Anda di halaman 1dari 6

Pada langkah kedua ini data dasar yang telah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah utama dan masalah

penyerta. Setelah itu bidan merumuskan ke dalam suatu

pernyataan yang mencakup kondisi, masalah penyebab dan

prediksi terhadap kondisi tersebut (Varney, 2004).

Berdasarkan atas tanda dan gejala serta hasil pemeriksaan


yang telah dilakukan maka dapat ditentukan :

a. Diagnosa Kebidanan

Ny. X G...P...A... Umur.... hamil dengan Abortus inkomplit.

1) Data subyektif

a) Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah dan


mengeluarkan darah bergumpal dari jalan lahir.

b) Riwayat kehamilan dan persalinan yang sekarang kapan


menstruasi terakhir.

c) Riwayat kehamilan persalinan apakah ibu atau dalam keluarga

ada riwayat abortus.

(Manuaba, 2007)

2) Data obyektif

a) HPL.

b) TFU sesuai umur kehamilan.

c) Banyaknya perdarahan pervaginam.

d) Adanya pembukaan servik (Saifuddin, 2005).

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


b. Masalah

Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman


klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai
diagnosa (Varney, 2004). Masalah pada pasien Abortus
inkomplit adalah perasaan cemas karena ada rasa nyeri pada
perut bagian bawah dan perdarahan banyak (Taber, 2003).

c. Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum

teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan

melakukan analisa data (Ambarwati, 2008). Kebutuhan pada pasien

Abortus inkomplit adalah dorongan moral dan memberikan informasi

tentang Abortus inkomplit (Taber, 2003).

Langkah III : Diagnosa Potensial

Mengindentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain

berdasarkan seperangkat masalah dan diagnosa terbaru adalah suatu hal

untuk antisipasi, pencegahan jika mungkin, penantian dengan

pengawasan penuh dan persiapan untuk kejadian apapun (Varney, 2004).

Pada kasus Abortus inkomplit adalah terjadinya perdarahan terus

menerus yang dapat menyebabkan syok, kekurangan darah, dapat

menyebabkan infeksi, dan Abortus inkomplit (Wiknjosastro, 2005).

Langkah IV : Antisipasi

Pada langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari


proses manajemen sebagian data yang menunjukkan satu satuan
yang memerlukan tindakan segera. Sementara yang lain
menunjukkan intervensi dari dokter, dalam hal ini harus mampu
mengevaluasi kondisi pasien (Varney, 2004).

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


Mengumpulkan dan mengevaluasi data dimana yang menunjukkan

situasi yang memerlukan tindakan segera. Menurut Saifuddin (2005),

meliputi :

a. Penanganan perdarahan

b. Penanganan syok

c. Dilakukan curettage

d. Penanganan infeksi pasang infus, beri cairan kistoloid isotonik


dengan kecepatan 30 – 40 tetes per menit, beri antibiotika.

Langkah V : Perencanaan

Perencanaan adalah merupakan kelanjutan manajemen terhadap

diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada

langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini

harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori

yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau

tidak akan dilakukan klien (Varney, 2004).

Asuhan kebidanan yang direncanakan pada pasien dapat


Abortus inkomplit menurut Saifuddin (2005), yaitu :

a. Jika perdarahan tidak banyak dan kehamikan kurang dari 16 minggu

evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum.

b. Beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mcg per oral


dan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV.

c. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital.

d. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan

e. Beritahu kepada pasien dan keluarga bahwa tindakan telah


selesai dilakukan tetapi pasien masih memerlukan perawatan.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


Langkah VI : Pelaksanaan

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

diuraikan pada langkah kelima, dilaksanakan secara efisien dan aman.

Penatalaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian

oleh klien atau tenaga kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak

melakukannya sendiri tetapi dia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan penatalaksanaannya (misalnya memastikan langkah-

langkah tersebut benar terlaksana) (Varney, 2004).

Maka pelaksanaan pada pasien dengan Abortus inkomplit menurut

Saifuddin (2005), dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan untuk

kegiatannya dilakukan terus-menerus dengan melibatkan pasien, bidan, dokter,

dan keluarga. Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang

telah diberikan yaitu meliputi pemenuhan kebutuhan. Hal tersebut dapat

membantu untuk mengetahui terpenuhinya bantuan sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasikan di dalam diagnosa dari masalah. Tujuan

evaluasi adalah adanya kemajuan pada pasien setelah dilakukan tindakan (Hyre,

2003). Evaluasi yang diharapkan pada abortus inkomplit adalah keadaan umum

baik, tidak terjadi anemi, tidak terjadi komplikasi diantaranya perforasi uterus,

syok, infeksi, perdarahan, cidera intra abdomen (Varney, 2007).

Menurut Varney, (2004) pendokumentasian data perkembangan

asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan menggunakan SOAP yaitu:

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


S : Subyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data


klien melalui anamnesa.

O : Obyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik

klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang

dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesment.

A : Analisis

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi

data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi meliputi

diagnosa/ masalah serta antisipasi maslaah potensial.

P : Planning

Menggunakan pendokumentasian dari perencanaan dan


evaluasi berdasarkan assesment.

Untuk menggambarkan keterikatan antara manajemen

kebidanan sebagai pola pikir dengan pendokumentasian sebagai

catatan dari asuhan dengan pendekatan manajemen kebidanan.

C. Informed Consent

Informed consent adalah persetujuan sepenuhnya yang diberikan oleh pasien

atau walinya yang berhak kepada bidan untuk melakukan tindakan kebidanan sesuai

kebutuhan terhadap pasien sesudah memperoleh informasi lengkap dan

dipahaminya mengenai tindakan itu (IBI, 2005). Bidan dalam melaksanakan tindakan

medis harus melakukan informed consent terlebih

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


dulu terhadap pasien atau keluarga. Pada kasus kuretase dengan Abortus inkomplit harus

dilakukan informed consent baik secara lisan maupun tulisan. Walaupun dalam pelaksanaan

tindakan operasi tersebut kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan (Chyntia, 2010).

D. Landasan Hukum

Berdasarkan Permenkes NO 1464/MENKES/PER/X/2010 Pasal 10 ayat

(1). Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan yang

meliputi pelayanan kesehatan ibu yang diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa

nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan (Depkes RI, 2010).

Berdasarkan Wewenang bidan menurut Kepmenkes: 369/SK/III/2007 mengenai keyakinan

tentang kolaborasi. Praktik kebidanan dilakukan dengan menempatkan perempuan sebagai

partner dengan pemahaman holistik terhadap perempuan, sebagai salah satu kesatuan fisik,

psikis emosional, sosial budaya, spiritual, serta pengalaman reproduksinya. Bidan memiliki

otonomi penuh dalam praktiknya yang berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya (Menkes RI,

2007).

Anda mungkin juga menyukai