Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEBIDANAN MTBS (ISPA) RINGAN PADA By.

S UMUR 7
BULAN DI RUANG MTBS PUSKESMAS MALAWILIKABIPATEN
SORONG

Disusun Oleh :
Nama : Rosida Maruapey
Nim : 21530120057

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN


PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA
KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SORONG
PROGRAM STUDID.IV KEBIDANAN TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN MTBS (ISPA) PADA By.S UMUR 7 BULAN DI RUANG
MTBS PUSKESMAS MALAWILI KABUPATEN SORONG

TELAH DISETUJUI OLEH PEMBIMBING


Pada hari : Tanggal November 2020

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

C. Haumahu,M.Kes Rizqi Kamalah.S.ST.M.Keb


KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan karena atas rahmat-Nya asuhan kebidanan
ini dapat diselesaikan. Asuhan ini penulis buat untuk memenuhi target pada Praktek
Klinik Kebidanan III.
Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada dosen ibu Rizqi Kamalah,
S.ST,M.Keb selaku wali kelas sekaligus pembimbing institusi yang telah
membimbing dan memberikan masukan selama penyusunan asuhan kebidanan ini,
juga kami ucapkan terimakasih kepada ibu C.Haumahu, M.Kes selaku pembimbing
klinik yang telah membimbing, memberi masukan dalam penyusunan asuhan kebidan
ini serta memberi ilmu selama kami dilahan praktek.
Harapan penulis semoga asuhan kebidanan ini dapat menambah wawasan dan
keterampilan pembaca dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi dan ballita.
Selanjutnya penulis memohon kepada dosen khususnya para pembaca pada umumnya
bila ada kesalahan atau kekurangan dalam pembuatan asuhan kebidanan ini, baik dari
segi bahasa maupun isinya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun kepada semua pembaca demi lebih baiknya pembuatan asuhan
kebidanan yang akan dating.

Sorong, 19 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUHAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia.Derajat kesehatan anak
mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus
bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan
pembangunan bangsa.Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak di
prioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa.
WHO memperkirakan insiden ISPA di negara berkembang sebanyak 151
kejadian (0,29%). ISPA menempati urutan kedua penyakit yang diderita oleh
bayi dan balita di Indonesia.
Prevalensi ISPA di Indonesia sebesar 25,5% dengan morbiditas pneumonia
pada bayi 2,2% dan balita 3% sedangkan mortalitas pada bayi 23,8% dan balita
15,5% (Marni, 2014)
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk balita terbesar keempat di
dunia yaitu sebesar 18.823.667 balita. Angka Kematian Balita (AKABA) adalah
40 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan kategori tersebut, maka secara
nasional Indonesia masuk dalam kategori AKABA sedang. Target MDG pada
tahun 2015 adalah 32 kematian balita per1.000 kelahiran hidup. Statistik
menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian balita disebabkan diare,
pneumonia, campak, malaria, dan malnutrisi. Diare merupakan penyebab
kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada
golongan semua umur merupakan penyebab kematian yang ke empat (13,2%).
Cakupan penemuan ISPA di Indonesia pada balita tahun 2012 sebesar 23,42%
(Depkes RI, 2013).
ISPA merupakan masalah kesehatan yang penting karena menjadi penyebab
pertama kematian di negara berkembang. Setiap tahun ada dua juta kematian
yang disebabkan oleh ISPA, Peran bidan dalam melaksanakan profesinya yaitu
dengan member asuhan kebidanan pada bayi dan balita dan harus memiliki
kompetensi bidan yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan perilaku dalam
melaksanakan praktik kebidanan khususnya penanganan balita sakit (Soepardan,
2008).
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengambil kasus
dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada By. S dengan ISPA di Puskesmas
Malawili Kabupaten Sorong” dengan menggunakan metode tujuh langkah
varney.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat diambil perumusan
masalah sebagai berikut : “Bagaimana penerapan asuhan kebidanan bayi sakit
pada By S umur 7 bulan dengan ISPA ringan di ruangan MTBS Puskesmas
Malawili Kabupaten Sorong?’

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Khusus
Mampu memberikan asuhan kebidanan pada By S dengan ISPA ringan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data pada By S umur 7 bulan dengan ISPA
Ringan.
b. Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah
dan kebutuhan pada By S umur 7 bulan dengan ISPA Ringan.
c. Menentukan diagnose potensial yang timbul pada By S umur 7 bulan
dengan ISPA Ringan.
d. Menetapkan antisipasi atau tindakan segera pada By S umur 7 bulan
dengan ISPA Ringan
e. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada By S umur 7 bulan dengan
ISPA Ringan
f. Melakukan tindakan asuhan kebidanan pada By S umur 7 bulan dengan
ISPA Ringan
g. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah dicapai pada kasus By
S umur 7 bulan dengan ISPA Ringan
h. Mahasiswa mampu menganalisis kesejangan antara teori dan kasus
nyata di lapangan termasuk factor pendukung dan penghambat pada
bayi sakit dengan ISPA Ringan

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Memberikan kesempatan pada penulis untuk menerapkan ilmu pengetahuan
yang di peroleh di institusi pendidikan terutama manajemen asuhan
kebidanan pada bayi sakit dengan ISPA Ringan dalam situasi yang nyata.
2. Bagi Profesi
Sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian asuhan kebidanan pada bayi
sakit dengan ISPA Ringan untuk meningkatkan profesionalisme tenaga
kesehatan.
3. Bagi Institusi
a. Pendidikan
Dapat sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan
kualitas pendidikan kebidanan khususnya dalam asuhan kebidanan bayi
dengan ISPA Ringan.
b. Bagi keluarga pasien
Untuk menambah pengetahuan tentang tanda dan gejala anak dengan
ISPA Ringan sehingga segera dapat mencari bantuan kepada tenaga
kesehatan untuk menghindari kegawatdaruratan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Bayi Baru Lahir


1. Pengertian
Bayi merupakan anak berusia 0-12 bulan. Pada masa ini,
perkembangan otak dan fisik bayi selalu menjadi perhatian umum.
(Ngastiyah, 2005). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan 2500 gram sampai
4000 gram. (Asuhan Kebidanan anak dalam kontek keluarga: 1993)
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada
bayi pada jam pertama setelah kelahiran, dilanjutkan sampai 24 jam setelah
lahir. (PPKC : 2004)
2. Ciri-Ciri Bayi Normal
a. BB 2500 – 4000 gram
b. Panjang lahir 48 – 52 cm
c. Lingkar dada 30 – 38 cm
d. Lingkar kepala 33 – 36 cm
e. Bunyi jantung pada menit pertama 180x/menit, kemudian heran 120 –
140 x/menit.
f. Pernafasan pada menit pertama 80x/menit, kemudian turun menjadi
40x/menit.
g. Kulit kemerah-merahan dan licin.
h. Rambut lanago tidak terlihat, rambut kepala sudah sempurna.
i. Kuku agak panjang dan lemas.
j. Genetalia, labia mayora sudah menutupi labra minora (perempuan) testis
sudah turun di dalam scrotum (laki-laki).
k. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk baik.
l. Reflek moro baik, bila dikagetkan bayi akan memperlihatkan gerakan
seperti memeluk.
m. Graff reflek baik, bila diletakkan beda pada telapak tangan bayi akan
menggenggam.
n. Eliminasi baik, urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama.
3. Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada BBL
a. Perubahan pernafasan/pada sistem pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas
melalui placenta. Setelah bayi lahir harus melalui paru-paru bayi
pernafasan pertama pada BBL terjadi normal dalam waktu 30 detik.
Setelah kelahiran tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir
pervagina mengakibatkan cairan paru-paru (pada bayi normal jumlahnya
80 – 100 ml). kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut sehingga cairan
yang hilang ini diganti dengan udara. Pernafasan pada neonatus
terutama pernafasan diafragmatik dan abdominal dan biasanya masih
tidak teratur frekwensi dan dalamnya pernafasan.
Bayi itu umumnya segera menangis sekeluarnya dari jalan lahir.
Sebagai sebab-sebab yang menimbulkan pernafasan yang pertama,
dikemukakan:
1) Rangsangan pada kulit bayi.
2) Tekanan pada thorax sebelum bayi lahir.
3) Penimbunan CO2Setelah anak lahir kadar CO2 dalam darah anak
naik dan ini merupakan rangsangan pernafasan
4) Kekurangan O2
5) Pernafasan intrautrin
Anak sudah mengadakan pergerakan pernafasan dalam rahim,
malahan sudah menangis dalam rahim. Pernafasan di luar hanya
merupakan lanjutan dari gerakan pernafasan di dalam Rahim
6) Pemeriksaan bayi
Kebanyakan anak akan mulai bernafas dalam beberapa detik setelah
lahir dan menangis dalam setengah menit.
b. Perubahan metabolisme karbohidrat/glukosa\
Fungsi otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan
tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi
harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada
setiap bayi baru lahir glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2
jam).
Koreksi penurunan gula darah dapat terjadi dengan 3 cara:
1) Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong
untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir).
2) Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis).
3) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
(glukoneogenesis).
c. Perubahan suhu tubuh
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga
akan mengalami stres dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan.
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui:
1) Evaporasi: cairan menguap pada kulit yang basah.
2) Konduksi : kehilangan panas oleh karena kulit bayi berhubungan
langsung dengan benda/alat yang suhunya lebih dingin.
3) Konveksi :terjadi bila bayi telanjang di ruang yang relatif dingin
(25oC atau kurang)
4) Radiasi adalah kehilangan panas karena tubuh bayi yang lebih
panas menyentuh permukaan yang lebih dingin.
d. Perubahan pada sistem kardiovaskuler
Pada sistem kardiovaskuler harus terjadi 2 perubahan besar, yaitu:
1) Penutupan foramen ovale atrium jantung.
2) Penutupan duktus afteriosus antara arteri paru dan aorta.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh:
a) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium
kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium
kanan yang mengurangi volume dan selanjutnya tekanannya.
Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan
oksigen sedikit mengatur ke paru-paru untuk mengalami proses
oksigenasi ulang.
b) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan
pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbakarnya sistem
pembuluh baru. Dengan peningkatan tekanan pada atrium kiri
foramen ovale secara fungsi akan menutup.
e. Perubahan sistem gastrointestinal, ginjal
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna
makanan masih terbatas, juga hubungan antara osephagus bawah dan
lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan gumoh pada bayi
baru lahir dan bayi muda. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas
kurang dari 30 cc.
Faeces pertama bayi adalah hitam kehijauan, tidak berbau, substansi
yang kental disebut mekonium. Faeces ini mengandung sejumlah cairan
amnion, verniks, sekresi saluran pencernaan, empedu, dan zat sisa dari
jaringan tubuh. Pengeluaran ini akan berlangsung sampai hari ke 2-3.
pada hari ke 4-5 warna tinja menjadi coklat kehijauan.
1) Air kencing
Bila kandung kencing belum kosong pada waktu lahir, air kencing
akan keluar dalam waktu 24 jam yang harus dicatat adalah kencing
pertama, frekuensi kencing berikutnya, serta warnanya bila tidak
kencing/menetes/perubahan warna kencing yang berlebihan.

f. Perubahan berat badan


Dalam hari-hari pertama berat badan akan turun oleh karena
pengeluaran (meconium, urine, keringat) dan masuknya cairan belum
mencukupi. Turunnya berat badan tidak lebih dari 10%. Berat badan
akan naik lagi pada hari ke 4 sampai hari ke 10. Cairan yang diberikan
pada hari 1 sebanyak 60 ml/kg BB setiap hari ditambah sehingga pada
hari ke 14 dicapai 200 ml/kg BB sehari.
g. Sistem skeletal
Tulang-tulang neonatus lunak karena tulang tersebut sebagian besar
terdiri dari kartilago yang hanya mengandung sejumlah kecil kalsium.
h. Sistem neoromuskular
Pada saat lahir otot bayi lambat dan lentur, otot-otot tersebut memiliki
tonus kemampuan untuk berkontraksi ketika dirangsang, tetapi bayi
kurang mempunyai kemampuan untuk mengontrolnya. Sistem
persarafan bayi cukup berkembang untuk bertahan hidup tetapi belum
terintegrasi secara sempurna. (Anonim: 2004)
B. ISPA
1. Pengertian ISPA
Infeksi saluran pernapasan akut sering disalah artikan sebagai infeksi
saluran pernapasan atas, yang benar adalah ISPA singkatan dari infeksi
saluran pernapasan akut. Infeksi Saluran Pernapasan Akut meliputi saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi
saluran pernapasan akut adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung
sampai 14 hari, yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ
mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya
seperti sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru (Depkes RI, 2012).
Penyakit ISPA masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan
dan kematian bayi dan balita. Keadaan ini berkaitan erat dengan berbagai
kondisi yang melatarbelakanginya seperti malnutrisi juga kondisi lingkungan
baik polusi di dalam rumah berupa asap maupun debu dan sebagainya
(Depkes RI, 2012).
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA
dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia
dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia
tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rhinitis, faringitis, tonsillitis dan
penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan
pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini
ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman
Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati
dengan antibiotic penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat
antibiotik. Infeksi Saluran Pernapasan Akut dapat ditularkan melalui air
ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang
terhirup oleh borang sehat ke saluran pernapasannya (Depkes RI, 2012).
2. Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dapat disebabkan oleh
berbagai penyebab seperti bakteri, virus, micoplasma, jamur, dan lain-lain.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian atas umumnya disebabkan
oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri,
virus, dan micoplasma. Umumnya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
bagian bawah disebabkan oleh bakteri, keadaan tersebut mempunyai
manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa masalah
dalam penanganannya. Bakteri penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) antara lain genus Streptococcus Staphylococcus Pneumococcus
Hemofilus, Bordetella, dan Corynebacterium. Virus penyebab ISPA antara
lain golongan Mexovirus, Adenovirus, Coronavirus, Pikornavirus,
Mikoplasma, Herpesvirus, dan lain-lain (Rusnaini, 2013).
Secara umum, efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat
menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan
dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan
akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga
menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh
bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan
kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat
dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya
infeksi saluran pernafasan (Almatseir, 2011).
a. Tanda-tanda bahaya secara umum (Rusnaini, 2013).
1) Pada sistem pernafasan : napas cepat dan tak teratur, sesak, kulit
wajah kebiruan, suara napas lemah atau hilang, mengi, suara nafas
seperti ada cairannya sehingga terdengar keras
2) Pada sistem peredaran darah dan jantung : denyut jantung cepat dan
lemah, tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah dan gagal
jantung.
3) Pada sistem saraf : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, kejang, dan koma.
4) Gangguan umum : letih dan berkeringat banyak
b. Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dapat dilakukan
(Rusnaini, 2013), dengan :
1) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
2) Imunisasi.
3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
4) Mencegah kontak dengan penderita Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA).
3. Faktor Risiko Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Secara umum terdapat tiga faktor risiko ISPA (Rusnaini, 2013), yaitu :
a. Factor lingkungan rumah
1) Pencemaran udara dalam rumah
2) Ventilasi rumah
3) Kepadatan hunian rumah
b. Factor individu anak
1) Umur anak
2) Berat badan lahir
3) Status gizi
4) Status imunisasi
c. Perilaku
4. Klasifikasi Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Klasifikasi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dibedakan atas dua
kelompok yaitu (Kemenkes RI, 2002 dalam Rusnaini, 2013) :
a. Untuk kelompok umur kurang 2 bulan terdiri dari :
1) Pneumonia berat ditandai dengan adanya napas cepat yaitu
frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 60 kali per menit atau
adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah.
2) Bukan pneumonia yaitu penderita balita dengan batuk dan pilek
disertai atau tidak dengan gejala lain seperti berdahak atau
berlendir dan demam, yang tidak menunjukkan gejala peningkatan
frekuensi nafas dan tidak ada tarikan dinding dada.
b. Untuk kelompok umur 2 bulan sampai kurang 5 tahun terdiri dari :
1) Pneumonia berat yaitu berdasarkan pada adanya batuk atau
kesukaran bernafas disertai nafas sesak atau tarikan dinding dada
bagian bawah. Dikenal pula diagnosis pneumonia sangat berat yaitu
batuk atau kesukaran bernafas yang disertai adanya gejala diagnosis
sentral dan anak tidak dapat minum.
2) Pneumonia yaitu berdasarkan pada adanya batuk dan atau
kesukaran bernafas disertai adanya nafas cepat sesuai umur. Batas
nafas cepat pada anak usia 2 bulan sampai < 1 tahun adalah 50 kali
atau lebih permenit sedangkan untuk anak usia 1 sampai < 5 tahun
adalah 40 kali atau lebih per menit.
3) Bukan pneumonia. Mencakup kelompok penderita balita dengan
batu dan pilek disertai atau tidak dengan gejala lain seperti
berdahak atau berlendir dan demam, tidak menunjukkan gejala
peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya tarikan
dinding dada bagian bawah. Klasifikasi bukan pneumonia
mencakup penyakit-penyakit ISPA lain diluar pneumonia seperti
batuk pilek biasa (common cold, faringitis, tonsilitis)
c. Kelompok umur dewasa yang mempunyai faktor risiko lebih tinggi
untuk terkena pneumonia (Kurniawan dan Israr, 2009), yaitu :
1) Usia lebih dari 65 tahun
2) Merokok
3) Malnutrisi baik karena kurangnya asupan makan ataupun
dikarenakan penyakit kronis lain.
4) Kelompok dengan penyakit paru, termasuk kista fibrosis, asma,
PPOK, dan emfisema.
5) Kelompok dengan masalah-masalah medis lain, termasuk diabetes
dan penyakit jantung.
6) Kelompok dengan sistem imunitas dikarenakan HIV, transplantasi
organ, kemoterapi atau penggunaan steroid lama.
7) Kelompok dengan ketidakmampuan untuk batuk karena stroke,
obatobatan sedatif atau alkohol, atau mobilitas yang terbatas.
8) Kelompok yang sedang menderita infeksi traktus respiratorius atas
oleh virus.
5. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi (Kemenkes RI, 2010), sebagai
berikut :
a. Infeksi Saluran Pernapasan atas Akut (ISPaA) Infeksi yang menyerang
hidung sampai bagian faring, seperti pilek, otitis media, faringitis.
b. Infeksi Saluran Pernapasan bawah Akut (ISPbA) Infeksi yang
menyerang mulai dari bagian epiglotis atau laring sampai dengan
alveoli, dinamakan sesuai dengan organ saluran napas, seperti
epiglotitis, laringitis, laringotrakeitis, bronkitis, bronkiolitis, pneumonia
6. Jenis-Jenis ISPA
Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi (Depkes RI, 2005), sebagai berikut :
a. Infeksi Saluran Pernapasan atas Akut (ISPA) Infeksi yang menyerang
hidung sampai bagian faring, seperti pilek, otitis media, faringitis.
b. Infeksi Saluran Pernapasan bawah Akut (ISPbA) Dinamakan sesuai
dengan organ saluran pernafasan mulai dari bagian bawah epiglotis
sampai alveoli paru misalnya trakhetis, bronkhitis akut, pneumoni dan
sebagainya. Infeksi ini menyerang mulai dari bagian epiglotis atau
laring sampai dengan alveoli, dinamakan sesuai dengan organ saluran
napas, seperti epiglotitis, laringitis, laringotrakeitis, bronkitis,
bronkiolitis, pneumonia. Infeksi Saluran Pernapasan bawah Akut
(ISPbA) dikelompokkan dalam dua kelompok umur yaitu (1)
pneumonia pada anak umur 2 bulan hingga 5 tahun dan (2) pneumonia
pada bayi muda yang berumur kurang dari dua bulan.
C. 7 Langka Varney
1. Langkah 1 Mengumpulkan Data
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap, yaitu:
Riwayat kesehatan
Pemeriksaan fisik pada kesehatan
Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi
Pada langkah pertama ini dikumpulakan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan
data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu
dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan
melakukan konsultasi.
2. Langkah II (kedua): Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap diagnosa
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di
interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.
Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasikan
oleh bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh yaitu
wanita pada trimester ketiga merasa takut terhadap proses persalinan dan
persalinan yang sudah tidak dapat ditunda lagi. Perasaan takut tidak
termasuk dalam kategori “nomenklatur standar diagnosa” tetapi tentu akan
menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan
memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa sakit.
3. Langkah III (ketiga): Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah
PotensialPada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa atu masalah potensial benar-benar terjadi
4. Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan segera Mengidentifikasi perlunya tindakan segera
oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambunagan dari proses manajemen
kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau
kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan
terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data
mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak
segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya,
perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distocia bahu, atau
nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi
dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainya bisa saja tidak
merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan
dokter.
5. Langkah V(kelima) : Merencanakan Asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi, pada langkah ini informasi/ data dasar yang tidak lengkap dapat
dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah
diberikan penyuluhan, konseling, dan apakah merujuk klien bila ada
masalah-masalah yg berkaitan, dengan sosial ekonomi,kultur atau masalah
psikologis. Semua keputusan yg dikembangkan dalam asuhan menyeluruh
ini harus rasional dan benar- benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori
yg up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak
akan dilakukan oleh klien
6. Langkah VI(keenam) : Melaksanaan perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh
bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain.
Jika bidan tidak melakukanya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab
untuk mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen yang efisien akan
menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
7. Langkah VII(Terakhir) : Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam
masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang
benar efektif dalam pelaksananya. Ada kemungkinan bahwa sebagian
rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Kunjungan : Pertama
Pengkajian : 16 November 2020
No. Register : 02020995

A. Data Subjectif
1. Identitas Pasien
Nama : By. S
Umur : 7 Bulan
Jam : 10.00 WIT
Jenis kelamin : Perempuan
BB Lahir : 3200 kg
PB Lahir : 50 cm

2. Identitas Ibu Identitas Ayah


Nama : Ny. F Tn. O
Umur : 34 Tahun 36 Tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Buton/Indonesia Buton/Indonesia
Pendidikan : S1 Pendidikan SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Alamat :jln. Perikanan jl.Perikanan

3. Riwayat Kehamilan Ibu


UK (Umur Kehamilan) : 37 Minggu
Kunjungan ANC : Teratur
4. Riwayat Komplikasi Kehamilan
Pendarahan : Tidak ada
Penyakit kelamin : Tidak ada
Pre-Eklamsia/Eklamsia : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
5. Kebiasaan Ibu waktu hamil
Makanan : Nasi, sayur, ikan
Minuman : air putih, teh panas
Obat-obatan : Ibu mengatakan tidak mengkomsumsi obat-obatan
Merokok : Ibu mengatakan tidak merokok
6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : Tidak Ada
7. Riwayat imunisasi
Imunisasi Tanggal Keterangan
pemberian
Hepatitis B 23 Mei 2020 Ibu mengatakan anaknya sudah
imunisasi HB 0
BCG 26 Juni 2020 Ibu mengatakan anaknya sudah di
imunisasi BCG dan polio 1
DPT-HB-Hib 1 dan 11 Juli 2020 Ibu mengatakan anaknya sudah di
polio 2 imunisasi DPT-HB-Hib 1 dan
polio 2
DPT-HB-Hib 2 dan 11 Agustus Ibu mengatakan anaknya sudah di
polio 3 imunisasi DPT-HB-Hib 2 dan
polio 3
DPT-HB-Hib 3 dan 11 september Ibu mengatakan anaknya sudh di
polio 4 2020 imunisasi DPT-HB-Hib 3
Campak Belum Belum

8. Riwayat Penyakit yang diderita : tidak ada


9. Perkembangan dari usia ke usia (7 bulan sekarang)
Kebiasaan Sehari-hari
Eliminasi Sebleum sakit Sesudah sakit
Pola makan 4 kali dalam sehari 2 kali dalam
,bubur saring,biscuit sehari,bubur saring
Pola minum 8 kali sehari ,susu, air 6 kali sehari, susu dan
putih, air putih
Personal haegiyen 2 kali sehari 1 sehari
Pola istirahat Tidur 4 jam perhari 2 jam perhari
BAB 2 kali sehari, 1 kali sehari
BAK 5 kali perhari 4 kali perhari

Keaktifan kegiatan : baik


B. Data Objektif
a. Antropometri
Berat badan : 7,5 kg
Panjang badan : 72 cm
Lingkar kepala : 40 cm
Lingkar dada : 45 cm
Lingkar perut : 44 cm
b. Pemeriksaan umum
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36°C
Respirasi : 20 x/menit

c. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada kelainan
2) Mata
Simetris, congjungtiva merah muda, sclera putih
3) Hidung
Simetris, terdapat cairan atau lendir berwarna jernih dan encer, kulit
hidung bagian luar tampak kemerahan.
4) Mulut
Bibir berwarna merah muda, lidah bersih, tidak ada stomatis, gusi tidak
bengkak, tenggorokan kemerahan.
5) Telinga
Simetris, bersih, tidak ada serumen
6) Leher
Tidak ada benjolan, dan tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan thiroid
7) Dada
Simetris, tidak ada tarikan dinding dada saat bernapas, tidak ada bunyi
stridor dan tidak ada bunyi weezing
8) Abdomen
Tidak ada benjolan, tidak kembung
9) Tangan dan kaki
Simetris kanan kiri, jari-jari lengkap, gerakan aktif
10) Anus
Berlubang (positif)
d. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan

C. Intervensi Data Dasar, masalah dan kebutuhan.


1. Diagnosa
By S umur 7 bulan dengan ISPA Ringan.
Data dasar
a. Data subjektif :
1) Ibu mengatakan anaknya tidak bisa tidur dan rewel.
2) Ibu mengatakan anaknya lahir tanggal 23 Mei 2020.
3) Ibu mengatakan anaknya batuk pilek dan demam selama 3 hari.
b. Data Objektif
1) keadaan umum : Lemas
2) kesadaran : Composmetis
3) TTV
S : 36˚C
N : 80 x / menit
R : 20 x/ menit
4) BB/TB : 7,5 Kg / 72 cm
5) Hidung : simetris, kotor,terdapat cairan atau lendir berwarna
jernih dan encer. kulit hidung luar tampak kemerah.
6) Dada : Ada tarikan dinding dada waktu bernafas, tampak
simetris, pernafasan mengorok
2. Masalah
Ibu mengatakan gangguan rasa nyaman pada anaknya sehingga rewel dan
tidak bisa tidur.
3. Kebutuhan
Anjurkan ibu untuk menenagkan atau memberikan rasa nyaman dan aman,
pada anaknya supaya bisa istirahat dengan cukup.

D. Identifikasi Diagnosa Potensial dan Tindakan segera.


1. Diagnosa potensial
ISPA Berat
2. Tindakan Segera
Memberi terapi obat-obatan dan Kebutuhan Cairan.
E. Planning
1. Beritahu hasil pemeriksaan anaknya pada ibu
R/ Agar ibu mengetahui keadaan anaknya.
2. Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi yang seimbang
pada anaknya
R/ Agar anaknya tidak sakit lagi.
3. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
R/ Agar bayi tidak ternfeksi penyakit lagi.
4. Anjurkan ibu untuk membersihkan hidung jika anak pilek
R/ Agar anak dapat bernapas dengan baik
5. Anjurkan ibu untuk menenangkan anak agar dapat beristirahat cukup
R/ Agar anak cepat sembuh dengan beristirahat yang cukup.
6. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika obat habis atau belum sembuh
R/ Agar petugas dapat memantau kesehatan anak apakah sudah sembuh atau
belum.
7. Memberikan terapi ISPA II 2×1 dan parasetamol ½ sendok obat.
R/ Agar bayi dapat cepat sembuh dengan meminum obat.
8. Menganjurkan ibu untuk kompres hangat pada daerah ketiak, lipatan paha,
dan dahi pada pada bayi
R/ Agar mnurunkan panas atay demam pada anak.

F. Implementasi
Tanggal : 16 November 2020 jam : 10. 05

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan anaknya bahwa anaknya menderita


ISPA Ringan
2. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi yang
seimbang pada anaknya yaitu amakanan yang mengandung karbohidrat
(nasi), protein (laut pauk), mineral (sayuran), lemak (minyak kelapa dan
minyak ikan) dan vitamin (buah dan sayuran) dan cairan secukupnya.
3. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
yaitu dengan mencuci tangan sebelumdan sesudah memegang anak dan
membersihan lingkungan di sekitar rumah agar terbebas dari penyakit
4. Menganjurkan ibu untuk membersihkan hidung jika anak pilek
menggunakan tissue dan kain bersih
5. Menganjurkan ibu untuk menenangkan anak agar dapat beristirahat cukup
yaitu tidur siang ± 2 jam dan tidur malam ± 10 jam
6. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang
7. Menganjurkan ibu untuk memberikan terapi ISPA II 2×1 dan parasetamol ½
sendok obat.
8. Menganjurkan ibu untuk kompres hangat pada daerah ketiak, lipatan paha,
dan dahi pada pada bayi

G. Evaluasi
Tanggal : 17 November 2020 jam : 10. 30 WIT
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan anaknya
2. Ibu bersedia untuk memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi yang seimbang
pada anaknya
3. Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
4. Ibu bersedia untuk membersihkan hidung jika anak pilek
5. Ibu bersedia menenangkan anak agar dapat beristirahat cukup
6. Ibu bersedia kunjungan ulang jika obat abis atau jika anak belum sembuh
7. Ibu bersedia untuk memberikan terapi amoxilin ISPA II 2×1 dan
parasetamol ½ sendok obat.
8. Ibu bersedia untuk kompres hangat pada daerah ketiak, lipatan paha, dan
dahi pada pada bayi
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam pemberian asuhan balita sakit dengan imunisasi pada An.S umur 7 bulan
di Puskesmas malawili. Melalui tahap pengumpulan data dengan wawancara,
observasi, pemeriksaan umum, dan pemeriksaan fisik. Antara asuhan yang ada di
teori pada dasanya sama sehingga tidak ada kesenjangan.

ISPA merupakan masalah kesehatan yang penting karena menjadi penyebab


pertama kematian di negara berkembang. Setiap tahun ada dua juta kematian yang
disebabkan oleh ISPA, Peran bidan dalam melaksanakan profesinya yaitu dengan
member asuhan kebidanan pada bayi dan balita dan harus memiliki kompetensi bidan
yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan perilaku dalam melaksanakan praktik
kebidanan khususnya penanganan balita sakit (Soepardan, 2008).

Infeksi saluran pernapasan akut sering disalah artikan sebagai infeksi saluran
pernapasan atas, yang benar adalah ISPA singkatan dari infeksi saluran pernapasan
akut. Infeksi Saluran Pernapasan Akut meliputi saluran pernapasan bagian atas dan
saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi saluran pernapasan akut adalah infeksi
saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari, yang dimaksud dengan saluran
pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-
organ disekitarnya seperti sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru (Depkes RI,
2012).

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dapat disebabkan oleh berbagai
penyebab seperti bakteri, virus, micoplasma, jamur, dan lain-lain. Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan
ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan mycoplasma
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bayi merupakan anak berusia 0-12 bulan. Pada masa ini, perkembangan
otak dan fisik bayi selalu menjadi perhatian umum. (Ngastiyah, 2005). Bayi baru
lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu
dan berat badan 2500 gram sampai 4000 gram. (Asuhan Kebidanan anak dalam
kontek keluarga: 2015)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan “Suatu penyakit
Infeksi yang menyerang saluran pernafasan mulai dari hidung karena penyakit
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab utama
morbiditas dan mortalitas pada golongan usia balita.
Dalam melaksanankan suhan kebidan pada By S tidak ada kesenjagan
antara teori dan praktek dalam kasus ISPA terdapat beberapa golongan yaitu
ISPAI, ISPA II, ISPA III DAN ISPA IV. Setiap pengolongan dibagi berdasarkan
berat badan.

B. Saran
Beradasarkan kesimpulan diatas maka penulis akan menyampaikan
beberapa saran yang bermanfaat :
1. Bagi Profesi
Diharapkan untuk tenaga kesehatan terutama bidan untuk lebih meningkatkan
pemberian penyuluhan tentang perawatan pada bayisakit dengan Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) agar bayi dapat terhindar dari masalah yang
berpotensi terjadi
2. Bagi Ibu dan Keluarga
Ibu dan keluarga diharapkan dapat mengeli tanda-tanda gejala ISPA yang
muncul dengan membaca buku atau mencari informasi melalui media seperti
internet agar keluarga dapat mengantisipasi, sehingga tidak terjadi komplikasi
yang lebih lanjut
3. Bagi Institusi
Diharapkan agar lebih melengkapi atau menambah referensi terbaru tentang
ISPA.
DAFTAR PUSTAKA

Epidemic-prone dan pandemic-prone acute respiratory diseases: infection prevention


dan control in health-care facilities summary guidance 2015

Ngastiyah. 2005. Perkembangan bayi, Jakarta : EGC.

BPOM RI. 2013. Informasi Tentang Infeksi Saluran Pernapasan.


http:/www.pom.go.id/pom/publikasi/artikel/artikel02.html diaskess pada 28
Desember 2018
s
Reni Istiyantiningsih. 2012. Asuhan Kebidanan Bayi Pada By. Dengan ISPA Ringan
di BPS indarwati mranggen. Jatinom. Klaten : Stikes Muhammadiyah Klaten

Departemen kesehatan republic Indonesia. (2012). ( ISPA) Penyakit Infeksi Saluran


Pernapsana Atas, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Jakarta Departermen Kesehatan RI.

Rusnaini. 2013. Factor-faktor yang mempengaruhi peyakit ISPA pada bayi.


Skripsi : UTU. Aceh Barat.

Almatsier. 2011. Factor-faktor yang mempengaruhi penyakit ISPA pada bayi.


Gramedia Pustaka Utama.

Menurut kemenkes RI, 2005 dalam Rusnaini,2013. Tentang klasifikasi ISPA.

Menurut depkes RI, 2005, tentang jenis-jenis ISPA


http://bidansisk.mahasiswa.unimus.ac.id/2015/12/09/7-langka-menajemen-
kebidanan-menurut-varney/
LEMBAR KONSUL

NO HARITANGGAL MATERI SARAN PARAF


YANG PEMBIMBING
DIKONSUL
1.

Anda mungkin juga menyukai