Oleh:
KELOMPOK 3
DEPOK
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
berkat-Nya sehingga Kelompok 3 dapat menyelesaikan tugas akhir mata kuliah
Rencana dan Evaluasi Promosi Kesehatan.
Selama proses penulisan lapaoran kunjungan ini kebijakan ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tulus kepada Yth. Prof. dr. Hadi
Pratomo, MPH. Dr. Ph selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Rencana dan Evaluasi
Promosi Kesehatan.
Kelompok 3
HALAMAN PERNYATAAN KERJA DAN BEBAS PLAGIAT
KELOMPOK 3
Menyatakan bahwa kami tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan tugas
kelompok sebagai syarat Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Pengorganisasian dan
Pengembangan Masyarakat, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia. Selain itu,
kami menyatakan bahwa tugas ini merupakan hasil kerja bersama. Apabila suatu saat
nanti terbukti kami melakukan plagiat, maka akan menerima sanksi yang telah
ditetapkan.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Pembagian Tugas Kelompok/ Komite Perencanaan......................................................4
BAB II MODEL PERENCANAAN MAP-IT........................................................................5
BAB III RENCANA NEED ASSASMENT.........................................................................15
3.1 Tujuan Assasment........................................................................................................15
3.2 Kerangka Konsep.........................................................................................................15
3.3 Matriks data..................................................................................................................15
3.4 Pengukuran dan Alat Ukur...........................................................................................16
3.5 Peningkatan Upaya Validitas Data...............................................................................17
3.6 Rencana Uji Coba Instrumen dan Metode...................................................................18
3.7 Jadwal Presentasi dan Pengumpulan Data...................................................................18
BAB IV HASIL, PEMBAHASAN, KESIMPULAN DAN SARAN...................................19
4.1 Hasil..............................................................................................................................19
4.2 Pembahasan..................................................................................................................23
4.3 Kesimpulan dan Saran..................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
sebelumnya tentang apa yang perlu atau sumber daya apa yang tersedia sehingga menghasilkan
rencana yang komprehensif dan spesifik, dengan jadwal yang masuk akal, tanggung jawab yang
ditetapkan, tujuan yang jelas, dan langkah-langkah tindakan yang jelas terkait dengan strategi
keseluruhan. Dalam tahap ini juga menggabungkan evaluasi dari awal sehingga memungkinkan
dilakukannya penyesuaian dengan kondisi di masyarakat. Oleh karena itu, kami menggunakan
Model MAP-IT karena dipandang sesuai digunakan untuk analisis program KPLDH mulai dari
tahap perencanaan hingga tahap evaluasi.
BAB II
MODEL PERENCANAAN MAP IT
2.1 Pengertian
MAP-IT (Mobilize, Asses, Plan, Implement,Track) adalah suatu kerangka kerja yang
dapat digunakan untuk merencanakan dan mengevaluasi intervensi kesehatan masyarakat
dalam suatu komunitas. MAP-IT dapat membantu profesional kesehatan masyarakat dan
pembuat perubahan masyarakat menerapkan rencana yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
aset masyarakat Baik profesional kesehatan masyarakat yang berpengalaman maupun yang
baru dapat memanfaatkan langkah-langkah dalam MAP-IT untuk menciptakan komunitas
yang sehat. Proses ini melibatkan waktu, upaya, dan serangkaian langkah untuk 'memetakan'
jalan menuju perubahan yang diinginkan dalam suatu komunitas. Dengan menggunakan
MAP-IT, rencana terstruktur selangkah demi selangkah dapat dikembangkan oleh koalisi
yang disesuaikan dengan kebutuhan komunitas tertentu.
Salah satu tantangan terbesar dalam menciptakan koalisi masyarakat yang sehat adalah
untuk mempertahankan keterlibatan anggota dalam proses tersebut. Tantangan ini dapat
diatasi sebagian dengan menyetujui sedini mungkin pada visi untuk masyarakat.
Menciptakan visi:
Visi harus berasal dari kebutuhan, nilai, dan tujuan terpenting masyarakat. Ini harus menjadi
deskripsi arah ideal koalisi untuk masyarakat, dan harus mencerminkan tujuan anggota
koalisi. Membuat visi sejak dini memungkinkan semua anggota koalisi merasa berkomitmen
pada proses jangka panjang, dan akan memungkinkan kelompok untuk masuk ke tahap
selanjutnya dari proses dengan misi bersama.
Mengorganisir Koalisi:
Sebelum mulai menghubungi calon mitra, penting untuk mengetahui apa yang diminta dari
mereka.
Pemikiran Calon Mitra:
Siapa sasaran pemangku kepentingan? Anda akan ingin kelompok seluas mungkin, mewakili
semua orang di komunitas dengan minat baik dalam masalah itu sendiri atau dalam
membangun komunitas yang sehat. Biasanya merupakan keuntungan untuk melibatkan
sebanyak mungkin kelompok dan sektor komunitas yang berbeda. Semakin banyak
partisipasi yang Anda miliki dalam merencanakan dan menangani masalah ini, semakin
banyak ide yang akan muncul, dan semakin banyak dukungan komunitas yang akan dimiliki.
Contoh Mobilisasi:
Minnesota membentuk Kemitraan Peningkatan Kesehatan Minnesota, sekelompok individu
yang mewakili sektor luas baik organisasi publik maupun swasta, termasuk anggota dari
departemen kesehatan setempat. Kelompok ini diberi tanggung jawab untuk mengembangkan
Minnesotans Sehat: Tujuan Peningkatan Kesehatan Masyarakat untuk 2004.
prioritas tersebut, mereka jauh lebih mungkin untuk terus berpartisipasi dalam proses dan
mencapai hasil yang terukur.
Koalisi harus menetapkan prioritas dengan mengidentifikasi apa yang dilihat oleh
anggota masyarakat dan pemangku kepentingan utama sebagai masalah yang paling penting.
Pertimbangkan kelayakan, keefektifan, dan kemampuan mengukur dalam menentukan
prioritas. Menetapkan prioritas adalah masalah konsensus: semua anggota koalisi harus
menyepakati masalah mana yang perlu ditangani segera dan yang dapat ditunda sampai
tanggal yang ditentukan kemudian.
Kapan pun memungkinkan, kumpulkan dan evaluasi informasi yang tersedia tentang
masalah kesehatan utama dalam suatu komunitas. Ketika tidak ada data yang tersedia, koalisi
mungkin perlu mengumpulkan data negara dan lokal untuk melukiskan gambaran realistis
kebutuhan masyarakat. Data yang dikumpulkan selama fase penilaian akan berfungsi sebagai
data dasar, yang menyediakan informasi sebelum dimulainya program atau intervensi baru.
Data dasar juga akan memungkinkan pelacakan kemajuan untuk menentukan seberapa sukses
tindakan koalisi dengan membandingkannya dengan data yang dikumpulkan kemudian,
setelah upaya masyarakat berjalan beberapa saat. Dokumentasi kemajuan dapat menjadi alat
yang kuat untuk meningkatkan tindakan koalisi. Evaluator dari universitas atau lembaga
pemerintah mungkin dapat membantu dengan analisis dan pengukuran data.
Sumber daya: Setelah kebutuhan komunitas dinilai, kembangkan daftar kekuatan dan sumber
daya dalam komunitas itu. Sumberdaya melampaui finansial — setiap komunitas memiliki
kekayaan sumber daya non-moneter yang dapat digunakan untuk menangani bidang-bidang
yang menjadi perhatian, termasuk:
Teknologi
Komunikasi
Infrastruktur, seperti supermarket, jalan, taman, jalur bus, perumahan, dan ruang
kantor
Keahlian profesional
Data
Organisasi berbasis komunitas, seperti bisnis lokal, organisasi layanan, komunitas
berbasis agama, dan tokoh masyarakat
Lembaga masyarakat - sekolah, perguruan tinggi dan universitas, perpustakaan,
lembaga seni, fasilitas olahraga dan latihanN
9
Contoh Penilaian:
Kansas menentukan masalah kesehatan prioritas melalui Komite Pengarah Sehat Kansas
2000, yang mengevaluasi data kesehatan, mencari pendapat ahli, mengundang komentar
publik, dan melakukan survei pendapat penduduk. Kansas menggunakan metode konsensus
untuk membatasi ruang lingkup tujuannya hingga 7 bidang kesehatan prioritas dan 4 faktor
risiko penyakit. 7 bidang kesehatan prioritas termasuk alkohol dan penyalahgunaan obat-
obatan, kanker, penyakit jantung, HIV dan penyakit menular seksual lainnya, penyakit
menular dan imunisasi, cedera dan kekerasan, dan kesehatan ibu dan bayi. Faktor risiko
utama adalah kurangnya akses ke perawatan pencegahan, penggunaan tembakau, gizi buruk,
dan kurangnya aktivitas fisik.
tim yang penting, dengan tanggung jawab untuk memenuhi peran mereka dan membantu
mewujudkan visi keseluruhan untuk masyarakat.
Contoh Perencanaan:
Untuk mencapai tujuan tahun 2000, Departemen Kesehatan Rhode Island memprakarsai
Worksite Wellness Council of Rhode Island. Rhode Island berfokus pada peningkatan
promosi kesehatan dan kegiatan pencegahan penyakit di lokasi kerja, di mana sebagian besar
orang dewasa menghabiskan sebagian besar waktu mereka. Dewan Kesehatan Negara
mengadakan perjanjian dengan Dewan Kesehatan Amerika (WELCOA) untuk menjadikan
Rhode Island sebagai Negara Sumur pertama di Amerika Serikat. Melalui perjanjian ini,
Rhode Island bertujuan memiliki 20 persen dari tenaga kerjanya di Work Well Sites yang
tersertifikasi WELCOA.
Contoh Implementasi:
North Carolina telah mendirikan Kantor Carolinian Sehat yang bertanggung jawab untuk
menjaga inisiatif Orang Sehat mereka di jalur. Staf tersedia di kabupaten North Carolina
untuk dukungan dan pelatihan, khususnya pembangunan koalisi. Ada juga satuan tugas
gubernur yang mengesahkan kabupaten dalam proyek Healthy Carolinians. Kabupaten
melakukan penilaian dan kemudian mengimplementasikan rencana aksi
Contoh Pelacakan:
Untuk pembaruan tahun 1996 dan 1999 untuk tujuan tahun 2000 Negara Bagian, staf
statistik dan program New Jersey menilai kemajuan dan menganalisis tren. Berdasarkan
analisis tren mereka, staf mengategorikan masing-masing tujuan dan sub-tujuan sebagai
"kemungkinan untuk dicapai," "tidak mungkin untuk dicapai," atau "tidak pasti."
12
Deskripsi MAP-IT
MAP IT Pertanyaan yang Perlu Dijawab Deskripsi
Mobilize Apa visi dan misi koalisi? Mulailah dengan memobilisasi individu dan
Mengapa saya ingin menyatukan organisasi kunci ke dalam koalisi.
orang? Selanjutnya, identifikasi peran untuk mitra
Siapa yang harus diwakili? dan tetapkan tanggung jawab.
Siapa mitra potensial (organisasi
dan bisnis) di komunitas saya?
Asses Siapa yang terpengaruh dan Nilai kebutuhan dan aset (sumber daya) di
bagaimana? komunitas Anda.
Sumber daya apa yang kita Bekerja bersama sebagai koalisi untuk
miliki? menetapkan prioritas.
Sumber daya apa yang kita Mulai kumpulkan data negara dan lokal
butuhkan? untuk melukiskan gambaran realistis
kebutuhan masyarakat.
Plan Apa tujuan kami? Rencana yang baik mencakup tujuan yang
Apa yang perlu kita lakukan jelas dan langkah konkret untuk
untuk mencapai tujuan kita? mencapainya.
Siapa yang akan melakukannya? Pertimbangkan poin intervensi Anda.
Bagaimana kita tahu kapan kita Pikirkan tentang bagaimana Anda akan
telah mencapai tujuan kita? mengukur kemajuan Anda.
Implement apakah kita mengikuti rencana Buat rencana kerja terperinci yang
kita? menjabarkan langkah-langkah tindakan
Apa yang bisa kita lakukan lebih nyata, mengidentifikasi siapa yang
baik? bertanggung jawab untuk menyelesaikannya,
dan menetapkan batas waktu dan / atau
tenggat waktu.
Pertimbangkan untuk mengidentifikasi satu
titik kontak untuk mengelola proses dan
memastikan bahwa segala sesuatunya selesai.
Dapatkan kata-kata: kembangkan rencana
komunikasi.
Kerangka kerja terbaru yang mendukung intervensi yang ditujukan untuk perubahan
perilaku adalah Behavior Change Wheel (BCW; Michie, van Stralen, & West, 2011). BCW
adalah alat yang berguna untuk menyusun elemen-elemen penting dari rencana intervensi.
Alat lain yang mendukung praktisi untuk merencanakan dan mengevaluasi intervensi
peningkatan kesehatan adalah Intervention Mapping (IM) (Bartholomew et al., 2011). IM
mencakup proses bertahap bertahap terstruktur yang iteratif dan kumulatif daripada linier,
menyediakan elemen yang tepat untuk memandu masing-masing dari enam langkah. Pertama,
perencana intervensi melakukan penilaian kebutuhan dan mengidentifikasi penentu pribadi
dan lingkungan yang penting untuk perilaku target yang harus diubah. Dalam langkah-
langkah selanjutnya, intervensi, adopsi, dan rencana implementasi dikembangkan dengan
cara menangani tujuan dengan metode dan strategi tertentu. IM mencakup semua langkah,
strategi, dan alat yang relevan untuk merancang dan mengevaluasi intervensi. Namun,
kelengkapannya mengurangi kelayakannya, karena membutuhkan waktu dan sumber daya
pribadi dan keuangan yang signifikan.
ANGELO (Analysis Grid for Environments linked to Obesity) memberikan indikasi
lebih lanjut tentang hambatan lingkungan penting atau pemungkin perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan. Lingkungan dipandang sebagai pengatur risiko, yang
menentukan kemungkinan individu berpartisipasi dalam perilaku sehat (lihat Glass &
McAtee, 2006). Kerangka kerja ANGELO memisahkan lingkungan menjadi empat jenis
(fisik, ekonomi, politik, dan sosial budaya) dan dua ukuran (makro dan mikro).
MAP-IT mendukung praktisi kesehatan dalam merancang intervensi sistematis
(berbasis teori dan berbasis bukti), yang biasanya merupakan tugas yang kompleks. MAP-IT
hemat waktu dan mudah digunakan (Hansen, 2017).
15
BAB III
RENCANA NEED ASSESSMENT
Fungsi intervensi,
dan kategori
kebijakan
Proses bertahap
terstruktur untuk
merancang dan MAP-IT
mengevaluasi
intervensi
Membantu
terutama dalam fase
"Need Assessment"
dari pengembangan
intervensi
Metode Pengumpulan
Informasi yang dicari Informan Jumlah
Data
Penilaian kebutuhan Pengelola sie kesmas 1 (satu) orang Wawancara mendalam
dan mitra, (promkes &
pengembangan tujuan pemberdayaan
dan sasaran program, masyarakat)
pengembangan
program intervensi,
implementasi,
monitoring dan
evaluasi program.
16
Dalam pelaksanaan penelitian ini, instrumen penelitian adalah yang digunakan untuk
pengumpulan data dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa
instrumen, yaitu :
1) Peneliti sebagai instrumen utama, peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan apa
yang dirancangnya.
2) Pedoman wawancara mendalam.
3) Alat perekam suara.
Wawancara mendalam (indepth interview) adalah satu jenis wawancara yang dilakukan
oleh seorang pewawancara untuk menggali informasi, memahami pandangan, kepercayaan,
pengalaman, pengetahuan informan mengenai sesuatu hal secara utuh (Martha, 2016).
Menurut Mack (2005) dalam Martha (2016), dalam mempersiapkan wawancara ada
beberapa hal yang harus dilakukan yaitu :
1) Mempersiapkan rekaman dan tempat dilangsungkannya wawancara.
2) Menguasai tujuan penelitian dan siap untuk menjawab pertanyaan informan yang
berhubungan dengan penelitian.
3) Peneliti harus disiplin yaitu datang tepat waktu ke tempat penelitian, mempersiapkan
tempat duduk, menyiapkan alat perekam, panduan pertanyaan, catatan, dan siap untuk
dapat menjawab pertanyaan yang diajukan informan.
4) Siap untuk melakukan wawancara dan memenuhi semua janji yang disampaikan kepada
informan.
5) Mengajukan semua pertanyaan yang tercantum dalam panduan pertanyaan, menggali
(probing) jawaban informan untuk mendalami jawaban informan.
6) Mendapatkan dokumen persetujuan informasi (inform consent) sebelum melakukan
wawancara.
7) Merekam hasil wawancara dengan rekaman, dan membuat copy catatan hasil wawancara.
8) Melakukan observasi dan mencatat perilaku informan pada saat wawancara dan hal-hal
yang berhubungan dengan wawancara.
9) Mengembangkan segera catatan singkat hasil wawancara setelah selesainya wawancara,
sebaiknya dalam jangka waktu 24 jam.
17
Menurut WHO (1990) evaluasi program adalah langkah sistematis untuk mempelajari
sesuatu berdasarakan pengalaman dan menggunakan teori yang telah dipelajari untuk
meningkatkan perencanaan yang lebih baik dengan seleksi yang seksama untuk kegiatan
dimasa yang akan datang. Tujuan evaluasi program adalah mendapatkan sejumlah informasi
yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Setelah diketahui objek-objek evaluasi
program maka bisa ditentukan aspek dari objek yang dievaluasi.
Informan dalam kegiatan evaluasi perencanaan program promkes khususnya KPLDH
ini adalah seorang tenaga promkes di Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Timur yang sudah
berpengalaman dan cukup lama berkecimpung di program promkes. Data yang digunakan
adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari informan dalam
metode wawancara mendalam. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data dasar, dokumen
perencanaan, serta pencatatan dan pelaporan Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Timur.
Pada kegiatan ini digunakan tiga metode yaitu telaah dokumen, wawancara dan metode
kepustakaan. Data yang didapat kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data. Untuk
menjamin kualitas data maka dilakukan uji validitas data dengan melakukan triangulasi
sumber, triangulasi data dan triangulasi metode sehingga pengolahan dan analisa data yang
dilakukan menghasilkan saran yang berguna untuk penyelesaian masalah.
BAB IV
HASIL, PEMBAHASAN, KESIMPULAN DAN SARAN
“Kan KPLDH itu kan sifatnya hanya pendataan, jadi ya hanya mitra litas sektoral dan
program saja, itu yang organisasi tadi ngga ikut terlibat”
4.1.2 Asses
A. Menilai kebutuhan dan menetukan prioritas masalah
Saat menilai kebutuhan, data kesehatan yang digunakan untuk menilai kebutuhan
program KPLDH adalah data angka kesakitan, standar pelayanan minimal bidang
kesehatan, data Survei Mawas Diri (SMD), dan indikator capaian masing-masing
program yang ada di Sudinkes Kota Jaktim. Selain data kesehatan, juga dibutuhkan
data determinan sosial. Data tersebut berupa data Kampung Kumuh dan Miskin
(Kumis) yang sebagian besar masyarakatnya hidup miskin dan lingkungannya kumuh.
“Iya yang namnya KUMIS, kampung kumuh dan miskin, yang warga-warganya kumuh
dan miskin”
20
Selain itu, juga dibutuhkan dari kecamatan kecamatan, Badan Pusat Statistik (BPS),
maupun Dukcapil untuk melengkapi data dalam menilai kebutuhan. Kedepannya DKI
Jakarta akan menggunakan satu jenis data yaitu Data Dasawisma yang mampu
menampung infomasi yang berkaitan dengan penduduk.
Setelah data berhasil dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah melakukan analisi data.
Analisis data dilakukan oleh Sudinkes Kota Jaktim dengan mengurukan data indikator
capaian program mulai dari yang tertinggi sampai terendah dan dibandingkan dengan
target yang ada. Data diperoleh dari tingkah bawah (data perorangan) hingga tingkat
atas (data kelurahan). Hasil analisi data tersebut disajikan dalam bentuk laporan (grafik,
tabel) dan diseminasi informasi hasil capaian program dengan mengadaan rapat
koordinasi lintas program. Dalam rapat itulah akan ditentukan prioritas masalah oleh
tim Sudinkes Kota Jakbar dengan menggunakan matrix USG yaitu dengan melihat
urgensi, keseriusan, dan kemungkinan perkembangan masalah.
B. Menentukan tujuan dan analisis target
Tujuan KPLDH adalah meningkatkan derajat kesehatan keluarga dengan target sasaran
program adalah keluarga yang terdiri dari pelayanan kesehatan ibu hamil,bersalin,
bayi, balita, usia sekolah dan remaja, pasangan usia subur, dan lansia dengan prinsip
continum of care (perawatan berkelanjutan) dengan target sasaran program adalah
seluruh anggota keluarga yang ada di wilayah binaan puskesmas Kota Jakarta Timur.
Hasil yang diharapkan dapat tercapai setelah program KPLD ini terlaksana adalah
tercapainya derajat kesehatan yang optimal dari masyarakat yang ada di wilayah kerja
puskemas dan dapat menjaring kasus resiko sehingga dapat dilakukan tindak lanjut
dengan rujukan berjengjang. Disamping itu, manfaat yang dapat dirasakan target
setelah implentasi program KPLDH adalah masyarakat mengetahui status kesehatan
seluruh anggota keluarga karena dalam datu tim KPLDH terdiri dari satu dokter, satu
bidan, dan satu perawat sehingga permasalahn kesehatan yang terjadi dapat
ditindaklanjuti.
“Masyarakat jadi tau tuh kesehatannya gimana, kan langsung turun ke lapangan jadi
kalau ada masalaha kita cepat tau. Kan itu satu tim ada doketer, bidan, perawat jadi
masalah-masalah lansia atau ibu hamil juga tau kan?”
Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan monitoring dan evaluasi Ya yang dilakukan
tiap bulan maupun tiap triwulan. Untuk monitoring tiap bulan berupa laporan masing-
21
4.1.3 Plan
A. Mengembangkan rencana strategis dan tindakan
Yang terlibat dalam pengembangan program KPLD adalah lintas sektor seperti kader,
PKK, RT, RW, lurah, camat dan instansi terkait seperti dasawisma, pertamanan, dan
pendidikan karena dalam program juga memperhatikan berbagai aspek seperti
lingkungan dan pengembangan kualitas keluarga. Permasalahan dalam pelaksanaan
program KPLDH adalah adanya tim yang rangkap tugas meskipun tupoksi tim tersebut
melakukan pengmbilan data di lapangan namun karena kekurangan tenaga didalam
pelayanan di puskesmas sehingga tim seringkali tidak bisa turun ke lapangan dan
kurangnya koordinasi antar program di puskesmas. Cara Sudinkes Kota Jaktim dalam
mengatasi masalah terebut adalah dengan meningkatan tupoksi tim dengan pembagian
tim perkelurahan, melakukan pengawasan dan pengaturan oleh kepala puskesmas dan
Sudinkes Kota Jaktim. Dengan adanya pembagian tugas (tim), adanya SK tim, ada juknis
program, dana, ada dukungan lintas program dan lintas sektor, serta ada indikator
capaian program maka program KPLDH ini siap untuk diimplementasikan.
“Ya karena ada SK Gubernur, juknis sudah ada, dana ADPD untuk keberlangsungan
program em..dengan bantuan lintas sektor dan program tadi juga ”
4.1.4 Implement
A. Mengembangkan intervensi
Implementasi program KPLDH dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat Sudinkes
sampai puskesmas dan pelaksanaan sesuai tupoksi masing-masing.
Implementasi program KPLDH sudah sesuai dengan rencana meskipun ada beberapa
kendala (rangkap tugas tim KPLDH dan kurangnya koordinasi lintas program sehingga
terkadang pelaksanaan tidak sesuai jadwal dan target tidak tercapai ) sehingga Sudinkes
Kota jaktim memberikan keleluasaan bagi puskesmas membuat rencana dan target
pelaksanaan program sehingga sesuai dengan kondisi dan kemampuan puskesmas
tersebut. Selain itu untuk mengatasi kendala tersebut, Sudinkes Kota jaktim akan
menginstruksikan agar pengaturan jadwal lebih konsisten oleh tim dan diawasi oleh
kepala puskesmas dan dengan menambah jumlah tim perkelurahan yaitu jadi 2-3 tim
/kelurahan.
Komitmen dalam pelaksanaan program KPLDH pada Sudinkes Kota Jaktim sangat
bagus karena program KPLDH leading sectornya adalah program promkes.
B. Menerapkan pemasaran sosial
Tidak dilakukan pemasaran sosial pada program KPLDH ini. Pemasaran dilakukan
hanya melalui lintas sektor yang turut memperkenalkan program ini dengan tetap
dilakukan pendampingan oleh Sudinkes Kota jaktim.
23
“Nggak, kita hanya lintas sektor, biasanya dia yang memperkenalkan, dengan
pendampingan kita”
4.1.5 Track
Terdapat dua jenis monitoring dan evaluasi dalam KPLDH ini, yaitu monitoring
bulanan (berupa laporan ttiap-tiap puskemas) dan tiap triwulan yang melibatkan semua
program yang ada di Sudinkes Kota jaktim. Indikator keberhasilan program KPLD ini sudah
tercapai sesuai perencanaan dengan sistem pelaporan program berbasis elektronik, yaitu e-
puskemas. Pelaksanaan program sudah berjalan sesuai prosedur dengan jumlah data yang
telah masuk sebanyak 70-80 %. Pelaksaan program juga tetap sasaran karena program
dilaksanakan dengan cara door to door. Monitoring dan evaluasi juga dilakukan dengan
respon masyarakat setelah program berajalan. Hal ini dilakukan dengan menilai kepuasan
masyarakat pada program KPLD yang diletakkan di puskesmas-puskesmas se Kota jakarta
Timur. Formulir kepuasan didapatkan dari dinas kesehatan yang dimodifikasi oleh masing-
masing puskemas sesuai dengan kebutuhan puskemas tersebut.
4.2 Pembahasan
Program Ketuk Pintu Layani dengan Hati dalam penyelenggaraannya menggunakan
pendekatan continuum of care, dengan prinsip mengutamakan upaya promotif dan preventif,
paradigma sehat, pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat, dokter keluarga dan
berbasis komunitas serta kerjasama dengan lintas sektor dan lintas program di wilayah kerja.
Ketuk Pintu Layani dengan Hati yang selanjutnya disingkat KPLDH adalah pendekatan
pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif yang diawali dengan
pendataan setiap rumah dan/atau pintu rumah sampai dengan pemenuhan hak-hak kesehatan
dasarnya, pemantauan status kesehatan keluarga hingga evaluasi hasilnya, termasuk
kewajiban keluarga menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (Dinkes DKI Jakarta, 2017)
4.2.1 Mobilize
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Timur
(Sudinkes Kota Jaktim) sudah menciptakan kemitraan dengan baik, hal ini terlihat dari
kerjasama mitra lintas program dan lintas sektoral saling bekerja sama dalam melaksanakan
program KPLDH.
24
Hal ini sejalan dengan penelitian Arifada (2015), yaitu dalam aspek input dan process
sistem kemitraan yang baik dapat menghasilkan hasil yang baik untuk mencapai hasil sesuai
dengan target yang ditetapkan pemerintah.
4.2.2 Asses
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Timur
(Sudinkes Kota Jaktim) sudah menilai kebutuhan program KPLDH yang sudah ditentukan
indikator capaian masing-masing program. Dalam menentukan prioritas masalah, Sudinkes
Kota Jaktim melihat data indikator capaian program mulai dari yang tertinggi sampai
terendah. Untuk mencapai tujuan, Sudinkes Kota Jaktim melakukan monitoring dan evaluasi
selama pelaksanaan KPLDH.
Hal ini sejalan dengan penelitian Symond (2013) , yaitu dalam penetapan prioritas
masalah kesehatan berdasarkan pencapaian program tahunan yang dilakukan adalah dengan
membandingkan antara target yang ditetapkan dari setiap program dengan hasil pencapaian
dalam kurun waktu 1 tahun. Dalam penetapan prioritas alternatif pemecahan masalah untuk
intervensi harus dilihat juga efektifitas dan efisiensinya.
4.2.3 Plan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Timur
(Sudinkes Kota Jaktim) dalam pengembangan program KPLDH memperhatikan berbagai
aspek seperti lingkungan dan pengembangan kualitas keluarga. Dalam pelaksanaan KPLDH
juga terdapat permasalahan yaitu adanya tim yang melakukan tugas rangkap karena
kekurangan tenaga di dalam pelayanan puskesmas dan kurangnya koordinasi antar program
di puskesmas. Dalam mengatasi masalah tersebut, Sudinkes Kota Jaktim meningkatkan
tupoksi, melakukan pengawasan dan pengaturan oleh kepala puskesmas dan Sudinkes Kota
Jaktim.
Hal ini sejalan dengan penelitian Kawulur (2014), yaitu dalam perencanaan promosi
kesehatan masih terdapat masalah-masalah seperti kurangnya tenaga kesehatan, keterbatasan
dana yang mengakibatkan program-program promosi kesehatan tidak berjalan dengan baik,
petugas yang mempunyai tugas rangkap, dan ketersediaan sarana dan prasarana juga menjadi
kendala dalam melaksanakan program promosi kesehatan.
4.2.4 Implement
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Timur
(Sudinkes Kota Jaktim) dalam implementasi program KPLDH dilakukan secara berjenjang
25
mulai dari tingkat Sudinkes sampai puskesmas dan pelaksanaannya sudah sesuai dengan
tupoksi masing-masing. Implementasi program sudah berjalan sesuai dengan rencana namun
ada beberapa kendala yang dihadapi seperti tim yang memiliki tugas rangkap dan kurangnya
koordinasi lintas program.
Hal ini sejalan dengan penelitian Sari (2017), yaitu pendukung promosi kesehatan yang
utama adalah sumber daya manusia namun di puskesmas petugas promosi kesehatan
memegang tugas rangkap. Tenaga kesehatan yang bukan tenaga khusus promosi kesehatan
harus memiliki kemampuan berupa pengetahuan dan keterampilan dalam menyampaikan
informasi maupun konseling serta harus melakukan pelatihan di bidang promosi kesehatan.
Hal ini penting karena tenaga promosi kesehatan harus memiliki kapasitas di bidang promosi
kesehatan. Sehingga petugas dapat melaksanakan program promosi kesehatan sesuai dengan
prinsip promosi kesehatan.
4.2.5 Track
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Timur
(Sudinkes Kota Jaktim) dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan monitoring
bulanan dan tiap triwulan yang melibatkan semua program yang ada. Indikator program
sudah tercapai sesuai perencanaan dan pelaksanaaan program juga tepat sasaran karena
program dilaksanakan dengan cara door to door.
Hal ini sejalan dengan penelitian Yulianti (2018), yaitu manajemen promosi kesehatan
yang dilaksanakan secara lengkap meliputi penilaian kebutuhan, pelaksanaan, serta evaluasi
menjamin perbaikan secara berkelanjutan.
4.3.2 Saran
Mengupayakan agar tim yang ada tidak memiliki tugas rangkap sehingga tim lebih
fokus dalam melaksanakan tugas masing-masing dan meningkatkan koordinasi lintas
program untuk memaksimalkan program KPLDH yang merupakan program dari suku dinas
kesehatan Jakarta Timur.
27
DAFTAR PUSTAKA
Arifada, Aqsha Yuldan., Rochmah, Thini Nurul. 2015. Analisis Sistem Kemitraan dalam
Program Imunisasi berdasarkan Peran Perangkat Desa, Bidan Desa, dan Masyarakat.
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2
Buns, M. T., Pettitt, C. and Blanton, J. (2017) ‘Using the MAP-IT framework for
implementing a home-school physical education program at a university campus’, 4(3),
pp. 84–88.
Dinkes DKI Jakarta. 2017. Pedoman KPLDH diakses pada tanggal 13 Mei 2019 di
https://kupdf.net/download/pedoman-kpldh-2_5962d599dc0d6096362be319_pdf
Hansen, Sylvia.,etc. 2017. MAP-IT: A Pratical Tool for Planning Complex Behavior
Modification Interventions. Health Promotion Practice
Kawulur, Miryam Grace.,etc. 2014. Analisis Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di
Puskesmas Teling Atas Kecamatan Wanea Kota Manado. Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi. Manado
Kemenkes RI (2011) Promosi kesehatan di daerah bermaslaah Kesehatan: Panduan bagi
Petugas kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Martha, Evi. Kresno, Sudarti. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Bidang
Kesehatan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
McKenzie, Neiger, T. (2013) Planning, implementing, and evaluating health promotion
programs : a primer. 6th ed. United States of America: Pearson Education, Inc.
Pebrina Anita, Adisasmito Wiku B.W. Evaluasi Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan
Tentang PHBS Dalam Tatanan Rumah Tangga di Kotamadya Jakarta Timur Tahun
2013. http://www.digilib.ui.ac.id/naskahringkas/2016-06/S55587-Anita%20Pebrina
Sari, Intan Indah Kartika., Sulistyowati, Muji. 2017. Analisis Promosi Kesehatan di
Puskesmas Kalijudan terhadap PHBS Rumah Tangga Ibu Hamil. Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Airlangga. Surabaya
Symond, Denas. 2013. Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan dan Prioritas Jenis Intervensi
Kegiatan dalam Pelayanan Kesehatan di Suatu Wilayah. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Vol. 7 No. 2
Yulianti, Suryani.,etc. Peran Dokter pada Program Promosi Kesehatan di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kedokteran,
Universitas Islam Sultan Agung. Semarang
28
Lampiran 1 Matriks
Anda telah diundang untuk berpartisipasi sebagai informan pada wawancara yang
dilakukan oleh Universitas Indonesia untuk menunjang kajian mendalam mengenai
rencana dan evaluasi program promosi kesehatan sub program ketuk pintu layani
dengan hati (KPLDH) di suku dinas kesehatan Kota Jakarta Timur. tujuan utama dari
penelitian ini meliputi:
Informasi yang Anda berikan akan membantu kami dalam melakukan kajian guna
membuat rekomendasi yang akan mendukung perencanaan program promkes.
Berdasarkan penjelasan di atas, Anda memiliki hak untuk berpartisipasi atau tidak
berpartisipasi pada wawancara ini dan meninggalkan wawancara kapan saja. Selama
wawancara ini, akan dilakukan perekaman, pendokumentasian dan pencatatan manual
atas jawaban-jawaban yang Anda berikan. Terkait informasi yang Anda berikan,
nama Anda tidak akan disebutkan dalam laporan penelitian.
2