Anda di halaman 1dari 17

PERAN REMAJA DALAM PENCEGAHAN STUNTING

DI MTsN 2 MADIUN

Karya Tulis Ilmiah

Disusun Sebagai Syarat Pemilihan Duta Genre


Kabupaten Madiun

Oleh:
NAYLA FIKRIYA HANIFA

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN MADIUN
MTsN 2 MADIUN
TAHUN 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................2


BAB I .......................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 3
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 4
C. TUJUAN PENELITIAN .............................................................................. 5
D. MANFAAT PENELITIAN .......................................................................... 5
BAB II ......................................................................................................................6
A. PENGERTIAN STUNTING ........................................................................ 6
B. FAKTOR PENYEBAB STUNTING ........................................................... 7
C. TANDA-TANDA DAN GEJALA STUNTING .......................................... 8
D. PERAN REMAJA DALAM MENCEGAH STUNTING ........................... 8
BAB III ..................................................................................................................11
PEMBAHASAN ....................................................................................................11
BAB IV ..................................................................................................................13
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 13
B. SARAN ...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................14
LAMPIRAN ...........................................................................................................15

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa,
dimana masa ini adalah masa transisi yang unik dan ditandai oleh berbagai
perubahan fisik dan emosi. Pada masa ini remaja cenderung memandang
dirinya dan orang lain sebagaimana yang diinginkan bukan sebagaimana
adanya, lebih-lebih cita-citanya. Hal tersebut memicu emosinya meninggi dan
apabila keinginannya tidak tercapai akan mudah marah. Semakin
bertambahnya pengalaman pribadi dan sosialnya serta kemampuan berfikir
secara rasional remaja dalam memandang diri dan orang lain, maka akan
semakin realistis.
Remaja yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
normal, yaitu sesuai dengan standar pertumbuhan fisik pada remaja umumnya
dan standar seusianya. Pertumbuhan anak pada tahun ketiga begitu cepat dan
berangsur-angsur menurun pada saat sudah menjadi remaja atau masa
sekolah, pada saat masa sekolah percepatan pertumbuhan akan membentuk
kurva yang hampir mendatar (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).
Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia,
karena stunting bukan hanya berarti anak lebih pendek daripada anak
seusianya, tetapi anak yang stunting mengalami perkembangan otak yang
juga terhambat. Pada akhirnya, mereka cenderung tidak dapat mengejar
pelajaran sekolahnya, yang berdampak pada masa depan dan generasi
berikutnya.
Dalam bukunya Tanoto Foundation (Cegah stunting sebelum genting,
2021) disebutkan Sebagai calon orang tua dan agent of change (agen
perubahan), remaja memiliki peran yang krusial dalam pencegahan stunting.

3
Dalam buku ini, terdapat berbagai ide menarik dari empat kategori, yaitu pola
konsumsi, pola pengasuhan, pelayanan kesehatan dasar, dan kesehatan
lingkungan, yang dapat remaja lakukan mulai dari diri sendiri hingga
masyarakat luas untuk mencegah terjadinya stunting.
Stunting masih menjadi masalah penting yang perlu diwaspadai oleh para
orangtua di Indonesia. Hal ini karena stunting atau masalah tubuh perawakan
pendek tersebut merupakan salah satu gangguan pertumbuhan pada anak-
anak. Namun, tidak hanya menjadi tanggung jawab para orangtua atau
pasangan yang sudah menikah saja. Anak-anak remaja pun memiliki peran
yang cukup penting dalam mencegah stunting.
Terdapat alasan tersendiri mengapa para remaja berperan penting dalam
pencegahan stunting. Hal ini karena remaja merupakan kelompok yang
memiliki andil besar dalam menghasilkan keturunan di masa depan.
Dengan adanya edukasi mengenai konsep berkeluarga serta anak-anak,
remaja diharapkan dapat menjadi orangtua yang memiliki keturunan sehat
dan anti stunting. Jadi, keterlibatan remaja dalam pencegahan stunting ini
sangat penting untuk diperhatikan.
Berkaitan dengan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“Peran Remaja Dalam Pencegahan Stunting di MTsN 2 Madiun”.

B. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam pembahasan ini adalah:
1. Apa pengertian stunting?
2. Apa faktor-faktor yang menyebabkan stunting?
3. Apa tanda-tanda dan gejala stunting?
4. Bagaimana peran remaja dalam mencegah terjadinya stunting di MTsN 2
Madiun?

4
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan diatas, maka tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitianan ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian stunting;
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab stunting;
3. Untuk mengetahui tanda-tanda dan gejala stunting.
4. Untuk mengetahui peran remaja dalam mencegah terjadinya stunting di
MTsN 2 Madiun.

D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitrian ini adalah sebagai
berikut:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan
pengembangan ilmu pengetahuan di dunia pendidikan, khususnya
mengenai kesehatan stunting.
2. Secara Praktis
a. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
peran remaja dalam mencegah stunting sehingga dapat memberikan
pemahaman bahwa pencegahan stunting bisa dilakukan sejak dini
terutama bagi siswa - siswi di MTsN 2 Madiun.
b. Bagi Peneliti
Peneliti diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah
didapat saat pelatihan PIK-R yang diselenggarakan oleh dinas PPKB
dan PPPA serta menambah pengetahuan tentang peran remaja dalam
mencegah stunting.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN STUNTING
Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan
oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini
menyebabkan adanya gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami
kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.
Anak stunting mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah
dibandingkan rata – rata IQ anak normal (Kemenkes RI, 2018)
Stunting adalah status gizi yang didasarkan pada indeks PB/U atau TB/U
dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil
pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-Score) <-2 SD sampai
dengan -3 SD (pendek/ stunted) dan <-3 SD (sangat pendek / severely
stunted). Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin
masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Stunting yang telah
tejadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growth (tumbuh kejar)
mengakibatkan menurunnya pertumbuhan, masalah stunting merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan meningkatnya
risiko kesakitan, kematian dan hambatan pada pertumbuhan baik motorik
maupun mental. Stunting dibentuk oleh growth faltering dan catcth up growth
yang tidak memadai yang mencerminkan ketidakmampuan untuk mencapai
pertumbuhan optimal, hal tersebut mengungkapkan bahwa kelompok balita
yang lahir dengan berat badan normal dapat mengalami stunting bila
pemenuhan kebutuhan selanjutnya tidak terpenuhi dengan baik (Kementerian

6
Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, 2017; Kemenkes
RI, 2016).

B. FAKTOR PENYEBAB STUNTING


Stunting merefleksikan gangguan pertumbuhan sebagai dampak dari
rendahnya status gizi dan kesehatan pada periode pre- dan post-natal.
UNICEF framework menjelaskan tentang faktor penyebab terjadinya
malnutrisi. Dua penyebab langsung stunting adalah faktor penyakit dan
asupan zat gizi. Kedua faktor ini berhubungan dengan faktor pola asuh, akses
terhadap makanan, akses terhadap layanan kesehatan dan sanitasi lingkungan.
Namun, penyebab dasar dari semua ini adalah terdapat pada level individu
dan rumah tangga tersebut, seperti tinggkat pendidikan, pendapatan rumah-
tangga. Banyak penelitian cross-sectional menemukan hubungan yang erat
antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi anak (Bloem MW, de Pee S,
Hop LT, Khan NC, Laillou A, Minarto, et al., 2013).
Menurut WHO (2013) membagi penyebab terjadinya stunting pada anak
menjadi 4 kategori besar yaitu faktor keluarga dan rumah tangga, makanan
tambahan/komplementer yang tidak adekuat, menyusui, dan infeksi. Faktor
keluarga dan rumah tangga dibagi lagi menjadi faktor maternal dan faktor
lingkungan rumah. Faktor maternal berupa nutrisi yang kurang pada saat
prekonsepsi, kehamilan, dan laktasi, tinggi badan ibu yang rendah, infeksi,
kehamilah pada usia remaja, kesehatan mental, intrauterine growth restriction
(IUGR) dan kelahiran preterm, jarak kehamilan yang pendek, dan hipertensi.
Faktor lingkungan rumah berupa stimulasi dan aktivitas anak yang tidak
adekuat, perawatan yang kurang, sanitasi dan pasukan air yang tidak adekuat,
akses dan ketersediaan pangan yang kurang, alokasi makanan dalam rumah
tangga yang tidak sesuai, edukasi pengasuh yang rendah (WHO, 2013).

7
C. TANDA-TANDA DAN GEJALA STUNTING
Menurut Kemenkes RI (2010), balita pendek atau stunting bisa diketahui
bila seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu
dibandingkan dengan standar dan hasil pengukurannya ini berada pada
kisaran normal, dengan ciri-ciri lain seperti:
1. Pertumbuhan melambat
2. Wajah tampak lebih mudah dari balita seusianya
3. Pertumbuha gigi terlambat
4. Pada usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak
melakukan kontak mata terhadap orang di sekitarnya.( Beatrix Rosalia
Ranboki: 2019)

D. PERAN REMAJA DALAM MENCEGAH TERJADINYA STUNTING


Stunting masih menjadi isu besar bagi bangsa Indonesia. Upaya
menurunkan angka stunting terus dilakukan dengan melibatkan berbagai
pihak, pemerintah maupun swasta. Remaja adalah kelompok usia potensial
yang bisa dilibatkan dalam berbagai program pencegahan stunting sejak dini.
“Untuk mencapai misi tersebut, kami berupaya memaksimalkan potensi
tumbuh kembang sesuai usia anak, karena kami yakin setiap anak bisa
memiliki perkembangan otak yang pesat,” jelas Indiana Basitha, Program
Advocacy and Communications Manager Tanoto Foundation, pada seri
webinar yang bertema 'Saatnya Remaja Cegah Stunting', Rabu (26/8).
Dalam bukunya Cegah Stunting sebelum genting Tanoto Foundation
menyebutkan Remaja adalah salah satu sasaran utama upaya pencegahan
stunting. Para remaja kelak akan mengambil peran sebagai orangtua. Oleh
karena itu, mengajak para remaja agar lebih aktif berkontribusi terhadap
upaya pencegahan stunting menjadi penting untuk dilakukan. Para remaja
atau mahasiswa tidak hanya sekadar tahu dan mengerti mengenai stunting
untuk dirinya pribadi, tapi sekaligus menjadi agen perubahan yang mampu

8
menyebarkan informasi stunting lebih luas lagi kepada lingkungan sekitarnya.
Ini harus dilakukan bersama sebagai upaya untuk menjadikan masyarakat
Indonesia sehat, sejahtera, dan produktif (Tanoto Foundation,2021).
Dari sekitar 272 juta jiwa, Indonesia memiliki 187 juta jiwa (69%)
kelompok usia berumur 18 tahun ke atas termasuk kelompok remaja di
dalamnya. Dan total pengguna aktif media sosial di Indonesia tercatat
sebanyak 160 juta jiwa atau setara dengan 59% dari total penduduk
(Hootsuite, 2020). Selanjutnya dijelaskan data pengguna media sosial
berdasarkan jenis kelamin dan umur. Tercatat kelompok usia remaja dari
umur 13 tahun hingga 24 tahun, terdapat 21,3% pengguna aktif media sosial
perempuan dan 22,3% pengguna aktif media sosial laki-laki. Dari sini kita
bisa lihat bahwa pengguna aktif media sosial, terutama para remaja di
Indonesia, sangat tinggi. Mengingat data ini tercatat di awal tahun 2020
sebelum terjadi pandemi, maka dapat diasumsikan bahwa waktu para remaja
lebih banyak lagi dihabiskan untuk media sosial pada saat ini. Oleh karena
itu, salah satu upaya pencegahan stunting dapat dilakukan dengan
memanfaatkan media sosial. Memanfaatkan media sosial sebagai media
penyebaran informasi mengenai stunting adalah salah satu cara yang efektif.
Dikutip dari laman resmi We are Social, Hootsuite 2020, ada beberapa media
sosial yang paling sering digunakan di Indonesia. YouTube menjadi platform
yang paling sering digunakan pengguna media sosial di Indonesia dengan
persentase mencapai 88% . Media sosial yang paling sering diakses
selanjutnya adalah WhatsApp sebesar 84%, Facebook sebesar 82%, dan
Instagram 79%. Selain itu, ada media sosial baru yang cukup digemari
pengguna internet di Indonesia, yaitu TikTok dengan jumlah pengguna
sekitar 30,7 juta jiwa (Tanoto Foundation, 2021).
Begitu banyak pilihan platform media sosial yang bisa digunakan untuk
memberikan informasi dan pemahaman perihal stunting kepada masyarakat,

9
terutama remaja. Selain memanfaatkan media sosial untuk mengunggah
informasi edukasi tentang stunting, media sosial juga dapat digunakan untuk
menjawab berbagai informasi yang keliru tentang stunting (Tanoto
Foundation, 2021).

10
BAB III

PEMBAHASAN

Pembahasan dalam bab ini mengenai hasil penelitian, yang mencakup


penyajian data dan pembahasan hasil penelitian dalam kaitannya dengan
kerangka teoritik maupun latar belakang masalah.
Penelitian ini mengambil subjek sebagian peserta didik MTsN 2 Madiun
yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap
pentingnya peran serta mereka dalam pencegahan stunting, Indikatornya adalah
“bertambahnya pemahaman dan pengetahuan sebagai remaja dalam mencegah
stunting“.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif sehingga
pertanyaan yang diajukan peneliti hanya berupa data pribadi, Pertanyaan tersebut
diberikan dengan cara membagikn questioner kepada beberapa peserta didik
MTsN 2 Madiun.
Secara keseluruhan peserta didik menjawab pertanyaan yang dibagikan
oleh peneliti dengan baik dan cukup jelas. Kejelasan tersebut nampak pada saat
informan dari kelompok peserta didik menuliskan jawaban mereka dengan cukup
rinci.
Data yang diperoleh dari responden laki–laki dan wanita MTsN 2
Madiun sebanyak 8 laki–laki atau 26,6% dan jumlah wanita sebanyak 22 atau
73,3% menjawab questioner, menunjukkan bahwa mereka bisa memahami arti
dan gejala stunting yaitu kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan
tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak
lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam
berpikir”. Selain itu mereka berpendapat bahwa peran remaja sangatlah penting
untuk mengatasi masalah terebut karena remaja adalah calon orang tua dimasa
depan, sehingga kesadaran untuk hidup sehat harus mereka tanamkan sejak dini.

11
Disamping itu mereka harus berperan sebagai agen perubahan ( change agent )
dengan cara memberikan pemahaman dan informasi dengan teman – teman
sebayanya maupun lingkungan sekitarnya melalui media sosial maupun secara
langsung tentang gejala dan akibat stunting.
Sebagian kecil respoden menjawab bahwa mereka menganggap peran
remaja kurang penting dalam mencegah stunting karena mereka berpikir masih
jauh untuk berumahtangga serta merasa bahwa hal terebut menjadi tanggung
jawab orang tua dan dinas Kesehatan, maka dari itu perlu diberikan pemahaman
dan informasi lebih lanjut mengenai stunting.

12
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Stunting adalah permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia
dengan ditandai oleh kurang normalnya pertumbuhan pada bayi maupun
anak-anak.Hal ini disebabkan kurangnya gizi serta nutrisi yang dikonsumsi
oleh calon ibu, terjadinya pernikahan dini yaitu pernikahan yang terjadi diusia
muda, dan masih rendahnya sanitasi serta persediaan air bersih.
Peran remaja sangatlah penting dalam mengatasi permasalahan stunting
yang terjadi, Oleh karena itu semua remaja khususnya siswa-siswi MTsN 2
Madiun setelah mengerti dan memahami bahayanya stunting bagi generasi
selanjutnya, mereka mulai menyadari dan berupaya untuk selalu hidup sehat
dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi sejak dini, tidak melakukan
pernikahan dini atau pernikahan dibawah usia dan hidup bersih dengan cara
menciptakan sanitasi dan air bersih.

B. SARAN
Karya tulis ini masih jauh dari sempurna , oleh karena itu mohon saran dan
bimbingan untuk kesempurnaan karya tulis selanjutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adriani dan Wirjatmadi. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Kencana.
Jakarta.
Bloem, M. W., Pee, S. D., Hop, L.T., Khan, N.C., Laillou, A., Minarto, Pfanner,
R.M., Soekarjo, D., Soekirman., Solon, J.A., Theary, C., Wasantwisut, E.
(2013). Key strategies to further reduce stunting in Southeast Asia:
Lessons from the ASEAN countries workshop. Food and Nutrition Bulletin,
34 (2)
Foundation Tanoto.2021. Cegah Stunting sebelum Genting.Kepustakaan Populer
Gramedia. Jakarta.
https://mediaindonesia.com/humaniora/339662/saatnya-remaja-turut-dilibatkan-
untuk-cegah-stunting
Kemenkes RI. 2016. INFODATIN Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI .Situasi Balita Pendek. Jakarta Selatan.
Kemenkes RI. (2018). ini penyebab Stunting pada anak. Retrieved from
http://www.depkes.go.id/article/view/18052800006/ini-penyebabstunting -
pada-anak.html
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. (2017).
Buku Saku Desa dalam Penanganan Stunting. Jakarta: Dirjen
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
R. Rosalia Beatrix.2019. Gambaran Karakteristik Keluarga Anak Stunting.
Kupang
World Health Organization. (2013). Childhood stunting: context, causes and
consequences. WHO conceptual framework

14
LAMPIRAN

Lampiran 1: Dokumentasi Pengisian Quesioner Tahap I Hari Kamis, 21 April


2022

15
Lampiran 2: Dokumentasi Pengisian Quesioner Tahap I Hari Sabtu, 23 April
2022

16
Lampiran 3: Dokumentasi Bukti Fisik Quesioner

17

Anda mungkin juga menyukai