Disusun oleh :
Fina Oktaridha 212113011
Novi Putri Sri Mayunda 212113023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kasus Stunting Pada
Gizi Kesehatan Anak” Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Pihak-
pihak tersebut adalah:
1. Dosen pengampu mata kuliah Ilmu Keperawatan Anak
2. Teman-teman kelas prodi DIII Keperawatan yang juga telah mendukung penulis
dalam membuat makalah.
Penulis telah berusaha sebaik-baiknya untuk menyusun makalah ini. Namun, makalah
ini tentunya masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat
pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan.
Stunting dapat di diagnosis melalui indeks antropometri tinggi badan menurut umur
yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan
dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai.
Stunting merupakan pertumbuhan linear yang gagal untuk mencapai potensi genetik
sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit infeksi (ACC/SCN, 2000).
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan
sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting
memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya
peningkatan penyakit. Stunting akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi
mental dan intelektual akan terganggu (Mann dan Truswell, 2002). Hal ini juga
didukung oleh Jackson dan Calder (2004) yang menyatakan bahwa stunting
berhubungan dengan gangguan fungsi kekebalan dan meningkatkan risiko kematian.
Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini berdasarkan
laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia masuk ke
dalam 5 besar negara dengan jumlah anak yang mengalami stunting tinggi (UNICEF,
2007). Hasil Riskesdas 2010, secara nasional prevalensi kependekan pada anak umur
2-5 tahun di Indonesia adalah 35,6 % yang terdiri dari 15,1 % sangat pendek dan 20
% pendek.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian stunting ?
2. Apa tanda dan gejala stunting ?
3. Bagaimana patofisiologi pada stunting ?
4. Apa saja penyebab stunting ?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting ?
6. Bagaimana penilaian Stunting secara Antropometri ?
7. Apa dampak stunting ?
8. Bagaimana cara mencegah stunting ?
9. Apa penanggulangan dan pencegahan stunting pada bayi ?
10. Apa saja pengobatan pada stunting ?
11. Apa saja peran perawat dalam stunting?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian sunting.
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala stunting.
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi pada stunting.
4. Untuk mengetahui penyebab stunting.
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting.
6. Untuk mengetahui bagaimana penilaian pada stunting secara Atropometri.
7. Untuk mengetahui dampak stunting.
8. Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah stunting.
9. Untuk mengetahui cara penanggulangan dan pencegahan stunting pada bayi.
10. Untuk mengetahui pengobatan pada stunting.
11. Untuk mengetahui peran perawat dalam stunting.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
B. Tanda dan gejala stunting
1. Berat badan dan panjang badan lahir bisa normal,atau BBLR(berat bayi
lahir rendah) pada keterlambatan tumbuh intra uterine, umumnya tumbuh
kelenjarnya tidak sempurna.
2. Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuh adalah 5cm/tahun
desimal.
3. Pada kecepatan tumbuh tinggi badan < 4cm/ tahun kemungkinan ada
kelainan hormonal.
4. Umur tulang (bone age) bisa normal atau terlambat untuk umurnya.
5. Pertumbuhan tanda tanda pubertas terlambat.
C. Patofisiologi stunting
Terjadinya stunting pada balita seringkali tidak disadari, dan setelah dua
tahun baru terlihat ternyata balita tersebut pendek Masalah gizi yang kronis
pada balita disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup
lama akibat orang tua/keluarga tidak tahu atau belum sadar untuk memberikan
makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi anaknya. Riskesdas 2010
menemukan bahwa ada 21,5% balita usia 2-4 tahun yang mengonsumsi energi
di bawah kebutuhan minimal dan 16% yang mengonsumsi protein di bawah
kebutuhan minimal. Dan bila ini berlangsung dalam waktu lama, maka akan
mengganggu pertumbuhan berat dan tinggi badan.
Pada ibu hamil juga terdapat 44,4% yang mengonsumsi energi di bawah
kebutuhan minimal dan 49,5% wanita hamil yang mengonsumsi protein di
bawah kebutuhan minimal yang berdampak pada terhambatnya pertumbuhan
janin yang dikandungnya. Selain asupan yang kurang, seringnya anak sakit juga
menjadi penyebab terjadinya gangguan pertumbuhan. Sanitasi lingkungan
mempengaruhi tumbuh kembang anak melalui peningkatan kerawanan anak
terhadap penyakit infeksi. Anak yang sering sakit akibat rendahnya perilaku
7
hidup bersih dan sehat dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan kronis dan
berdampak anak menjadi pendek.
Dari hasil Riskesdas, 2010 lebih dari setengah (54,9%) masyarakat kita
memiliki akses sumber air minum tidak terlindung. Hanya 55,5% masyarakat
yang terakses dengan sanitasi, di perkotaan 71,4% dan pedesaan 38,5%.
Penanganan sampah di masyarakat 52% dibakar dan penggunaan bahan bakar
arang dan kayu bakar 40,0%. Selain itu juga ternyata Dua dari 3 perokok kita
(76,7%) merokok di rumah dan dampak dari semua ini berpotensi
menyebabkan penyakit diare dan gangguan pernapasan pada balita.
D. Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan
suatu proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan
sepanjang siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted
pada anak dan peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama
kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab
tidak langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin
mengalami intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir
dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan
kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang,
dan meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan,
sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin
mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya
berpeluang terjadinya stunted (Allen and Gillespie, 2001).
8
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja
seperti yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor,
dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat
tiga faktor utama penyebab stunting yaitu sebagai berikut :
1. Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi
dalam makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan
air)
2. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR)
3. Riwayat penyakit.
9
dengan status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap
kesuksesan anak dalam kehidupannya dimasa yang akan datang.
2. Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembanangan anak.
Faktor dasar yang menyebabkan stunted dapat mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan intelektual. Penyebab dari stunted adalah bayi berat
lahir rendah, ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang tidak
sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan. Berdasarkan penelitian
sebagian besar anak-anak dengan stunted mengkonsumsi makanan yang
berada di bawah ketentuan rekomendasi kadar gizi, berasal dari keluarga
miskin dengan jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah
pinggiran kota dan komunitas pedesaan.
3. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang.
Anak stunted pada usia lima tahun cenderung menetapsepanjang hidup,
kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan
kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunted dan
mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas,
sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR. Stunted
terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung menghambat
dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat
melahirkan.
10
Antropometri dilakukan untuk pengukuran pertumbuhan tinggi badan dan
berat badan (Gibson, 2005).
G. . Dampak Stunting
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga
prestasi belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila
mencari pekerjaan, peluang gagal tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan
tidak mendapat pekerjaan yang baik, yang berakibat penghasilan rendah
(economic productivity hypothesis) dan tidak dapat mencukupi kebutuhan
pangan. Karena itu anak yang menderita stunting berdampak tidak hanya pada
11
fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan
prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu
dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih
menarik dari yang tubuhnya pendek.
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko
meningkatnya angka kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik
yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie,
2001). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini
akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki.
Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu
panjang, yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.
12
tinggi dan berat badan rendah yang beresiko terjadi stunting, serta terhadap
balita yang telah stunting agar tidak semakin berat.
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam
kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu
hamil, artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi,
mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya.
Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan
(eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI)
yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup
gizi, juga diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A.
Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat dipantau
dan dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan secara rutin
dan benar. Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang
sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan,
sehingga dapat dilakukan pencegahan terjadinya balita stunting.
Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan dan
penyediaan sarana prasarana dan akses keluarga terhadap sumber air terlindung,
serta pemukiman yang layak. Juga meningkatkan akses keluarga terhadap daya
beli pangan dan biaya berobat bila sakit melalui penyediaan lapangan kerja dan
peningkatan pendapatan.
Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan
dan kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga
anak berada dalam keadaan status gizi yang baik. Mempermudah akses
keluarga terhadap informasi dan penyediaan informasi tentang kesehatan dan
gizi anak yang mudah dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap keluarga juga
merupakan cara yang efektif dalam mencegah terjadinya balita stunting.
13
I. Penanggulangan dan pencegahan Stunting pada Bayi
1. Penanggulangan stunting pada pertumbuhan bayi
14
2. Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi
15
20 menit pada masing-masing payudara hingga payudara benar-benar
kosong. Apabila hal ini dilakukan tanpa membatasi waktu dan frekuensi
menyusui,maka payudara akan memproduksi ASI sebanyak 800 ml
bahkan hingga 1,5 – 2 liter perhari.
2) Kebutuhan Gizi Anak 1 – 2 tahun
Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat
tetapi perkembangan motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi
lingkungan sekitar dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan
sebagainya. Namun pada usia ini anak juga mulai sering mengalami
gangguan kesehatan dan rentan terhadap penyakit infeks seperti ISPA dan
diare sehingga anak butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh
kembangnya optimal. Pada usia ini ASI tetap diberikan. Pada masa ini
berikan juga makanan keluarga secara bertahap sesuai kemampuan anak.
Variasi makanan harus diperhatikan. Makanan yang diberikan tidak
menggunakan penyedap, bumbu yang tajam, zat pengawet dan pewarna.
dari asi karena saat ini hanya asi yang terbaik untuk buah hati anda tanpa
efek samping.
J. Penatalaksaan
Pengobatan pada stunting antara lain :
1. Kalsium
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi,
pembekuan darah dan kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium
antara lain : ikan teri kering, belut, susu, keju, kacang-kacangan.
2. Yodium
Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid
mengatur metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
Yodium juga penting untuk mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan
makanan sumber yodium : ikan laut, udang, dan kerang.
16
3. Zink
Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka,
fungsi kekebalan dan pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan
makanan sumber zink : hati, kerang, telur dan kacang-kacangan.
4. Zat Besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan
otak, dan metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur,
ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau dan buah-buahan.
5. Asam Folat
Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan
pertumbuhan sel, memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia.
Sumber asam folat antara lain : bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia
dan sayur-sayuran.
17
pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan
indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak
memadai.
3. Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan
lainya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan
adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah
satu sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa berperan
sebagai pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Memberi penyuluhan kesehatan tentang penanganan stunting (bayi
pendek) merupakan salah satu contoh peran perawat sebagai pendidik (
health educator )
4. Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi
klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi
ini merupakan dasar dalam perencanaan tindakan keperawatan. Konseling
diberikan kepada individu, keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman
kesehatan dengan pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah difokuskan
pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat (perubahan
pola interaksi).
18
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur
rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan
anak – anak lain seusianya (MCN, 2009).
Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD),
ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan
kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia
anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan
dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang
pada anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan
menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra
dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat
dari gizi yang tidak memadai dan atau kesehatan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab
tidak langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin
mengalami intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir
dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara
lain kekurangan energi dan protein, sering mengalami penyakit kronis,
praktek pemberian makan yang tidak sesuai dan faktor kemiskinan. Untuk
menentukan stunted pada anak dilakukan dengan cara pengukuran.
Pengukuran tinggi badan menurut umur dilakukan pada anak usia di atas 2
tahun. Antropometri merupakan ukuran dari tubuh, sedangkan antropometri
gizi adalah jenis pengukuran dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh
menurut umur dan tingkatan gizi, yang digunakan untuk mengetahui
19
ketidakseimbangan protein dan energi. Anak yang menderita stunting
berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada
kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak setelah
B. SARAN
20
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/20419/2/4._BAB_I.pdf
http://adindascabiosa.co.id/2014/04/makalah-masalah-gizi-penyebab-stunting.html
https://catatanseorangahligizi.wordpress.com/2012/01/06/stunting/
21