Anda di halaman 1dari 14

Masalah Perkembangan Fisik Pada Anak Stunting

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

Perkembangan Peserta Didik

Dosen Pengampu :

Drs. Robenhart Tamba, M. Pd.

Disusun Oleh :

Galatia Valentin Hutagulung (3221131009)

Muhammad Alfi Harahap (3222431017)

Vinny Natasya Hura (3223331005)

Wiji Syahfitri (3223131044)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia serta izin-Nya kami mampu menyelesaikan
makalah yang berjudul Masalah Perkembangan Fisik Pada Anak Stunting.
Kami menyadari masih banyak keurangan dalam penulisan Makalah ini.
Untuk itu kami berharap kritik dan saran untuk penulisan Makalah ini agar bisa
kami perbaiki lebih baik lagi. Akhir kata kami mengucapkan selamat membaca
dan semoga mendapat tambahan wawasan dari Makalah ini.

Medan, 10 Oktober 2022

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................1

PENDAHULUAN ...............................................................................................1

A. Latar Belakang .......................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................1

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................1

BAB II ..................................................................................................................2

PEMBAHASAN ..................................................................................................2

A. Pengertian Stunting................................................................................2

B. Faktor-faktor Penyebab Stunting ...........................................................3

C. Solusi dari Permasalah Stunting ............................................................6

D. Solusi yang paling tepat dari Permasalahan Stunting ............................7

BAB III ................................................................................................................9

PENUTUP............................................................................................................9

A. Kesimpulan ............................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................10

LAMPIRAN .......................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stunting adalah keadaan paling umum dari bentuk kekurangan gizi (PE /
mikronutrien), yang mempengaruhi bayi sebelum lahir dan tahap awal setelah
kelahiran, hal ini dapat mulanya dapat dilihat dari berat badan ibu saat hamil,
pemberian gizi selama ibu hamil, dan pertumbuhan janin. Menurut Sudiman
dalam Ngaisyah, stunting pada anak balita merupakan salah satu indikator
status gizi kronis yang dapat memberikan gambaran kondisi atau keadaan
sosial ekonomi seseorang. Secara gsris besar, stunting terjadi di masa
kehamilan ibu dan dapat terlihat pada 2 tahun awal kehidupan anak. Serta
dapat memberikan dampak yang sulit diperbaiki.

Stunting yang terjadi pada balita dapat berdampak pada pertumbuhan


dan perkembangan intelektual anak. Secara tidak langsung dampak tersebut
dapat berakibat pada penurunan produktivitas, peningkatan risiko penyakit
degenaratif, peningkatan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah di
masa mendatang. Stunting pada balita di negara berkembang dapat disebabkan
karena faktor genetik dan faktor lingkungan yang kurang memadai untuk
tumbuh kembang anak yang optimal.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan penjelasan mengenai stunting?


2. Apa faktor-faktor penyebab stunting?
3. Apa solusi dari masalah stunting?
4. Apa solusi yang tepat untuk mengatasi masalah stunting?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dan penjelasan mengenai stunting.


2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab stunting.
3. Untuk mengetahui solusi dari permasalahan stunting.
4. Untuk mengetahui solusi yang tepat untuk mengatasi masalah stunting.

1
BAB II

iiiPEMBAHASAN

A. Pengertian Stunting

Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam
jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada
anak. Stunting juga menjadi salah satu penyebab pertumbuhan tinggi badan
terlambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. Tidak jarang
masyarakat menganggap kondisi tubuh pendek merupakan faktor genetik dan
tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan. Faktanya, faktor genetika
memiliki pengaruh kecil terhadap kondisi kesehatan seseorang dibandingkan
dengan faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan. Biasanya, stunting mulai
terjadi saat anak masih berada dalam kandungan dan terlihat saat mereka
memasuki usia dua tahun.

Stunting memiliki gejala-gejala yang bisa dikenali, misalnya:

 Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya


 Pertumbuhan tubuh dan gigi yang terlambat
 Memiliki kemampuan fokus dan memori belajar yang buruk
 Pubertas yang lambat
 Saat menginjakiusia 8-10 tahun, anak cenderung lebih pendiam dan
tidakibanyak melakukan kontak mataidengan orang sekitarnya
 Berat badan lebih ringan untuk anak seusianya

Pihak Kementrian Kesehatan menegaskan bahwa stunting merupakan


ancaman utama terhadap kualitas masyarakat Indonesia. Bukan hanya
mengganggu pertumbuhan fisik, anak-anak juga mengalami gangguan
perkembangan gangguan perkembangan otak yang akan mempengaruhi
kemampuan dan prestasi mereka. Selain itu, anak yang menderita stunting akan
memiliki riwayat kesehatan buruk karena daya tahan tubuh yang juga buruk.
Stunting juga bisa menurun ke generasi berikutnya bila tidak ditangani dengan
serius.

2
Stunting pada anak memang harus menjadi perhatian dan patut
diwaspadai. Kondisi ini dapat menandakan bahwa nutrisi anak tidak terpenuhi
dengan baik. Jika dibiarkan tanpa penanganan, stunting bisa menimbulkan
menimbulkan dampak jangka panjang kepada anak. Anak tidak hanya
mengalami hambatan pertumbuhan fisik, tetapi nutrisi yang tidak mencukupi
juga mempengaruhi kekuatan daya tahan tubuh hingga perkembangan otak
anak.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 yang dilakukan oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) menunjukkan
angka yang cukup menggembirakan terkait masalah stunting. Angka stuting
atau anak tumbuh pendek turun dari 37,2 % pada Riskesdes 2013 menjadi
30,8% pada Riskesdes 2018. Meski tren stunting mengalami penurunan, hal ini
masih berada di bawah rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu
kurang dari 20 %. Persentase stunting di Indonesia secara keseluruhan masih
tergolong tinggi dan harus mendapat paerhatian khusus.

B. Faktor-faktor Penyebab Stunting

Dampak stunting pada anak umumnya menyebabakan anak memiliki


tinggi badan yang lebih pendek dari anak seumurannya. Selain berdampak pada
tinggi badan, kemampuan belajar anak cenderung lebih rendah serta anak rentan
terhadap penyakit.

Walaupun begitu, stunting sering dianggap sepele di kalangan masyarakat.


Padahal, pertumbuhan tinggi seorang anak berfungsi sebagai penanda berbagai
patologis yang terkait dengan penngkatan morbiditas dan mortalitas.

Adapun factor-faktor penyebab dariiiistunting yaitu sebagai berikut:

1. Kadar Gizi Buruk Sejak Masa Kehamilan

Ketika kehidupaniidimulai diiidalamiiirahim, embrio yang sedang


berkembangiibergantung pada makanan yangiiidikonsumsi ibu untuk mendorong
pertumbuhan, dan ini berlanjut setelahiiikelahiran melalui proses menyusui.

3
Nutrisi ibu yang buruk bisaiiimembatasi pertumbuhan janin. Pertumbuhan
janin yang buruk, padaiiiakhirnya meningkatkan risiko kematian neonatal. Dalam
1000 hari pertama, iiirisiko stunting terkait erat dengan kesehatan ibu.

Kemungkianan stunting untuk bayi meningkat jika ibu terinfekasi malaria,


cacingan, atau HIV/AIDS. Wanita yang menderita hipertensi selama kehamilan
juga memiliki kemungkinan mengalami komplikasi yang meningkatkan resiko
berat badan bayi di bawah rata-rata dan kelahiran prematur. Selain itu, pada kasus
kehamilanidi masa remaja menimbulkan persaingan penyerapan nutrisi antara
ibuiiiyang masih dalam tumbuh kembang dan janinnya.

2. Lingkungan Tidak Mendukung

Kelalaian atau ketidakhadiran pengasuh dapat menyebabkan kebutuhan


makan anak tidak maksimal dan kesempatan bagi anak untuk bermain dan belajar
menjadi lebih sedikit, keduanya berpotensi menghambat pertumbuhan dan
perkembangan si kecil.

Selain itu, ketika akses untukiiimendapatkan makanan yang berkualitas


terbatas atau bahkan terhambat samaiiisekali. Karenaiialasan ekonomi, anak jadi
tidak mendapat gizi yang seharusnya, adapun makanan yang sangat dibutuhkan
pada usia anak-anak adalah sumber makanan hewaniiiseperti produk susu, telur
dan daging.

3. Kurangnya Makanan Pendamping ASI (MPASI)

Mulai usia 6 bulan, kebutuhan anakiiiakan energi dan nutrisi tidak cukup
disokong dari asupan ASI saja. Solusinyaiiiadalah menggabungkan pemberian
ASI dengan makanan pelengkap. Ibu bayi bisa mengkombinasikan makanan
seperti sereal dan makanan pokok lainnya, buah-buahan dan sayuran halus, susu
dan telur, serta ikan dan daging. Oleh sebabiiitu, kurangnya asupan MPASI
adalah salah satu penyebabiistunting pada anak.

4. Masalah Kebersihan Makanan dan Air

Penyebab stunting pada anak selanjutnya datang dari masalah kebersihan


makanan dan air yang tidak terjamin. Makanan da air yang terkontaminasi oleh

4
poluton lingkungan atau sering disebut mikotoksin dapat memicu stunting pada
anak.

Bahan kimia berbahaya yang diproduksiiiioleh jamur pada makanan sisa,


dapat menyebabkan infeksi yangiiimenghambat pertumbuhan. Hal-hal sederhana
seperti mencuci tangan denganiiisabun menggunakan air bersih dan memastikan
kondisi sanitasi dapatiiimeminimalkan risiko infeksi seperti diare, yang
menghentikan anak-anak dariiiipertumbuhan yang baik.

Makanan yangiidisimpan di tempatiiiterbuka atauiidi wadah yangiitidak


bersih, atau dibiarkan pada suhu yang memungkinkan bakteri untuk tumbuh, juga
dapatimembuat anak-anak sakitiserta menghambat pertumbuhan mereka.

5. Tidak Mendapat ASI Eksklusif

World Health Organization (WHO) iiimerekomendasikan bahwaiiibu


mulai menyusui dalamiiwaktu satu jamiiisetelah kelahiran, kemudianiisecara
eksklusif menyusui bayi mereka sampaiiiiusia enam bulan.

Akan lebih baik jika bisa melanjutkaniiimenyusui sampai anak bunda


mencapai usia dua tahun atau lebih. Anakiiiyang tidak mendapat ASI eksklusif
memiliki kemungkinan lebih besariiimengalami stunting.

6. Infeksi Penyakit

Penyebab stunting pada anakibisa saja karena terserang infeksi. Penyakit


diare dan penyakit pernapasanidiketahui berdampak buruk pada pertumbuhan
anak. Stunting terjadi ketikaiiitinggi badan anak tergolong rendah untuk berat
badan mereka.

Ini dapat memiliki konsekuensi jangka panjang pada pertumbuhan linier,


terutama ketika tidak didukung dengan asupan makanan yang sehat. Sebagai
contoh, 25% dari anak-anakiyang terkena diare sebanyak lima kali atau lebih
sebelum usia 2 tahun adalahipenyebab utama stunting pada anak.

5
7. Faktor ekonomi keluarga

Factor ekonomi ataupun pendapatan keluarga juga merupakan salah satu


factor penyebab dari terjadinya stunting. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
asupan makanan bergizi dan sehat yang sangat diperlukan oleh masa pertumbuhan
anak. Jika ekonomi keluarga sedang dalam keadaan sulit maka untuk memenuhi
kebutuhan anak seperti makanan bergizi akan sulit untuk dilakukan diluar dari
pemberian ASI oleh ibu.

C. Solusi dari Permasalah Stunting

Berikut ini adalah beberapa cara mencegah stunting pada anak yaitu
sebagai berikut:

1. Memenuhi kebutuhaniigizi sejak hamil, tindakan yangiirelatifiiampuh


dilakukaniiiuntuk mencegahiistuntingiipada anak adalahiiselalu memenuhi
giziiiisejak masa kehamilan. Pemerintah menyarankan agar ibu yang
sedangiiimengandung selalu mengonsumsi makanan sehat dan bergizi
maupuniiisuplemen atas anjuran dokter. Selain itu, wanita yang sedang
menjalaniiiiproses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan
kesehatannya ke dokter atau bidan.
2. Beri ASI eksklusif sampai bayi berusiaii6 bulan, Air Susu Ibu (ASI) dapat
mengurangi peluang stunting pada anakiiiberkat kandungan gizi mikro dan
makro. Oleh karena itu, ibu menyusuiiiidisarankan untukiitetap
memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan kepadaiiisang buah hati. Protein
whey daniikolostrumiiyang terdapat pada susu ibuiiipun dinilai mampu
meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yangiiiterbilang rentan.
3. Damping ASI eksklusif, harus ada tamabahaniMPASI sehat, karena ketika
bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudahiiibisa memberikan
makanan pendamping ASI (MPASI). Dalam hal iniiiipastikan makanan-
makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro daniiimakro yang
sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO
puniiimerekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke
dalamiiimakanan. Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan

6
menentukaniiiproduk tambahan tersebut. Akan lebih baik jika orangtua
berkonsultasi duluiiidengan dokter untuk menentukan penambah nutrisi
yang akan diberikaniiikepada anak.
4. Terus memantau tumbuhiiikembang anak. Orang tua perlu terus memantau
tumbuh kembang anak mereka,iterutama dari tinggi dan berat badan anak.
Bawa si kecil secara berkalaike Posyandu maupun klinik khusus anak.
Dengan begitu, akan lebihiiimudah bagi orangtua untuk mengetahui gejala
awal, gangguan, maupunipenanganan stunting jika terjadi.
5. Selalu jaga kebersihan lingkungan Seperti yang diketahui, anak-anak
sangat rentan akan seranganiiipenyakit, terutaman kalauiiilingkungan
sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang secara takiiilangsung dapat
meningkatkan peluang stunting padaiiianak. Diare dilaporkan menjadi
faktor ketiga yang dapatiiimenyebabkan gangguan kesehatan tersebut.
Sementara itu, salah satuiiipemicu diare datang dari paparan kotoran yang
masuk ke dalam tubuh manusia.

D. Solusi yang paling tepat dari Permasalahan Stunting

Dari solusi yang dipaparkan, semua solusi tersebut tepat dilakukan untuk
mencegah stunting yang terjadi pada anak. Namun dari semua solusi tersebut,
solusi yang paling tepat dilakukan untuk mencegah terjadinya stunting pada anak
adalah memenuhi gizi sejak hamil. Hal ini dikarenakan tumbuh kembang seorang
anak atau bayi dimulai dari waktu seorang ibu sedang hamil. Tumbuh kembang
seorang bayi dan anak tergantung dari bagaimana keadaan anak tersebut dari
dalam janin. Bagaimana gizi yang diterimanya akan berpengaruh pada tumbuh
kembang anak tersebut. Jika dari dalam janin saja gizi yang diterima oleh anak
sudah baik dan bergizi, maka tumbuh kembang anak tersebut kedepannya akan
baik juga.

Sedangkan alasan kenapa solusi yang lain dikatakan kurang tepat karena
solusi yang lain merupakan solusi lanjutan dari solusi meperhatikan gizi anak
sewaktu hamil. Bukan berarti solusi yang lain ini tidak harus dilakukan, karena
jika solusi tersebut tidak dilakukan maka kemungkinan besar stunting tetap akan

7
terjadi. Jadi sebaiknya memperhatikan gizi seorang anak dimulai dari dalam janin
sampai anak tersebut tumbuh besar harus selalu dipantau. Gizi yang diterima anak
tersebut harus bergizi dan juga sehat agar anak tersebut tumbuh kembangnya akan
baik juga. Selain dari gizi yang dilihat, faktor yang harus diperhatiakn adalah
faktor lingkungan, di mana lingkungan harus selalu bersih agar anak tumbuh
dengan sehat.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Stunting adalah masalahiiigizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam


jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada
anak. Stuntingiiijuga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat,
sehinggaiiilebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. Tidak jarang
masyarakatiiimenganggap kondisi tubuh pendek merupakan faktor genetika dan
tidakiiiada kaitannya dengan masalah kesehatan. Faktanya, faktor
genetikaiiimemiliki pengaruh keciliiterhadap kondisi kesehatan seseorang
dibandingkaniiidengan faktoriilingkungan dan pelayanan kesehatan.
Biasanya, stuntingiiimulai terjadi saat anak masih berada dalam kandungan dan
terlihat saat mereka memasuki usia dua tahun.

Stunting pada anak memang harusiiimenjadi perhatian dan diwaspadai.


Kondisi ini dapat menandakaniiibahwa nutrisiiianak tidak terpenuhi dengan
baik. Jika dibiarkan tanpaiiipenanganan, stunting bisa menimbulkan dampak
jangka panjangiiikepada anak. Anak tidakiihanya mengalami hambatan
pertumbuhaniiifisik, tapi nutrisi yang tidak mencukupi juga memengaruhi
kekuatan dayaiiitahan tubuh hingga perkembangan otak anak.

B. Saran

Diharapkan dengan mengetahui faktor-faktor dan solusi dari masalah


diatas, para calon adan terkhusus ibu-ibu diluaran sana dapat mengetahui gejala-
gejala stuntimg pada anak dan dapat menerapkan solusi yang kami sampaikan.

Selain itu kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam


pembuatan tugas makalah ini, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, A. 2015. Faktor-faktor Risiko Kejadian Stunted pada Balita (24-59


bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Sosial Palembang Tahun
2014.Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.

AL – Rahmad Ah, Miko A, Hadi A. 2013. Kajian Stunting Pada Anak Balita
Ditinjau Dari Pemberian ASI Eksklusif, MP-ASI, Status Imunisasi, Dan
Karakteristik Keluarga Di Kota Banda Aceh. Jurnal Kesehatan Ilmiah
Nasawakes. 6(2) : 169 – 184.

Anindita P. 2012. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga,


Kecukupan Protein Dan Zinc Dengan Stunting Pada Balita Usia 6 – 35
Bulan Di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 1(2) : 617 – 626.

Aritonang I. 2012. Mengoptimalkan Peran Posyandu Menekan Stunting. Makalah


Pada Seminar Nasional 1000 Hari Pertama Untuk Negeri. 21 April 2012.
Yogyakarta : Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes.

Aritonang I. 2011. Menilai Status Gizi untuk Mencapai Sehat Optimal. Leutika.
Yogyakarta.

10
LAMPIRAN

Plagiarism Checker X Originality


Report
Similarity Found: 23%

Date: Monday, October 10, 2022


Statistics: 327 words Plagiarized / 1442 Total words
Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective
Improvement.

11

Anda mungkin juga menyukai