Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

STUNTING

Dosen Pengampu : Iva Puspaneli S., Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Anggota :

1. Elia Rismawati Dewi (22030096)


2. Syifa Nanda Adilla (22030069)
3. Moh. Faizal Abbasyafrin (21030070)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SERULINGMAS CILACAP

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan
rahmat dan hidayahNya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Stunting” disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Keperawatan Anak”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah
tentang ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Cilacap, September 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan....................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI.........................................................................................................5
A. Konsep Teori...........................................................................................................5
1. Definisi................................................................................................................5
2. Etiologi................................................................................................................6
3. Manifestasi Klinis...............................................................................................7
4. Patofisiologi........................................................................................................8
5. Pathway...............................................................................................................9
6. Komplikasi........................................................................................................10
7. Penatalaksanaan................................................................................................10
B. Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................................11
1. Pengkajian............................................................................................................11
2. Diagnosa Keperawatan.........................................................................................12
3. Intervensi Keperawatan........................................................................................12
BAB III...........................................................................................................................14
PENUTUP......................................................................................................................14
A. Kesimpulan...........................................................................................................14
B. Saran.....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15

BAB I

PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah
lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek
untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan
pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak
setelah bayi berusia 2 tahun. Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
stunting adalah anak balita dengan nilai z-scornya kurang dari -2 SD /standar
deviasi (stunted) dan kurang dari 3SD (severely stunted).
Menurut WHO di tahun 2011 menyatakan bahwa lebih dari 165 juta
balita mengalami stunting akibat malnutrisi, 52 juta anak terlalu kurus,
sedangkan 43 juta anak overweight. Lebih dari 90% anak stunting tinggal di
benua Afrika dan Asia. Menurut Riset Kesehatan Dasar di tahun 2013
terdapat 37,2% anak stunting di Indonesia. Ini berarti satu dari tiga anak
Indonesia mengalami stunting. Indonesia pada tahun 2017 merupakan daerah
kantong stunting, dimata dunia prevalensi stunting balita di Indonesia urutan
5 besar setelah negara Pakistan (45%), Congo (43%), India(39%), dan
Ethiopia (38%).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui berbagai hal yang berhubungan dengan stunting
dan dapat merancang berbagai cara untuk mengantisipasi masalah serta
dapat melakukan asuhan keperawatan pada kasus stunting.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa itu stunting
b. Untuk mengetahui etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi,
komplikasi dan penatalaksanaan stunting
c. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan stunting

4
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teori
1. Definisi
Stunting adalah suatu kondisi dimana tinggi badan seseorang yang
kurang dari normal berdasarkan usia dan jenis kelamin. Tinggi badan
merupakan salah satu jenis pemeriksaan antropometri dan menunjukkan
status gizi seseorang. Adanya stunting menunjukkan status gizi yang kurang
(malnutrisi) dalam jangka waktu yang lama (kronis). Stunting merupakan
sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan
gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan adanya gangguan
di masa yang akan datang yakni mengalami kesulitan dalam mencapai
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak stunting mempunyai
Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan rata – rata IQ anak
normal (Kemenkes RI, 2018).
Stunting adalah status gizi yang didasarkan pada indeks PB/U atau TB/U
dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil
pengukuran tersebut ada pada ambang batas z–score <- 2 SD sampai dengan
– 3 SD ( pendek / stunted ) dan < -3 SD ( sangat pendek/ severely stunted )
(Kemenkes RI, 2020). Stunting didefinisikan sebagai keadaan dimana status
gizi pada anak menurut TB/U dengan hasil nilai z-score <-2 SD, hal ini
menunjukan keadaan tubuh yang pendek atau sangat pendek hasil dari gagal
pertumbuhan. Stunting pada anak juga menjadi salah satu faktor risiko
terjadinya kematian, masalah perkembangan motorik yang rendah,
kemampuan berbahasa yang rendah, dan adanya ketidakseimbangan 8
fungsional (Anwar, Khomsan, dan Mauludyani, 2014). Stunting menjadi
masalah gagal tumbuh yang dialami oleh bayi di bawah lima tahun yang
mengalami kurang gizi semenjak di dalam kandungan hingga awal bayi

5
lahir, stunting sendiri akan mulai nampak ketika bayi berusia dua tahun
(TNP2K, 2017).

2. Etiologi
a. Faktor Langsung
1) Asupan Gizi Balita
Asupan gizi yang adekuat akan sangat diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tubuh balita. Masa kritis ini
merupakan masa saat balita akan mengalami tumbuh kembang dan
tumbuh kejar.
2) Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab langsung
terjadinya stunting. Kaitan antara penyakit infeksi dengan
pemenuhan asupan gizi tidak dapat dipisahkan. Adanya penyakit
infeksi akan memperburuk keadaan bila terjadi kekurangan asupan
gizi. Anak balita dengan status gizi kurang akan lebih mudah terkena
penyakit infeksi
b. Faktor tidak langsung
1) Pola Asuh
Pola asuh orangtua terutama ibu memiliki peran yang sangat penting
terhadap status gizi anak, sejalan dengan penelitian Brigitte (2013),
yang bahwa mengatakan peran keluarga terutama ibu dalam
mengasuh anak akan menentukan tumbuh kembang anak.
2) Ketersedian pangan
Ketersediaan pangan yang kurang dapat berakibat pada kurangnya
pemenuhan asupan nutrisi dalam keluarga itu sendiri. Rata-rata
asupan kalori dan protein anak balita di Indonesia masih di bawah
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dapat mengakibatkan balita
perempuan dan balita laki-laki Indonesia mempunyai rata-rata tinggi

6
badan masing-masing 6,7 cm dan 7,3 cm lebih pendek dari pada
standar rujukan WHO 2005 (Bappenas, 2011).
3) Status gizi ibu saat hamil
Status gizi ibu saat hamil dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor
tersebut dapat terjadi sebelum kehamilan maupun selama kehamilan.
Seperti : Kadar hemoglobin (Hb), Lingkar Lengan Atas (LILA),
Berat badan.
4) Berat badan lahir
Berat badan lahir sangat terkait dengan pertumbuhan dan
perkembangan jangka panjang anak balita.
5) Panjang badan lahir
Asupan gizi ibu yang tidak adekuat sebelum masa kehamilan
menyebabkan gangguan pertumbuhan pada janin sehingga dapat
menyebabkan bayi lahir dengan panjang badan lahir pendek.
6) ASI eksklusif
ASI eksklusif menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif adalah
pemberian ASI tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan
makanan atau minuman lain yang diberikan kepada bayi sejak baru
dilahirkan selama 6 bulan.

3. Manifestasi Klinis
Menurut Kementrian desa, (2017) balita stunting dapat dikenali dengan ciri-
ciri sebagai berikut :
a. Tanda pubertas terlambat.
b. Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar.
c. Pertumbuhan gigi terlambat.
d. Usia 8 - 10 tahun anak menjadi lebih pendiam.
e. Tidak banyak melakukan eye contact.

7
f. Pertumbuhan melambat.
g. Wajah tampak lebih muda dari usianya.

4. Patofisiologi
Masalah stunting terjadi karena adanya adaptasi fisiologi pertumbuhan
atau non patologis, karena penyebab secara langsung adalah masalah pada
asupan makanan dan tingginya penyakit infeksi kronis terutama ISPA dan
diare, sehingga memberi dampak terhadap proses pertumbuhan balita
(Sudiman, 2018).
Tidak terpenuhinya asupan gizi dan adanya riwayat penyakit infeksi
berulang menjadi faktor utama kejadian kurang gizi. Faktor sosial ekonomi,
pemberian ASI dan MP-ASI yang kurag tepat, pendidikan orang tua, serta
pelayanan kesehatan yang tidak memadai akan mempengaruhi pada
kecukupan gizi. Kejadian kurang gizi yang terus berlanjut dan karena
kegagalan dalam perbaikan gizi akan menyebabkan pada kejadian stunting
atau kurang gizi kronis. Hal ini terjadi karena rendahnya pendapatan
sehingga tidak mampu memenuhi kecukupan gizi yang sesuai (Maryunani,
2016).
Pada balita dengan kekurangan gizi akan menyebabkan berkurangnya
lapisan lemak di bawah kulit hal ini terjadi karena kurangnya asupan gizi
sehingga tubuh memanfaatkan cadangan lemak yang ada, selain itu imunitas
dan produksi albumin juga ikut menurun sehingga balita akan mudah
terserang infeksi dan mengalami perlambatan pertumbuhan dan
perkembangan. Balita dengan gizi kurang akan mengalami peningkatan
kadar asam basa pada saluran cerna yang akan menimbulkan diare
(Maryunani, 2016).

8
5. Pathway

9
6. Komplikasi
Stunting menimbulkan komplikasi jangka pendek dan jangka panjang, di
antaranya adalah perkembangan fisik anak, gangguan kognitif, gangguan
mental-tingkah laku, kualitas kesehatan yang rendah, dan risiko penyakit
degeneratif saat usia dewasa, seperti diabetes melitus, penyakit jantung dan
gagal ginjal. Dari segi sosio-ekonomi, stunting memberikan dampak
berkurangnya kualitas dan produktivitas individu hingga risiko mengalami
kemiskinan yang lebih tinggi.

7. Penatalaksanaan
Menurut Khoeroh dan Indriyanti, 2017 beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk mengatasi stunting yaitu.
a. Penilaian status gizi yang dapat dilakukan melalui kegiatan posyandu
setiap bulan.
b. Pemberian makanan tambahan pada balita.
c. Pemberian vitamin A.
d. Memberi konseling oleh tenaga gizi tentang kecukupan gizi balita.
e. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 2
tahun dengan ditambah asupan MP-ASI.
f. Pemberian suplemen menggunakan makanan penyediaan makanan dan
minuman menggunakan bahan makanan yang sudah umum dapat
meningkatkan asupan energi dan zat gizi yang besar bagi banyak pasien.
g. Pemberian suplemen menggunakan suplemen gizi khusus peroral
siapguna yang dapat digunakan bersama makanan untuk memenuhi
kekurangan gizi.

10
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian terdiri dari pengumpulan informasi subjektif dan objektif
(seperti, tanda-tanda vital, wawancara dengan pasien/keluarganya, serta
melakukan pemeriksaan fisik) dan meninjau informasi riwayat pasien pada
rekam medik. Perawat juga mengumpulkan tentang kekuatan (untuk
mengidentifikasi peluang promo kesehatan) dan resiko (area perawat dapat
mencegah atau potensi masalah yang dapat ditunda (Komitsuru, 2015).
Menurut Kusuma Hardi dan Nurain Huda Amin, (2013) ada berbagai macam
pengkajian pada anak yang mengalami stunting, sebagai berikut:
a. Riwayat keluhan pasien
Pada umumnya, anak yang mengalami keluhan seperti gangguan
pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada
tungkai, sering diare, serta mengalami keluhan lainnya yang
menunjukkan terjadi gangguan kekurangan gizi.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian prenatal, natal, post natal, hospitalisasi, dan pembedahan
yang dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi. status
gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan
lainnya. Riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat
kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama) merupakan data
fokus yang perlu dikaji.
c. Pemeriksaan fisik
Secara umum, pengkajian fisik dilakukan dengan metode head to too.
Pengkajian anak dengan stunting berfokus pada pengukuran
antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar
kepala). Tnda dan gejala yang mungkin didapat merupakan penurunan
antropometri, perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus,
jarang, dan mudah dicabut), gambaran wajah seperti orangtua

11
(kehilangan lemak pipi), tanda-tanda gangguan sistem pernafasan, bising
usus akan dapat meningkat jika terjadi diare, edema tungkai, dan kulit
kering.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium pada anak stunting yaitu: albumin, creatinine,
dan nitrogen, elektrolik, hemoglobin, hematokrit.

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Maryunani (2016), pada anak yang mengalami stunting masalah
keperawatan yang mungkin muncul yaitu:
a. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan keterbatasan
lingkungan
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
c. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan status
nutrisi (kekurangan)
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

3. Intervensi Keperawatan
a. Dx. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan keterbatasan
lingkungan
Intervensi : Perawatan Perkembangan
- Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
- Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain
- Sediakan aktivitas yang memotivasi anak berinteraksi dengan anak
lain
- Fasilitasi anak melatih keterampilan pemenuhan kebutuhan secara
mandiri (mis. Makan, sikat gigi, memakai baju)
- Jelaskan orang tua tentang millestone perkembangan anak dan
prilaku anak
- Ajarkan anak teknik asertif
- Rujuk untuk konseling, jika perlu

12
b. Dx. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
Intervensi : Manajemen Nutrisi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi makanan yang disukai
- Monitor asupan makan
- Monitor berat badan
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan
- Kalaborasi dengan ahli gizi untuk mennetukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
c. Dx. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan
status nutrisi (kekurangan)
Intervensi : Perawatan Integritas Kulit
- Identifikasi penyebab integritas kulit (mis. perubahan status nutrisi,
penurunan kelembaban)
- Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu 2.
Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
- Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
- Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotion)
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
- Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
d. Dx. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Intervensi : Edukasi Kesehatan
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya

13
- Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Stunting adalah suatu kondisi dimana tinggi badan seseorang yang
kurang dari normal berdasarkan usia dan jenis kelamin. Tinggi badan merupakan
salah satu jenis pemeriksaan antropometri dan menunjukkan status gizi
seseorang. Adanya stunting menunjukkan status gizi yang kurang (malnutrisi)
dalam jangka waktu yang lama (kronis). Stunting merupakan sebuah masalah
kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu
yang cukup lama, hal ini menyebabkan adanya gangguan di masa yang akan
datang yakni mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan
kognitif yang optimal. Anak stunting mempunyai Intelligence Quotient (IQ)
lebih rendah dibandingkan rata – rata IQ anak normal (Kemenkes RI, 2018).
Stunting menimbulkan komplikasi jangka pendek dan jangka panjang, di
antaranya adalah perkembangan fisik anak, gangguan kognitif, gangguan
mental-tingkah laku, kualitas kesehatan yang rendah, dan risiko penyakit
degeneratif saat usia dewasa, seperti diabetes melitus, penyakit jantung dan
gagal ginjal.

14
B. Saran
Diharapkan bagi mahasiswa dapat memahami materi yang ada dalam
makalah ini, dengan pahamnya materi mengenai stunting diharapkan mahasiswa
dapat melakukan asuhan keperawatan yang baik dan benar sesuai dengan
prosedur yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
KEMENKES RI. (2018). ini penyebab Stunting pada anak. Retrieved from
http://www.depkes.go.id/article/view/18052800006/ini-penyebab-stunting-pada-
anak.Html

Anwar, F., Khomsan, A., & Mauludyani, A 2014, Masalah dan Solusi Stunting Akibat
Kurang Gizi di Wilayah Pedesaan, PT Penerbit IPB Press, Bogor.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Buku Saku


Stunting Desa dalam Penanganan Stunting. Jakarta: Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; 2017.

Ani, Maryunani, (2016).Managemen kebidanan terlengkap.Jakarta : CV. Trans Info


Media

Khoeroh, H. Indriyanti, D. (2017). Evaluasi Penatalaksanaan Gizi Balita Stunting di


Wilayah Kerja Puskesmas Sirampog. Unnes Journal of Public Health.Volume 6
No 3. hal 189-195.

15
Herdman, T . H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi &
Klasifikasi2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.

16

Anda mungkin juga menyukai