Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mual dan muntah merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan
paling menyebabkan stres yang dikaitkan dengan kehamilan. Akan tetapi, dokter obstetri
dan dokter umum menganggap mual dan muntah hanya semata-mata merupakan sebuah
gejala fisiologis, dan sebuah masalah yang sering kali membuat mereka merasa tidak
berdaya untuk membantu mengatasinya. Mual dan muntah sering kali diabaikan karena
dianggap sebagai sebuah konsekuensi normal di awal kehamilan tanpa mengakui dampak
hebat yang ditimbulkannya pada wanita dan keluarga mereka (Denise Tiran, 2008).
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada
kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50-70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama.
Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual-mual dan 44%
mengalami muntah-muntah.
Bila wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga
berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul
asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di
rumah sakit. Perbandingan insiden hiperemesis gravidarum 4:1000 kehamilan. Sindrom
ini ditandai dengan adanya muntah yang sering, penurunan berat badan, dehidrasi,
asidosis karena kelaparan, alkalosis, yang disebabkan menurunnya asam HCl lambung
dan hipokalemia.
Dampak yang ditimbulkan pada ibu yaitu kekurangan nutrisi dan cairan sehingga
keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula mengakibatkan gangguan asam
basa, pneumini aspirasi, robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi yang
menyebabakn peredaran ruptur esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan
memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang
tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah
janin berkurang (setiawan, 2007). Pada janin/bayi, jika hiperemesis ini terjadi hanya di
awal kehamilan tidak berdampak terlalu serius, tapi jika sepanjang kehamilan si ibu
menderita hiperemesis gravidarum, maka kemungkinan bayinya mengalami BBLR,
IUGR, Premtur hingga menjadi abortus (Wiknjosastro, 2005).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi hiperemesis gravidarum?
2. Apa etiologi hiperemesis gravidarum?
3. Apa patologi hiperemesis gravidarum?
4. Bagaimana patofisiologi hiperemesis gravidarum?
5. Bagaimana tanda dan gejala hiperemesis gravidarum?
6. Bagaimana pemeriksaan hiperemesis gravidarum?
7. Bagaimana penatalaksanaan hiperemesis gravidarum?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien hiperemesis gravidarum?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi hiperemesis gravidarum
2. Mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum
3. Mengetahui patologi hiperemesis gravidarum
4. Mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum
5. Mengetahui tanda dan gejala hiperemesis gravidarum
6. Mengetahui pemeriksaan hiperemesis gravidarum
7. Mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum
8. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien hiperemesis gravidarum

2
BAB II
STUDY LITERATUR

2.1 Definisi Hiperemesis Gravidarum


Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk,
karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).
Mual dan muntah yang menetap selama kehamilan yang mengganggu asupan cairan
dan nutrisi; awitan biasanya terjadi sebelum 20 minggu kehamilan; cukup berat hingga
mengakibatkan penurunan berat badan, dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
(Geri Morgan and Carole Hamilton, 2009).
Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam
hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir
dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Morning Sickness merupakan keluhan mual muntah berlebihan pada wanita hamil
yang wajar terjadi pada kehamilan muda (trimester II). Disebut morning sickness karena
biasanya terjadi pada pagi hari, namun tidak selalu timbul pada pagi hari
Hiperemesis Gravidarum (Vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nausea
dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga terjadi efek
sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion Taber,M.D, 1994).

2.2 Etiologi Hiperemesis Gravidarum


Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadiannya
adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan (Rustam
Mochtar, 1998) adalah:
1. Faktor adaptasi dan hormonal.
Primagravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan Human
Chorionik Gonadotropin (HCG), sedangkan pada kehamilan ganda atau mola
hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi.
2. Faktor psikologis.
Wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaaan, keretakan hubungan
dengan suami, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu,dsb dapat menyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak

3
sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran
hidup dsb.
3. Faktor endokrin
Hypertiroid, diabetes dll
4. Faktor organik
Terjadi invasi jaringan vili Chorialis yang masuk ke dalam peredaran darah ibu,
kekurangan vitamin B, hiperasiditas lambung, infeksi H.pilory, gangguan
metabolisme karbohidrat, meningkatnya sensivitas terhadap bau selama kehamilan
dan atau sebagainya.

2.3 Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum :

1. Tingkatan I : Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum


penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan
nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah
sistol menurun turgor kulit berkurang, lidah mengering dan mata cekung.
2. Tingkatan II : Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih
berkurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-
kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan menurun dan mata menjadi
cekung, tensi rendah, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi. Aseton dapat
tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat
pula ditemukan dalam kencing.
3. Tingkatan III: Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun
dan somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu badan meningkat dan tensi
menurun. Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai
ensefalopati Wemicke, dengan gejala : nistagtnus dan diplopia. Keadaan ini
adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.
Timbulnya ikterus adalah tanda adanya payah hati.

(Diyan indriyani ,M.Kep Sp.kep.mat)

4
2.4 Patologi Hiperemesis Gravidarum
1. Hepar : Pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentrilobuler tanpa
nekrosis.
2. Jantung : jantung atrofi, kecil dari biasa. Kadang kala dijumpai perdarahan sub-
endokardial.
3. Otak : terdapat bercak perdarahan otak.
4. Ginjal : tampak pucat dan degenerasi lemak pada tubuli kontorti.
(Rustam Mochtar, 1998).

2.5 Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum


Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi
pada trimester I. Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal
dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Bila perasaan
terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik dan aseton darah.
Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu dehidrasai menyebabkan
hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan
jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkuang pula dan tertimbunnya zat
metabolik yang toksik.
Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan
pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat
perdarahan gastrointestinal (Sarwono Prawirohardjo, 2002).

2.6 Tanda dan Gejala Hiperemesis Gravidarum


Sekalipun batas antara muntah yang fisiologis dan patologis tidak jelas, tetapi
muntah yang menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan dehidrasi memberi
petunjuk bahwa ibu hamil tersebut memerlukan perawatan yang intensif. Gambaran
gejala hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi tiga tingkat berikut ini
menurut (Manuaba, dkk 2006) adalah :
1. Hiperemesis gravidarum tingkat pertama (Ringan)
a. Muntah berlangsung terus.
b. Makan berkurang.
5
c. Berat badan menurun.
d. Kulit dehidrasi sehingga tonusnya lemah.
e. Nyeri di daerah epigastrium.
f. Tekanan darah turun dan nadi meningkat.
g. Lidah kering.
h. Mata tampak cekung.
2. Hiperemesis gravidarum tingkat kedua (Sedang)
a. Penderita tampak lebih lemah.
b. Gejala dehidrasi makin tampak, mata cekung, turgor kulit makin kurang, lidah
kering dan kotor.
c. Tekanan darah menurun, nadi maningkat.
d. Berat badan makin menurun.
e. Mata ikterus.
f. Gejala hemokonsentrasi makin tampak: urine berkurang dan bau aseton dalam
urine meningkat.
g. Terjadinya gangguan buang air besar.
h. Mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apatis.
i. Napas berbau aseton.
3. Hiperemesis gravidarum tingkat ketiga (Berat)
a. Muntah berkurang.
b. Keadaan umum ibu hamil makin menurun: tekanan darah turun, nadi
meningkat, dan suhu naik; keadaan dehidrasi makin jelas/berat.
c. Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus.
d. Gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sampai koma; komplikasi
susunan saraf pusat (enselopati wernicke): nistagmus (perubahan arah bola
mata), diplopia (gambar tampak ganda), dan perubahan mental.

2.7 Pemeriksaan Hiperemesis Gravidarum


Pemeriksaan pada klien hiperemesis gravidarum menurut (Helen Varney, 2006) adalah :
1. Riwayat
a) Frekuensi episode muntah
b) Hubungan muntah dengan asupan makanan ( jenis dan jumlah )
c) Riwayat pola makan ( jenis makanan dan minuman , jumlah, waktu
pemberian, dan reaksinya)
6
d) Riwayat pengobatan ( termasuk reaksi obat)
e) Eliminasi (frekuensi, jumlah, diare, dan kostipasi)
f) Darah dalam muntahan (ulkus lambung/radang esofagus akibat muntah
berulang)
g) Demam/menggigil.
h) Pajanan pada infeksi virus
i) Pajanan pada makanan terkontaminasi
j) Nyeri abdomen
k) Riwayat gangguan makan
l) Riwayat diabetes
m) Pembedahan abdomen sebelumnya
n) Frekuensi istirahat
o) Kecemasan dalam kehamilan
p) Dukungan keluarga

2. Pemeriksaan fisik
a) Berat badan ( dan hubungannya dengan berat badan sebelumnya)
b) Suhu badan , denyut nadi, dan frekuensi pernafasan
c) Turgor kulit
d) Kelembapan membrane mukosa
e) Kondisi lidah ( bengkak, kering, pecah-pecah)
f) Palpasi abdomen untuk melihat pembesaran organ , nyeri tekan dan
distensi
g) Bising usus
h) Bau buah ketika bernapas
i) Pengkajian pertumbuhan janin.
3. Laboratorium
a) Pemeriksaan keton dalam urine
b) Urinalis
c) BUN dan elektrolit
d) Tes fungsi ginjal (singkirkan kemungkinan hepatitis, pankreatitis, dan
kolestasis)
e) TSH dan T4 (singkirkan kemungkinan penyakit gondok)

7
4. Pengkajian
Kondisi yang mengindikasikan bahwa wanita mengalami dehidrasi meliputi turgor
kulit buruk, peningkatan frekuensi nadi dan pernapasan, penurunan haluaran
urine, dan peningkatan berat jenis urine.
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ibu dengan hiperemesis gravidarum menurut (Ai Yeyeh Rukiyah
dan Lia Yulianti, 2010) dimulai dengan :
1. Pencegahan
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan
memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses
yang fisiologik. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
a. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan berumur 4 bulan.
b. Menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil, tetapi lebih sering.
c. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan
untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
d. Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak.
e. Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas atau
terlalu dingin.
f. Menjamin defekasi teratur.
g. Menganjurkan makan makanan yang banyak mengandung gula untuk
menghindarkan kekurangan karbohidrat.
2. Terapi obat-obatan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka diperlukan
pengobatan.
a. Sedativa yang sering diberikan adalah pohenobarbital.
b. Vitamin yang dianjurkan yaitu vitamin B1 dan B2 yang berfungsi untuk
mempertahankan kesehatan syaraf, jantung, otot, serta meningkatkan
pertumbuhan dan perbaikan sel (Admin, 2007) dan B6 berfungsi
menurunkan keluhan atau gangguan mual bagi ibu hamil dan juga
membantu dalam sintesa lemak untuk pembentukan sel darah merah
(Admin, 2007).
8
c. Antihistaminika juga dianjurkan.
d. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti diklomin
hidrokhloride, avomin (Winkjosastro, 2005).
3. Isolasi
Isolasi dilakukan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara baik
hanya dokter dan perawat yang boleh keluar masuk sampai muntah berhenti dan
pasien mau makan. Catat cairan yang masuk dan keluar, tidak diberikan makan
dan minum selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
tanpa pengobatan.
4. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan
rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan sertamenghilangkan masalah
dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini
(Wiknjosastro, 2005). Bantuan yang positif dalam mengatasi permasalahan
psikologis dan sosial dinilai cukup signifikan memberikan kemajuan keadaan
umum (Admin, 2008).
5. Diet (Pola Makan)
a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya
berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama
makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua
zat–zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama
beberapa hari
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara
berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman
tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-
zat gizi kecuali vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis
ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama
makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.
(Taufan Nugroho, 2010).
6. Terapi parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukosa 5 % dalam cairan fisiologis sebanya 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambah kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dn vitamin C dan
9
bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena.
dibuat dalam daftar kontrol cairan yang masuk dan dikeluarkan. Air kencing perlu
diperiksakan sehari-hari terhadap protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu dan
nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan
pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila
selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat
dicoba untuk diberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah
dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnya
gejala-gejala akan berkurang dan keadaaan akan bertambah baik (Ai Yeyeh
Rukiyah dan Lia Yulianti, 2010).
7. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik jika memburuk. Delirium,
kebutaan, takikardia, ikterus, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi
komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit
diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh dilakukan terlalu capat dan dipihak
lain tidak boleh menunggu sampai terjadi irreversible pada organ vital
(Wiknjosastro, 2005).
8. Komplikasi
Dampak yang ditimbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin, seperti ibu akan
kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah
dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa, pneumini aspirasi, robekan
mukosa pada hubungan gastroesofagi yang menyebabakn peredaran ruptur
esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh
pada pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi
atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah janin
berkurang (setiawan, 2007). Pada bayi, jika hiperemesis ini terjadi hanya di awal
kehamilan tidak berdampak terlalu serius, tapi jika sepanjang kehamilan si ibu
menderita hiperemesis gravidarum, maka kemungkinan bayinya mengalami
BBLR, IUGR, Premtur hingga menjadi abortus (Wiknjosastro, 2005).

10
WOC (WEB OF CAUSATION)

Faktor Alergi Faktor Predisposisi Peningkatan Estrogen

Penurunan Pengosongan
Emesis Gravidarum Lambung

Peningkatan Tekanan
Gaster
Penyesuaian Komplikasi

Hiperemesis Gravidarum

Kehilangan Cairan Berlebih


Intake Nutrisi
Menurun
Dehidrasi

Gangguan Pengeluaran
Nutrisi Kurang Nutrisi
Cairan Ekstra Hemokonsentrasi
Dari Kebutuhan Berlebihan
seluler dan
Tubuh
Plasma
Aliran Darah Masuk Ke
Gangguan Jaringan Menurun
Keseimbangan Cairan
dan Elektrolit
Metabolisme Perfusi otak
intra sel menurun
menurun
Penurunan Kesadaran
Otot lemah

Resiko Hambatan
Intoleransi Kelemahan Pertumbuhan dan
aktivitas tubuh Perkembangan
Janin

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

3.1 Pengkajian
1. Data Subjektif
a. Nausea dan vomitus merupakan gejala-gejala utama. Pasien tidak dapat
menahan makanan dan kehilangan berat badan. Beberapa pasien mengeluh
air liurnya berlebihan/hipersalivasi.
b. Riwayat haid: Sebagian besar pasien sadar akan haid yang tidak datang
dan mengetahui bahwa mereka hamil. Tetapi kadang-kadang pasien tidak
dapat memberikan informasi yang penting ini, sehingga mengaburkan
diagnosis (Ben-Zion Taber,M.D, 1994).
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum
Kulit dan membrane mukosa sering tampak kering dan turgor
menurun. Pasien dapat menjadi kurus. Vomitus yang iritatif dapat
membuat erosi pada bibir dan wajah bagian bawah; lidah tampak
merah, kering dan pecah-pecah. Faring kering dan merah, dan
pernapaan berbau busuk dengan bau seperti buah-buahan yang
khas untuk ketoasidosis. Takikardia dan hipotensi dapat
menunjukkan dehidrasi hipovolemia. Pada penyakit yang berat dan
berkepanjangan, aberasi mental, delirium, sakit kepala, stupor dan
koma dapat terjadi.
2) Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan ini biasanya normal, meskipun rasa sakit dihepar
dapat ditemukan.
3) Pemeriksaan pelvis
Uterus lunak dan membesarkan sesuai dengan umur gestasi.
(Ben-Zion Taber,M.D, 1994)

12
b. Kebutuhan Dasar Khusus
1) Aktifitas istirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali
per menit).
2) Integritas ego
Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan
persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
3) Eliminasi
Perubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi
berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.
4) Makanan/cairan
Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri
epigastrium, pengurangan berat badan (5 – 10 Kg), membran
mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau
aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
5) Pernafasan
Frekuensi pernapasan meningkat.
6) Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam
koma.
7) Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka
dilakukan abortus terapeutik.
8) Interaksi social
Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran,
respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap
hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.

c. Tes Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan apusan darah
Nilai hemoglobin dan hematokrit yang meningkat menunjukkan
hemokosentrasi berkaitan dengan dehidrasi. Anemia mungkin
merupakan konsekuensi dari malnutrisi.

13
2) Urinalisis
Urin biasanya hanya sedikit dan mempunyai kosentrasi tinggi
sebagai akibat dehidrasi. Aseton menunjukkan asidosis starvasi
(Ben-Zion Taber,M.D, 1994).

3.2 Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah Keperawatan


1. DS: klien Hiperemesis Gravidarum Nutrisi kurang dari
mengatakan sejak kebutuhan tubuh
satu minggu SMRS Menstimulasi CTZ pada
pasien mengeluh hipotalamus
mual muntah lebih
dari 7 kali sehari, Merangsang N.Vagus
terutama di pagi hari
Mual muntah
DO : BB klien
sebelum hamil 55 kg Nutrisi kurang dari kebutuhan
dan sekarang 42 kg.
TB = 160, terdapat
stomatitis, Diet :
lunak, porsi tidak
habis.

2. DS : klien Hiperemis Gravidium Defisit volume cairan dan


mengatakan sejak elektrolit
satu minggu SMRS Menstimulasi CTZ pada
pasien mengeluh hipotalamus
mual muntah lebih
dari 7 kali sehari, Merangsang n.vagus
terutama di pagi hari
Muntah
DO : Terdapat
kelainan oliguria, Defisit cairan dan elektrolit
TD = 100/60
mmHg, N = 106
x/menit, RR = 23
x/menit, Hematokrit
= 38.2 %, Albumin :
2.2, mukosa bibir
kering
3. DS : pasien Hiperemis gravidium Intoleransi Aktivitas
mengatakan lemah
Mual Muntah
DO : pasien tampak

14
lemah, CRT > 2 Asupan inadekuat
detik, konjungtiva
anemis, Hb : 9 Energi menurun

Intoleransi Aktivitas

4. DS : pasien Hiperemis Gravidium Resiko Hambatan


mengatakan Pertumbuhan Dan
Lepasnya Hormon Kortisol Perkembangan Janin
mengatakan sejak
satu minggu SMRS Merangsang Sekresi Asam
pasien mengeluh Lambung
mual muntah lebih
dari 7 kali sehari, Menstimulus CTZ
terutama di pagi hari
Mual Muntah

Intake In Adekuat
DO : mukosa bibir
kering, BB klien Resiko Hambatan Pertumbuhan
sebelum hamil 55 kg Dan Perkembangan Janin
dan sekarang 42 kg.
TB = 160, porsi
makan tidak habis.

3.3 Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
hiperemesis gravidarum adalah meliputi :
.
1. Gangguan Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit Berhubungan Dengan
Kehilangan Cairan Secara Aktif.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan
Dengan Anoreksia, Mual-Muntah
3. Intoleransi Aktivitas Berhubungan Dengan Kelemahan Umum.
4. Risiko hambatan pertumbuhan dan perkembangan janin berhubungan dengan
berkurangnya peredaran darah dan makanana ke fetal (janin).
5. Koping Tidak Efektif Berhubungan Dengan Perubahan Psikologi Kehamilan.

15
3.4 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Kekurangan volume Setelah diberikan asuhan 1. Kaji kondisi 1. Pengeluaran
cairan dan elektrolit keperawatan selama 2 x status cairan
berhubungan dengan 24 jam diharapkan hemodinamik peroral
Kehilangan Cairan kebutuhan volume cairan Klien sebagai
Secara Aktif. klien terpenuhi optimal 2. Ukur intake dan akibat
Kriteria Hasil : output klien hiperemesis
1. Tidak terjadi mual setiap Hari gravidarum
muntah 3. Evaluasi status memiliki
2. Intake dan output hemodinamik karakteristik
seimbang baik jumlah / klien setiap hari bervariasi
kualitasnya 4. Kolaborasi 2. Jumlah
3. Turgor kulit baik pemberian cairan
sejumlah cairan ditentukan
pengganti harian dari jumlah
sesuai indikasi kebutuhan
harian
ditambah
dengan
jumlah cairan
yang hilang
peroral
3. Penilaian
dapat
dilakukan
secara harian
melalui
pemeriksaan
fisik
4. Meningkatka
n kebutuhan

16
cairan klien
optimal

2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Kaji status nutrisi 1. Untuk


nutrisi kurang dari tindakan klien mengetahui
kebutuhan tubuh keperawatan selama 1x24 2. Hidangkan keadaan
berhubungan dengan kebutuhan nutrisi klien makanan dalam klien
anorexia , mual- terpenuhi optimal dengan porsi kecil dan 2. Untuk
muntah terus kriteria: hangat menghindari
menerus. 1. Klien tidak mengeluh 3. Berikan makanan rasa mual
mual muntah sedikit dalam 3. Dengan
2. Nafsu makan klien frekuensi sering memberikan
meningkat dan porsi 4. Kolaborasi makanan
makan dihabiskan pemberian dalam porsi
3. BB dan TB seimbang antiemetic (anti kecil
mual) sesuai diharapkan
indikasi nutrisi akan
5. Berikan makanan terpenuhi dan
yang tidak makanan
berlemak dan yang hangat
berminyak dapat
menambah
nafsu makan
klien
4. Antiemetic
bertujuan
untuk
mengurangi
mual dan
memenuhi
kebutuhan
serta
membantu
dalam proses

17
penyembuha
n
5. Makanan
yang tidak
berlemak dan
mengurangi
rangsangan
saluran
pencernaan,
sehingga
diharapkan
mual dan
muntah
berkurang

3 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan 1. Tingkatkan tirah 1. Meningkatka


fisik tindakan baring/duduk. n istirahat
berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam 2. Ciptakan dan
kelemahan dan klien dapat melakukan lingkungan yang ketenangan.
kurangnya intake aktifitas sehari-hari tenang, batasi 2. Menyediakan
nutrisi. dengan optimal dengan pengunjung energi yang
kriteria hasil : sesuai keperluan. digunakan
1. Nafsu makan 3. Tingkatkan untuk
meningkat, aktivitas sesuai penyembuha
tidak mual muntah toletansi, bantu n.
2. Klien tidak mengalami klien untuk 3. Tirah baring
kelemahan dalam melakukan lama dapat
melakukan ADL latihan rentang menurunkan
3. Terlihat segar dan gerak sendi kemampuan
bersemangat melakukan pasif/aktif. aktivitas. Ini
ADL 4. Dorong dapat terjadi
penggunaan karena
teknik keterbatasan
menejemen aktivitas

18
stress, contoh yang
relaksasi mengganggu
progresif, periode
visualisasi, istirahat.
bimbingan 4. Meningkatka
imajinasi. n relaksasi
Berikan aktivias dan
hiburan yang penghematan
tepat seperti energi,
nonton tv, radio, memusatkan
membaca kembali
5. Lakukan aktifitas latihan dan
secara bertahap dapat
dan sesuai meningkatka
toleransi. n koping.
5. Memungkink
an periode
tambahan
istirahat
tanpa
gangguan.

4 Risiko hambatan Setelah dilakukan 1. Jelaskan pada ibu 1. Agar ibu


pertumbuhan dan tindakan mengenai menyadari
perkembangan janin keperawatan 2x24 jam pentingnya akan
berhubungan dengan pertumbuhan dan nutrisi bagi pentingnya
berkurangnya perkembangan janin pertumbuhan dan bagi janin &
peredaran darah dan optimal perkembangan ibu
makanana ke fetal dengan kriteria hasil : janin mengetahui
(janin). 1. nutrisi janin terpenuhi 2. Periksa fundus akan
optimal uteri secara kebutuhan
2. pertumbuhan janin berkala nutrisinya
sesuai dengan usia 3. Pantau denyut 2. Tinggi
kehamilan jantung janin. fundus uterus

19
yg tidak
sesuai
dengan usia
kehamilan
dapat
menjadi
bahan
penilaian
akan nutrisi
janin
3. Denyut
jantung yg
masih dlm
keadaan
normal &
aktif
menandakan
janin masih
dalam
keadaan
baik.

20
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Hyperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita
hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umum
memburuk.
2. Penyebab hyperemesis gravidarum secara pasti belum diketahui factor
predisposisinya antara lain : factor adaptasi dan hormonal atau peningkatan
kadar HCG ,factor psikologis dan factor alergi.
3. Hyperemesis gravidarum terbagi dalam tingkatan yaitu ringan , sedang dan
berat. dengan memberikan konseling untuk menghadapi kehamilan dan
komplikasinya.
4. Terapi yang diberikan pada kasus hyperemesis gravidarum adalah terapi obat-
obatan,terapi psikologis dan terapi parenteral dan isolasi. Apabila keadaan tetap
nmemburuk terminasi kehamilan perlu dipertimbangkan.

4.2 Saran
Sebagai perawat harus mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan jika menghadapi
kondisi pasien atau klien dengan hyperemesis gravidarum. Sebaiknyan perawat
memberikan penanganan terbaik kepada pasien hyperemesis gravidarum agar klien
dapat menjalani proses kehamilan dengamn lancar sampai pada proses persalinan
dengan selamat.

21
DAFTAR PUSTAKA

F. Gary Cunningham.2005.Obstrerti Williams alih bahasa: Huriawati Hartono. Jakarta. EGC


Ben-zion Taber, MD. 1994. Kapita Selekta. Kedaruratan Obstetri & Ginecologi; Alih
Bahasa; Teddy Supriyadi; Johanes Gunawan; Editor Melfiawati S, Ed 2. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, Hanifa.2006. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta : YBP-SP.
Prawirohardjo, Sarwono.2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta : YBP –
SP.
Hamilton, Persis Mary.1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gede.1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gede.2002.Konsep Obstetri & Ginekologi Sosial Indonesia.Jakarta :
EGC.
Mansjoer, Arif.1999.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta : Media Aesculapius.
Depkes RI. 2001. Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta: JHPIEGO.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. Jakarta: EGC.
Varney, Hellen. 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC.
Indriyani, Dian. 2010.Aplikasi Konsep Dan Teori Keperawatan Maternitas. Jakarta:AMD

ti Willia alih bahasa: Huriawati Hartono. Jakarta. EGC

22

Anda mungkin juga menyukai