Anda di halaman 1dari 14

i

MAKALAH EPIDEMIOLOGI GIZI

STUNTING DI INDONESIA

DOSEN PENGAMPU : IMAM S. YAMIN, S.km., M.epid

RIKI APRIAWAN (2009060052)

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA

NUSA TENGGARA BARAT

2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, karena berkat limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada
kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah epidemiologi gizi dengan
kasus stunting di Indonesia. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal
dan sebaik-baiknya. Penulis jugasampaikan terimakasih kepada bapak Imam
S. Yamin, S.Km., M.Epid selaku dosen pengajar mata kuliah epidemiologi gizi
serta semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.Terlepas dari
semua itu kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari
segi penyusunan kalimat ataupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima saran dan kritik dari pembaca untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Mataram, 23 juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

Latar Belakang ........................................................................................... 1

Rumusan Masalah ...................................................................................... 1

Tujuan ......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3

Stunting ....................................................................................................... 3

Faktor Penyebab Stunting .......................................................................... 4

Pencegahan Stunting................................................................................... 6

BAB III PENUTUP .................................................................................... 9

Kesimpulan ................................................................................................. 9

Saran .......................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Data dari world health statistic 2011 menunjukkan prevalensi stunting
secara global mencapai 26,7%. Stunting secara global diperkirakan sekitar 171
juta sampai 314 juta yang terjadi pada anak berusia di bawah 5 tahun dan 90%
diantaranya berada di negara-negara benua Afrika dan Asia (Fenske et al, 2013).
Stunting adalah keadaan paling umum dari bentuk kekurangan gizi (PE /
mikronutrien), yang mempengaruhi bayi sebelum lahir dan awal setelah lahir,
terkait dengan ukuran ibu, gizi selama ibu hamil, dan pertumbuhan janin.
Menurut Sudiman dalam Ngaisyah, stunting pada anak balita merupakan salah
satu indikator status gizi kronis yang dapat memberikan gambaran gangguan
keadaan sosial ekonomi secara keseluruhan di masa lampau dan pada 2 tahun
awal kehidupan anak dapat memberikan dampak yang sulit diperbaiki. Salah
satu faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi stunting yaitu status ekonomi
orang tua dan ketahanan pangan keluarga. Stunting yang terjadi pada balita
dapat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan intelektual anak.
Secara tidak langsung dampak tersebut dapat berakibat pada penurunan
produktivitas, peningkatan risiko penyakit degenaratif, peningkatan kelahiran
bayi dengan berat badan lahir rendah di masa mendatang. Dampak tersebut
dapat meningkatkan kemiskinan dimasa yang akan datang dan secara tidak
langsung akan mempengaruhi ketahanan pangan keluarga. Stunting pada balita
di negara berkembang dapat disebabkan karena faktor genetik dan faktor
lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal.
Salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi terjadinya stunting
pada balita yaitu pendapatan orang tua.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu stunting ?
2. Faktor-faktor yang menyebabkan stunting ?
3. Bagaimana Cara Mencegah Stunting?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu stunting !
2. Untuk mengetahui faktor yang penyebab stunting !
3. Untuk mengetahui cara mencegah stunting !

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 STUNTING

Stunting adalah keadaan paling umum dari bentuk kekurangan gizi (PE /
mikronutrien), yang mempengaruhi bayi sebelum lahir dan awal setelah lahir
terkait dengan ukuran ibu, gizi selama ibu hamil, dan pertumbuhan janin.
Adapun definisi lain stunting adalah bentuk gangguan pertumbuhan linear yang
terjadi terutama pada anak-anak. Stunting merupakan salah satu indikator status
gizi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi
jangka panjang. Stunting (pendek) adalah salah satu bentuk gizi kurang yang
ditandai dengan tinggi badan menurut umur diukur dengan dari keadaan yang
berlangsung lama, misalnya: kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola
asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang
mengakibatkan anak menjadi pendek. Masalah gizi terutama stunting pada
balita dapat menghambat perkembangan anak, dengan dampak negatif yang
akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya seperti penurunan intelektual,
rentan terhadap penyakit tidak menular, penurunan produktivitas hingga
menyebabkan kemiskinan dan risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
Status gizi anak dan balita harus sangat dijaga dan diperhatikan oleh orang tua,
karena terjadi malnutrisi pada masa ini dapat mengakibatkan kerusakan yang
sulit untuk pulih kembali. Sangat mungkin ukuran tubuh pendek adalah salah
Masalah malnutrisi yang mendapat banyak perhatian akhir-akhir ini adalah
masalah pendek atau stunting. Stunting adalah masalah gizi utama dan makin
mengkhawatirkan mengingat terdapatnya hubungan antara stunting dan
terdapatnya penyakit tidak menular di kemudian hari, yang saat ini menjadi
mayoritas beban penyakit di Indonesia. Stunting pada anak balita merupakan
salah satu indikator status gizi kronis yang dapat memberikan gambaran
gangguan keadaan sosial ekonomi secara keseluruhan di masa lampau dan pada
2 tahun awal kehidupan anak dapat memberikan dampak yang sulit diperbaiki.
Stunting yang terjadi pada balita dapat berdampak pada pertumbuhan dan

3
perkembangan intelektual anak. Secara tidak langsung dampak tersebut dapat
berakibat pada penurunan produktivitas, peningkatan risiko penyakit
degenaratif, peningkatan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah di
masa mendatang. Dampak tersebut dapat meningkatkan kemiskinan dimasa
yang akan datang dan secara tidak langsung akan mempengaruhi ketahanan
pangan keluarga. Stunting memiliki gejala-gejala yang bisa Anda kenali,
misalnya:

 Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya


 Pertumbuhan tubuh dan gigi yang terlambat
 Memiliki kemampuan fokus dan memori belajar yang buruk
 Pubertas yang lambat
 Saat menginjak usia 8-10 tahun, anak cenderung lebih pendiam dan tidak
banyak melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya
 Berat badan lebih ringan untuk anak seusianya

2.2 Faktor-faktor yang Menyebabkan Stunting

Mengingat stunting adalah salah satu masalah kesehatan yang cukup


membahayakan, memahami faktor penyebab stunting sangat penting untuk
dilakukan. Dengan begitu, Anda bisa melakukan langkah-langkah preventif
untuk menghindarinya. Berikut ini beberapa faktor penyebab stunting yang
perlu Anda ketahui:

a. Kurang Gizi Dalam Waktu Lama


Tanpa disadari, penyebab stunting pada dasarnya sudah bisa terjadi
sejak anak berada di dalam kandungan. Sebab, sejak di dalam
kandungan, anak bisa jadi mengalami masalah kurang gizi.
Penyebabnya, adalah karena sang ibu tidak memiliki akses terhadap
makanan sehat dan bergizi, sehingga menyebabkan buah hatinya
turut kekurangan nutrisi. Selain itu, rendahnya asupan vitamin dan
mineral yang dikonsumsi ibu juga bisa ikut memengaruhi kondisi

4
malnutrisi janin. Kekurangan gizi sejak dalam kandungan inilah
yang juga bisa menjadi penyebab terbesar kondisi stunting pada
anak.
b. Pola Asuh Kurang Efektif
Pola asuh yang kurang efektif juga menjadi salah satu
penyebab stunting pada anak. Pola asuh di sini berkaitan dengan
perilaku dan praktik pemberian makanan kepada anak. Bila orang
tua tidak memberikan asupan gizi yang baik, maka anak bisa
mengalami stunting. Selain itu, faktor ibu yang masa remaja dan
kehamilannya kurang nutrisi serta masa laktasi yang kurang baik
juga dapat memengaruhi pertumbuhan dan otak anak.
c. Pola Makan
Rendahnya akses terhadap makanan dengan nilai gizi tinggi serta
menu makanan yang tidak seimbang dapat memengaruhi
pertumbuhan anak dan meningkatkan risiko stunting. Hal ini
dikarenakan ibu kurang mengerti tentang konsep gizi sebelum, saat,
dan setelah melahirkan.
d. Tidak Melakukan Perawatan Pasca Melahirkan
Setelah bayi lahir, sebaiknya ibu dan bayi menerima perawatan
pasca melahirkan. Sangat dianjurkan juga bagi bayi untuk langsung
menerima asupan ASI agar dapat memperkuat sistem imunitasnya.
Perawatan pasca melahirkan dianggap perlu untuk mendeteksi
gangguan yang mungkin dialami ibu dan anak pasca persalinan.
e. Gangguan Mental dan Hipertensi Pada Ibu
Pola asuh yang kurang efektif juga menjadi salah satu penyebab
stunting pada anak. Pola asuh di sini berkaitan dengan perilaku dan
praktik pemberian makanan kepada anak. Bila orang tua tidak
memberikan asupan gizi yang baik, maka anak bisa mengalami
stunting. Selain itu, faktor ibu yang masa remaja dan kehamilannya
kurang nutrisi serta masa laktasi yang kurang baik juga dapat
memengaruhi pertumbuhan dan otak anak.

5
f. Sakit Infeksi yang Berulang
Sakit infeksi yang berulang pada anak disebabkan oleh sistem
imunitas tubuh yang tidak bekerja secara maksimal. Saat imunitas
tubuh anak tidak berfungsi baik, maka risiko terkena berbagai jenis
gangguan kesehatan, termasuk stunting, menjadi lebih tinggi.
Karena stunting adalah penyakit yang rentan menyerang anak, ada
baiknya Anda selalu memastikan imunitas buah hati terjaga
sehingga terhindar dari infeksi.
g. Faktor Sanitasi
Sanitasi yang buruk serta keterbatasan akses pada air bersih akan
mempertinggi risiko stunting pada anak. Bila anak tumbuh di
lingkungan dengan sanitasi dan kondisi air yang tidak layak, hal ini
dapat memengaruhi pertumbuhannya. Rendahnya akses terhadap
pelayanan kesehatan juga merupakan salah satu faktor
penyebab stunting.

2.3 Cara Mencegah Stunting

Menyadari bahwa stunting adalah masalah kesehatan yang berisiko


tinggi dan dapat memengaruhi pertumbuhan anak hingga dewasa, Anda
tentu perlu mengenal berbagai usaha pencegahannya. Simak beberapa
tindakan preventif yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting.
Tindakan pencegahan ini sebaiknya dilakukan sebelum, saat, dan sesudah
masa kehamilan.

a. Pahami Konsep Gizi


Pastikan Anda mendapatkan asupan gizi yang cukup setiap hari, terlebih
saat masa kehamilan. Pahami konsep gizi dengan baik dan terapkan
dalam pola asuh anak.
b. Pilihan Menu Beragam
Upayakan untuk selalu memberi menu makanan yang beragam untuk
anak. Jangan lupakan faktor gizi dan nutrisi yang dibutuhkan mereka

6
setiap harinya. Saat masa kehamilan dan setelahnya, ibu pun perlu
mendapatkan gizi yang baik dan seimbang agar dapat menghindari
masalah stunting.
c. Pemeriksaan Rutin
Selama masa kehamilan, ibu perlu melakukan check up atau
pemeriksaan rutin untuk memastikan berat badan sesuai dengan usia
kehamilan. Ibu hamil juga tidak boleh mengalami anemia atau
kekurangan darah karena akan memengaruhi janin dalam kandungan.
Kontrol tekanan darah ini bisa dilakukan saat check up rutin.
d. Pentingnya ASI
Air susu ibu (ASI) mengandung banyak gizi baik yang dapat menunjang
pertumbuhan anak. Dalam ASI, terdapat zat yang dapat membangun
sistem imun anak sehingga menjauhkan mereka dari berbagai masalah
kesehatan, salah satunya adalah stunting.
e. Konsumsi Asam Folat
Asam folat berperan penting untuk mendukung perkembangan otak dan
sumsum tulang belakang bayi. Zat ini juga dapat mengurangi risiko
gangguan kehamilan hingga 72%. Dengan asupan asam folat, kegagalan
perkembangan organ bayi selama masa kehamilan juga bisa dicegah.
f. Kebersihan
Sakit infeksi yang berulang pada anak disebabkan oleh sistem imunitas
tubuh yang tidak bekerja secara maksimal. Saat imunitas tubuh anak
tidak berfungsi baik, maka risiko terkena berbagai jenis gangguan
kesehatan, termasuk stunting, menjadi lebih tinggi.
Karena stunting adalah penyakit yang rentan menyerang anak, ada
baiknya Anda selalu memastikan imunitas buah hati terjaga sehingga
terhindar dari infeksi.
g. Faktor Sanitasi
Faktor sanitasi dan akses air bersih menjadi salah satu fokus yang bisa
Anda lakukan untuk mencegah stunting pada anak. Jagalah kebersihan
diri dan lingkungan agar tidak ada bakteri, jamur, kuman, dan virus yang

7
mengontaminasi tubuh Anda dan si kecil. Anda juga disarankan selalu
memperhatikan kebersihan tubuh maupun tangan. Sebab, apabila tangan
kotor, bukan tidak mungkin kuman menjangkiti makanan yang masuk
ke dalam tubuh sehingga menyebabkan masalah kurang gizi. Dalam
waktu lama, masalah kurang gizi yang berkepanjangan tersebut dapat
menyebabkan stunting. Untuk mencegah stunting melalui sanitasi,
Anda disarankan memilih produk-produk kebersihan tubuh yang efektif
melindungi dari kuman berbahaya. Pilihlah produk kebersihan
seperti sabun cuci tangan maupun hand sanitizer yang dirancang
khusus dengan manfaat pembersihan maksimal, seperti produk-produk
Lifebuoy. Sabun cuci tangan Lifebuoy dihadirkan dengan formula
lembut dan beragam wewangian yang cocok digunakan seluruh anggota
keluarga. Sementara itu, hand sanitizer Lifebuoy dapat melindungi
keluarga Anda dari kuman dengan cepat tanpa menggunakan air. Karena
memiliki anak yang sehat dan tumbuh dengan baik hingga dewasa
adalah idaman setiap orang tua, bukan? Yuk, cegah
risiko stunting dengan selalu memperhatikan nutrisi, kesehatan, dan
kebersihan tubuh buah hati.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Stunting adalah keadaan paling umum dari bentuk kekurangan gizi
(PE / mikronutrien), yang mempengaruhi bayi sebelum lahir dan awal
setelah lahir, terkait dengan ukuran ibu, gizi selama ibu hamil, dan
pertumbuhan janin.stunting menggambarkan terhambatnya pertumbuhan
karena malnutrisi jangka panjang. Stunting (pendek) adalah salah satu
bentuk gizi kurang yang ditandai dengan tinggi badan menurut umur diukur
dengan dari keadaan yang berlangsung lama, misalnya: kemiskinan,
perilaku hidup sehat dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik dari
sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek.
3.2 Saran
Dinas Kesehatan perlu melakukan pengumpulan data terkait angka kejadian
stunting pada anak balita melalui survey penentuan status gizi (PSG),
melakukan upaya peningkatan pengetahuan ibu terkait penyebab dan
dampak terjadinya stunting, serta puskesmas perlu mengadakan kegiatan
penyuluhan bagi ibu anak balita terkait upaya untuk memenuhi status gizi
dan meningkatkan status kesehatan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anisa P. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian


Stunting Pada Balita 25- 60 Bulan Di Kelurahan Kalibaru Depok Tahun
2012 [Internet]. Depok: Universitas ndonesia. 2012 [diakses 20 Agustus
2014]. Available from: http://lontar.ui.ac.id
Bappenas., 2012. Kerangka Kebijakan Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi. Dalam Rangka Seribu hari Kehidupan (1000
HPK) .
Budiastutik, I., & Marlenywati, (2017). Faktor Resiko Kejadian
Stunting pada Balita Usia 24- 59 Bulan (Studi Di Wilayah Kerja UPK
Puskesmas Siantan Hulu Kecamatan Pontianak Utara). Socioscientia
(Jurnal Ilmu-ilmu Sosial) Volume 9 Nomor 1. Banjarmasin : Kopertis
Wilayah XI.
Fitri. Berat Lahir Sebagai Faktor Dominan Terjadinya Stunting
Pada Balita (12-59 Bulan) Di Sumatera (Analisis Data Riskesdas 2010)
[Internet]. Depok: Universitas Indonesia. 2012. [diakses 19 Agustus 2014].
Available from: http://lib.ui.ac.id
Prihartini, S., dkk. Riset Operasional : Model Percepatan
Penanggulangan Masalah Stunting di Kabupaten Tasikmalaya Propinsi
Jawa Barat. Laporan Penelitian tahun 2016.

10

Anda mungkin juga menyukai