Anda di halaman 1dari 5

Jenis Pemeriksaan

PL

Kriteria
Kecelakaan Lalu Lintas

Nama
Bp. K

Jenis Kelamin
Pria

Umur
61

Tgl. Pemeriksaan
26-08-2017

Waktu Pemeriksaan
09:00:00

Peristiwa
Menurut keterangan dari kakak kandung korban, korban pergi meninggalkan rumah pada
hari Sabtu tanggal 23 September 2017 pukul 19.00 WIB mengenakan kemeja kotak-kotak
biru. Korban tidak pamit hendak pergi kemana namun ia terlihat lelah dan hanya diam
saja ketika diajak bicara. Waktu subuh tanggal 26 September 2017 kakak korban
mendapatkan kabar bahwa adiknya telah meninggal dunia akibat tertabrak kereta api.
Sepengetahuannya, adiknya tersebut memiliki masalah dengan istrinya sekitar 2-3
tahun yang lalu karena diduga istrinya berselingkuh dengan pria lain, sehingga
korban meninggalkan rumah dan pergi ke Yogyakarta. Diketahui korban tinggal di
kontrakan seorang diri, tidak ada akeluarga yang tahu pasti dimana rumah kontrakan
korban.
Menurut penyidik, pada hari Senin tanggal 25 September pukul 20.00 WIB petugas
mendapat laporan dari masyarakat bahwa ada seorang lelaki yang tertabrak kereta api
jurusan Cepu-Solo dari arah barat menuju stasiun Tugu. Data yang diperoleh dari
masinis kereta tersebut, bahwa korban terlihat berada lokasi kejadian dalam posisi
terlentang di atas rel kereta api. Masinis sudah memberikan isyarat berupa klakson
keras dari jarak cukup jauh hingga 100 meter dari korban, namun korban tampak tidak
merespon dan tidak ada gerakan. Masinis sudah mencoba memperlambat laju dengan
mengerem kereta namun korban tetap terlindas. Tempat ditemukannya jenazah berjarak
sekitar 20 meter dari Tempat kejadian perkara (TKP). Tidak ada kendaraan yang
ditemukan di sekitar TKP. Tidak ditemukan bau alkohol pada mulut dan baju korban.
tidak ditemukan botol minuman keras di sekitar TKP. Hanya ditemukan kertas
bertuliskan doa-doa.

Informasi Kasus
Identifikasi :
Di atas meja otopsi tampak kantung jenazah berwarna putih berlapis dua. Kantung
jenazah dibuka tampak jenazah ditutup dengan dua pelepah daun pisang.
Jenazah memakai kemeja lengan, berkerah, berbahan katun berwarna abu-abu dengan
motif garis. kemeraj sobek di bagian depan dan lengan kanan atas. Kemeja kondisi
basah, bermerak bertuliskan "Bestmen" pada bagian kerah dalam dan terdapat nomor
ukuran enam belas. Panjang kemeja 78,5 cm dan 50,5 cm. panjang lengan 58 cm dan
lebar 18 cm. Jenazah memakai celana panjang berbahan jins warna biru muda, dengan
resleting bagian tengah depan. Kondisi sobek pada bagian lutut kana depan dan
pinggang kiri. Celana panjang terdapat 3 kantung di bagian depan. Pada kantung
bagian kiri terdapat 2 lembar uang 10.000 dan 20.000 rupiah. Pada bagian belakang
terdapat 2 kantung di bagian kanan-kiri. Ukuran celana panjnag 104,2 cm dan lebar
45,5 cm. Pada bagian pinggang dalam celana bermerek EXIT.
Celana panjang dilepas, jenazah memakai celana dalam berwarna merah marun, sobek
pada bagian pinggang kiri belakang. Ukuran celana dalam panjang 24 cm dan lebar 33
cm. Pada bagian dalam terdapat 1 buah batu berwarna abu dengan ukuran panjang 5,5
cm lebar 3,5cm tinggi 2,5 cm. Disamping jenazah terdapat kantung plastik bening
berukuran 40 cm x 34 cm bertuliskan badan reserse kriminal polri. didalamnya
terdapat :
- Satu buah pelepah daun pisang dengan ukuran 43 cm x 39 cm
- Potongan kulit dengan ukuran 3,2 cm dan lebar 1,3 cm. pada kulit melekat rambut
lurus, berwarna hitam dengan panjang 4,5 cm dari dasar kulit.
- Potongan usus berwarna merah pucat dengan ukuran panjnag 43 cm dan lebar 4,5 cm
dan tinggi 2 cm.
- Potonagn organ berongga sebanyak 2 buah berwarna merah pucat dengan ukuran
potongan pertama dalah 6x3cm dan 4,5 x 4,5 cm.
- Potongan organ sebanyak 4 buah bentuk tidak beraturan berwarna merah
- Batu sebanyak 2 (dua) buah berwarna hitam dengan ukuran 6 cm x 4,5 cm x 5 cm dan
6 cm x 5 cm x 4,5 cm.

Pemeriksaan Luar
Kaku jenazah : sukar digerakan pada rahang, pergelangan tangan kanan-kiri, jari
tangan kanan-kiri, paha kiri, pergelangan kaki kanan-kiri, jari kaki kanan-kiri.
Dapat digerakan pada leher dan bahu kanan-kiri.
Bercak jenazah : tidak terdapat bercak jenazah / lebam mayat.
Ukuran jenazah : berat 50 kg, panjang paha 42 cm tungkai bawah 33 cm, panjang
lengan atas 28 cm dan lengan bawah 26 cm
Pembusukan : tidak ditemukan tanda pembusukan
Keadaan jenazah : terbagi dua pada bagian perut di atas pusat.
Kepala :
-- terdapat luka lecet geser pada dahi, hidung sekitar mata, pipi, dagu dan leher
akibat kekerasan tumpul.
-- terdapat luka lecet tekan pada dahi dan hidung akibat kekerasan tumpul.
-- terdapat luka robek pada bagian kepala belakang dan di antara bibir akibat
kekrasan tumpul
-- terdapat derik tulang pada pipi kanan dan hidung akibat kekerasan tumpul.
Dada: terdapat derik tulang pada dada kiri, punggung kanan-kiri.
Perut: terdapat luka robek pada bagian perut yang menyebabkan tubuh terbagi menjadi
dua akibat kekerasan tumpul.
Pantat : terdapat luka lecet geser pada pantat akibat kekerasan tumpul.
Ekstemitas bawah:
-- terdapat luka lecet geser pada tungkai atas kanan dan kiri akibat kekerasan
tumpul.
-- terdapat luka lecet tekan pda tungkai atas kanan akibat kekerasan tumpul.
-- terdapat derik tulang pada tungkai atas kanan akibat kekerasan tumpul.
Ekstremitas Atas :
-- terdapat luka lecet geser pada lengan kanan-kiri akibat kekerasan tumpul.
-- terdapat derik tulang pada lengan kanan akibat kekerasan tumpul.

Pemeriksaan Dalam
Tidak Dilakukan

Lab atau Pengunjung


Golongan darah B Rh (+)
Alkohol darah negatif

Analisis Kasus
Tanda Kematian (Budiyanto, 1997 ; Idries, et al, 2008) :

1. Lebam Mayat
Terjadinya kematian klinis akan menyebabkan eritrosit bergerak menempati lapisan
terbawah akibat adanya gaya gravitasi. Eritrosit tersebut kemudian akan mengisi
vena dan venula yang nantinya akan membentuk bercak berwarna merah keunguan atau
yang disebut juga livide. Livide akan terlihat pada seluruh bagian bawah tubuh,
kecuali bagian tersebut tertekan alas keras.
Adanya aktivitas dari fibrinolisin akan menyebabkan darah tetap cair. Lebam mayat
pertama akan terbentuk pada 20-30 menit setelah kematian dan akan mbertambah dan
menetap setelah 8-12 jam. Sebelum lebam mayat lengkap dan menetap, lebam yang
timbul biasanya hanya berwarna pucat dan masih dapat hilang dengan penekanan.
Sempurnanya lebam mayat akan dipercepat dengan adanya perubahan posisi tubuh yang
terjadi dalam 6 jam pertama setelah mati klinis. Menetapnya lebam mayat dapat
terjadi karena adanya timbunan sel-sel darah dalam jumlah yang cukup banyak.
Pemeriksaan lebam mayat biasa digunakan untuk memastikan kematian seseorang. Selain
itu, lebam mayat juga dapat digunakan untuk menentukan sebab kematian. Kematian
akibat keracunan CO atau CN akan menimbulkan warna lebam menjadi merah, sedangkan
keracunan anilin, nitrit, nitrat, sulfonal akan membuat lebam berwarna coklat.Lebam
mayat dapat digunakan sebagai tanda pasti kematian, memperkirakan sebab kematian,
dan memperkirakan saat kematian.
Karena sistem peredaran darah sudah tidak berfungsi lagi, setelah mati klinis
eritrosit akan menempati tempat terbawah tubuh akibat gaya gravitasi. Lebam ini
biasanya berwarna merah keunguan (livid) dan menempati tempat terbawah sesuai
dengan posisi kematian pasien, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan alas yang
keras.
Lebam mayat biasanya mulai terbentuk 20-30 menit pasca kematian lalu menetap
setelah 8-12 jam. Sebelum waktu ini, lebam mayat ini masih hilang pada penekanan
dan dapat berpindah jika posisi mayat diubah. Menetapnya lebam mayat ini disebabkan
oleh bertumpuknya eritrosit dalam jumlah cukup banyak sehingga sulit untuk
berpindah lagi. Selain itu, hal tersebut juga diakibatkan oleh kekakuan dinding
pembuluh darah.

2. Kaku Mayat ( Rigor Mortis )


Merupakan kekakuan pada mayat yang terjadi karena cadangan glikogen pada otot sudah
habis. Keadaan ini biasa terjadi 2 jam setelah mati klinis. Kaku mayat, tidak
langsung terjadi sesaat setelah kematian. Hal ini terjadi karena pada saat kematian
baru saja berlangsung, tubuh masih memiliki cadangan glikogen yang nantinya akan
menghasilkan energi. Energi ini kemudian akan digunakan untuk mengubah ADP menjadi
ATP, dan membuat serabut aktin dan miosin masih tetap lentur.
Kelenturan otot setelah kematian terjadi karena adanya pemecahan cadangan glikogen
otot yang menghasilkan energi. Selanjutnya energi ini diguunakan unutk mengubah ADP
menjadi ATP. Serabut aktin dan miosin pada otot akan tetap lentur selama keadaan
kaku mayat biasanya ditemukan pada otot-otot kecil terlebih dahulu. Kaku mayat
akantetap dipertahankan selama 12 jam setelah mati klinis yang kemudian akan
menghilang. Aktivitas fisik, suhu tubuh yang tinggi, bentuk tubuh kurus, dan suhu
lingkungan yang tinggi dapat meempercepat proses terjadinya kaku mayat. Penilaian
kaku mayat dapat berguna dalam menentukan tanda pasti kematian dan waktu kematian.
Ada beberapa keeadaan yang harus dibedakan dengan kaku mayat, antara lain cadaveric
spasm, heat stiffening, cold stiffening.

3. Penurunan Suhu ( Algor Mortis )


Hal ini dapat terjadi karena adanya perpindahan kalor (panas) dari suatu benda
panas ke benda lainnya yang lebih dingin. Proses perpindahan panas bervariasi, baik
melalui radiasi, konduski, evaporasi dan konveksi.

4. Pembusukan ( Decomposition )
Pembusukan terjadi karena adanya degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis (
perlunakan jaringan ) dan kerja bakteri. Pada saat orang meninggal, bakteri normal
yang tadinya tidak dapat masuk ke dalam jaringan, akan mulai menembus jaringan
bahkan sampai masuk ke dalam darah. Bakteri tersebut yang nantinya akan tumbuh dan
berkembang biak di dalam darah. Tempat penyumbang bakteri terbanyak adalah bagian
usus ( Clostridium welchii ). Pada saat pembusukan tejadi, gas-gas seperti alkana,
H2S dan HCN, asam amino dan asam lemak akan terkumpul. Pembusukan baru akan terjadi
setelah 24 jam kematian berlangsung. Bagian tubuh pertama yang akan timbul
pembusukan adalah bagian perut kanan bawah, dekat dengan sekum, dimana komposisi
terbesar adalah cairan dan merupakan tempat yang paling banyak mengandung bakteri.
Terbentuknya warna kehijauan karena adanya pembentukan sulf-met-hemoglobin. Warna
kehijauan ini nantinya akan menyebar mulai dari perut hingga rongga dada dan bau
busuk mulai tercium.
Selanjutnya akan terjadi proses pengelapasan kulit ari atau terbentuknya gelembung
yang berisi cairan kemerahan berabu busuk. Adanya pembentukan gas yang berasal dari
perut akan menyebabkan perut menjadi tegang dan cairan keluar dari lubang telinga
atau hidung. Gas inilah yang kemudian akan memunculkan suara krepitasi. Adanya gas
ini akan menyebabkan pembengkakan pada bagian tubh, terutama pada bagian tubuh yang
memiliki jaringan yang longgar sepeti skrotum, dan payudara. Kumpulan gas ini yang
kemudian akan menyebabkan posisi tubuh menjadi seperti petinju ( pugilstic attitude
). Proses berikutnya yang terjadi adalah rambut akan menajdi mudah tercabut, kuku
mudah terlepas, dawajah menggembung, dan berwarna ungu kehijauan, diikuti dengan
pembengkakan kelopak mata, pipi tembem, bibir tebal,lidah membengkak dan terjulur.

Larva lalat kemudian juga dapat timbul setelah pembentukan gas mutlak terjadi.
Larva lalat akan mulai timbul kira-kira 36-8 jam pasca mati. Alis mata, sudut
matalubang hidung dan diantara bibir merupakan tempat terseing ditemukannya telur
lalat. Telur lalat kemudian akan mulai menetas pada 24 jam kemudian. Identifikasi
jenis lalat merupakan suatu hal yang penting dilakukan untuk mengetahui siklus
hidup lalat. Pembusukan organ tubuh akan terjadi dengan waktu yang berbeda. Pada
lambung, perubahan yang terjadi adalah perubahan warna menjadi ungu kecoklatan.
Perubahan ini terjadi paling sering di bagian fundus, dan usus. Mukosa saluran
napas, endokardium, intima pembuluh darah juga akan berubah menjadi kemerahan.
Adanya difusi empedu menyebabkan timbulnya warna coklat kehijauan di jaringan
sekitar.
Otak melunak, hati berongga seperti spons limpa melunak dan mudah robek juga akan
terjadi. Pengerutan organ tubuh juga terjadi. Prostat dan uterus non gravid
merupakan organ yang paling lama bertahan dari pembusukan.
Pembusukan akan lebih cepat terjadi pada suhu lingkungan yang optimal, kelembapan
udara yang cukup, banyak terdapat bakteri pembusuk, tubuh gemuk, ataupun hal lain
yang menyebabkan bakteri berumpuk ( infeksi dan sepsis ). Tempat ditemukan mayat
juga akan mempengaruhi proses pembusukan. Proses pembusukan yang terjadi pada mayat
yang ditemukan di dalam tanah, air dan udara memiliki perbandingan 1 : 2 : 8. Pada
bayi yang baru lahir, proses pembusukan akan lebih lambat karena jumlah bakteri
yang sedikit.

Perlukaan (Idries, et al, 2008)


Jenis perlukaan yang dialami jenazah adalah Primary impact injury berupa luka robek
di bagain perut. Secondary impact injury dan secondary injury berupa luka lecet
geser, lecet tekan dan luka robek.
Cara kematian jenazah dalam kategori tidak wajar dicurigai sebagai bunuh diri
karena posisi jenazah sebelum terlindas dalam keadaan berbaring. Untuk sebab
kematian yang terjadi adalah karena trauma dan mekanisme kematiannya adalah
perdarahan, karena robekan yang membagi tubuh menjadi dua di bagian perut berarti
membuat robekan pada aorta abdominalis dan pembuluh darah besar lainnya. Sehingga
kemungkinan darah yang keluar cukup banyak untuk membuat tidak adanya lebam mayat
pada korban. Mekanisme kematiannya sendiri dapat diperkirakanan karena terjadinya
tekanan pada abdomen akibat kereta api yang melebih elastisitas jaringan sehingga
terjadi luka robek hingga terputusnya beberapa organ intrabadomen termasuk aorta
abdominalis sehingga terjadinya perdarahan yang menyebabkan kematian.
dilihat dari tanda yang muncul pada jenazah diperkirakan waktu kematian adalah
sekitar 2-12 jam sebelum saat pemeriksaan

Kesimpulan
1. Jenazah laki-laki, panjang badan diperkirakan 154-169 cm, berat badan lima puluh
kilogram dengan golongan darah B+. Jenazah dapat dikenali dengan metode visual.
2. Terdapat luka robek pada perut yang menyebabkan tubuh terbagi menjadi dua
bagian, disertai keluarnya organ-organ dalam tubuh akibat kekerasan tumpul.
3. Terdapat luka robek pada bagian kepala belakang, dahi, hidung, dan diatas bibir
akibat kekerasan tumpul.
4. Terdapat luka lecet geser pada dahi, hidung, sekitar mata, pipi, dagu, leher,
lengan kanan dan kiri, tungkai kanan dan kiri, dan pantat akibat kekerasan tumpul.
5. Terdapat luka lecet tekan pada dahi, hidung, dan tungkai atas kanan akibat
kekerasan tumpul.
6. Teraba derik tulang pada hidung, lengan atas kanan, tungkai atas kanan, dan
punggung akibat kekerasan tumpul.
7. Kelainan nomor dua tidak dapat dikesampingkan sehubungan dengan kematian korban.
Sebab kematian pasti tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan
dalam sesuai surat permintaan penyidik.
8. Saat kematian diperkirakan dua sampai dua belas jam dari sebelum saat
pemeriksaan.

Referensi :
Budiyanto A, et al. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran
Forensik FKUI
Idries, Mu'im, et al. 2008. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses
Penyidikan edisi 4. Jakarta : Sagung Seto

Koasisten
Ragabi Reza Nektara / 20164011111

Anda mungkin juga menyukai