PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi hiperemesis gravidarum?
2. Apa etiologi hiperemesis gravidarum?
3. Apa patologi hiperemesis gravidarum?
4. Bagaimana patofisiologi hiperemesis gravidarum?
5. Bagaimana tanda dan gejala hiperemesis gravidarum?
6. Bagaimana pemeriksaan hiperemesis gravidarum?
7. Bagaimana penatalaksanaan hiperemesis gravidarum?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien hiperemesis gravidarum?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi hiperemesis gravidarum
2. Mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum
3. Mengetahui patologi hiperemesis gravidarum
4. Mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum
5. Mengetahui tanda dan gejala hiperemesis gravidarum
6. Mengetahui pemeriksaan hiperemesis gravidarum
7. Mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum
8. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien hiperemesis gravidarum
2
BAB II
STUDY LITERATUR
3
sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran
hidup dsb.
3. Faktor endokrin
Hypertiroid, diabetes dll
4. Faktor organik
Terjadi invasi jaringan vili Chorialis yang masuk ke dalam peredaran darah ibu,
kekurangan vitamin B, hiperasiditas lambung, infeksi H.pilory, gangguan
metabolisme karbohidrat, meningkatnya sensivitas terhadap bau selama kehamilan
dan atau sebagainya.
4
2.4 Patologi Hiperemesis Gravidarum
1. Hepar : Pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentrilobuler tanpa
nekrosis.
2. Jantung : jantung atrofi, kecil dari biasa. Kadang kala dijumpai perdarahan sub-
endokardial.
3. Otak : terdapat bercak perdarahan otak.
4. Ginjal : tampak pucat dan degenerasi lemak pada tubuli kontorti.
(Rustam Mochtar, 1998).
2. Pemeriksaan fisik
a) Berat badan ( dan hubungannya dengan berat badan sebelumnya)
b) Suhu badan , denyut nadi, dan frekuensi pernafasan
c) Turgor kulit
d) Kelembapan membrane mukosa
e) Kondisi lidah ( bengkak, kering, pecah-pecah)
f) Palpasi abdomen untuk melihat pembesaran organ , nyeri tekan dan
distensi
g) Bising usus
h) Bau buah ketika bernapas
i) Pengkajian pertumbuhan janin.
3. Laboratorium
a) Pemeriksaan keton dalam urine
b) Urinalis
c) BUN dan elektrolit
d) Tes fungsi ginjal (singkirkan kemungkinan hepatitis, pankreatitis, dan
kolestasis)
e) TSH dan T4 (singkirkan kemungkinan penyakit gondok)
7
4. Pengkajian
Kondisi yang mengindikasikan bahwa wanita mengalami dehidrasi meliputi turgor
kulit buruk, peningkatan frekuensi nadi dan pernapasan, penurunan haluaran
urine, dan peningkatan berat jenis urine.
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ibu dengan hiperemesis gravidarum menurut (Ai Yeyeh Rukiyah
dan Lia Yulianti, 2010) dimulai dengan :
1. Pencegahan
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan
memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses
yang fisiologik. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
a. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan berumur 4 bulan.
b. Menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil, tetapi lebih sering.
c. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan
untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
d. Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak.
e. Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas atau
terlalu dingin.
f. Menjamin defekasi teratur.
g. Menganjurkan makan makanan yang banyak mengandung gula untuk
menghindarkan kekurangan karbohidrat.
2. Terapi obat-obatan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka diperlukan
pengobatan.
a. Sedativa yang sering diberikan adalah pohenobarbital.
b. Vitamin yang dianjurkan yaitu vitamin B1 dan B2 yang berfungsi untuk
mempertahankan kesehatan syaraf, jantung, otot, serta meningkatkan
pertumbuhan dan perbaikan sel (Admin, 2007) dan B6 berfungsi
menurunkan keluhan atau gangguan mual bagi ibu hamil dan juga
membantu dalam sintesa lemak untuk pembentukan sel darah merah
(Admin, 2007).
8
c. Antihistaminika juga dianjurkan.
d. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti diklomin
hidrokhloride, avomin (Winkjosastro, 2005).
3. Isolasi
Isolasi dilakukan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara baik
hanya dokter dan perawat yang boleh keluar masuk sampai muntah berhenti dan
pasien mau makan. Catat cairan yang masuk dan keluar, tidak diberikan makan
dan minum selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
tanpa pengobatan.
4. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan
rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan sertamenghilangkan masalah
dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini
(Wiknjosastro, 2005). Bantuan yang positif dalam mengatasi permasalahan
psikologis dan sosial dinilai cukup signifikan memberikan kemajuan keadaan
umum (Admin, 2008).
5. Diet (Pola Makan)
a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya
berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama
makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua
zat–zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama
beberapa hari
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara
berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman
tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-
zat gizi kecuali vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis
ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama
makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.
(Taufan Nugroho, 2010).
6. Terapi parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukosa 5 % dalam cairan fisiologis sebanya 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambah kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dn vitamin C dan
9
bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena.
dibuat dalam daftar kontrol cairan yang masuk dan dikeluarkan. Air kencing perlu
diperiksakan sehari-hari terhadap protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu dan
nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan
pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila
selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat
dicoba untuk diberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah
dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnya
gejala-gejala akan berkurang dan keadaaan akan bertambah baik (Ai Yeyeh
Rukiyah dan Lia Yulianti, 2010).
7. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik jika memburuk. Delirium,
kebutaan, takikardia, ikterus, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi
komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit
diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh dilakukan terlalu capat dan dipihak
lain tidak boleh menunggu sampai terjadi irreversible pada organ vital
(Wiknjosastro, 2005).
8. Komplikasi
Dampak yang ditimbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin, seperti ibu akan
kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah
dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa, pneumini aspirasi, robekan
mukosa pada hubungan gastroesofagi yang menyebabakn peredaran ruptur
esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh
pada pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi
atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah janin
berkurang (setiawan, 2007). Pada bayi, jika hiperemesis ini terjadi hanya di awal
kehamilan tidak berdampak terlalu serius, tapi jika sepanjang kehamilan si ibu
menderita hiperemesis gravidarum, maka kemungkinan bayinya mengalami
BBLR, IUGR, Premtur hingga menjadi abortus (Wiknjosastro, 2005).
10
WOC (WEB OF CAUSATION)
Penurunan Pengosongan
Emesis Gravidarum Lambung
Peningkatan Tekanan
Gaster
Penyesuaian Komplikasi
Hiperemesis Gravidarum
Gangguan Pengeluaran
Nutrisi Kurang Nutrisi
Cairan Ekstra Hemokonsentrasi
Dari Kebutuhan Berlebihan
seluler dan
Tubuh
Plasma
Aliran Darah Masuk Ke
Gangguan Jaringan Menurun
Keseimbangan Cairan
dan Elektrolit
Metabolisme Perfusi otak
intra sel menurun
menurun
Penurunan Kesadaran
Otot lemah
Resiko Hambatan
Intoleransi Kelemahan Pertumbuhan dan
aktivitas tubuh Perkembangan
Janin
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
3.1 Pengkajian
1. Data Subjektif
a. Nausea dan vomitus merupakan gejala-gejala utama. Pasien tidak dapat
menahan makanan dan kehilangan berat badan. Beberapa pasien mengeluh
air liurnya berlebihan/hipersalivasi.
b. Riwayat haid: Sebagian besar pasien sadar akan haid yang tidak datang
dan mengetahui bahwa mereka hamil. Tetapi kadang-kadang pasien tidak
dapat memberikan informasi yang penting ini, sehingga mengaburkan
diagnosis (Ben-Zion Taber,M.D, 1994).
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum
Kulit dan membrane mukosa sering tampak kering dan turgor
menurun. Pasien dapat menjadi kurus. Vomitus yang iritatif dapat
membuat erosi pada bibir dan wajah bagian bawah; lidah tampak
merah, kering dan pecah-pecah. Faring kering dan merah, dan
pernapaan berbau busuk dengan bau seperti buah-buahan yang
khas untuk ketoasidosis. Takikardia dan hipotensi dapat
menunjukkan dehidrasi hipovolemia. Pada penyakit yang berat dan
berkepanjangan, aberasi mental, delirium, sakit kepala, stupor dan
koma dapat terjadi.
2) Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan ini biasanya normal, meskipun rasa sakit dihepar
dapat ditemukan.
3) Pemeriksaan pelvis
Uterus lunak dan membesarkan sesuai dengan umur gestasi.
(Ben-Zion Taber,M.D, 1994)
12
b. Kebutuhan Dasar Khusus
1) Aktifitas istirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali
per menit).
2) Integritas ego
Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan
persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
3) Eliminasi
Perubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi
berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.
4) Makanan/cairan
Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri
epigastrium, pengurangan berat badan (5 – 10 Kg), membran
mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau
aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
5) Pernafasan
Frekuensi pernapasan meningkat.
6) Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam
koma.
7) Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka
dilakukan abortus terapeutik.
8) Interaksi social
Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran,
respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap
hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.
c. Tes Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan apusan darah
Nilai hemoglobin dan hematokrit yang meningkat menunjukkan
hemokosentrasi berkaitan dengan dehidrasi. Anemia mungkin
merupakan konsekuensi dari malnutrisi.
13
2) Urinalisis
Urin biasanya hanya sedikit dan mempunyai kosentrasi tinggi
sebagai akibat dehidrasi. Aseton menunjukkan asidosis starvasi
(Ben-Zion Taber,M.D, 1994).
14
lemah, CRT > 2 Asupan inadekuat
detik, konjungtiva
anemis, Hb : 9 Energi menurun
Intoleransi Aktivitas
Intake In Adekuat
DO : mukosa bibir
kering, BB klien Resiko Hambatan Pertumbuhan
sebelum hamil 55 kg Dan Perkembangan Janin
dan sekarang 42 kg.
TB = 160, porsi
makan tidak habis.
15
3.4 Intervensi Keperawatan
16
cairan klien
optimal
17
penyembuha
n
5. Makanan
yang tidak
berlemak dan
mengurangi
rangsangan
saluran
pencernaan,
sehingga
diharapkan
mual dan
muntah
berkurang
18
stress, contoh yang
relaksasi mengganggu
progresif, periode
visualisasi, istirahat.
bimbingan 4. Meningkatka
imajinasi. n relaksasi
Berikan aktivias dan
hiburan yang penghematan
tepat seperti energi,
nonton tv, radio, memusatkan
membaca kembali
5. Lakukan aktifitas latihan dan
secara bertahap dapat
dan sesuai meningkatka
toleransi. n koping.
5. Memungkink
an periode
tambahan
istirahat
tanpa
gangguan.
19
yg tidak
sesuai
dengan usia
kehamilan
dapat
menjadi
bahan
penilaian
akan nutrisi
janin
3. Denyut
jantung yg
masih dlm
keadaan
normal &
aktif
menandakan
janin masih
dalam
keadaan
baik.
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Hyperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita
hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umum
memburuk.
2. Penyebab hyperemesis gravidarum secara pasti belum diketahui factor
predisposisinya antara lain : factor adaptasi dan hormonal atau peningkatan
kadar HCG ,factor psikologis dan factor alergi.
3. Hyperemesis gravidarum terbagi dalam tingkatan yaitu ringan , sedang dan
berat. dengan memberikan konseling untuk menghadapi kehamilan dan
komplikasinya.
4. Terapi yang diberikan pada kasus hyperemesis gravidarum adalah terapi obat-
obatan,terapi psikologis dan terapi parenteral dan isolasi. Apabila keadaan tetap
nmemburuk terminasi kehamilan perlu dipertimbangkan.
4.2 Saran
Sebagai perawat harus mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan jika menghadapi
kondisi pasien atau klien dengan hyperemesis gravidarum. Sebaiknyan perawat
memberikan penanganan terbaik kepada pasien hyperemesis gravidarum agar klien
dapat menjalani proses kehamilan dengamn lancar sampai pada proses persalinan
dengan selamat.
21
DAFTAR PUSTAKA
22