Makalah
Dosen Pengajar :
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-
Nya, Penulis bisa menyelesaikan penulisan Makalah tentang ‘Relevansi Stunting
dengan Kognitif Anak Usia Dini’ di Mata Kuliah Pengembangan Kemampuan
Kognitif Anak Usia Dini ini.
Makalah ini disusun untuk menyelesaikan Tugas yang diberikan oleh Dosen
Pengajar, juga untuk menambah pengetahuan khususnya bagi Penulis.
Penulis telah berusaha menyusun Makalah ini dengan baik, Penulis juga
menyadari bahwa Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu,
Penulis meminta maaf apabila ada kesalahan dalam Makalah ini. Penulis
mengharapkan Saran serta Kritik dari para pembaca untuk membuat Makalah yang
lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Terima kasih.
i
Daftar Isi
Kata Pengantar ......................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan ..................................................................................................................2
D. Manfaat................................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................10
B. Saran ..................................................................................................................11
Daftar Pustaka.....................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Waktu berjalan dengan cepat, Begitu pula Perkembangan pada Anak
Usia Dini. Rasanya baru kemarin Si Kecil lahir, Tak terasa umurnya pun
turut bertambah. Tumbuh Kembang pada Anak terutama di usianya yang
masih dini perlu Kita perhatikan, Karena Stunting bisa terjadi saat Si Kecil
di dalam kandungan dan biasanya baru terlihat saat Ia berusia dua tahun.
Stunting sendiri tentunya memberikan Dampak pada Anak, salah satunya
pada Aspek Perkembangan Kognitif.
Maka dari itu, Penting bagi Kita untuk selalu mengawasi Anak
dalam Tumbuh Kembangnya. Tak hanya mengawasi, Kita juga harus
memiliki Edukasi tentang Stunting dan Kognitif Anak. Kedua hal ini
memiliki keterkaitan satu sama lain, Materi ini akan dijelaskan lebih rinci
dalam Bab selanjutnya yakni Bab Pembahasan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Stunting?
2. Apa Pengertian dari Kognitif Anak Usia Dini?
3. Mengapa Stunting bisa terjadi?
4. Siapakah Figur yang paling berperan besar terhadap Stunting?
5. Kapan terjadinya Stunting pada Anak?
6. Bagaimana Relevansi Stunting dengan Kognitif Anak Usia Dini?
7. Dimanakah Tempat Pemantauan Tumbuh Kembang Anak dan Seperti
apa Pencegahan serta Penanganan Stunting?
1
C. Tujuan
Adapun Tujuan yang hendak dicapai dalam Penyusunan Makalah ini ialah
sebagai berikut :
1. Untuk menjelaskan Pengertian dari Stunting.
2. Untuk menjelaskan Pengertian dari Kognitif Anak Usia Dini.
3. Untuk menjelaskan Penyebab Stunting.
4. Untuk menjelaskan Figur yang paling berperan besar terhadap Stunting.
5. Untuk menjelaskan Usia rawan Stunting pada Anak.
6. Untuk menjelaskan Relevansi Stunting dengan Kognitif Anak Usia
Dini.
7. Untuk menjelaskan Tempat Pemantauan Tumbuh Kembang Anak dan
Langkah Pencegahan dan Penanganan Stunting.
D. Manfaat
1. Agar Mahasiswi dapat mengetahui serta lebih dalam mengenal tentang
Stunting.
2. Agar Mahasiswi dapat mengetahui Relevansi Stunting dengan Kognitif
Anak Usia Dini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
C. Penyebab Stunting
Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan terjadinya Stunting pada
Anak yaitu :
1. Kurangnya Asupan Gizi (Penyebab Langsung)
Praktik asuh yang kurang baik termasuk pengetahuan ibu yang
kurang dalam hal kesehatan seperti perihal gizi pada masa sebelum
kehamilan, masa kehamilan dan masa pasca ibu melahirkan.
Tidak mengonsumsi Makanan yang mengandung asupan gizi yakni
Kalori, Protein dan Vitamin (Khususnya Vitamin D). Berbagai macam
makanan yang kurang bersih, aman dan tak sesuai dengan kebutuhan
serta tidak memenuhi jumlah, komposisi, syarat zat gizi yang kurang
seimbang. Contohnya seperti Bayi yang tidak mendapatkan ASI (Air
Susu Ibu) Eksklusif dari Ibu.
3
Berdasarkan data yang didapat menunjukkan bahwa anak usia 0-6
bulan yang tidak mendapatkan ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif yakni
sebanyak 60% dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak mendapat MP-
ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu). Makanan ini sebaiknya
mulai diberikan kepada balita saat ia berusia diatas 6 bulan. Tak hanya
mengenalkan jenis makanan baru pada Si Kecil, Makanan Pendamping
ASI juga membantu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi tubuhnya yang
tak bisa lagi disokong oleh Air Susu Ibu juga membentuk sistem
pertahanan tubuh dan sistem perkembangan imunologis Si Kecil
terhadap minuman ataupun makanan.
2. Ketersediaan Pangan tingkat Rumah Tangga (Penyebab Tidak
Langsung)
Kurangnya akses keluarga dalam mendapatkan pangan yang bergizi.
Hal ini disebabkan karena harga pangan bergizi masih tergolong mahal
di Indonesia.
3. Pelayanan Kesehatan yang masih terbatas (Penyebab Tidak Langsung)
Termasuk pelayanan kesehatan pada masa kehamilan dan pasca
kelahiran serta pembelajaran dini yang bermutu. Data dari publikasi
Kementrian Kesehatan dan Bank Dunia menyatakan bahwa penurunan
tingkat kehadiran anak di Posyandu merosot dari 79% (2007) menjadi
64% (2013), Fakta ini memberikan penjelasan yakni anak belum bisa
mendapatkan akses ke layanan imunisasi yang memadai.
Fakta lainnya ialah 2 dari 3 ibu hamil tidak mengkonsumsi suplemen
zat besi yang cukup dan akses layanan pembelajaran dini yang bermutu
pun masih terbatas (hanya 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun yang tidak
terdaftar di Layanan PAUD.
4. Lingkungan yang sulit dalam mengakses air bersih dan sanitasi
(Penyebab Tidak Langsung)
Berdasarkan data yang di dapat, 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia
masih membuang hajat (Buang Air Besar) di ruang terbuka dan 1 dari 3
rumah tangga belum mendapatkan akses air minum yang bersih.
4
Sanitasi sendiri memiliki peran dalam mempengaruhi kejadian
stunting, Karena sanitasi yang kurang menyebabkan peningkatan
kejadian sakit seperti diare. Dari peningkatan ini bisa berujung pada
keadaan malnutrisi.
Fasilitas sanitasi juga penting seperti akses dan sarana toilet yang
memadai serta adanya fasilitas untuk mengelola limbah dan tinja. Jika
hal ini tidak terpenuhi, Bisa memberikan dampak buruk juga
meningkatkan resiko terjadinya diare dalam keluarga karena persebaran
kuman, bakteri dan virus yang semakin tinggi terutama pada balita di
negara berkembang seperti Indonesia.
6
kelak di kemudian hari anak akan menjadi manusia dengan kualitas otak
sekitar delapan puluh sampai delapan puluh lima persen.
Maka dari itu, Ia memiliki asumsi bahwa tidak hanya asupan gizi
yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan anak, faktor lain
seperti stimulasi juga termasuk. Karena stimulasi dini memiliki pengaruh
terhadap perkembangan otak Si Kecil.
Grantham-McGregor berpendapat bahwa Anak yang mengidap
Stunting mempunyai ukuran kepala yang lebih kecil dan hal tersebut
memiliki pengaruh terhadap daya berpikir dan volume otak. Tetapi dalam
penelitiannya, Ia tidak mengukur lingkar kepala balita.
Tak hanya berpengaruh terhadap daya berpikir dan volume otak
seperti yang sudah dijelaskan Grantham tadi, Ernawati (2014) juga
berpendapat bahwa status kurang gizi juga menimbulkan gangguan
terhadap perkembangan anak yang menyebabkannya tidak normal seperti
kurang cerdas dan lambat dalam respon sosial, lambat dalam gerakan
motorik serta kematangan sel syarafnya. Dan semakin parahnya stunting
yang anak alami, maka akan berdampak pula terhadap keterlambatan
perkembangan kognitifnya.
Chang et al (2010) juga melakukan suatu penelitian dan berpendapat
bahwa Stunting pada masa awal/kanak-kanak biasanya kurang baik kinerja
dalam motorik halusnya seperti gerakan jari tangan & tangan yang cepat,
Anak-anak ini memiliki resiko lebih besar dalam mengalami kemampuan
akademik dan kognitif yang rendah seperti mendapatkan nilai rendah dalam
mengeja, membaca kata, membaca komprehensif dan kemampuan
aritmatika.
Bahkan WHO yakin bahwa Stunting bisa menyebabkan
perkembangan perkembangan kognitif/kecerdasan, verbal dan motoric
menjadi tidak optimal dan memiliki dampak panjang yakni postur tubuh
yang kurang optimal saat anak beranjak dewasa, kurang optimalnya
kapasitas belajar juga performa saat masa sekolah meningkatnya risiko
obesitas serta penyakit degeneratif lainnya, & produktivitasnya kurang
maksimal dan kapasitas kerja. Dan dari tidak maksimalnya tingkat
7
kecerdasan yang dimiliki anak pengidap stunting memiliki dampak secara
keseluruhan yaitu bisa menghambat pertumbuhan ekonomi, memperluas
ketimpangan dan meningkatkan kemiskinan di suatu negara.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stunting ialah Suatu kondisi malnutrisi kronis dalam waktu yang
cukup lama dan menyebabkan perawakan anak menjadi lebih pendek dari
anak seusianya karena kurangnya asupan gizi dari pemberian makanan yang
tak sesuai dengan kebutuhan gizinya.
Kognitif anak usia dini merupakan Kemampuan atau Daya anak usia
dini dalam proses berfikir yang menghubungkan, menilai serta
mempertimbangkan suatu peristiwa atau kejadian dengan
peristiwa/kejadian lainnya.
Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan terjadinya Stunting pada
Anak dan penyebabnya pun terbagi menjadi dua yaitu ada penyebab
langsung (kurangnya asupan gizi) dan penyebab tidak langsung
(ketersediaan pangan tingkat rumah tangga, pelayanan kesehatan yang
masih terbatas dan lingkungan yang sulit dalam mengakses air bersih dan
sanitasi).
Sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya terkait Pengetahuan Ibu
dalam gizi, praktik asuh, pentingnya sanitasi dan paragraf lain pada sub bab
diatas yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu maka
semakin sedikit pula peluang anak terkena permasalahan. Salah satunya
Stunting. Jadi bisa dikatakan bahwa Ibu merupakan figur yang paling
berperan besar terhadap Stunting.
Permasalahan Stunting bisa terjadi saat Si Kecil masih di dalam
kandungan yakni pada awal kehamilan dan biasanya baru akan terlihat
ketika ia sudah berusia dua tahun.
Relevansi Stunting dengan Kognitif Anak Usia Dini dapat dijelaskan
seperti kurang gizi menyebabkan tidak sempurnanya perkembangan otak
dan berdampak pada gangguan kognitif, perkembangan IQ serta
kemampuan belajar yang memiliki pengaruh pada prestasi belajar anak
10
yakni menurunnya intelektualitas (mengakibatkan sel otaknya berkurang
sebanyak lima belas sampai dua puluh persen). Anak pengidap Stunting
rata-rata memiliki IQ 11 poin lebih rendah dibandingkan dengan anak non-
stunting. Anak yang mengidap Stunting mempunyai ukuran kepala yang
lebih kecil dan hal tersebut memiliki pengaruh terhadap daya berpikir dan
volume otak menyebabkan perkembangan perkembangan
kognitif/kecerdasan, verbal dan motorik menjadi tidak optimal dan
memiliki dampak panjang dan dampak secara keseluruhan.
Ada beberapa langkah untuk mencegah stunting dan pencegahan ini
dilakukan sebelum Si Kecil berusia dua tahun yakni rutin memerhatikan
kondisi kehamilan dengan memeriksakannya secara berkala ke dokter,
menerapkan pola hidup bersih dan sehat sejak dini, memberikan Air Susu
Ibu (ASI) secara eksklusif juga makanan pendamping Air Susu Ibu
(MPASI) yang sehat dan bergizi, memberikan imunisasi lengkap,
memberikan stimulasi dini pada aspek-aspek perkembangan anak.
memberikan perawatan juga pelayanan kesehatan yang tepat bagi anak, dan
memonitor ada atau tidaknya gangguan pada tumbuh kembang anak
terutama saat ia masih balita atau periksa ke dokter secara berkala.
Untuk penanganan dalam mengatasi stunting yakni memberikan
pola asuh yang tepat, memperhatikan batas ketentuan minimum meal
frequency (MMF) bagi bayi berusia enam hingga dua puluh tiga bulan yang
tidak diberi ataupun diberi Air Susu Ibu (ASI) juga telah mendapatkan MP-
ASI, dan menyediakan pangan yang berkualitas untuk dikonsumsi sehari-
hari.
B. Saran
Saya berharap masyarakat terutama keluarga ‘baru’ bisa aware
terhadap stunting dengan mencari informasi tentang hal ini dimulai dari
dampak, cara pencegahan serta penanganannya dengan harapan
menurunnya angka pengidap stunting di masa yang akan datang serta
mereka bisa tanggap dalam menangani hal ini dengan cepat dan tepat.
11
Daftar Pustaka
Karim, M. B. (2014). Anak Usia Dini Melalui Alat Permainan Edukatif. Jurnal
PGPAUD Trunojoyo, 1(2), 103–113.
12
Stunting” Tahun 2020, 90–104.
Anggraini, Dyah Novita. 2020. Penyebab dan Cara Mencegah Stunting pada Anak,
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3617414/penyebab-dan-cara-
mencegah-stunting-pada-anak. Diakses pada Hari Senin, 17 Mei 2021 Pukul 23.42
WIB.
Nareza, Meva. 2020. Pahami Penyebab Stunting dan Dampaknya pada Kehidupan
Anak, https://www.alodokter.com/bayi-lahir-stunting-faktor-penyebab-dan-risiko.
Diakses pada Hari Senin, 17 Mei 2021 Pukul 21.45 WIB.
Resna, Nenti. 2021. Cara Mengatasi Stunting untuk Menghindari Risiko Jangka
Panjangnya, https://www.sehatq.com/artikel/cara-mengatasi-stunting-untuk-
menghindari-risiko-jangka-panjangnya. Diakses pada Hari Senin, 17 Mei 2021
Pukul 21.49 WIB.
Setiaputri, Karinta Ariani. 2020. Stunting pada Anak: Ketahui Penyebab, Ciri, dan
Cara Mengatasinya, https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/penyakit-
pada-anak/stunting/. Diakses pada Hari Senin, 17 Mei 2021 Pukul 21.47 WIB.
Trifiana, Azelia. 2019. Ternyata Susu Pertumbuhan Efektif Tekan Risiko Anak
Stunting, https://www.sehatq.com/artikel/susu-pertumbuhan-atasi-risiko-anak-
stunting. Diakses pada Hari Senin, 17 Mei 2021 Pukul 21.42 WIB.
13