Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI PADA


NY. RA UMUR 22 TAHUN P1001 POST SC
DI RUANG CANIGARA RS. BALIMED
PADA TANGGAL 9 OKTOBER – 18 OKTOBER 2017

Oleh Kelompok III :

Made AprilliaNegari P07124214008


Ni LuhAyuIntanPermani P07124214035
Kadek Novi Lestari Dewi P07124214055

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI DIV KEBIDANAN KLINIK
2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI PADA NY. RA UMUR
22 TAHUN P1001 POST SC
DI RUANG CANIGARA RS. BALIMED
PADA TANGGAL 9 OKTOBER – 18 OKTOBER 2017

OLEH KELOMPOK III

Made AprilliaNegari P07124214008


Ni LuhAyuIntanPermani P07124214035
Kadek Novi Lestari Dewi P07124214055

Telah disahkan,
Denpasar,

Mengetahui Mengetahui
Pembimbing Institusi Pembimbing Praktik

Ni Luh Putu Sri Erawati, S.Si.T,MPH Ni Putu Indah Sawitri A.Md., Keb
NIP.19750825200122002

Mengetahui
Penanggung Jawab MK

Ni Nyoman Suindri, SSi.T.,M.Keb


NIP. 197202021992032004
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum
matakuliah Praktik KebidananKlinikKomprehensifdi Bali Med dengan baik. Dalam
penyusunan laporan ini, tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran pembuatan laporan ini, yakni
yang terhormat :
1. Ibu Ni Gusti Kompiang Sriasih, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar.
2. Ibu Ni Luh Putu Sri Erawati, S.Si.T., MPH selaku dosen pembimbing dalam
penyusunan laporan mata kuliah Praktik Kebidanan Klinik Komprehensif ini
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.
3. Ni Wayan Armini, SST,M. Keb sebagai penanggung jawab mata kuliah
Praktik Kebidanan Klinik Komprehensif.
4. Pembimbing di wahana praktik di Rumah Sakit BaliMed yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing kami di wahana praktik.
5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang telah
membantu dalam penyusunan laporan hasil praktikum ini.
Dalam laporan ini, penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki
beberapa kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun
dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Denpasar, 7 Oktober 2017

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………. . 1
B. Tujuan Praktik................................................................................................ 2
C. Manfaat Praktik ............................................................................................. 3
D. Sistematika Penulisan Laporan...................................................................... 4
BAB II KAJIAN TEORI
I. Data yang dikaji pada ibu nifas Post SC......................................................... 5
A. Data Subjektif.......................................................................................... 5
B. Data Objektif............................................................................................ 5
C. Analisa Data............................................................................................. 8
D. Penatalaksanaan....................................................................................... 8
II. Asuhan Kebidanan Nifas................................................................................ 10
A. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menusui Komprehensif............................ 10
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Data Subjektif.......................................................................................... 13
B. Data Objektif ........................................................................................... 16
C. Analisa...................................................................................................... 17
D. Penatalaksanaan....................................................................................... 18
BAB IV PEMBAHASAN
A. Data Subjektif.......................................................................................... 22
B. Data Objektif............................................................................................ 22
C. Analisa...................................................................................................... 23
D. Penatalaksanan......................................................................................... 23
BAB V PENUTUP
A. Simpulan.................................................................................................. 24
B. Saran......................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut data Word Health Organitation (WHO), sebanyak 99% kematian ibu
akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio
kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450
kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika di bandingkan dengan rasio
kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran, 81% AKI
akibat komplikasi selama hamil, bersalin dan 25% selama masa post partum.
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-
alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung
selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2008).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat - alat
kandungan pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama 6 - 8 minggu. Periode nifas merupakan masa kritis bagi ibu, diperkirakan
bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, yang mana
50% dari kematian ibu tersebut terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan.
Selain itu, masa nifas ini juga merupakan masa kritis bagi bayi , sebab dua pertiga
kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi
baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir (Saifuddin, 2002). Untuk itu
perawatan selama masa nifas merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan
Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan
angka kematian ibu dan bayi di indonesia. Dari berbagai pengalaman dalam
menanggulangi kematian ibu dan bayi di banyak negara, para pakar kesehatan
menganjurkan upaya pertolongan difokuskan pada periode intrapartum upaya ini
terbukti telah menyelamatkan lebih dari separuh ibu bersalin dan bayi baru lahir yang
disertai dengan penyulit proses persalinan atau komplikasi yang mengancam
keselamatan jiwa. Namun, tidak semua interpensi sesuai bagi suatu negara dapat
dengan serta merta dijalankan dan memberi dampak menguntungkan bila diterapkan
dinegara lain (Saleha, 2009).
Banyak faktor yang menyebabkan keadaan gawat darurat pada ibu antara lain
persalinan lama, tertinggalnya plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah, KPD atau
keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum yaitu perdarahan antepartum dan
postpartum. Pada kasus panggul sempit juga dapat meningkatkan resiko kematian
pada ibu dan bayi sehingga diperlukan salah satu cara alternatif lain dengan
mengeluarkan hasil konsepsi melalui sayatan pada dinding uterus melalui dinding
perut yang di sebut Sectio Caesaria (Mochtar. R, 1998). Sectio Caesaria merupakan
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding rahim. Beberapa
kerugian dari persalinan SC ini seperti adanya komplikasi lain yang dapat terjadi saat
tindakan bedah caesar dengan frekuensi diatas 11 % antara lain cedera kandung
kemih, ceder rahim, cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus, serta infeksi
pada luka jaritan.
Maka dari itu asuhan kebidanan pada masa nifas sangat diperlukan bagi ibu
yang melakukan persalinan normal dan pada ibu yang post SC untuk membantu
menurunkan AKI maupun AKB. Dalam periode ini masa nifas merupakan masa
kritis baik bagi ibu maupun bayi. Dimana masa nifas tersebut adalah masa dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti
keadaan semula seperti sebelum hamil. Masa nifas berlangsung 6 minggu atau 42
hari. Dalam masa nifas ini terjadi perubahan fisik, involusi uterus dan pengeluaran
lochea, laktasi atau pengeluaran ASI, dan perubahan psikis. Dalam masa nifas alat-
alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur- angsur pulih kembali seperti
keadaan sebelum hamil.
Dengan adanya asuhan masa nifas ini dapat menurunkan angka kematian dan
kesakitan. Penatalaksanaan asuhan kebidanan yang menyeluruh teratur akan
meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan yang bermutu pada ibu dimasa nifas.
Serta pelayanan di tujukan juga untuk memantau tanda-tanda bahaya nifas serta
kemungkinan-kemungkinan tanda bahaya yang akan terjadi. Masa nifas dalam
konteks sosial, mencerminkan banyak transisi bagi orang tua, anak dan anggota
keluarga yang lain (Zufrias,2009)
Perawatan masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan dalam
mobilisasi, anjuran untuk kebersihan diri , pengaturan diet, pengaturan miksi dan
defekasi, perawatan payudara (mammae) yang ditujukan terutama untuk kelancaran
pemberian air susu ibu guna pemenuhan nutrisi bayi, dan lain - lain (Rustam Mochtar,
1998 dan Saifuddin, dkk 2002).

B. TUJUAN

1. Tujuan umum
Untuk menerapkan asuhan kebidanan nifas pada ibu nifas normal.
2. Tujuan khusus
Menetapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah kedalam proses
asuhan kebidanan serta mendapat pengalaman dalam melaksanakan asuhan
kebidanan penulis diharapkan mampu :
a. Melaksanakan pengkajian data subjektif pada masa nifas post sc
b. Melaksanakan pengkajian data objektif pada masa nifas post sc
c. Menentukan analisis data pada masa nifas post sc
d. Melakukan penatalaksaan pada masa nifas post sc

C. Metode Praktik
Dalam melakukan Praktik Kebidanan Klinik Komprehensif di RS BaliMed,
terdapat beberapa metode praktik yang digunakan, antara lain :

1. Anamnesa
Metode anamnesa dilakukan dengan cara melakukan anamnesa terhadap
ibu, keluarga, perawat dan bidan yang merawat ibu tersebut untuk
mendapatkan data subyektif.

2. Observasi
Metode observasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data dengan
mengadakan pengamatan yang sistematis, pengamatan yang dimaksud
bisa secara langsung pada dokumen atau catatan khusus. Dengan metode
observasi, mahasiswa melakukan pengamatan yang sistematis terhadap
asuhan kebidanan klinik komprehensif.
3. Studi Dokumentasi
Metode studi dokumentasi merupakan metode dengan mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar,
majalah, agenda dan sebagainya. Dalam metode ini mahasiswa mencari
data mengenai pelayanan yang diberikan oleh bidan dari catatan maupun
buku-buku yang ada.
4. Studi Kepustakaan
Metode kepustakaan dilakukan melalui penelitian langsung ke
perpustakaan, guna mencari informasi dan teori-teori yang berkaitan
dengan asuhan kebidanan berupa buku-buku serta dokumen yang ada
relevansinya dengan asuhan kebidanan klinik komprehensif.

D. Sistematika Penulisan Laporan


Dalam laporan pendahuluan praktik terintegrasi ini terdiri dari 5 BAB,
antara lain BAB I yaitu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang yang
mengangkat perlunya diberikan asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal
dan neonatal, tujuan praktik, metode praktik dan sistematika laporan. BAB II
yang terdiri dari tinjauan teori, BAB III yaitu tinjauan kausu, BAB IV yaitu
pembahasan dan BAB V yaitu penutup. Dalam laporan kasus ini dilengkapi
juga dengan daftar pustaka.
BAB II

KAJIAN TEORI

I. Data yang di kaji pada Ibu Nifas Post SC


Data yang harus didokumentasikan secara tepat dan benar, pada dasarnya ada
2 jenis yaitu data subjektif dan data objektif. Data subjektif yang merupakan data
riwayat kesehatan yang diperoleh dari wawancara dari pasien dan keluarga,
sedangkan data objektif diperoleh dari pengkajian fisik dengan cara inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi (prihardjo, 2005).

A. Data Subjektif
Data yang dikumpulkan ter-diri dari :
1) Identitas

a) Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,


pekerjaan, alamat, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
nomor rekam medis
b) Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, alamat, serta hubungan dengan klien
2) Riwayat kesehatan

a) Riwayat sebelum masuk rumah sakit : menggambarkan kondisi


kehamilan selama di rumah atau sebelum dilakukan tindakan sectio
caesarea
b) Keluhan utama : keluhan utama dikumpulkan untuk menetapkan
prioritas intervensi dan untuk mengkaji tingkat pemahaman klien
tentang kondisi kesehatannya saat ini.
c) Riwayat kesehatan dahulu : pada riwayat kesehatan dahulu apakah klien
pernah menderita penyakit pada kehamilan sebelumnya atau ada faktor
predisposisi
d) Riwayat kesehatan keluarga : apakah anggota keluarga mempunyai
penyakit keturunan seperti hipertensi, DM, jantung atau riwayat
penyakit menular seperti hepatitis, HIV/AIDS, dan TBC

3) Riwayat ginekologi dan menstruasi


Riwayat ginekologi
a) Riwayat menstruasi : usia pertama kali haid, lamanya haid, siklus haid,
banyaknya darah, keluhan, sifat darah dan haid terakhir, HPHT dan
tafsiran kehamilan
b) Riwayat perkawinan : usia saat menikah dan usia pernikahan,
pernikahan ke berapa
c) Riwayat keluarga berencana : jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum
hamil, waktu dan lamanya, apakah ada msalah jenis kontrasepsi yang
akan digunakan

Riwayat obstetrik

a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : meliputi umur


kehamilan, tanggal persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, berat
badan anak waktu lahir, masalah yang terjadi dan keadaan anak
b) Riwayat kehamilan sekarang : meliputi usia kehamilan, keluhan selama
hamil, apakah mendapatkan suntikan TT. Perubahan berat badan selama
hamil, tempat pemeriksaan dan frekuensi
c) Riwayat persalinan sekarang : meliputi tanggal, jam, dan lamanya
persalinan, jenis persalinan dan jenis kelamin bayi

4) Pola aktivitas sehari-hari


a) Nutrisi : kaji adanya perubahan dan masalah dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi karena kurangnya nafsu makan, kehilangan sensasi
mengecap, menelan, mual dan muntah
b) Eliminasi (BAB dan BAK ): bagaimana pola eliminasi BAK dan BAB
apakah ada perubahan selama sakit atau tidak
c) Istirahat dan tidur : kesulitan tidur dan istrahat karena adnya nyeri dan
kejang otot
d) Personal hygiene : klien biasanya belum dapat melakukan aktifitas
perawatan sendiri akibat dari kelemahan perlu untuk mendapatkan
bantuan dari perawat keluarga
e) Aktifitas gerak : kaji adanya kehilangan sensasi atau paralise dan
kerusakan dalam memenuhi kebutuhan aktifitas sehari-harinya karena
adnya kelemahan

5) Data psikologis, social dan spiritual


Data psikologi
a) Status emosi : klien menjadi iritable atau emosi yang labil terjadi secara
tiba-tiba klien menjadi mudah tersinggung
b) Peran : pola perilaku,sikap, dan peran menjadi seorang ibu

Data social: pada data objektif akan didapatkan ketidakmampuan,


kehilangan kemampuan berkomunikasi secara verbal, ketergantungan pada
orang lain dan sosialisasi dengan lingkungan. Pada data subjektif ditemukan
sikap klien yang sering menarik diri dari orang lain dan lingkungan karena
hanya akan membebani orang lain

Data spiritual : perlu dikaji keyakinan klien tentang kesembuhannya


dihubungkan dengan agama yang dianut klien dan bagaimana persepsi klien
tentang penyakitnya.bagaimana aktivitas spiritual klien selama menjalani
perawatan di rumah sakit dan siapa yang menjadi pendorong dan motivasi
bagi kesembuhan klien
B. Data Objektif

a) Keadaan umum : keadaan umum pasien di nilai mulai saat pertama kali
bertemu dengan pasien
b) Kesadaran : pada umumnya tingkat kesadaran terdiri dari 6 tingkatan
yaitu compos mentis, apatis, somnolen, delirium, sopor, koma
c) Tanda-tanda vital : dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital seperti
tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi untuk memantau kondisi ibu
d) Sistem perkemihan : kaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada
daerah pinggang, observasi dan palpasi daerah abdomen bawah untuk
mengetahui adanya retensi urine dan kaji tentang keadaan alat-alat
genitourunari bagian luar mengenai bentuknya, ada tidaknya nyeri tekan
dan benjolan serta bagaimana pengeluaran urinnya, lancar atau ada nyeri
sewaktu miksi, serta bagaimana warna urine.
e) Sistem reproduksi : kaji 24 jam post sc, payudara lunak dan tidak nyeri
tekan, puting bebas dari area-area pecah, kemerahan dan pembesaran
payudara, fundus uteri, kontraksi kuat dan terletak diumbilikus, aliran
lokhea sedang dan bebas bekuan.

C. ANALISA DATA

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berfikir


nasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan. Serta untuk
menghasilkan suatu permasalahan yang ada dari data yang ada, dari analisa bisa
didapatkan diagnosa yang menguraikan respon actual atau potensial klien
terhadap masalah kesehatan yang didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan
literature yang berkaitan, catatan medis klien masa lalu dan konsultasi dengan
professional lain, yang semuanya dikumpulkan selama proses pengkajian
(Nursalam.2001)
Diagnose yang mungkin muncul pada klien dengan section caesarea yaitu :

a. Nyeri pada luka pembedahan


b. Cemas
c. Gangguan eliminasi
d. Gangguan pemenuhan ADL
e. Resiko tinggi terjadinya infeksi

D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien Pra SC adalah
a) Persiapan kamar operasi
b) Pengambilan darah untuk tranfusi sebanyak 1000-2000 cc (pra
operasi)
c) Pemeriksaan laboratorium seperti HB, Leukosit, masa perdarahan,
masa pembekuan
d) Melakukan puasa 6-8 jam
e) Melakukan pencukuran area operasi
f) Pengukuran tanda-tanda vital
g) Pemasangan dower kateter
h) Pemberian obat premidikusi
i) Informant consent
j) Pemeriksaan EKG jika diperlukan

Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien Post SC diantaranya:


Penatalaksanaan secara medis
a) Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam
Mefenamat, Ketorolak, Tramadol
b) Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.
c) Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain. Walaupun
pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif dapat dipersoalkan,
namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.
d) Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat atau NaCl.

Penatalaksanaan secara keperawatan


a) Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan
30 menit pada 4 jam kemudian.
b) Pemantauan kebutuhan cairan pasien terpenuhi secara adekuat

Kreteria Hasil:
a) Intake cairan + 1500 – 2000 cc/hari
b) Urine + 1-2 /kg BB/ jam

c) Lochea + 50 cc

c) KIE mengurangi dan mengatasi gangguan rasa nyeri akibat operasi


d) Perawatan luka operasi
e) Mobilisasi
a. Pada hari pertama setelah operasi pasien harus turun dari tempat tidur
dengan dibantu paling sedikit 2 kali.
b. Pada hari kedua penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi
dengan bantuan.
f) Pemulangan, Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada
hari kedua atau ketiga setelah operasi.

II. ASUHAN KEBIDANAN NIFAS

A. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui Komprehensif


Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya
memerlukan waktu 6- 12 minggu.
Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas adalah untuk menjaga
kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis, melaksanakan skrinning
secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu maupun bayi, memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta
perawatan bayi sehari-hari, memberikan pelayanan keluarga berencana serta
mendapatkan kesehatan emosi.
1. 2 Jam Masa Nifas (Kala IV)
a. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus uteri, kandung kemih dandarah
yang keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit
selama satu jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal,
tingkatkan frekusensi observasi dan penilaian kondisi ibu.
b. Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15menit
selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala empat.
Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekusensi observasi dan
penilaian kondisi ibu.
c. Pantau temperatur tubuh setiap jam dalam dua jam pertama pascapersalinan.
Jika meningkat, pantau dan tatalaksana sesuai dengan apa yang diperlukan.
d. Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama satu
jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pada kala empat.
e. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah
darah yang keluar dan bagaimana melakukan masase jika uterus menjadi
lembek.
f. Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu
mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar
nyaman, duduk bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar bayi
diselimuti dengan baik. Bagian kepala tertutup baik, kemudian berikan bayi
ke ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI.
g. Lakukan asuhan esensial bagi bayi baru lahir.
2. 6 Jam Masa Nifas
a. Mencegah perdarahan masa nifas Karena atonia uteri.
b. Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan
bila perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah
perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir.
e. Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
3. 6 Hari Masa Nifas
a. Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi
dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
d. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda
kesulitan menyusui.
f. Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
4. 6 Minggu Masa Nifas
a. Menanyakanpenyulit-penyulit yang dialamiibuselamamasanifas.
b. Memberikankonseling KB secaradini.
5. Komplikasi Masa Nifas
a. Anemia
Risiko ini terjadi bila ibu mengalami perdarahan yang banyak. Apalagi bila
sudah sejak masa kehamilan kekurangan darah terjadi. Di masa nifas, anemia
menyebakan rahim susah berkontraksi. Sehingga menimbulkan atonia uteri.
Sehingga dapat mengancam jiwa ibu. Ini karena darah tak cukup memberikan
oksigen ke rahim.
b. Eklampsi dan Pre Eklampsi
Selama masa nifas di hari ke-1 sampai 28, ibu harus mewaspadai munculnya
gejala preeklampsia. Jika keadaannya bertambah berat bisa terjadi eklampsia,
dimana kesadaran hilang dan tekanan darah meningkat tinggi sekali.
Akibatnya, pembuluh darah otak bisa pecah, terjadi oedema pada paru-paru
yang memicu batuk berdarah. Semuanya ini bisa menyebabkan kematian.
c. Perdarahan Post Partum
1) Perdarahan ini bisa terjadi segera begitu ibu melahirkan. Terutama di dua
jam pertama yang kemungkinannya sangat tinggi.
2) Terjadi perdarahan, maka tinggi rahim akan bertambah naik.
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri Lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu ½ pusat sympisis 500 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. DATA SUBYEKTIF :

Tanggal / jam : 13Oktober 2017 / pukul 13.00 WITA

1. Identitas
a. Nama : Ny. RA
b. Umur : 22 tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : IbuRumahTangga
f. Status Perkawinan: Sah
g. Penghasilan :-
h. Alamat : Jln. Gn. Lumut Gang Nakula, Padang Sambian
i. No. Telp : 087860927xxx
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan nyeri pada luka operasi
3. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sekarang
Pada kehamilan yang ke dua ini ibu mengatakan memeriksakan
kehamilannya di BPM lebih dari 3 kali dan di dokter 2 kali. Pada
kehamilan ini ibu mengatakan tidak pernah mengalami penyulit atau
komplikasi.
Pada tanggal 12 Oktober 2017 pukul 16.30 wita ibu datang ke Ruang
Bersalin RS BaliMed dengan keluhan keluar air pervaginam sejak pukul
16.00 wita. Setelah dilakukan annamnesa ibu mengatakan lupa dengan
HPHT nya, dan dari hasil USG tafsiran persalinan ibu pada tanggal 15
Oktober 2017. Saat ini usia kehamilan ibu 39 minggu 4 hari menurut hasil
USG).
Pada pemeriksaan fisik ibu didapatkan hasil BB: 74 kg, TB: 157 cm,
TD: 110/70 mmHG. Suhu : 36,6o C, nadi :80x/ menit, respirasi 20x/ menit.
Pada pemeriksaan palpasi didapatkan hasil TFU: 3 jari dibawah px,Mcd:
35 cm. Pada palpasi leopold di dapatkan hasil pada bagian atas uterus ibu
teraba 1 bagian bulat, lunak, pada bagian kiri uterus ibu teraba 1 bagian
datar, memanjang dan ada tahanan, pada bagian kanan uterus ibu teraba
bagian- bagian terkecil janin, dan pada bagian bawah uterus ibu teraba 1
bagian bulat, keras dan tidak dapat di goyangkan. TBBJ : 3720 gram. DJJ:
130x/menit, his tidak ada.
Pada pemeriksaan dalam di dapatkan hasil vulva vagina normal, porsio
teraba lunak, pembukaan 1 cm, efficement 25 %, ketuban sudah pecah,
teraba kepala,denuminator belum jelas, penurunan Hodge I, tidak teraba
bagian kecil janin dan tali pusat. Setelah di dapatkan hasil tersebut
selanjutnya dokter melakukan observasi.
Pada pukul 20.30 wita kembali dilakukan pemeriksaan pada ibu, di
dapatkan hasil TD : 120/ 80 mmHg, suhu 36,7oC, nadi 84x/ menit,
respirasi 20x/ menit, DJJ: 138x/ menit, his tidak ada.Pada pemeriksaan
dalam di dapatkan hasil vulva vagina normal, porsio teraba lunak,
pembukaan 1 cm, efficement 25 %, ketuban sudah pecah, teraba kepala,
denuminator belum jelas, penurunan Hodge I, tidak teraba bagian kecil
janin dan tali pusat. Setelah didapatkan hasil pemeriksaan tesebut dokter
melakukan induksi dengan menginstruksikan kepada bidan untuk
memasangkan infus RL + oxytosin 2,5 IU 10 tpm yang kemudian
dinaikkan 10 tpm setiap 30 menit dengan dosis maksimal 60 tpm. Ibu juga
diberikan eritromisin 3 x 500 mg/oral.
Setelah dilakukan observasi selama 2 jam, pada pukul 22.30 wita ibu
mengeluh sakit perut hilang timbul, gerak janin aktif, TD: 110/ 70 mmHg,
Suhu: 36,7o C, nadi: 80x/menit, respirasi 20x/ menit, DJJ 150x/ menit, his
1-2x/10 menit durasi 20-25 detik. Pada pemeriksaan dalam di dapatkan
hasil vulva vagina normal, porsio teraba lunak, pembukaan 1 cm,
efficement 25 %, ketuban sudah pecah, teraba kepala, denuminator belum
jelas, penurunan Hodge I, tidak teraba bagian kecil janin dan tali pusat.
Setelah didapatkan hasil pemeriksaan dokter kembali melakukan induksi
dengan memberikan 5 IU oxytosin 30 tpm di naikkan 10 tpm dalam 30
menit hingga dosis maksimal 60 tpm.
Setelah dilakukan observasi selama 6 jam, pada pukul 22.30 wita.
Setelah didapatkan hasil pemeriksaan tidak ada kemajuan persalinan
dokter menghentikan induksi drip oxytosin karena sudah dianggap gagal
dan memfasilitasi informed consent pada ibu dan suami untuk dilakukan
SC. Ibu dan suami setuju untuk dilakukan SC.
Pada pukul 00.00 wita ibu diantarkan ke ruang OK untuk dilakukan
SC, ibu diberikan anastesi blok. SC berjalan dengan lancar. Pukul 02.00
wita ibu dipindahkan dari OK ke ruang nifas.

3. Riwayat persalinan, nifas terdahulu : tidak ada


4. Pola nutrisi
a. Perubahan nafsu makan : Tidak ada
Frekuensi makan : 3 x sehari
Jenis dan porsi makanan : Nasi, sayur dan lauk sebanyak 1 porsi
b. Jenis dan jumlah minuman : Air putih sebanyak 1 gelas
5. Konsumsi zat besi dan obat-obatan lainnya : ada yaitu zat besi dan vitamin A
6. Pola aktivitas dan istirahat
a. Tidur siang : 1 jam
b. Tidur malam : 8 jam
c. Masalah yang dihadapi : tidak ada
7. BAK dan BAB
a. BAK :
1) Terpasang douwer cateter
2) Jumlah urine : 300 cc jam 13.00 Wita
b. BAB
1) Ibu belum flatus
8. Psikososial
a. Suasana hati : sangat senang dengan kelahiran bayinya
b. Perasaan sebagai orang tua : ibu dan suami sangat senang atas kelahiran
bayi pertamanya
c. Perasaan tentang persalinan dan kelahiran : takut, cemas serta bahagia
d. Pemberian ASI : berhasil, tidak ada kesulitan dalam pemberian ASI
e. Dukungan keluarga : keluarga sangat mendukung dalam perawatan bayi
9. Tanda bahaya yang dialami ibu : Tidak ada
10. Pengetahuan :
a. Bahaya masa nifas hari 1 : tidaktahu
b. Gizi ibu nifas dan menyusui : tahu
c. Personal hygiene : tahu
d. Cara merawat payudara : tahu
e. Cara menyusui yang benar : tidak tahu

B. DATA OBYEKTIF

Tanggal/jam : 13 Oktober 2017 / pukul 13.00 WITA

1. Kesadaran umum : baik


2. Kesadaran : Composmentis
3. Vital sign
a. Suhu : 36o C
b. Nadi : 88 x / menit
c. Tensi : 100/60 mmHg
d. Respirasi : 20 x / menit
4. Inspeksi
a. Muka : normal, tidak mengantuk, tidak pucat
b. Konjungtiva : merah muda
c. Sklera : putih
d. Bibir : lembab
5. Payudara
a. Kebersihan : bersih
b. Bentuk : simetris
c. Putting susu : menonjol
d. Warna : kemerahan
e. Konsistensi : kenyal
f. Air susu : sudah keluar
g. Kelainan payudara : tidak ada
6. Abdomen
a. Distensi : tidak ada
b. Palpasi uterus
Luka operasi : masihbasah di verband
Ukuran : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi : baik, fundus teraba keras
Keadaan verband :kering
7. Genetalia eksterna
a. Terpasang douwer cateter
b. Inspeksi vulva
Lochea : LocheaRubra,jumlahnya 2x ganti pembalut dalam satu
hari, baunya amis, berwarna merah segar
Fistula rectovagina : tidak ada
c. Perenium
Jahitan : tidakada
Oedema : tidak ada
Tanda infeksi : tidak ada
d. Anus
Hemoroid : tidak ada
Tanda human : tidak ada

C. ANALISA

Ny. RA umur 22 tahun P1001 Post SC hari 0

Masalah :
1. Ibu mengeluh masih lelah dan nyeri pada luka operasi
2. Ibu tidak tahu tanda bahaya masa nifas hari 1
3. Ibu tidak tahu cara menyusui yang benar

D. PENATALAKSANAAN

Tanggal : 13 oktober 2017

Pukul : 13.00 wita

Penatalaksanaan yang dapat diberikan kepada Ny. RA Meliputi :


1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa kondisi
ibu dan bayi saat ini dalam keadaan baik, ibu dan keluarga menerima dan
mengerti dengan hasil pemeriksaan.
2. Menginformasikan kepada ibu untuk mobilisasi dini 6 jam post operasi, yaitu
miring kanan dan kiri, ibu mengerti dan bersedia melakukan.
3. Melaksanakan therapy medic melalui cairan intravena:
a. Infus RL + 2 ampuloksitosin s/d 12 jam dengan tetesan 20 tpm.
b. Drip analgetik 2,1 cc/jam
c. Injeksicefotaximi 1gr pukul 20.00 wita 1x saja
4. Memberikan KIE kepada ibu mengenai:
a. Kebutuhan istirahat pada ibu nifas dan menyusui yaitu 2 jam pada siang
hari dan 8 jam pada malam hari dan ibu perlu menyesuaikan waktu istirahat
dengan jadwal istirahat bayi agar ibu tidak kelelahan dan tetap bisa merawat
bayi, ibu mengerti penjelasan yang diberikan.
b. Tanda bahaya masa nifas 1 hari seperti terjadinya perdarahan yang
berlebihan, demam lebih dari 38oC, sekret vagina berbau, kelelahan, bengkak
ditangan dan kaki, pandangan kabur, nyeri perut hebat, nyeri payudara,
payudara bengkak, luka atau perdarahan pada putting susu dan ibu mengerti
tentang bahaya masa nifas.
c. Pentingnya memberikan ASI sesering mungkin setiap 2 jam, ibu
menerima dan mengerti penjelasan yang diberikan.
d. Pentingnya memberikan ASI secara Eksklusif yaitu memberikan ASI saja
tanpa makanan tambahan sampai bayi berumur 6 bulan, ibu menerima dan
mengerti penjelasan yang diberikan

3. Membimbing ibu cara menyusui dengan benar, ibu dapat mempraktikan


menyusui dengan benar.

4. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal / Penatalaksanaan Paraf
Jam

14 Oktober S : Ibu mengatakan masih sakit pada luka bekas operasi dan ibu
2017, jam mengatakan sudah flatus jam 06.00 wita
06.00 wita
O : KU baik, kesadaran : Composmentis, TD : 110/70 mmHg, RR :
20 x/menit, N : 82 x/menit, S: 36,70C, kontraksi uterus baik, luka
bekas operasi masih basah ditutup dengan kasa steril dan tidak
ada perdarahan, douwer cateter masih terpasang urine 400 cc,
pengeluaran lochea rubra + 100 cc , masih terpasang cairan
infuse RL 20 tpm

A : Ny. RA umur 22 tahun P1001 Post SC hari ke-1

P:

1.Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapi,


therapy sudah diberikan sesuai dengan instruksi dokter.

2. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi, ibu


mampu melakukan miring kiri dan kanan
3. Melakukan perawatan vulva hygiene dan
mengobservasi pengeluaran pervaginam. Ibu mengerti dan
sudah mengganti pembalut minimal 2x sehari
4. Menginformasikan kepada ibu untuk tetap
menjaga daerah bekas operasi agar tetap kering dan tertutup
kasa steril, ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
5. Menganjurkan ibu untuk sesering mungkin
menyusui bayinya, ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan dan bersedia melakukan.
S : Ibu mengatakan nyeri luka operasi sudah berkurang

O : KU baik, kesadaran composmentis, TD : 110/60 mmHg, RR : 18


x/menit, N: 88 x/menit, S : 360C, TFU : 2 jari dibawah pusat,
15 Oktober
konraksi uterus baik, luka operasi masih basah ditutup dengan
2017, jam
kasa steril dan tidak ada perdarahan, douwer cateter masih
11.00 Wita
terpasang. Urine 600 cc pengeluaran lochea rubra + 60 cc,
masih terpasang cairan infuse RL 20 tpm

A :Ny. RA umur 22 tahun P1001 Post SC harike-2

P:

1. Melakukan kolaborasi dengan dokter, instruksi aff infus +


DC. Infus dan DC sudah terlepas
2. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum, ibu sudah
mengkonsumsi makanan yang didapat di RS
3. Memberikan terapi oral amoxicillin 3 x 500 mg, Asam
mefenamat 3 x 500 mg dan KIE cara minum. Ibu mengerti
dan bersedia
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dengan tidur
malam 7-8 jam dan tidur siang 1-2 jam atau menyesuaikan
jadwal sewaktu bayi tertidur. ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
5. Memberikan penjelasan mengenai perawatan sehari-hari
pada bayi seperti cara memandikan, perawatan tali pusat,
cara menghangatkan bayi seperti membedong dan metode
kangguru, ibu mengerti dan menerima penjelasan
6. Memberikan penjelasan mengenai tanda bahaya pada bayi
seperti tidak mau menyusu, demam tinggi, terlihat kuning
disekitar tubuh bayi, diare, kejang, dan nafas bayi tampak
cepat. Ibu mengerti dan mampu mengulang penjelasan
7. Memberikan konseling mengenai KB, ibu dan suami masih
merundingkannya.
8. Membantu ibu menyusui bayinya , ibu mampu menyusui
bayinya dengan benar dan bayi menyusu dengan kuat
9. mendokumentasikan hasil pemeriksaan
BAB IV

PEMBAHASAN

A. DATA SUBJEKTIF
Pada pengkajian yang dilakukan pada Ny. RA P1001 ditemukan data subjektif
kelahiran ini merupakan kelahiran anak yang pertama dilakukan tindakan SC dengan
indikasi KPD. Dimana Ny. RA datang ke rumah sakit BaliMed pada tanggal 12
oktober 2017 pukul 16.30 wita dengan keluhan keluar air pervaginam sejak pk. 16. 00
wita. Menurut hasil USG saat ini usia kehamilan ibu 39 minggu 4 hari. Didapatkan
pemeriksaan dalam vulva vagina normal, porsio teraba lunak, pembukaan 1 cm, eff
25 %, ketuban sudah pecah, teraba kepala, denominator belum jelas, penurunan
Hodge I, tidak teraba bagian kecil dan tali pusat. Setelah dilakukan observasi selama
6 jam pada pukul 22.30 wita dan dokter sudah melakukan induksi dengan
memberikan 5 IU oxytosin 30 tpm dinaikan 10 tpm dalam 30 menit hingga dosis
maksimal 60 tpm dikarenakan tidak ada kemajuan persalinan dokter segera
melakukan tindakan SC. Pada kasus ini tindakan yang dilakukan oleh dokter tidak
ada kesenjangan antara teori dan praktik. Setelah dilakukan operasi dan diberi
perawatan di ruang nifas, ibu mengeluh nyeri pada luka post SC. Keluhan nyeri
terjadi akibat insisi terputusnya kontinuitas jaringan akibat laparotomi pada dinding
abdomen dan histerotomi pada dinding uterus, maka aliran darah pada jaringan
tersebut akan terhambat dan menyebabkan nyeri.

B. DATA OBJEKTIF
Pengkajian data objektif ditemukan hasil tanda vital dimana tekanan darah
110/70 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 36,40C, respirasi 22x/ menit. Pemeriksaan fisik
pada abdomen terdapat luka bekas jaritan post operasi tidak ada masalah potensial
seperti infeksi pada luka bekas operasi, adapun tindakan segera yang dilakukan yaitu
dengan berkolaborasi anatara dokter spesialis kandungan dengan tenaga kesehatan
untuk melakukan perawatan luka bekas operasi untuk menjaga luka agar tidak terjadi
infeksi dan luka dapat segera sembuh., genetalia terpasang kateter, TFU 2 jari di
bawah pusat, kontraksi baik dan lochea rubra. Berdasarkan data tentang perubahan
perubahan pada masa nifas secara umum memiliki kesamaan dengan tinjauan teori,
sehingga dapat disimpulkan tidak ada senjangan teori dengan kasus.

C. ANALISA
Intervensi data terdiri dari penentuan diagnosa, menentukan masalah dan
kebutuhan pada ibu post partum dengan SC . Diagnosa yang ditegakan dalam lingkup
praktik kebidanan adalah Ny. RA P1001 dengan post SC dan memenuhi standar
bahwa beberapa masalah yang muncul antara lain nyeri akut, resiko infeksi,
menyusui tidak efektif, mobilitas adekuat dan kurang pengetahuan. Jadi pada langkah
ini tidak ada kesenjaangan antara teori dengan kasus.

D. PENATALAKSANAAN
Pada kasus Ny. RA P1001 dengan post SC Asuhan yang dilakukan secara
komprehensif yaitu Post SC hari 0 sampai Post SC hari ke 2 dengan penatalaksanaan
yg diberikan yaitu :
1. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
2. Observasi pengeluaran lochea
3. Mobilisasi/ aktifitas
4. Perawatan luka operasi
5. Pemberian terapi sesuai dengan advis dokter
6. Memberikan konseling mengenai
a. Tanda bahaya masa nifas
b. Istirahat dan tidur
c. Nutrisi
d. Asi Ondemand dan Asi Eksklusif
e. Perawatan bayi baru lahir
f. Tanda bahaya bayi baru lahir
g. KB

BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan semula seperti sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung 6 minggu atau 42 hari. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama. Masa nifas dengan persalinan normal yang tidak
diberikan asuhan yang efektif memiliki tingkat kematian ibu nifas yang tinggi
apalagi asuhan yang tidak efektif terjadi pada masa nifas setelah persalinan yang
dijalani melalui bedah Caesar, yang mampu menimbulkan banyak komplikasi
antara lain cidera kandung kemih, cidera rahim, cidera pada pembuluh darah,
cidera pada usus dan infeksi pada rahim/endometritis, alat-alat berkemih, usus
serta infeksi akibat luka operasi.
Setelah dilakukan pengkajian SOAP Pada Ny. RA P1001 dengan post SC
dapat diambil kesimpulan berupa:
1. Mahasiswa telah mendapatkan pengalaman nyata dalam penerapan
asuhan kebidanan nifas dan menyusui pada Ny. RA P1001 dengan post SC
menggunakan metode SOAP secara komprehensif.
2. Selama melakukan asuhan kebidanan nifas dan menyusui secara
komprehensif, mahasiswa tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktik
pada asuhan kasus Ny. RA yang di kaji, asuhan kebidanan yang diberikan selama
masa nifas di Ruang Nifas RS BaliMed sudah sesuai dengan teori yang ada.
B. Saran
1. Untuk mahasiswa
Agar dapat memberikan asuhan kebidanan patologi pada masa nifas dengan
baik dan dapat mengaplikasikan teori dengan praktik yang dilakukan.
Diharapkan mahasiswa kebidanan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang didasari oleh ilmu pengetahuan dengan
menambah wawasan mengenai asuhan persalinan patologi dari lahan praktik
maupun dari pengalaman belajar di kampus.
2. Diharapkan lahan praktik untuk selalu memberikan asuhan kebidanan
khusunya pada pelayanan ibu nifas secara maksimal dan yang terbaik sesuai
dengan prosedur yang sudah ditentukan sehingga menghasilkan pelayanan
nifas yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan klien.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, J. 2005. Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC.


Departemen Kesehatan R.I. (2005). Rencana Strategi Departemen Kesehatan. Jakarta:
Depkes RI
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta:
TIM.
Kuliah bidan. 2008. Perubahan dalam Masa Nifas.
https://kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/19/perubahan-dalam-masa-
nifas/
Reeder, dkk. 2011. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanta, Bayi Dan
Keluarga. Edisi 8. Jakarta: EGC
Rukiyah, Ai Yeyeh,dkk et al. 2010. Asuhan Kebidanan 1.Jakarta: CV. Trans Info
Media
Saleha, Siti. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas, Jakarta: Salemba
Medika.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
Andi

Anda mungkin juga menyukai