Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

GIZI DAUR HIDUP

“STUNTING”

Dosen Pembimbing :

SRI DESFITA,SST,M.Kes

DISUSUN OLEH :

MAYSI LESTARI 19011051

KEVINA AMANDA 19011177

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES HANGTUAH PEKANBARU

T/A 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini masih
memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini tepat pada waktunya. Terimakasih pula kepada pihak yang telah ikut membantu
hingga dapat disusunnya makalah ini.

Makalah sederhana ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah gizi daur
hidup. Dalam makalah ini membahas tentang STUNTING.Akhirnya saya sampaikan terima
kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi diri kami sendiri dan khususnya pembaca pada umumnya.

Akhirnya, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan segala
kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari
para pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini dan makalah-makalah lainnya pada waktu
mendatang.

Pekanbaru, 19 November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................iii

A. Latar Belakang ...................................................................................................1


B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan ................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................iv

A. Defenisi Balita Pendek (Stunting)....................................................................3


B. Tanda-Tanda Gejala Stunting...........................................................................3
C. Patofisiologi Stunting.......................................................................................4
D. Penyebab Stunting............................................................................................5
E. Faktor yang Mempengaruhi terjadinya Stunting..............................................5
F. Penilaian Stunting Secara Antropometri..........................................................7
G. Dampak Stunting..............................................................................................7
H. Cara Mencegah Stunting...................................................................................8
I. Penanggulangan dan Pencegahan Stunting pada Bayi.....................................9
J. Pengobatan pada Stunting.................................................................................11
K. Peran Perawat pada Anak Stunting...................................................................12

BAB III PENUTUP .................................................................................................v

A. Kesimpulan.......................................................................................................13
B. Saran ................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................vi

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Balita pendek ( stunting ) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat
pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan.
Stunting dapat di diagnosis melalui indeks antropometri tinggi badan menurut umur yang
mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan
indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai. Stunting
merupakan pertumbuhan linear yang gagal untuk mencapai potensi genetik sebagai akibat
dari pola makan yang buruk dan penyakit infeksi (ACC/SCN, 2000).
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial
dan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting memiliki
tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya peningkatan
penyakit. Stunting akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi mental dan
intelektual akan terganggu (Mann dan Truswell, 2002). Hal ini juga didukung oleh
Jackson dan Calder (2004) yang menyatakan bahwa stunting berhubungan dengan
gangguan fungsi kekebalan dan meningkatkan risiko kematian. Di Indonesia,
diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting , data ini berdasarkan laporan yang
dikeluarkan oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia masuk ke dalam 5 besar negara
dengan jumlah anak yang mengalami stunting tinggi (UNICEF, 2007). Hasil Riskesdas
2010, secara nasional prevalensi kependekan pada anak umur 2-5 tahun di Indonesia
adalah 35,6 % yang terdiri dari 15,1 % sangat pendek dan 20 % pendek.
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian stunting ?
2. Apa tanda dan gejala stunting ?
3. Bagaimana patofisiologi pada stunting ?
4. Apa saja penyebab stunting ?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting ?
6. Bagaimana penilaian Stunting secara Antropometri ?
7. Apa dampak stunting ?

1
8. Bagaimana cara mencegah stunting ?
9. Apa penanggulangan dan pencegahan stunting pada bayi ?
10. Apa saja pengobatan pada stunting ?
11. Apa saja peran perawat dalam stunting?

3. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian sunting.
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala stunting.
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi pada stunting.
4. Untuk mengetahui penyebab stunting.
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting
6. Untuk mengetahui bagaimana penilaian pada stunting secara Atropometri.
7. Untuk mengetahui dampak stunting.
8. Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah stunting.
9. Untuk mengetahui cara penanggulangan dan pencegahan stunting pada bayi.
10. Untuk mengetahui pengobatan pada stunting.
11. Untuk mengetahui peran perawat dalam stunting

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Balita pendek (Stunting)


Balita pendek ( stunting ) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat
pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan.
Stunting dapat di diagnosis melalui indeks antropometri tinggi badan menurut umur yang
mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan
indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai. Stunting
merupakan pertumbuhan linear yang gagal untuk mencapai potensi genetik sebagai akibat
dari pola makan yang buruk dan penyakit infeksi (ACC/SCN, 2000).
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial
dan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting memiliki
tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya peningkatan
penyakit. Stunting akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi mental dan
intelektual akan terganggu (Mann dan Truswell, 2002).
Hal ini juga didukung oleh Jackson dan Calder (2004) yang menyatakan bahwa
stunting berhubungan dengan gangguan fungsi kekebalan dan meningkatkan risiko
kematian. Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting , data ini
berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia masuk
ke dalam 5 besar negara dengan jumlah anak yang mengalami stunting tinggi (UNICEF,
2007). Hasil Riskesdas 2010, secara nasional prevalensi kependekan pada anak umur 2-5
tahun di Indonesia adalah 35,6 % yang terdiri dari 15,1 % sangat pendek dan 20 %
pendek.

2. Tanda dan Gejala Stunting


Berat badan dan panjang badan lahir bisa normal,atau BBLR(berat bayi lahir
rendah) pada keterlambatan tumbuh intra uterine, umumnya tumbuh kelenjarnya tidak
sempurna. Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuh adalah 5cm/tahun
desimal. Pada kecepatan tumbuh tinggi badan < 4cm/ tahun kemungkinan ada kelainan

3
hormonal. Umur tulang (bone age) bisa normal atau terlambat untuk umurnya.
Pertumbuhan tanda tanda pubertas terlambat.

3. Patofisiologi stunting
Terjadinya stunting pada balita seringkali tidak disadari, dan setelah dua tahun
baru terlihat ternyata balita tersebut pendek Masalah gizi yang kronis pada balita
disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama akibat orang
tua/keluarga tidak tahu atau belum sadar untuk memberikan makanan yang sesuai dengan
kebutuhan gizi anaknya. Riskesdas 2010 menemukan bahwa ada 21,5% balita usia 2-4
tahun yang mengonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal dan 16% yang
mengonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal. Dan bila ini berlangsung dalam
waktu lama, maka akan mengganggu pertumbuhan berat dan tinggi badan.
Pada ibu hamil juga terdapat 44,4% yang mengonsumsi energi di bawah
kebutuhan minimal dan 49,5% wanita hamil yang mengonsumsi protein dibawah
kebutuhan minimal yang berdampak pada terhambatnya pertumbuhan janin yang
dikandungnya. Selain asupan yang kurang, seringnya anak sakit juga menjadi penyebab
terjadinya gangguan pertumbuhan. Sanitasi lingkungan mempengaruhi tumbuh kembang
anak melalui peningkatan kerawanan anak terhadap penyakit infeksi. Anak yang sering
sakit akibat rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan kronis dan berdampak anak menjadi pendek.
Dari hasil Riskesdas, 2010 lebih dari setengah (54,9%) masyarakat kita memiliki
akses sumber air minum tidak terlindung. Hanya 55,5% masyarakat yang terakses dengan
sanitasi, di perkotaan 71,4% dan pedesaan 38,5%. Penanganan sampah di masyarakat
52% dibakar dan penggunaan bahan bakar arang dan kayu bakar 40,0%. Selain itu juga
ternyata Dua dari 3 perokok kita (76,7%) merokok di rumah dan dampak dari semua ini
berpotensi menyebabkan penyakit diare dan gangguan pernapasan pada balita.

4
4. Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses
kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus
kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang
peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak
langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin.
Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth
retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya
asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya
kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan
gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan
pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted (Allen and Gillespie, 2001).
Gizi buruk kronis ( stunting ) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti
yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor
tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab
stunting yaitu sebagai berikut :
a. Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air)
b. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR)
c. Riwayat penyakit.

5. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Stunting


Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain kekurangan
energi dan protein, sering mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makan yang
tidak sesuai dan faktor kemiskinan. Prevalensi stunted meningkat dengan bertambahnya
usia, peningkatan terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan, proses pertumbuhan anak
masa lalu mencerminkan standar gizi dan kesehatan.

5
Menurut laporan UNICEF (1998) beberapa fakta terkait stunted dan pengaruhnya antara
lain sebagai berikut :
a. Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan
mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunted yang parah pada
anak-anak akan terjadi deficit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan mental
sehingga tidak mampu untuk belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan anak-
anak dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan stunted cenderung lebih lama
masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak-anak dengan
status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan anak dalam
kehidupannya dimasa yang akan datang.
b. Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembanangan anak. Faktor
dasar yang menyebabkan stunted dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
intelektual. Penyebab dari stunted adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak
memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi
pernapasan. Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak dengan stunted
mengkonsumsi makanan yang berada di bawah ketentuan rekomendasi kadar gizi,
berasal dari keluarga miskin dengan jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di
wilayah pinggiran kota dan komunitas pedesaan.
c. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Anak stunted pada usia lima
tahun cenderung menetapsepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini
berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang
stunted dan mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas,
sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR. Stunted terutama
berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung menghambat dalam proses
pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat melahirkan.

6
6. Penilaian Stunting secara Antropometri
Untuk menentukan stunted pada anak dilakukan dengan cara pengukuran.
Pengukuran tinggi badan menurut umur dilakukan pada anak usia di atas 2 tahun.
Antropometri merupakan ukuran dari tubuh, sedangkan antropometri gizi adalah jenis
pengukuran dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh menurut umur dan
tingkatan gizi, yang digunakan untuk mengetahui ketidakseimbangan protein dan energi.
Antropometri dilakukan untuk pengukuran pertumbuhan tinggi badan dan berat badan
(Gibson, 2005).
a. Standar digunakan untuk standarisasi pengukuran berdasarkan rekomendasi NCHS
dan WHO. Standarisasi pengukuran ini membandingkan pengukuran anak dengan
median, dan standar deviasi atau Z-score untuk usia dan jenis kelamin yang sama
pada anak- anak. Z-score adalah unit standar deviasi untuk mengetahui perbedaan
antara nilai individu dan nilai tengah (median) populasi referent untuk usia/tinggi
yang sama, dibagi dengan standar deviasi dari nilai populasi rujukan. Beberapa
keuntungan penggunaan Z-score antara lain untuk mengiidentifikasi nilai yang tepat
dalam distribusi perbedaan indeks dan perbedaan usia, juga memberikan manfaat
untuk menarik kesimpulan secara statistik dari pengukuran antropometri.
b. Indikator antropometrik seperti tinggi badan menurut umur (stunted) adalah penting
dalam mengevaluasi kesehatan dan status gizi anak-anak pada wilayah dengan
banyak masalah gizi buruk. Dalam menentukan klasifikasi gizi kurang dengan stunted
sesuai dengan ”Cut off point”, dengan penilaian Z-score, dan pengukuran pada anak
balita berdasarkan tinggi badan menurut Umur (TB/U) Standar baku WHO-NCHS
berikut (Sumber WHO 2006)

7. Dampak Stunting
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga prestasi
belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila mencari pekerjaan,
peluang gagal tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan tidak mendapat pekerjaan
yang baik, yang berakibat penghasilan rendah (economic productivity hypothesis) dan
tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan. Karena itu anak yang menderita stunting
berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan,

7
produktivitas dan prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban
negara. Selain itu dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan
lebih menarik dari yang tubuhnya pendek.
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya
angka kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta
fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie, 2001). Gagal tumbuh yang
terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan
berikutnya dan sulit diperbaiki. Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi
dalam jangka waktu panjang, yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi
mikro.

8. Cara Mencegah Stunting


1. Mencegah Stunting pada Balita
Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan menangani masalah gizi
di masyarakat. Memang ada hasilnya, tetapi kita masih harus bekerja keras untuk
menurunkan prevalensi balita pendek sebesar 2,9% agar target MD’s tahun 2014
tercapai yang berdampak pada turunnya prevalensi gizi kurang pada balita kita.
Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur,
namun pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam
waktu singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan tinggi badan pada balita, maka
untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan optimalnya masih bisa diupayakan,
sedangkan anak usia sekolah sampai remaja relatif kecil kemungkinannya. Maka
peluang besar untuk mencegah stunting dilakukan sedini mungkin. dengan mencegah
faktor resiko gizi kurang baik pada remaja putri, wanita usia subur (WUS), ibu hamil
maupun pada balita. Selain itu, menangani balita yang dengan tinggi dan berat badan
rendah yang beresiko terjadi stunting, serta terhadap balita yang telah stunting agar
tidak semakin berat.
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam
kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil,
artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan
suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi

8
baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah
umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan
kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi
zat gizi berupa kapsul vitamin A. Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis
seharusnya dapat dipantau dan dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita
dilaksanakan secara rutin dan benar. Memantau pertumbuhan balita di posyandu
merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan
pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan pencegahan terjadinya balita stunting.
Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan dan
penyediaan sarana prasarana dan akses keluarga terhadap sumber air terlindung, serta
pemukiman yang layak. Juga meningkatkan akses keluarga terhadap daya beli pangan
dan biaya berobat bila sakit melalui penyediaan lapangan kerja dan peningkatan
pendapatan.
Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan dan
kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga anak berada
dalam keadaan status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga terhadap
informasi dan penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang mudah
dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap keluarga juga merupakan cara yang efektif
dalam mencegah terjadinya balita stunting.

9. Penanggulangan dan pencegahan Stunting pada Bayi


1. Penanggulangan stunting pada pertumbuhan bayi
2. Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi
a. Kebutuhan gizi masa hamil
Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan gizinya
dipergunakan untuk kegiatan rutin dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas
fisik, serta menjaga keseimbangan segala proses dalam tubuh. Di samping proses
yang rutin juga diperlukan energi dan gizi tambahan untuk pembentukan jaringan
baru, yaitu janin, plasenta, uterus serta kelenjar mamae. Ibu hamil dianjurkan
makan secukupnya saja, bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka macam zat
gizi bisa terpenuhi. Makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah

9
makanan yang mengandung zat pertumbuhan atau pembangun yaitu protein,
selama itu juga perlu tambahan vitamin dan mineral untuk membantu proses
pertumbuhan itu.
b. Kebutuhan Gizi Ibu saat Menyusui
Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar dibanding
dengan ibu hamil, akan tetapi kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui
diharapkan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berenergi tinggi, seperti
diisarankan untuk minum susu sapi, yang bermanfaat untuk mencegah kerusakan
gigi serta tulang. Susu untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan flour dalam ASI.
Jika kekurangan unsur ini maka terjadi pembongkaran dari jaringan (deposit)
dalam tubuh tadi, akibatnya ibu akan mengalami kerusakan gigi. Kadar air dalam
ASI sekitr 88 gr %. Maka ibu yang sedang menyusui dianjurkan untuk minum
sebanyak 2 – 2,5 liter (8-10 gelas) air sehari, di samping bisa juga ditambah
dengan minum air buah.
c. Kebutuhan Gizi Bayi 0 – 12 bulan
Pada usia 0 – 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI).
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih umur
6 bulan. Menyusui sebaiknya dilakukan sesegara mungkin setelah melahirkan.
Pada usia ini sebaiknya bayi disusui selama minimal 20 menit pada masing-
masing payudara hingga payudara benar-benar kosong. Apabila hal ini dilakukan
tanpa membatasi waktu dan frekuensi menyusui,maka payudara akan
memproduksi ASI sebanyak 800 ml bahkan hingga 1,5 – 2 liter perhari.
d. Kebutuhan Gizi Anak 1 – 2 tahun
Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat tetapi
perkembangan motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar
dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun pada
usia ni anak juga mulai sering mengalami gangguan kesehatan dan rentan
terhadap penyakit infeks seperti ISPA dan diare sehingga anak butuh zat gizi
tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh kembangnya optimal. Pada usia ini ASI
tetap diberikan. Pada masa ini berikan juga makanan keluarga secara bertahap
sesuai kemampuan anak. Variasi makanan harus diperhatikan. Makanan yang

10
diberikan tidak menggunakan penyedap, bumbu yang tajam, zat pengawet dan
pewarna. dari asi karena saat ini hanya asi yang terbaik untuk buah hati anda
tanpa efek samping.

10. Penatalaksaa
Pengobatan pada stunting antara lain :
a. Kalsium
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah dan
kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri kering, belut,
susu, keju, kacang-kacangan.
b. Yodium

Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid mengatur
metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga penting untuk
mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium : ikan laut, udang,
dan kerang.

c. Zink
Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi kekebalan
dan pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan sumber zink : hati,
kerang, telur dan kacang-kacangan.
d. Zat Besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan
metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-kacangan,
sayuran hijau dan buah-buahan.
e. Asam Folat

Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel,
memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat antara lain :
bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia dan sayur-sayuran.

11
11. Peran perawat pada anak stunting
a. Pemberi perawatan
Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan
kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan masalah yang
terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang kompleks. Contoh
peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran ketika perawat memenuhi
kebutuhan dasar seperti memberi makan, membantu pasien melakukan ambulasi dini.
b. Sebagai Advocat keluarga
Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk memebantu klien dan
keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan
informasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Peran perawat sebagai advocate
keluarga dapat ditunjukkan dengan memberikan penjelasan tentang prosedur tindakan
pengukuran pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan
indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai.
c. Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainya.
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek
pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari
pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat. Memberi penyuluhan kesehatan tentang
penanganan stunting (bayi pendek) merupakan salah satu contoh peran perawat
sebagai pendidik ( health educator )
d. Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien
terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan
dasar dalam perencanaan tindakan keperawatan. Konseling diberikan kepada
individu, keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan
pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah difokuskan pada; masalah keperawatan,
mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi)

12
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan
dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya (MCN,
2009). Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan
terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan
yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau
kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi
kurang pada anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur yang
mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi
kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau kesehatan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi
kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga
bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain kekurangan
energi dan protein, sering mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makan yang tidak
sesuai dan faktor kemiskinan. Untuk menentukan stunted pada anak dilakukan dengan cara
pengukuran. Pengukuran tinggi badan menurut umur dilakukan pada anak usia di atas 2 tahun.
Antropometri merupakan ukuran dari tubuh, sedangkan antropometri gizi adalah jenis
pengukuran dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh menurut umur dan tingkatan gizi,
yang digunakan untuk mengetahui ketidakseimbangan protein dan energi. Anak yang menderita
stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan,
produktivitas dan prestasinya kelak setelah.

13
2. Saran
Stunting harus dicegah sedini mungkin dengan meningkatkan pelayanan kesehatan kepada
ibu sejak kehamilan 3 bulan berupa ANC berupa gizi ibu hamil, imunisasi TT, dan pemeriksaan
kehamilan secara teratur. Bayi harus di berikan ASI sampai umur 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi
harus diberikan makan pendamping ASI(M-ASI). Anak harus di bawa ke posyandu secara rutin
untuk mendapat pelayanan secara lengkap. Bagi balita stunting segera di berikan pelayanan
kesehatan.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/20419/2/4._BAB_I.pdf

http://adindascabiosa.co.id/2014/04/makalah-masalah-gizi-penyebab-stunting.html

https://catatanseorangahligizi.wordpress.com/2012/01/06/stunting/

15

Anda mungkin juga menyukai