Anda di halaman 1dari 24

KEPERWATAN ANAK

STUNTING

DI SUSUN OLEH :

1. AYU NUR HAEFEN


2. LILIS RAPITASARI
3. NIKMATUL CHOIRUNISA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG KAMPUS V


TRENGGALEK

Jl. Dr. Soetomo No. 05, Trenggalek, Ngantru, Kec. Trenggalek, Kabupaten
Trenggalek, Jawa Timur 66312

1|Keperawatan Anak
KATA PENGANTAR

Puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat,
karunianya dan ridho-Nya, kami selaku pembuat MakalahKeperawatan Anak yang
berjudul “STUNTING” tahun 2018/2019 telah dapat menyelesaikan penyusunan
Makalah ini sebagai referensi membaca.

Selaku penulis, kami menyadari bahwa dalam menyusun Makalah ini


masih banyak terdapat celah kekurangan, baik dalam segi teknis, penulisan
sampai dengan penyusunan. Namun demikian, kami telah berusaha dengan baik
mungkin untuk dapat menyusun dan merampungkan makalah Keperawatan
Anak Stuntingoleh karena itu kami harapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan penyusunan berikutnya.

Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kami ucapkan
terimakasih.

Trenggalek, 8 April 2019

Kelompok

2|Keperawatan Anak
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………. 1

KATA PENGANTAR………………………………………………. 2

DAFTAR ISI………………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG……………………………………….. 4
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………….. 4
C. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM………………………………………… 5
2. TUJUAN KHUSUS………………………………………. 5

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI STUN……………………………………………... 6
B. ETIOLOGI STUNTING…………………………………….. 6 – 7
C. MANIFESTASI KLINIS……………………………………. 9
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG…………………………… 9 – 19

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN………………………………………………. 20
B. DIAGNOSA………………………………………………….. 21
C. INTERVENSI……………………………………………....... 21 – 23
D. IMPLEMENTASI……………………………………………. 23
E. EVALUASI…………………………………………………... 23

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN………………………………………………. 24
B. SARAN……………………………………………………….. 24

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………... 25

LAMPIRAN………………………………………………………….. 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

3|Keperawatan Anak
Mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. Padahal, menurut
Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke-lima jumlah anak dengan
kondisi stunting. Salah satu wilayah di Indonesia dengan angka stunting tertinggi
adalah kabupaten Ogan Komering ilir. Angka stunting kabupaten Ogan Komering
Ilir (OKI) menurut Riskesdas mencapai 40,5% atau hampir setengah balita di OKI
mengalami stunting. Bahkan, angka ini di atas angka stunting nasional 37%.
Menurut WHO, di seluruh dunia, diperkirakan ada 178 juta anak di bawah usia
lima tahun pertumbuhannya terhambat karena stunting. Stunting adalah masalah
gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama,
umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi
mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.
Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0
sampai 59 bulan, dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan
minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran
WHO. Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan
perkembangan otak yang tidak maksimal, yang menyebabkan kemampuan mental
dan belajar yang kurang, serta prestasi sekolah yang buruk. Stunting dan kondisi
lain terkait kurang gizi, juga dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes,
hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi

B. Rumusan Masalah
a. Bagaiamana definisi stunting ?
b. Bagaimana etiologi stunting ?
c. Apa manifestasi klinis stunting ?
d. Apa pemeriksaan penunjang stunting ?
e. Bagaimana asuhan keperawatan stunting ?

C. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Memenuhi tugas dari keperawatan anak yang berjudul “Stunting”
dengan pembuatan makalah ini dapat menjadikan referensi bagi

4|Keperawatan Anak
pembaca, kelmpok menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Kelompok mengharapkan kritik dan saran
untuk lebih baik pembuatan makalah selanjutnya.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mengetauhi definisi stunting
b. Mengetauhi etiologi stunting
c. Mengetauhi manifestasi klinis stunting
d. Mengetauhi pemeriksaan penunjang stunting
e. Mengetauhi asuhan keperawatan stunting

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Stunting

Stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan


sehingga menyebabkan ia lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya.

5|Keperawatan Anak
Banyak yang tak tahu kalau anak pendek adalah tanda dari adanya masalah
pertumbuhan si kecil. Apalagi, jika stunting dialami oleh anak yang masih di
bawah usia 2 tahun. Hal ini harus segera ditangani dengan segera dan tepat.
Pasalnya stunting adalah kejadian yang tak bisa dikembalikan seperti semula jika
sudah terjadi.

Kondisi ini disebabkan oleh tidak tercukupinya asupan gizi anak, bahkan
sejak ia masih di dalam kandungan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan
bahwa 20% kejadian stunting sudah terjadi ketika bayi masih berada di dalam
kandungan. Kondisi ini diakibatka oleh asupan ibu selama kehamilan kurang
berkualitas, sehingga nutrisi yang diterima janin sedikit. Akhirnya, pertumbuhan
di dalam kandungan mulai terhambat dan terus berlanjut setelah kelahiran.

Selain itu, stunting juga bisa terjadi akibat asupan gizi saat anak masih di
bawah usia 2 tahun tidak tercukupi. Entah itu tidak diberikan ASI
eksklusif ataupun MPASI (makanan pendamping ASI) yang diberikan kurang
mengandung zat gizi yang berkualitas.

Banyak teori yang menyatakan bahwa kurangnya asupan makanan yang


mengandung zink, zat besi, serta protein ketika anak masih berusia balita adalah
salah satu faktor utama yang menyebabkan kejadian ini.

B. Etiologi

Menurut beberapa penelitian, kejadian stunting pada anak merupakan suatu


proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang
siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak
dan peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan. Faktor
gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil
dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth
retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

6|Keperawatan Anak
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan
kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang,
dan meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga
meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit
untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya
stunted (Allen and Gillespie, 2001).

Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja
seperti yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana
faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor
utama penyebab stunting yaitu sebagai berikut :

1. Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi


dalam makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan
air).
2. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR),
3. Riwayat penyakit.

Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Stunting

Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain


kekurangan energi dan protein, sering mengalami penyakit kronis, praktek
pemberian makan yang tidak sesuai dan faktor kemiskinan. Prevalensi
stunted meningkat dengan bertambahnya usia, peningkatan terjadi dalam
dua tahun pertama kehidupan, proses pertumbuhan anak masa lalu
mencerminkan standar gizi dan kesehatan.
Menurut laporan UNICEF (1998) beberapa fakta terkait stunted
dan pengaruhnya antara lain sebagai berikut :

1. Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia


enam bulan, akan mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun.
Stunted yang parah pada anak-anak akan terjadi deficit jangka panjang dalam
perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk belajar secara
optimal di sekolah, dibandingkan anak- anak dengan tinggi badan normal.
Anak-anak dengan stunted cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih
sering absen dari sekolah dibandingkan anak-anak dengan status gizi baik. Hal

7|Keperawatan Anak
ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan anak dalam kehidupannya
dimasa yang akan datang.

2. Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembanangan


anak. Faktor dasar yang menyebabkan stunted dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan intelektual. Penyebab dari stunted adalah
bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang
tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan. Berdasarkan penelitian
sebagian besar anak-anak dengan stunted mengkonsumsi makanan yang
berada di bawah ketentuan rekomendasi kadar gizi, berasal dari keluarga
miskin dengan jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah
pinggiran kota dan komunitas pedesaan.

3. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Anak
stunted pada usia lima tahun cenderung menetapsepanjang hidup, kegagalan
pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh
menjadi wanita dewasa yang stunted dan mempengaruhi secara langsung pada
kesehatan dan produktivitas, sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak
dengan BBLR. Stunted terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih
cenderung menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar
meninggal saat melahirkan.

C. Manifestasi Klinis

Adapun tanda dan gejala dari stunting adalah sebagai berikut :

1. Kelelahan dan kekurangan energy


2. Pusing
3. Sistem kekebalan tubuh yang rendah ( yang mengakibatkan tubuh
kesulitan untuk melawan infeksi)
4. Kulit kering yang bersisik
5. Gusi bengkak dan berdarah
6. Gigi yang membusuk

8|Keperawatan Anak
7. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
8. Berat badan kurang
9. Pertumbuhan yang lambat
10. Kelemahan pada otot
11. Perut kembung
12. Tulang yang mudah patah
13. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh

D. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium

a. Pada pemeriksaan darah meliputi Hb, albumin, globulin, protein total,


elektrolit serum, biakan darah b. Profil lipid (lipid total, trigliserida, kolesterol,
LDL, HDL)

2) Pemeriksaan urine Pemeriksaan urine meliputi urine lengkap dan kulture


urine 3. Uji faal hati 4. EKG 5. X foto paru

3) Pemeriksaan radiologis: usia tulang, osteoporosis / osteomalsia

4) Pemeriksaan antropometris: BB, TB, BB/TB, LLA, LK 2.10.1

Pemeriksaan Laboratorium anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik


normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia
kronis sum-sum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam
makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan
kadar albumin serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu
dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru. Pemeriksaan ini
meliputi kaidah pemeriksaan laboratorium klinis secara umum. Berupa
pemeriksaan metabolit abnormal, perubahan aktivitas enzim, komponen darah
atau fungsi fisiologis yang tergantung dari zat gizi tertentu (Gibson,2005),
yaitu : 1. Pemeriksaan status protein yang digunakan untuk penilaian status
nutrisi : kadar albumin serum dengan nilai normal 3,5-5,0 gr/dl 2. Transferin
Serum dengan nilai normal > 200 mg/dl 3. Fungsi imunitas ; hitung limfosit
total (%limfosit x sel darah putih)/100 dengan nilai normal diatas 1500
sel/mm2

9|Keperawatan Anak
5) Pemeriksaan lain : Gula darah (BSS), profil lipid
(kolesterol,triglyserid,LDL dan HDL), fungsi ginjal (ureum, kreatinin),
fungsi hati (sgot,sgpt, bilirubin,gama gt dan alkalin fosfatase), fungsi
tulang, otot dan sendi (asam urat, ASTO,CRP dan Rematic Factor)
Pemeriksaan penunjang status gizi lainnya dengan foto rontgen, CT scan,
MRI dan USG. Diagnosa kerja pada kelainan nutrisi yaitu Status Gizi
Antropometrik : obesitas,pre-obes,marasmus, kwarshiorkor, chronic
energy deficiency Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam
jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine,
tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot . Uji
biokimiawi yang penting ialah pemeriksaan kadar hemoglobin,
pemeriksaan apusan darah untuk malaria, pemeriksaan protein. Ada dua
jenis protein, viseral dan somatik, yang layak dijadikan parameter penentu
status gizi. Pemeriksaan tinja cukup hanya pemeriksaan occult blood dan
telur cacing saja. 2.10.2 Pemeriksaan Antropometris Antropometri secara
umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh
(Supariasa, 2002). Penilaian antropometris yang penting dilakukan ialah
penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan, lingkar lengan, dan
lipatan kulit triseps. Pemeriksaan ini penting, terutama pada anak yang
berkelas ekonomi dan sosial rendah. Pengamatan anak dipusatkan
terutama pada percepatan tumbuh. Antropometri adalah pengukuran
berbagai dimensi fisik tubuh manusia pada berbagai usia. Pengukuran
dilakukan untuk mendapatkan nilai/data mentah pada seorang individu,
misalnya umur, BB, TB, LLA, LK dan sebagainya. Indeks merupakan
kombinasi hasil pengukuran, misalnya BB/U, TB/U dan sebagainya.
Indikator adalah cut-off points untuk suatu indeks. 2.10.2.1 Berat badan
Berat badan merupakan parameter pertumbuhan yang paling sederhana,
mudah dilakukan dan diulang serta merupakan indeks untuk status gizi
sesaat. Pengukuran dilakukan tanpa pakaian atau pakaian seminim

10 | K e p e r a w a t a n A n a k
mungkin dan tanpa sepatu. Keakuratan penimbangan pada anak besar 0,5
kg dan anak kecil/bayi 0,1 kg. Untuk mengevaluasinya diperlukan data
umur yang tepat, jenis kelamin dan acuan standar. Interpretasi: BB/U
dibandingkan standar yang diacu, dalam persentase: 80-120% Gizi baik
60-80% Gizi kurang (tanpa edema), gizi buruk bila disertai edema. < 60%
Gizi buruk Penilaian: 5-10% kehilangan BB ringan 15-25% kehilangan
BB sedang > 25% kehilangan BB berat 2.10.2.2 Tinggi badan Tinggi
badan merupakan parameter sederhana, mudah dilakukan dan diulang serta
bila dihubungkan dengan BB akan memberikan informasi yang bermakna.
Cara pengukurannya adalah anak berdiri tegak dan mata menatap lurus ke
depan, punggung menempel pada alat pengukur panjang pada
tembok/dinding tegak lurus. Untuk bayi atau anak yang belum bisa berdiri,
pengukuran dilakukan dalam posisi terlentang. 2.10.2.3 Berat badan
menurut tinggi badan.
Rasio BB/TB sangat penting dan lebih akurat dalam penilaian
status gizi karena mencerminkan proporsi tubuh serta dapat membedakan
antara wasting dan stunting atau perawakan pendek. Indeks pada anak
perempuan hanya sampai 135 cm dan anak laki-laki sampai TB 145 cm
dan setelah itu rasio BB/TB tidak begitu banyak berarti karena adanya
percepatan tumbuh. Indeks ini tidak memerlukan faktor umur. BB/TB (%)
= [BB aktual/BB menurut TB aktual] x 100% Interpretasi: 1. Jika BB/TB
(%): > 120% Obesitas 110-120% Overweight 90-110% Normal 70-90%
Gizi kurang <70% Gizi buruk 2. Nilai BB/TB di sekitar persentil 50
menunjukkan normal. Makin jauh deviasi yang terjadi makin besar pula
kelebihan atau kekurangan gizi pada individu tersebut. 2.10.2.4 Lingkar
lengan atas Pemeriksaan ini digunakan pada anak 1-5 tahun, dan sudah
dapat menunjukkan status gizi anak. Pengukuran dilakukan pada lengan
kiri, pertengahan akromion dan olekranon, menggunakan pita pengukur
yang tidak melar atau pita khusus (WHO/CARE) yang diberi warna hijau
(> 12,5 cm), kuning (11,5-12,5 cm) dan merah (<11,5 cm).
Interpretasi:<11,5 cm Gizi buruk (merah) 11,5-12,5 cm Gizi kurang
(kuning) >12,5 cm Gizi baik (hijau) Interpretasi LLA/U: 85-10% Gizi
baik/normal 70-85% Gizi kurang < 70% Gizi buruk Interpretasi LLA/TB:

11 | K e p e r a w a t a n A n a k
>85% Gizi baik/normal 80-85% Borderline / KKP-I 75-80% Gizi kurang /
KKP-II < 75% Gizi buruk / KKP-III 2.10.2.5 Lingkaran kepala Lingkar
kepala dipengaruhi oleh status gizi anak sampai usia 36 bulan. Pengukuran
rutin dilakukan untuk menjaring kemungkinan adanya penyebab lain yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan otak. Pengukuran dilakukan dengan
pita pengukur yang tidak melar, tepat diatas supra orbita pada bagian yang
paling menonjol dan melalui oksiput sehingga didapat nilai lingkar kepala
yang maksimal. Interpretasi: LK < persentil 5 atau < -2SD menunjukkan
kemungkinan malnutrisi kronik pada masa intrauterin atau masa bayi/anak
dini.

6) Pemeriksaan EKG (Elektrokardiogram) EKG adalah salah satu bagian


dalam pemeriksaan penunjang untuk mengevaluasi keadaan jantung kita.
Beberapa gangguan jantung (misalnya infark -adanya kerusakan otot jantung
karena kekurangan oksigen-, atau adanya pembesaran jantung, dan lainnya)
dapat menyebabkan gangguan aktivitas listrik jantung. Jadi, adanya gangguan
ini dapat terlihat di EKG

DAMPAK STUNTING

Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga


prestasi belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila
mencari pekerjaan, peluang gagal tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan
tidak mendapat pekerjaan yang baik, yang berakibat penghasilan rendah
(economic productivity hypothesis) dan tidak dapat mencukupi kebutuhan
pangan. Karena itu anak yang menderita stunting berdampak tidak hanya pada
fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan
prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu
dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih
menarik dari yang tubuhnya pendek. Stunting yang terjadi pada masa anak
merupakan faktor risiko meningkatnya angka kematian, kemampuan kognitif, dan

12 | K e p e r a w a t a n A n a k
perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak
seimbang (Allen & Gillespie, 2001). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi
pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan
sulit diperbaiki. Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka
waktu panjang, yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.

MENCEGAH STUNTING PADA BALITA

Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan menangani


masalah gizi di masyarakat. Memang ada hasilnya, tetapi kita masih harus bekerja
keras untuk menurunkan prevalensi balita pendek sebesar 2,9% agar target MD’s
tahun 2014 tercapai yang berdampak pada turunnya prevalensi gizi kurang pada
balita kita. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan
bertambahnya umur, namun pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitif
terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan
tinggi badan pada balita, maka untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan
optimalnya masih bisa diupayakan, sedangkan anak usia sekolah sampai remaja
relatif kecil kemungkinannya. Maka peluang besar untuk mencegah stunting
dilakukan sedini mungkin. dengan mencegah faktor resiko gizi kurang baik pada
remaja putri, wanita usia subur (WUS), ibu hamil maupun pada balita. Selain itu,
menangani balita yang dengan tinggi dan berat badan rendah yang beresiko terjadi
stunting, serta terhadap balita yang telah stunting agar tidak semakin berat.
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam
kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil,
artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi,
mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain
itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan
(eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI)
yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup
gizi, juga diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A. Kejadian stunting
pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat dipantau dan dicegah apabila
pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan secara rutin dan benar. Memantau
pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk

13 | K e p e r a w a t a n A n a k
mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan
pencegahan terjadinya balita stunting. Bersama dengan sektor lain meningkatkan
kualitas sanitasi lingkungan dan penyediaan sarana prasarana dan akses keluarga
terhadap sumber air terlindung, serta pemukiman yang layak. Juga meningkatkan
akses keluarga terhadap daya beli pangan dan biaya berobat bila sakit melalui
penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan. Peningkatan pendidikan
ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan dan kemampuan dalam
penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga anak berada dalam keadaan
status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga terhadap informasi dan
penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang mudah dimengerti dan
dilaksanakan oleh setiap keluarga juga merupakan cara yang efektif dalam
mencegah terjadinya balita stunting.

PENANGGULANGAN DAN PENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI

a. Penanggulangan stunting pada pertumbuhan bayi

Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari pertama
kehidupan, yaitu:

· 1. Pada ibu hamil

Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik


dalam mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik,
sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah
mengalami KurangEnergiKronis (KEK), maka perlu diberikan makanan
tambahan kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat
tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu
harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.

· 2. Pada saat bayi lahir

14 | K e p e r a w a t a n A n a k
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi
lahir melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6
bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif).

· 3. Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun

Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping


ASI (MP-ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2
tahun atau lebih. Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia,
imunisasi dasar lengkap.

PENCEGAHAN STUNTING PADA PERTUMBUHAN BAYI

· 1. Kebutuhan gizi masa hamil

Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan


gizinya dipergunakan untuk kegiatan rutin dalam proses metabolisme
tubuh, aktivitas fisik, serta menjaga keseimbangan segala proses dalam
tubuh. Di samping proses yang rutin juga diperlukan energi dan gizi
tambahan untuk pembentukan jaringan baru, yaitu janin, plasenta, uterus
serta kelenjar mamae. Ibu hamil dianjurkan makan secukupnya saja,
bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka macam zat gizi bisa terpenuhi.
Makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah makanan yang
mengandung zat pertumbuhan atau pembangun yaitu protein, selama itu
juga perlu tambahan vitamin dan mineral untuk membantu proses
pertumbuhan itu.

· 2. Kebutuhan Gizi Ibu saat Menyusui

Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar


dibanding dengan ibu hamil, akan tetapi kualitasnya tetap sama. Pada ibu
menyusui diharapkan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berenergi
tinggi, seperti diisarankan untuk minum susu sapi, yang bermanfaat untuk
mencegah kerusakan gigi serta tulang. Susu untuk memenuhi kebutuhan
kalsium dan flour dalam ASI. Jika kekurangan unsur ini maka terjadi
pembongkaran dari jaringan (deposit) dalam tubuh tadi, akibatnya ibu

15 | K e p e r a w a t a n A n a k
akan mengalami kerusakan gigi. Kadar air dalam ASI sekitr 88 gr %.
Maka ibu yang sedang menyusui dianjurkan untuk minum sebanyak 2–2,5
liter (8-10 gelas) air sehari, di samping bisa juga ditambah dengan minum
air buah.

· 3. Kebutuhan Gizi Bayi 0 – 12 bulan

Pada usia 0 – 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu
(ASI). ASI adalah makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai
kurang lebih umur 6 bulan. Menyusui sebaiknya dilakukan sesegara
mungkin setelah melahirkan. Pada usia ini sebaiknya bayi disusui selama
minimal 20 menit pada masing-masing payudara hingga payudara benar-
benar kosong. Apabila hal ini dilakukan tanpa membatasi waktu dan
frekuensi menyusui,maka payudara akan memproduksi ASI sebanyak 800
ml bahkan hingga 1,5 – 2 liter perhari.

· 4. Kebutuhan Gizi Anak 1 – 2 tahun

Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat


tetapi perkembangan motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi
lingkungan sekitar dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan
sebagainya. Namun pada usia ini anak juga mulai sering mengalami
gangguan kesehatan dan rentan terhadap penyakit infeks seperti ISPA dan
diare sehingga anak butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh
kembangnya optimal. Pada usia ini ASI tetap diberikan. Pada masa ini
berikan juga makanan keluarga secara bertahap sesuai kemampuan anak.
Variasi makanan harus diperhatikan. Makanan yang diberikan tidak
menggunakan penyedap, bumbu yang tajam, zat pengawet dan pewarna.
dari asi karena saat ini hanya asi yang terbaik untuk buah hati anda tanpa
efek samping

ZAT GIZI MIKRO YANG BERPERAN UNTUK MENGHINDARI STUNTING


(PENDEK)

a. Kalsium

16 | K e p e r a w a t a n A n a k
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah dan
kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri kering,
belut, susu, keju, kacang-kacangan.

b. Yodium

Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid mengatur
metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga penting untuk
mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium : ikan laut,
udang, dan kerang.

c. Zink

Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi kekebalan


dan pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan sumber zink :
hati, kerang, telur dan kacang-kacangan.

d. Zat Besi

Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan
metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-
kacangan, sayuran hijau dan buah-buahan.

e. Asam Folat

Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel,
memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat antara
lain : bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia dan sayur-sayuran.

USAHA PEMERINTAH DALAM MASALAH STUNTING

Selama ini pemerintah sudah berusaha mengurangi Gizi buruk, terutama


pertumbuhan yang terhambat, merupakan sebuah masalah kesehatan masyarakat
yang utama di Indonesia. Untuk mengatasi tantangan itu, UNICEF mendukung
sejumlah inisiatif di tahun 2012 untuk menciptakan lingkungan nasional yang
kondusif untuk gizi. Ini meliputi peluncuran Gerakan Sadar Gizi Nasional
(Scaling Up Nutrition – SUN) dan mendukung pengembangan regulasi tentang

17 | K e p e r a w a t a n A n a k
pemberian ASI eksklusif, rencana nasional untuk mengendalikan gangguan
kekurangan iodine, panduan tentang pencegahan dan pengendalian parasit
intestinal dan panduan tentang suplementasi multi-nutrient perempuan dan anak di
Klaten, Jawa Tengah. Manajemen masyarakat tentang gizi buruk akut dan
pemberian makan bayi dan anak menjelma menjadi sebuah paket holistic untuk
menangani gizi buruk, sementara pengendalian gizi anak dan malaria ditangani
bersama untuk mencegah pertumbuhan yang terhambat (stunting) (Laporan
Tahuna Unicef Indonesia, 2012). Untuk membantu pemerintah dalam melakukan
perbaikan gizi pada balita Stunting, menurut Unicef Indonesia perhatian khusus
harus diberikan pada : Penciptaan dan penguatan mekanisme koordinasi nasional
dan daerah untuk mengimplementasikan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi,
dan untuk melakukan koordinasi dengan sektor-sektor non-gizi. Pengembangan,
pemantauan dan penegakan peraturan nasional untuk mengawasi pemasaran
produk pengganti ASI. Revisi standar minimal pelayanan kesehatan untuk
mencakup aksi-aksi dan sasaran gizi,seperti aksi-aksi yang berhubungan dengan
konseling gizi, makanan pendamping ASI dan gizi ibu.

Penguatan sistem informasi kesehatan untuk meningkatkan keandalan data,


promosi pengawasan suportif terhadap program kesehatan dan gizi, dan promosi
penggunaan data oleh petugas kesehatan secara terus-menerus untuk
meningkatkan dampak program. Penguatan program fortifikasi pangan nasional
dengan memperbarui standar fortifikasiuntuk terigu, pengharusan fortifikasi
minyak, dan peningkatan penegakan legislasi yang ada; tentang iodisasi garam.

Implementasi langkah-langkah untuk merekrut, mengembangkan dan


mempertahankan ahli gizi yang memenuhi syarat, termasuk insentif bagi mereka
yang bekerja di daerah-daerah yang kurang terlayani.

18 | K e p e r a w a t a n A n a k
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Riwayat Keluhan Utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan
pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada
tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya
gangguan kekurangan gizi.
2. Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal, dan post natal,
hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan,
tumbuh kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kuirang, buruk ),

19 | K e p e r a w a t a n A n a k
psikosial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data focus yang perlu
dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak
(riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relative lama).
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi, dan
hubungan anggota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat
mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan
lain-lain. Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too
yang meliputi : keadan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area
kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genitor-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan stunting adalah pengukuran
antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal
lipatan kulit). Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan antara lain :
 Penurunan ukuran antropometri
 Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang, dan
mudah dicabut)
 Gambaran wajah seperti orang tua ( kehilangan lemak pipi), edema
palpebra
 Tanda – tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi,
retraksi otot intercostals)
 Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat
meningkat bila terjadi diare
 Edema tungkai
 Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement
dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan
(bokong, fosa popliteal, lutut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha)

 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboraturiom : albumin, creatinin, dan nitrogen.


Elektrolit, Hb, Ht, transferin.

B. Diagnosa Keperawatan
a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan yang tidak
adekuat, anoreksia dan diare
b) Gangguan integritas kulit b/d tidak adanya kandungan makanan yang
cukup

20 | K e p e r a w a t a n A n a k
c) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan
protein yang tidak adekuat
d) Kurangnya pengetahuan b/d tidak tahu memberikan intake nutrisi yang
adekuat pada anak

C. Intervensi Keperawatan
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan yang
tidak adekuat, anoreksia dan diare.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan


nutrisi dapat terpenuhi dengan kriteria hasil :

 Tidak terjadi penurunan BB yang berarti


 Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

NIC :

a) Tingkatkan intake cairan


R : Meningkatkan nafsu makan
b) Sajikan makanan yang mudah dicerna, hangat dan berikan sedikit tapi
sering.
R : Meningkatkan selera makan daan intake makanan
c) Selingi makanan dengan minum
R : Memudahkan makanan masuk
d) Ukur intake makanan dan timbang berat badan
R : Observasi kebutuhan nutrisi
e) Kaji ttv, bising usus, sensori
R : Membantu mengkaji keadaan pasien
f) Berikan informasi tentang nutrisi
g) R : Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga

2) Gangguan integritas kulit b/d tidak adanya kandungan makanan yang


cukup

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam


diharapkan integritas kulit terlihat normal dengan kriteria hasil :

 Intergritas kulit yang baik bisa dipertahankan


 Tidak ada luka/ lesi pada kulit
 Perfusi jaringan baik

NIC :

21 | K e p e r a w a t a n A n a k
a) Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar
R : Mengurangi resiko terjadinya infeksi pada kulit akibat kuman
keringat
b) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
R : Memberikan rasa nyaman pada pasien
c) Mobilisasi pasien
R : Mengurangi risiko terjadinya dekubitus
d) Monitor kulit akan adanya kemerahan
R : Memudahkan dalam melakukan perawatan
e) Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat
R : Memberikan rasa nyaman pada pasien
D. IMPLEMENTASI
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan yang
tidak adekuat, anoreksia dan diare.
 Meningkatkan intake cairan
 Menyajikan makanan yang mudah dicerna, hangat dan berikan sedikit tapi
sering.
 Menyelingi makanan dengan minum
 Mengukur intake makanan dan timbang berat badan
 Mengukur ttv, bising usus, sensori
 Memberikan informasi tentang nutrisi
2) Gangguan integritas kulit b/d tidak adanya kandungan makanan yang
cukup
 Menganjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar
 Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
 Melakukan mobilisasi pasien
 Memonitor kulit akan adanya kemerahan
 Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
E. EVALUASI
Tahap yang terakhir mengevaluasi semua tindakan yang sudah dilakukan
selama 1 x 24jam. Sudah tercapai apa belum tujuan yang diharapkan, jika
belum tercapai kriteria hasil maka dilakukan ulang tindakan sampai
tercapai kriteria hasil yang diharapkan.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

22 | K e p e r a w a t a n A n a k
Stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan
pertumbuhan sehingga menyebabkan ia lebih pendek ketimbang teman-
teman seusianya. Banyak yang tak tahu kalau anak pendek adalah tanda
dari adanya masalah pertumbuhan si kecil. Apalagi, jika stunting dialami
oleh anak yang masih di bawah usia 2 tahun. Hal ini harus segera
ditangani dengan segera dan tepat. Pasalnya stunting adalah kejadian yang
tak bisa dikembalikan seperti semula jika sudah terjadi. Etiologinya
asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi
dalam makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan
air), riwayat berat badan lahir rendah (BBLR), riwayat penyakit.

B. SARAN
Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang
bermanfaat bagi pembaca. Makalah ini diharapkan dapat menjadi
acuan bagi pembaca terutama perawat dalam membuat asuhan
keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal


"Stunting" dan Efeknya pada Pertumbuhan Anak",

https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/stunting-adalah-anak-
pendek/

23 | K e p e r a w a t a n A n a k
https://lifestyle.kompas.com/read/2017/02/08/100300123/mengenal.st
unting.dan.efeknya.pada.pertumbuhan.anak.Definisi stunting

LAMPIRAN

24 | K e p e r a w a t a n A n a k

Anda mungkin juga menyukai