mengganti balutan atau penutup yang sudah kotor atau lama
dengan penutup luka atau pembalut luka yang baru. Tujuannya adalah untuk
mencegah terjadinya luka infeksi serta memberikan rasa aman dan nyaman
kemudian dilakukan dengan teknik yang steril. Setelah itu daerah luka yang
Fase ini akan terjadi merah dan terasa hangat pada daerah luka serta
adanya oedema lokal. Hal ini terjadi karena sel-sel dan jaringan yang mati
Fase ini disebut pembersihan, karena pada fase ini seluruh jaringan
mati atau yang telah mengalami devialisasi dan bakteri dihancurkan oleh
Pembentukan kulit baru diatas luka oleh sel epitel. (Johnson, 2005)
Biasanya benang operasi akan terserap oleh tubuh jadi tidak perlu
1) Jika ibu sudah bisa mandi tanpa harus diseka, sebaiknya mandi dengan
shower atau mandi pancuran. Jika ibu ingin mandi dengan bath up
yang lembut/tisu/kapas.
(Kasdu, 2005)
3. Kateter/eliminasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
terlalu berat akan kembali normal dalam waktu 12 jam. Buang air besar secara
spontan biasanya tertunda selama 2-3 hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini
disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada
masa pasca pastum, dehidrasi, kurang makan dan efek anestesi. (Bobak, 2004)
20
1. Analgesia
morfin.
b) Wanita dengan ukuran besar dosis yang lebih tepat adalah 100
mg Meperidin.
2. Tanda-tanda vital
darah, nadi, jumlah urine serta jumlah darah yang hilang dan
bising usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali pada hari
ketiga.
5. Ambulasi
pertolongan .
6. Perawatan luka
7. Laboratorium
8. Perawatan payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu
diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari ke empat dan hari
2.2.1 Pengertian
yang abnormal yaitu pada segmen bawah rahimsehingga menutupi sebagian atau
rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.
( Prawirohardjo, 2008 )
sedemikian rupa sehingga menutupi sebagian atau seluruh mulut rahim, sehingga
pembuluh darah besar ada pada sekitar mulut rahim.Dengan makin tuanya
dapat menimbulkan gangguan peredaran darah janin dan sirkulasi ibu sehingga
terjadi anemia dan dapat jatuh dalam keadaan syok. (Manuaba, 2009)
2.2.2 Klasifikasi
3. Plasenta previa marginalis yaitu jika sebagian kecil atau hanya pinggiran
segmen bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada
2.2.3 Patofisilogi
agak ke arah fundus uteri.Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas
korpus uteri lebih luas sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi.Ditempat
tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena yang melebar (sinus) untuk
korpus endometrium yang berkurang, plasenta yang besar, bentuk abnormal dari
plasenta.Risiko terjadinya plasenta previa lebih besar bila terdapat plasenta yang
1. Syok hipopolemik
2. Infeksi sepsis
5. Kematian.
25
1. Hipoksia
2. Anemi
c. Pada pemeriksaan luar biasanya bagian terendah janin belum masuk pintu
2.2.6 Komplikasi
1. Multiparitas
2.2.8 Penanganan
Semua pasien dengan perdarahan per vagina pada kehamilan trimester ketiga
dirawat di rumah sakit tanpa periksa dalam. Bila pasien dalam keadaan syok
pemberian infuse atau transfusi darah, atau bisa dilakukan operasi Sectio
2.3 ANEMIA
2.3.1 Pengertian
hematokrin dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia,
lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (hemoglobin/Hb)
dibawah nilai normal. Penyebabnya bias karena kurangnya zat besi untuk
pembekuan darah merah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Tetapi
27
yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi. (Prawirohardjo,
2014).
adalah zat pembawa oksigen dalam sel darah merah. Jika terjadi gangguan system
bekerja.
10g/dl, ini merupakan masalah yang umum dalam bidang kebidanan. Meskipun
wanita hamil dengan kadar besi yang terjamin, konsentrasi hemoglobin biasanya
berkisar 11-12 g/dl sebelum melahirkan. Hal ini diperburuk dengan kehilangan
darah saat melahirkan dan pada masa nifas. Suatu keadaan dalam kondisi pucat,
Anemia defisiensi besi merupakan penyebab paling sering dari anemia post
partum yang disebabkan oleh intake zat besi yang tidak cukup serta kehilangan
darah selama kehamilan dan persalinan. Kehilangan darah adalah penyebab lain
b. Adanya anemia sejak dalam kehamilan yang disebabkan oleh faktor nutrisi
dan hipervolemi.
2.3.3 Patofisiologi
Perdarahan sehingga kekurangan banyak unsur zat besi. Kebutuhan zat besi
difisiensi besi, yaitu anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi untuk wanita
keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual
29
2.3.5 Komplikasi
uteri.
2011)
Penanganan anemia yaitu terapi oral dengan memberikan preparat besi yaitu
fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari
30
dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr% / bulan. Saat ini program nasional
dikombinasi dengan asam folat / B12 : 15-30 mg/hari. Pemberian vitamin C untuk
pemberian preparat besi secara oral, besi parenteral, transfusi darah, dan pilihan
besi oral sebagai pengobatan lini pertama untuk anemia akibat difisiensi besi.Besi
parenteral di indikasikan jika preparat besi oral tidak dapat di toleransi, gangguan
absorbsi, dan kebutuhan besi pasien tidak dapat terpenuhi dengan preparat besi
8. Pada anemia yang kronis menunjukkan bentuk kuku seperti sendok dan
rapuh, pecah-pecah pada sudut mulut, lidah lunak dan sulit menelan.
postpartum.
2. Infeksi puerperium.
pengangkatan janin dari kavum abdomen adalah kasus rupture uteri dari kehamilan
abdominal. Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina. (Williams,
2014)
1. Sectio Caearea Clasic atau Corporal : Insisi memanjang pada segmen atas
caesarea servikal bawah dengan luka sayatan dari peritonium parietal atau ke
dipersepsikan nyeri.
6. Potensi infeksi.
2.4.4 Indikasi
Indikasi Sectio Caesarea dibicarakan rinci pada seluruh tulisan ini dimana
persalinan yang lebih lama akan menimbulkan bahaya yang serius bagi janin, ibu,
b. Panggul sempit
natural ialah CV=8 cm. panggul dengan CV=8 cm dapat dipastikan tidak
dan panggul.
g. Distosia Serviks
i. Malpresentasi janin
adalah cara terbaik dalam segala letak lintang dengan janin hidup dan
besar biasa.
cara lain.
2. Letak bokong
a) Panggul sempit
b) Primigravida
berhasil.
e) Gemeli.
2.4.5 Komplikasi
2. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut
sedikit kembung.
b. Perdarahan
2. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
(Manuaba, 2012)
1. Pelayanan kebidanan
yang berlaku diwilayahnya, bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan dan
berupa secara optimal dengan mengutamakan keselamatan ibu dan bayi atau janin.
36
bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan
strategis terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan, untuk senantiasa melayani siapa saja
yang membutuhkan.
pada seluruh sistem secara normal, dapat beristirahat dan memperoleh rasa nyaman,
meningkatkan konsep diri, serta tidak terjadi infeksi pada luka post operasi. Salah
fisiologis tubuh dapat dilakukan dengan mobilisasi dini sesuai dengan kewenangan
1. Asam traneksamat
ampul dan tablet, dosis pemberian 500-1000 mg per 8 jam, indikasi fibrinolisis
lokal; (contoh: perdarahan serviks atau epitaksis); perdarahan post operasi dan
2. Ceftriaxone
berupa vial, dosis pemberiaan 2gr/24 jam atau 1 gr/12 jam IV, indikasi
mengobati penyakit berbagai infeksi oleh bakteri dengan spektrum yang luas,
3. Dexketoprofen
sediaan berupa injeksi dan tablet, dosis pemberian 50 mg setiap 8 jam, indikasi
4. Cefadroxil
berupa kapsul dan sirup, dosis pemberiaan 1-2 gr per hari selama 5-10 hari,
efek samping; diare, sakit perut atau gangguan pencernaan, peradangan pada
5. Vitamin A
infeksi.Sumber : kuning telur, hati, mentega, sayuran berwarna hijau dan buah
berwarna kuning (wortel, tomat, nangka). Selain itu, ibu menyusui juga
ASI Eklusif adalah pemberian ASI tanpa cairan lain seperti susu formula,
jeruk, madu, air teh, air putih dan tambahan makanan padat (Ambawati, 2009).ASI
Eklusif adalah konsumsi dan asupan bagi bayi, asupan makanan tersebut adalah
39
ASI tanpa suplemen jenis apapun baik itu air, juice, makanan dalam bentuk
ASI Eklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan
lain pada bayi berumur 0 sampai 6 bulan bahkan air putih tidak diberikan dalam
tahap ASI Eksklusif ini (Depkes RI, 2006).ASI Eksklusif adalah tidak memberikan
makanan atau minuman lain selain ASI, bayi juga seharusnya tidak diberi empeng.
Air susu terdiri atas kolostrum, air susu transisi atau peralihan dan air susu
a. Kolostrum
Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang paling tinggi
membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman
memasuki bayi. IgA ini juga membantu dalam mencegah bayi mengalami alergi
makanan.
terdapat dalam Alveoli Bertaduktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah
masa peurperium.
1. Disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari ke tiga
atau ke empat.
usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi
bulan.
matur.
9. Total energy lebih rendah jika dibandingkan dengan susu matur, hanya 58
10. Vitamin yang larut dalam lemak tinggi jika dibandingkan dengan ASI
matur, sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat lebih tinggi atau
lebih rendah.
41
15. Terdapat tripsin inhibitor, sehingga hidrolis protein di dalam usus bayi
menjadi kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyak menambah kadar
matur.
2) Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada
pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada
makin tinggi.
komposisi ASI relative konstan baru dimulai pada minggu ke-3 sampai
minggu ke-5.
2) Pada ibu yang sehat, maka produksi ASI untuk bayi akan tercukupi,
ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup
f) Komplemen.
h) Sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang rendah dan adanya
faktor bifidus.
i) Hormon-hormon.
1) Faktor bifidus
2) Laktoferin
Mengikat zat besi dalam ASI sehingga zat besi tidak digunakan oleh
3) Anti alergi.
Berikut ini adalah manfaat yang didapatkan dengan menyusui bagi bayi, ibu,
2) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan.
4) Perkembangan psikomotorik.
44
4) Menunda kesuburan.
untuk berobat.
perlengkapan menyusui.
45
4) Susui bayi ditempat yang tenang nyaman dan minumlah setiap kali
menyusui.
saat.
d) ASI yang telah didinginkan bila akan dipakai tidak boleh direbus,
cukup didiamkan beberapa saat di dalam suhu kamar, agar tidak terlalu
dingin, atau dapat pula direndam di dalam wadah yang telah berisi air
46
(Kristiyansari, 2009)
2.7 Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Bayi ber Lekat (PBL)
KMC adalah kontak kulit diantara ibu dan bayi secara dini, terus-menerus dan
dikombinasikan dengan pemberian ASI eksklusif. Tujuannya adalah agar bayi kecil
tetap hangat. Dapat dimulai segera setelah lahir atau setelah bayi stabil. KMC dapat
dilakukan di rumah sakit atau di rumah setelah bayi pulang. Bayi tetap dapat dirawat
dengan KMC meskipun belum dapat menyusu, berikan ASI peras dengan
2.7.2 Durasi
a. Dijalankan sampai berat badan bayi 2500 gram atau mendekati 40 minggu,
1) Sering bergerak.
b. Bila ibu perlu istirahat, dapat digantikan ayah, saudara atau petugas
kesehatan. Bila tidak ada yang menggantikan, bayi diberi pakaian hangat dan
c. Bila bayi sudah kurang nyaman dengan KMC, anjurkan ibu untuk menyapih
bayi dari KMC, dan dapat melakukan kontrak kulit lagi kapan waktu bayi
sehabis mandi, waktu malam yang ingin, kapan saja dia menginginkan.
47
a. Berilah bayi pakaian, topi, popok, dan kaos kaki yang telah dihangatkan
terlebih dahulu.
1). Dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu, dan lihat apakah kepala bayi
2). Posisikan bayi dalam “frog position” yaitu fleksi pada siku dan tangkai,
kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan kepala agak ekstensi.
c. Tutupi bayi dengan pakaian ibu ditambah selimut yang sudah dihangatkan
sebelumnya
1). Tidak perlu baju khusus bila baju yang dikenakan sudah cukup hangat
3). Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi, dia dapat menggunakan
yang aman di baju ibu), kain lebar yang elastic, atau yang dibuat
4). Dapat pula memakai baju dengan ukuran lebih besar dari badan ibu, bayi
memakai selendang yang dililitkan di perut ibu agar bayi tidak jatuh.
1). Ibu dapat bebas bergerak walau berdiri, duduk, jalan, makan dan mengobrol.
48
2). Pada waktu tidur, KMC dapat dilaksanakan dengan cara posisi ibu setengah
3). Bila ibu cemas tentang pemberian minum pada bayi, dorong ibu agar
mampu melakukannya.
4). Bila ibu tidak dapat menyusui, berilah ASI peras dengan menggunakan
5). Pantau dan nilai jumlah ASI yang diberikan setiap hari. Bila ibu menyusui
6). Timbang berat badan bayi setiap hari dan nilai tingkatannya.
2.7.6 Pemantauan
1). Jelaskan pada ibu mengenai pola pernafasan dan warna bayi normal serta
waspada terhadap tanda yang tidak biasanya ditemui atau tidak normal.
2). Jelaskan pula bahwa KMC penting agar pernafasan bayi baik, dan
3). Ajari ibu cara menstimulasi bayi (mengelus dada atau punggung, atau
menyentil kaki bayi) bila bayi tampak biru di daerah lidah, bibir, atau sekitar
a). Tidak perlu melakukan pemantauan suhu selama bayi kontak dengan
kulit ibu.
b). Bila suhu normal selama 3 hari berturut-turut, ukur suhu setiap 12 jam
berat lahir.
2). Berat badan naik > 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut. Beri dorongan
secara rutin.
1). Satu minggu setelah pulang, timbang bayi setiap hari bila memungkinkan
dan diskusikan setiap masalah yang ada dengan ibu. Beri dukungan pada ibu.
2). Pada minggu ke II lakukan kunjungan 2 kali per minggu sampai bayi
3). Bila sudah lepas KMC, lanjutkan kunjungan tindak lanjut tiap bulan sampai
Oksitosin ( Oxytocin ) adalah salah satu dari dua hormone yang dibentuk
oleh sel-sel neuronal nuclei hipotalamik dan disimpan dalam lobus posterior
bayinya.
ibu untuk :
ibu bisa memeras ASI dengan mudah dalam kelompok ibu-ibu lain, yang
2. Pegang bayi dengan kontak kulit dengan kulit jika memungkinkan. Ibu
ASInya. Jika hal ini tidak mungkin, ibu dapat kadang-kadang hanya
51
ASI.
saat yang bersamaan, dari leher ke arah tulang belikat, selama 2 atau 3
menit.
ditunggu beberapa menit. Tujuan mengisi air mendidih (1000C) ini adalah
4. Setelah siap untuk memeras ASI, buanglah air dalam wadah atau tempat
tersebut.
Cara ini harus dilakukan sendiri oleh ibu yang memiliki bayinya. Caranya
ialah :
2. Duduk atau berdiri dengan nyaman, pegang wadah ASI dekat payudara.
dan aerola, di balik ibu jari. Kemudian menekan payudara dengan jari-jari
lainnya.
4. Tekan ibu jari dan telunjuknya ke dalam, kearah dinding dada. Ibu harus
mencegah tidak menekan terlalu dalam, karena hal seperti itu bisa
5. Tekanlah payudara di belakang putting dan aerola, antara jari telunjuk dan
ibu jari. Ibu itu harus menekan di atas sinus aktiferus di bawah aerola.
dapat teraba sinus tersebut. Sinus tersebut seperti pods, atau kacang. Bila
tersebut.
melepaskan ini, tidak boleh menyebabkan rasa sakit atau nyeri. Jika terasa
sakit, berarti tekniknya salah. Pada awalnya, mungkin tak ada susu yang
7. Tekan aerola dengan cara yang sama dari arah samping, untuk
payudara.
menarik putting susu tidak dapat memeras atau mengeluarkan ASI. Hal
ini sama seperti bila bayi hanya menghisap pada putting susu saja.
seperti semula. Ibu dapat menggunakan satu tangan untuk satu payudara
a. Jari dan ibu jari diletakkan tiap sisi aerola dan tekan ke dalam keluar
dinding dada.
b. Tekan di depan putting dan aerola di antara ibu jari dan jari telunjuk.
2009)
2.9 Pendokumentasian
dan akurat terhadap keadaan atau kejadian yang dilihat dan dilakukan dalam
(Mufdilah.dkk, 2012)
b. Jangan memberi komentar atau kritik klien atau tenaga kesehatan yang lain.
e. Semua catatan harus di tulis dengan tinta dan menggunakan bahasa yang
lugas.
d. Tuliskan nama jelas pada setiap pemeriksaan dan hasil observasi oleh orang
yang melakukan.
Tahap ini merupakan tahap pengumpulan semua informasi yang akurat dan
dilengkapi dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien yang
mengantisipasi penanganan.
kondisi ibu.
kunjungan perinatal saja, tetapi saja selama wanita tersebut bersama bidan
terus-menerus.
sebelumnya
Langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagai klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
melalui anamnesa).
dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung analisis).
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya tidak normal sehingga menutupi
DIAGNOSIS
3. Pada pemeriksaan luar biasanya bagian terendah janin belum masuk PAP atau
PROSEDUR
DIAGNOSA BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Pemeriksaan USG untuk mengetahui jenis plasenta previa dan taksiran berat
badan janin.
TERAPI EKSPEKTATIF
2. Perdarahan sedikit.
PENATALAKSANAAN
prematuritas).
TERAFI AKTIF
Persalinan pervaginam
1. Dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta marginalis atau plasenta previa
TINJAUAN KASUS
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Ibu Suami
Nama : Ny. Mudrikah Tn.Aang
Usia : 27 tahun 33 Tahun
Agama : Islam Islam
60
61
3. Riwayat obstetric
a. Riwayat menstruasi
Menarche pada usia 14 tahun, dengan siklus teratur, lama haid 7 hari
dan ganti pembalut 3-4x/hari tanpa ada keluhan sakit pada saat haid
(dismenore).
lalu, di periksa di posyandu 4x, di bidan 3x, selama kehamilan tidak ada
4. Riwayat Kesehatan
Tidak ada
Menikah sejak usia 19 tahun dan suami usia 25 tahun. Ibu tidak
suami.
8. Riwayat Kontrasepsi
B. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
b. Antropometri
TB : 148 cm
BB sebelum hamil : 46 kg
BB sekarang : 52 kg
Kenaikan BB : 6 kg
64
LILA : 25 cm
Suhu : 36,4° C
d. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Rambut : Hitam, bersih, tidak rontok, massa (-), nyeri tekan (-).
Mulut dan Gigi: Rahang tidak pucat, gigi bersih, tidak ada caries.
2. Leher
3. Payudara
4. Abdomen
5. Ekstremitas
6. Genetalia
7. Pemeriksaan Penunjang
C. ANALISA
D. PENATALAKSANAAN
2. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dengan cara miring kiri miring kanan
diminum 1x1 sehari dengan air putih/ air jeruk, ibu mengerti dan bersedia
mengandung protein tinggi seperti telur ,ikan, tempe, tahu, ayam, ibu
diberikan dan memberitahu manfaat dari pijat oksitosin, ibu akan mencoba
6 bulan tidak diberikan apapun selain ASI, ibu bersedia memberikan bayi
8. Memberitahu ibu tentang bahaya masa nifas seperti : sakit kepala terus
10. Mendokumentasikan
A. Data Subjektif
Mengatakan sudah bisa duduk lama dan masih sedikit ngilu bekas luka
operasi.
B. Data Objektif
TD : 110/70 mmHg
67
N : 80 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,6 oC
d. Pemeriksaan Fisik
benjolan.
c. Abdomen : Terdapat luka bekas operasi, luka operasi tertutup, tidak ada
C. ANALISA
D. PENATALAKSANAAN
mengandung protein, seperti telur ,ikan, tempe, tahu, ayam, ibu bersedia
mengerti.
diberikan dan memberitahu manfaat dari pijat oksitosin, ibu akan mencoba
6. Menganjurkan ibu untuk memberikan bayi nya ASI Esklusif yaitu selama 6
bulan tidak diberikan apapun selain ASI, ibu bersedia memberikan bayinya
ASI Esklusif.
perbolehkan pulang tetapi ibu juga merasa bersedih karena pulangnya tidak
9. Mendokumentasikan.
A. Data Subjektif
a. Identitas
69
1. Nama : By.Ny.M
4. Umur : 2 hari
b. Riwayat Persalinan
Melahirkan secara SC, di tolong oleh dr. SpOG dengan jenis kelamin
c. Pola Eliminasi
BAB (+)
BAK (+)
B. Data Objektif
b. Pemeriksaan Antropometri
BB : 2410 gram
PB : 45 cm
LK : 31 cm
LD : 30 cm
N : 140 x/menit
R : 45 x/menit
S : 36,7oC
d. Pemeriksaan Fisik
70
(-), cephal hematoma (-), tidak ada kelainan, tidak ada benjolan,
bersih.
bersih.
kering.
7. Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada kelaianan,
e. Pemeriksaan reflek
C. ANALISA
Bayi Ny.M usia 2 Hari Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan
D. PENATALAKSANAAN
5. Mendokumentasikan
d. Kurangnya mengembalikan
intake zat simpanan zat
besi ke dalam besi ibu.
tubuh. (Manauba,
e. Kurangnya 2007).
asupan zat Pemberian
besi dan preparat fe 60
protein dari mg/hari dapat
makanan. menaikan kadar
f. Adanya Hb 1 gr%
gangguan perbulan
absorbsi di (Saifuddin,
usus. 2009)
g. Pendarahan 3. Jika ada indikasi
akut atau perdarahan pasca
kronis. persalinan
(Manuaba, dengan syok,
2010). kehilangan darah
saat operasi dan
kadar Hb ibu
nifas <9,0 gr%
maka transfusi
darah dengan
pack cell dapat
diberikan.
(Prawirohardjo,
2009)
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
27 tahun P3A0 Post Sectio Caesarea 1 hari di ruangan Zade Rumah Sakit
anamnesa kepada ibu didapatkan identitas ibu yaitu Ny.M umur 27 tahun P3A0
Post Sectio Caesarea 1 hari, ibu mengatakan sudah melahirkan anak ke-3 nya satu
hari yang lalu di rumah sakit. Didapatkan dari riwayat kehamilan, persalinan yang
lalu ibu sudah hamil 3 kali, tidak pernah keguguran, 3 kali melahirkan dan ibu
mengatakan masih merasa ngilu bekas luka operasi seperti yang diungkapkan oleh
Mitayani (2009), Bahwa yang dirasakan pada Ny.M umur 27 tahun P 3A0 Post
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang
abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
Pada tanggal 21 Maret 2018 pukul 09.45 WIB dilakukannya operasi Sectio
74
75
Caesarea Transperitonealis Profunda ini adalah insisi pada bawah segmen rahim,
tahun yaitu melakukan pemeriksaan keadaan umum ibu baik, TTV dalam batas
normal, konjungtiva agak pucat, sklera putih, payudara tidak terdapat massa atau
benjolan, belum ada pengeluaran kolostrum, abdomen terdapat luka bekas operasi
SC yang melintang dan tertutup oleh verban, TFU 2 jari di bawah pusat, kandung
pengeluaran lochea rubra, perdarahan normal. Hal ini sesuai dengan teori
perubahan fisiologis masa nifas pada Ny.M 27 tahun terdapat pengeluaran lochea
rubra, yang mana hal ini sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2008) yang
menyatakan bahwa Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas,
lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam
uterus. Dan lochea rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar dan
Sedangkan dari data penunjang hasil lab Hb ibu 9,6 gr % ibu di berikan obat
penambah darah (Fe) diminum 1x1 sehari dengan air putih atau air jeruk. Menurut
teori jika terdapat tanda-tanda seperti yang telah disebutkan, maka ibu termasuk
kategori anemia ringan. Hal ini sesuai dengan teori (Manauba, 2010).
76
2330 gram, bayi tidak diberikan ASI dengan cara disusukan atau
bayinya, karena tidak rawat gabung bersama ibunya. Hal ini tidak sesuai
dengan teori (Ambarwati, 2009) ASI Eklusif adalah pemberian ASI tanpa
cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan
minggu (berat di atas 1800 gram) dapat disusukan langsung kepada ibu
karena refleks hisap dan menelannya biasanya sudah cukup baik, tetapi
jika ibu dan bayinya tidak rawat gabung maka ibu dapat memerah ASI dan
4.3 Analisa
Dari hasil pengkajian data Subjektif dan Objektif ditegakan analisa pada
Ny.M 27 tahun P3A0 1 hari Post Sectio Caesarea atas indikasi plasenta previa
totalis. Pada pengkajian data subjektif ibu mengatakan ini merupakan persalinan
ketiga. Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi atau pembedahan pada dinding perut dan dinding rahim
dengan syarat yaitu rahim dalam keadaan utuh untuk mengeluarkan bayi serta
berat janin di atas 500 gram (Wiknjosastro, 2008). Pada Ny.M dilakukan Sectio
plasenta previa totalis. Dari hasil pemeriksaan ibu dilakukan Sectio Caesarea
77
dengan anastesi spinal. Hal ini sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2013) bahwa
pilihan utama bidan untuk kewenangan pasien Sectio Caesarea karena emerjensi.
pengkajian sudah dilakukan dengan lengkap, analisa pada Ny.M adalah P3A0 Post
4.4 Penatalaksanaan
ini yaitu memberikan terapi obat sesuai advice dokter yaitu : antiobiotik
cepotaxime 3x1 mg, antibiotik metronidazol 3x1, Keterolac 2x1 mg, Fe 1x1 dan
memberitahu ibu tanda bahaya nifas. Hal ini sesuai dengan teori yang di
kemukakan oleh (Winkjosastro, 2009) bahwa tanda bahaya pada saat masa nifas
yang harus diperhatikan dan diwaspadai tersebut antara lain perdarahan setelah
daerah operasi agar tetap kering dan pengeluaran pervaginam, TTV (TD : 100/70
kontraksi baik, dengan menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, serta
4.5 Pendokumentasian
yang didapat dari data subjektif dan objektif. Kemudian langkah kedua penulis
78
Ny.M 27 tahun P3A0 1 hari Post Sectio Caesarea atas indikasi plasenta previa
tersebut penulis tuangkan dalam bentuk pendokumentasian SOAP. Dan ini sesuai
5.1 Kesimpulan
tahun P3A0Post Sectio Caesarea 1 hari dengan anemia di RSUD dr. Slamet
bahwa ini merupakan anak ketiga ibu dan belum pernah keguguran. Ibu
previa totalis.
Ibu masih merasa ngilu pada luka bekas operasi Sectio Caesarea.
2. Berdasarkan data objektif pada Ny.M di peroleh bahwa TTV dalam batas
79
80
5.2 Saran
terhadap klien.
DAFTAR PUSTAKA
Press
Bahasa
Medika
Jakarta : EGC
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas. Jakarta : TIM
Mochtar, Rustam. 2013. Sinopsis Obstetri Fisilogi dan Patologi. Jakarta : EGC
Sulistyawati. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta :
Andi Offset
Susilo, Rini. 2016. Panduan Asuhan Nifas dan Evidence Based Practice.
Yogyakarta : Deepublish
Salleha, Siti 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba
Medika
Sudarti, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita.