Anda di halaman 1dari 26

DAFTAR ISI

Kasus Pertama ...................................................................................................................... 1


Kasus Kedua .........................................................................................................................

KASUS PERTAMA
Ny. T (30 tahun) datang diantar suaminya Tn. T (35 tahun) ke praktek dokter umum karena keluhan
menstruasi yang banyak dan lama. Satu hari ini Ny. T sudah ganti pembalut 12 kali. Keluhan
dirasakan selama 1 tahun terakhir. Ny. T juga tampak pucat, lemas dan pusing. Nyeri saat
menstruasi (+), nyeri perut bagian bawah (+) menjalar ke bagian pinggang belakang. Ny.T
sudah menikah selama 6 tahun dan memiliki 1 orang anak berusia 4 tahun. . Riwayat menstruasi
tidak teratur, pertama kali menarche usia 15 tahun. Saat ini ia menggunakan kontrasepsi spiral.
Pada pemeriksaan dokter umum tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan ginekologi. Oleh
dokter ia didiagnosis abnormal uteri bleeding, diberi obat Asam mefenamat 3x 500 dan tablet Fe
1x1 dan dirujuk ke Sp.OG untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Klarifikasi Istilah
1. Abnormal uterine bleeding Kelainan yang ditandai dengan pendarahan masif/berat yang
keluar pervaginam dan terjadi saat menstruasi berlangsung atau
selama menstruasi yang reguler (ICD 10), perdarahan uterus
yang berbeda dari segi frekuensi, durasi, dan jumlah perdarahan
uterus normal di luar kehamilan.
2. Kontrasepsi spiral intrauterine device (IUD)/alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) adalah alat kontrasepsi yang dimasukan ke dalam
rahim dengan bentuk bermacam-macam (ada yang dari
plastik/polyethylene, dililit tembaga/copper (Cu), dililit Cu+Ag
(perak), dan ada yang batangnya berisi hormon progesteron),
harus diganti setelah dipakai beberapa tahun sesuai batas waktu
pemakaian AKDR tersebut.
3. Menarche Onset haid atau menstruasi yang pertama kali pada perempuan,
biasanya terjadi pada usia remaja 8-15 tahun, ± 13,5 tahun.
Berbeda-beda pada tiap individu tergantung faktor genetik,
bentuk tubuh, dan gizi seseorang
4. Menstruasi Proses keluarnya darah dari dalam rahim yang terjadi karena
luruhnya lapisan dinding rahim bagian dalam yang banyak
mengandung pembuluh darah, lapisan fungsional endometrium
yang luruh, dan oosit sekunder yang tidak dibuahi.
5. Pemeriksaan ginekologi Pemeriksaan yang berhubungan dengan penyakit kandungan
pada organ reproduksi wanita yang di luar kehaminal, contoh:
infeksi (vulvitis, PID, endriometritis), keganasan (PCOS, Ca
cervix)

Batasan Masalah
- Menstruasi banyak dan lama  dialami selama 1 tahun terakhir
- 1 hari ganti pembalut 12 kali (saat hari pemeriksaan ke dokter)
- KU: pucat, lemas, pusing
1
- Nyeri saat mentruasi, nyeri perut bagian bawah, nyeri menjalar ke bagian pinggang belakang
- G1P1A0, anak usia 4 tahun, menikah sudah 6 tahun
- Riwayat menstruasi: tidak teratur
- Menarche 15 tahun
- Sedang menggunakan kontrasepsi spiral

Sasaran Belajar
1. Anatomi dan histologi traktus genitalia feminina
2. Fisiologi siklus menstruasi
3. Hormon yang berperan dalam siklus menstruasi
4. Jenis-jenis gangguan menstruasi, etiologi, dan faktor risiko masing-masing
5. Definisi, etiologi, dan faktor risiko AUB
6. Patofisiologi AUB
7. FK, FD, ESO, I, KI, dosis Asam Mefenamat dan Fe
8. Jenis-jenis kontrasepsi, I, KI, dan ESO-nya
9. Apakah pemeriksaan fisik dan penunjang pada pasien?  tambahan kelompok 10

Jawaban
1. Anatomi dan histologi traktus genitalia feminina
Anatomi

2
a. Traktus Genitalia Interna
1) Vagina
- Embriologi: 1/3 atas berasal dari ductus mullerian/paramesonefros, 2/3 bawah dari
sinus urogenital
- Fungsi: jalan lahir, pengeluaran darah menstruasi, tempat untuk coitus
- Holotopi: di antara cervix uteri dan vestibulum vaginae
- Strukur:
 Himen
 Dinding vagina
 Fornix vagina (yang posterior tempat culdocentesis)
- Vaskularisasi: a. uterina (1/3 superior), a. vaginalsi dan a. pudendus interna (medial
dan inferior), v. vaginalis  pl venosus vaginalis  pl venosus uterovaginal  v.
iliaca interna  v. uterina
- Inervasi: Plexus uterovaginal (simpatis, parasimpatis, aferen), T X-XII (eferen)
2) Uterus
- Bagian-bagian:
 Cervix uteri (terdapat ostium uteri interna, kanalis cervicis, ostium uteri externa,
dan portio vaginalis servicis uteri)
 Isthmus uteri
3
 Corpus uteri (terdapat cornu dextra et sinistra muara dari tuba fallopi pars
intramural)
 Fundus uteri
- Lapisan (dalam ke luar): endometrium, miometrium, perimetrium
- Ligamentum:
 Teres uteri/rotundum
 Latum
 Mackendrodt/lateral/cardinal (berisi a.v.uterina)
 Sacrouterina/uterosacral
- Vaskularisasi: a.v.uterina
- Inervasi: TX-XII
3) Tuba Fallopi
- Fungsi: menerima ovum dari ovarium dan tempat fertilisasi (ampulla tuba)
- Struktur:
 infundibulum tuba uterina (terdapat ostium abdominalis, fimbriae tuba uterina
dan fimbriae ovarii  menangkap oosit sekunder)
 ampulla tuba uterina (paling lebar dan panjang)
 isthmus tuba uterina (predileksi kehamilan ektopik)
 pars uterina/interstisialis/intramural
- Vaskularisasi: a.v. uterina, a. ovarica
- Inervasi: TX-XI
4) Ovarium
- Fungsi endokrin (hormon) dan eksokrin (ovum)
- Ligamentum:
 Suspensorium ovarii (isinya a.v. ovarica)
 Ovarii proprium
 mesovarium
- Vaskularisasi: a.v. ovarica
- Inervasi: T11-L1
b. Traktus genitalia eksterna
1) Vulva
- Struktur: mons pubis + pubes, labium
mayor, labium minor, vestibulum
- Pada vestibulum ada 6 ostium: ostium
urethra, introitus vagina, muara ductus
glandula skene/paraurethralis, muara
ductus glandula bartholin/vestibularis
mayor.
2) Glandula mammae
- Aliran: glandulla mammae  ductus lactiferous  sinus lactiferous  papilla
mammae
- Vaskularisasi: a. thoracica interna dan a. torachoacromialis, v. axilaris, v. thoracica

Histologi
Tahap: lihat gambar
4
Catatan: antrum terbentuk karena rangsanga FSH
Sel granulosa menghasilnya banyak estrogen yang pada puncaknya dapat memicu LH ovulasi
Di dalam folikel primordial s.d. folikel sekunder/antral berisi oosit primer, lalu menjadi oosit
sekunder pada folikel tersier dan folikel degraaf.

2. Fisiologi siklus menstruasi


Siklus terjadi normal 28 hari, bervarisi pada tiap wanita 21-35 hari. Penjelasan akan menggunakan
siklus 28 hari. Siklus menstruasi dapat dibagi berdasarkan proses yang terjadi di ovarium dan
proses yang terjadi di endometrium.

5
6
a. Siklus Endometrial
1) Fase menstruasi (hari pertama sampai hari ketiga atau kedelapan)
- Dihitung dari hari pertama siklus menstruasi dan terjadi selama 3-8 (rata-rata 5-7 hari)
hari pada siklus haid 28 hari
- Lepasnya lapisan superfisial endometrium dari stratum fungsional uterus melekat pd
dinding uterus (endometrium)
- Terjadi bila tidak hamil
- Estrogen dan progesteron turun drastis, sebabkan (paling rendah pada hari 1): sekresi
prostaglandin ↑ puncak pada menstruasi:→ spasme vaskuler endometrium →iskemi→
nekrosis  luruh. Sama sekali tidak produksi progesteron
- prostaglandin juga menyebabkan kontraksi ritmik miometrium, mendorong darah dan
jaringan endometrium yg lepas keluar
- enzim proteolitik ↑ (fibrolysin, menyebabkan darah tidak membeku)
- Normal darah haid 50-150 ml
2) Fase proliferasi (setelah menstruasi-hari 14)
a) Estrogen menstimulasi mitosis, pertumbuhan pembuluh darah baru serta pembentukan
lapisan fungsional baru
b) Estrogen merangsang terbentuknya reseptor progesteron di endometrium
c) Dibawah pengaruh progesteron, uterus menjadi edematus, fimbrai berkembang dan
menyentuh ovarium, silia membentuk jalan untuk ovum
d) Telur yang dilepaskan ditangkap melalui jalan ini dan dibawa ke tuba.
e) Oosit hanya punya waktu 24 jam untuk fertilisasi (umurnya 24 jam)
f) Kesempatan terjadi fertilisasi ditingkatkan oleh perubahan mukus servikal pada saat
ovulasi, yaitu menjadi tipis dan berserabut/elastis.
3) Fase sekresi (hari 14-28)
- Respon peningkatan progesteron (setelah terbentuk corpus luteum)
- uterus mengalami proliferasi untuk menyiapkan bila terjadi kehamilan.
- Progesteron rangsang kelenjar menyimpan dan mengeluarkan glikogen, pertumbuhan
vaskuler (a. spiralis) endometrium untuk menyediakan makanan bagi embrio
- mukus servik menjadi viscous (kental), membentuk cervical plug yang mencegah
sperma masuk
- Bila tidak terjadi kehamilan pada akhir fase sekesi, LH turun (feedback negatif karena
level progesteron yang tinggi)
- Corpus luteum degenerasi pada hari terakhir (28), tanpa corpus luteum, progesteron
turun mengikuti turunnya LH, tanpa progesteron endometrium mengalami degenerasi
b. Siklus ovarian
1) Fase folikular (hari 0-14)
- Pematangan folikel dari folikel primordial-folikel degraaf
- Yang mematurkan folikel  FSH
- Folikel yang makin matur memproduksi makin banyak estrogen
- Pada masa-masa awal fase ini, estrogen menekan FSH dan LH sehingga pematangan
folikel bisa dilakukan perlahan tanpa memicu ovulasi imatur
- Saat hari ke-14, estrogen sudah sangat tinggi sehingga memicu otak mengambil aksi
positive feedback dengan melonjakkan kadar LH

7
- LH memicu pengeluaran prostaglandin dan enzim proteolitik oleh sel granulosa dan
zona pelusida  dinding ovarium terbuka  ovulasi
2) Fase luteal (hari 24-28)
- Folikel degraaf tanpa oosit  menjadi corpus luteum
- Menghasilkan prostaglandin >>>>>, estrogen >
- Prostaglandin utk proliferasi endometrium
- Jika hamil, CL menjadi CL graviditatum dan bertahan sampai minggu 6-7 kehamilan
sebelum plasenta terbentuk sempurna
- Jika tidak hamil, CL berubah menjadi corpus albicans  sekresi progesteron dan
estrogen rendah  umpan balik negatif ke hipotalamus  hipofisis anterior sekresi
FSH dan LH

3. Hormon yang berperan dalam siklus menstruasi


a. FSH (Follicle stimulating hormone) : hormone yang dikeluarkan hipofisis anterior yang
berfungsi untuk pematangan folikel primer di ovarium
b. Estrogen: hormone yang dikeluarkan oleh folikel ovarium yang sedang mengalami
perkembangan. Estrogen memiliki banyak fungsi, yaitu pematangan dan pemeliharaan system
reproduksi wanita, memembentuk karakteristik seks sekunder wanita, merangsang
pertumbuhan endometrium dan mioetrium uterus, dan perkembangan payudara untuk
antisipasi menyusui. Namun, estrogen pun dapat menyebabkan penenkanan produksi FSH.
c. LH (Luteneizing hormone) : hormone yang dikeluarkan oleh hipofisis anterior dan berfungsi
untuk ovulasi (LH-peaked) dan memelihara korpus luteum.
d. Progesteron : hormone yang dihasikan oleh korpus luteum yang berfungsi untuk menyiapkan
endometrium lebih lanjut untuk implantasi dengan cara membuat jaringan ikat endometrium
lebih longgar dan edem (akibat akumulasi elektrolit dan air), merangsang vaskularisasi
endometrium, mendorong kelenjar endometrium mengeluarkan dan menyimpan glikogen,
dan mempertahankan uterus supaya tidak berkontraksi.
e. Oksitosin. Hormon ini dihasilkan oleh hipofisis. Berperan dalam proses kelahiran, untuk
merangsang kontraksi awal dari otot uterus.
f. Relaksin. Hormon ini dihasilkan oleh plasenta. Berperan untuk merangsang relaksasi ligamen
pelvis pada proses kelahiran.
g. Laktogen, dihasilkan oleh kelenjar hipofisis yang bersama-sama dengan progesteron
merangsang pembentukan air susu.
h. GnRH : dibentuk di hipotalamus, fungsi merangsang hipofisis anterior menghasilkan LH dan
FSH

4. Jenis-jenis gangguan menstruasi, etiologi, dan faktor risiko masing-masing


Gangguan haid dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam :
Perubahan pada siklus haid
 Polimenorea, yaitu siklus haid pendek dari biasanya (kurang dari 21 hari pendarahan).
Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan
ovulasi, akan menjadi pendeknya masa luteal. Penyebabnya ialah kongesti ovarium karena
peradangan, endometritis, dan sebagainya.
 Oligomenorea, yaitu siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari.
Perdarahan pada oligomenorea biasanya berkurang. Penyebabnya adalah gangguan hormonal,
ansietas dan stress, penyakit kronis, obat-obatan tertentu, bahaya di tempat kerja dan
8
lingkungan, status penyakit nutrisi yang buruk, olah raga yangberat, penurunan berat badan
yang signifikan.
 Amenorea merupakan perubahan umum yang terjadi pada beberapa titik dalam sebagian besar
siklus menstruasi wanita dewasa. Sepanjang kehidupan individu, tidak adanya menstruasi dapat
berkaitan dengan kejadian hidup yang normal seperti kehamilan, menopause, atau penggunaan
metode pengendalian kehamilan. Selain itu, terdapat beberapa keadaan atau kondisi yang
berhubungan dengan amenorea yang abnormal.
Amenorea dibagi menjadi dua bagian besar:
- Amenorea primer di mana seorang wanita tidak pernah menstruasi sampai umur 18
tahun. Terutama gangguan poros hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan tidak
terbentuknya alat genitalia.
- Amenorea sekunder, pernah beberapa kali mendapat menstruasi sampai umur 18 tahun
dan diikuti oleh kegagalan menstruasi dengan melewati waktu 3 bulan atau lebih.
Sebab terjadinya amenorea:
- Fisiologis :
 sebelum menarche
 hamil dan laktasi
 menopause senium
- Kelainan congenital
- Didapatkan :
 infeksi genitalia
 tindakan tertentu
 kelainan hormonal
 tumor pada poros hipotalamus-hipofisis atau ovarium
 kelainan dan kekurangan gizi (Manuaba, 2008).

Perubahan jumlah darah haid


 Hipermenorea atau menoragia
Hipermenorea adalah pendarahan haid yang lebih banyak dari normal (lebih dari 8 hari) dan
memanjang. Terjadinya pada masa haid yang mana haid itu sendiri teratur atau tidak.
Pendarahan semacam ini sering terjadi dan haidnya biasanya anovulasi. Penyebab terjadinya
menoragia kemungkinan terdapat mioma uteri, polip endometrium atau hyperplasia
endometrium (penebalan dinding rahim, dan biasanya terjadi pada ketegangan psikologi),
komplikasi kehamilan, adenomiosis, IUD, hiperplasia endometrium, tumor ganas, dan
perdarahan disfungsional adalah penyebab tersering dari menoragia. Adanya bekuan-bekuan
darah tidak selalu abnormal, tetapi dapat menandakan adanya perdarahan yang banyak.
Perdarahan yang ‘gushing’ dan ‘open-faucet’ selalu menandakan sesuatu yang tidak lazim.
 Hipomenorea atau kriptomenore
adalah perdarahan menstruasi yang sedikit, dan terkadang hanya berupa bercak darah.
Obstruksi seperti pada stenosis himen atau serviks mungkin sebagai penyebab. Sinekia uterus
(Asherman’s Syndrome) dapat menjadi penyebab dan diagnosis ditegakkan dengan
histerogram dan histeroskopi. Pasien yang menjalani kontrasepsi oral terkadang mengeluh
seperti ini, dan dapat dipastikan ini tidak apa-apa.

Gangguan perdarahan bukan haid


9
 Metroragia/perdarahan intermenstrual
adalah perdarahan yang terjadi pada waktu-waktu diantara periode menstruasi. Perdarahan
ovulator terjadi di tengah-tengah siklus ditandai dengan bercak darah, dan dapat dilacak
dengan memantau suhu tubuh basal. Polip endometrium, karsinoma endometrium, dan
karsinoma serviks adalah penyebab yang patologis. Pada beberapa tahun administrasi
estrogen eksogen menjadi penyebab umum pada perdarahan tipe ini.
 Menometroragia
adalah perdarahan yang terjadi pada interval yang iregular. Jumlah dan durasi perdarahan juga
bervariasi. Kondisi apapun yang menyebabkan perdarahan intermenstrual dapat menyebabkan
menometroragia. Onset yang tiba-tiba dari episode perdarahan dapat mengindikasikan adanya
keganasan atau komplikasi dari kehamilan.

Gangguan yang berkaitan dengan siklus menstruasi tetapi bukan berkaitan dengan jumlah,
frekuensi, atau durasi
 Sindrom premenstruasi (premenstrual syndrome/ PMS)
o Merupakan keluhan-keluhan yang biasanya terjadi mulai satu minggu sampai beberapa
hari sebelum datangnya haid yang menghilang sesudah haid datang walaupun kadang-
kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.Penyebab terjadinya tidak jelas, tetapi
mungkin faktor penting ialah ketidakseimbangan estrogen dan progesteron dengan akibat
retensi cairan dannatrium, penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam
hubungan dengan kelainan hormonal, pada premenstrual syndrome terdapat defisiensi
lutealdan pengurangan produksi progesterone.
o Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial juga memegang peranan
penting. Yang lebih mudah menderita keluhan-keluhan ini adalah wanita yang lebih peka
terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.
o Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa emosional berupa iritabilitas, gelisah,
insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mammae,
dsb. Sedang pada kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan
konsentrasi, dan peningkatan gejala-gejala tersebut di atas

 Dismenorea
o Dismenorea adalah nyeri atau rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat
menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual,
sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah,dll. Keluhan ini biasanya baru timbul 2
atau 3 tahun sesudah menarche.Umumnya hanya terjadi pada siklus haid yang disertai
pelepasan sel telur. Kadang-kadang juga pada siklus haid yang tidak disertai pengeluaran
sel telur(disebut siklus anovulatory), terutama bila darah haid membeku di dalam rahim.
Jadi rasa sakit terjadi ketika beku-bekuan itu didorong keluar rahim. Rasa sakit yang
menyerupai kejang ini terasa di perut bagian bawah. Biasanya dimulai 24 jam sebelum
haid datang dan berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa haid. Sesuatu itu semua
rasa tidak enak tadi hilang.
o Derajat rasa nyerinya bervariasi mencakup:
 ringan (berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskanaktivias sehari-hari),
 sedang (karena sakitnya diperlukan obat untuk menghilangkan rasa sakit, tetapi
masih dapat meneruskan pekerjaannya),

10
 berat (rasa nyerinya demikian beratnya sehingga memerlukan isirahat dan
pengobatan untuk menghilangkan nyerinya).
o Sebab dismenorea dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
 dismenorea primer, semata-mata berkaitan dengan aspek hormonal yang
mengendalikan uterus dan tidak dijumpai kelainan anatomis, umumnya dijumpai
pada wanita dengan siklus haid berevolusi.
 Dismenorea sekunder, rasa nyeri yang terjadi saatmenstruasi berkaitan dengan
kelainan anatomis uterus seperti endometriosis dan infeksi kronik genitalia interna
Patofisiologi dismenorea
a. Dismenore Primer
- nyeri haid tanpa ditemukan keadaan patologi dan berhubungan dengan siklus
menstruasi karena efek prostaglandin . Peningkatkan prostaglandin terjadi 48 jam saat
awal menstruasi. Lebih spesifik molekul yg berperan: prostaglandin F2-alpha
(stimulasi kontraksi uterus) dan prsotaglandin PGE (hambat kontraksi).
- Jenis – jenis prostaglandin:
Jenis Reseptor Fungsi
PGI 2 IP  Vasodilasi
 Menghambat Agregasi Platelet
 Bronchodilatation

PGE 2 EP 1  Bronkokonstriksi
 GI Saluran Otot Polos Kontraksi

EP 2  Bronchodilatation
 GI Saluran Otot Polos Relaksasi
 Vasodilatasi

EP 3  ↓ Lambung Sekresi Asam


 ↑ Lambung Lendir Sekresi
 Rahim Kontraksi (Bila Hamil)
 GI Saluran Otot Polos Kontraksi
 Lipolisis Inhibisi
 ↑ Otonom Neurotransmitter
 Platelet ↑ Tanggapan Terhadap Agonis Mereka ↑
Atherothrombosis Dan In Vivo

Yang Tidak  Hiperalgesia


Ditentukan  Pyrogenic

PGF 2α FP  Rahim Kontraksi


 Bronkokonstriksi

b. Dismenore Sekunder: berhubungan dengan keadaan patologis ex: endometriosis


(adanya kelenjar endometrial diluar uterus) , adenomiosis, myoma uteri dan penyakit
radang panggul.

11
1) Endometriosis
- adalah penyakit yang disebabkan karena ketidakseimbangan estrogen,
penyakit radang jinak yang ditandai oleh kelenjar endometrium ektopik dan
stroma, yang sering disertai fibrosis.
- Kelenjar dan stroma ini biasanya terdapat di pelvis namun juga ditemukan di
lokasi lain biasanya di usus besar, diafragma, umbilikus, dan rongga pleura.
- Ada tiga subtipe endometriosis: lesi peritoneum superfisial, lesi infiltrasi yang
dalam, dan kista (endometrioma) yang mengandung jaringan mirip darah dan
endometrium.
- Gejalanya sangat bervariasi namun biasanya meliputi nyeri saat berhubungan
seksual (deep dispareunia) dan nyeri sebelum dan/atau selama menstruasi
(dismenorea), nyeri berkemih, nyeri usus, dan nyeri panggul kronis.
- Endometriosis umumnya berhubungan dengan Infertilitas( Hickey,2014).
Endometriosis tidak hanya berhubungan dengan infertilitas, namun juga
dengan beberapa jenis kanker kebanyakan seperti kanker indung telur.
- Patogenesis endometriosis tidak diketahui, namun teori yang digunakan
seperti, menstruasi retrograde yaitu terjadi implantasi sel dan jaringan
endometrium berbalik arah menuju tuba falopi dan organ lain, imunitas yang
menurun, metaplasia epitel germinal, dan penyebaran metastasis(
Hickey,2014).
2) Adenomyosis
- digambarkan sebagai endometriosis internal, ditandai sebagai jaringan
endometrium ektopik di dalam miometrium di rahim.
- Dalam adenomiosis, serangkaian respons imun diaktifkan, termasuk
perubahan imunitas seluler maupun humoral, yaitu:
a) ekspresi kuat antigen permukaan sel atau molekul adhesi
b) peningkatan jumlah makrofag atau sel kekebalan tubuh
c) dan pengendapan imunoglobulin dan komponen komplemen.
- Penyakit ini menunjukkan frekuensi autoantibodi yang tinggi pada darah
perifer. Dengan demikian, bersifat mengganggu sistem imunologis
- Adenomyosis juga dapat mempengaruhi kesuburan dengan mengubah
kontraktilitas miometrium, berefek pada implantasi zigot, dan membuat
plasentasi yang buruk(Purundare.,C.N, 2006).
3) Mioma uteri
- adalah tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim dan
jaringan ikat di sekitarnya (myometrium)
- Mioma belum pernah ditemukan sebelum terjadinya menarkhe, sedangkan
setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh.
- Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 - 45 tahun (kurang
lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause.
- Wanita yang sering melahirkan, sedikit kemungkinannya untuk perkembangan
mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya satu
kali hamil.
- Mioma uteri dapat menyebabkan nyeri perut dan perdarahan abnormal,
serta diperkirakan dapat menyebabkan kesuburan rendah(Kurniasari,2010).
12
4) Pelvic Inflammatory Disease (PID) atau Penyakit Radang Panggul (PRP)
- adalah penyakit infeksi pada alat reproduksi wanita bagian atas (endometrium,
tuba fallopi, ovarium, atau peritoneum pelvis).
- Etiologi meliputi penularan secara seksual, penggunaan AKDR, dan infeksi
bakteri.
- PID disebabkan oleh penyebaran mikroorganisme secara asenden dari vagina
dan serviks ke traktus genital atas.
- Manifestasi klinis penyakit radang panggul meliputi , nyeri perut bagian
bawah, discharge pada vagina, perdarahan setelah koitus, dispareunia, disuria,
dan demam(Sarah,2014).

5. Definisi, etiologi, dan faktor risiko AUB


a. Abnormal Uterine Bleeding (AUB) adalah perubahan frekuensi, durasi, siklus, dan volume
darah menstruasi dari biasanya.
b. Pola perdarahan abnormal :
Pola perdarahan Keterangan
abnormal
Menorrhagia Pertambahan durasi (>7 hari) dan volume menstruasi
(>80 ml)
Metrorrhagia Perdarahan diantara 2 menstruasi (itermenstrual)
Metromenorrhagia Perdarahan dengan sikluas irregular, frekuensi, derta
durasi yang bervariasi
hiponemorea Aliran menstruasi sedikit
Oligomenorrhea Siklus menstruasi >35 hari
Polimenorrhea Siklus menstruasi <21 hari
Perdarahan kontak harus dianggap sebagai tanda dari kanker leher rahim
(perdarahan post-koitus) sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Penyebab
lain dari perdarahan kontak yang lebih sering yaitu
servikal eversi, polip serviks, infeksi serviks atau
vagina (Tichomonas) atau atropik vaginitis. Hapusan
sitologi negatif tidak menyingkirkan diagnosis kanker
serviks invasif, kolposkopi dan biopsi sangat
dianjurkan untuk dilakukan.
*Siklus menstruasi normal 28 ± 7 hari
c. Etiologi AUB:
“PALM COEIN”  cukup hapalkan ini saja
PALM  kelainan struktural
 Polyp (AUB-P) : pertumbuhan lesi lunak pada endometrium, bisa bertangkai atau tidak.
Contoh , polip endometrial, polip endoservikal. Man Klinis: asimptomatik, sebagian
ganas, didiagnosis dengan USG dan atau tanpa histopatologik
 Adenomyosis (AUB-A): stroma dan kelenjar endometrium ektopik pada lapisan
miometrium. Diagnosis: diperiksa histopatologis dan MRI dan USG  tampak hipertrofi
myometrium
 Leiomyoma : tumor jinak fibromuscular pada miometrium. Diklasifikasi lagi mjd 2:
submucosal myoma (AUB-Lsm) dasn other myoma (AUB-Lo). Tidak memberikan
13
gejala dan bukan penyebab tunggal AUB, biasanya berhubungan pada endometrium dan
bagian serosanya
 Malignancy and Hyperplasia : pertumbuhan ganas dan hyperplasia miometrium. Jarang
terjadi
o Vagina: karsinoma, penyakit trofoblastik metastatic, sarcoma botryoides.
o Serviks: polip, papiloma, karsinoma.
o Endometrium: hyperplasia, polip, karsinoma, sarcoma, penyakit trofoblastik.
o Miometrium: leiomoima, leiomiosarkoma, miosis stroma endolimfatik
(hemangioperisitoma).
o Ovarium : tumor-tumor sel teka granulose yang menghasilkan estrogen; tumor-
tumor lain atau kista dapat merangsang hormone stromaovarium.
o Tuba falopii: karsinoma.

COEIN  kelainan nonstruktural


 Coagulopathy (AUB-C): gangguan hemostatis sistemik yang berdampak pada
perdarahan uterus. Contoh, penyakit Von Willebrand, trombositopenia
 Ovulatory disfunction (AUB-O): kegagalan ovulasi. Penyebab paling utama
hiperandrogenik anovulasi karena kebanyakan hormon androgen menyebabkan atresia
folikel sebelum terbentuk folikel de graaf. Kelebihan estrogen dan progesteron
menyebabkan penebalan endometrium yang berlebihan sehingga bagian ujung-ujungnya
iskemik/tidak mendapat pendarahan sehingga meluruh. Penyebab lain: hipertiroid. Man
klinis: amenore, AUB
 Endometrial: gangguan hemostatis local endometrium akibat ggn hemostasis lokal
endometrium, penurunan faktor vasokonstriksi endothelin-1, PGE2.
 Iatrogenik: berhubungan dengan intervensi medis. Contoh, AKDR (menimbulkan infeksi
atau pengaruh hormon progesteron pada AKDR), estrogen, progestin
 Not yet Classified: jarang dan sulit diklasfikasikan. Contoh : malformasi arteri-vena,
endometritis kronik

Tambahan Etiologi tetapi yang dipahami PALM COEIN saja


 Sebab-sebab organik
Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan oleh kelainan pada:
a) Serviks uteri, seperti polipus servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada porsio
uteri, karsinoma servisis uteri;
b) Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus iminens, abortus sedang
berlangsung, abortus inkompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio
uteri, karsinoma korporis uteri, sarkoma uteri, mioma uteri;
c) Tuba Falopii, seperti kehamilan ektoplik terganggu, radang tuba, tumor tuba;
d) Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium.
 Sebab-sebab fungsional:
Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan
menopause.. Tetapi , kelainan ini lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan
masa akhir fungsi ovarium. dalam praktek banyak dijumpai pula perdarahan
disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat
sembuh sendiri, jarang diperlukan perawatan di rumah sakit.

14
 Komplikasi kehamilan
1. Perdarahan implantasi
2. Abortus
3. Kehamilan ektopik
4. Kehamilan mola, penyakit trofoblastik
5. Komplikasi plasenta
6. Vasa previa
7. Hasil konsepsi yang tertahan
8. Subinvolusi uterus setelah kehamilan
 Infeksi dan Inflamasi
1. Vulvitis
2. Vaginitis
3. Servitis
4. Endometritis
5. Salpingo-oophoritis (adnexitis)
 Hiperplasia dan Neoplasia
 Trauma
1. Perdarahan post operatif
2. Laserasi Obstetrik
3. Benda asing dalam vagina
4. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) / intrauterine device (IUD)
 Endometriosis
 Adenomiosis : terdapatnya jaringan endometrium pada miometrium
 Aneurisma sirsiod- fistula arteriovenosa
 Kelainan hematologik atau sistemik
 Medikasi yang mempengaruhi produksi dan sekresi estrogen progesteron
 Ggn psikis, stress

d. Faktor Risiko AUB


 Pertambahan usia (>40 tahun)
 Obesitas (BMI > 30 kg/m2)
 Penggunaan tamoxifen
 Diabetes mellitus
 Nulipara
 Anovulasi
e. Klasifikasi AUB
 Berdasarkan etiologi: PALM COEIN (Penjelasan sudah)
 Berdasarkan Life cycle
Premenarche : trauma, ca, dll
Menarche : defek koagulasi, ggn. hipotalamus
Reproductive
Menopause : ca, dll
 Berdasarkan anatomik
Dari uterus, ovarium, tuba, serviks dapat terjadi  infeksi, neoplasma, ca, hiperplasia,
tumor jinak, unovulasi
 Berdasarkan Jenis Perdarahan

15
a) Pendarahan uterus abnormal akut didefinisikan sebagai pendarahan haid yang banyak
sehingga perlu dilakukan penanganan segera untuk mencegah kehilangan darah.
Pendarahan uterus abnormal akut dapat terjadi pada kondisi PUA kronik atau tanpa
riwayat sebelumnya.
b) Pendarahan uterus abnormal kronik merupakan terminologi untuk pendarahan uterus
abnormal yang telah terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi ini biasanya tidak memerlukan
penanganan yang segera seperti PUA akut.

c) Pendarahan tengah (intermenstrual bleeding) merupakan pendarahan haid yang terjadi


diantara 2 siklus haid yang teratur. Pendarahan dapat terjadi kapan saja atau dapat juga
terjadi di waktu yang sama setiap siklus. Istilah ini ditujukan untuk menggantikan
terminologi metroragia. Pola pendarahan secara umum pada penggunaan kontrasepsi
dapat terkait dengan jumlah, lama maupun keteraturan dari pendarahan. Kelainan
pendarahannya dapat berupa pendarahan ringan, jarang dan kadang pendarahan lama.
Berdasarkan pola pendarahan yang ditemukan seringkali kelainan tersebut tidak akan
menyebabkan anemia defisiensi besi. Pola pendarahan yang penting secara klinik pada
perempuan usia 15 - 44 tahun dapat dilihat pada tabel 3.2

6. Patofisiologi AUB
Dibagi berdasarkan pengaruh hormon estrogen dan progesteron
a. Pendarahan sela (Breakthrough bleeding)
Merupakan pendarahan yang terjadi akibat paparan terhadap hormon tertentu secara terus
menerus pada lapisan endometrium. Kejadian pendarahan umumnya tidak dapat diprediksi,
dan jenis pendarahannya dapat berupa pendarahan ringan dan pendarahan bercak (spotting).
Berdasarkan mekanisme penyebabnya, maka pendarahan sela dapat dibagi menjadi
1) Progesteron Breakthrough Bleeding
- Progesteron breakthrough bleeding adalah pendarahan bercak yang terjadi ketika
rasio progesteron terhadap estrogen tinggi.

16
- Pendarahan sela progesteron terjadi ketika rasio progesteron terhadap estrogen
tinggi. Pemberian progestin eksogen secara terus menerus dapat
mengakibatkan pendarahan intermiten dengan durasi yang bervariasi, namun
umumnya cukup ringan.
- Kondisi ini dapat dihindari jika tubuh masih memiliki kadar estrogen yang cukup
untuk mengimbangi progestin. Contoh dari pendarahan sela progesteron adalah
pendarahan yang terjadi pada perempuan yang menggunakan kontrasepsi progestin
saja.
- Pada perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral kombinasi estrogen-
progestin dapat pula mengakibatkan terjadinya pendarahan sela progesteron apabila
komponen progestin menjadi lebih dominan dibandingkan dengan komponen
estrogennya.
- Gambaran histologi pendarahan sela progesteron menggambarkan adanya
“penekanan fase sekresi” yang mengakibatkan terjadinya atropi pada jaringan
endometrium.

2) Estrogen Breakthrough Bleeding


- Pola pendarahan akibat pengaruh paparan estrogen terus-menerus. Jumlah dan durasi
estrogen breakthrough bleeding dapat bervariasi, tergantung pada jumlah dan durasi
stimulasi unopposed estrogen terhadap endometrium
- Lapisan endometrium menerima signal dari estrogen dengan kadar yang
berfluktuasi. Estrogen akan memicu proliferasi endometrium sehingga
mencapai ketebalan yang tidak normal dan sangat rapuh. Pertumbuhan
endometrium yang tidak normal ini mencakup epitel, stroma dan mikrovaskuler.
Pertumbuhan lapisan endometrium yang hanya dipicu oleh hormon estrogen saja
tanpa adanya efek progesteron, akan memicu pertumbuhan endometrium dengan
kehilangan struktur yang berfungsi untuk menunjang stroma untuk
mempertahankan stabilitas lapisan endometrium. Kapiler vena pada kondisi
proliferasi endometrium yang persisten dan hiperplasia endometrium, akan
meningkat, berdilatasi dan seringkali terbentuk saluran ireguler yang tidak normal
dan rapuh sehingga mudah menyebabkan terjadinya pendarahan.
- Beberapa penelitian sebelumnya ternyata memperlihatkan, pendarahan sela estrogen
yang terjadi ternyata tidak hanya disebabkan oleh meningkatnya densitas
pembuluh darah yang tidak normal, rapuh, rentan robekan. Tapi juga
disebabkan oleh karena adanya pelepasan enzym proteolitik lisosom dari sekitar
sel epitel dan sel stroma, dan juga adanya migrasi sel-sel leukosit dan makrofag.
Sel-sel imun tersebut selanjutnya memicu pelepasan prostaglandin, terutama
PGE2 (vasodilatasi), yang lebih dominan dibandingkan dengan PGF2
(vasokontriksi).
- Pendarahan yang terjadi pada pendarahan sela estrogen adalah pola pendarahan yang
berbeda pada perempuan dengan anovulasi kronik. Jumlah dan durasi pendarahan
sela estrogen dapat bervariasi, tergantung pada jumlah dan lamanya stimulasi
estrogen tidak terlawan (unopposed estrogen) terhadap lapisan endometrium.
Paparan estrogen kronis dosis rendah biasanya menyebabkan bercak/spotting
intermiten yang umumnya ringan, namun berlangsung lama. Sebaliknya, stimulasi
17
estrogen dosis tinggi dalam jangka waktu yang lama, menyebabkan amenore
yang lama yang diselingi episode pendarahan akut yang lamanya bervariasi

b. Pendarahan Lucut (withdrawal bleeding)


Adalah pendarahan yang terjadi karena turunnya kadar hormon estrogen/progesteron
dengan ciri pendarahan yang umumnya teratur, dapat diprediksi, dan konsisten dalam volume
dan durasi. Turunnya kadar hormon estrogen dan progesteron karena korpus luteum yang
mengalami degenerasi (estrogen-progesteron withdrawal). Mekanisme yang sama dapat
terjadi ketika korpus luteum diangkat pada tindakan bedah atau ketika terdapat gangguan
pada hormon gonadotropin di fase luteal. Kejadian pendarahan yang mengikuti penghentian
pemberian estrogen dan progestin pada terapi hormon pascamenopause yang diberikan secara
siklik dan pendarahan yang terjadi pada akhir siklus PKK dapat pula dikategorikan sebagai
pendarahan lucut.
Berdasarkan mekanisme penyebabnya, maka pendarahan lecut dapat dibagi menjadi
1) Pendarahan lucut estrogen/ Estrogen withdrawal bleeding
- Adalah pendarahan yang terjadi karena turunnya kadar hormon estrogen. sebelum
terjadi ovulasi (fase folikular).
- Salah satu contoh klinis adalah pendarahan yang terjadi pasca tindakan ooforektomi
bilateral pada fase folikular.
- Pendarahan yang terjadi setelah pengangkatan indung telur dapat diperlambat dengan
pemberian estrogen eksogen. Akan tetapi pendarahan akan tetap terjadi jika terapi
estrogen dihentikan
2) Pendarahan lucut progesterone/ Progesterone withdrawal bleeding
- Adalah pendarahan yang disebabkan penurunan kadar hormon progesteron.
- Dapat terjadi pada saat pemberian progestogen dihentikan.
- Pendarahan lucut progesteron umumnya hanya terjadi jika lapisan endometrium
sebelumnya terpapar dengan hormon estrogen baik yang berasal dari endogen
atau eksogen terlebih dahulu. Jumlah dan lamanya pendarahan dapat sangat
bervariasi dan umumnya berhubungan dengan kadar dan lamanya stimulasi estrogen
pada proliferasi endometrium.

Pada Kasus
AUB-I karena efek samping AKDR

18
Pendarahan akibat penggunaan AKDR yang lebih sering dengan jumlah yang berlebihan dan masa
pendarahan yang memanjang berpotensi dapat menyebabkan terjadinya anemia defisiensi besi.
- pemasangan AKDR dapat meningkatkan produksi prostaglandin di endometrium yang
mengakibatkan peningkatan vaskularisasi, peningkatan permeabilitas pembuluh darah, dan
menghambat aktivitas trombosit, yang pada akhirnya dapat memicu terjadinya peningkatan
jumlah darah menstruasi.
- peningkatan ekspresi COX-2 (siklooksigenase isoenzim 2), yang selanjutnya akan diikuti
dengan peningkatan biosintesis prostanoid dan ekspresi faktor pro-angiogenik, seperti VEGF
(vascular endothelial growth factor), bFGF (basic fibroblast growth factor), PDGF (platelet-
derived growth factor), Ang-1(angiopoietin-1) dan Ang-2 (angiopoietin-2) dan sebaliknya
akan terjadi down-regulation dari ekspresi gen antiangiogenik seperti cathepsin-D.
- kenaikan PGF2a dan PGE2vasodilatasi PGE1  mencegah agregasi platelet shingga
menimbulkan banyak perdarahan. yang bermakna dari hasil bilasan endometrium 3 bulan
pasca insersi AKDR. Akan tetapi peningkatan konsentrasi prostaglandin tidak ditemukan pada
pasien yang telah menggunakan AKDR selama minimal 2 tahun
- ekspresi berlebihan mRNA dan protein enzim COX-2 yang menyebabkan produksi berlebihan
prostaglandin di endometrium pasca insersi AKDR.
- nitrit oksida (NO) yang merupakan vasodilator kuat yang dihasilkan endotel pembuluh darah.
NO yang disintesis sebagai respon terhadap reaksi inflamasi akibat adanya AKDR di
endometrium berhubungan dengan peningkatan sintesis prostaglandin

Terjadi gejala yang lain


a. Nyeri. Karena hormon progesteron  peningkatan prostaglandin  sensitisasi saraf perifer
 nyeri
b. Pusing. Perdarahan  Kurang darah  hipoperfusi O2 di jaringan otak
c. Pucat. Perdarahan  kekurangan SDM shg warna kulitnya pucat
d. Lelah. Perdarahan  kurang darah  kurang oksigen  kompensasidengan metabolisme
anaerob  menghasilkan asam laktat yg menimbulkan lelah. Selain itu juga terjadi karena
kurang energi (ATP) yang dibawa O2 melalui darah sehingga mudah lelah

7. FK, FD, ESO, I, KI, dosis Asam Mefenamat dan Fe


ASAM MEFENAMAT FE
FK  A: peroral, di GI tract  A:di duodenum dan jejunum
 D: terikat protein plasma dengan proximal. Meningkat saat
baik cadangan rendah dan atau
 M: di hepar kebutuhan meningkat. Menurut
 E: via urin jika ada fosfat dan atau antasida.
 D: diikat oleh transferin
 M: disimpan dalam bentuk feritin
sbg cadangan di mukosa usus
halus, hati, limpa dan sumsum
tulang
 E: via kulit dan epitel terkelupas,
keringat, urin, feses, kuku dan
rambut yang dipotong
FD  Golongan NSAID, efek analgesik Meningkatkan produksi Hb
dominan dibanding anti-inflamasi
dan antipiretik.
19
 Mengurangi kehilangan darah
saat haid
 Hambat COX 1 dan 2 (tdk
spesifik)
ESO  Saluran cerna : dispepsia, diare,  Intoleransi : mual, nyeri
diare berdarah, iritasi mukosa lambung, konstipasi, diare, kolik
lambung  Feses berwarna hitam karena
 Hipersensitivitas : eritema kulit, perdarahan saluran cerna
bronkokonstriksi  Intoksikasi akut : mual
 Anemia hemolitik muntah, diare, hemetemesis, feses
hitam, syok  kolaps
kardiovaskular  kematian
 Stenosis pilorus
 Intoksikasi menahun :
hemosiderosis
INDIKASI Inflamasi, infeksi Pencegahan dan pengobatan anemia
defisiensi besi
SEDIAAN 3 x 500 mg  Dosis max Oral : ferofumarat dan feroglukonat
2-3 tablet sediaan ada 250-500 mg 1x1 tablet krn kebutuhan Fe di tubuh
tdk terlalu banyak dan khawatir
intoksikasi
Parenteral : IV dan IM
Dikombinasikan dengan Vitamin C
shg metabolismenya bisa
ditingkatkan
INTERAKSI Dapat memperpanjang prothrombin
OBAT sehingga menghambat koagulasi
darah

8. Jenis-jenis kontrasepsi, I, KI, dan ESO-nya


Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat
sementara, dapat pula bersifat permanen.
a. Obat spermatisid
 MK
ada 2 komponen, 1. Bahan kimia yang mematikan sperma ex. Nonilfenoksi, polietanol
dalam medium tablet busa, krim, atau agar. 2. Berupa tablet busa atau agar yang
diletakkan dalam vagina, dekat serviks. Gerakan gerakan saat senggama akan
menyebarkan busa meliputi serviks, sehingga dapat menutupi ostium uteri eksternum
dan mencegah masuknya sperma ke dalam serviks.
 Efek samping
Reaksi alergi
b. Kondom
 MK
Menghalangi masuknya sperma ke dalam vagina, shg pembuahan tidak terjadi.
 Keuntungan
Murah, mudah di dapat, tidak memerlukan pengawasan, mengurangi penularan
penyakit kelamin
 Efek samping
Reaksi alergi
20
 KI
Alergi, tua, ibu hamil risiko tinggi
c. AKDR/ IUD
 MK
Meninggikan getaran saluran telur sehingga waktu blastokista ke rahim, endometrium
belum siap menerima nidasi sehingga terjadi penumpukan sel darah putih yang
melarutkan blastokista.
 Efek samping
Nyeri waktu pemasangan , kejang rahim. Nyeri pelvik, perdarahan, darah haid lebih
banyak. Sekret vagina lebih banyak.
 KI
Penyakit radang panggul aktif atau rekuren, tumor ovarium, kelainan uterus, kelainan
haid, dismenorea, wanita dengan pasangan banyak partner seksual.
d. Kontrasepsi Hormonal
 MK
Estrogen: - ovulasi dihambat melalui pengaruh estrogen terhadap hipotalamus dan
selanjutnya menghambat FSH dan LH
- Implantasi telur yang dibuahi dihambat oleh estrogen dosis tinggi yang
diberikan pada pertengahan siklus haid.
Progesteron: - lendir serviks menjadi lebih pekat, sehingga penetrasi dan transportasi
sperma lebih sulit.
- Kapasitas sperma dihambat oleh progesteron
- Jika progesteron diberikan sebelum kontrasepsi, maka perjalanan
ovum dalam tuba akan terhambat.
- Implantasi akan terhambat bila progesteron diberikan sebelum ovulasi
- Penghambatan ovulasi melalui fungsi hipotalamus-hipofisis-ovarium.
 Misalnya :
Kontrasepsi KI Efek samping
Pil kombinasi Tromboflebitis, keganasan Ringan:pertambahan
kelenjar payudara dan BB, mual, depresi,
reproduksi, varises berat. kandidiasis,
Hipertensi, diabetes, perdarahan di luar
perdarahan abnormal haid
pervaginam, fibromioma Berat:
uterus. Tromboemboli
Pil mini Indikasi: ibu memnyusui Perdarahan tidak
KI : kanker payudara, teratur dan spotting
tumor hati jinak atau
ganas, perdarahan uterus
belum jelas.
Suntikan KI: (hampir sama dengan Terlambatnya
1 bulan (cydofem) atas) kesuburan setelah
3 bulan (depo mdroksi pemakaian,
progesteron asetat) permasalahan BB,
tidak dapat

21
dihentikan sewaktu-
waktu.
Implant KI: hipertensi, diabetes, Gangguan haid
perdarahan pervaginam, (perdarahan tidak
penyakitt jantung dan teratur), perdarahan
ginjal bercak. Amenorea

e. Kontrasepsi mantap
Tubektomi
MK : mencegah keluarnya ovum dengan cara mengikat atau memotong saluran tuba
fallopi. Kontrasepsi ini ternyata untuk jangka panjang, walaupun kadang-kadang masih
dapat dipulihkan kembali seperti semula.
Vasektomi
MK: menghalangi keluarnya sperma dengan mengikat atau memotong vas deferens
sehingga sperm tidak keluar saat senggama.
Indikasi keduanya : Tua (mengakhiri), penyakit tertentu (jantung dll), grande multi
gravida (lebih dari 5, diatas 35 tahun)
Efek samping
Vasektomi : meskipun bisa di reverse namun kesmepatan untuk menajdi fertile hanya 30-
40%.
Tubektomi : bisa di reverse namun kemungkinan fertilenya sgt kecil.

9. Apakah pemeriksaan fisik dan penunjang pada pasien?  tambahan kelompok 10


 Menghitung hari menstruasi
Siklus menstruasi adalah jarak antara hari pertama menstruasi dengan menstruasi berikutnya.
panjang siklus menstruasi wanita bervariasi rata-rata normal lama satu siklus menstruasi yaitu
selama 28 hari. Panjang siklus menstruasi mengandung kesalahan +- 3 hari karena waktu
keluarnya menstruasi dari ostium uteri eksternum (OUE) tidak dapat diketahui secara tepat dan
jam mulainyan mensturasi tidak diperhitungkan. Pada umumnya perdarahan akan terjadi
selama +- 7 dengan jumlah darah yang di eksresikan +-80 cc. Jadi, misalnya ada bulan April
hari pertama haid jatuh pada tanggal 16 dan pada bulan Mei hari pertama haidnya jatuh pada
tanggal 12, maka siklus haid yang terjadi adalah 27 hari.

 Memperkirakan kehilangan darah selama mens dengan menghitung produk pengguunaan


pembalut

22
 USG rongga pelvis, transvaginal untuk mendiagnosis Abnormal Uterine bleeding
Dengan USG transvaginal dapat diketahui ketebalan endometrium, keadaan-keadaan patologis
pada endometrium, myometrium serta adneksa. Williams mendapatkan kemampuan USG
trans-vaginal dalam mendeteksi lesi intrauteri dengan sensitifitas 67% dan spesifisitas 93%
dengan nilai duga positif 80% serta nilai duga negatif 86% dibandingkan baku emas
histeroskopi. Pencitraan ultrasonografi transvaginal relatif murah, tidak memerlukan
anesthesia, tidak invasif dan dapat digunakan sebagai langkah awal dalam evaluasi pendarahan
uterus abnormal. Literatur menunjukkan bahwa ultrasonografi transvaginal memungkinkan
pendeteksian patologi endometrium pada sebagian besar kasus. Prosedur ultrasonografi
transvaginal merupakan prosedur yang valid, aman, dan tidak invasif yang tidak memerlukan
penggunaan anestesi sehingga dapat digunakan sebagai lini awal metode diagnostik dalam
investigasi perempuan dengan pendarahan uterus abnormal.
23
Ultrasonografi transvaginal dapat digunakan untuk mengevaluasi endometrium menggunakan
gray scale, color / power dopler, media kontras (SIS) atau teknologi ultrasond 3 dimensi. Selain
itu, TVUS memungkinkan visualisasi adnexa dan organ-organ pelvik, termasuk kandung kemih
dan cul de sac. Evaluasi dengan ultrasonografi transvaginal anatara lain meliputi penilaian
endometrium dalam sagital plane, dengan ketebalan bilayer yang dikukur dari perbatasan
miometrium endometrium dalam sagittal plane, dengan ketebalan bilayer yang diukur dari
perbatasan miometrium endometrium proksimal sampai bagian distal (Djowantono, 2012)
Histeroskopi  merupakan prosedur ednokospi untuk visualisasi langusng canalis
endocervikalis dan cavum uteri. Cara: pasien litotomi, bokong ditinggikan 5 derajat lalu di
anastesi. Masukan histeroskop ke kanalis cervik, setelah masuk ke cavum uteri periksa funndus
dll. Untuk lihat pedarahan uterus abnormal kita juga bisa lihat kelainan histopatologi

24
KASUS KEDUA: Mengapa Anakku Kecil?
Seorang anak perempuan dengan inisial X lahir tanggal 10 Januari 2015 datang dibawa oleh
ibu kandungnya ke praktek dokter Puskesmas pada tanggal 15 Maret 2016. Ibunya membawa anak
tersebut karena anaknya terlihat lebih kecil daripada anak seusianya. Proses persalinan anak tersebut
ditolong oleh bidan di Puskesmas setempat, dengan berat badan (BB) lahir 3000 gram, panjang
badan 52 cm, dan lingkar kepala 30 cm. Saat lahir anak tersebut menangis lemah. Empat hari
setelah lahir, kulitnya terlihat kuning dan nampak malas untuk menetek ibunya. Terdapat
riwayat kejang pada saat usia 2 dan 4 bulan. Satu bulan yang lalu BB anak tersebut 6900 gram dan
panjang badannya 62 cm. Riwayat imunisasi anak lengkap berdasarkan catatan pada buku KMS.
Pada pemeriksaan antopometri didapat BB 7100, panjang badan 64 cm, dan lingkar kepala 40 cm.
Pada pemeriksaan perkembangan anak belum bisa duduk, dengan kepala tegak sejak usia 8
bulan. Anak bisa tersenyum spontan dan genggaman tangannya tidak terlalu kuat. Setiap benda
yang dipegang selalu jatuh.

Batasan Masalah
Sasaran Belajar
Jawaban

25

Anda mungkin juga menyukai