Anda di halaman 1dari 95

PROPOSAL LTA

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNGAN


(CONTUNUITY OF CARE) PADA NY “M” UMUR 40 TAHUN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAIRATU BARAT
TAHUN 2021

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memeperoleh Gelar


Ahli Madya Kebidanan Program Studi DIII Kebidanan
Stikes Maluku Husada

Disusun Oleh:
SRI UTAMI KOTARUMALOS
1540118043

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA
2020/2021

Jln. Lintas Seram Waeselan – Kairatu. Kab. Seram Bagian Barat Website :
www.stikesmalukuhusada.ac.id Email : malukuhusada_stikes@yahoo.co.id
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNGAN


(CONTINUITY OF CARE) PADA NY “M” UMUR 40 TAHUN
DI WILAYAH KERJA DI PUSKESMAS KAIRATU BARAT
TAHUN 2021

PROPOSA LTA

Disusun Oleh:
SRI UTAMI KOTARUMALOS
NIM : 1540118043

Proposal LTA Ini Telah Di Setujui


Tanggal

Pembimbing I Pembimbing II

(Erlin Kiriweno,S.ST.,M.Kes) (Ajela Rieuwpassa.Amd.Keb)


NIDN : 1230059101 NIP : 196909130319912008

Mengetahui

Ketua Program Studi D III Kebidanan

(Windatania Mayasari,S.ST.,M.Kes)

NIDN : 1204079001

LEMBAR PENGESAHAN

i
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNGAN
(CONTINUITY OF CARE) PADA NY “M” UMUR 40 TAHUN
DI WILAYAH KERJA DI PUSKESMAS KAIRATU BARAT
TAHUN 2021

LAPORAN TUGAS AKHIR

Di susun Oleh :

SRI UTAMI KOTARUMALOS

NPM. 1540118043

Di Ujikan

Pada Tanggal

Pembimbing I Penguji I

(Erlin Kiriwenno, S.ST.,M.Kes) (Zubaeda, M.Tr.Keb)

Mengetahui
Kepala Prodi DIII Kebidanan

Windatania Mayasari, S.ST.,M.Kes


NIDN : 1204079001

KATA PENGANTAR

ii
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia yang diberikan kepada kita berupa

kesehatan lahir maupun batin. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal

LTA ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi

DIII Kebidanan dengan judul “ Asuhan Kebidanan Komprehensif dan

Berkesinambungan (Contunuity Of Care) Pada Ny “M” G4 P3 A0 di Puskesmas

Kairatu Barat.

Penulis menyadari dalam penyusunan Proposal LTA ini masih banyak

membutuhkan bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak, dan berkat kasih

sayang Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya,

meskipun masih banyak kekurangan oleh karena itu, Penulis mengharapkan

masukan berupa saran dan kritik yang membangun guna untuk penyempurnaan

Proposal LTA ini.

Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat serta terima

kasih dan penghargaan yang sedalamnya kepada bapak/ibu/sdr(i):

1. Rasma Tunny, S.SOS selaku Ketua Yayasan STIKes Maluku Husada

2. Hamdan Tunny, S.KP.,M.Kes selaku Pembina Yayasan STIKes Maluku

Husada

3. Dr.Sahrir Silehu, S.KM.,M.Kes selaku Ketua STIKes Maluku Husada.

4. Windatania Mayasari, S.ST.,M.Kes selaku Ketua Program Studi DIII

Kebidanan STIKes Maluku Husada

iii
5. Erlin Kiriwenno, S.ST.,M.Kes selaku Pembimbing I yang telah banyak

memberikan arahan dan masukan serta meluangkan waktunya umtuk

membantu penulis dalam menyelesaikan Proposal LTA ini

6. Anjela Rieuwpassa, Amd.Keb selaku Bidan Pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya dalam memberikan pengarahan dan bimbingan

sehingga Proposal LTA ini selesai dalam penyusunanya

7. Zubaeda, M.Tr.Keb selaku Penguji yang telah banyak memberikan saran

serta masukan yang membangun sehingga Proposal LTA ini dapat

diselesaikan

8. Ny “M” yang telah bersedia menjadi responden

9. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar STIKes Maluku Husada terkhususnya

Dosen Prodi DIII Kebidanan karena telah memberikan bekal ilmu dan

pengetahuan yang tak ternilai harganya.

10. Teristimewah Ayah saya Mohtar Kotarumalos dan Ibunda saya Habsa

Kotarumalos serta Adik-adik saya yang tercinta, serta keluarga yang penuh

kasih sayang karena telah memberikan motivasi, dukungan dan Do’a serta

pengorbanan materi maupun non materi yang di berikan kepada penulis

selama mengikuti pendidikan, dan

11. Semua teman-teman Bidan yang seangkatan yan tidak bisa penulis

sebutkan namanya satu-persatu dan pihak-pihak yang terkait dan yang

telah banyak membantu dalam ini penyusunan Proposal LTA ini.

Terimakasih atas motivasi yang diberikan selama bangku perkuliahan dan

semoga kesuksesan selalu menyertai hidup kita semua.

iv
Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa

memberikan pahala yang setimpal atas bantuan dan jasa-jasanya

dan Proposal LTA ini dapat bermanfaat bagi penulis dan rekan-

rekan mahasiswa lainya.

Kairatu, Agustus 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN……………………………………………………………….. i
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… iv

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang…………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah…………..…………………………………………… 5
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………... 5
D. Manfaat Penulisan………………………………………………………. 7
E. Ruang Lingkup Penulisan……………………………………………….. 8
F. Kaslian Penelitian………………………………………………………... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………. 12
A. Kehamilan……………………………………………………………….. 12
B. Persalinan………………………………………………………………... 37
C. Nifas……………………………………………………………………... 48
D. BBL (Bayi Baru Lahir)………………………………………………….. 56
E. Neonatus Bayi dan Balita………………………………………………... 65
F. Keluarga Berencana …………………………………………………….. 68
G. Manajemen Kebidanan…………………………………………………... 76

BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………… 83


A. Rancangan Penelitian…………………………………………………… 83
B. Tempat dan Waktu Pengambilan Kasus…………………………………. 83
C. Subjek Penelitian………………………………………………………… 83
D. Jenis Data………………………………………………………………... 83
E. Alat dan Metode Pengumpulan Data……………………………………. 84
F. Etika Pengambilan Kasus………………………………………………... 85

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan adalah pertumbuhan dan pekembangan janin intrauterine

mulai sejak konsepsi dan berahir sampai permulaan persalinan. Lamanya

kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus kira-kira 280 hari (40 minggu).

Dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan 40 minggu ini disebut

kehamilan matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 40 minggu disebut

kehamilan postmatur. Kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan

premature. (Kholifatul, Dkk, 2019).

Continuity of care adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin

hubungan yang terus menerus antara seorang wanita dan bidan. Asuhan yang

berkelanjutan yang berkaitan dengan tenaga professional kesehatan,

pelayanan kebidanan dimulai dilakukan mulai prakonsepsi awal kehamilan,

selama semua trimester, kelahiran, sampai 6 minggu pertama postpartum.

Tujuanya adalah untuk membantu upaya pencepatan penurunan AKI.

(Legawati, 2018).

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indicator untuk

melihat keberhasilan upaya kesehatana ibu. AKI adalah rasio kematian ibu

selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas yang di sebabkan oleh

kehamilan, persalinan dan nifas atau pengelolaanya tetapi bukan karena

sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran

hidup. (Kemenkes, 2019).


2

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator

keberhasilan layanan suatu negara. Setiap hari, sekitar 830 wanita meninggal

karena sebab yang dapat dicegah terkait dengan kehamilan dan persalinan.

99% dari semua kematian ibu terjadi di negara berkembang. Sekitar 830

wanita meninggal karena komplikasi kehamilan atau persalinan di seluruh

dunia setiap hari. Salah satu target di bawah Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan (TPB) 3 adalah untuk mengurangi rasio kematian ibu bersalin

global menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran, dengan tidak ada negara

yang memiliki angka kematian ibu lebih dari dua kali rata-rata global. Wanita

meninggal akibat komplikasi selama dan setelah kehamilan dan persalinan.

Komplikasi utama yang menyebabkan hampir 75% dari semua kematian ibu

adalah perdarahan hebat setelah melahirkan, infeksi, tekanan darah tinggi

selama kehamilan (pre-eklampsia dan eklampsia), komplikasi dari persalinan,

dan aborsi yang tidak aman. (WHO, 2019).

Di Indonesia masih perlu ditingkatkan untuk mengurangi kematian ibu

dan anak. SDKI mengungkapkan (AKI), yaitu 305 per 100.000 KH, (AKB)

22,3 per 1000 kehamilan yang di sebabkan oleh beberapa faktor yang

berhubungan dengan masalah keperawatan salah satu penyebabnya yaitu

kehamilan yang diakhiri dengan ketuban pecah dini yang menimbulkan

komplikasi baik pada ibu maupun bayi.

Berdasarkan hasil survey penduduk antar sensus (SUPAS) 2016, AKI

di Indonesia 305/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) di

Indonesia 22,23/1,000 kelahiran hidup. (Marwita, 2019).


3

Angka kematian ibu seejak tahun 2014 sampai dengan tahun 2015

masih meningkat dan belum mencapai apa yang ditargetkan pada tahun-tahun

tersebut. Namun pada tahun 2016 angka ini mengalami penurunan, melebihi

target yang ditetapkan sbesar 178 per 100.000 kelahiran hidup (KH) menjadi

157 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2017 menurun menjadi 138 per

100.000 kelahiran hidup dan di tahun 2018 AKI menurun mencapai 132 per

100.000 kelahiran hidup lebih rendah dari target yang di tetapkan di tahun

2018 sebesar 144 per 100.000 kelahiran hidup dan di tahun 2019 menurun

menjadi 114 per 100.000 kelahiran hidup dari target yang ditetapkan sebesar

127 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti adanya peningkatan dalam

kualitas pelayanan kesehatan ibu, yang didukung oleh factor kinerja SDM

kesehatan maupun sarana prasarana pendukung yang ada di fasilitas

pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan, terutama bagi kabupaten DTPK

yang selama ini menjadi penyumbang terbesar terhadap tingginya angka

kematian ibu di Provinsi Maluku. (Dinkes Maluku, 2019).

Data yang diperoleh dari Kabupaten Seram Bagian Barat, AKI di

Kabupaten Seram Bagian Barat tahun 2018 yaitu 169/100.000 KH, tahun

2019 mengalami penurunan 167/100.000 KH, tahun 2020 mengalami

kenaikan kembali 219/100.000 KH. Sedangkan AKB di Kabupaten Seram

Bagian Barat tahun 2018 yaitu 1,12/1.000 KH, tahun 2019 mengalami

kenaikan 2,25/1.000 KH, tahun 2020 mengalami penurunan 1,64/1.000 KH.

Menurut data yang penulis dapatkan di Puskesmas Kairatu Barat pada

tahun 2019 cakupan ibu hamil yang di lakukan kunjungan K1 sebanyak 600

orang (60%), cakupan K4 sebanyak 500 orang (53%), jumlah persalinan yang
4

di tolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 120 orang (75%), hal ini

membuktikan bahwa masih ada pertolongan yang mendapatkan Fe1 sebanyak

95 orang, hal ini juga menunjukan bahwa sebagian besar persalinan sudah

ditolong oleh tenaga kesehatan. Peserta KB aktif, sebanyak 200 orang (75%)

dan KB yang sering digunakan adalah KB suntik dan implant. Dan dilihat

dari tahun ke tahun tidak ada seorang pun yang menggunakan KB Mal. (profil

Puskesmas Kairatu Barat tahun 2020).

Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin

agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas,

seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca

persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi

komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan dan

pelayanan keluarga berencana. Sebagai upaya untuk menurunkan AKI dan

AKB maka, Program SDGs (sustainable Development Goals) merupakan

program yang salah satunya adalah mempunyai target untuk mengurangi AKI

dan AKB. SDGs (sustainable Development Goals), mempunyai target untuk

mengurangi AKI yaitu kurang dari 70 per 100.000 KH pada tahun 2030 serta

berusaha menurunkan AKB setidaknya hingga 12 per 1000 KH (KemenKes

RI, 2017).

Tujuan utama antenatal care adalah menurunkan / mencegah

kesakitan dan kematian maternal dan perinatal. (Fitriahadi, 2017).

Ibu adalah pelaku utama dalam asuhan kehamilan. Oleh karena itu,

bidan harus memberdayakan ibu (dan keluarga) dengan meningkatkan


5

pengetahuan dan pengalaman mereka melalui pendidikan kesehatan agar

dapat merawat dan menolong diri sendiri pada kondisi tertentu. Hindarkan

sikap negatif dan banyak mengkritik. (Fitriahadi, 2017).

Melihat dari faktor risiko yang terdapat pada ibu dan bahaya yang

dapat di timbulkan karena masalah tersebut, sebagai seorang bidan sudah

menjadi suatu tanggungjawab untuk memberikan asuhan yang komprehensif

dan berkesinambungan bagi ibu mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi

baru lahir, neonates hingga pelayanan KB. Berdasarkan latar belakang

tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan judul “Asuhan

kebidanan komprehensif dan Berkesinambungan (Continuitty of care) pada

Ny “M” umur 40 tahun diwilayah kerja Puskesmas Kairatu Barat.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan kebidanan komprehensif dan berkesinambungan

(continuity of care) mulai dari kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir,

neonatus, dan KB pada Ny.”M” umur 40 tahun di wilayah kerja Puskesmas

Kairatu Barat?

C. Tujuan Pengambilan kasus

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan pelayanan asuhan kebidanan secara komprehensif

pada ibu hamil sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan.

2. Tujuan Khusus

a) Mampu melakukan pengkajian data pada ibu hamil, bersaalin,nifas

dan bayi baru lahir (BBL) sampai dengan usia 2 bulan secara
6

komprehensif melalui pendekatan manajemen kebidanan dengan pola

fikir varney dan dituangkan dalam bentuk SOAP.

b) Mampu meninterprestasikan data untuk mengidentifikasi diagnose

masalah pada ibu hamil, bersalin, nifas dab bayi baru lahir (BBL)

sampai dengan usia 2 bulan secara komprehensif melalui pendekatan

manajemen kebidanan dengan pola fikir varney dan dituangkan dalam

bentuk SOAP.

c) Mampu menidentifikasi diagnose atau masalah pada ibu hamil,

bersalin, nifas dan bayi baru lahir (BBL) sampai dengan usia 2 bulan

secara komprehensif melalui pendekatan manajemen kebidanan

dengan pola fikir varney dan dituangkan dalam bentuk SOAP.

d) Mampu menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera pada ibu

hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir (BBL) sampai dengan usia 2

bulan secara komprehensif melalui pendekatan manajemen kebidaan

dengan pola fikir varney dan dituangkan dalam bentuk SOAP.

e) Mampu menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada ibu hamil,

bersalin, nifas dan bayi baru lahir (BBL) sampai dengan usia 2 bulan

secara komprehensif melalui pendekatan manajemen kebidanan

dengan pola fikir varney dan dituangkan dalam bentuk SOAP.

f) Mampu mengimplementasikan asuhan pada ibu hamil, bersalin, nifas

dan bayi baru lahir (BBL) sampai dengan usia 2 bulan secara

komprehensif melalui pendekatan manajemen kebidanan dengan pola

fikir varney dan dituangkan dalam bentuk SOAP.


7

g) Mampu mengevaluasi hasil asuhan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan

bayi baru lahir (BBL) secara komprehensif melalui pendekatan

manajemen kebidanan dengan pola fikir varney dan dituangkan dalam

bentuk SOAP.

h) Mampu mendokumentasi hasil asuhan pelayanan kebidanan dengan

metode SOAP.

i) Mampu menganalisis perbedaan konsep dasar teori dengan asuhan

yang telah diberikan dengan metode SOAP.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Puskesmas Kairatu Barat

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukkan

dalam penanganan kasus kehamilan, persalinan, nifas, BBL, neonatus

hingga pelayanan KB.

2. Bagi Subjek Penelitian

Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan kesehatan

ibu dan penurunan angka kematian Ibu yang masih cukup tinggi dengan

meningkatkan kualitas pelayanan dalam Asuhan Kebidanan.

3. Bagi Penulis

Studi kasus ini merupakan pemanfaatan dan implementasi ilmu

penegetahuan yang telah diperoleh selama masa studi dan diharapkan

dapat meningkatkan ilmu penegetahuan serta wawasan penulis.


8

4. Bagi Institusi

Penulisan ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi

dan ilmu pengetahuan yang dapat digunakan dalam proses belajar

mengajar khususnya bagi program studi DIII kebidanan.

E. Ruang Lingkup Penulisan

Dalam penulisan tugas akhir perlu adanya ruang lingkup atau

pembatasan permasalahan yang akan dibahas agar lebih terarah. Adapun

ruang lingkup dalam penulisan ini terdiri dari :

1. Ruang Lingkup Materi

Observasi Pengamatan secara continuity of care pada ibu hamil masa

hamil TM III, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana.

Proses komunikasi dengan dilakukan secara langsung antara peneliti

dengan responden untuk penanganan masalah yang di rencanakan sesuai

kebutuhan responden.

2. Ruang Lingkup Responden

Asuhan kebidanan ini ditujukkan kepada ibu hamil TM III, bersalin,

nifas, neonatus dan pelayanan Keluarga Berencana. Responden pada

penulisan studi kasus ini adalah Ny. "M" umur 40 tahun.

3. Ruang Lingkup Tempat

Lokasi yang dipilih untuk memberikan asuhan kebidanan secara

continuity of care adalah di wilayah kerja Puskesmas Kairatu Barat

Kabupaten Seram Bagian Barat.

4. Ruang Lingkup Waktu

Studi kasus ini mulai dilakukan pada tanggal 4 Juni 2021.


9

F. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian ini berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu

yang mempunyai karakteristik yang relatif sama dalam hal tema kajian,

namun berbeda subjek, kondisi subjek, waktu dan tempat, dan tentunya hasil

penelitian juga akan berbeda. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang

relatife sama dengan penelitian ini.

1. Nama Peneliti:

Firda Mutiara Panjaitan

Judul:

Asuhan Kebidanan pada Ny “L” Masa Hamil, Bersalin, Nifas, Bayi Baru

Lahir dan Keluarga Berencana di Bidan Praktek Mandiri Y.H kota

Pematangsiantar.

Tempat:

Kota Pematangsiantar dan di rumah Ny “L” di Jln Suka Samosir

Pematangsiantar.

Waktu:

Asuhan Kebidanan Pada Ny “L” Dilakukan pada bulan Desember 2018 –

Mei 2019.

2. Nama :

Desi Ambar Wati

Judul :

Asuhan Kebidanan Berkesinambungan Pada Ny “I” Umur 22 Tahun

Multipara Di Pmb Sri Esthini Kulon Progo


10

Tempat :

Studi kasus asuhan kebidanan ini dilaksanakan di PMB Sri Esthini

Waktu :

Studi kasus asuhan kebidanan ini dilaksanakan dari tanggal 24 Januari -

15 Maret 2018.

3. Nama :

Ratnawati

Judul

Asuhan Kebidanan Berkelanjutan (Continuity of care) Pada Ny H Di

Puskesmas Patean Kabupaten Kendal

Tempat :

Wilayah kerja Pusksmas Patean, Kabupaten Kendal. Kunjungan Rumah

dilakukan di Barangan RT 03/ RW 04

Waktu :

22 September 2017 hingga 17 November 2017

Berdasarkan uraian diatas maka, walau telah ada penelitian

sebelumnya yang berkaitan dengan tema Asuhan Kebidanan, namun tetap

berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan. Dengan Demikian, maka

topik penelitian yang peneliti lakukan nanti benar-benar asli.


11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan sesuatu yang alamiah dan fisiologis.

Setiap perempuan yang memiliki organ reproduksi yang sehat, telah

mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang

pria yang sehat maka besar kemungkinan besar akan terjadi kehamilan.

Masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya bayi dengan

lama 280 hari atau 40 minggu yang dihitung dari hari pertama haid

terakhir (HPHT). (Amriani dkk, 2021)

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester yaitu trimester pertama di

mulai dari konsepsi sampai tiga bulan (12 minggu), trimester kedua

dimulai dari bulan keempat sampai enam bulan (16 minggu – 24 minggu)

dan trimester ketiga dimulai dari bulan ketujuh hingga kesembilan (28

minggu – 36 minggu). (Amriani dkk, 2021)

2. Tanda-tanda Kehamilan

a. Tanda pasti

Tanda pasti adalah tanda-tanda obyektif yang didapatkan oleh

pemeriksa yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa pada

kehamilan. Yang termasuk tanda pasti kehamilan yaitu :


12

1) Terasa Gerakan Janin

Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya

pada kehamilan 18 minggu. Sedangakan pada multigravida pada

kehamilan 16 minggu. Pada bulan ke IV dan V janin kecil jika

dibandingkan dengan banyakknya air ketuban, maka kalau

rahim didorong atau digoyangkan, maka janin akan melenting-

lenting. Ballottment dapat ditentukan dengan pemeriksaan luar

mauapaun dengan jari yang melakukan pemeriksaan dalam.

(Miftahul, 2019)

2) Teraba Bagian-bagian Janin

Bagian-bagian janin secara objektif dapat diketahui oleh

pemeriksa dengan cara palpasi menurut leopold pada akhir

trimester kedua. (Miftahul, 2019)

3) Denyut Jantung janin

Secara objektif dapat diketahui oleh pemeriksaan dengan

menggunakan: (Miftahul, 2019)

a) Fetal Electrocadiograph pada kehamilan 12 minggu.

(Miftahul, 2019)

b) Doppler pada kehamilan 12 minggu. (Miftahul, 2019)

c) Fetoskop/laenec pada kehamilan 18-20 minggu. (Miftahul,

2019)

4) Terlihat Kerangka janin

Pada pemeriksaan sinar rontgen (>16 minggu). (Miftahul, 2019)


13

5) Dengan menggunakan USG, dapat terlihat gambaran janin

berupa ukuran kantong janin, panjangnya janin dan diameter

bipariental hingga perkiraan tuanya kehamilan. (Miftahul, 2019)

b. Tanda persumtif / tanda tidak pasti

1) Amonorea ( tidak dapat haid)

Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak

mendapat haid lagi. (Miftahul, 2019)

2) Mual muntah. (Miftahul, 2019)

3) Payudara tegang. (Miftahul, 2019)

4) Mengidam (ingin makan khusus). (Miftahul, 2019)

5) Hipersalivasi. (Miftahul, 2019)

6) Konstipasi. (Miftahul, 2019)

7) Pigmentasi kulit. (Miftahul, 2019)

c. Tanda Kemungkinan Hamil

1) Pembesaran rahim dan perut. (Miftahul, 2019)

2) Pada pemeriksaan dijumpai. (Miftahul, 2019)

a) Tanda hegar (serviks teraba lunak). (Miftahul, 2019)

b) Tanda chadwick (serviks berwarna kebiruan). (Miftahul, 2019)

c) Tanda piscasek (uterus yang terus bertambah besar ke salah

satu arah). (Miftahul, 2019)

d) Kontraksi uerus jika dirangsang (Braxton hicks). (Miftahul,

2019)

e) Teraba ballottement saat uterus digoyangkan maka janin akan

melenting (uterus). (Miftahul, 2019)


14

f) Reaksi pemeriksaan kehamilan posistif. (Miftahul, 2019)

3. Pertumbuhan Dan Perkembangan Janin

Pertumbuhan dan perkembangan janin sejak konsepsi hingga

saat bayi lahir terbagi dalam tiga periode yaitu:

a. Periode pre embrio

1) Minggu ke- 1

Pertumbuhan dan perkembangan janin pada minggu 1, dimulai

oleh adanya konsepsi atau fertilisasi. Perkembangan selanjutnya,

zigot atau hasil konsepsi mengalami pembelahan dan akhirnya

bernidasi di endometrium yang telah disiapkan. (Asrinah dan

Sulistyorini, 2017)

2) Minggu ke- 2

Setelah implantasi, terjadi perubahan pada bintik benih yang

merupakan bagian blastokist, terlihat adanya ruangan amnion

dan yolksac. Ruangan ini kelak menjadi besar dan meliputi

seluruh embrio, di dalam ruang inilah embrio akan tumbuh. Sel-

sel yang membatasi ruangan ini dinamakan ectoderm. Pada watu

yang sama, timbul sebuah rongga lain di bawah ruangan

amnion, yaitu ruang kuning telur. Sel-sel di sekitar ruang kuning

telur disebut endoderm. Selanjutnya timbul lapisan lain di antara

ectoderm dan endoderm yaitu mesoderm. Endoderm menjadi

lebih tebal dan membentuk procordal plate. (Asrinah dan

Sulistyorini, 2017)
15

3) Minggu ke- 3

Selama minggu ketiga, hasil konsepsi tumbuh pesat yaitu

berlangsung mulai hari ke 15 sampai dengan 21. Pada masa ini,

terjadi diferensiasi sel-sel menjadi organ-organ tubuh sederhana.

(Asrinah dan Sulistyorini, 2017)

b. Periode Embrio (minggu 4-8)

1) Minggu ke-4

Selama empat minggu, embrio tumbuh dan bertambah panjang

3,5 cm dan berat kira-kira 5 mg. Perpanjangan embrio ke arah

atas menjadi kepala, ke arah bawah menjadi ekor dan ke arah

samping menjadi tubula. Penutupan saluran pernapasan mulai

terjadi di daerah atas bawah oksiput. Pericardical jantung

membesar karena mengangkatnya kepala, pertumbuhan

laringotrachel dan paru-paru menjadi sistem pernapasan.

Mandibula dan maxilla menjadi rahang yang terpisah, rudimeter

mata, telinga dan hidung menjadi terpisah. Sistem peredaran

darah sederhana mulai terbentuk dan jantung mulai berdetak,

lambung, liver dan pancreas, thyroid dan kelenjar thymus mulai

berkembang, plasenta tumbuh sempurna. (Asrinah dan

Sulistyorini, 2017)

2) Minggu ke-5

Pada pertengahan kehamilan, janin diukur dengan ukuran kepala

bokong. Sebelum pertengahan kehamilan janin diukur dengan

ukuran bokong turmit. Pertumbuhan kepala lebih cepat dari


16

pertumbuhan badan, sehingga embrio melengkung dan

membentuk huruf C. Permulaan bentuk kaki dan tangan berupa

benjolan. (Asrinah dan Sulistyorini, 2017)

3) Minggu ke- 6

Kepala terlihat lebih besar dari leher dan melengkung

melampaui jantung. Posisi mata, hidung dan mulut jelas. Kaki

atas dan bawah mulai dapat diidentifikasi dan telapak tangan

berkembang menjadi jari-jari. Pertumbuhan berupa alat kelamin

testis mulai terjadi, sedangkan ovarium terjadi lebih lambat

dibanding testis. Posisi mata pindah dari posisi lateral ke arah

frontal sesuai dengan perpanjangan muka. Bentuk lengan atas

dan bawah menjadi jelas. Jari-jari terus berkembang pada hari

ke 40-50. (Asrinah dan Sulistyorini, 2017)

4) Minggu ke- 7

Jantung sudah terbentuk lengkap. Saraf dan otot bekerja

bersamaan untuk pertama kalinya. Bayi mempunyai refleks dan

bergerak spontan. Bayi mulai menendang dan berenang di dalam

rahim, walau ibu belum mampu merasakannya. Pada akhir

minggu ini, otak akan terbentuk lengkap. Dalam minggu

ketujuh, rangka mulai tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-

tulang mencapai bentuk yang kita kenal. Pada akhir minggu

ketujuh dan selama minggu kedelapan, otototot menempati

posisinya di sekeliling bentukan tulang. (Asrinah dan

Sulistyorini, 2017)
17

5) Minggu ke- 8

Selama akhir periode ini embrio telah menunjukkan bentuk dan

ciri-ciri manusia. Letak wajah setengah bagian bawah dari

kepala dan mata terus berpindah ke arah frontal. Alis mata mulai

berkembang. Jari-jari tangan memanjang dan dapat dibedakan

pada akhir minggu kedelapan. Perbedaan jenis kelamin bagian

luar bisa dilihat oleh mata yang sudah terlatih, melalui

pemeriksaan anatomic dan histology kelenjar kelamin, namun

masih membingungkan. (Asrinah dan Sulistyorini, 2017)

c. Periode Janin (minggu 9-40)

1) Minggu ke 9-12

Pada usia 9 minggu, kepala terlihat lebih besar, wajah tampak

secara garis besar, perbandingan ukuran tungkai atas sudah

mencapai proporsi normal. Tungkai bawah berkembang lebih

panjang. Genitalia eksterna perempuan dan laki-laki terlihat

sama pada minggu ke-9, tetapi mencapai maturitas sempurna

dan dapat dibedakan pada minggu ke-12. Sel-sel darah merah

mulai diproduksi oleh liver selama minggu awal dan fungsinya

diambil alih oleh splenn selama minggu ke-12. Panjang janin

sekitar 7-9 cm. (Asrinah dan Sulistyorini, 2017)

2) Minggu ke 13-16

Janin tumbuh pesat, panjangnya menjadi dua kali lipat. Kepala

merupakan bagian utama, posisi mata dan telinga menjadi lebih

inferior. Kulit di bagian kepala mulai ditumbuhi rambut halus


18

(lanugo). Kuku mulai terbentuk. Untuk pertama kalinya ginjal

mengeluarkan urin dan janin mulai menelan cairan amnion.

Kaki lebih panjang dan otot tumbuh dengan cepat. Janin sudah

menyerupai manusia, mandibula menjadi dagu dan telinga lebih

tinggi di atas kepala. Pada saat ini plasenta sudah terbentuk

sempurna. Panjang janin sekitar 10-17 cm, beratnya 105 gram.

(Asrinah dan Sulistyorini, 2017)

3) Minggu ke 17-20

Janin tumbuh lambat, tetapi ukuran kepala bokong bertambah

sepanjang 50 mm dan tungkai bawah sudah terbentuk sempurna.

Tubuh penuh dengan lanugo dan kelenjar subacea. Pergerakan

janin pertama (quickening) mulai dirasakan oleh ibu pada masa

kehamilan 16-20 minggu. Denyut jantung janin dapat didengar

untuk pertama kalinya dengan dopler. Pada usia 20 minggu,

kehidupan janin sangat tergantung pada lingkungan uterus.

Akhir minggu ke-20, panjang janin 18-27 cm dan beratnya 310

gram. (Asrinah dan Sulistyorini, 2017)

4) Minggu ke 21-23

Janin kurus namun beratnya tetap. Kulit berwarna merah dan

berkeriput karena tertutup vernik caseosa. Paru-paru mulai

berkembang dan memproduksi surfaktan. Mekonium mulai

menimbun dan mencapai rectum. Akhir periode panjang janin

28-34 cm dan beratnya 640 gram. (Asrinah dan Sulistyorini,

2017)
19

5) Minggu ke 24-27

Kulit janin tumbuh pesat, terlihat berkerut karena lemak sub

kutan, pembuluh darah menutup dan memberi warna merah.

Muka menjadi sempurna, bulu mata dan kening dibentuk dan

kelopak mata terbuka. Akhir periode panjang janin 35-38 cm

dan beratnya 1080 gram. (Asrinah dan Sulistyorini, 2017)

6) Minggu ke 28-31

Permukaan kulit penuh dengan lemak subcutan, janin dapat

dilahirkan walaupun fungsi pernapasan belum matang. Akhir

periode panjang janin 42,5 cm beratnya 1670 gram. (Asrinah

dan Sulistyorini, 2017)

7) Minggu ke 32-36

Permukaan kulit mulai merah dan keriput seperti kulit orang tua.

Lanugo tidak tumbuh di wajah, tetapi pada kepala. Jari kuku

tumbuh sempurna. Dengan perawatan yang baik, janin mampu

hidup di luar uterus. Akhir periode panjang janin 46 cm dan

beratnya 2400 gram. (Asrinah dan Sulistyorini, 2017)

8) Minggu ke 37-39

Janin tumbuh lebih gemuk karena cepatnya pembentukan

jaringan lemak. Pada janin laki-laki testis turun menuju scrotum,

janin sudah dapat hidup lebih baik. (Asrinah dan Sulistyorini,

2017)
20

9) Minggu ke 40

Pada usia 40 minggu, janin berkembang sempurna. Kuku jari

tangan dan kaki tumbuh sempurna melampaui ujung jari,

testis janin laki-laki sudah turun ke dalam skrotum. Panjang

janin 50 cm dan beratnya 3000 gram. (Asrinah dan

Sulistyorini, 2017)

3. Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil

Ada perubahan Psikologis pada ibu hamil menurut Asrinah dan

Sulistyorini (2017) yaitu:

a. Trimester I

Segera setelah konsepsi, kadar hormon progesteron dan esterogen

dalam tubuh akan meningkat. Ini yang menyebabkan timbulnya mual

muntah pada pagi hari, lemah dan membesarnya payudara. Ibu

merasa tidak sehat dan sering kali membeci kehamilannya. Ibu

merasa kecewa, penolakan, kecemasan dan sedih. Pada masa ini juga

ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk meyakinkan bahwa

dirinya memang hamil. (Asrinah dan Sulistyorini, 2017)

b. Trimester ke II

Periode ini biasanya ibu sudah merasa sehat tubuh ibu sudah terbiasa

dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karna

hamil sudah berkurang. Ibu sudah dapat menerima kehamilannya

dan dapat menggunakan energi serta pikirannya secara pikiranya

secara konstruktif dan ibu sudah dapat merasakan gerakan janinnya.

(Asrinah dan Sulistyorini, 2017)


21

c. Trimester III

Periode ini sering disebut periode menunggu dan waspada karena

pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kelahirannya, menunggu

tandatanda persalinan. Perhatian ibu berfokus pada bayinya. Gerakan

janin dan semakin membesarnya uterus membuat ibu waspada untuk

melindungi bayinya dari bahaya dan cedera. Pada trimester ke III ibu

merasa kawatir, takut akan kehidupan dirinya, bayinya, kelainan

pada bayinya, persalinan dan nyeri persalinan dan ibu tidak akan

tahu kapan ia akan melahirkan. (Asrinah dan Sulistyorini, 2017)

4. Tanda Bahaya dan Komplikasi Kehamilan Ibu dan Janin

a. Perdarahan Pervaginam Pada Kehamilan Muda

Perdarahan pervaginam dalam kehamilan terbagi menjadi 2 yaitu

sebelum 24 minggu dan setelah 24 minggu kehamilan. Perdarahan

pervaginam sebelum 24 minggu kehamilan mungkin disebabkan

oleh: (Fitriahadi, 2017)

1) Implantation bleeding: sedikit perdarahan

saat trophoblast melekat pada endometrium. Bleeding terjadi saat

implantasi / 8-12 hari setelah fertilisasi. (Fitriahadi, 2017)

2) Abortion: 15 % terjadi pada aborsi spontan sebelum 12 minggu

usia kehamilan dan sering pada primigravida. (Fitriahadi, 2017)

3) Hydatidiform molae: akibat dari degenerasi chorionik villi pada

awal kehamilan. Embrio mati dan direabsorbsi/ mola terjadi

didekat fetus. Sering terjadi pada wanita perokok, punya riwayat

mola, dan multipara. (Fitriahadi, 2017)


22

4) Ectopic pregnancy: ovum dan sperma yang berfertilisasi

kemudian berimplantasi di luar dari uterine cavity, 95 % ada di

tuba, mungkin di ovarium, abdominal cavity, dan canalis

servicalis. (Fitriahadi, 2017).

5) cervical lesion; lesi di cervic. (Fitriahadi, 2017)

6) vaginitis: infeksi pada vagina. (Fitriahadi, 2017)

Semua bleeding selama kehamilan adalah abnormal kecuali

implantation bleeding. Perdarahan pada awal kehamilan yang

abnormal bersifat merah segar, banyak dan adanya nyeri perut.

(Fitriahadi, 2017)

b. Perdarahan Pervaginam Pada Masa Kehamilan Lanjut

1) Perdarahan pada kehamilan lanjut atau lebih sering disebut

antepartum haemorrage/ APH didefinisikan bleeding dari

genetali tract setelah 24 minggu kehamilan dan sebelum bayi

lahir. Bleeding yang terjadi selama persalinan disebut

intrapartum haemorrage. (Fitriahadi, 2017)

2) APH adalah komplikasi serius karena bisa menyebabkan

kematian maternal dan bayi. Ada 2 jenis APH yaitu: (Fitriahadi,

2017)

a) Placenta praevia: bleeding akibat dari letak placenta yang

abnormal, biasanya pada sebagian atau total placenta ada

pada segment bawah rahim. Bleeding tidak bias dihindari

saat persalinan mulai. (Fitriahadi, 2017)


23

b) Abruptio placentae adalah bleeding akibat dari lepasnya

placenta sebelum waktunya dengan letak placenta normal.

Bisa terjadi pada kapanpun usia kehamilan. (Fitriahadi, 2017)

3) Penanganan:

a) Tanyakan pada ibu tentang kharakteristik perdarahan, kapan

mulai terjadi, seberapa banyak, warnanya, adakaha

gumpalan, rasa nyeri ketika perdarahan. (Fitriahadi, 2017).

b) Periksa tekanan darah ibu, suhu, nandi dan denyut jantung

janin. (Fitriahadi, 2017).

c) Lakukan pemeriksaan external, rasakan apakah perut bagian

bawah teraba lembut, kenyal ataukah keras. (Fitriahadi,

2017)

d) Jangan lakukan pemeriksaan dalam, apabila mungkin periksa

dengan speculum. (Fitriahadi, 2017)

c. Hipertensi Gravidarum

1) Pregnancy Induced Hypertension/ Gestational Hypertension

adalah adanya tekanan darah 140 /90 mmHg atau lebih atau

peningkatan 20 mmHg pada tekanan diastolic setelah 20 minggu

usia kehamilan dengan pemeriksaan minimal 2 kali setelah 24

jam pada wanita yang sebelumnya normotensive. (Fitriahadi,

2017)

2) Apabila dikuti dengan proteinuria dan oedem maka dikategorikan

pre eclampsia. Bila ditambah dengan kejang adalah eclampsia.

(Fitriahadi, 2017)
24

3) Penanganan:

a) Tanyakan pada ibu mengenai tekanan darah sebelum dan

selama kehamilan serta tanda tanda trias pre eclampsia.

(Fitriahadi, 2017)

b) Tanyakan tentang riwayat tekanan darah tinggi dan pre

ekalampsia pada ibu dan keluarga. (Fitriahadi, 2017)

c) Periksa dan monitor tekanan darah, protein urine, reflek dan

oedema. (Fitriahadi, 2017)

d) Anjurkan ibu untuk rutin ANC dan persiapan rujukan untuk

persalinan. (Fitriahadi, 2017)

d. Nyeri Perut Bagian Bawah

1) Nyeri perut pada bagian bawah peril dicermati karena

kemungkinan peningkatan kontraksi uterus dan vmungkin

mengarah pada adanya tanda tanda ancaman aborsi/ threatened

abortion. (Fitriahadi, 2017)

2) Nyeri yang membahayakan bersifat hebat, menetap, dan tidak

hilang setelah beristirahat. (Fitriahadi, 2017).

3) Hal ini biasa berhubungan dengan appendicitis, kehamilan

ektopik, aborsi, radang panggul, penyakit kantong empedu uterus

yang irritable, ISK, atau abrupsio placentae. (Fitriahadi, 2017).

4) Penanganan:

a) Tanyakan pada ibu mengenai karakteristi nyeri, kapan terjadi,

seberapa hebat, kapan mulai dirasakan, apakah berkurang bila

untuk istirahat. (Fitriahadi, 2017)


25

b) Tanyakan pada ibu mengenai tanda dan gejala lain yang

mungkin menyertai misalnya muntah, mual, diare, dan panas

badan. (Fitriahadi, 2017)

c) Ukur dan monitor vital sign. (Fitriahadi, 2017)

d) Lakukan pemeriksaan luar dan periksa dalam, raba

kelembutan abdomen/ rebound tenderness/ kelembutan yang

mungkin berulang, periksa adanya nyeri sudut costovertebra/

pinggang bagian dalam. (Fitriahadi, 2017)

e) Periksa adanya proteinuria (Fitriahadi, 2017)

e. Sakit Kepala Yang Hebat

1) Sakit kepala dan pusing sering terjadi selama kehamilan. Sakit

kepala yang bersifat hebat, menetap dan tidak hilang untuk

istirahat adalah abnormal. (Fitriahadi, 2017).

2) Bila sakit kepala hebat dan disertai dengan pandangan kabur

mungkin adalah gejala pada pre eclampsia. (Fitriahadi, 2017).

3) Penanganan

a) Tanyakan pada ibu jika ia mengalami oedema pada muka/

tangan atau masalah visual. (Fitriahadi, 2017)

b) Periksa tekanan darah, adanya proteinuria, refleks dan

oedema. (Fitriahadi, 2017)

c) Periksa adanya suhu tinggi yang mungkin perlu untuk periksa

laboratorium darah untuk memastikan adanya parasit malaria.

(Fitriahadi, 2017)
26

f. Masalah Visual

1) Pengaruh hormonal bias mengacaukan pandangan ibu hamil.

Masalah visual yang mengancama jiwa adalah yang bersifat

mendadak, misalnya pandangan kabur dan berbayang/ double

vision. (Fitriahadi, 2017).

2) Perubahan visual ini mungkin disertai sakit kepala yang hebat

atau mungkin tanda pre-eklampsia. (Fitriahadi, 2017).

3) Penanganan:

a) Periksa tekanan darah, protein urine, refleks, dan oedema.

(Fitriahadi, 2017)

b) Rujuk pada system pelayanan yang lebih tinggi. (Fitriahadi,

2017).

g. Bengkak Diwajah Dan Jari Jari Tangan

1) Bengkak yang muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah

beristirahat dengan kaki ditinggikan adalah hal yang normal pada

ibu hamil. (Fitriahadi, 2017)

2) Bengkak merupakan masalah yang serius apabila muncul pada

muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai

dengan keluhan fisik lainnya. (Fitriahadi, 2017).

3) Hal tersebut mungkin merupakan tanda tanda adanya anemia,

gagal jantung, atau pre eklampsia. (Fitriahadi, 2017)

4) Penanganan:

a) Tanyakan pada ibu apakah ia mengalami sakit kepala atau

masalah visual. (Fitriahadi, 2017)


27

b) Periksa pembengkakan terjadi dimana, kapan hilang, dan

karakteristiknya. (Fitriahadi, 2017)

c) Ukur dan monitor tekanan darah dan proteinuria. (Fitriahadi,

2017)

d) Periksa haemoglobine ibu, warna pada konjungtiva, telapak

tangan, dan tanyakan adanya tanda tanda anemia. (Fitriahadi,

2017).

h. Gerakan Janin Tak Terasa

1) Secara normal ibu merasakan adanya gerakan janin pada bulan

ke 5 atau ke 6 usia kehamilan, namun pada beberapa ibu

mungkin merasakan gerakan janin lebih awal. (Fitriahadi, 2017)

2) Jika bayi tidur gerakan janin melemah. Gerakan bayi terasa

sekali pada saat ibu istirahat, makan, minum dan berbaring.

(Fitriahadi, 2017)

3) Biasanya bayi bergerak paling sedikit 3 X dalam periode 3 jam.

(Fitriahadi, 2017)

4) Penanganan:

a) Tanyakan pada ibu kapan terakhir bayi bergerak

b) Raba gerakan bayi dengan meletakkan tangan di abdomen

ibu.

c) Dengarkan denyut jantung janin dengan stetoskope

binokuler, kalau perlu dengan Doopler. Rujuk dan periksa

dengan ultrasound kalau perlu. (Fitriahadi, 2017)


28

5. Kebutuhan Ibu Hamil pada Trimeseter I, Trimester II, Trimester

III

Adapun Kebutuhan ibu hamil tiap-tiap semester yaitu:

a. Oksigen

Kebutuhan oksigen adalah yang utama pada manusia termasuk ibu

hamil. Berbagai gangguan pernafasan bisa terjadi saat hamil

sehingga akan menggangu pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu

yang akan berpengaruh pada bayi yang dikandung. Untuk mencegah

hal tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan oksigen maka ibu hamil

perlu yaitu latihan nafas melalui senam hamil, tidur dengan bantal

yang lebih tinggi, makan tidak terlalu banyak, kurangi dan hentikan

merokok, konsul ke dokter bila ada kelainan atau gangguan

pernafasan seperti asma dan lain-lain. (Romauli, 2016).

b. Nutrisi

1) Kalori

Untuk proses pertumbuhan, janin memerlukan tenaga. Oleh

karena itu, saat hamil ibu memerlukan tambahan jumlah kalori.

Sumber kalori adalah hidrat-arang dan ternak (misalnya beras,

jagung, ubi, singkong, dan sagu). Asupan makan ibu hamil pada

trimester pertama sering mengalami penurunan karna

menurunkannya nafsu makan dan sering timbul mual dan muntah.

Meskipun ibu hamil mengalami keadaan tersebut tetapi asupan

makan harus tetap diberikan seperti biasanya. Pada trimester


29

kedua nafsu makan biasanya sudah mulai meningkat, kebutuhan

zat tenaga lebih banyak dibanding kebutuhan saat hamil muda.

Demikian juga zat pembangun dan zat pengatur seperti lauk pauk,

sayur, dan buah buahan berwarna. Dan pada trimester ketiga,

janin mengalami pertumbuhan dan perkembangan janin yang

pesat ini terjadi pada usia 20 minggu terakhir kehamilan.

Umumnya nafsu makan ibu akan sangat baik dan ibu merasa

cepat lapar. (Romauli, 2016).

2) Protein

Protein adalah zat utama untuk membangun jaringan bagian

tubuh. Seiring dengan perkembangan dan pertubuhan janin serta

perkembangan dan petumbuhan payudara ibu, keperluan protein

pada waktu hamil sangat meningkat. Kekurangan protein dalam

makanan ibu hamil mengakibatkan bayi akan lahir lebih kecil dari

normal. Kekurangan tersebut juga mengakibatkan pembentukan

air susu dalam masa laktasi kurang sempurna. Sumber zat protein

yang berkualitas tinggi adalah susu. Susu merupakan minuman

yang berkualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan wanita hamil

terhadap zat gizi karena mengandung protein, kalsium, fosfat,

vitamin A, serta vitamin B1 dan B2. Sumber lain meliputi sumber

protein hewani (misalnya daging, ikan, unggas, telur, dan kacang)

dan sumber nabati (misalnya kacangkacangan seperti kedelai,

kacang tanah, kacang polong, dan hasil kacang-kacang misalnya

tahu dan tempe). (Romauli, 2016).


30

3) Mineral

Pada prinsip semua mineral dapat terpenuhi dengan

makanmakanan sehari-hari yaitu buah-buahan, sayur-sayuran dan

susu. Hanya zat besi yang tidak bisa terpenuhi dengan makan

sehari-hari. Kebutuhan besi pada pertengahan kedua kehamilan

kira-kira 17 mg/hari. Untuk memenuhi kebutuhan ini dibutuhkan

suplemen besi 30 mg sebagai ferosus, ferofumarat atau

feroglukonat per hari dan kehamilan kembar atau pada wanita

yang sedang anemia dibutuhkan 60–100 mg per hari. Kebutuhan

kalsium umumnya terpenuhi dengan minum susu. (Romauli,

2016).

4) Vitamin

Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makanan sayur dan

buah-buahan, tetapi dapat pula diberikan ekstra vitamin.

Pemberian asam folat terbukti mencegah kecacatan pada bayi.

Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada

kebutuhan untuk wanita tidak hamil. Kegunaan makanan tersebut

yaitu untuk pertumbuhan janin yang ada dalam kandungan, untuk

mempertahankan kesehatan dan kekuatan badan ibu sendiri, agar

supaya luka-luka persalinan lekas sembuh dalam nifas, dan guna

mengadakan cadangan untuk masa laktasi. (Romauli, 2016).

c. Personal Hygiene
31

Kebersihan harus dijaga masa hamil. Mandi dianjurkan sedikit dua

kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan banyak

keringat. Menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak,

buah dada bagian bawah, daerah genetalia) dengan cara dibersihkan

dengan air dan dikeringkan. Kebersihan gigi dan mulut, perlu

mendapatkan perhatian karena seringkali mudah terjadi gigi

berlubang, terutama pada ibu yang kekurangan kalsium. Rasa mual

selama masa hamil dapat mengakibatkan pemburukan hygiene mulut

dan dapat menimbulkan karies pada gigi. (Romauli, 2016).

d. Pakaian

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pakaian ibu hamil yaitu

pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat pada

daerah perut, bahan pakaian usahakan yang mudah menyerap

keringat, pakailah bra yang menyokong payudara, memakai sepatu

dengan hak yang rendah, pakaian dalam yang selalu bersih.

(Romauli, 2016).

e. Eliminasi

Sering buang air kecil merupakan keluhan yang utama dirasakan

oleh ibu hamil, terutama pada trimester I dan trimester III. Hal

tersebut adalah kondisi yang fisiologis. Hal terjadi karena pada awal

kehamilan terjadi pembesaran uterus yang mendesak kantong kemih

sehingga kapasitas berkurang. Sedangkan pada trimester III terjadi

pembesaran janin yang juga menyebabkan desakan pada kantong

kemih. Tindakan mengurangi asupan cairan untuk mengurangi


32

keluhan ini sangat tidak dianjurkan, karena akan menyebabkan

dehidrasi. (Romauli, 2016).

f. Seksual

Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai

akhir kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat sebaiknya

tidak lagi berhubungan seks selama 14 hari menjelang kelahiran.

Koitus tidak dibenarkan bila terdapat pendarahan pervaginam,

riwayat abortus, berulang, abortus atau partus prematurus imminens,

ketuban pecah sebelum waktunya. (Romauli, 2016).

g. Istirahat

Wanita hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang teratur

khusunya seiring kemajuan kehamilannya. Jadwal istirahat dan tidur

perlu diperhatikan dengan baik, karena istirahat dan tidur yang

teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk

kepentingan perkembangan dan pertumbuhan janin. Tidur pada

malam hari selama kurang lebih 8 jam dan istirahat dalam keadaan

rileks pada siang hari selama 1 jam. (Romauli, 2016).

h. Senam Hamil

Senam hamil bertujuan mempersiapkan dan melatih otot-otot

sehingga dapat dimanfaatkan untuk berfungsi secara optimal dalam

persalinan normal. Senam hamil ditujukan bagi ibu hamil tampa

kelainan atau tidak terdapat penyakit yang menyertai kehamilan,

yaitu penyakit jantung, penyakit ginjal, penyulit kehamilan (hamil

dengan pendarahan, hamil dengan gestosis, hamil dengan kelainan


33

letak). Senam hamil dimulai pada usia kehamilan sekitar 24 sampai

28 minggu. (Romauli, 2016).

i. Persiapan laktasi

Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat

segera berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Penyurutan

payudara untuk mengeluarkan sekresi dan membuka duktus sinus

laktiferus, sebaiknya dilakukan secara hati–hati dan benar, karena

pengurutan keliru bisa dapat menimbulkan kontraksi pada rahim,

sehingga terjadi kondisi seperti uji kesejahteraan janin menggunakan

uterotonika. Basuhan lembut setiap hari pada aerola dan puting susu

akan dapat mengurangi retak dan lecet pada daerah tersebut. Untuk

sekresi yang mengering pada puting susu, dilakukan pembersihan

dengan menggunakan campuran gliserin dan alkohol. Karena

payudara menegang, sensitif, dan menjadi lebih besar, sebaiknya

gunakan penopang payudara yang sesuai. (Romauli, 2016).

6. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

Standart Minimal ANC adalah 10 T. Pastikan ibu hamil

mendapatkan pelayanan pemeriksaan kehamilan yang meluputi 10 T

menurut (Kemenkes RI, 2016) yaitu:

a. Pengukuran tinggi badan cukup satu kali

Bila tinggi badan <145 maka faktor resiko panggul sempit dan

kemungkinan sulit melahirkan secara normal. Berat badan di

timbang setiap kali periksa karna sejak bulan ke 4 pertambahan BB

paling sedikit 1 kg/bulan. (Kemenkes RI, 2016)


34

b. Tekanan Darah

Tekanan Darah normal 120/80 mmHg. Bila tekanan darah lebih

besar atau sama dengan 140/90 mmHg ada faktor resiko hipertensi

(Tekanan darah tinggi dalam kehamilan). (Kemenkes RI, 2016)

c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)

Bila < 23,5 cm menunjukkan ibu hamil menderita kurang energi

kronis (Ibu hamil KEK) dan Beresiko melahirkan bayi berat lahir

rendah (BBLR). (Kemenkes RI, 2016)

d. Pengukuran Tinggi Rahim

Pengukuran tinggi rahim berguna untuk melihat pertumbuhan janin

apakah sesuai dengan usia kehamilan. (Kemenkes RI, 2016)

e. Penentuan status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Oleh petugas kesehatan untuk selanjutnya bilamana diperlukan

mendapatkan suntikan tetanus toksoid sesuai anjuran petugas

kesehatan untuk mencegah tetanus pada ibu dan bayi. (Kemenkes RI,

2016)

f. Penentuan letak janin (Presentasi janin) dan perhitungan denyut

jantung janin.

Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala

belum masuk panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau ada

masalah lain. Bila denyut jantung janin kurang dari 120 kali/menit
35

atau lebih dari 160 kali/menit menunjukkan adanya tanda gawat

janin, segera rujuk. (Kemenkes RI, 2016)

g. Pemberian Tablet Tambah darah

Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah darah setiap

hari minimal selama 90 tablet. Tablet tambah darah di minum pada

malam hari untuk mengurangi rasa mual. (Kemenkes RI, 2016)

h. Tes Laboratorium.

Tes Laboratorium Yang meliputi tes golongan darah untuk

mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila diperlukan, tes

hemoglobin untuk mengetahui apakah ibu kekurangan darah

(Anemia), pemeriksaan urine (Air kencing), tes pemeriksaan darah

lainnya seperti HIV dan sifilis, sementara pemeriksaan malaria

dilakukan di daerah endemis. (Kemenkes RI, 2016)

i. Konseling atau penjelasan Tenaga kesehatan memberikan penjelasan

mengenai perawatan kehamilan, pencegahan kelainan bawaan,

persalinan, dan inisiasi menyusui dini (IMD), nifas, perawatan bayi

baru lahir, ASI eksklusif, KB dan imunisasi pada bayi. (Kemenkes

RI, 2016)

j. Tata laksanaan atau mendapatkan pengobatan Meliputi perawatan

payudara, pijat tekan payudara yang ditunjukkan pada ibu hamil.

(Kemenkes RI, 2016)

B. Persalinan

1. Pengertian Persalinan
36

Persalinan adalah suatu pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang

dapat hidup kedunia luar dari Rahim melalui jalan lahir atau jalan lain.

Adapun menurut proses berlangsungnya persalinan dibedakan sebagai

berikut (Rufaida, dkk, 2019)

a) Persalinan spontan

Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri. (Rufaida,

dkk, 2019)

b) Persalinan buatan

Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luarnya misalnya ekstraksi

forsep atau dilakukan operasi section caesaria. (Rufaida, dkk, 2019)

c) Persalinan anjuran

Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi baru

berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian Pitocin, atau

prostaglandin. (Rufaida, dkk, 2019)

Istilah istilah yang berkaitan dengan persalinan berdasarkan tuanya

umur kehamilan dan berat badan bayi :

1) Abortus

Pengeluaran buah kehamilan sebelum 22 minggu atau bayi dengan

berat badan kurang dari 500 gram. (Rufaida, dkk, 2019)

2) Partus immaturus

Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28 minggu atau

bayi dengan berat badan antara 500 gram dan 999 gram. (Rufaida,

dkk, 2019)
37

3) Partus premature

Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau

bayi dengan berat badan antara 1.000 gram dan 2.499 gram.

(Rufaida, dkk, 2019)

4) Partus matures atau aterm

Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu atau

bayi dengan berat badan antara 2.500 gram atau lebih. (Rufaida,

dkk, 2019)

5) Partus postmaturus atau serotinus

Pengeluaran buah kehamilan setelah 42 minggu. (Rufaida, dkk,

2019)

2. Sebab-sebab mulanya persalinan

a. Penurunan kadar progesterone

Pada saat 1-2 minggu sebelum persalinan di mulai terjadi penurunan

kadar hormone estrogen dan progesterone. Progesterone bekerja

sebagai penenang otot-otot polos Rahim dan akan menyebabkan

kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar

progesterone menurun. (Rufaida, dkk, 2019)

b. Teori Oxytocin

Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu,

timbul kontraksi otot-otot Rahim. (Rufaida, dkk, 2019)

c. Keregangan otot-otot
38

Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila di

dindingnya teregang karena isisnya bertambah maka timbul kontraksi

untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan Rahim, maka

dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot Rahim makin

rentan. (Rufaida, dkk, 2019)

d. Pengaruh janin

Hypofise dan kelenjar suprarenal rupa-rupanya juga memegang

peranan karena pada anencepalus kehamilan sering lebih lama dari

biasa. (Rufaida, dkk, 2019)

e. Teori prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan desidua, disangka menjadi salah satu

sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukan bahwa

prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra dan

extramital menimbulkan kontraksi myiomentrium pada setiap umur

kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin

yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu

hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan. (Rufaida, dkk,

2019)

3. Tahapan Persalinan

a. Kala I

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan

pembukaan servix hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).

Persalinan kala I berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi menjadi dua fase

yaitu fase laten dan fase aktif. (Ari, 2016).


39

1) Fase laten persalinan

a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan

dan pembukaan servix secara bertahap

b) Pembukaan servix kurang dari 4 cm

c) Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam, (Ari, 2016)

2) Fase aktif persalinan

Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maximal,

dan deselerasi.

a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat

(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau

lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik

atau lebih; (Ari, 2016)

b) Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1

cm atau lebih perjam hingga pembukaan lengkap (10 cm);

(Ari, 2016)

c) Terjadi penurunan bagian terendah janin. (Ari, 2016)

Adapun fisiologi Kala I adalah sebagai berikut: (Ari, 2016).

(1) Uterus

Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus menyebar ke

depan dan ke bawah abdomen. Kontraksi berakhir dengan


40

masa yang terpanjang dan sangat kuat pada fundus. Selagi

uterus kontraksi berkontraksi dan relaksasi memungkinkan

kepala janin masuk ke rongga pelvik. (Ari, 2016)

(2) Serviks

Sebelum onset persalinan, serviks berubah menjadi

lembut:

(a) Effacement (penipisan) serviks berhubungan dengan

kemajuan pemendekan dan penipisan serviks. Panjang

serviks pada akhir kehamilan normal berubah – ubah

(beberapa mm sampai 3 cm). Dengan mulainya

persalinan panjangnya serviks berkurang secara

teratur sampai menjadi pendek (hanya beberapa mm).

Serviks yang sangat tipis ini disebut sebagai menipis

penuh. (Ari, 2016)

(b) Dilatasi berhubungan dengan pembukaan progresif

dari serviks. Untuk mengukur dilatasi/diameter

serviks digunakan ukuran centimeter dengan

menggunakan jari tangan saat peeriksaan dalam.

Serviks dianggap membuka lengkap setelah mencapai

diameter 10 cm. (Ari, 2016)

(c) Blood show (lendir show) pada umumnya ibu akan

mengeluarkan darah sedikit atau sedang dari serviks.

(Ari, 2016)
41

b. Kala II

Kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir

dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primi dan 1

jam pada multi. Adapun Tanda dan gejala pada persalinan kala II

sudah dekat adalah: (Ari, 2016).

1) Ibu ingin meneran;

2) Perineum menonjol;

3) Vulva vagina dan sphincter anus membuka;

4) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat;

5) His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali;

6) Pembukaan lengkap (10 cm );

7) Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara

rata-rata 0.5 jam; (Ari, 2016)

8) Pemantauan:

a) Pemantauan tenaga atau usaha mengedan dan kontraksi uterus

b) Pemantauan kondisi janin yaitu penurunan presentasi janin dan

kembali normalnya detak jantung bayi setelah kontraksi. (Ari,

2016)

Adapun fisiologi Kala II adalah sebagai berikut: (Ari, 2016).


42

1) His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 -100 detik,

datangnya tiap 2-3 menit. (Ari, 2016)

2) Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan keluarnya


cairan kekuningkuningan sekonyong-konyong dan banyak. (Ari,

2016)

3) Pasien mulai mengejan. (Ari, 2016)

4) Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di

dasar panggul, perineum menonjol, vulva menganga dan rectum

terbuka. (Ari, 2016)

5) Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan hilang
lagi waktu his berhenti, begitu terus hingga nampak lebih besar.

Kejadian ini disebut “Kepala membuka pintu”. (Ari, 2016)

6) Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh vulva

sehingga tidak bisa mundur lagi, tonjolan tulang ubun-ubun telah

lahir dan subocciput ada di bawah symphisis disebut “Kepala

keluar pintu”. (Ari, 2016)

7) Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun

besar, dahi dan mulut pada commissura posterior. Saat ini untuk

primipara, perineum biasanya akan robek pada pinggir depannya

karena tidak dapat menahan regangan yang kuat tersebut. (Ari,

2016)
43

8) Setelah kepala lahir dilanjutkan dengan putaran paksi luar,

sehingga kepala melintang, vulva menekan pada leher dan dada

tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir

dan cairan. (Ari, 2016)

9) Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan

disusul seluruh badan anak dengan fleksi lateral, sesuai dengan

paksi jalan lahir. (Ari, 2016)

10) Setelah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang

tidak keluar waktu ketuban pecah, kadang-kadnag bercampur darah

. (Ari, 2016)

11) Lama kala II pada primi  50 menit pada multi  20 menit.

(Ari, 2016)

c. Kala III

Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir

dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Berlangsung tidak lebih

dari 30 menit. Disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta.

Setelah peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian

oksitosin untuk kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan. Tanda-

tanda pelepasan plasenta adalah: (Ari, 2016).

1) Perubahan ukuran dan bentuk uterus;

2) Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta

sudah terlepas dari Segmen Bawah Rahim;

3) Tali pusat memanjang;


44

4) Semburan darah tiba tiba. (Ari, 2016)

Adapun fisiologi Kala III adalah segera setelah bayi dan air

ketuban sudah tidak lagi berada di dalam uterus, kontraksi akan terus

berlangsung dan ukuran rongga uterus akan mengecil. Pengurangan

dalam ukuran uterus ini akan menyebabkan pengurangan dalam ukuran

tempat melekatnya plasenta. Oleh karena tempat melekatnya plasenta

tersebut menjadi lebih kecil, maka plasenta akan menjadi tebal atau

mengkerut dan memisahkan diri dari dinding uterus. Sebagian dari

pembuluh-pembuluh darah yang kecil akan robek saat plasenta lepas.

Tempat melekatnya plasenta akan berdarah terus hingga uterus

seluruhnya berkontraksi. Setelah plasenta lahir, dinding uterus akan

berkontraksi dan menekan semua pembuluh-pembuluh darah ini yang

akan menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya plasenta

tersebut. Sebelum uterus berkontraksi, wanita tersebut bisa kehilangan

darah 350-360 cc/menit dari tempat melekatnya plasenta tersebut.

Uterus tidak bisa sepenuhnya berkontraksi hingga plasenta lahir dahulu

seluruhnya. Oleh sebab itu, kelahiran yang cepat dari plasenta segera

setelah ia melepaskan dari dinding uterus merupakan tujuan dari

manajemen kebidanan dari kala III yang kompeten. (Ari, 2016).

d. Kala IV

Kala IV Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam

setelah itu. Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung.

Masa 1 jam setelah plasenta lahir. Pemantauan 15 menit pada jam


45

pertama setelah kelahiran plasenta, 30 menit pada jam kedua setelah

persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil, perlu dipantau lebih sering,

Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada masa ini.

Observasi yang dilakukan adalah: (Ari, 2016)

1) Tingkat kesadaran penderita;

2) Pemeriksaan tanda vital;

3) Kontraksi uterus;

4) Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak

melebihi 400- 500cc. (Ari, 2016)

Adapun fisiologis dari peraslinan kala IV adalah Setelah

plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat.

Otot-otot uterus berkontraksi, pembuluh darah yang ada diantara

anyaman-anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan

menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. (Ari, 2016)

Terdapat 7 langkah pemantauan yang dilakukan pada kala IV ini

adalah sebagai berikut;

1) Kontraksi rahim

Kontraksi dapat diketahui dengan palpasi. Setelah plasenta lahir

dilakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus

berkontraksi. Dalam evaluasi uterus yang perlu dilakukan adalah

mengobservasi kontraksi dan konsistensi uterus. Kontraksi uterus

yang normal adalah pada perabaan fundus uteri akan teraba keras.
46

Jika tidak terjadi kontraksi dalam waktu 15 menit setelah

dilakukan pemijatan uterus akan terjadi atonia uteri. (Ari, 2016).

2) Perdarahan

Perdarahan: ada/tidak, banyak/biasa

3) Kandung kencing Kandung kencing: harus kosong, kalau penuh

ibu diminta untuk kencing dan kalau tidak bisa lakukan

kateterisasi. Kandung kemih yang penuh mendorong uterus keatas

dan menghalangi uterus berkontraksi sepenuhnya. (Ari, 2016).

4) Luka-luka: jahitannya baik/tidak, ada perdarahan/tidak Evaluasi

laserasi dan perdarahan aktif pada perineum dan vagina. Nilai

perluasan laserasi perineum. Derajat laserasi perineum terbagi

atas: (Ari, 2016).

(a) Derajat I

Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior dan kulit

perineum. Pada derajat I ini tidak perlu dilakukan penjahitan,

kecuali jika terjadi perdarahan. (Ari, 2016).

(b) Derajat II

Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum

dan otot perineum. Pada derajat II dilakukan penjahitan dengan

teknik jelujur. (Ari, 2016).

(c) Derajat III

Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum,

otot perineum dan otot spingter ani external. (Ari, 2016).


47

(d) Derajat IV.

Derajat III ditambah dinding rectum anterior . (Ari, 2016).

(e) Pada derajat III dan IV segera lakukan rujukan karena laserasi

ini memerlukan teknik dan prosedur khusus. (Ari, 2016).

C. Nifas

1. Pengertian masa nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Puerperium yaitu

dari kata Puer yang artinya bayi dan Parous yng artinya melahirkan. Jadi,

puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi yaitu masa pulih

kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali

seperti pra hamil. Sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama

post partum sehingga pelayanan pasca persalinan yang berkualitas harus

terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi.

(Kumala, dkk, 2017)

2. Prinsip dan sasaran asuhan masa nifas

Berdasarkan standar pelayanan kebidanan, standar pelayanan ibu

nifas meliputi perawatan bayi baru lahir (standar 13), penanganan 2 jam

pertama setelah persalinan (standar 14), dan pelayanan bagi ibu dan bayi

pada masa nifas (standar 15), dan bila merujuk pada kompentensi 5

(standar kompentensi bidan) maka prinsip asuhan kebidanan bagi ibu

pada masa nifas dan menyusui harus bermutu tinggi serta tanggap

terhadap budaya setempat, bila dijabarkan lebih luas sasaran asuhan

kebidanan masa nifas meliputi. (Kumala, dkk, 2017)


48

1) Peningkatan kesehatan fisik dan psikologis. (Kumala, dkk, 2017)

2) Identifikasi dari penyimpangan dari kondisi normal baik fisik maupun

psikis. (Kumala, dkk, 2017)

3) Mendorong agar dilaksanakan metode yang sehat tentang pemberian

makan anak dan peningkatanpengembangan hubungan antara ibu dan

anak yang baik. (Kumala, dkk, 2017)

4) Mendukung dan memperkuat percaya diri ibu dan kemungkinan ia

melaksanakan peran ibu dalam situasi keluarga dan budaya khusus.

(Kumala, dkk, 2017)

5) Pencegahan, diagnose dini dan pengobatan komplikasi. (Kumala, dkk,

2017)

6) Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu. (Kumala, dkk,

2017)

7) Imunisasi ibu terhadap tetanus. (Kumala, dkk, 2017)

3. Tujuan Asuhan Masa Nifas

a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas

Tujuan perawatan masa nifas adalah untuk mendeteksi adanya

kemungkinan perdarahan post partum, dan infeksi, penolong

persalinan harus waspada, sekurang-kurangnya 1 jam post partum

untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan.

Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, lebih-lebih bila

partus berlangsung lama. (Kumala, dkk, 2017)

b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya


49

Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis

harus diberikan oleh penolong persalinan. Ibu dianjurkan untuk

menjaga kebersihan badan, mengajarkan ibu bersalin bagaimana

membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, bersihkan daerah

disekitar vulva dahulu, dari depan ke belakang baru kesekitar anus.

Sarankan ibu mencuci tangan dengan sabun dan air sebelumnya dan

sesudahnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laterasi

sarankan ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka. (Kumala,

dkk, 2017)

c. Melaksanakan skrining secara komprehensif

Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendeteksi

masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu

maupun bayi. Bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV

yang meliputi pemeriksaan plasenta, pengawasan TFU, pengawasan

PPV, pengawasan konsistensi Rahim dan pengawasan KU ibu. Bila

ditemukan permasalahan maka segera melakukan tindakan sesuai

dengan standar pelayanan pada penatalaksanaan masa nifas. (Kumala,

dkk, 2017)

d. Memberikan pendidikan kesehatan diri

Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB,

menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi

sehat. Ibu post partum harus diberikan pendidikan tentang pentingnya

gizi antara lain kebutuhan gizi ibu menyusui. (Kumala, dkk, 2017)
50

1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. (Kumala, dkk,

2017)

2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral dan vitamin yang cukup. (Kumala, dkk, 2017)

3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum

sebelum menyusui). (Kumala, dkk, 2017)

4. Tahapan Masa Nifas

a. Pueperium dini

Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan serta

menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainya (40 hari).

(Kumala, dkk, 2017)

b. Pueperium intermediate

Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya

sekitar 6-8 minggu. (Kumala, dkk, 2017)

c. Remote pueperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama ibu

selama hamil tau persalinan mempunyai komplikasi. (Kumala, dkk,

2017)

1) IMMEDIATE POST PARTUM

Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Sering terdapat

banyak masalah, misalnya perdarahan. Bidan teratur melakukan


51

pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tanda-tanda

vital. (Kumala, dkk, 2017)

2) EARLY POST PARTUM (24 JAM – 1 MINGGU)

Bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal. Tidak

ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk,tidak demam, ibu cukup

cairan dan makanan, ibu menyusui dengan baik. (Kumala, dkk,

2017)

3) LATE POST PARTUM (1 MINGGU – 5 MINGGU)

Bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari

serta konseling KB. (Kumala, dkk, 2017)

5. Kebijakan Program Nasional Masa nifas

Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali

kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi baru

lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menagani masalah-masalah

yang terjadi. (Kumala, dkk, 2017)

a. 6 – 8 jam setelah persalinan, tujuan :

1) Mencegah pendarahan masa nifas karena Antonia uteri. (Kumala,

dkk, 2017)

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan, rujuk bila

pendarahan berlanjut. (Kumala, dkk, 2017)

3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena Antonia uteri.

(Kumala, dkk, 2017)

4) Pemberian ASI awal. (Kumala, dkk, 2017)


52

5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. (Kumala,

dkk, 2017)

6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

(Kumala, dkk, 2017)

b. 6 hari setelah persalinan

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilicus, tidak ada pendarahan abnormal, tidak

ada bau. (Kumala, dkk, 2017)

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan pendarahan

abnormal. (Kumala, dkk, 2017)

3) Memastikan ibu mendapatkan cukup, makanan, cairan dan

istirahat. (Kumala, dkk, 2017)

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit. (Kumala, dkk, 2017)

5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-

hari. (Kumala, dkk, 2017)

c. 2 minggu setelah persalinan

Memastikan Rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan

meraba bagian Rahim. (Kumala, dkk, 2017)

d. 6 minggu setelah persalinan

1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi

alami. (Kumala, dkk, 2017)


53

2) Memberikan konseling untuk KB secara dini. (Kumala, dkk,

2017)

6. Issu Terbaru Perawatan Masa Nifas

a. Mobilisasi dini

Terkadang ibu nifas enggan untuk banyak bergerak karena merasa

letih dan sakit, padahal sebelumnya ibu nifas bisa melakukan

gerakan/aktivitas sedini mungkin (early ambulation/ambulasi dini),

yaitu kebijakan untuk selekas mungkin membimbing klien keluar dari

tempat tidurnya dan membimbing untuk selekas mungkin berjalan.

Jika tidak segera diatasi maka ibu tersebut terancam mengalami

bendungan pembuluh darah vena (thrombosis vena). (Kumala, dkk,

2017)

b. Roaming in (perawatan ibu dan anak 1 ruang/kamar)

Meningkatkan pemberian ASI, bonding attachment, mengajari ibu

cara perawatan bayi terutama pada ibu primipara, dimulai dengan

penerapan Inisiasi Menyusui Dini. (Kumala, dkk, 2017)

c. Pemberian ASI dini dan pijatan oksitosin

Untuk meningkatkan volume ASI pada masa nifas, ibu dapat

memberikan terapi pijat bayi dan mendapatkan pijat oksitosin. Pijat

oksitosin sangat membantu ibu dalam meningkatkan produksi ASI.

(Kumala, dkk, 2017)

7. Peran Dan Tangung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas


54

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini, karena

merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa

60% kematian ibu termasuk kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%

kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam. Maka itu peran dan tangung

jawab bidan untuk memberikan asuhan kebidanan ibu nifas dengan

pemantauan mencegah beberapa kematian. (Kumala, dkk, 2017)

a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas

sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan

psikologis selama masa nifas. (Kumala, dkk, 2017)

b. Sebagai promotor hubungan ibu dan bayi serta keluarga. (Kumala,

dkk, 2017)

c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa

nyaman. (Kumala, dkk, 2017)

d. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu

dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi. (Kumala, dkk,

2017)

e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan. (Kumala, dkk, 2017)

f. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

pencegahan perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi

yang baik, serta mempraktekan kebersihan yang aman. (Kumala, dkk,

2017)

g. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnose dan rencana tindakan serta melaksanakanya

untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan


55

memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas. (Kumala,

dkk, 2017)

h. Memberikan asuhan secara professional. (Kumala, dkk, 2017)

D. Bayi Baru Lahir (BBL)

1. Pengertian

Bayi Baru Lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia

kehamilan genap 37-41 minggu, dengan presentase belakang kepala atau

letak sungsang yang melewati vagina tanpa melewati alat (Tando, Marie,

2016).

Peristiwa kelahiran merupakan waktu dinamik yang berpusat di

sekitar kebutuhan segera bayi baru lahir. Walaupun sebagian proses

persalinan terfokus pada ibu tetapi proses tersebut merupakan proses

pengeluaran hasil kehamilan (bayi), maka penatalaksanaan suatu

persalinan dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang dilahirkan

juga berada dalam kondisi yang optimal. Memberikan pertolongan dengan

segera, aman dan bersih adalah bagian essensial dari asuhan bayi baru

lahir. Sebagian besar (85% - 90 %) persalinan adalah normal, tetapi

gangguan dalam kehamilan dan proses persalinan dapat mempengaruhi

kesehatan bayi-bayi yang baru dilahirkan. Sebagian besar kesakitan dan

kematian bayi baru lahir disebabkan karena asfiksia, hipotermia dan atau

infeksi. Kesakitan dan kematian bayi baru lahir dapat dicegah bila asfiksia

segera dikenali dan ditatalaksana secara adekuat, dibarengi pula dengan

pencegahan hipotermia dan infeksi. (Ari, 2016).


56

Bidan bertanggung jawab untuk melakukan perawatan segera.

Bidan harus mewaspadai kebutuhan emosional dan pertanyaan orang tua.

Keinginan orang tua untuk melihat dan menyentuh bayi mereka untuk

pertama kali. Bidan harus berusaha mengintegrasikan kedua aspek dalam

pengalaman sesaat setelah melahirkan. Gambaran kelahiran yang khas dan

perawatan segera bayi baru lahir cukup bulan yang beresiko rendah di

Rumah Sakit. (Ari, 2016).

Pemahaman dasar mengenai adaptasi bayi baru lahir sangat penting

sebagai landasan rencana perawatan yang tepat. Setelah lahir, bayi harus

dapat beradaptasi dari keadaan yang sangat bergantung menjadi mandiri

secara fisiologis. Hal ini dicapai melalui pemahaman menyeluruh

mengenai fungsi normal tubuh bayi baru lahir sehingga bidan dapat

membantu bayi baru lahir sehat untuk tetap sehat dan memulihkan kondisi

tubuh bayi baru lahir yang sakit. (Ari, 2016).

2. Perubahan Sistem Pernapasan

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik

pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan

tekanan alveoli, selain karena adanya surfaktan, juga karena adanya

tarikan nafas dan pengeluaran napas dengan merintih sehingga udara bisa

tertahan di dalam. Cara neonatus bernapas dengan cara bernapas

difragmatik dan abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya

bernapas belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan

kolaps dan paru-paru kaku, sehingga terjadi atelektasis. Dalan kondisi


57

seperti ini (anoksia), neonatus masih mempertahankan hidupnya karena

adanya kelanjutan metabolism anaerobik. (Ari, 2016).

3. Perubahan Pada Sistem Peredaran Darah

Setelah lahir, darah bayi harus melewati paru untuk mengambil

oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan

oksigen ke jaringan. Ada 2 perubahan besar yang harus terjadi dalam

sistem sirkulasi

a. Penutupan foramen ovale atrium jantung

1) Saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat


dan tekanan atrium kanan menurun. Hal ini membantu darah

dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk

proses oksigenisasi ulang. (Ari, 2016)

2) Pernapasan pertama, resistensi pembuluh turun, tekanan atrium

kanan naik. Oksigen mengalir ke dalam paru, dan menurunkan

tekanan atrium kiri. Akibatnya foramen ovale menutup secara

fungsional. (Ari, 2016)

b. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta

1) Dengan adanya pernapasan kadar oksigen darah meningkat,

sehingga duktus arteriosus mengalami kontriksi dan menutup.

(Ari, 2016)

2) Selanjutnya sistem sirkulasi bayi dapat menjalankan fungsinya

sendiri. (Ari, 2016)


58

Dua peristiwa penting yang mengubah tekanan dalam

sistem pembuluh darah: (Ari, 2016).

1) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik

meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium

kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium

kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan

tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini

membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir

ke paru paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang. (Ari,

2016)

2) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah

paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen

pada pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan

terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru (menurunkan

resistensi pembuluh darah paru paru). Peningkatan sirkulasi ke

paru paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan

tekanan atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium

kanan ini dan penurunan tekanan pada atrium kiri, foramen

ovale secara fungsional akan menutup. (Ari, 2016)

4. Perubahan Pengaturan Suhu

Suhu tubuh bayi baru lahir harus dipertahankan antara 36,5 °C dan

37 °C. Hipotermia pada bayi baru lahir didefinisikan sebagai suhu kurang

dari 35 °C. (Ari, 2016).


59

a. Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, suhu

dikendalikan dari pusat penurun panas dan pusat peningkatan panas

di hipotalamus, area otak di dekat kelenjar hipofisis, sehingga bayi

akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan

lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan dari dalam

rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin

ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan

yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil

merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali

panas tubuhnya. (Ari, 2016).

b.Pembentukan suhu pada bayi baru lahir tanpa disertai menggigil


adalah merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi

panas. (Ari, 2016).

c. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu


meningkatkan panas tubuh sampai 100%. (Ari, 2016).

d.Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan


glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak

menjadi panas. (Ari, 2016).

e. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang Bayi Baru
Lahir:
60

1) Lemak coklat ditemukan di sekitar leher dan antara

skapula, melintasi garis klavikula dan sternum. (Ari, 2016).

2) Lemak coklat juga mengelilingi pembuluh darah torax

mayor dan bantalan ginjal. (Ari, 2016).

3) Sel-sel mengandung nukleus, glikogen, mitokondria (yang

melepas energi) dan vakuola lemak multiple di dalam

sitoplasma (suatu sumber energi). (Ari, 2016).

4) Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat

dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan

semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. (Ari, 2016).

f. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami

hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Sehingga upaya pencegahan

kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban

untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBL. (Ari, 2016).

Bayi baru lahir memiliki kemampuan terbatas untuk

berkeringat dan menggigil. Termogenesis non menggigil (non

shivering thermogenesis, NST) digunakan oleh bayi baru lahir untuk

tetap hangat, dan dimulai dengan Oksigenasi, Pelepasan dari

plasenta, memotong tali pusat memaksimalkan NST. Pendinginan

kutaneus: reseptor dingin di kuit menstimulasi pelepasan


61

noradrenalin dan tiroksin yang menstimulasi lemak coklat. (Ari,

2016).

a. Mekanisme Kehilangan Panas

Panas hilang selama kelahiran, resusitasi dan transportasi. (Ari,

2016).

1) Evaporasi

Kehilangan panas akibat bayi tidak segera dikeringkan.

Akibatnya cairan ketuban pada permukaan tubuh menguap.

(Ari, 2016).

2) Konduksi

Kehilangan panas akibat kontak langsung antara tubuh bayi

dengan permukaan yang dingin. (Ari, 2016).

3) Konveksi

Kehilangan panas akibat bayi terpapar dengan udara sekitar

yang lebih dingin. (Ari, 2016).

4) Radiasi

Kehilangan panas akibat bayi ditempatkan di dekat benda

yang temperaturnya lebih rendah dari temperatur tubuh

bayi. (Ari, 2016).

b. Upaya Mencegah Kehilangan Panas:

1) Keringkan bayi secara seksama;

2) Lakukan IMD;

3) Selimuti bayi dengan selimut bersih, kering dan hangat;


62

4) Tutupi kepala bayi;

5) Anjurkan ibu memeluk dan memberikan ASI;

6) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi;

7) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. (Ari, 2016).

c. Perawatan Bayi Saat Lahir

1) Suhu minimal janin satu derajad lebih tinggi dibandingkan

suhu ibu karena pertukaran panas melalui plasenta. (Ari,

2016)

2) Penurunan suhu lingkungan saat kelahiran bayi terlahir

dengan kondisi basah dilahirkan ke lingkungan yang dingin.

(Ari, 2016)

3) Bayi cukup bulan yang sehat akan berespon dengan

meningkatkan produksi panas. (Ari, 2016)

4) Mengeringkan dan membedong bayi dengan handuk hangat


akan mempertahankan suhu tubuh bayi. (Ari, 2016)

5) Perawatan Kanguru membantu mempertahankan bayi tetap

hangat. Menempatkan bayi kontak langsung ke dada ibu

menstimuasi ibu untuk mengubah suhu tubuhnya untuk

memenuhi kebutuhan bayi. (Ari, 2016).

5. Perubahan Sistem Gastrointestinal

Perubahan Sistem Gastrointestinal pada bayi


63

a. Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan

menelan. (Ari, 2016)

b. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik
pada saat lair. (Ari, 2016)

c. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan

mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. (Ari, 2016)

d. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum

sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan

neonatus. (Ari, 2016)

e. Kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30cc untuk bayi

baru lahir cukup bulan. (Ari, 2016)

f. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan

dengan tumbuhnya bayi baru lahir. (Ari, 2016)

g. Pengaturan makanan yang diatur bayi sendiri penting contohnya


memberi ASI on demand. (Ari, 2016)

6. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh

Pada kehamilan 8 minggu telah ditemukan limfosit, dengan

tuanya kehamilan maka limfosit juga banyak di temukan dalam ferifer

dan terdapat pula limfe. Sel-sel limfoid membentuk molekul

immunoglobulin gamma G yang merupakan gabungan immunoglobulin

gamma A dan gamma M. Gamma G dibentuk paling banyak setelah 2

bulan bayi dilahirkan. Gamma G globulin janin di dapat dari ibu melalui

plasenta. Bila terjadi infeksi maka janin mengadakan reaksi dengan


64

plasmasitosis, penambahan penambahan folikel limfoid dan sintesis

gamma M immunoglobulin. Gamma A immunoglobulin telah dapat

dibentuk pada kehamilan 2 bulan dan banyak ditemukan segera setelah

lahir, khususnya sekret dari traktus digestifus, respiratorus, kelenjar

ludah, pancreas dan traktus urogenital. (Ari, 2016).

Gamma M immunoglobulin meningkat segera setelah bayi

dilahirkan setara dengan keadaan flora normal dalam saluran pencernaan.

Akan tetapi bayi hanya dilindungi oleh Gamma G immunoglobulin dari

ibu dan terbatas kadarnya juga kurangnya Gamma A immunoglobulin

yang menyebabkan neonatus berkemungkinan besar rentan infeksi dan

sepsis. Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga

menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.

Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun

yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh

yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh

kekebalan alami (Ari, 2016):

a. Perlindungan oleh kulit membran mukosa.

b. Fungsi saringan saluran napas.

c. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus.


Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung. (Ari, 2016)

E. Neonatus Bayi Dan Balita


65

1. Pengertian

Neonatus memiliki defenisi bayi baru lahir dari kandungan

ibu sampai dengan usia 28 hari pada kehidupanya. Periode ini

merupakan periode yang sangat rentan terhadap suatu infeksi sehingga

akan menimbulkan suatu penyakit. Periode ini juga masih

membutuhkan penyempurnaan dalam penyesuain tubuhnya secara

fisiologis untuk dapat hidup di luar kandungan. (Juwita, dkk, 2020)

Sedangkan balita adalah kelompok anak yang berada pada rentang usia

0,5 tahun. (Adriani dan wirjatmadi 2016).

Periode neonatus memiliki banyak masalah berkaitan dengan

kegagalan dalam penyesuaian (transisi) di mulai dari kehidupan di

dalam kandungan hingga di luar kandungan sehingga dapat

mengakibatkan morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian). Pada

masa transisi ini, neonatus memiliki tiga aspek paling dramatic dan

berlangsung cepat yaitu pada system pernapasan, sirkulasi dan

kemampuan menghasilkan glukosa. (Juwita, dkk, 2020)

Factor pengaruh perubahan fungsi dan proses neonatus secara

vital ada 3 yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Kegagalan dalam

transisi kehidupan neonatus dapat disebabkan karena kelainan

kongenital, prematuritas, asfiksia, infeksi penyakit dan persalinan

sehingga mengakibatkan kematian. (Juwita, dkk, 2020)

Neonatus dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Sesuai masa gestasi atau umur kehamilan


66

Masa gestasi atau dapat disebut dengan umur kehamilan

merupakan waktu dari konsepsi yang dihitung dari ibu hari

pertama haid terakhir (HPHT) pada ibu sampai dengan bayi lahir.

Bayi lahir ditimbang berat badannya dalam satu jam pertama jika

bayi lahir di fasilitas kesehatan dan jika bayi lahir di rumah maka

penimbangan berat badan dilakukan dalam 24 jam pertama.

(Juwita, dkk, 2020)

Berikut klasifikasi bayi sesuai dengan masa gestasi:

a. Bayi kurang bulan (BKB)

Bayi kurang bulan merupakan bayi yang lahir pada usia

kehamilan kurang dari 37 minggu atau kurang dari 259 hari.

(Juwita, dkk, 2020)

b. Bayi cukup bulan (BCB)

Bayi cukup bulan merupakan bayi yang lahir pada usia

kehamilan antara 37 sampai dengan 40 minggu atau 259 hari

sampai 293 hari. (Juwita, dkk, 2020)

c. Bayi lebih bulan (BLB)

Bayi lebih bulan merupakan bayi yang lahir pada umur

kehamilan lebih dari 40 minggu atau lebih dari 294 hari.

(Juwita, dkk, 2020)

2. Berat badan lahir

Berat badan lahir digunakan untuk mengklasifikasikan bayi dengan

berat badan lahir rendah/kurang/lebih. (Juwita, dkk, 2020)

Klasifikasi berat badan lahir sebagai berikut:


67

a. Bayi berat badan lahir rendah

Bayi yang lahir dengan memiliki berat badan lahir kurang dari

2500 gram. (Juwita, dkk, 2020)

b. Bayi berat badan lahir cukup

Bayi yang lahir dengan memiliki berat badan lahir antara 2500

gram sampai dengan 4000 gram. (Juwita, dkk, 2020)

c. Bayi berat badan lahir lebih

Bayi yang lahir dengan memiliki berat badan lahir lebih dari

4000 gram. (Juwita, dkk, 2020)

F. Keluarga Berencana

1. Pengertian

Keluarga Berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran

serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, peraturan

kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan

keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Dewi,

2016).

2. Tujuan Keluarga berencana

Adapun tujuan dari Keluarga Berencana sebagai berikut: (Yulizawati, dkk

2019)

a. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga

kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan

pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.


68

b. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang

bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

3. Metode Alat Kontasepsi Pasca Salin

a. Pil

1) Pil Kontrakontrasepsi

Dapat berupa pil kombinasi (berisi hormon estrogen dan

progesteron) ataupun hanya berisi progesteron saja. Pil kontrasepsi

bekerja dengan cara mencegah terjadinya ovulasi dan mencegah

terjadinya penebalan dinding rahim. Apabila pil kontrasepsi ini

digunakan secara tepat. Adapun Jenis-jenis dari pil kombinasi

menurut (Handayani 2017) antara lain:

a) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen/progesteron dalam dosis

sama, dengan tablet tanpa hormon aktif. (Handayani, 2017).

b) Bifasik : Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen/progesteron dengan dua

dosis yang berbeda, dengan 7 tablet. (Handayani, 2017).

Keuntungan :

a) Tidak mengganggu hubungan seksual

b) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)

c) Dapat digunakan sebagai metode jangka panjang


69

d) Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopause

e) Mudah dihentikan setiap saat. (Handayani, 2017).

Kerugian:

a) Mahal dan membosankan karena digunakan setiap hari

b) Mual, 3 bulan pertama

c) Perdarahan bercak atau perdarahan, pada 3 bulan pertama

d) Pusing

e) Nyeri payudara

f) Kenaikan berat badan

g) Tidak mencegah PMS

h) Tidak boleh untuk ibu yang menyusui (Handayani, 2017).

2) Kontrasepsi pil progestin

Merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon sintetis

progesteron. Adapun jenis-jenis dari kontrasepsi pil progestin

menurut Handayani, (2017) antara lain:

a) Kemasan dengan isi 35 pil : mengandung 300 mikro gram

levonogestrel atau 350 mikro gram noretindron.

(Handayani, 2017).

b) Kemasan dengan isi 28 pil : mengandung 75 mikro gram

desogestrel. (Handayani, 2017).

Cara Kerja kerja kontrasepsi pil progestin adalah Menghambat

ovulasi, dan Mencegah implantasi. Keuntungan pil progestin

adalah sangat efektif bila digunakan secara benar, tidak

mengganggu hubungan seksual, dan tidak berpengaruh


70

terhadap pemberian ASI. Kerugian pil progestin adalah harus

dimakan pada waktu yang sama setiap hari, Kebiasaan lupa

akan menyebabkan kegagalan metode (Handayani, 2017).

b. Suntikan

1) Suntikan Kombinasi

Merupakan kontrasepsi suntik yang berisi hormon sintetis

estrogen dan progesteron dengan jenis 25 mg depo medroksi

progesteron asetat dan 5 mg Estradiol Spinoat yang diberikan

injeksi IM sebulan sekali (Cyclofem) dan 50 mg Estradiol valerat

yang diberikan injeksi IM sebulan sekali. Mekanisme kerja

suntikan kombinasi adalah menekan ovulasi, membuat lendir

serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu,

perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi

terganggu, dan menghambat transportasi gamet oleh tuba.

Keuntungan dari alat kontasepsi ini yaitu tidak berpengaruh pada

hubungan suami istri, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, klien

tidak perlu menyimpan obat dan jangka panjang. (Dewi, 2016).

Adapun kerugian dari alat kontrasepsi ini diantaranya

terjadi perubahan pola haid: tidak teratur, perdarahan bercak,

perdarahan sampai 10 hari, awal pemakaian: mual, pusing, nyeri

payudara dan keluhan ini akan menghilang setelah suntikan kedua


71

atau ketiga, klien haarus kembali setiap 30 hari untuk

mendapatkaan suntikan dan penambahan badan (Dewi, 2016).

2) Suntikan progestin

Kontrasepsi suntikan progestin ini sangat efektif

dibandingkan dengan mini pil, karena dosis gestagen yang cukup

tinggi dibandingkan dengan mini pil. Akan tetapi kembalinya

kesuburan cukup lambat, yaitu rata-rata 4 bulan setelah berhenti

dari penyuntikan sehingga akan kurang tepat apabila digunakan

para wanita yang menginginkan untuk segera hamil pada waktu

yang cukup dekat. (Dewi, 2016).

Kontrasepsi ini cocok bagi ibu yang sedang menyusui.

Secara umum keuntungannya hampir sama dengan mini pil, hanya

saja kontrasepsi ini memang lebih efektif. (Dewi, 2016).

Waktu pemberian suntik pertama prinsipnya sama dengan

kontrasepsi hormonal lain. Adapun untuk kunjungan ulangnya

adalah 12 setelah penyuntikan. Suntikan ulang dapat diberikan 2

minggu sebelum jadwal. Suntik ulang juga bisa diberikan 2 minggu

setelah jadwal asalkan perempuan tersebut diyakini tidak hamil,

akan tetapi perlu tambahan dalam waktu 7 hari setelah penyuntikan

atau tidak tidak melakukan hubungan seksual (Dewi, 2016).

Keuntungan dari alat kontrasepsi ini yaitu sangat efektif

untuk mencegah kehamilan jangka panjang serta tidak berpengaruh

pada hubungan suami istri. Adapun kerugian dari alat kontrasepsi

ini yaitu sering ditemui gangguan haid, bergantung pada tempat


72

sarana pelayanan kesehatan dan permasalahan penambahan berat

badan. (Dewi, 2016).

c. Implant

Kontrasepsi implant adalah suatu alat kontrasepsi yang

mengandung levonogestrel yang dibungkus dalam kapsul silastic

silicon (polydimethylsiloxane) dan dipasang di bawah kulit. Cara kerja

implant dalam mencegah kehamilan adalah dengan dilepaskannya

hormon levonorgestrel secara konstan dan berkelanjutan dan adapun

jenis dari alat kontrasepsi implant yaitu (Dewi, 2016).:

1) Norplant : Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan

panjang 3, 4 cm, dengan diameter 2, 4 mm, yang diisi dengan 36

mg Levonogestrel dan lama kerjanya 5 tahun. (Dewi, 2016).

2) Implanon : Terdiri dari 1 batang silastik lembut berongga dengan

panjang kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68

mg 3 ketodeogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. (Dewi, 2016).

3) Jadena dan indoplant : Terdiri dari 2 batang silastik lembut

berongga dengan panjang 4,3 cm, diameter 2,5 mm, berisi 75 mg

Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun. (Dewi, 2016).

Cara kerja :

a) Menekan ovulasi karena hormone estrogen ditekan hormone

progesterone yang telah ada sejak awal. (Dewi, 2016).

b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit

terjadi implantasi. (Dewi, 2016).


73

c) Mengentalkan proses pembentukan endometrium sehingga

sulit terjadi implantasi. (Dewi, 2016).

Keuntungan dari alat kontrasepsi ini diantaranya berdaya

guna tinggi bekerja 24 jam setelah pemasangan, perlindungan

jangka panjang (bisa sampai lima tahun untuk jenis norplant),

pengambilan tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan,

tidak memerlukan periksa dalam dan bebas dari pengaruh

esterogen, tidak mempengaruhi pemberian ASI. (Dewi, 2016).

Kerugian dari alat kontrasepsi ini yaitu harus dipasang dan

diangkat oleh petugas yang terlatih, lebih mahal serta aseptor tidak

dapat menghentikan implan dengan kehendaknya sendiri (Dewi,

2016).

d. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ( AKDR ) IUD

IUD (intra uterine device) merupakan kontrasepsi yang

dimasukkan melalui serviks dan dipasang di dalam uterus (Dewi,

2016).

Mekanisme Kerja:

1) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,

walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat

reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma

untuk fertilitas. (Dewi, 2016).

2) AKDR menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba

falopi. (Dewi, 2016).


74

3) AKDR juga mencegah terjadinya implantasi karena didalam

uterus. (Dewi, 2016).

Adapun jenis dari alat kontrasepsi AKDR yaitu:

1) AKDR yang berkandungan tembaga, yaitu copper T (CuT

380A) dan nova T.

2) AKDR yang berkandungan hormon progesteron, yaitu Mirena

3) AKDR lebih dari 20 tahun, akan didapati dalam bentuk lipes

loop (terbuat dari plastik).

Keuntungan dari alat kontrasepsi ini yaitu efektif dengan

segera yaitu setelah 24 jam dari pemasangan, merupakan metode

alat kontrasepsi jangka panjang (8 tahun), tidak mengganggu

produksi ASI, tidak mengganggu hubungan seksual dan dapat

dipasang setelah melahirkan ataupun pasca abortus. Adapun

kerugian dari alat kontrasepsi ini yaitu dapat meningkatkan resiko

terjadinya infeksi panggul seperti adanya perdarahan

bercak/spotting selama 1-2 hari pasca pemasangan tetapi kemudian

akan menghilang, tidak bisa memasang atau melepas sendiri,

petugas kesehatan yang diperbolehkan memasang juga yang sudah

terlatih dan alatnya dapat keluar tanpa disadari (Dewi, 2016).

Yang Boleh Menggunakan AKDR :

1) Ingin menggunakan kontrasepsi jangka panjang

2) Setelah melahirkan dan menyusui ataupun tidak menyusui

bayinya

3) Setelah mengalami abortus dan tidak terjadi infeksi


75

4) Resiko rendah dari IMS. (Dewi, 2016).

Yang Tidak Boleh Menggunakan AKDR:

1) Kemungkinan hamil atau sedang hamil

2) Perdarahan vagina yang belum jelas penyebabnya

3) Sedang mengalami infeksi alat genital

4) Kanker alat genital

5) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm. (Dewi, 2016).

Waktu Pemasangan:

1) Segera setelah melahirkan, dalam 48 jam pertama atau 4

minggu pasca persalinan.

2) Setelah mengalami abortus (segera atau dalam waktu 7 hari)

bila tidak ditemukan gejala infeksi. (Dewi, 2016).

G. Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam

rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang

berfokus pada klien (Varney dalam Astuti, 2016). Tanpa adanya manajemen,

pelayanan kebidanan tidak akan dapat memperoleh hasil capaian yang

maksimal. Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang

dikeluarkan oleh ACNM terdiri atas (Astuti, 2016):

a. Mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan

secara sistematis melalui pengkajian yang komprehensif terhadap


76

kesehatan setiap klien, termasuk mengkaji riwayat kesehatan dan

melakukan pemeriksaan fisik. (Astuti, 2016)

b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosis berdasar interpretasi


data dasar. (Astuti, 2016)

c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam

menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan

bersama klien. (Astuti, 2016)

d. Memberi informasi dan dukungan kepada klien sehingga mampu

membuat keputusan dan bertanggungjawab terhadap kesehatannya.

(Astuti, 2016)

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan

dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu

keputusan yang berfokus pada klien (Varney dalam Astuti, 2016). Tanpa

adanya manajemen, pelayanan kebidanan tidak akan dapat memperoleh

hasil capaian yang maksimal. Proses manajemen kebidanan sesuai

dengan standar yang dikeluarkan oleh ACNM terdiri atas (Astuti, 2016):

e. Mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan

secara sistematis melalui pengkajian yang komprehensif terhadap

kesehatan setiap klien, termasuk mengkaji riwayat kesehatan dan

melakukan pemeriksaan fisik. (Astuti, 2016)


77

f. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosis berdasar interpretasi

data dasar. (Astuti, 2016)

g. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam

menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan

bersama klien. (Astuti, 2016)

h. Memberi informasi dan dukungan kepada klien sehingga mampu

membuat keputusan dan bertanggungjawab terhadap kesehatannya.

(Astuti, 2016)

1. Langkah-langkah manajemen kebidanan

Berikut 7 langkah manajemen kebidanan menurut varney:

a. Langkah I : Pengumpulan data dasar

Dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang

diperlukan untuk megevaluasi keadaan klien secara lengkap.

Mengumpulkan semua informasi yang akurat dari sumber yang

berkaitan dengan kondisi klien. (Varney, dalam Astuti, 2016).

b. Langkah II: Interpretasi data dasar

Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah

klien atau kebutuhan berdasarkan interpretasi yang benar atas data-

data yang telah dikumpulkan. Kata “masalah dan diagnose” keduanya

digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti

diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam

rencana asuhan kebidanan terhadap klien. Masalah bisa menyertai


78

diagnose. Kebutuhan adalah suatu bentuk asuhan yang harus diberikan

kepada klien, baik klien tahu ataupun tidak tahu. (Varney, dalam

Astuti, 2016).

c. Langkah III: mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.

Membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan.

Penting untuk melakukan asuhan yang aman. (Varney, dalam Astuti,

2016).

d. Langkah IV: Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan

segera.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan

atau untuk dikonsultaikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. (Varney, dalam

Astuti, 2016).

e. Langkah V: Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Merencanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-

langkah sebelumnya. Rencana asuhan yg menyeluruh meliputi apa

yang sudah diidentifikasi dari klien dan dari kerangka pedoman

antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan

terjadi berikutnya. (Varney, dalam Astuti, 2016).

f. Langkah VI: Melaksanakan perencanaan

Melaksanakan rencana asuhan pada langkah ke lima secara efisien dan

aman. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul


79

tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. (Varney, dalam

Astuti, 2016).

g. Langkah VII: Evaluasi

Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan

meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar

telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasikan didalam masalah dan diagnosa. (Varney, dalam

Astuti, 2016).

2. Dokumentasi Kebidanan dengan Metode SOAP

Di dalam metode SOAP, S adalah data subjektif, O adalah data

objektif, A adalah analysis, P adalah penatalaksanaan. Metode ini

merupakan dokumentasi yang sederhana akan tetapi mengandung semua

unsur data dan langkah yang dibutuhkan dalam asuhan kebidanan.

(Astuti, 2016).

a. Data Subjektif

Data subjektif berhubungan dengan masalah dari sudut pandang

klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang

dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan

berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada klien yang menderita

tuna wicara, dibagian data dibagian data dibelakang huruf “S”, diberi

tanda huruf “O” atau ”X”. Tanda ini akan menjelaskan bahwa klien

adalah penederita tuna wicara. Data subjektif ini nantinya akan

menguatkan diagnosis yang akan disusun. (Astuti, 2016).


80

b. Data Objektif

Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang

jujur, hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium.

Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat

dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data penunjang. Data ini

akan memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosis. (Astuti, 2016).

c. Analisis

Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil analisis dan

intrepretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena

keadaan klien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan

ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif,

maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Di dalam

analisis menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang

dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan klien.

Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data klien

akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus

diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data

adalah melakukan intrepretasi data yang telah dikumpulkan,

mencakup diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan. (Astuti,

2016).

d. Penatalaksanaan
81

Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan,

dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan. Tujuan

penatalaksanaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien

seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya. (Astuti,

2016).

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Rancangan Penelitian

Laporan tugas akhir (LTA) ditulis berdasarkan laporan kasus asuhan

kebidanan komprehensif atau asuhan yang berkesinambungan pada ibu hamil,

bersalin, nifas, bayi baru lahir (BBL), dan keluarga berencana (KB) dilakukan

dengan menggunakan metode Continuity of care (COC) atau asuhan

berkesinambungan dengan pendekatan asuhan kebidanan. COC merupakan

suatu metode untuk menjamin perlindungan ibu hamil dan janin berupa

deteksi dini factor resiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi

kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir (BBL), neonatus bayi dan balita

hingga KB.(Kemenkes RI, 2017)

2. Tempat Dan Waktu Pengambilan Kasus


82

Studi kasus ini di ambil di Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu Barat

dan mulai dilakukan pada tanggal 4 juni tahun 2021.

3. Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian studi kasus ini adalah Ny

“M” umur 40 tahun yang diberikan asuhan mulai dari Kehamilan Trimester

III, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir, Neonatus Bayi dan Balita hingga

Keluarga Berencana.

4. Jenis Data

Berdasarkan sifatnya Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data Kualitatif.

Data-data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data

kualitatif dapat diperoleh menggunakan tekhnik wawancara, analisis

dokumen, diskusi kelompok terarah, dan catatan. (Masturoh dan Anggita,

2018). Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang

mengahsilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku

orang-orang yang diamati. (Martha, 2016).

5. Alat Dan Metode Pengumpulan Data

1. Alat/Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman

observasi, wawancara dan studi pemeriksaan serta studi dokumentasi

dalam bentuk format asuhan kebidanan pada ibu Hamil, Bersalin, Nifas,

Bayi Baru Lahir, Neonatus Bayi dan Balita Hingga KB.

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

dalam suatu penelitian yang berasal dari tahapan bentuk konsep, kunstuk
83

dan variable sesuai dengan kajian teori yang mendalam. Untuk

mengumpulkan data dalam suatu penelitian, kita dapat menggunakan

instrument yang digunakan pada penelitian terdahulu atau dapat pula

menggunakan instrument yang dibuat sendiri. Intrumen yang telah tersedia

pada umumnya adalah instrumen yang sudah dianggap teruji untuk

mengumpulkan data variable-variabel tertentu. (Masturoh dan Anggita,

2018).

2. Metode Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil

wawancara atau observasi langsung dengan responden.

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

oleh peneliti secara langsung dari sumber datanyanya. Data primer

disebut juga data asli atau data baru yang up to date. Peneliti dapat

mengumpulkannya dengan menggunakan tekhnik wawancara,

observasi, diskusi kelompok terarah, dan penyebaran kuesioner.

(Masturoh dan Anggita, 2018).

b. Data Sekunder,

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen

rekam medic dan KIA Ny. “M” di Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu

Barat.
84

Data Sekundern adalah data yang diperoleh peneliti dari

berbagai sumber yang telah ada. Data sekunder dapat diperoleh dari

jurnal, lembaga, laporan, dan lain-lain. (Masturoh dan Anggita,

2018).

6. Etika Pengambilan Studi Kasus

1. Prinsip Etika Penelitian

Semua Penelitian yang melibatkan manusia sebagai subjek harus

menerapkan 4 prinsip dasar etika peneilitian yaitu :

a. Menghormati atau Menghargai subjek (Repect for Person).

(Masturoh dan Anggita, 2018).

b. Manfaat (Beneficence)

Dalam penelitian diharapkan dapat menghasilkan manfaat yang

sebesar-besarnya dan mengurangi kerugian atau resiko bagi subjek

penelitian. Oleh karenanya desain penelitian harus memperhatikan

keselamatan dan kesehatan dari subjek penelitian. (Masturoh dan

Anggita, 2018).

Tidak Membahayakan Subjek (Non Malifecence). (Masturoh dan

Anggita, 2018).

c. Keadilan (Justice)

Makna keadilan dalam hal ini adalah tidak membedakan subjek.

Perlu diperhatikan bahwa penelitian seimbang antara manfaat dan

resikonya. Resiko yang dihadapi sesuai dengan pengertian sehat,

yang mencakup: fisik, mental, sosial. (Masturoh dan Anggita, 2018).

2. Persetujuan Setelah Penjelasan


85

Persetujuan setelah penjelasan (PSP) atau biasa disebut dengan

informed Constent adalah proses dimana seorang subjek penelitian secara

sukarela memberikan atau menyatakan keinginannya untuk berpartisipasi

dalam penelitian, setelah diinformasikan atau di jelaskan keseluruhan

ruang lingkup, manfaat serta resiko dari penelitian tersebut. Setelah

subjek penelitian memahami penjelasan tersebut, kemudian dilakukan

persetujuan dengan mendokumentasikan tanda tangan atau cap jempol

dari subjek sebagai bukti persetujuan. (Masturoh dan Anggita, 2018).

DAFTAR PUSTAKA

Ari Kurniarum, 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru


Lahir. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Badan
Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber daya Manusia
Kesehatan.

Amriani, Nelly Nugrawati, 2021. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada


Kehamilan. Indramayu: (CV. Adanu Abimata).

Asrinah & Sulistyorini, D, 2017. Asuhan Kebidanan


Kehamilan.Yogyakarta: Nuha Medika.

Dr. Merryana Adriani, Prof. Dr. Bambang Wirjatmadi, 2016. Peranan


Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Rawamangan – Jakarta:
Prenadamedia Group.
86

Dinkes Maluku, 2015. Pofil Kesehatan Provinsi Maluku Tahun 2014.


Dinas Kesehatan Provinsi Maluku: Ambon

Dinkes SBB, 2020. Profil Kesehatan Seram Bagian Barat. Dinas


Kesehatan Seram Bagian Barat: Piru

Enny Fitriahadi, 2017, Buku Ajar Asuhan Kehamilan Disertai Daftra Tilik.
Universitas ‘Aisyah Yogyakarta. Nogotirto, Gamping, Sleman,
Yogyakarta

Imas Masturoh, Nauri Anggita T.,2018. Bahan Ajar Rekam Medis Dan
Informasi Kesehatan (RMIK) Metodologi Penelitian Kesehatan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Pusat Kesehatan
Sumber Daya Manusia Kesehatan, Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Edisi Tahun
2018

Kemenkes dan JICA . 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
Kemenkes dan JICA

Kemenkes RI, 2019. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Keementerian


Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta

Legawati, 2018. Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Vila Gunung
Buring Malang: Wineka Media.

Miftahul Khairoh, Arkha Rosyariah, Kholifatul Ummah, 2019. Asuhan


Kebidanan Kehamilan. Surabaya: CV. Jakad Publishing.

Martha, E. Kresno, S. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk


Bidang Kesehatan. Jakrata : PT Rajagrafindo Persada

Nila Trisna Yulianti, Kamilan Lestari Ningsi Sam, 2019.Asuhan


Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Makassar: Cendekia
Publisher
87

Puskesmas Kairatu Barat, 2019. Profil Puskesmas Kairatu Barat Tahun


2019. Seram Bagian Barat: Waisarisa

Permenkes RI, 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No. 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan Praktik Bidan : Jakarta

Romauli, S. 2016. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha


Medika

Sih Rini Handayani, Triwik Sri Mulyati, 2017. Bahan Ajar Kebidanan,
Dokumentasi Kebidanan. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, Pusat Kesehatan Sumber Daya Manusia Kesehatan,
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan. Edisi Tahun 2017

Sulisdian, Efriani Mail, Zulfa Rufaida, 2019. Buku Ajar Asuhan


Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Surakarta, Jawa
Tengah: Percetakan CV Oase Group

Susilo Rini, Feti Kumala, 2017. Panduan Asuhan Nifas & Evidence Based
Practice. Yogyakarta: (Grup Penerbitan CV Budi Utama)

Septiana Juwita & Retno Dewi Prisusanti, 2020. Asuhan Neonatus.


Pasuruan, Jawa Timur: CV. Penerbit Qiara Media

Sulfianti, dkk, 2020. Asuhan Kebidanan pada Persalinan.Yayasan Kita


Menulis

Tando, Naomi Marie, 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Dan Anak
Balita. Jakarta : EGC

Wahida Yuliana & Bawon Nul Hakim, 2020. Emodemo Dalam Asuhan
Kebidanan Masa Nifas. Kab Takalar – Sulawesi Selatan: Yayasan
Ahmar Cendekia Indonesia

WHO (World Health Statistics), 2018. Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi. World Bank, 2018
88

Yuanita Viva Avia Dewi, 2020. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3. Kota
Bandung – Jawa Barat: (CV. Media Sains Indonesia)

Yulizawati, Dkk, 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan.


Kebonagung, Sukodono, Sidoarjo

Anda mungkin juga menyukai