Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEBIDANAN

PADA Ny. “S” Usia 24 tahun GI P0000 Ab000


UK 39 minggu dengan Hyperemesis Gravidarum
Di RB /BKIA KARUNIA Sidoarjo

Disusun Oleh : Iin Zulfiani


NIM : 0403.17

AKADEMI KEBIDANAN WIDYAGAMA HUSADA


MALANG
2007
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mual dan muntah terjadi 60 – 80 % primigravida dan 40 – 60 % multi
gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat.
Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormone
estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologis kenaikan hormone ini
belum jelas, mungkin karena

1.2 Tujuan Penulisan

a. Tujuan khusus
Untuk memenuhi tugas praktek klinik lapangan, dan penulis dapat lebih
memperluas wawasan keilmuan di bidang kebidanan mengenai
hiperemesis gravidarum.
b. Tujuan Umum
Menambah pengetahuan pembaca khususnya tentang Asuhan Kebidanan
pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum, serta menambah literature
perpustakaan.

1.3 Sistematika Penulisan


BAB I Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan penulisan
BAB II Tinjauan Teori
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Gejala Klinis, tanda, tingkatan
2.4 Patofisiology
2.5 Akibat hyperemesis gravidarum
2.6 Kehamilan dengan hyperemesis gravidarum
2.6.1 Definisi
2.6.2 Penatalaksanaan
2.7 Konsep Asuhan Kebidanan
BAB III Tinjauan Kasus
3.1 Pengkajian data
3.2 Identifikasi diagnosa dan masalah
3.3 Identifikasi masalah potensial
3.4 Kebutuhan segera
3.5 Intervensi
3.6 Implementasi
3.7 Evaluasi
BAB IV Pembahasan
BAB V Penutup
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORI
HYPEREMESIS GRAVIDARUM

2.1 Definisi
- Hyperemesis gravidarum adalah nausea dan vamitino dalam kehamilan
yang berkembang sedemikian rupa sehingga terjadi efek sistematik,
dehidrasi dan penurunan BB.
(Manuaba)
- Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi
buruk, karena terjadi dehidrasi.
(Mochtar Rustam)
2.2 Etiologi
Sebab pasti belum diketahui. Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000
kehamilan. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor
toksik. Juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan
anatomic pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh
kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inasisi. Faktor predisposisi
sebagai berikut :
1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola
hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor
hormone memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut
hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya villi khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolic akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan ini merupakan faktor genetik.
3. Alergi sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga
disebutkan sebagai salah satu faktor genetik.
4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini,
rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan, persalinan dan takut tanggung jawab sebagai ibu, sehingga
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah
sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keadaan menjadi hamil atau
sebagai pelarian kesukaran hidup.
(Manuaba)

2.3 Gejala Klinis, Tanda, Tingkatan

Ada 3 macam yaitu :


1. Hyperemesis Gravidarum tingkat I
Muntah yang terus menerus, keadaan umum penderita, ibu merasa
lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri
pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah
sistolik menurun, turgor kulit mengurangi, lidah mongering dan mata
cekung.
2. Hyperemesis Gravidarum tingkat II
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang,
lidah mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-
kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan menurun dan mata
menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan konstipasi.
Aseton dapat tercium dalah hawa pernafasan, karena mempunyai aroma
yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
3. Hyperemesis Gravidarum tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun, dari
samolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi
menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal
sebagai ensefalopati wernickle, dengan gejala nistaqmus, diplopia dan
perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat
makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus
menunjukkan adanya payah hati.
(Manuaba)
2.4 Patofisiologi
Mual dan muntah akibat meningkatnya kadar estrogen, pengaruh
fisiologi hormon ini tidak jelas, mungkin berasal dari system saraf pusat
atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Muntah terjadi akibat
stimulasi dari pusat muntah di sum-sum sambung dan berlangsung menurut
beberapa mekanisme yaitu :
1. Rangsangan Langsung (Saluran lambung – usus)
Akibat rangsangan peristaltik usus meningkat dan produksi asam
lambung yang meningkat pula maka terjadi mual. Pusat muntah
dirangsang melalui nervus vagus (saraf otot ke 10) sehingga
menyebabkan muntah-muntah. Pusat muntah juga dapat dirangsang oleh
kerusakan pada mukosa usus-lambung.
2. Rangsangan tak langsung
Faktor psikologik mempengaruhi system saraf pusat dan merangsang CTZ
(Chemoreseptor Trigger Zone) suatu daerah yang banyak reseptor
letaknya berdekatan dengan pusat muntah di sumsum belakang, tetapi di
luar barier daerah otak. Zat asing disirkulasi merangsang saraf
mengeluarkan impuls, dan impuls sampai ke CTZ dengan bantuan nevro
transmitter dopamine. Dari CTZ diteruskan ke pusat muntah. Pusat
muntah memberikan respon melalui nervus vagus sehingga
meningkatkan peristaltik usus dan asam lambung sehingga
mengakibatkan mual dan muntah.
(Ibrahim)

2.5 Akibat Hyperemesis Gravidarum


A. Terhadap janin
- Pertumbuhan janin terganggu
- Janin mati dalam kandungna IUFD
- Janin dapat mengalami kelainan kongenital karena obat penenang.
B. Terhadap ibu
- Gangguan keseimbangan cairan (dehidrasi)
- Gangguan keseimbangan asam basah (adanya keton)
- Gangguan keseimbangan elektrolit (kekurangan kalium)
(Oswari)
2.6 Kehamilan dengan Hyperemesis Gravidarum
2.6.1 Definisi
Ibu hamil muntah berlebihan, sehingga menimbulkan dehidrasi dan
gangguan kehidupan sehari-hari. Apabila yang muntah terus
menerus tersebut tanpa pengobatan, maka dapat mengakibatkan
gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim.
(Oswari)
2.6.2 Penatalaksanaan
Memberi keyakinan pada ibu hamil bahwa mual dan muntah adalah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda, dan akan
hilang setelah kehamilan 4 bulan. Menganjurkan untuk merubah
pola makan sehari-hari dengan makanan sedikit-sedikit tapi sering.
Makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat, makan dan
minuman sebaiknya di sajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin. Konsumsi sayur dan buah supaya defekasi tetap teratur.
Hindarkan dari makanan yang berminyak dan berbau lemak, karena
dapat menambah rasa mual dan juga dianjurkan pada waktu bangun
pagi, jangan segera turun dari tempat tidur karena akan terasa
pusing, oleh karena itu sebaiknya bangun dalam posisi miring ke kiri
dan ke kanan. Setelah itu duduk di tempat tidur, baru turun dari
tempat tidur. Setelah itu konsep perawatan dan pengobatan yang
dapat diberikan antara lain :
1. Obat-obatan
Untuk pemberian obat pada hyperemesis gravidarum, sebaiknya
dapat dipilih obat yang bersifat teratogenik (menyebabkan
kelainan kongenital). Susunan obat yang dapat diberikan adalah :
a. Sedativa ringan
- Phenobarbital (Luminal) 30 mgr
- Valium
b. Anti alergi
- Anti histamine
- Dramamine
- Avomin
c. Obat anti mual muntah
- Mediameter B6
- Ametrole
- Stimetril
- Avopreg
d. Vitamin
- Terutama vitamin B compleks
- Vitamin C
2. Isolasi
Penderita hyperemesis gravidarum disendirikan dalam kamar
yang terang, cerah dengan udara segar. Hanya dokter dan
perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita mau
makan. Tidak diberikan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan
isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
3. Terapi psikologik
Berikan penjelasan pada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan. Hilangkan rasa takut terhadap kehamilan maupun
persalinan kurangi pekerjaan yang berat dan hilangkan semua
masalah dan konflik yang ada.
4. Cairan parental
Cairan parental yang diberikan cukup elektrolit, karbohidrat dan
protein dengan glukosa 5 % dalam cairan garam fisiologik
sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambahkan kalium
dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dan C, dan bila ada
kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara
intravena. Selama pemberian cairan harus mendapat perhatian
tentang keseimbangan cairan yang masuk dan keluar melalui
kateter, hitung nadi setiap 4 jam sekali, hitung tekanan darah 3
kali sehari, hitung pernafasan, lancarnya pengeluaran urin
menunjukkan bahwa keadaan penderita berangsur-angsur
membaik. Bila keadaan muntah berkurang, kesadaran membaik
penderita dapat diberi makan dan minuman serta mobilisasi.
5. Penghentian kehamilan
Pada beberapa kasus, pengobatan hyperemesis gravidarum tidak
berhasil. Keadaan penderita tidak bertambah baik, oleh karena
itu diperlukan pertimbangan penghentian kehamilan diantaranya:
a. Gangguan kejiwaan
- Delirium
- Apatis, samnolen, sampai koma
- Terjadi gangguan jiwa enselopati wenicle
b. Gangguan penglihatan
- Perdarahan retina
- Kemunduran penglihatan
c. Gangguan faal
- Hati dalam bentuk ikterus
- Ginjal dalam bentuk anuria
- Nadi meningkat
- Tekanan darah menurun
(Prawiroharjo)
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
Tanggal : 5 September 2007
Jam : 20.00 WIB
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama Istri : Ny. “S” Nama Suami : Tn. “R”
Umur : 24 tahun Umur : 27 tahuin
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Gedangan Alamat : Gedangan
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama dengan usia kehamilan 9
bulan, mengalami mual, muntah dan pusing sejak 3 hari yang lalu,
setiap kali makan muntah.
3. Riwayat Kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakti menular, menahun atau
menurun seperti diabetes melitus, jantung, asma, darah tinggi dll.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menahun, menular dan menurun seperti asma, jantung, darah tinggi,
diabetes melitus dll.
5. Riwayat Perkawinan
Nikah : 1 kali
Lama nikah : 1 tahun
Usia menikah : 22 tahun
6. Riwayat Haid
Menarche : 17 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : 2 – 3 softex
Keluhan : -
Flour albus : -
7. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sekarang dan lalu
a. Hamil ini
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sekarang
Ibu mengatakan hamil pertama, usia kehamilan 9 bulan. Ibu
sedang mengalami mual, muntah dan pusing.
Selama hamil ini ibu memeriksakan kehamilannya sebanyak 6
kali.
8. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Istirahat
Sebelum hamil : Tidur siang 2 jam, tidur malam + 8 jam
Selama hamil : Ada gangguan pola istirahat karena ibu
sering muntah tidur siang + 1 jam, tidur
malam + 6 jam.
b. Aktifitas
Sebelum hamil : Ibu hanya mengerjakan pekerjaan rumah
tangga seperti cuci baju, strika, mengepel.
Selama hamil : Ibu istirahat, berbaring di tempat tidur
(tidak beraktifitas)
c. Eliminasi
Sebelum hamil : BAB 1 kali sehari, BAK 6-7 kali sehari
Selama hamil : BAB 1 kali sehari, BAK 6-7 kali sehari
d. Kebersihan
Sebelum hamil : Mandi 2 x sehari, gosok gigi setiap kali
mandi, ganti pakaian dan celana dalam, tiap
kali ibu merasa basah.
Selama hamil : Mandi 2 x sehari, gosok gigi setiap kali
mandi, ganti pakaian dan celana dalam, tiap
kali ibu merasa basah.
e. Nutrisi
Sebelum hamil : Ibu makan 3 kali sehari, dengan komposisi
nasi, sayur, lauk. Minum + 8 gelas / hari.
Selama hamil : Ibu males makan karena sering muntah,
makan 3 kali sehari, tiap porsi tidak pernah
habis, minum + 3 gelas perhari.
f. Kebersihan lain
Sebelum hamil : Ibu tidak merokok, miran dan minum jamu-
jamuan.
Selama hamil : Sama seperti sebelum hamil.
g. Sexsual
Sebelum hamil : Frekuensi hubungan sexual 4 kali 1 minggu
Selama hamil : Tidak pernah sama sekali
h. Psikososial
Ibu berharap janinnya dapat dipertahankan.
Ibu tinggal bersama suami dan kehamilan ini direncanakan.
i. Spiritual
Ibu dan keluarga beragama Islam dan selalu melaksanakan sholat
5 waktu.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 100 / 70 mmHg
N : 80 x /menit
RR : 20 x /menit
Suhu : 36,50C
BB sebelum hamil : 48 Kg
BB sekarang hamil : 53 Kg
HPHT : 5 – 12 – 06
TP : 11 – 9 – 07
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : Bulat, kulit bersih, rambut tidak rontok, warna
hitam
Muka : Tidak oedema, terdapat kloasma gravidarum
Mata : Sklera tidak kuning, konjungtiva tidak pucat
Hidung : Bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada polip
Mulut : Bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi
Telinga : Bersih, tidak ada pengeluarn skret
Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
bendungan vena jugularis
Dada : Simetris, terdapat pembesaran mammae, putting
susu menonjol, aerola mammae hitam, kolostrum
belum keluar.
Abdomen : Pembesaran perut sesuai UK, tidak ada luka bekas
operasi.
Genetalia : Tidak oedema, tidak ada varises
b. Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena
jugularis
Payudara : Tidak ada benjolan abnormal, putting susu
menonjol, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pengeluaran colostrum
Abdomen
Leopold I : TFU ½ pusat – px (30 cm) teraba
Leopold II : PUKI
Leopold III : Letkep
Leopold IV :  Sudah masuk PAP
Ekstermitas : Tidak oedema, tidak ada varises
c. Auskultasi
Dada : Tidak ada ronchi, tidak ada wheezing
Abdomen : Djj : 11 – 11 – 11 (Funanduskup)
3.2 Identifikasi Diagnosa Dan Masalah
Dx : GI P0000 Ab000 UK 39 minggu dengan hyperemesis gravidarum.
Ds : Ibu mengatakan ini hamil yang pertama, usia kehamilan 9 bulan,
sejak 3 hari yang lalu, setiap kali makan muntah.
Do : KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 100 / 70 mmHg
N : 20 x /menit
RR : 88 x /menit
Suhu : 36,50C
Abdomen
Leopold I : TFU ½ pusat – px (30 cm)
Leopold II : PUKI
Leopold III : Letak kepala
Leopold IV : Kepala  sudah masuk PAP
Ekstermitas : Turgor menurun

3.3 Identifikasi Masalah Potensial


- Potensial terjadi dehidrasi

3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera


- Pemenuhan kebutuhan nutrisi
- Pemberian infus
- Bedrest
- Pemberian obat
- KIE

3.5 Intervensi
Tanggal : 5 September 2007
Jam : 20.00 WIB
Dx : Ny. ”S” P1001 Ab000 UK 39 minggu dengan hyperemesis
gravidarum.
Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan dalam waktu 20 menit
dapat mengerti penjelasan petugas.
Kriteria hasil :
- Nutrisi terpenuhi
- K/u baik
- Dehidrasi tidak terjadi
- TTV : Normal
Intervensi
1. Diberi penjelasan pada ibu tentang keadaannya
R/ Ibu kooperatif dalam tindakan
2. Observasi TTV
R/ Dengan observasi TTV sebagai parameter deteksi dini adanya
komplikasi
3. KIE tentang nutrisi
R/ Dengan KIE pengetahuan ibu bertambah
4. Kolaborasi dengan tim gizi
R/ Menentukan diet yang tepat
5. Anjurkan ibu bed rest
R/ Dengan bed rest aktivitas menjadi berkurang, metabolisme lambung
juga berkurang, sehingga produksi asam lambung berkurang tidak
sampai terjadi emesis
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
R/ Fungsi dependen

3.6 Implementasi
Tanggal : 5 September 2007
Jam : 20.00 WIB
Dx : GI P0000 Ab000 UK 39 minggu dengan hyperemesis gravidarum.
1. Memberikan penjelasan pada ibu tentang keadaannya dan memberikan
dukungan moral.
2. Mengobservasi TTV
TD : 100 / 70 mmHg
N : 88 x /menit
RR : 20 x /menit
Suhu : 36,7o C
3. Memberikan KIE tentang nutrisi yaitu makan sedikit tapi sering, bangun
tidur, jangan langsung bangun, minum teh hangat dan roti kering.
4. Menganjurkan ibu bed rest yaitu tidur baring miring kanan dan kiri agar
merasa nyaman.
5. Pemberian terapi
- B6
- Vitamin C
- BC

3.7 Evaluasi
Tanggal : 5 September 2007 Jam : 20.00 WIB
Dx : GI P0000 Ab000 UK 39 minggu dengan hyperemesis gravidarum.
S : Ibu mengatakan hamil yang pertama dengan usia kehamilan 9
bulan mengalami mual, muntah dan pusing.
O : K/u : lemah
TTV
Suhu : 36,7o C
TD : 100 /70 mmHg
N : 80 x /menit
RR : 20 x /menit
A : Ny. “S” GII P0000 Ab1001 UK 39 minggu dengan hyperemesis
gravidarum.
P : Di rujuk
BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan merupakan analisa dari penulisan mengenai kesenjangan-


kesenjangan yang terjadi antara teori dengan kasus yang akan dibahas dalam
makalah ini. Dimana setelah melaksanakan kebidanan pada Ny. ”S” GII P1001 Ab000
UK 39 minggu dengan hyperemesis gravidarum.
Dalam kasus ini antara kasus dan teori masih ada kesenjangan, dimana
pada teori hyperemesis gravidarum terjadi pada trimester pertama sedangkan pada
kasus terjadi pada trimester ketiga.
BAB V
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Hyperemesis gravidarum adalah nausea dan vamitino dalam
kehamilan dengan berkembang sedemikian rupa sehingga terjadi efek
sistematik, dehidrasi dan penurunan BB. Kejadian hyperemesis ini belum
diketahui dengan pasti.
Dalam kasus ini Ny. ”Y” mendapatkan penanganan yang tidak jauh
beda dari buku panduan yang kami baca. Dalam hal ini antara kenyataan
dan teori memang sama sehingga kami mengambil pelajaran pengetahuan
dan pengalaman yang berharga, yang tidka kita dapat sebelumnya.

3.2 SARAN
Harapan kami khususnya ibu hamil muda mengetahui tanda-tanda
hyperemesis gravidarum sehingga dapat segera diberi pengobatan. Dengan
adanya kerjasam antara pemerintah, pihak rumah sakit dan masyarakat
saling membantu sehingga akan membuah hasil yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri, Jilid I, Jakarta EGC. 1998.

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta, YB PSP, 1999.

Manuaba, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Pendidikan Bidan,


Jakarta EGC, 1998.

Ibrahim, Christina. Perawatan Kebidanan, Jakarta, Bhratara, 1996.

Oswari, Perawatan Ibu Hamil dan Bayi, Jakarta EGC.1999

Anda mungkin juga menyukai