tentang
MASALAH GIZI PADA BAYI
i
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah Swt atas izin-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula saya
kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad Saw.
Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh ummatnya yang senantiasa
istiqomah hingga akhir zaman.Pengerjaan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas kuliah.
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna.Karena itu kami mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi
perbaikan makalah di masa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini
bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak. Aamiin
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan ..................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 19
B. Saran .................................................................................................... 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bayi (usia 0-11 bulan) merupakan periode emas sekaligus periode
kritis karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat yang mencapai puncaknya pada usia 24 bulan.
Rekomendasi WHO dalam rangka pencapaian tumbuh kembang
optimal yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30
menit setelah bayi lahir, memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau
pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan,
memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia
6 bulan sampai 24 bulan, dan meneruskan pemberian ASI sampai anak
berusia 24 bulan atau lebih. Bayi membutuhkan diet yang cukup berbeda
dengan anak-anak dan dewasa. Kecilnya tubuh dan pertumbuhan yang cepat
merupakan faktor utama yang mempengaruhi kebutuhan energi dan nutrien
bagi bayi. Imaturitas dari fisiologi dan perkembangan menyebabkan bayi
membutuhkan bentuk makanan yang berbeda.
Pada usia enam bulan, bayi masih perlu dipangku untuk duduk dan
harus dipegang saat makan. Tetapi sejak usia delapan bulan, kekuatan dan
keseimbangan untuk duduk sendiri telah berkembang, dan bayi mulai dapat
menggunakan kursi tinggi. Pada usia enam bulan, bayi telah mampu
mengambil dan meraih sendok, meski gerakannya belum begitu baik. Pada
usia tujuh bulan atau delapan bulan, bayi telah mampu meraih dan
menentukkan arah dengan baik. Dengan memanfaatkan jari-jarinya, bayi
dapat memegang makanan kecil atau sendok, dan menggunakannya secara
lebih terarah. Gerakan bayi semakin berkembang saat usianya satu tahun.
Tangan dan mata sudah baik sehingga sebutir kacang atau kismis dapat
diambilnya dengan baik. Bayi pun kini sudah dapat minum dari cangkir atau
gelas.
Bayi berada didalam masa pertumbuhan dan
perkembangan paling pesat dalam siklus kehidupan manusia. Bayi yang
1
dilahirkan dengan sehat, pada umur 6 bulan akan mencapai pertumbuhan
atau berat badan 2 kali lipat dari berat badan pada waktu dilahirkan. Supaya
bayi tumbuh dengan baik, zat-zat gizi yang sangat dibutuhkan adalah
protein, kalsium, vitamin D, vitamin A dan K, Fe (zat besi). Secara alamiah
sebenarnya zat-zat gizi tersebut sudah terkandung dalam ASI (Air Susu Ibu).
Oleh sebab itu, apabila gizi makan ibu cukup baik, dan anak diberi ASI pada
umur 0-6 bulan, zat-zat gizi tersebut sudah dapat mencukupi (Notoatmodjo,
2011).
Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan
berat. Sedangkan perkembangan merupakan bertambahnya struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar,
gerak halus, bicara, dan bahasa serta sosialisasi dan kemadirian (Depkes
RI, 2005).
Untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
pada bayi perlu di berikan asupan nutrisi sesuai dengan usianya. Bayi yang
usianya >6 bulan perlu tambahan makanan pendamping ASI, karena semakin
bertambahnya usia, perkembangan bayi juga bertambah. Oleh karena itu
nutrisi perlu ditambahkan dengan pemberian MP-ASI. Selain itu pemberian
MP-ASI juga disesuaikan dengan usianya, mengingat penyerapan makanan
oleh pencernaan bayi belum sempurna, makanan tersebut akan mempengaruhi
status gizi nya. Secara umum, masalah gizi di Indonesi banyak disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan asupan energi dan protein yang
dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama.
Berdasarkan data dari Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan
diketahui sampai tahun 2011 ada sekitar 1 juta anak di Indonesia yang
mengalami gizi buruk. Pada tahun 2010, tercatat jumlah balita gizi
buruk di Indonesia sebanyak 43.616 balita atau sebesar 4.9%. Angka ini
lebih kecil jika dibandingkan tahun 2009 dengan jumlah balita gizi buruk
sebanyak 56.941 balita. Namun, angka penderita gizi buruk pada tahun 2010
ini masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun
2
2008 yang berjumlah 41.290 balita. Presentase kasus balita gizi buruk
tertinggi di Pulau Jawa pada tahun 2010 terjadi di Provinsi Jawa Timur
dengan angka sebesar 4,8%(Depkes, 2010).
Selain itu, masih tingginya angka kejadian gangguan pertumbuhan
dan perkembangan pada
anak usia balita khususnya gangguan perkembangan motorik didapatkan
23,5 (27,5%) / 5 juta anak mengalami gangguan. Sedangkan masala
perkembangan anak seperti keterlambata motorik, berbahasa, perilaku,
autisme, hiperaktif, dalam beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat,
angka kejadian di Amerika serikat berkisar 12-16,6%, Thailand 24%,
Argentina 22,5% dan di Indonesia antara 13-18% (UNICEF,
2005 dalam Dhamayanthi, 2006).
Hal tersebut menunjukkan bahwa status gizi yang kurang atau
buruk pada anak, akan memengaruhi tumbuh kembangnya. Peran orang
tua juga sangat penting dalam perbaikan gizi bayi dengan memerhatikan jenis
pemberian makanaan, frekuensi, dan waktu pemberian makanannya supaya
status gizi bayi dan tumbuh kembangnya baik.
3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep gizi bayi ?
2. Bagaimana prinsip gizi seimbang ?
3. Bagaimana peranan dan pentingnya pemberian asi ?
4. Apa keuntungan pemberian asi ?
5. Bagaimana kebutuhan gizi bayi ?
6. Apa standar kebutuhan gizi bayi setiap hari ?
7. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian makanan pada bayi ?
8. Bagaimana dampak kekurangan dan kelebihan gizi pada bayi ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep gizi bayi
2. Untuk mengetahui prinsip gizi seimbang
3. Untuk mengetahui peranan dan pentingnya pemberian asi
4. Untuk mengetahui keuntungan pemberian asi
5. Untuk mengetahui kebutuhan gizi bayi
6. Untuk mengetahui standar kebutuhan gizi bayi setiap hari
7. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian
makanan pada bayi
8. Untuk mengetahui dampak kekurangan dan kelebihan gizi pada bayi
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
3. Memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi
berusia 6 bulan sampai 24 bulan
4. Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih
(WHO, 2003)
Di Indonesia, Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan pasal 128 ayat 1 menyatakan bahwa, “setiap bayi berhak
mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan,
kecuali atas indikasi medis”. Kebutuhan energi bayi yang cukup selama
tahun pertama kehidupan sangat bervariasi menurut usia dan berat badan.
Taksiran kebutuhan energi selama 2 bulan pertama, yaitu masa pertumbuhan
cepat, adalah 120 kkal/kg BB/hari. Secara umum, selama 6 bulan pertama
kehidupan, bayi memerlukan energi sebesar kira-kira 115-120 kkal/Kg/hari,
yang kemudian berkurang sampai sekitar 105 – 110 energi pasokan
karbohidrat diperkirakan sebesar 40-50% yang sebagian besar dalam bentuk
laktosa (Arisman, 2007) Besaran pasokan protein dihitung berdasarkan
kebutuhan untuk bertumbuh-kembang dan jumlah nitrogen yang hilang lewat
air seni, tinja dan kulit.
Mutu protein bergantung pada kemudahannya untuk dicerna dan
diserap (digestibility dan absorpability) serta komposisi asam amino
didalamnya. Jika asupan asam amino kurang, pertumbuhan jaringan dan
organ, berat dan tinggi badan, serta lingkar kepala akan terpengaruh. Jika
dihitung berdasarkan berat badan, besar kebutuhan protein bayi adalah 2,2
g/kg/hari pada usia <6 2="" 6-12="" bulan.="" bulan="" dan="" g="" hari=""
kg="" pada="" span="" usia="">Asupan protein yang berlebihan dapat
menyebabkan intoksikasi protein, yang menampilkan gejala seperti letargi,
hiperammonemia, dehidrasi, dan diare. Dalam menghitung kebutuhan protein
berdasarkan ASI, perlu dipikirkan faktor lain disamping
“kemudah cernaannya”. Didalam ASI yang mengandung nitrogen, banyak
komponen berisi faktor-faktor yang berperan sebagai sesuatu yang tidak
berkaitan dengan fungsi protein itu sendiri. Laktoferin, misalnya, berfungsi
sebagai antibakteri (Arisman, 2007).
6
Air susu ibu yang sehat dan cukup makan dianggap mengandung
elemen kelumit kecuali vitamin D dan dibeberapa daerah tertentu, flour.
Widya Karya Pangan dan Gizi (WNPG) merekomendasikan AKG Vitamin
larut lemak, vitamin larut air dan mineral yaitu:
7
1. ASI terdiri dari 88% air
Kandungan air dalam ASI yang diminum bayi selama pemberian
ASI eksklusif sudah mencukupi kebutuhan bayi dan sesuai dengan
kesehatan bayi. Bahkan bayi baru lahir yang hanya mendapat sedikit ASI
pertama (kolostrum — cairan kental kekuningan), tidak memerlukan
tambahan cairan karena bayi dilahirkan dengan cukup cairan di dalam
tubuhnya. ASI dengan kandungan air yang lebih tinggi biasanya akan
‘keluar’ pada hari ketiga atau keempat.
2. ASI mempunyai kandungan bahan larut yang rendah
Salah satu fungsi utama air adalah untuk menguras kelebihan
bahanbahan larut melalui air seni. Zat-zat yang dapat larut (misalnya
sodium, potasium, nitrogen, dan klorida) disebut sebagai bahan-bahan
larut. Ginjal bayi yang pertumbuhannya belum sempurna hingga usia tiga
bulan, mampu mengeluarkan kelebihan bahan larut lewat air seni untuk
menjaga keseimbangan kimiawi di dalam tubuhnya. Oleh karena ASI
mengandung sedikit bahan larut, maka bayi tidak membutuhkan air
sebanyak anak-anak atau orang dewasa (LINKAGES, 2002)
Kebutuhan cairan bayi usia 6-11 bulan umunya dapat dipenuhi dari
ASI saja. Cairan tambahan dapat diperoleh dari buah atau jus buah, sayuran,
atau sedikit air matang setelah pemberian makan. Penting diperhatikan untuk
menjamin bahwa air putih dan cairan lain tidak menggantikan ASI. Air dapat
menghilangkan atau mengencerkan kandungan gizi dari makanan
pendamping kaya energi. Energi yang dihasilkan dari bubur, sop, kaldu, dan
makanan cair lain yang diberikan kepada bayi umumnya di bawah batas yang
dianjurkan untuk makanan pendamping (0,6 kcal/g). Mengurangi jumlah air
yang ditambahkan pada makanan ini dapat meningkatkan kondisi gizi anak
dalam kelompok usia ini (LINKAGES, 2002)
Pemberian ASI selalu diakui sebagai cara yang optimal untuk
memberi makan bayi, kendati rekomendasi mengenai praktik pemberian ASI
telah berubah seiring semakin banyaknya informasi yang tersedia. Pada tahun
8
1991, pertemuan bersama antara perwakilan WHO dan UNICEF yang
puncaknya dalam bentuk Deklarasi Innocenti tentang Perlindungan, Promosi
dan Dukungan pada Pemberian ASI yang mendefinisikan pemberian
makanan bayi yang optimal adalah pemerian ASI ekslusif mulai saat lahir
hingga usia 4-6 bulan dan terus berlanjut hingga tahun kedua kehidupan,
maka tambahan yang sesuai baru diberikan ketika bayi berusia sekitar 6
bulan. Selanjutnya WHO menyelenggarakan konvensi Expert Panel
Meeting yang meninjau lebih dari 3000 makalah riset dan menyimpulkan
sebagai rekomendasi populasi bahwa periode 6 bulan merupakan usia bayi
yang optimal untuk pemberian ASI eksklusif. ASI eksklusif adalah suatu
keadaan dimana bayi hanya menerima ASI saja tanpa makanan lainnya baik
berupa cairan maupun makanan padat, bahkan air sekalipun, dengan
pengecualian drops atau sirup yang terdiri dari vitamin, suplemen mineral
atau obat-obatan (WHO, 2003).
9
C. PERANAN DAN PENTINGNYA PEMBERIAN ASI
Air susu ibu (ASI) adalah makanan ideal yang tiada bandingnya untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi karena mengandung nutrient yang
dibutuhkan untuk membangun dan penyediaan energi, pengaruh biologis dan
emosional antara ibu dan bayi, serta meningkatkan sistem kekebalan pada
bayi (Hanson, 2003).
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi sangat bermanfaat dalam
memenuhi kecukupan gizi anak balita. ASI merupakan sumber nutrisi terbaik
bagi bayi karena kandungan gizinya lengkap dan seimbang, selain itu
komposisinya sangat ideal bagi proses tumbu kembang anak. Penelitian telah
membuktikan bahwa peningkatan pemberian ASI dapat menurunkan insiden
penyakit pada anak dalam kelompok tersebut (Wright et all, 1998),
menurunkan risiko penyakit diare dan infeksi pernafasan akut (Arifeen,
Black, Antelman, Baqui, Caulfield, Becker, 2001; Quigley, Kelly, Sacker,
2007)
10
eksklusif memberikan perlindungan terhadap infeksi pernafasan akut.
Temuan penelitian tersebut sejalan dengan penelitian tentang insiden diare
dan infeksi pernafasan pada anak di Inggris (Quigley, Kelly, Sacker, 2007).
Selain diare dan infeksi pernafasan, ASI juga ditengarai dapat menurunkan
insiden infeksi telinga (otitis media) (Duffy, Faden, Wasielweski, Wolf,
Krystofik, 1997), dan berbagai penyakit lainnya. Selain itu, ASI dan kegiatan
menyusu memiliki pengaruh terhadap kemampuan motorik dan bahasa anak
(Dee, Li, Lee, Grummer-Strawn, 2007), serta kemungkinan memiliki
pengaruh terhadap inteligensia (Jacobson S, Chiodo, Jacobson JL, 1999).
Menurut Worthington (1991), ASI dapat menurunkan infeksi pada
bayi karena:
1. ASI bersih dan bebas bakteria, sehingga tidak membuat sakit.
2. ASI mengandung antibodi immunoglobulin terhadap bakteri.
3. ASI mengandung leukosit hidup yang membantu memerangi infeksi.
4. ASI mengandung faktor bifidus yang membantu bakteria khusus,
yaitu lactobacillus bifidus, tumbuh dalam usus halus bayi. Lactobacillus
bifidus mencegah bakteria berbahaya lainnya tumbuh dan menyebabkan
diare.
5. ASI mengandung laktoferin yang mengikat zat besi. Hal ini mencegah
pertumbuhan beberapa bakteria berbahaya yang memerlukan zat besi.
6. ASI mengandung enzim khusus (lipase) yang mencerna lemak. ASI lebih
cepat dan mudah dicerna dan bayi yang diberi ASI mungkin ingin makan
lagi lebih cepat daripada bayi yang diberi makanan buatan.
7. ASI selalu siap untuk diberikan pada bayi dan tidak memerlukan
persiapan. ASI tidak pernah basi atau jelek dalam payudara, walau ibu
tidak menyusui bayinya dalam beberapa hari.
Pemberian ASI tidak hanya memberikan menfaat bagi bayi dan anak
saja. Manfaat lainnya juga bagi kesehatan ibu. Sebuah penelitian yang
melibatkan 14.000 responden menyatakan bahwa bila wanita memiliki anak
menyusui selama 4-12 bulan, maka risiko kanker payudara pada wanita pre-
menopausal tersebut dapat dikurangi sampai 11% (Newcomb et al., 1994).
Keuntungan lainnya seperti penyusutan rahim (Dermer, 1998), pengurangan
11
berat badan (Brewer, Bates, Vannoy, 1989), dan mengurangi kemungkinan
hamil pada 6 bulan setelah melahirkan (Wilson, 1997). Selain keuntungan
bagi kesehatan fisik ibu, menyusui merupakan proses yang meningkatkan
kepercayaan diri ibu serta memfasilitasi ikatan antara ibu dan anaknya
(Dermer, 1998)
12
Berfungsi untuk pembentukan kolagen (tulang rawan),
meningkatkan daya tahan tubuh, dan menyerap kalsium yang diperlukan
untuk pembentukan tulang dan gigi yang kuat.
7. Kalsium
Penting dalam pembentukan tulang dan gigi, kontraksi otot,
membantu penyerapan vitamin B12.
8. Asam Folat
Penting pada masa pertumbuhan anak, memproduksi sel darah
merah, dan sel darah putih dalam sumsum tulang, berperan dalam
pematangan sel darah merah dan mencegah anemia.
9. Kholin
Senyawa ini merupakan pembentuk sejenis neurotransmitter yang
disebut asetilkolin. Kholin juga merupakan bagian dari lesitin, yaitu suatu
fosfolipid yang banyak terdapat di otak sebagai pembentuk membran
(dinding) sel saraf.
10. Yodium, Zat Besi, dan Zink
Yodium dibutuhkan untuk pembentukan hormon tiroksin (sejenis
hormon yang diperlukan dalam pembentukan protein yang membantu
proses tumbuh kembang otak). Zat besi dibutuhkan dalam proses
pembentukan mielin. Zat besi disimpan di dalam berbagai jaringan otak
selama 12 bulan pertama sejak bayi lahir. Seng merupakan bagian darai
sekitar 300 jenis enzim yang membantu pembelahan sel. Kekurangan zat
seng di dalam otak dapat menyebabkan gangguan fungsi otak yang
disebut ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder).
13
berfungsi dengan sempurna, sehingga ia belum mampu mencerna makanan
selain ASI. Setelah masa tersebut, bayi harus diperkenalkan dengan makanan
pendamping ASI. Contohnya bubur susu, bubur saring, dan nasi tim.
Pada usia 6 – 12 bulan kapasitas pencernaan, enzim pencernaan, dan
kemampuan metabolisme bayi sudah siap untuk menerima makanan lain
selain ASI. Kebutuhan gizi bayi tidak tercukupi dari ASI saja. Sekitar 70%
kebutuhan gizi bayi tercukupi dari ASI dan 30% dari makanan pendamping
ASI.
Agar bayi memiliki memori yang memudahkan dia mengonsumsi
aneka bahan makanan bergizi, maka perlu dikenalkan tekstur dan rasa sejak
dini. Pendisiplinan pemberian makan secara teratur juga membentuk
kebiasaan yang baik Disiplin ini penting untuk pertumbuhan fisik dan
pembentukan pola hidupnya kelak.
Standar kebutuhan gizi bayi setiap hari adalah sebagai berikut :
1. Kalori: 100-120 per kilogram berat badan
Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya:
8 x 100 /120 = 800/960 kkal
2. Protein: 1,5-2 gram per kilogram berat badan
Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya:
8 x 1,5/2 = 12/16 : 4 = 3/4 gram
3. Karbohidrat: 50-60 persen dari total kebutuhan kalori sehari
Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka:
50%-nya = 400 : 4 = 100 gram
4. Lemak: 20 persen dari total kalori
Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka:
20%-nya = 160 : 40 = 40 gram
14
Dimulai pada saat kelahiran bayi dilanjutkan sampai dengan anak
mampu makan sendiri. Makanan hendaknya menyenangkan bagi anak dan
ibu. Ibu yang tegang, cemas, mudah marah merupakan suatu
kecenderungan untuk menimbulkan kesulitan makan pada anak.
2. Memulai pemberian makan sedini mungkin
Pemberian makan sedini mungkin mempunyai tujuan menunjang
proses metabolisme yang normal, untuk pertumbuhan, menciptakan
hubungan lekat ibu dan anak, mengurangi resiko terjadinya hipoglikemia,
hiperkalemi, hiperbilirubinemia dan azotemia.
3. Mengatur sendiri
Pada awal kehidupannya, seharusnya bayi sendiri yang mengatur
keperluan akan makanan. Keuntungannya untuk mengatur dirinya sendiri
akan kebutuhan zat gizi yang diperlukan.
4. Peran ayah dan anggota keluarga lain.
5. Menentukan jadwal pemberian makanan bayi.
6. Umur.
7. Berat badan.
8. Diagnosis dari penyakit dan stadium (keadaan).
9. Keadaan mulut sebagai alat penerima makanan.
10. Kebiasaan makan (kesukaan, ketidaksukaan dan acceptability dari jenis
makanan dan toleransi daripada anak terhadap makanan yang diberikan).
11. Gaya hidup orang tua
12. Kemiskinan
15
makanan yang tidak memenuhi prinsip gizi seimbang. Faktor penyebab
langsung kedua adalah penyakit infeksi yang terkait dengan tingginya
kejadian penyakit menular dan buruknya kesehatan lingkungan.
Faktor penyebab langsung pertama adalah konsumsi makanan yang
tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi
seimbang yaitu beragam, sesuai kebutuhan, bersih, dan aman, misalnya bayi
tidak memperoleh ASI eksklusif. Faktor penyebab langsung kedua adalah
penyakit infeksi yang berkaitan dengan tingginya kejadian penyakit menular
terutama diare dan penyakit pernapasan akut (ISPA). Faktor ini banyak terkait
mutu pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi, kualitas lingkungan
hidup dan perilaku hidup sehat. Kualitas lingkungan hidup terutama adalah
ketersediaan air bersih, sarana sanitasi dan perilaku hidup sehat seperti
kebiasaan cuci tangan dengan sabun, buang air besar di jamban, tidak
merokok, sirkulasi udara dalam rumah dan sebagainya.
Faktor lain yang juga berpengaruh yaitu ketersediaan pangan di
keluarga, khususnya pangan untuk bayi 0-6 bulan (ASI eksklusif) dan 6-23
bulan (MP-ASI), dan pangan yang bergizi seimbang khususnya bagi ibu
hamil. Semuanya itu terkait pada kualitas pola asuh anak. Pola asuh, sanitasi
lingkungan, akses pangan keluarga, dan pelayanan kesehatan, dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan, pendapatan, dan akses informasi terutama tentang
gizi dan kesehatan.
Selain itu, Indonesia merupakan negara yang cukup rawan terjadi
bencana, dimana bayi dan ibu hamil termasuk korban bencana yang rentan
terhadap masalah gizi. Masalah gizi yang biasa timbul adalah kurang gizi
pada bayi dan anak berumur di bawah dua tahun (baduta), bayi tidak
mendapatkan air susu ibu karena terpisah dari ibunya, dan semakin
memburuknya status gizi kelompok masyarakat yang sebelum bencana
memang dalam kondisi bermasalah. Kondisi ini diperburuk dengan bantuan
makanan yang sering terlambat, tidak berkesinambungan, serta terbatasnya
ketersediaan pangan lokal. Masalah tersebut diperburuk lagi dengan
kurangnya pengetahuan dalam penyiapan makanan buatan lokal khususnya
untuk bayi dan baduta.
16
Anak usia 0-12 bulan merupakan kelompok yang rawan ketika harus
mengalami situasi darurat, mengingat kelompok anak ini sangat rentan
dengan perubahan konsumsi makanan dan kondisi lingkungan yang terjadi
tiba-tiba.
Intervensi gizi terhadap bayi yang menjadi korban bencana dapat
dilakukan dengan cara bayi tetap diberi ASI. Apabila bayi piatu, bayi terpisah
dari ibunya atau ibu tidak dapat memberikan ASI, upayakan bayi mendapat
bantuan ibu susu/donor. Apabila tidak memungkinkan bayi mendapat ibu
susu/donor, bayi diberikan susu formula dengan pengawasan atau didampingi
oleh petugas kesehatan.
17
mempengaruhi kualitas bayi yang dilahirkan dan anak yang dibesarkan.
Bayi dengan berat lahir rendah merupakan salah satu dampak dari ibu
hamil yang menderita kurang energi kronis dan akan mempunyai statuz
gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan
balita, juga berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang yaitu
akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan mental anak,serta
berpengaruh pada penurunan IQ.
2. Gangguan pertumbuhan
Telah disebutkan diatas bahwa status gizi yang buruk akan
menyebabkan gangguan pertumbuhan. Dalam teori pertumbuhan ada
banyak jenis yang perlu dibahas seperti mental, fisik, sosial, spritual, dan
budaya. Sehingga jika status gizi buruk tidak ditangani secara intensif
maka generasi akan cenderung mengalami gangguan mental, fisik, sosial,
spritual, dan budaya. Tapi yang paling berpengaruh adalah gangguan
perilaku dan fungsi otak. Generasi akan mengalami kebodohan dan isolasi
sosial hingga akhirnya bunuh diri.
3. Kurang Energi Kronis (KEK)
KEK adalah keadaan ibu yang menderita keadaan kekurangan
makanan yang berlangsung menahun (kronis) sehingga mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi pada wanita
usia subur (WUS) dan Ibu hamil (bumil). Tentunya selang waktu dari
KEK ini cukup lama. Karena mulai dari usia subur dengan status gizi
buruk akan berdampak pada rahimnya kemudian berdampak pada
kehamilannya dan akhirnya berdampak pada janinnya, masa persalinan
sampai bayi dan anaknya yang akan tumbuh secara terus menerus dengan
disertai gangguan dan hambatan.
4. Gangguan pertahanan tubuh
Status gizi yang kurang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap
tekanan atau stres menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang,
sehingga seseorang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, diare,.
Pada usia balita, keadaan ini akan mengakibatkan kematian.
18
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan dapat terjadi jika gizi
dimasa bayi dan anak tidak terpenuhi dan tidak diatasi secara dini. Gangguan
ini dapat berlanjut hingga dewasa. Bahkan kekurangan gizi pada ibu hamil
dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
Bayi memerlukan karbohidrat dengan bantuan amilase untuk
mencerna bahan makanan yang berasal dari zat pati. Protein yang diperlukan
berasal dari ASI ibu yaitu dengan kadar 4 – 5 % dari total kadar kalori dalam
ASI. Lemak yang diperlukna 58% dari kalori total dalam susu matur. Mineral
yang diperlukan dalam masa ini terdiri dari kalsium, pospor, klor, kalium, dan
natrium yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan si bayi. Sedangkan
untuk vitamin bervariasi sesuai dengan diet ibu.
Air susu ibu (ASI) adalah makanan ideal yang tiada bandingnya untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi karena mengandung nutrient yang
dibutuhkan untuk membangun dan penyediaan energi, pengaruh biologis dan
emosional antara ibu dan bayi, serta meningkatkan sistem kekebalan pada
bayi.
ASI memiliki unsur-unsur yang memenuhi semua kebutuhan bayi
akan nutrien selama periode 6 bulan, kecuali jika ibu mengalami keadaan gizi
kurang yang berat.
Kebutuhan gizi pada bayi, yaitu: energi, lemak, protein, vitamin A,
vitamin B kompelks, vitamin C, kalsium, asam folat, kholin, yodium, zat besi,
dan zink.
Hal-hal yang perlu diperhatikan supaya pengaturan makan untuk bayi
dan anak dapat berhasil dengan baik adalah sebagai berikut: kerjasama ibu
dan anak, memulai pemberian makan sedini mungkin, mengatur sendiri,
peran ayah dan anggota keluarga lain, menentukan jadwal pemberian
makanan bayi, umur, berat badan, diagnosis dari penyakit dan stadium
20
(keadaan), keadaan mulut sebagai alat penerima makanan, kebiasaan makan,
gaya hidup orang tua dan kemiskinan.
Penyakit kekurangan gizi disebabkan karena tubuh mengalami
kekurangan satu atau lebih zat-zat gisi esensial. Selain itu, adanya
ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan, absorbsi,
dan penyakit infeksi.
B. SARAN
Untuk itu perlunya memberikan asupan gizi yang baik dan seimbang
di perlukan dalam perkembangan bayi dengan pemberian makanan ASI, MP
ASI sesuai aturan sehingga mendukung terjadinya tumbuh kembang pada
bayi dan memberikan nutrisi yang baik pada bayi.
21
DAFTAR PUSTAKA
http://googleweblight.com/?lite_url=http://wimuliasih.blogspot.com/2014/01/gizi-
bayi-6-12-bulan.html?m%3D1&ei=MWD_7QLY&Ic=id-
ID&s=1&m=977&host=www.google.co.id&ts=1505538197&sig=ANTY_
LoQSddLPBSmR9csuAjXaJESw9WCVa
http://gugunnawan.blogspot.com/2017/09/makalah-gizi-pada-bayi.html
http://yupianfurba.blogspot.com/2016/01/makalah-gizi-pada-bayi-dan-balita.html
22