STUNTING
DI SUSUN OLEH :
Jl. Dr. Soetomo No. 05, Trenggalek, Ngantru, Kec. Trenggalek, Kabupaten
Trenggalek, Jawa Timur 66312
1|Keperawatan Anak
KATA PENGANTAR
Puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat,
karunianya dan ridho-Nya, kami selaku pembuat MakalahKeperawatan Anak yang
berjudul “STUNTING” tahun 2018/2019 telah dapat menyelesaikan penyusunan
Makalah ini sebagai referensi membaca.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kami ucapkan
terimakasih.
Kelompok
2|Keperawatan Anak
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………. 1
KATA PENGANTAR………………………………………………. 2
DAFTAR ISI………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG……………………………………….. 4
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………….. 4
C. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM………………………………………… 5
2. TUJUAN KHUSUS………………………………………. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI STUN……………………………………………... 6
B. ETIOLOGI STUNTING…………………………………….. 6 – 7
C. MANIFESTASI KLINIS……………………………………. 9
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG…………………………… 9 – 19
A. PENGKAJIAN………………………………………………. 20
B. DIAGNOSA………………………………………………….. 21
C. INTERVENSI……………………………………………....... 21 – 23
D. IMPLEMENTASI……………………………………………. 23
E. EVALUASI…………………………………………………... 23
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN………………………………………………. 24
B. SARAN……………………………………………………….. 24
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………... 25
LAMPIRAN………………………………………………………….. 26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3|Keperawatan Anak
Mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. Padahal, menurut
Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke-lima jumlah anak dengan
kondisi stunting. Salah satu wilayah di Indonesia dengan angka stunting tertinggi
adalah kabupaten Ogan Komering ilir. Angka stunting kabupaten Ogan Komering
Ilir (OKI) menurut Riskesdas mencapai 40,5% atau hampir setengah balita di OKI
mengalami stunting. Bahkan, angka ini di atas angka stunting nasional 37%.
Menurut WHO, di seluruh dunia, diperkirakan ada 178 juta anak di bawah usia
lima tahun pertumbuhannya terhambat karena stunting. Stunting adalah masalah
gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama,
umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi
mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.
Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0
sampai 59 bulan, dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan
minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran
WHO. Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan
perkembangan otak yang tidak maksimal, yang menyebabkan kemampuan mental
dan belajar yang kurang, serta prestasi sekolah yang buruk. Stunting dan kondisi
lain terkait kurang gizi, juga dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes,
hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi
B. Rumusan Masalah
a. Bagaiamana definisi stunting ?
b. Bagaimana etiologi stunting ?
c. Apa manifestasi klinis stunting ?
d. Apa pemeriksaan penunjang stunting ?
e. Bagaimana asuhan keperawatan stunting ?
C. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Memenuhi tugas dari keperawatan anak yang berjudul “Stunting”
dengan pembuatan makalah ini dapat menjadikan referensi bagi
4|Keperawatan Anak
pembaca, kelmpok menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Kelompok mengharapkan kritik dan saran
untuk lebih baik pembuatan makalah selanjutnya.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mengetauhi definisi stunting
b. Mengetauhi etiologi stunting
c. Mengetauhi manifestasi klinis stunting
d. Mengetauhi pemeriksaan penunjang stunting
e. Mengetauhi asuhan keperawatan stunting
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Stunting
5|Keperawatan Anak
Banyak yang tak tahu kalau anak pendek adalah tanda dari adanya masalah
pertumbuhan si kecil. Apalagi, jika stunting dialami oleh anak yang masih di
bawah usia 2 tahun. Hal ini harus segera ditangani dengan segera dan tepat.
Pasalnya stunting adalah kejadian yang tak bisa dikembalikan seperti semula jika
sudah terjadi.
Kondisi ini disebabkan oleh tidak tercukupinya asupan gizi anak, bahkan
sejak ia masih di dalam kandungan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan
bahwa 20% kejadian stunting sudah terjadi ketika bayi masih berada di dalam
kandungan. Kondisi ini diakibatka oleh asupan ibu selama kehamilan kurang
berkualitas, sehingga nutrisi yang diterima janin sedikit. Akhirnya, pertumbuhan
di dalam kandungan mulai terhambat dan terus berlanjut setelah kelahiran.
Selain itu, stunting juga bisa terjadi akibat asupan gizi saat anak masih di
bawah usia 2 tahun tidak tercukupi. Entah itu tidak diberikan ASI
eksklusif ataupun MPASI (makanan pendamping ASI) yang diberikan kurang
mengandung zat gizi yang berkualitas.
B. Etiologi
6|Keperawatan Anak
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan
kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang,
dan meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga
meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit
untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya
stunted (Allen and Gillespie, 2001).
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja
seperti yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana
faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor
utama penyebab stunting yaitu sebagai berikut :
7|Keperawatan Anak
ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan anak dalam kehidupannya
dimasa yang akan datang.
3. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Anak
stunted pada usia lima tahun cenderung menetapsepanjang hidup, kegagalan
pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh
menjadi wanita dewasa yang stunted dan mempengaruhi secara langsung pada
kesehatan dan produktivitas, sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak
dengan BBLR. Stunted terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih
cenderung menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar
meninggal saat melahirkan.
C. Manifestasi Klinis
8|Keperawatan Anak
7. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
8. Berat badan kurang
9. Pertumbuhan yang lambat
10. Kelemahan pada otot
11. Perut kembung
12. Tulang yang mudah patah
13. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh
D. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
9|Keperawatan Anak
5) Pemeriksaan lain : Gula darah (BSS), profil lipid
(kolesterol,triglyserid,LDL dan HDL), fungsi ginjal (ureum, kreatinin),
fungsi hati (sgot,sgpt, bilirubin,gama gt dan alkalin fosfatase), fungsi
tulang, otot dan sendi (asam urat, ASTO,CRP dan Rematic Factor)
Pemeriksaan penunjang status gizi lainnya dengan foto rontgen, CT scan,
MRI dan USG. Diagnosa kerja pada kelainan nutrisi yaitu Status Gizi
Antropometrik : obesitas,pre-obes,marasmus, kwarshiorkor, chronic
energy deficiency Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam
jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine,
tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot . Uji
biokimiawi yang penting ialah pemeriksaan kadar hemoglobin,
pemeriksaan apusan darah untuk malaria, pemeriksaan protein. Ada dua
jenis protein, viseral dan somatik, yang layak dijadikan parameter penentu
status gizi. Pemeriksaan tinja cukup hanya pemeriksaan occult blood dan
telur cacing saja. 2.10.2 Pemeriksaan Antropometris Antropometri secara
umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh
(Supariasa, 2002). Penilaian antropometris yang penting dilakukan ialah
penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan, lingkar lengan, dan
lipatan kulit triseps. Pemeriksaan ini penting, terutama pada anak yang
berkelas ekonomi dan sosial rendah. Pengamatan anak dipusatkan
terutama pada percepatan tumbuh. Antropometri adalah pengukuran
berbagai dimensi fisik tubuh manusia pada berbagai usia. Pengukuran
dilakukan untuk mendapatkan nilai/data mentah pada seorang individu,
misalnya umur, BB, TB, LLA, LK dan sebagainya. Indeks merupakan
kombinasi hasil pengukuran, misalnya BB/U, TB/U dan sebagainya.
Indikator adalah cut-off points untuk suatu indeks. 2.10.2.1 Berat badan
Berat badan merupakan parameter pertumbuhan yang paling sederhana,
mudah dilakukan dan diulang serta merupakan indeks untuk status gizi
sesaat. Pengukuran dilakukan tanpa pakaian atau pakaian seminim
10 | K e p e r a w a t a n A n a k
mungkin dan tanpa sepatu. Keakuratan penimbangan pada anak besar 0,5
kg dan anak kecil/bayi 0,1 kg. Untuk mengevaluasinya diperlukan data
umur yang tepat, jenis kelamin dan acuan standar. Interpretasi: BB/U
dibandingkan standar yang diacu, dalam persentase: 80-120% Gizi baik
60-80% Gizi kurang (tanpa edema), gizi buruk bila disertai edema. < 60%
Gizi buruk Penilaian: 5-10% kehilangan BB ringan 15-25% kehilangan
BB sedang > 25% kehilangan BB berat 2.10.2.2 Tinggi badan Tinggi
badan merupakan parameter sederhana, mudah dilakukan dan diulang serta
bila dihubungkan dengan BB akan memberikan informasi yang bermakna.
Cara pengukurannya adalah anak berdiri tegak dan mata menatap lurus ke
depan, punggung menempel pada alat pengukur panjang pada
tembok/dinding tegak lurus. Untuk bayi atau anak yang belum bisa berdiri,
pengukuran dilakukan dalam posisi terlentang. 2.10.2.3 Berat badan
menurut tinggi badan.
Rasio BB/TB sangat penting dan lebih akurat dalam penilaian
status gizi karena mencerminkan proporsi tubuh serta dapat membedakan
antara wasting dan stunting atau perawakan pendek. Indeks pada anak
perempuan hanya sampai 135 cm dan anak laki-laki sampai TB 145 cm
dan setelah itu rasio BB/TB tidak begitu banyak berarti karena adanya
percepatan tumbuh. Indeks ini tidak memerlukan faktor umur. BB/TB (%)
= [BB aktual/BB menurut TB aktual] x 100% Interpretasi: 1. Jika BB/TB
(%): > 120% Obesitas 110-120% Overweight 90-110% Normal 70-90%
Gizi kurang <70% Gizi buruk 2. Nilai BB/TB di sekitar persentil 50
menunjukkan normal. Makin jauh deviasi yang terjadi makin besar pula
kelebihan atau kekurangan gizi pada individu tersebut. 2.10.2.4 Lingkar
lengan atas Pemeriksaan ini digunakan pada anak 1-5 tahun, dan sudah
dapat menunjukkan status gizi anak. Pengukuran dilakukan pada lengan
kiri, pertengahan akromion dan olekranon, menggunakan pita pengukur
yang tidak melar atau pita khusus (WHO/CARE) yang diberi warna hijau
(> 12,5 cm), kuning (11,5-12,5 cm) dan merah (<11,5 cm).
Interpretasi:<11,5 cm Gizi buruk (merah) 11,5-12,5 cm Gizi kurang
(kuning) >12,5 cm Gizi baik (hijau) Interpretasi LLA/U: 85-10% Gizi
baik/normal 70-85% Gizi kurang < 70% Gizi buruk Interpretasi LLA/TB:
11 | K e p e r a w a t a n A n a k
>85% Gizi baik/normal 80-85% Borderline / KKP-I 75-80% Gizi kurang /
KKP-II < 75% Gizi buruk / KKP-III 2.10.2.5 Lingkaran kepala Lingkar
kepala dipengaruhi oleh status gizi anak sampai usia 36 bulan. Pengukuran
rutin dilakukan untuk menjaring kemungkinan adanya penyebab lain yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan otak. Pengukuran dilakukan dengan
pita pengukur yang tidak melar, tepat diatas supra orbita pada bagian yang
paling menonjol dan melalui oksiput sehingga didapat nilai lingkar kepala
yang maksimal. Interpretasi: LK < persentil 5 atau < -2SD menunjukkan
kemungkinan malnutrisi kronik pada masa intrauterin atau masa bayi/anak
dini.
DAMPAK STUNTING
12 | K e p e r a w a t a n A n a k
perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak
seimbang (Allen & Gillespie, 2001). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi
pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan
sulit diperbaiki. Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka
waktu panjang, yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.
13 | K e p e r a w a t a n A n a k
mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan
pencegahan terjadinya balita stunting. Bersama dengan sektor lain meningkatkan
kualitas sanitasi lingkungan dan penyediaan sarana prasarana dan akses keluarga
terhadap sumber air terlindung, serta pemukiman yang layak. Juga meningkatkan
akses keluarga terhadap daya beli pangan dan biaya berobat bila sakit melalui
penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan. Peningkatan pendidikan
ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan dan kemampuan dalam
penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga anak berada dalam keadaan
status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga terhadap informasi dan
penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang mudah dimengerti dan
dilaksanakan oleh setiap keluarga juga merupakan cara yang efektif dalam
mencegah terjadinya balita stunting.
Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari pertama
kehidupan, yaitu:
14 | K e p e r a w a t a n A n a k
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi
lahir melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6
bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif).
15 | K e p e r a w a t a n A n a k
akan mengalami kerusakan gigi. Kadar air dalam ASI sekitr 88 gr %.
Maka ibu yang sedang menyusui dianjurkan untuk minum sebanyak 2–2,5
liter (8-10 gelas) air sehari, di samping bisa juga ditambah dengan minum
air buah.
Pada usia 0 – 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu
(ASI). ASI adalah makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai
kurang lebih umur 6 bulan. Menyusui sebaiknya dilakukan sesegara
mungkin setelah melahirkan. Pada usia ini sebaiknya bayi disusui selama
minimal 20 menit pada masing-masing payudara hingga payudara benar-
benar kosong. Apabila hal ini dilakukan tanpa membatasi waktu dan
frekuensi menyusui,maka payudara akan memproduksi ASI sebanyak 800
ml bahkan hingga 1,5 – 2 liter perhari.
a. Kalsium
16 | K e p e r a w a t a n A n a k
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah dan
kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri kering,
belut, susu, keju, kacang-kacangan.
b. Yodium
Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid mengatur
metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga penting untuk
mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium : ikan laut,
udang, dan kerang.
c. Zink
d. Zat Besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan
metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-
kacangan, sayuran hijau dan buah-buahan.
e. Asam Folat
Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel,
memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat antara
lain : bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia dan sayur-sayuran.
17 | K e p e r a w a t a n A n a k
pemberian ASI eksklusif, rencana nasional untuk mengendalikan gangguan
kekurangan iodine, panduan tentang pencegahan dan pengendalian parasit
intestinal dan panduan tentang suplementasi multi-nutrient perempuan dan anak di
Klaten, Jawa Tengah. Manajemen masyarakat tentang gizi buruk akut dan
pemberian makan bayi dan anak menjelma menjadi sebuah paket holistic untuk
menangani gizi buruk, sementara pengendalian gizi anak dan malaria ditangani
bersama untuk mencegah pertumbuhan yang terhambat (stunting) (Laporan
Tahuna Unicef Indonesia, 2012). Untuk membantu pemerintah dalam melakukan
perbaikan gizi pada balita Stunting, menurut Unicef Indonesia perhatian khusus
harus diberikan pada : Penciptaan dan penguatan mekanisme koordinasi nasional
dan daerah untuk mengimplementasikan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi,
dan untuk melakukan koordinasi dengan sektor-sektor non-gizi. Pengembangan,
pemantauan dan penegakan peraturan nasional untuk mengawasi pemasaran
produk pengganti ASI. Revisi standar minimal pelayanan kesehatan untuk
mencakup aksi-aksi dan sasaran gizi,seperti aksi-aksi yang berhubungan dengan
konseling gizi, makanan pendamping ASI dan gizi ibu.
18 | K e p e r a w a t a n A n a k
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat Keluhan Utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan
pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada
tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya
gangguan kekurangan gizi.
2. Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal, dan post natal,
hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan,
tumbuh kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kuirang, buruk ),
19 | K e p e r a w a t a n A n a k
psikosial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data focus yang perlu
dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak
(riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relative lama).
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi, dan
hubungan anggota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat
mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan
lain-lain. Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too
yang meliputi : keadan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area
kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genitor-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan stunting adalah pengukuran
antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal
lipatan kulit). Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan antara lain :
Penurunan ukuran antropometri
Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang, dan
mudah dicabut)
Gambaran wajah seperti orang tua ( kehilangan lemak pipi), edema
palpebra
Tanda – tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi,
retraksi otot intercostals)
Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat
meningkat bila terjadi diare
Edema tungkai
Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement
dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan
(bokong, fosa popliteal, lutut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha)
Pemeriksaan penunjang
B. Diagnosa Keperawatan
a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan yang tidak
adekuat, anoreksia dan diare
b) Gangguan integritas kulit b/d tidak adanya kandungan makanan yang
cukup
20 | K e p e r a w a t a n A n a k
c) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan
protein yang tidak adekuat
d) Kurangnya pengetahuan b/d tidak tahu memberikan intake nutrisi yang
adekuat pada anak
C. Intervensi Keperawatan
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan yang
tidak adekuat, anoreksia dan diare.
NIC :
NIC :
21 | K e p e r a w a t a n A n a k
a) Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar
R : Mengurangi resiko terjadinya infeksi pada kulit akibat kuman
keringat
b) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
R : Memberikan rasa nyaman pada pasien
c) Mobilisasi pasien
R : Mengurangi risiko terjadinya dekubitus
d) Monitor kulit akan adanya kemerahan
R : Memudahkan dalam melakukan perawatan
e) Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat
R : Memberikan rasa nyaman pada pasien
D. IMPLEMENTASI
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan yang
tidak adekuat, anoreksia dan diare.
Meningkatkan intake cairan
Menyajikan makanan yang mudah dicerna, hangat dan berikan sedikit tapi
sering.
Menyelingi makanan dengan minum
Mengukur intake makanan dan timbang berat badan
Mengukur ttv, bising usus, sensori
Memberikan informasi tentang nutrisi
2) Gangguan integritas kulit b/d tidak adanya kandungan makanan yang
cukup
Menganjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar
Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Melakukan mobilisasi pasien
Memonitor kulit akan adanya kemerahan
Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
E. EVALUASI
Tahap yang terakhir mengevaluasi semua tindakan yang sudah dilakukan
selama 1 x 24jam. Sudah tercapai apa belum tujuan yang diharapkan, jika
belum tercapai kriteria hasil maka dilakukan ulang tindakan sampai
tercapai kriteria hasil yang diharapkan.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
22 | K e p e r a w a t a n A n a k
Stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan
pertumbuhan sehingga menyebabkan ia lebih pendek ketimbang teman-
teman seusianya. Banyak yang tak tahu kalau anak pendek adalah tanda
dari adanya masalah pertumbuhan si kecil. Apalagi, jika stunting dialami
oleh anak yang masih di bawah usia 2 tahun. Hal ini harus segera
ditangani dengan segera dan tepat. Pasalnya stunting adalah kejadian yang
tak bisa dikembalikan seperti semula jika sudah terjadi. Etiologinya
asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi
dalam makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan
air), riwayat berat badan lahir rendah (BBLR), riwayat penyakit.
B. SARAN
Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang
bermanfaat bagi pembaca. Makalah ini diharapkan dapat menjadi
acuan bagi pembaca terutama perawat dalam membuat asuhan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/stunting-adalah-anak-
pendek/
23 | K e p e r a w a t a n A n a k
https://lifestyle.kompas.com/read/2017/02/08/100300123/mengenal.st
unting.dan.efeknya.pada.pertumbuhan.anak.Definisi stunting
LAMPIRAN
24 | K e p e r a w a t a n A n a k