BAB I
PENDAHULUAN
Pemberian cairan melalui infuse adalah pemberian cairan yang diberikan pada pasien yang mengalami
pengeluran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini membutuhkan kesteril-an mengingat langsung
berhubungan dengan pembuluh darah. Pemberian cairan melalui infus dengan memasukkan kedalam
vena (pembuluh darah pasien) diantaranya vena lengan (vena sefalika basal ikadan median akubiti),
pada tungkai (vena safena) atau vena yang ada dikepala, seperti vena temporalis frontalis (khusus untuk
anak-anak).
Selain pemberian infuse pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan Pada
pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.Dalam penulisan makalah ini akan di jelaskan
pengertian pemberian cairan infuse, jenis-jenis cairan intravena, indikasi dan kontraindikasi, dan
prosedur pemberian cairan infuse, cara mengihitung cairan infus.
1.2 TUJUAN.
Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit.
(Aziz, musrifah. 2004. Buku saku praktikum kebutuhan dasar manusia. Jakarta: EGC)
1.3 MANFAAT
Evaluasi
Cara kerja
Persiapan alat dan bahan
Menurut teori
Menurut lahan
Infus
Pengertian
Macam-macam cairan
Indikasi
Kontaindikasi
1. cairan nutrien
2. cairan elektrolit
4. voleme eskander
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
Pungsi vena merupakan tekhnik penusukan vena melalui transkutan dengan stilet tajam yang
kaku seperti angiokateter atau dengan jarum yang disambungkan pada spuit.(Eni Kusyati 2006. hal:267)
Pada kondisi tertententu, pemberian cairan intra vena diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
cairan dan elektrolit tubuh. Langkah ini efektif untuk memenuhi kebutuhan cairan eksternal secara
langsung. Secara umum, tujuan terapi intra vena adalah untuk memenuhi kebutuhan cairan pada klien
yang tidak mampu mengkonsumsi cairan oral secara adekuat, menambah asupan elektrolit untuk
menjaga kesimbangan elektrolit, menyediakan glukosa untuk kebutuhan energi dalam proses
metabolisme, memenuhi kebutuhan vitamin larut air, serta menjadi media untuk pemberian obat
melalui vena. Lebih khusus, terapi intra vena di berikan pada pasien yang mengalami syok,intoksikasi
berat, pasien pra dan pasca bedah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu(Mubarok,
Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin.2007 Hal:92-94)
Pemberian cairan infuse dapat di berikan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi
yang berat. Pemberian cairan infuse ke dalam vena (pembuluh darah pasien) di antaranya pada vena
lengan (vena safalika basilea dan mediana kabiti), pada tungkai (vena sakena), atau pada vena yang ada
di kepala, seperti : vena temporalis krontolis (khusus untuk anak-anak). Selain pemberian infuse pada
pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan pada pasien yang mengalami syok,
intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum transfusi darah, atau pasien yang membutuhkan
pengobatan tertentu.
Larutan nutrien.
Larutan ini berisi beberapa jenis karbohidrat (mis., dekstrosa dan glukosa) dan air. Larutan nutrien yang
umum digunakan adalah 5°ro dekstrosa dalam air (D5W), 3,3% glukosa dalam 0,3%, NaCI, dan 5°/0
glukosa dalam 0,45% NaCl. Setiap 1 liter cairan Dextrose 5% mengandung 170-200 kalori; mengandung
asam amino (Amigen, Ananosol, Travamin) atau lemak (Lipomul d-an Lyposyn).
Larutan elektrolit.
Larutan elektrolit melipvti lamtan saline, baik isotonik, hipotonik, maupun hipertonik. Jenis larutan
elektrolit yang paling banyak digunakan adalah normal salin (isotonik), yaitu NaC10,9%. Contoh larukan
elektrolit lainnya adalah laktat Ringer (Na’}, K’, Cl-, Ca-’) dan cairan Butter (Na‘ K+ Mgz+ Cl-, HC03 ).
Cairan asam-basa.
Jenis cairan yang termasuk cairan asam-basa adalah natrium laktat dan natrium bikarbonat. Laktat
merupakan sejenis garam yang dapat mengikat ion H’ dari cairan sehingga mengurangi keasaman
lingkungan.
Volume ekspander.
Jenis larutan ini berfungsi meningkatkan volume pembuluh darah atau plasma, misalnya pada kasus
hemoragi atau kombustio berat. Volume ekspander yang umttm digunakan antara lain dekstran,
plasma, dan albumin serum. Cara kerjanya adalah dengan meningkatkan tekanan osmotik darah.
2.3 TUJUAN
(Aziz, musrifah. 2004. Buku saku praktikum kebutuhan dasar manusia. Jakarta: EGC)
2.4 INDIKASI
Pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena langsung masuk ke dalam
jalur peredaran darah. Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam peredaran darah (sepsis). Sehingga
memberikan keuntungan lebih dibandingkan memberikan obat oral. Namun sering terjadi, meskipun
pemberian antibiotika intravena hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah sakit memberikan
antibiotika jenis ini tanpa melihat derajat infeksi. Antibiotika oral (dimakan biasa melalui mulut) pada
kebanyakan pasien dirawat di RS dengan infeksi bakteri, sama efektifnya dengan antibiotika intravena,
dan lebih menguntungkan dari segi kemudahan administrasi RS, biaya perawatan, dan lamanya
perawatan.
Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika dimasukkan melalui mulut)
yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika
golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya “polications” dan sangat polar, sehingga tidak dapat
diserap melalui jalur gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke dalam darah). Maka harus
dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung.
Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan obat (ada sumbatan
di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu dipertimbangkan pemberian melalui jalur lain
seperti rektal (anus), sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular
(disuntikkan di otot).
Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak—obat masuk ke pernapasan), sehingga
pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi bolus (suntikan
langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya
pada orang yang mengalami hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes
mellitus. Alasan ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun
perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai
kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri.
Klien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui IV.
(http://www.sehatgroup.web.id/?p=200)
2.5 KONTRAINDIKASI
Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan
fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).
Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat
(misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).
(http://www.sehatgroup.web.id/?p=200)
1) Cairan infus
2) Infus set
4) pengalas
6) kapas alcohol
7) plaster
8) gunting
9) pencukur rambut
11) betadin
12) bengkok
13) sarung tangan sekalipakai
klien diberi penjelasan tenteng hal-hal yang dilakukan saat pemasangan infuse dengan menggunakan
komunikasi yang terapeutik.jika keadaan memungkinkan.
pakaian klien pada daerah yang akan di pasang infuse, harus di buka (untuk mempermudah saat
pemasangan infus) dan mencari venanya
identifikasi vena yang dapat di akses untuk tempat pemasangan jarum IV atau kateter :
hindarkan pemasangan selang intra vena di pergelangan tangan klien, di daerah yang mengalami
peradangan, di ekstermitas yang sensasinya menurun.
(Kusyati, Eni. 2006. keterampilan dan prosedur laboraturium keperawatan dasar, hal 275)
BAB III
cuci tangan
tepat klien
tepat obat (tanggal kadaluarsa)
waktu
Yakinkan tambahan resep (missal : kalium dan vitamin, oxsitosin ) telah di tambahkan. Observasi
kebocoran kantung cairan.
R = larutan IV adalah obat dan harus dengan hati-hati diperiksa untuk mengurangi resiko kesalahan.
Larutan yang berubah warna , mengandung partikel, atau kadaluarsa tidak di gunakan. Kebocoran
kantung menunjukkan kesempatan kontaminasi dan tidak boleh di gunakan.
buka penutup botol invus dan buka set infuse dengan mempertahankan sterilitas dari kedua ujung.
tempatkan klem rol kurang lebih 2-5 cm di bawah ruang drip dan gerakkan klem rol pada posisi “off”
R = kedekatan klem rol pada ruang drip memungkinkan pengaturan lebih akurat tentang kecepatan
aliran. Gerakkan klem pada “off” mencegah penetesan cairan pada klien, perawat, tempat tidur, atau
lantai.
lepaskan pembungkus lubang slang IV pada kantung larutan IV plastic. Tusukkan set infuse ke dalam
kantung cairan atau botol.
NB=jangan menyentuh jarum penusuk botol infuse karena bagian ini steril.jika misal jarum jatuh
kelantai, buang slang IV tersebut dang anti dengan yang baru.
aliran larutan IV pada slang infuse. Tekan ruang drip dan lepaskan, ini memungkinkan pengisian 1/3
sampai ½ penuh.
R = menjamin slang bersih dari udara sebelum penyambungan ke IV, dan mencegah udara masuk ke
dalam slang.
pelindung jarum tidak di lepas dan lepaskan klem rol untuk memungkinkan cairan mengalir dari ruang
drip melalui slang ke adapter jarum. Kembalikan klem rol ke posisi “off” setelah slang terisi.
R = pengisian lambat slang menurunkan turbelens dan terbentuknya gelembung. Keluarkan udara dari
slang dan biarkan slang terisi larutan. Penutupan klem mencegah kehilangan cairan yang tidak sengaja.
R = Mengurangi resiko kontaminasi dari bakteri pada rambut. Juga membantu mempertahankan
keutuhan balutan intra vena dan membuat pelepasan plester tidak terlalu menimbulkan nyeri.
Pencukuran dapat menyebabkan mikroabrasi dan menjadi predis posisi terjadinya infeksi (
metheny,1996).
Apabila memungkinkan, letakkan ekstermitas pada posisi dependen ( dalam keadaan ditompang
sesuatu).
pasang tourniquet ± 5-7 inchi / 10-15 cm di atas / di daerah yang akan ditusuk
R = tourniquet menekan aliran balik vena tetapi tidak menyumbat aliran arteri.
R = mengurangi pemaparan pada organisme HIV , hepatitis dan organismme yang di tularkan melalui
darah.
Bersihkan daerah penusukan dengan kapas alcohol dengan arah melingkar dari tengah ketepi
Lakukan fungsi vena. Fiksasi vena dg meregangkan kulit berlawanan dg arah insersi 5-7 cm dari arah
distal ke tempat fungsi vena
a) ONC = insersi bevel (bagian ujung jarum yang miring) dg membentuk sudut 20-30 derajat searah dg
aliran balik darah vena distal terhadap tempat fungsi vena yang sebenarnya.
R = memungkinkan perawat menempatkan jarum menjadi pararel dg vena sehingga saat vena
difungsi,resiko menusuk vena sampai tembus keluarr berkurang
Lihat aliran balik melalui srelang jarum aliran balik darah di ONC,yang mengindikasikan bahwa jarum
telah memasuki vena. Jika sudah terasa pas masuk ke vena insersi bevel di landaikan dan di masukkan
sampai penuh
R=penggunaan jari yang sama mempengaruhi terjadinya sensitifitas terhadap kajian yang lebih baik
tentang kondisi vena.Rendahkan jarum sampai hamper menyentuih kulit. Masukkan lagi kateter sekitar
seperempat inci ke dalam vena dan kemudian longgarkan stylet(bagian pangkal jarum yang di masukkan
ke vena)
Stabilkan kateter dg salah satu tangan ,lepaskan tourniquet dan lepaskan stylet dari ONC, tekan ujung
area penusukan.
Hubungkan adapter jarum infuse ke hub ONC atau jarum. Jangan sentuh titik masuk adapter jarum atau
bagian dalam hub ONC .
Lepaskan klem penggeser untuk memulai aliran infuse dengan kecepatan tertentu untuk
mempertahankan kepetenan selang intra vena.
Tempelkan plester kecil(1-25 cm) di bawah hub kateter dg sisi perekat kearah dan silangkan plester
diatas hub.
Berikan sedikit larutan atau salep yodium-povidin pada tempat pungsi vena. Biarkan larutan mengering
sesuai dengan kebijakan lembaga.
R : Larutan atau salep yodium-povidin merupakan antiseptic topical yang mengurangi bakteri pada kulit
dan mengurangi resiko infeksi local atau sistemik. Apabila menggunakan balutan trasparan, larutan
yodium-povidin direkomendasikan ; salep mengganggu perekatan balutan pada kulit.
Fiksasi selang infuse ke kateter dengan sepotong plester berukuran 2,5 cm.
Buang sarung tangan dan rapikan alat yang sudah di gunakan ,selanjutnya cuci tangan
Tulis tanggal ,waktu pemasangan selang IV ,ukuran jarum, dan tanda tangan serta inisial perawat pada
plaster.
R = Memberikan data yang cepat tentang tanggal insersi IV dan dapat di ketahui penggatian balutan
selanjutnya
Observasi klien setiap jam untuk menentukan responnya terhadap terapi cairan:
R = memberikan evaluasi type dan jumlah cairan yang di berikan kepada klien secara
berkesinambungan. inspeksi per jam mencegah terjadinya beban cairan berlebih tanpa sengaja atau
hidrasi yang tidak adekuat
Evaluasi
Setelah di lakukan pemasangan infuse pada klien, tidak terlihat atau terdapat tanda-tanda peradangan.
Dokumentasi
Contoh dokumentasi :
BAB IV
EVALUASI
4.1 Kesenjangan
Penetalaksaan di lahan dan di teori untuk kesenjangan hanya di temukan pada point pemesangan
perlak/pengalas pada legang ibu dikeranakan dilahan sudah terpasang perlak pasca persalinan, dan
tidak dilakukan pencukuran karena tidak ada bulu di area yang akan dilakukan pemasangan infus, untuk
aliran tetesaannya dilahan mengguanakan drif, losse karena dilahan ibu mengalami perdarahan post
patum diagnosa retensio plasenta, yang kurang lebih 500 cc, untuk itu ibu memerlukana pengganti
cairan segera.
Setelah dipasang/ diperikan larutan RL dan 1 amp oxsitosin dan di drif perdarahan ibu sudah
mulai berhenti kurang lebih 30 menit perdahan hanya 50 cc, kontraksi keras, ibu merasa mules dan
Tekanan Darah 110/80 MmHg.
BAB V
PENUTUP
Pemberian cairan melalui intravena sangat penting karena itu merupakan tindakan yang sangat
tepat, semisal febris, memberian obat yang konsisten dan memerlukan pemeberian melalui intavena.
Apalagi untuk tindakan perdarahan post partum, untuk itu bagi para medis di perlukan keterampilan
dan skill yang tepat, untuk indikasi permasalahan tersebut .Kesimpulanya kesenjangan antara dilahan
dan di teori tidak terlalu signifikan dan tidak menggangu dan tidak menggangu fungsi pemeberian cairan
intravena,
DAFTAR PUSTAKA
• Hidayat, A, dkk. 2005. Buku Saku: Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
• Kusyati, Eni. 2006. keterampilan dan prosedur laboraturium keperawatan dasar. Jakarta:EGC