Di Susun Oleh :
Sarah Dwi Agustina 201FI07021
Silva Amanda Septiandry 201FI07022
Sindi Rahmawati 201FI07023
Siti Fatimah 201FI07024
Siti Rohmah 201FI07025
Tsalitsa Nur Salsabila M 201FI07026
Neng Dhera Rintiani 201FI07027
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah yang Maha kuasa, berkat
Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan
lancar dan tepat waktu.
Makalah ini penulis susun dalam upaya memenuhi salah satu tugas dari
mata kuliah Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi, untuk memberikan informasi
terutama dalam hal Diare. Seiring dengan terselesaikannya Makalah ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada Dosen mata kuliah Ibu Iis Sopiah Suryani, SST,
M.Keb.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat untuk sekarang dan di masa yang
akan datang.
Penyusun
KATAPENGANTAR ..............................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 19
3.2 Saran..................................................................................................................... 19
3.2.1 Umum ............................................................................................................ 19
3.2.2 Mahasiswa ..................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 21
PENDAHULUAN
Stunting adalah keadaan paling umum dari bentuk kekurangan gizi (PE/
mikronutrien), yang mempengaruhi bayi sebelum lahir dan awal setelah lahir,
terkait dengan ukuran ibu, gizi selama ibu hamil, dan pertumbuhan janin.
Menurut Sudiman dalam Ngaisyah, stunting pada anak balita merupakan salah
satu indikator status gizi kronis yang dapat memberikan gambaran gangguan
keadaan sosial ekonomi secara keseluruhan di masa lampau dan pada 2 tahun
awal kehidupan anak dapat memberikan dampak yang sulit diperbaiki. Salah satu
faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi stunting yaitu status ekonomi orang
tua dan ketahanan pangan keluarga. ( MPR Ulfa, 2019 ).
hasil pinjaman, dan hasil usaha sampingan per bulan. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Ngaisyah pada tahun 2015 menunjukkan bahwa pada
kelompok stunting lebih banyak pendapatannya adalah dibawah UMR yakni
sebanyak 67 responden (35,8%) , sedangkan yang memiliki pendapatan diatas
UMR hanya sedikit yakni sebanyak 45 orang (22%). Hasil penelitian lain yang
dilakukan oleh Lestari et all. tahun 2014 menunjukkan bahwa pendapatan
keluarga yang rendah merupakan faktor resiko kejadian stunting pada balita 6-24
bulan. Anak dengan pendapatan keluarga yang rendah memiliki resiko.
1. Pengertian stunting
2. Penyebab stunting
3. Dampak stunting
Stunting menjadi masalah gagal tumbuh yang dialami oleh bayi di bawah
lima tahun yang mengalami kurang gizi semenjak di dalam kandungan hingga
awal bayi lahir, stunting sendiri akan mulai nampak ketika bayi berusia dua tahun
(Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2017). Sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Schmidt bahwa stunting ini merupakan masalah kurang
gizi dengan periode yang cukup lama sehingga muncul gangguan pertumbuhan
tinggi badan pada anak yang lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar
usianya (Schmidt, 2014).
a. Faktor Langsung
1. Asupan gizi balita
Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk pertumbuhan
dan perkembangan tubuh balita. Masa kritis ini merupakan masa saat
balita akan mengalami tumbuh kembang dan tumbuh kejar. Balita yang
mengalami kekurangan gizi sebelumnya masih dapat diperbaiki dengan
asupan yang baik sehingga dapat melakukan tumbuh kejar sesuai
dengan perkembangannya. Namun apabila intervensinya terlambat
balita tidak akan dapat mengejar keterlambatan pertumbuhannya yang
disebut dengan gagal tumbuh.
Balita yang normal kemungkinan terjadi gangguan pertumbuhan
bila asupan yang diterima tidak mencukupi. Penelitian yang
menganalisis hasil Riskesdas menyatakan bahwa konsumsi energi balita
berpengaruh terhadap kejadian balita pendek, selain itu pada level
rumah tangga konsumsi energi rumah tangga di bawah rata-rata
merupakan penyebab terjadinya anak balita pendek (Sihadi dan
Djaiman, 2011).
2. Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab langsung
stunting, Kaitan antara penyakit infeksi dengan pemenuhan asupan gizi
tidak dapat dipisahkan. Adanya penyakit infeksi akan memperburuk
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode
tersebut, dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak
kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam
tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan
adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya
kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya
penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker,
stroke, dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif
yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi (Kemenkes R.I, 2016).
Efek merusak ini diperparah oleh interaksi yang gagal terjadi. Anak yang
terhambat sering menunjukkan perkembangan keterampilan motorik yang
terlambat seperti merangkak dan berjalan, apatis dan menunjukkan perilaku
eksplorasi kurang, yang semuanya mengurangi interaksi dengan teman dan
lingkungan (Brown dan Pollitt 1996).
1. Kalsium
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan
darah dan kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain :
ikan teri kering, belut, susu, keju, kacang-kacangan.
2. Yodium
Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon
tiroidmengatur metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
Yodium juga penting untuk mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan
makanan sumber yodium : ikan laut, udang, dan kerang.
3. Zink
3.2 Saran
3.2.1 Umum
Stunting harus dicegah sedini mungkin dengan meningkatkan
pelayanan kesehatan kepada ibu sejak kehamilan 3 bulan berupa ANC
berupa gizi ibu hamil, imunisasi TT, dan pemeriksaan kehamilan secara
teratur. Bayi harus diberikan ASI selama 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi
diberi kan makanan pendamping ASI. Anak harus di bawa ke posyandu
secara rutin untuk mendapat pelayanan secara lengkap. Bagi balita
stunting segera di berikan pelayanan kesehatan.
3.2.2 Mahasiswa
Diharapkan untuk kita mahasiswa, khususnya mahasiswa program studi
D3 Kebidanan agar lebih berani dalam mengambil kasus stunting
sebagai bahan untuk penelitian, meskipun dalam prosesnya lumayan
sulit untuk mencari referensi dan sampel yang akan diambil, akan tetapi
kasus stunting ini merupakan salah satu kasus yang menarik untuk
diteliti sekaligus dapat menambah wawasan kita sebagai mahasiswa
Ulfa, Malika Putri Raharja and Waryana, and Almira, Sitasari. "STATUS
EKONOMI ORANG TUA DAN KETAHANAN PANGAN KELUARGA
TERHADAP KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI
KABUPATEN GUNUNGKIDUL." 2019: 1 - 2.