Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENANGANAN GIZI ANAK SEKOLAH (PGAS)

“ STATUS PERTUMBUHAN ANAK SEKOLAH”

DI SUSUN OLEH :

NAMA : JEMSI JUNI SOLUMODOK


NIM : PO5303241210151
KELAS : 2B

POLTEKKES KEMENKES KUPANG


PRODI GIZI
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji Dan Syukur Saya Haturkan Kehadirat Tuhan Yang Tuhan Esa Karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tentang“Status
Pertumbuhan Anak Sekolah” dengan baik dan tepat pada waktunya.

Dalam penulisan makalah ini Saya mengalami banyak kesulitan namun atas bantuan dan
bimbingan, motivasi yang tiada hentinya disertai harapan yang optimis Sehingga Makalah ini
dapat diselesaikan dengan tepat pada waktunya.

Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dari
makalah ini dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan senang
hati Saya menerima segala kritikan dan saran dari pembaca.

Akhir kata Saya berharap semoga makalah ini dapa tmemberikan manfaat bagi pembaca.

                

Kupang, 17 Maret 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB IPENDAHULUAN..........................................................................................................3
1.Latar Belakang.....................................................................................................................3
2.Rumusan Masalah...............................................................................................................3
3.Tujuan..................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
1.Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar.............................................................4
2.Pengertian Status Gizi.........................................................................................................4
3.Pengukuran Status gizi anak usia sekolah...........................................................................5
4.Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi.....................................................................6
5.Pola makan Anak Sekolah ..................................................................................................7
BAB III PENUTUP..................................................................................................................8
1.Kesimpulan..........................................................................................................................9
2.Saran..................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 11

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Masalah gizi anak usia sekolah dasar bukanlah masalah baru. Masalah gizi yang terjadi
merupakan hal biasa yang dialami oleh negara-negara yang sedang berkembang. Masalah
ini disebabkan oleh faktor bertambahnya jumlah penduduk, ekonomi, sosial dan budaya
masyarakat. Indonesia saat ini masih menghadapi masalah gizi pada anak usia 6-12 tahun
dimana masih ditemukannya anak-anak yang mengalami gizi kurang dan gizi berlebih yang
terjadi di Indonesia. Masalah gizi yang terjadi umumnya disebabkan oleh faktor pendapatan,
persediaan pangan, kualitas lingkungan (sanitasi), pemahaman masyarakat tentang gizi
seimbang, dan pola makan penduduk (Aryanti dan Ngadiarti, 2012)
Pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal membutuhkan persiapan sejak dini.
Salah satu unsur penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak bahkan sejak
dalam kandungan adalah nutrisi. Karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin dan air
merupakan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembangnya.
Peningkatan status gizi untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas harusnya
dimulai sedini mungkin, salah satunya dimulai sejak anak usia sekolah dasar (Pahlevi,
2012). Anak usia sekolah dasar merupakan anak-anak yang masih berusia rata-rata antara 6-
12 tahun dimana anak usia ini masih bergantung dengan orang tua. Anak-anak ini
merupakan golongan yang memerlukan perhatian lebih dalam konsumsi makanan. Anak
usia sekolah dasar memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dan aktif sehingga diperlukan
zat gizi yang seimbang untuk menunjang perkembangan dan pertumbuhan anak. Pemberian
makanan yang bergizi, seimbang dan beraneka ragam jenis akan memenuhi kebutuhan gizi
anak (Par’i, Wiyono dan Harjatmo, 2017)
Anak usia sekolah dasar pada saat di sekolah mulai belajar untuk memilih makanan atau
minuman yang akan dikonsumsinya sendiri tanpa kontrol dari orang tua. Apabila anak tidak
dibekali dengan pemahaman untuk memilih makanan yang sehat maka anak bisa memilih
makanan yang tidak sehat yang masih di jual di sekolah-sekolah sehingga bisa
menyebabkan tumbuh kembang anak terganggu (Restuastuti, Handayani dan Ernalia, 2012).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 yang dihitung menggunakan nilai
Z-score menunjukkan bahwa secara nasional kurus menurut anak usia sekolah (5-12 tahun)
sebesar 6,8%, sangat kurus sebesar 2,4%. Sedangkan prevalensi gemuk anak usia sekolah
dasar (5-12 tahun) secara nasional sebesar 10,8% dan prevalensi obesitas pada anak usia
sekolah dasar sebesar 9,2% (Kemenkes, 2018).

B. RumusanMasalah
1. Apa pertumbuhan anak sekolah?
2. Apa Masalah gizi anak sekolah ?
3. Pengukuran status gizi anak sekolah?
4. Pola makan anak sekolah?
C. Tujuan
1. Untuk mengatahui pertumbuhan anak sekolah
2. Untuk mengatuhi masalah gizi anak sekolah
3. Untuk mengatuhi status gizi anak sekolah
4. Untuk mengatahui pola makan anak sekolah

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. ANAK SEKOLAH DASAR

1. Pengertian pertumbuhan Anak Sekolah Dasar


Anak sekolah dasar adalah mereka yang berusia antara 6 – 12 tahun atau biasa
disebut dengan periode intelektual. Pengetahuan anak akan bertambah pesat seiring
dengan bertambahnya usia, keterampilan yang dikuasaipun semakin beragam. Minat
anak pada periode ini terutama terfokus pada segala sesuatu yang bersifat dinamis
bergerak. Implikasinya adalah anak cenderung untuk melakukan beragam aktivitas yang
akan berguna pada proses perkembangannya kelak. Usia sekolah dasar disebut juga
periode intelektualitas, atau periode keserasian bersekolah. Pada umur 6 – 7 tahun
seorang anak dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. Periode sekolah dasar
terdiri dari periode kelas rendah dan periode kelas tinggi. Anak sekolah dasar merupakan
salah satu kelompok yang rawan mengalami gizi kurang diantara penyebabnya ialah
tingkat ekonomi yang rendah dan asupan makanan yang kurang seimbang serta
rendahnya pengetahuan orang tua. Anak sekolah dengan pola makan seimbang
cenderung memiliki status gizi yang baik. Anak sekolah biasanya banyak memiliki
aktifitas bermain yang menguras banyak tenaga, dengan terjadi ketidakseimbangan
antara energi yang masuk dan keluar, akibatnya tubuh menjadi kurus. Sehingga untuk
mengatasinya harus mengontrol waktu bermain anak sehingga anak memiliki waktu
istirahat yang cukup

2. MASALAH GIZI ANAK SEKOLAH


Setiap tahap perkembangan anak memiliki kebutuhan gizi yang berbeda. Sejak
anak dalam kandungan hingga usia remaja, resiko malnutrisi anak selalu muncul.
Salah satu tahapan usia yang cukup krusial namun kadang masih terabaikan adalah
usia sekolah. Ketika anak mulai memasuki usia sekolah dasar, kebiasaan makan
mulai berkembang. Keluarga, sekolah, lingkungan berpengaruh terhadap
ketersediaan makan dan pilihan makanan. Namun, anak mulai bertanggung jawab
atas makanan mereka sendiri. Masa transisi ini penting untuk membangun kebiasaan
makan yang sehat pada anak. Secara umum, permasalahan gizi anak usia sekolah
adalah asupan makanan bergizi yang rendah dan asupan camilan tidak sehat yang
terlalu banyak.
Permasalahan yang dihadapi oleh anak usia sekolah antara lain kekurangan zat
gizi makro, kekurangan zat gizi mikro, dan malnutrisi. Kekurangan zat gizi makro
mempengaruhi konsentrasi dan partisipasi anak di kegiatan sekolah. Kekurangan zat
gizi makro kebanyakan disebabkan karena melewatkan makan sarapan atau makan
terlalu sedikit. Akibatnya perut terasa kosong dan merasa kelaparan di sekolah.
Kekurangan zat gizi mikro juga mempengaruhi performa anak di sekolah. Zat gizi
mikro yang sering tidak terpenuhi antara zat besi (anemia). Anemia dapat
mengakibatkan keletihan dan kurangnya perhatian anak saat pembelajaran.
Kecukupan asupan zat gizi (terutama membiasakan sarapan) berkaitan dengan
pencapaian akademik yang lebih tinggi.
Di beberapa negara, permasalahan-permasalahan gizi pada anak usia sekolah
diatasi dengan salah satunya program makan sekolah. Pada program pemerintah
Bhutan misalnya, permasalahan gizi anak usia sekolah dianalisis terlebih dahulu.
Permasalahan yang mereka hadapi adalah anemia yang tinggi, menu makan dengan
zat gizi mikro rendah (vitamin B dan zink), serta kurangnya variasi makan. Program
dari pemerintah untuk sekolah di Bhutan adalah fortifikasi pada nasi selaku makanan

4
pokok. Selain fortifikasi, menu sekolah juga dievaluasi untuk meningkatkan variasi
serta kandungan gizi
  Di Indonesia sendiri, program intervensi gizi yang sudah dilakukan sejak tahun
2016 adalah Program Gizi Anak Sekolah (ProGAS) dari Kemendikbud. Bentuk
kegiatannya adalah pemberian asupan gizi dan pendidikan gizi pada siswa SD yang
terindikasi mengalami defisit asupan gizi dan protein di wilayah yang memiliki
tingkat stunting tinggi. Program dilakukan secara bertahap ke berbagai wilayah di
Indonesia.

B. PENGERTIAN STATUS GIZI


Masalah gizi pada dasarnya merupakan refleksi konsumsi zat gizi yang belum
mencukupi kebutuhan tubuh. Seseorang akan mempunyai status gizi baik, apabila asupan
gizi sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Asupan gizi yang kurang dalam makanan, dapat
menyebabkan kekurangan gizi, sebaliknya orang yang asupan 6 gizinya berlebih akan
menderita gizi lebih. Jadi status gizi adalah gambaran individu sebagai akibat dari asupan
gizi sehari-hari.
Status gizi dapat diketahui melalui pengukuran beberapa parameter, kemudian hasil
pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar atau rujukan. Peran penilaian status gizi
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya status gizi yang salah. Penilaian status gizi
menjadi penting karena dapat menyebabkan terjadinya kesakitan dan kematian terkait
dengan status gizi. Oleh karena itu dengan diketahuinya status gizi, dapat dilakukan upaya
untuk memperbaiki tingkat kesehatan pada masyarakat.
Status gizi seseorang tergantung dari asupan gizi dan kebutuhannya, jika antara asupan
gizi dengan kebutuhan tubuhnya seimbang, maka akan menghasilkan status gizi baik.
Kebutuhan asupan gizi setiap individu berbeda antarindividu, hal ini tergantung pada usia,
jenis kelamin, aktivitas, berat badan ,dan tinggi badan. Kebutuhan protein antara anak balita
tidak sama dengan kebutuhan remaja, kebutuhan energi mahasiswa yang menjadi atlet akan
jauh lebih besar daripada mahasiswa yang bukan atlet. Kebutuhan zat besi pada wanita usia
subur lebih banyak dibandingkan kebutuhan zat besi laki-laki, karena zat besi diperlukan
untuk pembentukan darah merah (hemoglobin), karena pada wanita terjadi pengeluaran
darah melalui menstruasi secara periodik setiap bulan.
Kelebihan asupan gizi dibandingkan dengan kebutuhan akan disimpan dalam bentuk
cadangan dalam tubuh. Misal seseorang yang kelebihan asupan karbohidrat yang
mengakibatkan glukosa darah meningkat, akan disimpan dalam bentuk lemak dalam
jaringan adiposa tubuh. Sebaliknya seseorang yang asupan karbohidratnya kurang
dibandingkan kebutuhan tubuhnya, maka cadangan lemak akan diproses 7 melalui proses
katabolisme menjadi glukosa darah kemudian menjadi energi tubuh. Anak yang berat
badannya kurang disebabkan oleh asupan gizinya yang kurang, hal ini mengakibatkan
cadangan gizi tubuhnya dimanfaatkan untuk kebutuhan dan aktivitas tubuh. Skema
perkembangan individu yang kekurangan asupan gizi dapat mengakibatkan status gizi
kurang
C. PENGUKURAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH
Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U)
Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk, gizi kurang, gizi baik,
berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik IMT/U dan grafik BB/PB atau BB/TB
cenderung menunjukkan hasil yang sama. Namun indeks IMT/U lebih sensitif untuk
penapisan anak gizi lebih dan obesitas. Anak dengan ambang batas IMT/U >+1SD
berisiko gizi lebih sehingga perlu ditangani lebih lanjut untuk mencegah terjadinya gizi
lebih dan obesitas

5
Penentuan Status Gizi Berdasarkan Z score indeks IMT/U Anak usia 5-18 tahun
Z score Status Gizi
<-3SD Gizi Buruk
-3 SD s/d + <-2 Gizi Kurag
SD
-2 SD s/d +1 SD Gizi Baik
+1 SD s/d +2 SD Gizi Lebih
>+2 SD Obesitas

D. POLA MAKAN

1. Pengertian Pola Makan

Pola makan berhubungan dengan pengaturan makanan yang seimbang dengan


asupan gizi yang dibutuhkan. Gizi yang dibutuhkan tubuh dihasilkan dari sari makanan
untuk menjaga Kesehatan. Dengan demikian pola makan yang sehat berhubungan dengan
aneka ragam makanan yang dapat memenuhi zat gizi yang diperlukan ssuai dengan usia
anak. Kelebihan atau kekurangan gizi akan menyebabkan masalah pada Kesehatan anak.
Usia anak sekolah dasar merupakan usia dimana anak-anak mengalami tumbuh kembang
baik kemampuan berfikir maupun emosional. Tumbuh kembang seorang anak
dipengaruhi oleh asupan zat gizi yang baik yang diperoleh melalui pengaturan pola
makan (Jauhari, 2020).
Pada usia anak sekolah lebih mempunyai lingkungan social yang lebih luas
sehingga lebih banyak menghabiskan waktu bermain dengan temannya. Pada usia
sekolah sering kali dipengaruhi dengan pola makan yang tidak sehat dikarenakan sudah
mengenal makanan di lingkungan (jajan). Bahkan anak cenderung memilih makanan
tertentu cenderung berkurang karena rasa ingi tahu makanan yang beragam meskipun
demikian peran orang tua tetap menjaga makanan yang sehat 10 untuk anak. Upaya yang
dapat dilakukan untuk menerapkan pola makan anak yaitu dengan menjelaskan waktu
makan yang baik dan benar untuk menjaga Kesehatan

2. Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan


a) Kebiasaan Makan
Pengertian kebiasaan makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang
memilih pangan dan memakannya setiap hari. Kebiasaan makan adalah berhubungan
dengan tindakan untuk mengkonsumsi pangan, bilamana dan berapa banyaknya
dengan mempertimbangkan dasar yang lebih terbuka dalam hubungannya dengan
apa yang orang biasa makan, juga berkaitan dengan kemungkinan kondisi perubahan
kebiasaan pola pangan yang timbul dari dalam dan luar dirinya. Kebiasaan makan
adalah yang dimaksud adalah cara makan yang sudah membudaya dalam diri
seseorang atau sekelompok masyarakat dalam hal ini adalah masyarakat betawi yang
mempunyai pola makan asal kenyang tidak memperhatikan zat gizi dalam bahan
makanan yang akan di makan.
Faktor– faktor kebiasaan makan yang akan diukur meliputi konsumsi pangan,
frekuensi makan, preferensi pangan, dan sosial budaya pangan. Berbagai kebiasaan

6
yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita jumpai
terutama di daerah pedesaan, misalnya: larangan terhadap anak untuk makan telur,
ikan ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada dan hanya diwarisi
secara turun temurun dasarnya anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan
seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya
1. Anjuran untuk orang tua dalam kaitannya dengan karakteristik tersebut
adalah
2. Pertahankan kebiasaan makan yang baik dengan cara mengajarkan anak
mengenal nutrisi, misalnya dengan menggambarkan atau melakukan
aktivitas bermain yang lain.
3. Apabila makanan yang dikonsumsi cenderung sedikit, berikan dengan
frekuensi yang lebih sering, yaitu 4 sampai 5 kali sehari. Apabila memberi
makanan padat, seperti nasi, 3 kali dalam sehari, berikan makanan ringan di
antara waktu makan tersebut. Susu cukup diberikan 1 sampai 2 kali sehari.
4. Izinkan anak untuk membantu orang tua menyiapkan makanan dan jangan
terlalu banyak berharap anak dapat melakukannya dengan tertib dan rapi.
5. Fasilitasi anak untuk mencoba jenis makanan baru. Makanan baru tidak
harus yang berharga mahal, yang penting memenuhi gizi seimbang.
6. Fasilitasi anak untuk dapat mengekspresikan ide, pikiran, serta perasaannya
saat makan bersama dan fasilitasi anak untuk berinteraksi secara efektif
dengan anda atau anggota keluarga.
7.
b) Lingkungan Sekolah
Lingkungan Sekolah adalah Suatu tempat yang menyediakan beberapa macam
makanan dan minuman yang dapat melayani kebutuhan anak di sekolah setiap hari.
Bila anak hidup dalam suatu lingkungan tertentu, maka anak akan memperlihatkan
pola tingkah laku yang khas dari lingkungannya. Disekolah anak diatur dengan tata
aturan yang ada khususnya tentang kebersihan kantin sekolah sebagai upaya untuk
memberikan stimulus baru bagi perkembangan kreativitas anak.

c) Taraf ekonomi keluarga.


Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut dipengaruhi oleh taraf
ekonomi. Pendapatan yang rendah akan membatasi seseorang untuk 12
mengkonsumsi makanan yang bergizi. Hal ini harus mendapat perhatian serius
karena keadaan ekonomi ini relatif mudah di ukur dan berpengaruh besar pada
konsumsi pangan. Golongan miskin menggunakan bagian terbesar dari pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan makanan. Yang perlu di pahami adalah bahwa gizi yang
baik akan berdampak pada peningkatan produktivitas kerja seseorang sehingga
merupakan unsur yang berperan dalam peningkatan keadaan ekonomi keluarga

3. Dampak Anak Tidak Teratur Makan

a) Kebutuhan Gizi Kurang Terpenuhi


Sebuah Studi yang dilansir Nasional Institutes of Health menunjukkan kalua
kebiasaan anak makan tidak beraturan berhubungan erat dengan kualitas Kesehatan
dan gizi yang kurang baik. Senada dengan temuan tersebut, surat kabar Reuters juga
sempat memuat laporan tentang berbagai hasil survey dan penelitian yang
menunjukkan kalua anak yang sering melewatkan sarapan dan makan siang
cenderung kekurangan vitamin A, D, E, dan K, serta beberapa mineral penting lain
yang dibutuhkan oleh tubuh.

b) Meningkatkan Resiko Obesitas

7
Studi lain dilaporkan oleh surat kabar The Guardian Menunjukkan kalua
gangguan dalam rutinitas harian, termasuk jadwal makan dan tidur tidak teratur serta
sering melewatkan sarapan, bisa meningkatkan risiko anak mengalami obesitas saat
dewasa. Selain karena metabolism tubuh yang jadi lebih lambat, makan tidak teratur
juga mendorong anak untuk lebih banyak makan cemilan berkalori tinggi di luar jam
makan. Jika tak segera diatasi, kebiasaan anak makan tidak teratur juga bisa
mengganggu perkembangan fisik, kognitif, dan emosional, 13 serta meningkatkan
risiko sindrom metabolik yang bisa memicu diabetes dalam jangka Panjang.

c) Mengganggu Perkembangan Otak


Pola makan tidak konsisten yang menyebabkan tubuh anak kekurangan gizi
dan nutrisi penting bisa mengurangi produksi otak, mengurangi ukuran dan
kompleksitas sel, juga mempengaruhi proses kimia kompleks yang membuat sel otak
tidak dapat saling berkomunikasi secara efektif. Dalam jangka waktu Panjang,
kondisi ini bisa mempengaruhi perkembangan dan kemampuan belajar anak, prestasi
akademis kurang baik di sekolah, masalah emosional, juga Kesehatan diri sendiri
yang kurang baik secara menyeluruh.

4. Keterkaitan Pola Makan dan Status Gizi

Pola makan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan disertai pemilihan bahan
makanan yang tepat akan melahirkan status gizi yang baik. Asupan makanan yang
melebihi kebutuhan tubuh akan menyebabkan kelebihan berat badan dan penyakit lain
yang disebabkan oleh kelebihan zat gizi. Sebaliknya, asupan makanan kurang dari yang
dibutuhkan akan menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap penyakit. Gizi
yang adekuat memegang peranan yang penting selama usia sekolah untuk menjamin
anak-anak tersebut mencapai potensi pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang
penuh atau optimal. BB sering menjadi masalah, memicu terjadinya peningkatan
prevalensi obesitas dan munculnya gangguan makan (malnutrisi). Gizi yang adekuat,
terutama sarapan yang cukup,berhubungan dengan peningkatan kinerja akademik di
sekolah dan menurunkan frekuensi ketidakhadiran siswa

8
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal membutuhkan persiapan


sejak dini. Salah satu unsur penting dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan anak bahkan sejak dalam kandungan adalah nutrisi. Karbohidrat,
protein, lemak, mineral, vitamin dan air merupakan nutrisi yang dibutuhkan anak
untuk tumbuh kembangnya.
Peningkatan status gizi untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas
harusnya dimulai sedini mungkin, salah satunya dimulai sejak anak usia sekolah
dasar

B. SARAN

 Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya memberikan sosialiasi atau penyuluhan bagi orang tua
serta anak-anak muridnya, mengenai pentingnya menjaga kesehatan tubuh dengan
menu-menu makanan yang sehat dan sesuai dengan gizi yang seimbang karena
masih terdapat anak yang memiliki gizi kurang dan gizi berlebih. Pentingnya
mencukupi makanan secara seimbang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak
 Bagi Orang Tua
Bagi orang tua hendaknya memperhatikan asupan gizi bagi anak-anak. Agar
anak-anak dapat mendapatkan gizi yang baik dan tumbuh kembang yang optimal.

9
DAFTAR PUSTAKA

 Almatzier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2001 3. Pahlevi
AE. Determinan Status Gizi Pada Siswa Sekolah Dasar. 2012
 Yudesti Ira, Nanang Prayitno. Perbedaan Status Gizi Anak Perbedaan Status Gizi Anak
SD Kelas IV Dan V Di SD Unggulan (06 Pagi Makasar) Dan SD Non Unggulan (09 Pagi
Pinang Ranti) Kecamatan Makasar Jakarta Timur Tahun 2012 [Internet]. Jakarta. Jurnal
Ilmiah Kesehatan: 2013 [about 5 screen]
 Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Riau. Penilaian Status Gizi Anak
Usia Sekolah Dasar dan Pelatihan Pangan Jajanan Sehat Anak sekolah Dasar pekanbaru
[Internet] Laporan Pengabdian Masyrakat c2012. Restuastuti Tuti: 2012 [about 12
screen]
 Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Edisi.2. Jakarta: EGC; 2014

10

Anda mungkin juga menyukai