Anda di halaman 1dari 16

Tugas Individu

Makalah

Relevansi Stunting dengan Kognitif Anak Usia Dini

Pengembangan Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini

Dosen Pengajar :

Dr. Hj. Isti Rusdiyani, M.Pd.

Adzraa Aqiilah Khansa Solihin (2228200023)

PG PAUD - Kelas 2A Semester 02 (Angkatan 2020)

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-
Nya, Penulis bisa menyelesaikan penulisan Makalah tentang ‘Relevansi Stunting
dengan Kognitif Anak Usia Dini’ di Mata Kuliah Pengembangan Kemampuan
Kognitif Anak Usia Dini ini.

Makalah ini disusun untuk menyelesaikan Tugas yang diberikan oleh Dosen
Pengajar, juga untuk menambah pengetahuan khususnya bagi Penulis.

Penulis telah berusaha menyusun Makalah ini dengan baik, Penulis juga
menyadari bahwa Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu,
Penulis meminta maaf apabila ada kesalahan dalam Makalah ini. Penulis
mengharapkan Saran serta Kritik dari para pembaca untuk membuat Makalah yang
lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Terima kasih.

Selasa, 11 Mei 2021

i
Daftar Isi
Kata Pengantar ......................................................................................................... i

Daftar Isi.................................................................................................................. ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...............................................................................................1

C. Tujuan ..................................................................................................................2

D. Manfaat................................................................................................................2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dari Stunting ......................................................................................3

B. Pengertian dari Kognitif Anak Usia Dini ............................................................3

C. Penyebab Stunting ...............................................................................................3

D. Figur yang paling berperan besar terhadap Stunting ...........................................5

E. Usia rawan Stunting pada Anak ...........................................................................6

F. Relevansi Stunting dengan Kognitif Anak Usia Dini ..........................................6

G. Tempat Pemantauan Tumbuh Kembang Anak dan Langkah Pencegahan dan


Penanganan Stunting ................................................................................................8

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................................10

B. Saran ..................................................................................................................11

Daftar Pustaka.....................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Waktu berjalan dengan cepat, Begitu pula Perkembangan pada Anak
Usia Dini. Rasanya baru kemarin Si Kecil lahir, Tak terasa umurnya pun
turut bertambah. Tumbuh Kembang pada Anak terutama di usianya yang
masih dini perlu Kita perhatikan, Karena Stunting bisa terjadi saat Si Kecil
di dalam kandungan dan biasanya baru terlihat saat Ia berusia dua tahun.
Stunting sendiri tentunya memberikan Dampak pada Anak, salah satunya
pada Aspek Perkembangan Kognitif.
Maka dari itu, Penting bagi Kita untuk selalu mengawasi Anak
dalam Tumbuh Kembangnya. Tak hanya mengawasi, Kita juga harus
memiliki Edukasi tentang Stunting dan Kognitif Anak. Kedua hal ini
memiliki keterkaitan satu sama lain, Materi ini akan dijelaskan lebih rinci
dalam Bab selanjutnya yakni Bab Pembahasan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Stunting?
2. Apa Pengertian dari Kognitif Anak Usia Dini?
3. Mengapa Stunting bisa terjadi?
4. Siapakah Figur yang paling berperan besar terhadap Stunting?
5. Kapan terjadinya Stunting pada Anak?
6. Bagaimana Relevansi Stunting dengan Kognitif Anak Usia Dini?
7. Dimanakah Tempat Pemantauan Tumbuh Kembang Anak dan Seperti
apa Pencegahan serta Penanganan Stunting?

1
C. Tujuan
Adapun Tujuan yang hendak dicapai dalam Penyusunan Makalah ini ialah
sebagai berikut :
1. Untuk menjelaskan Pengertian dari Stunting.
2. Untuk menjelaskan Pengertian dari Kognitif Anak Usia Dini.
3. Untuk menjelaskan Penyebab Stunting.
4. Untuk menjelaskan Figur yang paling berperan besar terhadap Stunting.
5. Untuk menjelaskan Usia rawan Stunting pada Anak.
6. Untuk menjelaskan Relevansi Stunting dengan Kognitif Anak Usia
Dini.
7. Untuk menjelaskan Tempat Pemantauan Tumbuh Kembang Anak dan
Langkah Pencegahan dan Penanganan Stunting.

D. Manfaat
1. Agar Mahasiswi dapat mengetahui serta lebih dalam mengenal tentang
Stunting.
2. Agar Mahasiswi dapat mengetahui Relevansi Stunting dengan Kognitif
Anak Usia Dini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dari Stunting


Stunting ialah Suatu kondisi malnutrisi kronis dalam waktu yang
cukup lama dan menyebabkan perawakan anak menjadi lebih pendek dari
anak seusianya karena kurangnya asupan gizi dari pemberian makanan yang
tak sesuai dengan kebutuhan gizinya.

B. Pengertian dari Kognitif Anak Usia Dini


Kognitif anak usia dini merupakan Kemampuan atau Daya anak usia
dini dalam proses berfikir yang menghubungkan, menilai serta
mempertimbangkan suatu peristiwa atau kejadian dengan
peristiwa/kejadian lainnya.

C. Penyebab Stunting
Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan terjadinya Stunting pada
Anak yaitu :
1. Kurangnya Asupan Gizi (Penyebab Langsung)
Praktik asuh yang kurang baik termasuk pengetahuan ibu yang
kurang dalam hal kesehatan seperti perihal gizi pada masa sebelum
kehamilan, masa kehamilan dan masa pasca ibu melahirkan.
Tidak mengonsumsi Makanan yang mengandung asupan gizi yakni
Kalori, Protein dan Vitamin (Khususnya Vitamin D). Berbagai macam
makanan yang kurang bersih, aman dan tak sesuai dengan kebutuhan
serta tidak memenuhi jumlah, komposisi, syarat zat gizi yang kurang
seimbang. Contohnya seperti Bayi yang tidak mendapatkan ASI (Air
Susu Ibu) Eksklusif dari Ibu.

3
Berdasarkan data yang didapat menunjukkan bahwa anak usia 0-6
bulan yang tidak mendapatkan ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif yakni
sebanyak 60% dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak mendapat MP-
ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu). Makanan ini sebaiknya
mulai diberikan kepada balita saat ia berusia diatas 6 bulan. Tak hanya
mengenalkan jenis makanan baru pada Si Kecil, Makanan Pendamping
ASI juga membantu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi tubuhnya yang
tak bisa lagi disokong oleh Air Susu Ibu juga membentuk sistem
pertahanan tubuh dan sistem perkembangan imunologis Si Kecil
terhadap minuman ataupun makanan.
2. Ketersediaan Pangan tingkat Rumah Tangga (Penyebab Tidak
Langsung)
Kurangnya akses keluarga dalam mendapatkan pangan yang bergizi.
Hal ini disebabkan karena harga pangan bergizi masih tergolong mahal
di Indonesia.
3. Pelayanan Kesehatan yang masih terbatas (Penyebab Tidak Langsung)
Termasuk pelayanan kesehatan pada masa kehamilan dan pasca
kelahiran serta pembelajaran dini yang bermutu. Data dari publikasi
Kementrian Kesehatan dan Bank Dunia menyatakan bahwa penurunan
tingkat kehadiran anak di Posyandu merosot dari 79% (2007) menjadi
64% (2013), Fakta ini memberikan penjelasan yakni anak belum bisa
mendapatkan akses ke layanan imunisasi yang memadai.
Fakta lainnya ialah 2 dari 3 ibu hamil tidak mengkonsumsi suplemen
zat besi yang cukup dan akses layanan pembelajaran dini yang bermutu
pun masih terbatas (hanya 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun yang tidak
terdaftar di Layanan PAUD.
4. Lingkungan yang sulit dalam mengakses air bersih dan sanitasi
(Penyebab Tidak Langsung)
Berdasarkan data yang di dapat, 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia
masih membuang hajat (Buang Air Besar) di ruang terbuka dan 1 dari 3
rumah tangga belum mendapatkan akses air minum yang bersih.

4
Sanitasi sendiri memiliki peran dalam mempengaruhi kejadian
stunting, Karena sanitasi yang kurang menyebabkan peningkatan
kejadian sakit seperti diare. Dari peningkatan ini bisa berujung pada
keadaan malnutrisi.
Fasilitas sanitasi juga penting seperti akses dan sarana toilet yang
memadai serta adanya fasilitas untuk mengelola limbah dan tinja. Jika
hal ini tidak terpenuhi, Bisa memberikan dampak buruk juga
meningkatkan resiko terjadinya diare dalam keluarga karena persebaran
kuman, bakteri dan virus yang semakin tinggi terutama pada balita di
negara berkembang seperti Indonesia.

D. Figur yang paling berperan besar terhadap Stunting


Menurut Mosley dan Chen (1984), Pendidikan Ibu mempengaruhi
kesehatan dan gizi anak yang memiliki effect pada peningkatan status sosial
ekonomi perempuan.
Dari status sosial ekonomi yang lebih tinggi memengaruhi
kesehatan yang secara langsung memengaruhi hasil kesehatan dan gizi
anak-anak. Misalnya, memberikan pendidikan dasar gratis untuk
mempromosikan melek huruf. Salah satu asumsi dalam mempromosikan
pendidikan dasar gratis ialah peningkatan melek huruf akan mengarah pada
pencarian kesehatan yang lebih baik dan peningkatan gizi bagi penduduk.
Ada beberapa yang berpendapat bahwa Ibu yang melek huruf lebih
mungkin untuk menyadari pentingnya mengimunisasi anak agar terhindar
dari penyakit, memberi makan anak pada waktu yang tepat dan dalam
jumlah yang tepat, serta mengambil tindakan dini untuk melawan diare pada
bayi.
Seperti yang sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya terkait
Pengetahuan Ibu dalam gizi, praktik asuh dan pentingnya sanitasi dan
paragraf diatas ini menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu maka
semakin sedikit pula peluang anak terkena permasalahan. Salah satunya
Stunting. Jadi bisa dikatakan bahwa Ibu merupakan figur yang paling
berperan besar terhadap Stunting.
5
E. Usia rawan Stunting pada Anak
Permasalahan Stunting bisa terjadi saat Si Kecil masih di dalam
kandungan yakni pada awal kehamilan dan biasanya baru akan terlihat
ketika ia sudah berusia dua tahun. 1000 hari pertama merupakan masa
rawan akan terjadinya gangguan pada pertumbuhan anak, salah satunya
perawakan pendek atau yang biasa disebut Stunting.
Bahkan menurut United Nations Children's Emergency Fund,
Stunting terjadi saat anak berusia nol sampai lima puluh sembilan bulan
dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga
(stunting kronis) yang diukur berdasarkan standar pertumbuhan anak
keluaran dari World Health Organization.

F. Relevansi Stunting dengan Kognitif Anak Usia Dini


Sorhaindo dan Feinstein melakukan suatu penelitian, tepatnya di
Kota London. Mereka menyatakan bahwa ada hubungan antara prestasi
belajar dengan status gizi. Dalam penelitian tersebut, Faktanya ialah gizi
buruk bisa berpengaruh terhadap sistem imun yang menyebabkan anak lebih
mudah terserang penyakit infeksi. Keadaan tersebut berpengaruh pada
kehadirannya di sekolah yang tentunya mempengaruhi hasil belajar dan ia
cenderung tertinggal dalam proses pembelajaran. Disamping hal tersebut,
kurang gizi juga menyebabkan tidak sempurnanya perkembangan otak dan
berdampak pada gangguan kognitif, perkembangan IQ serta kemampuan
belajar yang memiliki pengaruh pada prestasi belajar anak yakni
menurunnya intelektualitas. Anak pengidap Stunting rata-rata memiliki IQ
11 poin lebih rendah dibandingkan dengan anak non-stunting. Latar
belakang sosial ekonomi pun tak berpengaruh dalam hal ini tetapi
cenderung di dominasi oleh anak-anak dari negara berpendapatan rendah
dan menengah.
Ernawati (2014) berpendapat bahwa kekurangan gizi pada Si Kecil
dari masa bayi hingga ia berumur dua tahun dapat mengakibatkan sel
otaknya berkurang sebanyak lima belas sampai dua puluh persen, sehingga

6
kelak di kemudian hari anak akan menjadi manusia dengan kualitas otak
sekitar delapan puluh sampai delapan puluh lima persen.
Maka dari itu, Ia memiliki asumsi bahwa tidak hanya asupan gizi
yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan anak, faktor lain
seperti stimulasi juga termasuk. Karena stimulasi dini memiliki pengaruh
terhadap perkembangan otak Si Kecil.
Grantham-McGregor berpendapat bahwa Anak yang mengidap
Stunting mempunyai ukuran kepala yang lebih kecil dan hal tersebut
memiliki pengaruh terhadap daya berpikir dan volume otak. Tetapi dalam
penelitiannya, Ia tidak mengukur lingkar kepala balita.
Tak hanya berpengaruh terhadap daya berpikir dan volume otak
seperti yang sudah dijelaskan Grantham tadi, Ernawati (2014) juga
berpendapat bahwa status kurang gizi juga menimbulkan gangguan
terhadap perkembangan anak yang menyebabkannya tidak normal seperti
kurang cerdas dan lambat dalam respon sosial, lambat dalam gerakan
motorik serta kematangan sel syarafnya. Dan semakin parahnya stunting
yang anak alami, maka akan berdampak pula terhadap keterlambatan
perkembangan kognitifnya.
Chang et al (2010) juga melakukan suatu penelitian dan berpendapat
bahwa Stunting pada masa awal/kanak-kanak biasanya kurang baik kinerja
dalam motorik halusnya seperti gerakan jari tangan & tangan yang cepat,
Anak-anak ini memiliki resiko lebih besar dalam mengalami kemampuan
akademik dan kognitif yang rendah seperti mendapatkan nilai rendah dalam
mengeja, membaca kata, membaca komprehensif dan kemampuan
aritmatika.
Bahkan WHO yakin bahwa Stunting bisa menyebabkan
perkembangan perkembangan kognitif/kecerdasan, verbal dan motoric
menjadi tidak optimal dan memiliki dampak panjang yakni postur tubuh
yang kurang optimal saat anak beranjak dewasa, kurang optimalnya
kapasitas belajar juga performa saat masa sekolah meningkatnya risiko
obesitas serta penyakit degeneratif lainnya, & produktivitasnya kurang
maksimal dan kapasitas kerja. Dan dari tidak maksimalnya tingkat

7
kecerdasan yang dimiliki anak pengidap stunting memiliki dampak secara
keseluruhan yaitu bisa menghambat pertumbuhan ekonomi, memperluas
ketimpangan dan meningkatkan kemiskinan di suatu negara.

G. Tempat Pemantauan Tumbuh Kembang Anak dan Langkah


Pencegahan dan Penanganan Stunting
Ada beberapa langkah untuk mencegah stunting dan pencegahan ini
dilakukan sebelum Si Kecil berusia dua tahun yakni :
1. Ibu sangat disarankan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung
nutrisi, mineral, serta asupan gizi lainnya dengan seimbang selama
masa kehamilan dan masa menyusui.
2. Rutin memerhatikan kondisi kehamilan dengan memeriksakannya
secara berkala ke dokter.
3. Ibu hamil sangat disarankan untuk melakukan deteksi ada atau tidaknya
penyakit menular maupun tidak menular. Karena kedua jenis penyakit
ini bisa memberikan pengaruh terhadap Kesehatan, kondisi bayi jjuga
bisa meningkatkan risiko akan stunting pada Si Kecil.
4. Menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat sejak dini seperti mencuci
tangan sebelum dan sesudah kegiatan serta memiliki sanitasi di
lingkungan rumah.
5. Melakukan proses persalinan dengan fasilitas kesehatan terdekat dan
baik pelayanannya akan membantu Ibu juga Si Kecil mendapatkan
penanganan yang tepat dari tenaga ahli.
6. Menerapkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) guna memudahkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif.
7. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif kepada Si Kecil yang
akan ia jadikan sebagai asupan nutrisi selama enam bulan dan dilanjut
hingga ia berusia dua tahun.
8. Memberikan makanan tambahan atau biasa disebut dengan Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) yang sehat dan bergizi serta
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi Si Kecil dengan optimal
setelah ia berusia enam bulan sampai dua tahun.
8
9. Memberikan imunisasi lengkap yang telah ditetapkan oleh pemerintah
guna mencegah dan melindungi Si Kecil dari berbagai macam risiko
infeksi penyakit berbahaya serta menurunkan risiko stunting pada anak.
10. Memberikan stimulasi dini pada aspek-aspek perkembangan anak.
11. Memberikan perawatan juga pelayanan kesehatan yang tepat bagi anak.
12. Memberikan pengajaran tentang gizi dan kesehatan secara perlahan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti Si Kecil.
13. Memberikan susu pertumbuhan anak.
14. Memonitor ada atau tidaknya gangguan pada tumbuh kembang anak
terutama saat ia masih balita, hendaknya posyandu setempat aktif dalam
memberikan konsultasi serta penyuluhan tentang pentingnya tumbuh
kembang balita yang dibantu dengan kader Posyandu agar bisa
mendeteksi sedini mungkin jika terdapat gangguan pada anak atau
periksa ke dokter secara berkala.

Untuk penanganan dalam mengatasi stunting ialah sebagai berikut :


1. Memberikan pola asuh yang tepat seperti memberikan makanan yang
mengandung 4 jenis makanan yaitu umbi-umbian/serealia, kacang-
kacangan, telur atau sumber protein lainnya, produk dari olahan susu,
buah dan sayur yang kaya akan vitamin A dll.
2. Memperhatikan batas ketentuan minimum meal frequency (MMF) bagi
bayi berusia enam hingga dua puluh tiga bulan yang tidak diberi ataupun
diberi Air Susu Ibu (ASI) juga telah mendapatkan MP-ASI.
Untuk bayi yang diberikan Air Susu Ibu (ASI) seperti usia enam sampai
delapan bulan yakni dua kali per hari atau lebih sedangkan bayi berusia
sembilan sampai dua puluh tiga bulan sebanyak tiga kali per hari atau
lebih. Sedangkan bayi yang tidak diberi Air Susu Ibu (ASI) berusia
enam sampai dua pukuh tiga bulan yakni sebanyak empat kali per hari
atau lebih.
3. Menyediakan pangan yang berkualitas untuk dikonsumsi sehari-hari.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Stunting ialah Suatu kondisi malnutrisi kronis dalam waktu yang
cukup lama dan menyebabkan perawakan anak menjadi lebih pendek dari
anak seusianya karena kurangnya asupan gizi dari pemberian makanan yang
tak sesuai dengan kebutuhan gizinya.
Kognitif anak usia dini merupakan Kemampuan atau Daya anak usia
dini dalam proses berfikir yang menghubungkan, menilai serta
mempertimbangkan suatu peristiwa atau kejadian dengan
peristiwa/kejadian lainnya.
Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan terjadinya Stunting pada
Anak dan penyebabnya pun terbagi menjadi dua yaitu ada penyebab
langsung (kurangnya asupan gizi) dan penyebab tidak langsung
(ketersediaan pangan tingkat rumah tangga, pelayanan kesehatan yang
masih terbatas dan lingkungan yang sulit dalam mengakses air bersih dan
sanitasi).
Sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya terkait Pengetahuan Ibu
dalam gizi, praktik asuh, pentingnya sanitasi dan paragraf lain pada sub bab
diatas yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu maka
semakin sedikit pula peluang anak terkena permasalahan. Salah satunya
Stunting. Jadi bisa dikatakan bahwa Ibu merupakan figur yang paling
berperan besar terhadap Stunting.
Permasalahan Stunting bisa terjadi saat Si Kecil masih di dalam
kandungan yakni pada awal kehamilan dan biasanya baru akan terlihat
ketika ia sudah berusia dua tahun.
Relevansi Stunting dengan Kognitif Anak Usia Dini dapat dijelaskan
seperti kurang gizi menyebabkan tidak sempurnanya perkembangan otak
dan berdampak pada gangguan kognitif, perkembangan IQ serta
kemampuan belajar yang memiliki pengaruh pada prestasi belajar anak

10
yakni menurunnya intelektualitas (mengakibatkan sel otaknya berkurang
sebanyak lima belas sampai dua puluh persen). Anak pengidap Stunting
rata-rata memiliki IQ 11 poin lebih rendah dibandingkan dengan anak non-
stunting. Anak yang mengidap Stunting mempunyai ukuran kepala yang
lebih kecil dan hal tersebut memiliki pengaruh terhadap daya berpikir dan
volume otak menyebabkan perkembangan perkembangan
kognitif/kecerdasan, verbal dan motorik menjadi tidak optimal dan
memiliki dampak panjang dan dampak secara keseluruhan.
Ada beberapa langkah untuk mencegah stunting dan pencegahan ini
dilakukan sebelum Si Kecil berusia dua tahun yakni rutin memerhatikan
kondisi kehamilan dengan memeriksakannya secara berkala ke dokter,
menerapkan pola hidup bersih dan sehat sejak dini, memberikan Air Susu
Ibu (ASI) secara eksklusif juga makanan pendamping Air Susu Ibu
(MPASI) yang sehat dan bergizi, memberikan imunisasi lengkap,
memberikan stimulasi dini pada aspek-aspek perkembangan anak.
memberikan perawatan juga pelayanan kesehatan yang tepat bagi anak, dan
memonitor ada atau tidaknya gangguan pada tumbuh kembang anak
terutama saat ia masih balita atau periksa ke dokter secara berkala.
Untuk penanganan dalam mengatasi stunting yakni memberikan
pola asuh yang tepat, memperhatikan batas ketentuan minimum meal
frequency (MMF) bagi bayi berusia enam hingga dua puluh tiga bulan yang
tidak diberi ataupun diberi Air Susu Ibu (ASI) juga telah mendapatkan MP-
ASI, dan menyediakan pangan yang berkualitas untuk dikonsumsi sehari-
hari.

B. Saran
Saya berharap masyarakat terutama keluarga ‘baru’ bisa aware
terhadap stunting dengan mencari informasi tentang hal ini dimulai dari
dampak, cara pencegahan serta penanganannya dengan harapan
menurunnya angka pengidap stunting di masa yang akan datang serta
mereka bisa tanggap dalam menangani hal ini dengan cepat dan tepat.

11
Daftar Pustaka

Arafah, N. (2019). HUBUNGAN STUNTING DAN ANEMIA DENGAN


KEMAMPUAN KOGNITIF PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI DESA
SIKAPAS KABUPATEN MANDAILING NATAL. Universitas Sumatera
Utara.

Aridiyah, F. O., Rohmawati, N., & Ririanty, M. (2015). Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan
dan Perkotaan (The Factors Affecting Stunting on Toddlers in Rural and
Urban Areas). E-Jurnal Pustaka Kesehatan, 03(01), 163–170.

Karim, M. B. (2014). Anak Usia Dini Melalui Alat Permainan Edukatif. Jurnal
PGPAUD Trunojoyo, 1(2), 103–113.

Khadijah. (2016). Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini. PERDANA


PUBLISHING.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://core.ac.uk
/download/pdf/53037014.pdf&ved=2ahUKEwjO79-
u9vHrAhVLfSsKHYWkCSgQFjAAegQIAxAB&usg=AOvVaw0_S_abnQp
YEkF4FJ8At0XT

Makoka, D. (2013). The impact of maternal education on child nutrition: evidence


from Malawi. In Demographic and health survey (Vol. 8, Issue February).
https://www.semanticscholar.org/paper/The-Impact-of-Maternal-Education-
on-Child-Evidence-
Makoka/384386da3c26a460857e703854635a83a45e3546

Rahmadhita, K. (2020). Permasalahan Stunting dan Pencegahannya. Jurnal Ilmiah


Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 225–229.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.253

Rahmidini, A. (2020). Literatur Review : Hubungan Stunting Dengan


Perkembangan Motorik Dan Kognitif Anak. Prosiding Seminar Nasional
Kesehatan “Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menurunkan Kejadian

12
Stunting” Tahun 2020, 90–104.

Yadika, A. D. N., Berawi, K. N., & Nasution, S. H. (2019). Pengaruh Stunting


terhadap Perkembangan Kognitif dan Prestasi Belajar. Jurnal Majority, 8(2),
273–282.

Anggraini, Dyah Novita. 2020. Penyebab dan Cara Mencegah Stunting pada Anak,
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3617414/penyebab-dan-cara-
mencegah-stunting-pada-anak. Diakses pada Hari Senin, 17 Mei 2021 Pukul 23.42
WIB.

Nareza, Meva. 2020. Pahami Penyebab Stunting dan Dampaknya pada Kehidupan
Anak, https://www.alodokter.com/bayi-lahir-stunting-faktor-penyebab-dan-risiko.
Diakses pada Hari Senin, 17 Mei 2021 Pukul 21.45 WIB.

Resna, Nenti. 2021. Cara Mengatasi Stunting untuk Menghindari Risiko Jangka
Panjangnya, https://www.sehatq.com/artikel/cara-mengatasi-stunting-untuk-
menghindari-risiko-jangka-panjangnya. Diakses pada Hari Senin, 17 Mei 2021
Pukul 21.49 WIB.

RS Awal Bros. Kenali Stunting dan Cara Pencegahannya,


http://awalbros.com/anak/kenali-stunting-dan-cara-pencegahannya/. Diakses pada
Hari Selasa, 25 Mei 2021 Pukul 09.38 WIB.

RSUP Dr. Sardjito. 2015. Kenali Penyebab Stunting Anak,


https://sardjito.co.id/2019/07/22/kenali-penyebab-stunting-anak/. Diakses pada
Hari Selasa 25 Mei 2021 Pukul 09.38 WIB.

Setiaputri, Karinta Ariani. 2020. Stunting pada Anak: Ketahui Penyebab, Ciri, dan
Cara Mengatasinya, https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/penyakit-
pada-anak/stunting/. Diakses pada Hari Senin, 17 Mei 2021 Pukul 21.47 WIB.

Trifiana, Azelia. 2019. Ternyata Susu Pertumbuhan Efektif Tekan Risiko Anak
Stunting, https://www.sehatq.com/artikel/susu-pertumbuhan-atasi-risiko-anak-
stunting. Diakses pada Hari Senin, 17 Mei 2021 Pukul 21.42 WIB.

13

Anda mungkin juga menyukai