Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Derajat kesehatan di Indonesia saat ini masih tertinggal dari negaranegara lain. Berdasarkan laporan Human Development Report dari United
Nations Development Programme (UNDP), yang dirilis pada Oktober 2009,
peringkat Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia/IPM)
Indonesia pada tahun 2009 menurun dari posisi ke-107 pada 2006 menjadi
peringkat ke-111. Penilaian indeks ini dilakukan terhadap 182 negara. Bahkan,
untuk kawasan ASEAN pun, Indonesia hanya unggul dari Vietnam, Laos,
Myanmar, Kamboja, dan Timor Leste. Indonesia tertinggal dibandingkan
dengan Singapura yang menduduki peringkat ke-23, Brunei (30), Malaysia
(66), Thailand (86), dan Filipina (105). Angka IPM Indonesia adalah sebesar
0,734 pada tahun 2009 (publikasi UNDP terbaru ini didasarkan pada data tahun
2007). Semua ini menjadikan Indonesia masuk dalam kategori sedang. Karena
itu, diperlukan upaya yang lebih memadai bagi peningkatan derajat kesehatan
Indonesia.
Wujud

nyata

upaya

Pemerintah

Indonesia

(Departemen

Kesehatan/Depkes) adalah dengan menetapkan program jangka pendek 100


hari dan program jangka menengah depkes, yang disusun dalam sebuah
rencana strategis (renstra) Depkes periode 2010 2014. Diharapkan dengan
terealisasinya program tersebut akan tercapai paradigma yang kini dianggap
baru, yaitu: sehat itu indah dan sehat itu gratis, yang dilakukan dari pendekatan
sehat dan bukan dari pendekatan sakit. Yang dimaksud dengan pendekatan
sehat adalah usaha peningkatan kesehatan masyarakat dengan cara mencegah
masyarakat agar tidak terserang penyakit. Implikasi dari pendekatan ini adalah
program yang dijalankan harus fokus pada kegiatan pencegahan penyakit
(preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif) dibandingkan dengan
pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).
Berbagai bentuk lembaga pelayanan kesehatan masyarakat sudah ada di
Indonesia misalnya, rumah sakit, poliklinik, dan pusat kesehatan masyarakat
1

(puskesmas). Dari ketiga lembaga tersebut, puskesmas merupakan lembaga


yang paling tepat karena memberikan pelayanan kesehatan yang sejalan
dengan pendekatan sehat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Pusat Kesehatan Masyarakat yang
selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya di wilayah kerjanya.
Hal ini dikarenakan selain menjalankan fungsi kuratif, puskesmas juga
mempunyai peran dalam kegiatan preventif dan promotif, yang dapat dilihat
dari 3 fungsi puskesmas seperti yang disebutkan dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar
Puskesmas, yaitu (1) pusat penggerak pembangunan dan berwawasan
kesehatan; (2) pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat; (3) pusat
pelayanan kesehatan strata pertama.Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
puskesmas bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di
wilayah cakupan pelayanan puskesmas tersebut. Agar dapat memberikan
pelayanan yang maksimal maka diperlukan sumber daya yang memadai.
Dalam UU Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan disebutkan bahwa sumber
daya kesehatan merupakan semua perangkat keras dan perangkat lunak yang
diperlukan sebagai pendukung penyelenggaraan upaya kesehatan, meliputi: (a)
tenaga kesehatan; (b) sarana kesehatan; (c) perbekalan kesehatan; (d)
pembiayaan kesehatan; (e) pengelolaan kesehatan; (f) penelitian dan
pengembangan kesehatan.
Pada saat ini puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah
air. Jumlah Puskesmas di Indonesia yang tercatat sampai dengan akhir tahun
2013 sebanyak 9.655 unit, dengan rincian jumlah Puskesmas Perawatan
sebanyak 3.317 unit dan Puskesmas non perawatan sebanyak 6.338 unit,
jumlah ini meningkat dari tahun 2012 sebanyak 9.510 unit. (RISKESDAS,
2013).

Standar pelayanan kesehatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan


itu sendiri dan memainkan peranan yang penting dalam mengatasi masalah
mutu pelayanan kesehatan. Jika suatu organisasi pelayanan kesehatan ingin
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu secara taat azas atau
konsisten, keinginan tersebut harus dijabarkan menjadi suatu standar pelayanan
kesehatan atau standar prosedur operasional. Sesuai dengan Keputusan
MENPAN

(Menteri

Pendayagunaan

Aparatur

Negara)

No.

63/Kep/M.PAN/7/2003 tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan


publik sebagai penyempurnaan dari keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 81 Tahun 1995 tentang pedoman tata pelaksana
pelayanan umum.
Program Puskesmas dibagi menjadi dua yaitu program pokok dan program
penunjang. Program pokok Puskesmas meliputi : Promosi Kesehatan
(Promkes), Pencegahan Penyakit Menular (P2M), Program Pengobatan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), upaya peningkatan gizi, kesehatan ligkungan,
pencatatan dan pelaporan. Program tambahan atau penunjang Puskesmas yaitu
melayani dalam : kesehatan mata, kesehatan jiwa, kesehatan olahraga.
(RISKESDAS, 2013)
Di Indonesia sehat pada tahun 2015 merupakan target dari berbagai
program yang terdapat dalam MDGs, salah satu program tersebut adalah
menurunkan angka kematian balita sebesar 2/3 antara 1990 sampai 2015.
Untuk memenuhi program ini maka dibentuk dua indikator yaitu angka
kematian balita dan cakupan imunisasi campak pada usia satu tahun. Cakupan
imunisasi dan campak pada anak usia satu tahun terus meningkat setiap
tahunnya dalam rangka mencapai target MDGs sebesar 90 % tahun 2015.
(BPS MDGs. Indikator MDGs. 2000).
Pencapaian Target Kesehatan Ibu dan Anak Cakupan imunisasi campak
tahun 2010 sebesar 66,3% menurun dibandingkan tahun 2007 sebesar 75,4%.
Persentase rincian imunisasi pada tahun 2010 yaitu BCB 71,8%, polio 63,5%,
DPT-HB 51,0%, dan campak 66,3%. Jika dibandingkan dengan data pada
tahun 2007 imunisasi BCG 83,1% menurun sebesar 11,3%, imunisasi polio
69,4% menurun sebesar 5,9%, imunisasi DPT-HB g4,2% menurun sebesar
3

13,2%, dan imunisasi campak 75,4% menurun sebesar 9,1%. Namun angka ini
meningkat pada tahun 2011 sebesar 19% yaitu 85,3%. (Depkes, 2012)
Target AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000
kelahiran hidup. Sementara itu berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) (yang berkaitan
dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka ini masih cukup jauh dari target yang harus dicapai pada tahun
2015. Salah satu cara untuk menurunkan AKI di Indonesia adalah dengan
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan melakukan
persalinan difasilitas pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan terlatih yaitu
dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan.
Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan secara nasional pada tahun 2013 adalah
sebesar 90,88%. Cakupan ini terus menerus meningkat dari tahun ke tahun.
Sementara itu jika dilihat dari cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan yang terlatih menurut provinsi di Indonesia pada tahun 2013, tiga
provinsi dengan cakupan tertinggi adalah provinsi Jawa Tengah dengan
cakupan 99,89%, Sulawesi Selatan 99,78%, dan Sulawesi Utara 99,59%.
Sedangkan tiga provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua 33,31%,
Papua Barat (73,20%), dan Nusa Tenggara Timur (74,08%). (RISKESDAS,
2013)
Pencapaian Target Kesehatan Lingkungan tahun 2010 rumah sehat
pencapaiannya 73,3% sedangkan target nasional 100%, rumah bebas jentik
pencapaiannya 96,1% sudah berhasil mencapai target nasional 90%, keluarga
memakai jamban yang memenuhi syarat kesehatan pencapaiannya 60,2%
sedangkan target nasional 90%, rumah dengan SPAL yang memenuhi syarat
pencapaiannya 26,8% masih jauh dari target nasional 100%, Tempat-Tempat
Umum(TTU) yang diperiksa tahap I pencapaiannya sudah memenuhi target
nasional 100%, Tempat-Tempat Umum(TTU) yang memenuhi syarat tahap I
pencapaiannya 97,5% sudah hampir mencapai target nasional 100%, TempatTempat Umum(TTU) yang diperiksa tahap II pencapaiannya sudah memenuhi
target nasional 100%, Tempat-Tempat Umum(TTU) yang memenuhi syarat
4

tahap II pencapaiannya 91,3% sudah hampir mencapai target nasional 100%,


Sanitasi Air Bersih (SAB) yang diperiksa pencapaian 100% sudah berhasil
mencapai target nasional 85%, Sanitasi Air Bersih (SAB) yang memenuhi
syarat pencapaiannya 80,9% sudah hampir mencapai target nasional 85%,
Tempat Pengelola Makanan (TPM) yang diperiksa tahap I pencapaiannya
sudah memenuhi target nasional 100%, Tempat Pengelola Makanan (TPM)
yang memenuhi syarat tahap I pencapaiannya 80,9% sedangkan target nasional
100%, Tempat Pengelola Makanan (TPM) yang diperiksa tahap II
pencapaiannya sudah memenuhi target nasional 100%. (Depkes, 2012)
Pencapaian Target Gizi jumlah balita pada gizi buruk dan kurang menurut
hasil Riskesdas 2013 masih sebesar 19,6% (bandingkan dengan target RPJMN
sebesar 15% pada tahun 2014) dan terjadi peningkatan dibandingkan tahun
2010. Diperkirakan masih ada 4,5 juta balita dengan gizi dan gizi kurang yang
belum terdeteksi cakupan balita 6-59 bulan mendapatkan vitamin A pada tahun
2013 menurut hasil riskesdas adalah sebesar 75,5% sedikit lebih rendah
dibandingkan pengumpulan data rutin yaitu 83,9%. Target cakupan yang
diharapkan adalah 83% pada tahun 2013 dan 85% pada tahun 2014. Dengan
demikian jika berdasarkan data rutin, dapat dikatakan telah sesuai target,
namun jika melihat data Riskedas, masih dibutuhkan usaha yang lebih besar
untuk dapat mencapai target. Provinsi dengan cakupan terendah meneurut data
rutin adalah papua, Papua Barat dan Maluku sedangkan menurut Riskesdas
adalah Sumatra Utara, Papua dan Sulawesi Barat,Provinsi papua Barat dan
Maluku juga masih merupakan 10 provinsi dengan cakupan terendah.
(RISKESDAS, 2013)
Pencapaian Target Pencegahan dan Pemberantas Penyakit Menular Dari
667 orang hanya 618 (92,65%) orang ditemukan melaksanakan untuk MDA.
Tingkat cakupan adalah 80.42% dan tingkat kepatuhan yaitu dari orang yang
berhak menerima tablet yang benar-benar dikonsumsi itu adalah 67.96%.
Tingkat kepatuhan tertinggi (71,55%) pada 6-14 tahun dan kelompok usia
terendah (61,11%) dalam 2-5 tahun kelompok umur. Tingkat Kepatuhan yang
lebih tinggi diamati di antara perempuan (73,84%) dibandingkan dengan lakilaki sebagai (62,34%). Alasan ketidakpatuhan adalah (42,42%) orang tidak di
5

rumah, pada saat itu dan (37.37%) lupa untuk mengambil tablet, (11,11%)
orang tidak mengambil tablet karena takut efek samping. Hanya 1,90% orang
mengalami

efek

samping.

Sejauh

pengetahuan

tentang

MDA yang

bersangkutan (74,16%) memiliki pengetahuan tentang filariasis limfatik,


(69,16%) dan hanya (27,5%) memiliki pengetahuan tentang penularan
penyakit. Beberapa keluarga mengungkapkan kesulitan mereka dalam
memberikan tablet untuk anak-anak dalam kategori 2-5 tahun. (Depkes, 2012)
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat mengalami
peningkatan capaian, seperti rumah tangga dengan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) meningkat dari 27% pada tahun 2005 menjadi 48,66% pada
tahun 2008. Indikator lainnya seperti Desa Siaga sampai dengan tahun 2009
sudah lebih dari separuhnya tercapai (47.111 desa dari 70.000 desa). (Depkes,
2010)
Kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) merupakan suatu kegiatan
untuk pembinaan sikap dan keterampilan professional dalam bidang kesehatan
masyarakat yang juga merupakan salah satu wadah untuk sarana belajar
dilapangan dalam rangka pengembangan kemampuan dan pelatihan bagi calon
sarjana kesehatan masyarakat sehingga mampu mengenal dan mengetahui
struktur masyarakat yang ada di wilayah kerjanya dan cara kerja institusi
pelayanan kesehatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Program Kerja Puskesmas di Puskesmas
Padarincang di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Serang Tahun
2015.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum kondisi kesehatan masyarakat di Wilayah
Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Serang Tahun 2015.
b. Untuk mengetahui gambaran kegiatan program promosi kesehatan di
Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Serang Tahun 2015.

c. Untuk mengetahui gambaran kegiatan program kesehatan lingkungan di


Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Serang Tahun 2015.
d. Untuk mengetahui gambaran kegiatan

program

peningkatan gizi

masyarakat di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Serang Tahun


2015.
e. Untuk mengetahui gambaran kegiatan program pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Serang Tahun 2015.
f. Untuk mengetahui gambaran kegiatan program Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) dan KB di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Serang
Tahun 2015.
g. Untuk mengetahui gambaran kegiatan program Pelayanan Kesehatan/
Pengobatan Dasar di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Serang
Tahun 2015.
h. Untuk mengetahui gambaran program pengembangan puskesmas di
Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Serang Tahun 2015.
C. Manfaat PBL
1. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan evaluasi dan informasi bagi puskesmas terhadap programprogram yang telah direncanakan di Puskesmas Padarincang Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kabupaten Serang Tahun 2015.
2. Bagi STIKes Faletehan

Sebagai salah satu referensi dalam bidang kesehatan masyarakat, sebagai


media kerjasama yang sinergis antara STIKes Faletehan dengan Puskesmas
Padarincang, sebagai pengembang kualitas SDM yang profesional dan
menjalin silaturahmi yang berkesinambungan
3. Bagi Mahasiswa
Mendapatkan pengalaman belajar lapangan secara langsung kepada
mahasiswa sehingga mahasiswa dapat mengetahui tentang keadaan
kesehatan lingkungan sekitarnya yang dapat meningkatkan derajat

kesehatan di Puskesmas Padarincang Wilayah Kerja Dinas Kesehatan


Kabupaten Serang.
4. Bagi Masyarakat Padarincang
Agar dapat mengetahui hak dan kewajiban dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan masyarakat sesuai dengan standar pelayanan yang telah
ditentukan secara merata.
D. Ruang Lingkup
PBL (Pengalaman Belajar Lapangan) ini dilakukan di wilayah Kerja
Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang selama 2 minggu terhitung mulai
tanggal 27 April - 8 Mei 2015. PBL ini menggunakan data sekunder dengan
cara mengumpulkan data yang didapat dari Kecamatan dan Puskesmas
Padarincang serta pengambilan data melalui wawancara dengan petugas
kecamatan dan petugas di Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang.

BAB 2
8

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kesehatan Masyarakat
1. Definisi Kesehatan
Menurut WHO (1980) kesehatan yaitu suatu keadaan yang
sempurna baik sejahtera fisik, mental, dan sosial dan tidak semata-mata
suatu keadaan yang bebas dari penyakit atau kecacatan. Menurut UU
Kesehatan RI No.36 Tahun 2009, sehat adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
2. Definisi Masyarakat
Menurut Kontjaraningrat (2009) masyarakat adalah sekumpulan
manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi.
Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana agar warganya dapat
saling berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut
suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh
rasa identitas bersama.
3. Definisi Kesehatan Masyarakat
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan kiat untuk mencegah
penyakit, memperpanjang harapan hidup dan meningkatkan kesehatan dan
efisiensi masyarakat. Melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk
sanitasi lingkungan, pengendalian penyakit menular, pendidikan higien
perseorangan, mengorganisir pelayanan medis dan perawatan agar dapat
dilakukan diagnosis dini dan pengobatan pencegahan serta membangun
mekanisme sosial, sehingga setiap insan dapat menikmati standar
kehidupan yang cukup baik untuk memelihara kesehatan. (Prof. Dr.
Soekidjo Notoatmodjo, 2007)

a. Aspek kesehatan masyarakat


9

Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai


seni atau penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain sebagai
berikut :
1) Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular
2) Perbaikan sanitasi lingkungan
3) Perbaikan lingkungan pemukiman
4) Pemberantasan vektor
5) Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat
6) Pelayanan kesehatan ibu dan anak
7) Pembinaan gizi masyarakat
8) Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum
9) Pengawasan obat dan minuman
10) Pembinaan peran serta masyarakat, dan sebagainya.
B. Konsep Puskesmas
1. Definisi Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014, puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan

pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga

membina peran serta masyarakat & memberikan pelayanan secara


menyeluruh & terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok. (Departemen Kesehatan RI, 2010)
Dengan

kata

lain

puskesmas

mempunyai

wewenang

dan

tanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah


kerjanya.

10

2. Tujuan Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014, Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di
puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang:
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat.
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
c. Hidup dalam lingkungan sehat; dan
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
3. Prinsip Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014, Prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi:
a. Paradigma sehat;
b. Pertanggungjawaban wilayah;
c. Kemandirian masyarakat;
d. Pemerataan;
e. Teknologi tepat guna; dan
f. Keterpaduan dan kesinambungan.
4. Peran Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014, Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan
kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
5. Fungsi dan Wewenang Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014, dalam melaksanakan tugasnya,
Puskesmas menyelenggarakan fungsi:
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya;

11

Puskesmas berwenang untuk:


1) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
Masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
3) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
Masyarakat dalam bidang kesehatan;
4) Menggerakkan
menyelesaikan

masyarakat
Masalah

untuk
kesehatan

mengidentifikasi
pada

setiap

dan
tingkat

perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain


terkait;
5) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat;
6) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas;
7) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
8) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan
9) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

Puskesmas berwenang untuk:


1) Menyelenggarakan

Pelayanan

Kesehatan

dasar

secara

komprehensif, berkesinambungan dan bermutu;


2) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif;
3) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat;
4) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
5) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif
dan kerja sama inter dan antar profesi;
12

6) Melaksanakan rekam medis;


7) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu
dan akses Pelayanan Kesehatan;
8) Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
9) Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
10) Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan
Sistem Rujukan.
Selain menyelenggarakan fungsi yang telah disebutkan Puskesmas
juga dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan Tenaga Kesehatan.
6. Kategori Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang
didasarkan pada kebutuhan dan kondisi masyarakat, Puskesmas dapat
dikategorikan berdasarkan karakteristik wilayah kerja dan kemampuan
penyelenggaraan.
Berdasarkan

karakteristik

wilayah

kerjanya,

Puskesmas

dikategorikan menjadi:
a. Puskesmas kawasan perkotaan;
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas kawasan
perkotaan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Memprioritaskan pelayanan UKM;
2) Pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi
masyarakat;
3) Pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau
masyarakat;
4) Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan
Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan; dan
5) Pendekatan pelayanan yang diberikan berdasarkan kebutuhan dan
permasalahan yang sesuai dengan pola kehidupan masyarakat
perkotaan.
13

b. Puskesmas kawasan pedesaan;


Penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas kawasan
pedesaan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi
masyarakat;
2)

Pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas


Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat;

3)

Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan


Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan; dan

4)

Pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola


kehidupan masyarakat perdesaan.

c. Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil.


Penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas kawasan
terpencil dan sangat terpencil memiliki karakteristik sebagai berikut:
1)

Memberikan pelayanan UKM dan UKP dengan penambahan


kompetensi tenaga kesehatan;

2) Dalam pelayanan UKP dapat dilakukan penambahan kompetensi


dan kewenangan tertentu bagi dokter, perawat, dan bidan;
3) Pelayanan UKM diselenggarakan dengan memperhatikan kearifan
lokal;
4) Pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola
kehidupan masyarakat di kawasan terpencil dan sangat terpencil;
5) Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan
Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan; dan
6) Pelayanan UKM dan UKP dapat dilaksanakan dengan pola gugus
pulau/cluster dan/atau pelayanan kesehatan bergerak untuk
meningkatkan aksesibilitas.
Berdasarkan

kemampuan

penyelenggaraan,

Puskesmas

dikategorikan menjadi:

14

a. Puskesmas

non

menyelenggarakan

rawat

inap

pelayanan

adalah
rawat

Puskesmas
inap,

yang

kecuali

tidak

pertolongan

persalinan normal.
b. Puskesmas rawat inap Puskesmas yang diberi tambahan sumber daya
untuk menyelenggarakan pelayanan rawat inap, sesuai pertimbangan
kebutuhan pelayanan kesehatan.
7.

Upaya Kesehatan Puskesmas


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75

Tahun

2014,

Puskesmas

menyelenggarakan

upaya

kesehatan

masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat


pertama.
a. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama
Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan
masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan.
1)

Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi:


a) Pelayanan promosi kesehatan;
b) Pelayanan kesehatan lingkungan;
c) Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;
d) Pelayanan gizi; dan
e) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

2) Upaya kesehatan masyarakat pengembangan


Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya
kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang
sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi
pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan,
kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia
di masing-masing Puskesmas.

b. Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama

15

Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam


bentuk:
1)

Rawat jalan;

2)

Pelayanan gawat darurat;

3)

Pelayanan satu hari (one day care);

4)

Home care; dan/atau

5)

Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan


kesehatan.

8.

Program Kerja Puskesmas


a. Program promosi kesehatan
1) Definisi Promosi Kesehatan
Menurut Kepmenkes RI No.585/Menkes/SK/V/2007 Promosi
Kesehatan adalah promosi kesehatan adalah upaya

untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari,


oleh, untuk. dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong
diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan
didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Berdasarkan definisi tersebut serta sejalan dengan visi, misi
Departemen Kesehatan dan fungsi puskesmas khususnya dalam
penggerakan dan pemberdayaan keluarga dan masyarakat dapat
dirumuskan bahwa Promosi kesehatan puskesmas adalah upaya
puskesmas melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat untuk
mencegah

kesehatan

puskesmas

puskesmas

melaksanakan

pemberdayaan kepada penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap


individu, keluarga serta lingkungannya secara mandiri dan
mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat.

2) Tujuan dari Promosi Kesehatan


16

Menurut

Kepmenkes

RI

No.585/Menkes/SK/V/2007

Secara

operasional, upaya promosi kesehatan di puskesmas bertujuan agar


masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
sebagai bentuk pemecahan masalah-masalah kesehatan yang
dihadapinya, baik masalah-masalah kesehatan yang diderita
maupun yang berpotensi mengancam, secara mandiri.
3) Ruang lingkup Promosi kesehatan
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof. Dr. Soekidjo
Notoadmodjo (2007), ruang lingkup promosi kesehatan dapat
dilihat dari dimensi aspek pelayanan kesehatan, dimensi tatanan
(setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan dan dimensi
tingkat pelayanan.
a. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup
empat aspek pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif
1) Pelayanan promotif (peningkatan kesehatan) dan preventif
(pencegahan), adalah pelayanan bagi kelompok masyarakat
yang sehat, agar kelompok itu tetap sehat bahkan meningkat
status kesehatannya.
2) Pelayanan kuratif
(pemulihan

(pengobatan)

kesehatan),

adalah

dan

rehabilitative

pelayanan

kelompok

masyarakat yang sakit, agar kelompok ini sembuh dari


sakitnya dan menjadi pulih kesehatannya.
b. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan
Pelaksanaan
Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi :
1) Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
2) Promosi kesehatan pada tatanan sekolah
3) Promosi kesehatan ditempat kerja.
4) Promosi kesehatan di tempat-tempat umum
5) Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan
c. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan
Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi
kesehatan

dapat

dilakukan

berdasarkan

lima

tingkat

pencegahan (five level of prevention) dari Leavel and Clark.


17

1) Promosi kesehatan ( health promotion)


Dalam tingkat ini dilakukan pendidikan
misalnya

kesehatan,

dalam peningkatan gizi, kebiasaan hidup,

perbaikan sanitasi lingkungan seperti penyediaan air rumah


tangga yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah,
kotoran, air limbah, hygiene perorangan, rekreasi, sex
education, persiapan memasuki kehidupan pra nikah dan
persiapan menopause. Usaha ini merupakan pelayanan
terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya.
2) Perlindungan khusus (specific protection)
Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan
khusus, pendidikan kesehatan. Hal ini karena kesadaran
masyarakat

tentang

pentingnya

imunisasi

sebagai

perlindungan terhadap penyakit pada dirinya maupun anakanaknya masih rendah. Selain itu pendidikan kesehatan
diperlukan sebagai pencegahan terjadinya kecelakaan baik
ditempat-tempat umum maupun tempat kerja. Penggunaan
kondom

untuk

mencegah

penularan

HIV/AIDS,

penggunaan sarung tangan dan masker saat bekerja sebagai


tenaga kesehatan.
3) Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and
prompt treatment)
Tujuan utama dari usaha ini adalah :
a) Pengobatan yang setepat-tepatnya

dan

secepat-

cepatnya dari setiap jenis penyakit sehingga tercapai


b)

penyembuhan yang sempurna dan segera.


Pencegahan penularan kepada orang

c)

penyakitnya menular.
Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan

lain,

bila

sesuatu penyakit.
4)

Sasaran Promosi Kesehatan


Menurut panduan promkes Kepmenkes RI 2011, dalam
pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis
sasaran yaitu sasaran primer, sasaran sekunder dan sasaran tersier.
a) Sasaran Primer
18

Sasaran

primer

(utama)

upaya

promosi

kesehatan

sesungguhnya adalah pasien, individu sehat dan keluarga


(rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat.
b) Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik
pemuka informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan
lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan,
pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan
dan media massa.
c) Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang
berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan
bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat
memfasilitasi

atau

menyediakan

sumber

daya.

Mereka

diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS


pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga).
5)

Strategi Promosi Kesehatan


Menurut Kepmenkes

RI

No.585/Menkes/SK/V/2007

tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Puskesmas,


strategi dasar utama Promosi Kesehatan adalah
a) Pemberdayaan
b) Bina Suasana, dan
c) Advokasi, serta dijiwai semangat
d) Kemitraan.
Berdasarkan strategi dasar tersebut diatas, maka strategi
Promosi kesehatan puskesmas juga dapat mengacu strategi dasar
tersebut dan dapat dikembangkan sesuai sasaran, kondisi
puskesmas dan tujuan dari promosi tersebut.
6)

Kegiatan dari program promosi kesehatan menurut Peraturan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2014:
a) Penyuluhan kesehatan masyarakat
b) Sosialisasi program kesehatan
c) Pengembangan desa siaga
d) Upaya kesehatan berbasis masyarakat
e) Survey perilaku hidup bersih dan sehat
f) Penilaian strata posyandu

19

b. Program kesehatan lingkungan


1)

Definisi Kesehatan Lingkungan


Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
66 Tahun 2014, Kesehatan Lingkungan adalah upaya pencegahan
penyakit

dan/atau

gangguan

kesehatan

dari

faktor

risiko

lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik


dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial.
Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan
lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada
antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat
dari manusia.
2)

Tujuan Kesehatan Lingkungan


Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
66 Tahun 2014, Pengaturan Kesehatan Lingkungan bertujuan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik dari aspek fisik,
kimia, biologi, maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

3)

Ruang lingkup kesehatan lingkungan


Menurut WHO ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan :
a) Penyediaan Air Minum
b) Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran
c) Pembuangan Sampah Padat
d) Pengendalian Vektor
e) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
n)
o)

manusia
Higiene makanan, termasuk higiene susu
Pengendalian pencemaran udara
Pengendalian radiasi
Kesehatan kerja
Pengendalian kebisingan
Perumahan dan pemukiman
Aspek kesling dan transportasi udara
Perencanaan daerah dan perkotaan
Pencegahan kecelakaan
Rekreasi umum dan pariwisata

20

p) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan


epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.
q) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin
lingkungan.
4)

Standar Baku Mutu Kesehatan


Lingkungan
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
66 Tahun 2014, Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan ditetapkan pada media lingkungan yang
meliputi:
a) Air;
b) Udara;
c) Tanah;
d) Pangan;
e) Sarana dan bangunan; dan
f) Vektor dan binatang pembawa penyakit.
Media lingkungan yang ditetapkan Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan berada pada
lingkungan:
a) Permukiman : rumah dan perumahan, lembaga pemasyarakatan
dan rumah tahanan Negara, kawasan militer, panti dan rumah
singgah.
b) Tempat Kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis.
c) Tempat rekreasi : tempat bermain anak, bioskop, dan lokasi
wisata.
d) Tempat dan fasilitas umum : fasilitas kesehatan, fasilitas
pendidikan, tempat ibadah, hotel, rumah makan dan usaha lain
yang sejenis, sarana olahraga, sarana transportasi darat, laut,
udara, dan kereta api, stasiun dan terminal, pasar dan pusat
perbelanjaan, pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas
darat Negara dan tempat dan fasilitas umum lainnya.

5)

Kegiatan pokok dari program kesehatan lingkungan menurut


Departemen Kesehatan RI, 2009 :
21

a) Pengawasana SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah)


b) Pengawasan

SAMI-JAGA

(Sumber

Air

Minum-Jamban

Keluarga)
c) Pengawasan TTU (Tempat-tempat Umum)
d) Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
c. Program perbaikan gizi masyarakat
1)

Definisi Perbaikan Gizi Masyarakat


Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan
yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti (penguraian
makanan dari molekul besar menjadi molekul kecil), absorsi
(penyerapan makanan), transportasi, penyimpanan, metabolism dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta
menghasilkan energi. (Departemen Kesehatan RI, 2005)
Upaya perbaikan gizi masyarakat merupakan salah satu
upaya kesehatan wajib Puskesmas. Usaha perbaikan gizi meliputi
posyandu, panti pemulihan gizi dan keluarga sadar gizi.
(Departemen Kesehatan RI, 2006)

2)

Tujuan Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat


Menurut UU No. 36 tahun 2009, Upaya perbaikan gizi
masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perseorangan
dan masyarakat melalui :
a) Perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi
seimbang;
b) Perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan;
c) Peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan
kemajuan ilmu dan teknologi; dan
d) Peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.

3)

Ruang Lingkup Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat (UPGM)


Berdasarkan Keputusan Departemen Kesehatan RI Tahun
2006 bahwa ruang lingkup daripada

Upaya Perbaikan Gizi

masyarakat (UPGM) adalah :


a) Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
22

b) Upaya Perbaikan Gizi Sekolah (UPGS)


c) Upaya Perbaikan Gizi Insititusi (UPGI)
d) Upaya Perbaikan Gizi Pemuda (UPGP)
e) Klinik Gizi
4)

Kegiatan pokok dari program perbaikan gizi masyarakat


menurut Departemen Kesehatan RI, 2009 :
a) Penimbangan bayi dan balita (KMS)
b) Pelacakan dan perawatan gizi buruk
c) Penyuluhan gizi
d) Stimulasi dan deteksi dini tumbuh kembang anak
e) Pemberian kapsul vitamin A
-

6-11 bulan : 1 kapsul biru di berikan dalam 1 tahun


sekali

12-59 bulan : 1 kapsul merah di berikan dalam 1 tahun 2


kali

f) PMT (Pemberian Makanan Tambahan)


-

PMT pemulihan

PMT penyuluhan

g) Asi eksklusif
h) Kadar gizi
i) Pemberian garam beryodium
5)

Strategi UPGM
Berdasarkan Direktorat Bina Gizi Masyarakat Tahun 2006
Strategi dari Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

diantaranya

adalah:
a) Fokus pada penanggulangan KEK ( kekurangan energi kronis)
ibu hamil dan gizi kurang/buruk pada balita.
b) Kerjasama lintas sektor dan pemberdayaan masyarakat,
keluarga.
c) Keterpaduan lintas program (terkordinir dan terpadu) maupun
lintas sektor serta pemanfaatan kelembagaan yang ada.

23

d) Penerapan pengembangan standar tatalaksana gizi diberbagai


pelayanan kesehatan melalui peningkatan cakupan dan mutu
pelayanan gizi.
e) Pengembangan dan jaring kemitraan dengan LSM, Pemerintah
Daerah (PEMDA), Perseroan Terbatas (PT), Media Massa dan
Tokoh Masyarakat.Pengembangan dan jaring kemitraan ini
dapat mendorong ekonomi keluarga.
f) Pemantapan komitmen pemerintah melalui advokasi dan
sosialisasi.

d. Program Pengendalian & Pemberantasan Penyakit Menular

(P2PM)
1)

Pemberantasan Penyakit Menular


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 82 Tahun 2014, Penyakit Menular adalah penyakit yang
dapat menular ke manusia yang disebabkan oleh agen biologi,
antara lain virus, bakteri, jamur, dan parasit.
Berdasarkan

cara

penularannya,

Penyakit

Menular

dikelompokkan menjadi:
a) Penyakit menular langsung:
Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio,Campak, Typhoid, Kolera,
Rubella, Yellow Fever, Influensa, Meningitis, Tuberkulosis,
Hepatitis, Penyakit akibat Pneumokokus, penyakit akibat
Rotavirus, penyakit akibat Human Papiloma Virus (HPV),
penyakit virus ebola, MERS-CoV, Infeksi Saluran Pencernaan,
Infeksi Menular Seksual, Infeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV), Infeksi Saluran Pernafasan, Kusta dan Frambusia.
b) Penyakit tular vektor dan binatang pembawa penyakit: Malaria,
Demam Berdarah, Chikungunya, Filariasis dan Kecacingan,
Schistosomiasis, Japanese Enchepalitis, Rabies, Antraks, Pes,
Toxoplasma, Leptospirosis, Flu Burung (Avian Influenza) dan
West Nile.
24

Penanggulangan Penyakit Menular adalah upaya kesehatan


yang mengutamakan aspek promotif dan preventif yang ditujukan
untuk menurunkan dan menghilangkan angka kesakitan, kecacatan,
dan kematian, membatasi penularan, serta penyebaran penyakit
agar tidak meluas antardaerah maupun antarnegara serta berpotensi
menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Penanggulangan Penyakit
Menular dilakukan melalui upaya pencegahan, pengendalian, dan
pemberantasan.
Upaya pencegahan dilakukan untuk memutus mata rantai
penularan, perlindungan spesifik, pengendalian faktor risiko,
perbaikan gizi masyarakat dan upaya lain sesuai dengan ancaman
Penyakit

Menular.

Upaya

pengendalian

dilakukan

untuk

mengurangi atau menghilangkan faktor risiko penyakit dan/atau


gangguan kesehatan. Upaya pemberantasan dilakukan untuk
meniadakan sumber atau agen penularan, baik secara fisik, kimiawi
dan biologi.
2)

Tujuan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 82 Tahun 2014, bertujuan untuk :
a) Melindungi masyarakat dari penularan penyakit;
b) Menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat
penyakit menular; dan
c) Mengurangi dampak sosial, budaya, dan ekonomi akibat
penyakit menular pada individu, keluarga, dan masyarakat.

3) Ruang Lingkup
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 82 Tahun 2014, ruang lingkup ini meliputi penetapan
kelompok dan jenis Penyakit Menular, penyelenggaraan, sumber
daya kesehatan, koordinasi, jejaring kerja dan kemitraan, peran

25

serta masyarakat, penelitian dan pengembangan, pemantauan dan


evaluasi, pencatatan dan pelaporan, serta pembinaan dan
pengawasan.
4) Kegiatan Penanggulangan Penyakit Menular
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
82

Tahun

2014,

pemberantasan

Upaya

dalam

pencegahan,

Penanggulangan

pengendalian,
Penyakit

dan

Menular

dilakukan melalui kegiatan:


a) Promosi kesehatan;
b) Surveilans kesehatan;
c) Pengendalian faktor risiko;
d) Penemuan kasus;
e) Penanganan kasus;
f) Pemberian kekebalan (imunisasi)
g) Pemberian obat pencegahan secara massal; dan
h) Kegiatan lainnya yang ditetapkan oleh menteri.
e. Program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) & KB (Keluarga
Berencana)
1)

KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan KB (Keluarga Berencana)


Menurut Undang-Undang RI No. 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga,
Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya mengatur kelahiran
anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan,
melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah upaya
dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan
ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak balita serta
anak prasekolah.

26

2)

Tujuan Program Kesehatan Ibu Dan Anak & Keluarga


Berencana (KB)
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah
tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat
kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju
Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta
meningkatnya derajat

kesehatan anak untuk menjamin proses

tumbuh kembang optimal yang merupakan

landasan bagi

peningkatan kualitas manusia seutuhnya


Tujuan Program Keluarga Berencana adalah Memperbaiki
kesehatan dan kesejahteraan ibu,anak, keluarga, Mengurangi angka
kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa serta
Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR
yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka
kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah
kesehatan

reproduksi.

(http://www.lusa.web.id/program-kb-di-

indonesia/)
3)

Sasaran Program Keluarga Berencana (KB)


Sasaran program KB dibagi menjadi dua yaitu sasaran
langsung dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang
ingin dicapai. Sasaran langsung adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara
penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran
tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan
tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijakan
terpadu dalam rangka mencapai keluarga berkualitas, keluarga
sejahtera (Handayani, 2014).

4)

Sasaran Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


Sasaran kegiatan ini terbagi dua, yaitu:

27

a) Sasaran primernya adalah ibu hamil, ibu menyusui, dan anak


anak sampai dengan usia lima tahun
b) Sasaran sekundernya adalah dukun bersalin dan kader
kesehatan setempat.
5)

Kegiatan Pokok Dari Program Kesehatan Ibu dan Anak


Menurut Departemen Kesehatan RI, 2010:
a) Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa
kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan
(SPK).
Tenaga

kesehatan

yang

berkompeten

memberikan

pelayanan antenatal kepada Ibu hamil adalah : dokter spesialis


kebidanan, dokter, bidan dan perawat.
b) Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah
pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan di lapangan, masih
terdapat penolong. persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan
dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan.
Tenaga

kesehatan

yang

berkompeten

memberikan

pelayanan pertolongan persalinan adalah : dokter spesialis


kebidanan, dokter dan bidan.
c) Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan
sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca
bersalin oleh tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan ibu nifas adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter,
bidan dan perawat.
28

d) Pelayanan Kesehatan Neonatus


Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan
sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0
sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan
maupun melalui kunjungan rumah.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses
neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui
sedini mungkin bila terdapat kelainan/masalah kesehatan pada
neonatus.
e) Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan
neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah
kegiatan yang dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang
mempunyai faktor risiko dan komplikasi kebidanan.
f) Penanganan Komplikasi Kebidanan
Penanganan

komplikasi

kebidanan

adalah

pelayanan

kepada ibu dengan komplikasi kebidanan untuk mendapat


penanganan definitive sesuai standar oleh tenaga kesehatan
kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
g) Pelayanan neonatus dengan komplikasi
Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan
neonatus

dengan

menyebabkan

penyakit

kesakitan,

kecacatan

dokter/bidan/perawat

terlatih

puskesmas

rumah

PONED,

dan
di

kelainan
dan

kematian

polindes,

bersalin

dan

yang

dapat
oleh

puskesmas,
rumah

sakit

pemerintah/swasta.
h) Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan
sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada
29

bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan


11 bulan setelah lahir. Tenaga kesehatan yang dapat
memberikan pelayanan kesehatan bayi adalah : dokter spesialis
anak, dokter, bidan dan perawat.
6)

Kegiatan Pokok Program Keluarga Berencana menurut


Departemen Kesehatan RI, 2009:
a) Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
b) Imunisasi Calon Pengatin (TT Catin)
c) Pelayanan KB Pasangan Usia Subur (PUS)
d) Penyuluhan KB

f. Program pengobatan dasar


1)

Program Pengobatan Dasar


Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yaitu bentuk
pelayanan kesehatan untuk mendiagnosa, melakukan tindakan
pengobatan pada seseorang pasien dilakukan oleh seorang dokter
secara ilmiah berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama
anamnesis dan pemeriksaan. (Departemen Kesehatan RI, 2007)

2)

Tujuan Program Pengobatan Dasar


a) Meningkatkan pelayanan dan pengobatan pada penderita
Batuk, ISPA, diare, gastritis dan lainnya.
b) Pelayanan lebih ditingkatkan agar masyarakat lebih sering
mengunjungi pelayanan kesehatan.
c) Meningkatkan pelayanan pengobatan secara optimal pada
penderita. (Departemen Kesehatan RI, 2007)

3)

4)

Jenis-jenis Pengobatan Dasar


a) Pengobatan Dalam Gedung : Poli Umum, Poli Gigi (Rawat
Jalan), Apotek, Unit Gawat Darurat (UGD), Perawatan
Penyakit (Rawat Inap), Pertolongan Persalinan (Kebidanan)
b) Pengobatan Luar Gedung : Rujukan Kasus, Pelayanan
Puskesmas Keliling (Puskel). (Departemen Kesehatan RI,
2007)
Program kerja pengobatan
a) Melaksanakan diagnosa sedini mungkin melalui:
- Mendapatkan riwayat penyakit
30

Mengadakan pemeriksaan fisik


Mengadakan pemeriksaan laboratorium
- Membuat diagnosa
b) Melaksanakan tindakan pengobatan
Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu, rujukan
tersebut dapat berupa:
- Rujukan diagnostik
- Rujukan pengobatan atau rehabilitasi
- Rujukan lain, Program ini bertujuan untuk menjamin
ketersediaan, pemerataan, mutu, keterjangkauan obat,
perbekalan kesehatan rumah tangga dan kosmetika.
(Departemen Kesehatan RI, 2007)
5)

Kegiatan Pokok yang dilakukan antara lain:


a) Peningkatan ketersediaan dan pemerataan obat dan perbekalan
kesehatan diseluruh puskesmas dan jaringannya
b) Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan
c) Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan
kesehatan terutama untuk penduduk miskin
d) Peningkatan mutu pelayanan farmasi, komunitas dan rumah
sakit. (Departemen Kesehatan RI, 2007)

C. Standar Pelayanan Minimal Kesehatan


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.741/Menkes/Per/VII/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota,
Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan selanjutnya disebut SPM
Kesehatan

adalah

tolok

ukur

kinerja

pelayanan

kesehatan

yang

diselenggarakan Daerah Kabupaten/Kota.


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.828/Menkes/SK/IX/2008
tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di
Kabupaten/Kota, Indikator kinerja SPM bidang kesehatan adalah tolok ukur
prestasi kuantitatif dan kualitatif di bidang kesehatan yang digunakan untuk
menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian
SPM bidang kesehatan di Kab/Kota berupa masukan, proses, hasil, dan/atau
manfaat pelayanan.
31

1. Cakupan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.741/Menkes/Per/VII/2008,
SPM Kesehatan berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang meliputi jenis
pelayanan beserta indikator kinerja dan target Tahun 2010 Tahun 2015:
a. Pelayanan Kesehatan Dasar :
1)

Cakupan kunjungan Ibu hamil K4 95 % pada Tahun


2015;

2) Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80 % pada Tahun


2015;
3) Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan 90% pada Tahun 2015;
4) Cakupan pelayanan nifas 90% pada Tahun 2015;
5) Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 80% pada
Tahun 2010;
6) Cakupan kunjungan bayi 90%, pada Tahun 2010;
7) Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
100% pada Tahun 2010;
8) Cakupan pelayanan anak balita 90% pada Tahun 2010;
9) Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6
24 bulan keluarga miskin 100 % pada Tahun 2010;
10) Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100% pada Tahun
2010;
11) Cakupan Penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 100 %
pada Tahun 2010;
12) Cakupan peserta KB aktif 70% pada Tahun 2010;
13) Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit 100% pada
Tahun 2010;
14) Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin 100% pada
Tahun 2015.
b. Pelayanan Kesehatan Rujukan

32

1) Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin


100% pada Tahun 2015;
2) Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan
sarana kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota 100 % pada Tahun 2015.
c. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar
Biasa /KLB
Cakupan

Desa/

Kelurahan

mengalami

KLB

yang

dilakukan

penyelidikan epidemiologi < 24 jam 100% pada Tahun 2015.


d. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Cakupan
Desa Siaga
Aktif 80% pada Tahun 2015.
2. Ruang Lingkup
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.828/Menkes/SK/IX/2008,
Ruang lingkup panduan perencanaan pembiayaan pencapaian SPM bidang
kesehatan, meliputi:
a. Rencana Pencapaian SPM
b. Pengintegrasian rencana pencapaian SPM dalam bentuk dokumen
perencanaan dan penganggaran
c. Mekenisme

pembelanjaan

penerapan

SPM

dan

perencanaan

pembiayaan pencapaian SPM bidang kesehatan di Kab/Kota


d. Sistem penyampaian informasi rencana dan realisasi pencapaian target
tahunan SPM kepada masyarakat

33

BAB III
TAHAP KEGIATAN PBL

A. Tahap Persiapan
Persiapan untuk melaksanakan Praktek Belajar Lapangan (PBL), adalah:
1. Membuat rancangan proposal PBL.
2. Meminta surat pengantar/rekomendasi kepada pihak institusi STIKes
Faletehan untuk meminta izin yang berkaitan dengan rencana kegiatan PBL
di puskesmas Padarincang.
3. Mengajukan surat izin PBL dari institusi STIKes Faletehan ke puskesmas
Padarincang.
4. Mengadakan pendekatan ke lokasi tempat PBL yaitu puskesmas
Padarincang.
B. Tahap Pelaksanaan
Tabel. 3.1
Jadwal pelaksanaan kegiatan PBL tahun akademik 2014/2015

No

Kegiatan

Bulan
April

Mei

Tempat
34

1
2

Pembekalan
Penyusunan

Kampus
Kampus

Proposal
Penyerahan

Kampus

Proposal
Persentasi

Kampus

Proposal
Pelaksanaan

Puskesmas

PBL
Penyusunan
Laporan

Kampus/
Puskesmas

Penyerahan
Draf Laporan

Kampus

Persentasi
Laporan PBL

Puskesmas

Penyerahan
Laporan
Akhir

Kampus

C. Kegiatan Harian PBL


JADWAL PBL MAHASISWA PSKM STIKES FALETEHAN 2015
MINGGU KE 1
No

Nama Mahasiswa

Hari / Tanggal / Tahun

Tempat

Reffita Yuliartri

Senin, 27 April 2015

KIA

Selasa, 28 April 2015

KesLing

Rabu, 29 April 2015

PromKes

Kamis , 30 April 2015

P2M

Jumat , 01 Mei 2015

LIBUR NASIONAL

Sabtu, 02 Mei 2015

Program Tambahan

Minggu , 03 Mei 2015

LIBUR

Senin, 27 April 2015

KesLing

Selasa, 28 April 2015

PromKes

Shinta Widyaningrum

35

Septi Dwi

Mufita Purnamayanti

Intan Nabilah

Ipah

Rabu, 29 April 2015

P2M

Kamis, 30 April 2015

Gizi

Jumat , 01 Mei 2015

LIBUR NASIONAL

Sabtu, 02 Mei 2015

Program Tambahan

Minggu, 03 Mei 2015

LIBUR

Senin, 27 April 2015

PromKes

Selasa, 28 April 2015

P2M

Rabu, 29 April 2015

Gizi

Kamis, 30 April 2015

KIA

Jumat, 01 Mei 2015

LIBUR NASIONAL

Sabtu, 02 Mei 2015

Program Tambahan

Minggu, 03 Mei 2015

Libur

Senin, 27 April 2015

P2M

Selasa, 28 April 2015

Gizi

Rabu, 29 April 2015

KIA

Kamis, 30 April 2015

KesLing

Jumat, 01 Mei 2015

LIBUR NASIONAL

Sabtu, 02 Mei 2015

Program Tambahan

Minggu, 03 Mei 2015

LIBUR

Senin, 27 April 2015

Gizi

Selasa, 28 April 2015

KIA

Rabu, 29 April 2015

KesLing

Kamis, 30 April 2015

PromKes

Jumat, 01 Mei 2015

LIBUR NASIONAL

Sabtu, 02 Mei 2015

Program Tambahan

Minggu, 03 Mei 2015

LIBUR

Senin, 27 April 2015

KIA

36

Rizki Firnanda

Arendra

Irfan Nur Hakim

Selasa, 28 April 2015

KesLing

Rabu, 29 April 2015

PromKes

Kamis, 30 April 2015

P2M

Jumat, 01 Mei 2015

LIBUR NASIONAL

Sabtu, 02 Mei 2015

Program Tambahan

Minggu, 03 Mei 2015

LIBUR

Senin, 27 April 2015

KesLing

Selasa, 28 April 2015

PromKes

Rabu, 29 April 2015

P2M

Kamis, 30 April 2015

Gizi

Jumat, 01 Mei 2015

LIBUR NASIONAL

Sabtu, 02 Mei 2015

Program Tambahan

Minggu, 03 Mei 2015

LIBUR

Senin, 27 April 2015

PromKes

Selasa, 28 April 2015

P2M

Rabu, 29 April 2015

Gizi

Kamis, 30 April 2015

KIA

Jumat, 01 Mei 2015

LIBUR NASIONAL

Sabtu, 02 Mei 2015

Program Tambahan

Minggu, 03 Mei 2015

LIBUR

Senin, 27 April 2015

P2M

Selasa, 28 April 2015

Gizi

Rabu, 29 April 2015

KIA

Kamis, 30 April 2015

KesLing

Jumat, 01 Mei 2015

LIBUR NASIONAL

Sabtu, 02 Mei 2015

Program Tambahan

Minggu, 03 Mei 2015

LIBUR

37

10

Dedi Gunawan

Senin, 27 April 2015

Gizi

Selasa, 28 April 2015

KIA

Rabu, 29 April 2015

KesLing

Kamis, 30 April 2015

PromKes

Jumat, 01 Mei 2015

LIBUR NASIONAL

Sabtu, 02 Mei 2015

Program Tambahan

Minggu, 03 Mei 2015

LIBUR

MINGGU KE 2
No

Nama Mahasiswa

Hari / Tanggal / Tahun

Tempat

Reffita Yuliartri

Senin, 04 Mei 2015

KesLing

Selasa,05 Mei 2015

PromKes

Rabu, 06 Mei 2015

P2M

Kamis, 07 Mei 2015

Gizi

Jumat, 08 Mei 2015

KIA

Sabtu, 09 Mei 2015

Program Tambahan

Minggu, 10 Mei 2015

LIBUR

Senin, 04 Mei 2015

PromKes

Selasa,05 Mei 2015

P2M

Rabu, 06 Mei 2015

Gizi

Kamis, 07 Mei 2015

KIA

Jumat, 08 Mei 2015

KesLing

Sabtu, 09 Mei 2015

Program Tambahan

Minggu, 09 Mei 2015

LIBUR

Senin, 04 Mei 2015

P2M

Selasa,05 Mei 2015

Gizi

Rabu, 06 Mei 2015

KIA

Shinta
Widyaningrum

Septi Dwi

38

Mufita

Intan Nabilah

Ipah

Rizki Firnanda

Kamis, 07 Mei 2015

KesLing

Jumat, 08 Mei 2015

PromKes

Sabtu, 09 Mei 2015

Program Tambahan

Minggu, 10 Mei 2015

LIBUR

Senin, 04 Mei 2015

Gizi

Selasa,05 Mei 2015

KIA

Rabu, 06 Mei 2015

KesLing

Kamis, 07 Mei 2015

PromKes

Jumat, 08 Mei 2015

P2M

Sabtu, 09 Mei 2015

Program Tambahan

Minggu, 10 Mei 2015

LIBUR

Senin, 04 Mei 2015

KIA

Selasa,05 Mei 2015

KesLing

Rabu, 06 Mei 2015

PromKes

Kamis, 07 Mei 2015

P2M

Jumat, 08 Mei 2015

Gizi

Sabtu, 09 Mei 2015

Program Tambahan

Minggu, 10 Mei 2015

LIBUR

Senin, 04 Mei 2015

KIA

Selasa,05 Mei 2015

KesLing

Rabu, 06 Mei 2015

PromKes

Kamis, 07 Mei 2015

P2M

Jumat, 08 Mei 2015

Gizi

Sabtu, 09 Mei 2015

Program Tambahan

Minggu, 10 Mei 2015

LIBUR

Senin, 04 Mei 2015

Gizi

Selasa,05 Mei 2015

KIA

39

10

Arendra

Irfan Nur Hakim

Dedi Gunawan

Rabu, 06 Mei 2015

KesLing

Kamis, 07 Mei 2015

PromKes

Jumat, 08 Mei 2015

P2M

Sabtu, 09 Mei 2015

Program Tambahan

Minggu, 10 Mei 2015

LIBUR

Senin, 04 Mei 2015

P2M

Selasa,05 Mei 2015

Gizi

Rabu, 06 Mei 2015

KIA

Kamis, 07 Mei 2015

KesLing

Jumat, 08 Mei 2015

PromKes

Sabtu, 09 Mei 2015

Program Tambahan

Minggu, 10 Mei 2015

LIBUR

Senin, 04 Mei 2015

PromKes

Selasa,05 Mei 2015

P2M

Rabu, 06 Mei 2015

Gizi

Kamis, 07 Mei 2015

KIA

Jumat, 08 Mei 2015

KesLing

Sabtu, 09 Mei 2015

Program Tambahan

Minggu, 10 Mei 2015

LIBUR

Senin, 04 Mei 2015

KesLing

Selasa,05 Mei 2015

PromKes

Rabu, 06 Mei 2015

P2M

Kamis, 07 Mei 2015

Gizi

Jumat, 08 Mei 2015

KIA

Sabtu, 09 Mei 2015

Program Tambahan

Minggu, 10 Mei 2015

KesLing

D. Tahap Penulisan Laporan


40

Setelah laporan ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi


yang penyusun dapatkan di puskesmas Kabupaten Serang selama PBL,
selanjutnya data dan informasi tersebut dipelajari dan diolah secara cermat
kemudian dilengkapi dengan buku-buku dan literatur yang berhubungan
dengan permasalahan yang berkaitan, sehingga membentuk suatu laporan yang
terstruktur dan sistematis.
Tabel. 3.3
Jadwal pelaporan kegiatan PBL tahun akademik 2013/2014
Bulan

No

Kegiatan

Penyusunan
Laporan

Puskesmas /
Kampus

Penyerahan Draf
Laporan

Kampus

Persentasi Laporan
PBL

Puskesmas

Penyerahan
Laporan Akhir

Kampus

April

Mei

Tempat

41

Anda mungkin juga menyukai