Anda di halaman 1dari 17

kdpk pemasangan infus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pemberian cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh ke


dalam pembuluh vena untuk memperbaiki atau mencegah gangguan cairan dan elektrolit,darah,
maupun nutrisi (Perry & Potter, 2006). Pemberian cairan intravena disesuaikandengan kondisi
kehilangan cairan pada klien, seberapa besar cairan tubuh yang hilang.Pemberian cairan intravena
merupakan salah satu tindakan invasif yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.

Pemberian cairan melalui infuse adalah pemberian cairan yang diberikan pada pasien yang mengalami
pengeluran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini membutuhkan kesteril-an mengingat langsung
berhubungan dengan pembuluh darah. Pemberian cairan melalui infus dengan memasukkan kedalam
vena (pembuluh darah pasien) diantaranya vena lengan (vena sefalika basal ikadan median akubiti),
pada tungkai (vena safena) atau vena yang ada dikepala, seperti vena temporalis frontalis (khusus untuk
anak-anak).

Selain pemberian infuse pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan Pada
pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.Dalam penulisan makalah ini akan di jelaskan
pengertian pemberian cairan infuse, jenis-jenis cairan intravena, indikasi dan kontraindikasi, dan
prosedur pemberian cairan infuse, cara mengihitung cairan infus.

1.2 TUJUAN.
Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit.

Infuse pengobatan dan pemberian nutrisi

(Aziz, musrifah. 2004. Buku saku praktikum kebutuhan dasar manusia. Jakarta: EGC)

Memulai dan mempertahankan terapi cairan IV.

(Eni Kusyati 2006. hal:267)

1.3 MANFAAT

1. Mengetahui waktu yang tepat untuk pemasangan infus

2. menegtahui cara pemasangan infus

3. Mengetahui cara menghitung tetesan.

1.4 MAIND MAPPING

Evaluasi

Cara kerja
Persiapan alat dan bahan

Persiapan lingkungan dan pasien

Menurut teori

Menurut lahan

Infus

Pengertian

Macam-macam cairan

Tujuan Pemasangan infus

Indikasi

Kontaindikasi

1. cairan nutrien

2. cairan elektrolit

3. cairan asam basa

4. voleme eskander
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN

Pungsi vena merupakan tekhnik penusukan vena melalui transkutan dengan stilet tajam yang
kaku seperti angiokateter atau dengan jarum yang disambungkan pada spuit.(Eni Kusyati 2006. hal:267)

Pemberian cairan intravena merupakan pemberian cairan melalui alat


intravena untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, obat-obatan,
pemantauan hemodinamik, serta mempertahankan fungsi jantung dan ginja(Schaffer, dk
k, 2000). Pasien yang mendapat cairan intravena di rumah sakit
mencapai 50% dari total seluruh pasien yang dirawat setiap tahunnya (Schaffer, dkk, 2000).

Pada kondisi tertententu, pemberian cairan intra vena diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
cairan dan elektrolit tubuh. Langkah ini efektif untuk memenuhi kebutuhan cairan eksternal secara
langsung. Secara umum, tujuan terapi intra vena adalah untuk memenuhi kebutuhan cairan pada klien
yang tidak mampu mengkonsumsi cairan oral secara adekuat, menambah asupan elektrolit untuk
menjaga kesimbangan elektrolit, menyediakan glukosa untuk kebutuhan energi dalam proses
metabolisme, memenuhi kebutuhan vitamin larut air, serta menjadi media untuk pemberian obat
melalui vena. Lebih khusus, terapi intra vena di berikan pada pasien yang mengalami syok,intoksikasi
berat, pasien pra dan pasca bedah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu(Mubarok,
Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin.2007 Hal:92-94)

Pemberian cairan infuse dapat di berikan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi
yang berat. Pemberian cairan infuse ke dalam vena (pembuluh darah pasien) di antaranya pada vena
lengan (vena safalika basilea dan mediana kabiti), pada tungkai (vena sakena), atau pada vena yang ada
di kepala, seperti : vena temporalis krontolis (khusus untuk anak-anak). Selain pemberian infuse pada
pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan pada pasien yang mengalami syok,
intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum transfusi darah, atau pasien yang membutuhkan
pengobatan tertentu.

(Hidayat,A Aziz alimul dan musrifatul ulyah. 2005. Hal:73-75)

2.2 CAIRAN INTRA VENA

Jenis cairan intravena yang biasa di gunakan meliputi

Larutan nutrien.

Larutan ini berisi beberapa jenis karbohidrat (mis., dekstrosa dan glukosa) dan air. Larutan nutrien yang
umum digunakan adalah 5°ro dekstrosa dalam air (D5W), 3,3% glukosa dalam 0,3%, NaCI, dan 5°/0
glukosa dalam 0,45% NaCl. Setiap 1 liter cairan Dextrose 5% mengandung 170-200 kalori; mengandung
asam amino (Amigen, Ananosol, Travamin) atau lemak (Lipomul d-an Lyposyn).

Larutan elektrolit.

Larutan elektrolit melipvti lamtan saline, baik isotonik, hipotonik, maupun hipertonik. Jenis larutan
elektrolit yang paling banyak digunakan adalah normal salin (isotonik), yaitu NaC10,9%. Contoh larukan
elektrolit lainnya adalah laktat Ringer (Na’}, K’, Cl-, Ca-’) dan cairan Butter (Na‘ K+ Mgz+ Cl-, HC03 ).

Cairan asam-basa.

Jenis cairan yang termasuk cairan asam-basa adalah natrium laktat dan natrium bikarbonat. Laktat
merupakan sejenis garam yang dapat mengikat ion H’ dari cairan sehingga mengurangi keasaman
lingkungan.
Volume ekspander.

Jenis larutan ini berfungsi meningkatkan volume pembuluh darah atau plasma, misalnya pada kasus
hemoragi atau kombustio berat. Volume ekspander yang umttm digunakan antara lain dekstran,
plasma, dan albumin serum. Cara kerjanya adalah dengan meningkatkan tekanan osmotik darah.

(Mubarok, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin.2007 Hal:92-94

2.3 TUJUAN

Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit.

Infuse pengobatan dan pemberian nutrisi

(Aziz, musrifah. 2004. Buku saku praktikum kebutuhan dasar manusia. Jakarta: EGC)

Memulai dan mempertahankan terapi cairan IV.

(Eni Kusyati 2006. hal:267)

2.4 INDIKASI

Pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena langsung masuk ke dalam
jalur peredaran darah. Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam peredaran darah (sepsis). Sehingga
memberikan keuntungan lebih dibandingkan memberikan obat oral. Namun sering terjadi, meskipun
pemberian antibiotika intravena hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah sakit memberikan
antibiotika jenis ini tanpa melihat derajat infeksi. Antibiotika oral (dimakan biasa melalui mulut) pada
kebanyakan pasien dirawat di RS dengan infeksi bakteri, sama efektifnya dengan antibiotika intravena,
dan lebih menguntungkan dari segi kemudahan administrasi RS, biaya perawatan, dan lamanya
perawatan.

Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika dimasukkan melalui mulut)
yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika
golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya “polications” dan sangat polar, sehingga tidak dapat
diserap melalui jalur gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke dalam darah). Maka harus
dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung.

Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan obat (ada sumbatan
di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu dipertimbangkan pemberian melalui jalur lain
seperti rektal (anus), sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular
(disuntikkan di otot).

Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak—obat masuk ke pernapasan), sehingga
pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi bolus (suntikan
langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya
pada orang yang mengalami hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes
mellitus. Alasan ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun
perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai
kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri.

Klien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui IV.

(http://www.sehatgroup.web.id/?p=200)

2.5 KONTRAINDIKASI

Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.

Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan
fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).

Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat
(misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).

(http://www.sehatgroup.web.id/?p=200)

2.6 PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

1) Cairan infus

2) Infus set

3) jarum infuse (20-22G untuk dewasa, 24-26G untuk anak-anak)

4) pengalas

5) tourniquet (untuk membendung aliran darah vena)

6) kapas alcohol

7) plaster

8) gunting

9) pencukur rambut

10) kassa steril

11) betadin

12) bengkok
13) sarung tangan sekalipakai

14) spolk (bila perlu)

15) Standar infus


2.7 PERSIAPAN PASIEN/LINGKUNGAN

klien diberi penjelasan tenteng hal-hal yang dilakukan saat pemasangan infuse dengan menggunakan
komunikasi yang terapeutik.jika keadaan memungkinkan.

pakaian klien pada daerah yang akan di pasang infuse, harus di buka (untuk mempermudah saat
pemasangan infus) dan mencari venanya

identifikasi vena yang dapat di akses untuk tempat pemasangan jarum IV atau kateter :

hindari daerah penonjolan tulang

gunakan vena dibagian yang paling distal terlebih dahulu

hindarkan pemasangan selang intra vena di pergelangan tangan klien, di daerah yang mengalami
peradangan, di ekstermitas yang sensasinya menurun.

bila pada lingkungan banyak klien, perlu dipasang sampiran

2.8 CARA MENGITUNG CAIRAN INFUS

• Mililiter per jam

cc/jam = jumlah total cairan infus (cc)


lama waktu pengifusan (jam)
Contoh: 3000 ml diinfuskan dalam 24 jam, maka jumlah milliliter perjamnya adalah sebagai berikut:
3000 / 24 = 125 ml/h

• Tetes per menit

Jumlah total cairan infus ( cc) x faktor tetesan


Lama waktu penginfusan ( menit)

Contoh: 1000 ml dalam 8 jam, faktor tetesan 20


1000 x 20 / 8 x 60 = 41 tpm (tetes per menit)

(Kusyati, Eni. 2006. keterampilan dan prosedur laboraturium keperawatan dasar, hal 275)

BAB III

PENATALAKSAAN DI LAHAN DAN MENURUT TEORI

3.1 PENATALAKSANAAN DILAHAN

1. Perawat cuci tangan


2. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan dan pasang sampiran
3.Mengisis selang infus
4. Membuka plastik infus set dengan benar
5. Tetap melindungi ujung selang seteril
6.Menggantungkan infus set dengan cairan infus dengan posisi cairan infus mengarah keatas
7. Menggantung cairan infus di standar cairan infus
8.Mengisi kompartemen infus set dengan cara menekan ( tapi jangan sampai terendam )
9. Mengisi selang infus dengan cairan yang benar
10.Menutup ujung selang dan tutup dengan mempertahankan keseterilan
11.Cek adanya udara dalam selang
12.Pakai sarung tangan bersih bila perlu
13. Memilih posisi yang tepat untuk memasang infuse

14.Memilih vena yang tepat dan benar


15. Memasang torniquet
16. Desinfeksi vena dengan tekhnik yang benar dengan alkohol dengan tekhnik sirkuler atau dari atas ke
bawah sekali hapus
17. Buka kateter ( abocath ) dan periksa apakah ada kerusakan
18.Menusukan kateter / abocath pada vena yang telah dipilih dengan apa arah dari arah samping
dengan derajat 45 0.
19.Memperhatikan adanya darah dalam kompartemen darah dalam kateter, bila ada maka mandrin
sedikit demi sedikit ditarik keluar sambil kateter dimasukan perlahan-lahan
20. Torniquet dicabut
30.Menyambungkan dengan ujung selang yang telah terlebih dahulu dikeluarkan cairannya sedikit, dan
sambil dibiarkan menetes sedikit
31. Memberi plester pada ujung plastik kateter / abocath tapi tidak menyentuh area penusukan untuk
fiksasi
32.Membalut dengan kassa bethadine seteril dan menutupnya dengan kassa seteril kering
33. Memberi plester dengan benar dan mempertahankan keamanan kateter / abocath agar tidak
tercabut
34. Mengatur tetasan infus sesuai dengan kebutuhan klien
35.Alat-alat dibereskan dan perhatikan respon klien
36.Perawat cuci tangan
37.Catat tindakan yang dilakukan

3.2 MENURUT TEORI

siapkan peralatan dan bawa ke dekat klien

cuci tangan

siapkan cairan infuse dan infuse set

buka kemasan steril dengan menggunakan tekhnik aseptic

R = mencegah kontaminasi pada objek steril

periksa larutan dengan menggunaan “lima tepat” :

tepat klien
tepat obat (tanggal kadaluarsa)

waktu

dosis (tetesan infuse yang di butuhkan)

rute (jalan yang diberikan melalui IV)

Yakinkan tambahan resep (missal : kalium dan vitamin, oxsitosin ) telah di tambahkan. Observasi
kebocoran kantung cairan.

R = larutan IV adalah obat dan harus dengan hati-hati diperiksa untuk mengurangi resiko kesalahan.
Larutan yang berubah warna , mengandung partikel, atau kadaluarsa tidak di gunakan. Kebocoran
kantung menunjukkan kesempatan kontaminasi dan tidak boleh di gunakan.

buka penutup botol invus dan buka set infuse dengan mempertahankan sterilitas dari kedua ujung.

R = mencegah bakteri masuk ke peralatan infuse dan aliran darah.

tempatkan klem rol kurang lebih 2-5 cm di bawah ruang drip dan gerakkan klem rol pada posisi “off”

R = kedekatan klem rol pada ruang drip memungkinkan pengaturan lebih akurat tentang kecepatan
aliran. Gerakkan klem pada “off” mencegah penetesan cairan pada klien, perawat, tempat tidur, atau
lantai.

lepaskan pembungkus lubang slang IV pada kantung larutan IV plastic. Tusukkan set infuse ke dalam
kantung cairan atau botol.

R = memberi akses untuk insersi slang infuse ke dalam larutan

NB=jangan menyentuh jarum penusuk botol infuse karena bagian ini steril.jika misal jarum jatuh
kelantai, buang slang IV tersebut dang anti dengan yang baru.

aliran larutan IV pada slang infuse. Tekan ruang drip dan lepaskan, ini memungkinkan pengisian 1/3
sampai ½ penuh.

R = menjamin slang bersih dari udara sebelum penyambungan ke IV, dan mencegah udara masuk ke
dalam slang.

pelindung jarum tidak di lepas dan lepaskan klem rol untuk memungkinkan cairan mengalir dari ruang
drip melalui slang ke adapter jarum. Kembalikan klem rol ke posisi “off” setelah slang terisi.

R = pengisian lambat slang menurunkan turbelens dan terbentuknya gelembung. Keluarkan udara dari
slang dan biarkan slang terisi larutan. Penutupan klem mencegah kehilangan cairan yang tidak sengaja.

Yakinkan slang bersih dari udara dan gelembung udara.

R = gelembung udara besar dapat bertindak sebagai emboli


Pasang perlak

Jika ada rambut, cukur daerah tersebut ± 2 inchi / 5cm

R = Mengurangi resiko kontaminasi dari bakteri pada rambut. Juga membantu mempertahankan
keutuhan balutan intra vena dan membuat pelepasan plester tidak terlalu menimbulkan nyeri.
Pencukuran dapat menyebabkan mikroabrasi dan menjadi predis posisi terjadinya infeksi (
metheny,1996).

Apabila memungkinkan, letakkan ekstermitas pada posisi dependen ( dalam keadaan ditompang
sesuatu).

R = Memungkinkan dilatasi vena sehingga vena dapat dilihat.

Siapkan alat2 yang tidak steril:

a) Pasang perlak dibawah tangan/area yang akan di infuse

b) Siapkan plester ukuran 1.25 panjang ± 9cm

c) Siapkan kasa steril

d) Buka insersi bevel

R = untuk mempermudah saat melakukan tindakan

pasang tourniquet ± 5-7 inchi / 10-15 cm di atas / di daerah yang akan ditusuk

R = tourniquet menekan aliran balik vena tetapi tidak menyumbat aliran arteri.

Kenakan sarung tangan (tangan kanan steril tangan kiri bersih)

R = mengurangi pemaparan pada organisme HIV , hepatitis dan organismme yang di tularkan melalui
darah.

Bersihkan daerah penusukan dengan kapas alcohol dengan arah melingkar dari tengah ketepi

R = agar terhindar dari mikroorganisme / tidak terkontaminasi

Lakukan fungsi vena. Fiksasi vena dg meregangkan kulit berlawanan dg arah insersi 5-7 cm dari arah
distal ke tempat fungsi vena

a) ONC = insersi bevel (bagian ujung jarum yang miring) dg membentuk sudut 20-30 derajat searah dg
aliran balik darah vena distal terhadap tempat fungsi vena yang sebenarnya.

R = memungkinkan perawat menempatkan jarum menjadi pararel dg vena sehingga saat vena
difungsi,resiko menusuk vena sampai tembus keluarr berkurang
Lihat aliran balik melalui srelang jarum aliran balik darah di ONC,yang mengindikasikan bahwa jarum
telah memasuki vena. Jika sudah terasa pas masuk ke vena insersi bevel di landaikan dan di masukkan
sampai penuh

R=penggunaan jari yang sama mempengaruhi terjadinya sensitifitas terhadap kajian yang lebih baik
tentang kondisi vena.Rendahkan jarum sampai hamper menyentuih kulit. Masukkan lagi kateter sekitar
seperempat inci ke dalam vena dan kemudian longgarkan stylet(bagian pangkal jarum yang di masukkan
ke vena)

Stabilkan kateter dg salah satu tangan ,lepaskan tourniquet dan lepaskan stylet dari ONC, tekan ujung
area penusukan.

R = Mengurangi aliran balik darah

Hubungkan adapter jarum infuse ke hub ONC atau jarum. Jangan sentuh titik masuk adapter jarum atau
bagian dalam hub ONC .

R = dengan menghubungkan set infuse dengan tepat,kepatenan vena dicapai. Mempertahankan


sterilisasi.

Lepaskan klem penggeser untuk memulai aliran infuse dengan kecepatan tertentu untuk
mempertahankan kepetenan selang intra vena.

R= Memungkinkan aliran vena dan mencegah obstruksi aliran larutan IV.

Fiksasi kateter IV atau jarum:

Lepaskan sarung tangan sebelah kiri

R = agar plester tidak menempel pada sarung tangan.

Tempelkan plester kecil(1-25 cm) di bawah hub kateter dg sisi perekat kearah dan silangkan plester
diatas hub.

R : Mencegah kateter lepas darivena tanpa sengaja.

Berikan sedikit larutan atau salep yodium-povidin pada tempat pungsi vena. Biarkan larutan mengering
sesuai dengan kebijakan lembaga.

R : Larutan atau salep yodium-povidin merupakan antiseptic topical yang mengurangi bakteri pada kulit
dan mengurangi resiko infeksi local atau sistemik. Apabila menggunakan balutan trasparan, larutan
yodium-povidin direkomendasikan ; salep mengganggu perekatan balutan pada kulit.

Tempelkan plester kecil yang kedua, langsung silangkan ke hub kateter.

R : Mencegah terlepasnya infuse IV secara tidak sengaja


tempatkan kasa balutan yang berukuran 4 cm di atas fungsi vena dan hub kateter. Jangan menutupi
hubungan antara selang intravena dan hub kateter. Tempelkan 2 lembar plaster mengikuti panjang kasa
atau sepanjang 9 cm. sarung tangan dapat di lepas supaya tidak menempel ke plaster

Fiksasi selang infuse ke kateter dengan sepotong plester berukuran 2,5 cm.

R : Menstabilkan hubungan infuse dengan kateter lebih lanjut.

Buang sarung tangan dan rapikan alat yang sudah di gunakan ,selanjutnya cuci tangan

R = mengurangi penularan mikroorganisme

Tulis tanggal ,waktu pemasangan selang IV ,ukuran jarum, dan tanda tangan serta inisial perawat pada
plaster.

R = Memberikan data yang cepat tentang tanggal insersi IV dan dapat di ketahui penggatian balutan
selanjutnya

Atur kecepatan aliran untuk mengoreksi tetesan per menit

R =R memoertahankan kecepatan aliran larutan IV yang benar

Observasi klien setiap jam untuk menentukan responnya terhadap terapi cairan:

Jumlah larutan benar dan sesuai dangan program yang ditetapkan

Kecepatan aliran benar (tetesan per menit )

Kepatenan intra vena

Tidak terdapat infiltrasi, flebitis atau inflamasi.

R = memberikan evaluasi type dan jumlah cairan yang di berikan kepada klien secara
berkesinambungan. inspeksi per jam mencegah terjadinya beban cairan berlebih tanpa sengaja atau
hidrasi yang tidak adekuat

Evaluasi

Setelah di lakukan pemasangan infuse pada klien, tidak terlihat atau terdapat tanda-tanda peradangan.

Dokumentasi

(Poter, Perry. 2005. Hal 1647-1655)

Contoh dokumentasi :

Tgl Implementasi/tindakan keperawatan


08/11/2012 Memasang infuse (tipe cairan)

Jam 09.30 Tempat insersi (melalui IV)

Kecepatan aliran (tetesan/menit)

Respon klien setelah dilakukan tindakan pemasangan infuse

BAB IV

EVALUASI

4.1 Kesenjangan

Penetalaksaan di lahan dan di teori untuk kesenjangan hanya di temukan pada point pemesangan
perlak/pengalas pada legang ibu dikeranakan dilahan sudah terpasang perlak pasca persalinan, dan
tidak dilakukan pencukuran karena tidak ada bulu di area yang akan dilakukan pemasangan infus, untuk
aliran tetesaannya dilahan mengguanakan drif, losse karena dilahan ibu mengalami perdarahan post
patum diagnosa retensio plasenta, yang kurang lebih 500 cc, untuk itu ibu memerlukana pengganti
cairan segera.

4.2 Evaluasi Pada Pasien

Setelah dipasang/ diperikan larutan RL dan 1 amp oxsitosin dan di drif perdarahan ibu sudah
mulai berhenti kurang lebih 30 menit perdahan hanya 50 cc, kontraksi keras, ibu merasa mules dan
Tekanan Darah 110/80 MmHg.
BAB V

PENUTUP

Saran dan Kesimpulan

Pemberian cairan melalui intravena sangat penting karena itu merupakan tindakan yang sangat
tepat, semisal febris, memberian obat yang konsisten dan memerlukan pemeberian melalui intavena.
Apalagi untuk tindakan perdarahan post partum, untuk itu bagi para medis di perlukan keterampilan
dan skill yang tepat, untuk indikasi permasalahan tersebut .Kesimpulanya kesenjangan antara dilahan
dan di teori tidak terlalu signifikan dan tidak menggangu dan tidak menggangu fungsi pemeberian cairan
intravena,
DAFTAR PUSTAKA

• Hidayat, A, dkk. 2005. Buku Saku: Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC

• Kusyati, Eni. 2006. keterampilan dan prosedur laboraturium keperawatan dasar. Jakarta:EGC

• 6. Arifianto.2006.Pemberian Cairan Infus Intravena (Intravenous


Fluids). http://www.sehatgroup.web.id/?p=20.admin.17.11.2012. 08:47

• Pawiroharjo, Sarwono, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Tridasa Printer.

Anda mungkin juga menyukai