Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KERJA PRAKTEK

DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI

Disusun Oleh :
Krista Julita (G1D115006)
Monika Mayang Sari (G1D115035)
Shaqina (G1D115036)
Arief Wicaksono (G1D115037)
Susila Sarki (G1D115038)
Nanda Agustian Simatupang (G1D115052)
Nurhadi (G1D115072)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JAMBI
2019
LEMBARAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Ruang Lingkup
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III KEGIATAN
3.1 Gambaran Umum
3.2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Jambi
3.3 Struktur Organisasi Bidang
3.4 Kegiatan Magang
3.5 Kegiatan / Permasalahan / Program Fokus Magang
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Perencanaan
4.2 Pengorganisasian
4.3 Pelaksanaan
4.4 Monitoring dan Evaluasi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, pendidikan dan pengajaran tinggi
merupakan penanggungjawab bagi terbentuknya manusia yang cakap dalam ilmu
pengetahuan, mengabdi pada masyarakat sehingga berperan serta dalam mewujudkan
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan
oleh bangsa Indoenesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk
agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pembangunan
kesehatan memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan
manusia pada setiap tahap kehidupan, sesuai dengan permasalahan kesehatan yang
dihadapi dan membangun manusia sebagai sumber daya pembangunan.
Penyelenggaran pembangunan kesehatan mengacu pada visi dan misi yang
tercantum dalam RENSTRA DEPKES (KEPMENKES No.31/2006). Adapun visi
Depkes adalah Masyarakat yang Mandiri untuk hidup sehat dan misi depkes adalah
membuat rakyat sehat. Keberhasilan pembnagunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh
tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil, dan ahli, serta memiliki
perencanaan kesehatan dan pembiayaan terpadu dengan justifikasi kuat dan logis yang
didukung oleh data dan informasi yang valid.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan
masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup
dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermurtu, adil, dan merata, serta memiliki derajat kesehatan
yang optimal di seluruh wilayah Indonesia.
Pembangunan kesehatan adalah konsep Paradigma Sehat yaitu pembangunan
kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan
kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) dibandingkan upaya
pelayanan penyembuhan atau pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitative) secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan menyebutkan
bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabadikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan. Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
tenaga kesehatan adalah melalui peningkatan kualitas pendidikan, khususnya yang
berbasis kesehatan masyarakat.
Kerja praktek merupakan bagian dari belajar mengajar dimana mahasiwa diberi
kesempatan untuk lebih memahami serta mampu dan terampil menggunkaan ilmu yang
telah dipelajari selama di kelas, sehingga diharapkan dapat dihasilkan lulusan S.K.M
yang professional dan dapat bekerja sesuia bidangnya di masyarakat. Kegiatan ini
merupakan salah satu metode pemebelajaran pada situasi nyata di masyarakat dengan
harapan mampu memberikan kesempatan mahasiwa untuk bisa mencapai kompetensi
yang berkaitan dengan mata kuliah Praktek Kerja Lapangan.
Kerja pratek diharapkan dapat memberikan pelatiha dan tambahna ilmu yang
bermanfaat bagi mahasiwa serta lebih mengenal dunia kerja. Hal tersebut merupakan
pengalaman yang benar-benar baru karena tidak diberikan dalam perkuliahan. Dengan
mengenal dunia situasi kerja yang ada di sebuah instansi kesehatan, mahasiswa
diharapkan bias lebih menggali kemampuan yang dimilikinya yang nnatinya bias
digunakan sebagai modal untuk bersaing dalam rangka mencari peluang kerja.
Berdasarkan kompetensi lulusan sarjana kesehatan masyarakat yaitu mampu
melakukan kajian dan analisis situasi, mengembangkan dan merancang kebijakan dan
program kesehatan, berkomunikasi secara efektif, memahami budaya setempat, mampu
melaksanakan pemberdayaan masyarakat, memiliki penguasaan ilmu kesehatan
masyarakat, mampu dalam merencanakan keuangan dan terampil dalam bidang
manajemen, memiliki kemampuan kepemimpinan dan berfikir sistem. Hal tersebut
relevan jika bisa bekerja sama di instansi kesehatan , maka dari itu mahasiwa
melakukan kerja praktek di Dinas Kesehatan Kota Jambi guna untuk menganalisa
sejauh mana kemampuan yang dimilikinya apakah sudah memenuhi kebutuhan dunia
kerja dan selanjutnya mahasiwa diharpkan dapat meningkatkan kemampuan agar
bermanfaat di dunia kerja.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu menerapkan keterampilan di bidang epidemiologi dengan
berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari selama proses perkuliahan
2. Mahasiswa dapat mengenal praktek dunia kerja mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi program pada unit-unit kerja
dengan mengembangkan wawasan berfikir keilmuan, kreatif dan inovatif
3. Mahasiswa dapat membuat laporan kerja praktek berdasarkan data yang
diperoleh dan dari pengamatan yang selanjutnya dapat dikembangkan oleh
mahasiswa dalam pembuatan skripsi
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari pelaksanaan kerja praktek ini dilakukan di bidang Pengendalian
dan Pencegahan Penyakit di Dinas Kesehatan Kota Jambi. Permasalahan yang akan di
bahas di laporan ini adalah .......

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dinas Kesehatan Kota Jambi
2.2 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
a. Penyakit Menular
Penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang
disebabkan oleh agen biologi (seperti virus, bakteria, atau parasit), bukan
disebabkan faktor fisik seperti luka bakar atau kimia seperti keracunan.
1. Pendekatan Epidemilogi untuk Penyakit Menular
a) Epidemiologic Triangle (Segitiga)
Model tradisional epidemiologi atau segitiga epidemiologi yang
dikemukakan oleh John Gordon dan La Richt (1950) yang menyebutkan
bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh tiga
faktor utama host (pejamu), agent (agen), environment (lingkungan).
b. Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular (PTM), dikenal juga sebagai penyakit kronis, tidak
ditularkan dari orang ke orang.1 Perkembangan penyakit tidak menular
umumnya lambat dan membutuhkan durasi yang panjang. Berdasarkan profil
WHO mengenai penyakit tidak menular di Asia Tenggara, ada lima penyakit
tidak menular dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi, yaitu penyakit
kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan kronis, dibetes mellitus, dan
cedera.3,4 Empat terbanyak dari penyakit tidak menular yaitu penyakit
kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan kronis, dan diabetes mellitus.
Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari 70
tahun, penyebab kematian terbesar adalah penyakit kardiovaskuler (39%),
diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernapasan kronis, penyakit
pencernaan dan PTM lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian
serta 4% disebabkan oleh diabetes mellitus.2,5.
penyakit yang ada di PTM diantaranya adalah hipertensi, penyakit jantung
koroner, diabetes melitus (kencing manis), obesitas, penyakit tiroid, stroke,
asma, ppok, ostheoporosis, penyakit ginjal kronis, tumor payudara,
retinoblastoma, leukimia, lesi pra kanker, cedera akibat kecelakaa lalu lintas,
cedera akibat kekerasan dalam rumah tangga, cedara akibat lain. Berdasarkan
rekapan PTM tahun 2018 penyakit yang tertinggi di Kota Jambi yaitu Hipertensi
dengan jumlah yang positif sebanyak 17805 kasus.
c. Surveilans dan Imunisasi
1. Surveilans
Langmuir (1963) memberikan definisi surveilans sebagai suatu kegiatan
perhatian yang terus menerus pada distribusi dan kecenderungan penyakit
melalui pengumpulan data, konsolidasi, evaluasi laporan mortalitas dan
morbilitas, dan data lain yang sesuai kemudian disebarkan kepada mereka yang
ingin tahu.
World Health Assembelay (WHA) pada tahun 1968 mengemukakan
pengertian surveilans. Dari hasil diskusi, WHA menyimpulkan pengertian
surveilans empat ciri khas :
a) Pengumpulan data secara teratur dan terus menerus
b) Pengolahan, analisis, dan interpretasi data yang yang menghasilkan
informasi
c) Informasi kepada orang atau lembaga yang berkepentingan
d) Penggunaan informasi untuk pengawasan dan perencanaan
WHO (1968) mengemukakan pengertian surveilans sebagai suatu keadaan
kegiatan pengumpulan data yang sistematis dan menggunakan informasi
epidemiologi untuk perencanaan, implementasi, dan penilaian pembrantasan
penyakit. Yang mana tujuan umum surveilans :
1. Menilai status kesehatan masyarakat
2. Menentukan prioritas kesehatan masyarakat
3. Mengevaluasi program
4. Melaksanakan riset
Henderson (1976) mengemukakan bahwa surveilans berfungsi sebagai otak
dan sistem saraf untuk program pencegahan dan pemberantasan penyakit.
Sedangkan Detels (1989) mengemukakan enam unsur kunci surveilans, yaitu :
1. Pengumpulan data kesehatan secara jelas
2. Pengumpulan data yang terus menerus
3. Analisis sewaktu-waktu
4. Diseminasi hasil
5. Bertindak berdasarkan hasil
6. Evaluasi periodik dan sistem
2. Imunisasi
a. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten.
Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap
penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi
adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
ringan Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit tersebut
ia tidak menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat
berupa kekebalan pasif maupun aktif (Kemenkes RI, 2013).
b. Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tersebut pada sekelompok
masyarakat (populasi), atau bahkan menghilangkannya dari dunia seperti
yang kita lihat pada keberhasilan imunisasi cacar variola. Program imunisasi
bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah
penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang
sering berjangkit. Program imunisasi mempunyai tujuan umum yaitu
menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Tujuan khusus program ini adalah
sebagai berikut: 1.Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI)
yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di
seluruh desa/kelurahan pada tahun 2014. 2.Tervalidasinya Eliminasi Tetanus
Maternal dan Neonatal (insiden di bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam
satu tahun) pada tahun 2013. 3.Global eradikasi polio pada tahun 2018.
4.Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015 dan pengendalian
penyakit rubella 2020. 5.Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman
serta pengelolaan limbah medis (safety injection practise and waste disposal
management) (Kemenkes RI, 2013).
c. Dampak Imunisasi
Nilai (value) vaksin dibagi dalam tiga kategori yaitu secara individu,
sosial dan keuntungan dalam menunjang sistem kesehatan nasional. Secara
individu, apabila anak telah mendapat vaksinasi maka 80%-95% akan
terhindar dari penyakit infeksi yang ganas. Makin banyak bayi/anak yang
mendapat vaksinasi (dinilai dari cakupan imunisasi), makin terlihat
penurunan angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
Kekebalan individu ini akan mengakibatkan pemutusan rantai penularan
penyakit dari anak ke anak lain atau kepada orang dewasa yang hidup
bersamanya, inilah yang disebut keuntungan sosial, karena dalam hal ini
5%-20% anak yang tidak diimunisasi akan juga terlindung, disebut Herd
Immunit.Menurunnya angka morbiditas akan menurunkan biaya pengobatan
dan perawatan di rumah sakit, mencegah kematian dan kecacatan yang akan
menjadi beban masyarakat seumur hidupnya. Upaya pencegahan penyakit
infeksi pada anak, berarti akan meningkatkan kualitas hidup anak dan
meningkatkan daya produktivitas karena 30% dari anak-anak masa kini
adalah generasi yang akan memegang kendali pemerintahan dimasa yang
akan datang. Dalam hal menunjang sistem kesehatan nasional, program
imunisasi sangat efektif dan efisien apabila diberikan dalam cakupan yang
luas secara nasional. Peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara
tentunya akan lebih baik bila masyarakatnya lebih sehat sehingga anggaran
untuk kuratif/pengobatan dapat dialihkan pada program lain yang
membutuhkan. Investasi dalam kesehatan untuk kesejahteraan dan
peningkatan kualitas anak di masa depan.
BAB III
HASIL KEGIATAN

3.1 Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kota Jambi


Secara geografis, posisi Kota Jambi berada pada 01030’2,98” – 0107’1,07”
Lintang Selatan dan 103040’0,23” Bujur Timur. Koordinat tersebut menunjukkan
keberadaan Kota Jambi yang terletak di tengah-tengah pulau Sumatra. Secara
geomorfologis Kota Jambi terletak di bagian Barat cekungan Sumatra bagian selatan
yang disebut Sub-Cekungan Jambi, yang merupakan dataran rendah Sumatra Timur.
Ditilik dari topografinya, Kota Jambi relative datar dengan ketinggian 0-60 m diatas
permukaan laut. Bagian bergelombang terdapat di utara dan selatan kota, sedangkan
daerah rawa terdapat di sekitar aliran Sungai Batanghari, yang merupakan sungai
terpanjang di pulau Sumatra dengan panjang lebih kurang 1.700 km, dari Danau
Atas – Danau Bawah (Sumatra Barat) menuju Selat Berhala (11 km yang berada di
wilayah Kota Jambi) dengan kelebaran lebih kurang 500 m. Sungai Batanghari
membelah Kota Jambi menjadi dua bagian disisi utara dan selatannya. Kota Jambi
sebelah utara, barat, selatan dan timur berbatasan dengan kabupaten Muaro Jambi,
dengan kata lain Kota Jambi ini wilayahnya dikelilingi oleh kabupaten Muaro
Jambi.
Hasil estimasi jumlah penduduk tahun 2017 sebesar 775.427 jiwa, yang terdiri
atas 396.700 jiwa penduduk laki-laki dan 378.727 jiwa penduduk perempuan
dengan total jumlah penduduk Kota Jambi meningkat setiap tahunnya. Angka
tersebut merupakan hasil perhitungan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Jambi
dengan berdasarkan angka riil dari Kecamatan-kecamatan yang ada di Kota Jambi.
Angka kepadatan penduduk di Kota Jambi per 1 kilometer persegi rata-rata
berdasarkan hasil estimasi sebesar 3.631 jiwa per km2, keadaan ini meningkat dari
tahun sebelumnya.
GAMBAR 3.1
JUMLAH PENDUDUK MENURUT PUSKESMAS TAHUN 2017

TABEL 3.1
JUMLAH PENDUDUK DAN ANGKA BEBAN TANGGUNGAN MENURUT JENIS
KELAMIN DAN KELOMPOK USIA PRODUKTIF DAN NON PRODUKTIF
TAHUN 2017

Laki-laki dan
No Usia Laki-laki Perempuan
Perempuan
1 0-14 Tahun 92.827 86.801 179.628
2 15-64 Tahun 268.761 257.835 526.596

3 65 Tahun ke atas 20.426 19.774 40.200


Jumlah 396.700 378.727 775.427
Angka Beban 42,1 41,3 41,7

Tanggungan
Sumber: Subbag Program, Informasi dan Humas Dinkes Kota Jambi, 2017, Hasil
Estimasi

TABEL 3.2
PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN
DI KOTA JAMBI TAHUN 2017
Kelompok Jenis Kelamin
No Sasaran Program Umur/form Laki- Perempua Jumlah
ula laki n
1 Lahir Hidup - 6.619 6.420 13.039
2 Bayi 0 Tahun 7.819 7.202 15.021
3 Batita 0-2 Tahun 23.486 21.476 44.961
4 Anak Balita 1-4 Tahun 31.391 28.510 59.902
5 Balita 0-4 Tahun 39.211 35.715 74.926
6 Pra Sekolah 5-6 Tahun 15.672 14.221 29.893
Anak Usia Kelas 1
7 7 Tahun 7.738 7.053 14.791
SD/Setingkat
8 Anak Usia SD/Setingkat 7-12 Tahun 44.353 40.915 85.267
9 Penduduk Usia Muda <15 Tahun 113.367 104.320 217.687
15-64
10 Penduduk Usia Produktif 271.311 261.256 532.568
Tahun
11 Penduduk Usia Lanjut ≥ 60 Tahun 19.762 20.305 40.067
Penduduk Usia Lanjut
12 ≥ 70 Tahun 6.513 7.684 14.198
Risisko Tinggi
15-49
13 Wanita Usia Subur - 227.025 227.025
Tahun
Wanita Usia Subur 15-39
14 - 179.639 179.639
Imunisasi Tahun
1,1 x lahir
15 Ibu Hamil - 14.599 14.599
hidup
1,05 lahir
16 Ibu Bersalin/Nifas - 13.935 13.935
hidup
Sumber: Subbag Program, Informasi dan Humas Dinkes Kota Jambi, 2017, Hasil
Estimasi
Rumah sakit publik di Kota Jambi di kelola oleh Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kota, TNI/Polri dan swasta. Jumlah Rumah Sakit di Kota Jambi sampai tahun 2017
sebanyak 17 unit, yang terdiri dari:
1. Rumah Sakit Umum (RSU) Raden Mattaher Jambi
2. Rumah Sakit Jiwa Jambi
3. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H. Abdul Manap Kota Jambi
4. Rumkit Tk.IV Dr. Bratanata Unang Jambi
5. Rumkit Bhayangkara Jambi
6. Siloam Hospital Jambi
7. RS.Mayang Medical Centre
8. RS. Islam Arafah
9. RSU Baiturahim Jambi
10. RS. Santa Theresia
11. RS. Kambang
12. RSIA Annisa Jambi
13. RSIA Rimbo Medika
14. RS. Royal Prima
15. RS. Erni Medika
16. RS. H. Abdurrahman Seyoeti
17. RS. MITRA
Rumah sakit ini juga dikelompokkan menurut kelas berdasarkan fasilitas dan
kemampuan pelayanan menjadi kelas A, kelas B, kelas C dan kelas D. Tahun 2-17
terdapat 2 unit RS kelas B (RSU Raden Mattaher dan Siloam Hospital Jambi) dan yang
rumah sakit lainnya sebanyak 12 unit adalah kelas C dan 2 Rumah sakit kelas D.
Sedangkan Jumlah Puskesmas di Kota Jambi sampai tahun 2017 sebanyak 20 unit,
yang terdiri dari:
1. Puskesmas Putri Ayu
2. Puskesmas Kenali Besar
3. Puskesmas Paal V
4. Puskesmas Rawasari
5. Puskesmas Tanjung Pinang
6. Puskesmas Simpang IV Sipin
7. Puskesmas Payoselincah
8. Puskesmas Talang Banjar
9. Puskesmas Kebun Kopi
10. Puskesmas Kebun Handil
11. Puskesmas Paal X
12. Puskesmas Simpang Kawat
13. Puskesmas Pakuan Baru
14. Puskesmas Talang Bakung
15. Puskesmas Aur Duri
16. Puskesmas Paal Merah II
17. Puskesmas Koni
18. Puskesmas Tahtul Yaman
19. Puskesmas Olak Kemang
20. Puskesmas Paal Merah I
3.2 Struktur Organisasi Dinas kesehatan Kota Jambi
3.3 Struktur Organisasi Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

BIDANG
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT
Nur Indrayeti, SKM, M.Epid

SEKSI SEKSI SEKSI


SURVAILENS DAN PENCEGAHAN DAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT
IMUNISASI PENGENDALIAN TIDAK MENULAR DAN
PENYAKIT MENULAR KESEHATAN JIWA
Istiani, SKM Safri, SKM, MM Eres Inventori, SKM, M.Epid
3.4 Kegiatan Magang
Kegiatan Magang di lakukan di Dinas Kesehatan Kota Jambi selama 20 hari
kerja. Dimulai dari tanggal 31 Januari 2019 sampai dengan 28 februari 2019.
Kegiatan magang di sesuaikan dengan hari kerja Dinas Kesehatan Kota Jambi,
yaitu hari senin sampai dengan hari Jum’at. Hari kerja dari senin-kamis dimulai
pada pukul 07.30 WIB s.d 16.00 WIB dan hari Jum’at dimulai pada pukul 07.30
WIB s.d 16.30 WIB. Untuk kegiatan magang mahasiswa di tempatkan di bidang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, kemudian di tugaskan lagi ke beberapa
seksi. Adapun penempatan dan kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Tim 1
Tim 1 terdiri dari Nanda Agustian S dan Nurhadi ditempatkan pada seksi
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM). Adapun kegiatan yang
dilakukan adalah turut serta dalam kegiatan penyemprotan nyamuk (fogging)
sebagai pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Peran mahasiswa
dalam melakukan kegiatan tersebut adalah pemberitahuan kepada masyarakat
bahwa akan dilakukan fogging di lokasi tersebut. Melakukan sosialisasi kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sebagai pencegahan penyakit Demam
Berdarah Dengue. Penyebaran medio promosi kesehatan (Leaflet dan sticker)
terkait waspada DBD. Pemberian Abate dan penjelasan penggunaannya kepada
masyarakat. Turut serta dalam sosialisasi dan pencanangan satu rumah satu
jumantik (1R1J).
2. Tim 2
Tim 2 yaitu Shaqina ditempatkan pada seksi Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa (P2PTM & Keswa). Adapun kegiatan
yang dilakukan adalah mengikuti kegiatan pelayanan KB dan IVA Test gratis di
beberapa tempat yakni Kec. Kota Baru, Kec. Pasir Putih, dan Kec. Telanaipura.
Selain itu dilakukan implementasi Perda KTR di sekolah-sekolah terutama SD dan
SMP bekerjasama dengan staf UBM puskesmas yang berada di wilayah kerja
Puskesmas yang dituju yakni Puskesmas Putri Ayu, Puskesmas Aur Duri, Puskesmas
Simpang IV Sipin, Puskesmas Tanjung Pinang, Puskesmas Talang Bakung,
Puskesmas Pakuan Baru, Puskesmas Talang Banjar, dan Puskesmas Koni. Kegiatan
selanjutnya yang dilakukan yakni membuat grafik perbandingan data PTM selama 3
tahun dengan data 10 penyakit terbesar di Kota Jambi tahun 2018. Serta melakukan
entri data Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa di Juknis Profil Kesehatan
Kesehatan 2018. Dan membantu laporan PTM lainnya.
3. Tim 3
Tim 3 terdiri dari Arief Wicaksono dan Krista Julita ditempatkan pada seksi
Surveilans dan Imunisasi. Adapun tugas yang dilakukan adalah Membantu
pengolahan data surveilans penyakit berdasarkan ICD X 20 Puskesmas. Mengolah
data surveilans penyakit beserta dengan pembagian jenis penyakit berdasarkan ICD
X penyakit menular setiap 20 puskesmas di wilayah kota Jambi. Setelah mengolah
data, didapatkan hasil bahwa penyakit yang paling banyak ditemukan adalah
penyakit ISPA. Selain itu, pada seksi ini mahasiswa juga ikut turun lapangan,
melakukan pembagian Leaflet dan Fogging DBD di daerah Kasang dan Talang
Bakung, tempat yang didatangi merupakan kasus DBD.
Mahasiswa juga melakukan pengolahan data pencapaian target kinerja SKDR
2017 – 2019, mengentri data pencapaian target sistem kewaspadaan dini respon dari
tahun 2017 sampai awal tahun 2019, setelah itu ditampilkan dalam bentuk diagram
dan dibagi kedalam puskesmas yang telah mencapai target dan yang belum
mencapai target. Mahasiswa juga membantu dalam kegiatan wawancara suspect
difteri di RSUD Raden Mattaher, setelah mendapatkan laporan bahwa terdapat
suscpect difteri yang berasal dari RS Annisa dan ditransfer ke RSUD Raden
Mattaher dan masuk kedalam ruang isolasi. Setelah mendata pasien, langsung ikut
mewawancarai pasien beserta anggota keluarga yang ada diruang perawatan
tersebut.
Setelah itu melihat pengambilan swab tenggorokan oleh petugas laboratorium
untuk nanti diperiksa.kegiatan lain yang juga dilakukan yaitu membantu merekap
laporan kegiatan imunisasi di 20 puskesmas di kota Jambi. Mendapatkan data
imunisasi di 20 puskesmas wilayah kota jambi, lalu menginput data dan membuat
grafik persentasi untuk capaian cakupan imunisasi. Mengolah data surveilans
terpadu penyakit menular dan tidak menular berbasis rumah sakit, mendapatkan
data tahunan surveilans berbasis rumah sakit dan selanjutnya di bagi menjadi
penyakit menular dan penyakit tidak menular. Selain itu juga membagi data tersebut
kedalam bagian rawat inap dan rawat jalan. Sehingga mendapatkan 10 penyakit
terbesar yang ada di rumah sakit.
Lalu mahasiswa membantu merekap jumlah sarana dan jumlah SDM 20
Puskesmas untuk program imunisasi yang ada di puskesmas seperti jumlah
posbindu, jumlah paud/tk, jumlah SD,SMP dan SMA. Jumlah SDM yang di entry
nama-nama perwakilan puskesmas yang berada dibagian imunisasi dan sudah
berapa lama kerja di program imunisasi. Mahasiswa juga ikut turun mengunjungi
gudang vaksin Dinas Kesehatan Kota Jambi serta mensortir hasil serum berdasar no
epid. Kemudian mahasiswa juga ikut turun langsung ke laboratorium penyimpanan
vaksin dan hasil serum dan ikut membersihkan tempat penyimpanan vaksin dan
hasl serum. Setelah itu mensortir hasil serum campak dan meletakkannya dalam
vaccine carrier dan di kirim ke puskesmas tujuan.
Setelah itu mahasiswa membantu mengolah data cakupan imunisasi MR yang
belum tercapai kemudian di persentasikan kedalam bentuk grafik batang.
Mahasiswa juga mengikuti kegiatan pertemuan STP dan SKDR 20 puskesmas Kota
Jambi dan ikut serta kedalam panitia kegiatan pertemuan surveilans terpadu
penyakit dan sistem kewaspadaan dini respon yang diselenggarakan di aula dinas
kesehatan kota dan dihadiri oleh perwakilan dari 20 puskesmas di kota Jambi.
4. Tim 4
Tim 4 terdiri dari Monika Mayang Sari dan Susila Sarki ditempatkan pada seksi
Pelayanan Informasi dan Humas. Pada seksi ini mahasiswa ditugaskan oleh
Pembimbing Lapangan untuk mengolah data dan merekap hasil LB 1 yaitu Laporan
Bulanan data kesakitan dan LB 4 yaitu Laporan Bulanan Kunjungan Puskesmas
untuk tahun 2018. Data yang diolah dan direkap merupakan data laporan dari 20
puskesmas di Kota Jambi. Hasil dari data yang diolah dan direkap keluarannya
adalah 10 penyakit terbesar dan jumlah kunjungan puskesmas pada tahun 2018.
Untuk kegiatan tersebut dilakukan selama 10 hari kerja. Selanjutnya, setelah selesai
di seksi Pelayanan Informasi dan Humas mahasiswa bergabung di bagian P2PM.
3.5 Rekapan 10 besar Penyakit Tahun 2018
Tabel 3.5 10 Penyakit terbesar di Kota Jambi
NO KODE NAMA PENYAKIT JUMLAH %
1 J00 Nasopharingitis acut 94601 36,91
2 I10 Hipertensi essential 34061 13,29
3 L23 Dermatitis kontak alergi 22579 8,81
4 J02 Pharingitis akut 20698 8,08
5 K29 Gastritis 19238 7,51
6 R50 Demam tak tahu sebab 17497 6,83
7 E12 DM tak tergantung insulin 13411 5,23
8 A09 Diare dan gastroenteritis 12140 4,74
9 M79 P otot dan jaringan ikat 11891 4,64
10 R51 Sakit kepala 10183 3,97
JUMLAH 256299 100

Rekapan 10 besar penyakit tahun 2018 di dapat berdasarakan Laporan Bulanan (LB
1) dari 20 Puskesmas di Kota Jambi dan di berikan kepada Dinas Kesehatan Kota
Jambi untuk dilakukan pengolahan data dan analisis sehingga didapatkan hasil rekapan
LB1 untuk tahun 2018.
3.6 Kegiatan/ Permasalahan/ Program Fokus Magang
Fokus permasalahan pada kegiatan ini diambil menggunakan analisis MCUA. Jadi,
setiap tim pada penem[atan seksi masing-masing mengumpulkan data dan mengajukan
fokus masalah yang akan diangkat. Adapun permasalahan yang diajukan didiskusikan
dan dinilai oleh setiap tim penempatan bersama kepala seksi masing-masing dengan
berdasarkan kedaruratan permasalahan, jumlah kasus, dan faktor resiko dari
permasalahan tersebut.
Permasalahan yang telah dipilih pada setiap seksi diantaranya; Seksi Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Menular mengangkat penyakit Diare, Demam Berdarah
Bengue (DBD), HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Tuberkulosis
(TB). Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular mengangkat
Hipertensi dan Obesitas. Seksi Surveilens dan Imunisasi mengangkat terkait cakupan
Measles Rubella (MR).
Dari data beberapa permasalahan tersebut, kemudian dianalisis untuk mencari
prioritas permasalahan yang akan dijadikan fokus dengan menggunakan metode
MCUA. Metode Multiple Criteria Utility Assasment (MCUA) merupakan suatu teknik
atau suatu cara yang digunakan untuk membantu tim dalam mengambil keputusan atas
beberapa pilihan atau alternatif. Alternatif dapat berupa masalah pada langkah
penentuan prioritas masalah, atau pemecahan masalah pada langkah penetapan prioritas
pemecahan masalah.
Tata cara penggunaan Matriks MCUA dalam penentuan prioritas masalah, dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menetapkan kriteria
Kriteria adalah sesuatu hal yang dianggap sebagai akibat atau pengaruh yang
sangat signifikan dan spesifik dari suatu masalah terhadap subjek. Kriteria yang
digunakan dalam memilih prioritas masalah kesehatan meliputi :
1. Emergency : Kegawatan
2. Greatest member : Besar/jumlah
3. Expanding Scope: Faktor resiko
4. Feasibility : Kemampuan untuk menyelesaikan tersebut
5. Policy : Kebijakan yang ada
b. Melakukan pembobotan kriteria
c. Melakukan penentuan nilai
d. Memberikan bobot nilai masing-masing kriteria terhadap masing-masing
masalah dengan mengalikan bobot dengan nilai.

Tabel MCUA Penentuan Fokus Masalah Magang

N PARAM BOB Diare HIV/AI DBD ISPA TB Im MR Hipertensi Obesi


O ETER OT N BN N BN N BN N BN N BN N BN N BN N B
1 Emerge 5 6 30 8 40 9 45 6 30 6 30 7 35 6 30 6 3
ncy
2 Greatest 2 9 18 5 10 7 14 8 16 6 12 5 10 8 16 7 1
member
3 Expandi 1 7 7 6 6 6 6 7 7 6 6 7 7 5 5 6
ng
Scope
4 Feasibili 3 8 24 4 12 8 24 6 18 6 18 8 24 6 18 8 2
ty
5 Policy 4 6 24 7 28 8 32 5 20 6 24 8 32 7 28 7 2
JUMLAH 103 96 121 91 90 108 97 102
RANKING III VI I VII VIII II V IV
Keterangan: Bobot (B)
Nilai (N)
Bobot x Nilai (BN)

Penentuan bobot dan nilai masing-masing kriteria di pengaruhi oleh kesepakatan


anggota kelompok dengan range nilai antara 1-10. Berdasarkan hasil prioritas masalah
dengan metode MCUA, maka diperoleh bahwa prioritas pertama sampai kedelapan
sebagai berikut:

1. Prioritas I : Demam Berdarah Dengue (DBD)


2. Prioritas II : Cakupan Imunisasi MR
3. Prioritas III : Diare
4. Prioritas IV : Obesitas
5. Prioritas V : Hipertensi
6. Prioritas VI : HIV / AIDS
7. Prioritas VII : Infeksi Saluran ISPA
8. Prioritas VIII : Tuberkulosis (TB)

3.6.1 Perencanaan
Perencanaan pencegahan dan pengendalian Demam Berdarah Dengue
(DBD) Dinas Kesehatan Kota Jambi diantaranya melakukan rapat koordinasi
dengan berbagai lintas bidang untuk melakukan perencanaan pelaksanaan
mulai dari penentuan kegiatan, pembuatan jadwal kegiatan, pembagian
penanggung jawab, perancangan biaya. Pembiayaan penyelenggaraan
pencegahan dan penagendalian DBD dibebankan pada Anggaran Belanja dan
Pendapatan Daerah (APBD) dan dana lain yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3.6.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian tim penanggung jawab pencegahan dan pengendalian
penyakit menular berdasarkan keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Jambi
Nomor: ..............tentang.................
Susunan organisasi dan personalia tim penanggung jawab pencegahan dan
pengendalian DBD, yaitu:
a. Penanggung jawab :
b. Sekretariat
1. Ketua :
2. Sekretaris :
3. Koordinator :
4. Wakil Koordinator :
5. Anggota :
3.6.3 Pelaksanaan
Pada tahap pelasanaan tim yang telah ditunjuk menjalankan program dan
keggiatan sesuai dengan yang telah direncanakan berdasarkan jadwal yang
ada dan Dinas Kesehatan dibantu dengan Puskesmas dalam pelaksanaannya.

3.6.4 Monitoring Evaluasi


Monitoring Dan Evaluasi adalah proses mencakup perumusan dan
pengembangan suatu sistem, pelaksanaan, pemantauan kegiatan dan
pengumpulan data, evaluasi serta pelaporan kinerja suatu program.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi bertujuan untuk:
a. Menyampaikan feedback terhadap capaian kinerja
b. Mengetahui permasalahan dalam pelaksanaan pencegahan dan
pengendalian DBD
c. Mendapatkan informasi tentang kemajuan pelaksanaan program atau
kegiatan sebagai pertimbangan penentuan kebijakan atau pembuatan
program selanjutnya.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Epidemiologi Demam Berdarah Dengue (DBD)


Demam berdarah dengue ( DBD ) merupakan penyakit arbovirus dari keluarga
flavivirus yang memiliki empat serotype berbeda (DEN 1, 2, 3, and 4) yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti dan Aedes albopictus. DBD
di Indonesia pertama kali dicurigai pada tahun 1968 terdapat di Surabaya dan
konfirmasi virologisnya diperoleh pada tahun 1970. Tahun 1972 epidemi pertama di
luar Jawa dilaporkan terdapat di Sumatera Barat dan lampung kemudian tahun 1973
disusul Riau, Sulawesi Utara dan Bali. Saat ini demam berdarah dengue ( DBD )
sudah endemis di kota besar dan penyakit ini telah berjangkit di daerah pedesaan.
Di Indonesia, KLB DBD sering terjadi pada saat perubahan musim dari kemarau
ke hujan atau sebaliknya. Hampir sebagian besar wilayah Indonesia endemis DBD.
KLB DBD dapat terjadi di daerah yang memiliki sisti pembuangan dan penyediaan
air tidak memadai, baik dipedesaan maupun diperkotaan. Serangan DBD sering
terjadi pada daerah yang padat penduduk dan kumuh (slum area).
Frekuensi KLB DBD semakin tahun semakin meningkat, daerah yang terserang
juga semakin meluas. Berdasarkan data yang ada dapat di identifikasi terjadinya
peningkatan frekuensi serangan setiap 3-5 tahun sekali dengan jumlah penderita
yang lebih besar. Walaupun resiko kematian diantara penderita DBD (CFR) semaki
neurun tetapi jumlah kematia DBD ( angka kematian) semakin meningkat.
4.1.1 Distribusi Demam Berdarah Dengue ( DBD)
Distribusi DBD dibagi menjadi 3 kriteria yaitu berdasarkan Orang, Tempat
dan Waktu. Diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan Orang
b. Berdasarkan Tempat
Tabel 4.1 Distribusi Penyakit DBD perkecamatan di Kota Jambi Tahun
2019

Pada tahun 2019 untuk kasus DBD di Kota Jambi didapatkan data sebanyak
219 kasus yang terkena DBD dan terdapat 4 orang yang meninggal. Berdasarkan
wilayah yang paling tinggi terkena DBD terdapat di Kecamatan Paal Merah
sebanyak 43 kasus.
Tabel 4.2 Distribusi Penyakit DBD perkecamatan di Kota Jambi Tahun
2018

Pada tahun 2018 untuk kasus DBD di Kota Jambi didapatkan data sebanyak
220 kasus yang terkena DBD dan terdapat 1 orang yang meninggal. Berdasarkan
wilayah yang paling tinggi terkena DBD terdapat di Kecamatan Alam Barajo
sebanyak 45 Kasus.
Tabel 4.3 Distribusi Penyakit DBD perkecamatan di Kota Jambi Tahun
2017

Pada tahun 2017 untuk kasus DBD di Kota Jambi didapatkan data sebanyak
142 kasus yang terkena DBD dan terdapat 1 orang yang meninggal. Berdasarkan
wilayah yang paling tinggi terkena DBD terdapat di Kecamatan Jambi Selatan dan
Kecanatan Alam Barajo sebanyak 21 Kasus.
Tabel 4.4 Distribusi Penyakit DBD perkecamatan di Kota Jambi Tahun
2016
Pada tahun 2016 untuk kasus DBD di Kota Jambi didapatkan data sebanyak
567 kasus yang terkena DBD dan terdapat 7 orang yang meninggal. Berdasarkan
wilayah yang paling tinggi terkena DBD terdapat di Kecanatan Alam Barajo
sebanyak 130 Kasus.
c. Berdasarkan waktu
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi DBD per Triwulan Pada Tahun 2016

Pada tahun 2016, angka kasus DBD tertinggi terdapat pada triwulan pertama
dengan jumlah kasus sebanyak 438 dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 5
orang. Sedangkan jumlah kasus terendah terdapat pada triwulan ke tiga sebanyak
26 orang.
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi DBD per Triwulan Pada Tahun 2017
Selanjutnya, pada tahun 2017 angka ksus DBD paling tinggi terdapat di
triwulan pertama dengan jumlah kasus sebanyak 58 dengan jumlah kasus
meninggal sebanyak 1 orang. Meskipun terjadi penurunan jumlah kasus, pada
triwulan ke dua jumlah kasus DBD paling rendah sepanjang tahun 2017 menjadi 25
orang.
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi DBD per Triwulan Pada Tahun 2018

Pada tahun 2018, jumlah kasus DBD paling tinggi terdapat pada triwulan ke
empat berjumlah 81 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 1 orang.
Sedangkan jumlah kasus terendah terdapat pada triwulan ke tiga dengan jumlah
kasus sebanyak 40 orang.
Tabel 4.8 Distribusi frekuensi DBD per Triwulan Pada Tahun 2019
Sedangkan pada tahun 2019 triwulan pertama angka jumlah kasus sebanyak
219 orang dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 4 orang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah kasus paling tinggi sepanjang
tahun 2016, 2017, 2018 dan triwulan pertama 2019, terdapat pada triwulan pertama
pada tahun 2016 dengan jumlah kasus sebanyak 438 orang dan jumlah kasus
terendah terdapat pada triwulan kedua tahun 2017 dengan jumlah kasus sebanyak
25 orang.
4.1.2 Frekuensi Demam Berdarah Dengue ( DBD) di Kota Jambi
Tabel 4.8 Trend Penyakit DBD Tahun 2014-2019 di Kota Jambi

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat untuk trend penyakit DBD mengalami
penurunan dari Tahun 2014-2017 dan kembali meningkat pada Tahun 2018 dan
kembali turun pada Triwulan Pertama pada Tahun 2019.

4.1.3 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Demam Berdarah Dengue ( DBD )


Morbiditas dan mortalitas penyakit DBD menurut segitiga epidemiologi
dipengaruh oleh 3 faktor, yaitu :
a. Agent
Agent merupakan penyebab penyakit, dalam penyakit demam berdarah dengue (
DBD ) adalah virus. Sedangkan nyamuk Aedes merupakan vektor penyakit DBD.
Virus Aedes mampu bermultiplikasi pada kelenjar ludah dari nyamuk Aedes
Aegepty. Pengontrolan terhadap virus dengue dapat dilakukan dengan melakukan
kontrol pada vektornya yaitu nyamuk Aedes. Jumlah kepadatan vektor Aedes dalam
suatu daerah dapat menjadi patokan potensial penyebaran DBD
b. Host
Penyakit DBD terjadi pada seseorang ditentukan oleh faktor-faktor yang ada
pada host itu sendiri. Kerentanan terhadap penyakit DBD dipengaruhi oleh imunitas
yang berhubungan dengan faktor usia. Sejak tahun 1993 – 2009 untuk kasus DBD
pada kelompok usia terjadi pergeseran. Dari tahun 1993 sampai tahun 1998
kelompok usia terbesar kasus DBD terjadi pada kelompok umur >=15 tahun.
Selain itu, faktor perilaku dan partisipasi masyarakat yang masih kurang dalam
kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta faktor pertambahan jumlah
penduduk dan faktor peningkatan mobilitas penduduk yang sejalan dengan
membaiknya sarana transportasi menyebabkan penyebaran virus Dengue semakin
mudah dan semakin luas. Derajat demam berdarah dengue ( DBD ) berhubungan
dengan status gizi. Dimana status gizi anak yang menderita DBD dapat bervariasi.
Kejadian DBD lebih sering terjadi pada anak dengan imunokompeten dan status gizi
yang baik, berhubungan dengan respon imun yang baik, yang dapat menyebabkan
terjadinya DBD berat. Anak yang menderita DBD sering mengalami mual, muntah,
dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat
badan sehingga status gizinya menjadi kurang dan tingkat derajat keparahan DBD
anak akan semakin parah.
c. Lingkungan
Dengue di Indonesia memiliki siklus epidemik setiap sembilan hingga sepuluh
tahunan. Hal ini terjadi karena perubahan iklim yang berpengaruh terhadap
kehidupan vektor, diluar faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Perubahan iklim
menyebabkan perubahan curah hujan, kelembaban suhu, arah udara sehingga
berefek terhadap ekosistem daratan dan lautan serta berpengaruh terhadap kesehatan
terutama terhadap perkembangan vektor penyakit seperti nyamuk. Pengaruh musim
terhadap penyakit dengue di Indonesia tidak begitu jelas, secara garis besar jumlah
kasus meningkat antara September dan Februari dan puncaknya di bulan Januari.
4.1.4 Masa Inkubasi
Terdapat masa inkubasi ekstrinsik dan masa inkubasi intrinsik. Masa
inkubasi ekstrinsik merupakkan periode waktu perkembangbiakan virus dalam
kelenjar liur nyamuk sampai dapat menularkan pada manusia yang berkisar 8-10
hari. Masa inkubasi instrinsik merupaan periode waktu perkembangbiakan virus
di dalam tubuh manusia sejak masuk sampai timbulnya gejala pentakit yang
berkisar 4-6 hari.
4.1.5 Penyelidikan Epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhaap laporan adanya penderita
DBD, terutama apabila terjadi peningkatan kejadian atau adanya kematian DBD.
Pada darah yang selama beberapa waktu tidak pernah ditemukan kasus DBD,
maka adanya satu kasus DBD perlu dilakukan penyelidikan epidemiologi.
Disamping upaya penegakan diagnosis, penyelidikan epidemiologi
ditujukan pada penemuan kasus lain disekitar penderita, kasus index, serta
sumber dan cara penularan. Penyelidikan epidemiologi juga ditunjukan kepada
identifikasi adanya nyamuk penular DBD, tempat perindukan dan distribusinya.
Penyelidikan epidemiologi dapat menentukan kemungkinan peningkatan dan
penyebaran kasus DBD serta kesiap siagaan penanggulangan KLB di
Puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, serta
kemungkinan peningkatan Sistem Kewaspadaan Dini KLB DBD. KLB DBD
dinyatakan telah berakhir apabila selama 14 hari keadaan telah kembali kepada
jumlah normal tanpa ada kematian karena DBD/DD.
4.1.6 Penanggulangan
Penangggulangan KLB dilaksanakan terhadap 3 kegiatan utama yaitu;
upaya penyelidikan, upaya pengobatan dan upaya pencegahan KLB.
Untuk setiap kasus DBD harus dilakukan penyelidikan epidemiologi
meliputi raduis 100 meter dari rumah penderita. Apabila ditemukan bukti-bukti
penularan yaitu adanya pederita DBD lainnya, ada 3 penderita demam atau ada
faktor resiko yaitu ditemukan jentik, maka dilakukan penyemprotan ( fogging
focus ) dengan siklus 2 kali disertai larvasidasi, dan gerakan PSN.
Upaya pengobatan penderita DBD tidak saja pada peningkatan kemampuan
tata laksana kasus di unit pelayanan, tetapi juga kemampuan diagnosis dan tata
laksana kasus dirumah serta kemampuan menentukan kapan dan kemana kasus
DBD harus di rujuk oleh keluarga. Kegagalan tata laksana kasus dan rujukan
masyarakat sering kali menjadi penyebab kematian kasus DBD.
Upaya pencegahan KLB ditujukan pada pengellaan lingkungan,
perlindungan diri, pengendalian biologis, dan pengendalian dengan bahan kimia.
Pengelolaan lingkungan untuk mengendalikan A. Aegepty dan A. Albovictust
serta mengurangi kontak vektor/manusia adalah dengan melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk, Pengelolaan Sampah Padat, Modifikasi tempat
perindukan nyamuk buatan dan perbaikan desain rumah. Penderita dilakukan
isolasi dengan menempatkan pada ruangan atau daerah bebas nyamuk, sehingga
tidak menjadi sumber penularan baru. Efektifitas pengobatan dan upaya
pencegahan terus menerus di monitor dan diarahkan oleh sistem surveilans ketat
selama periode KLB. Sitem surveilans yang dianjurkan adalah intensifikasi
pemantauan wilayah setempat kasus DBD dari mingguan menjadi harian,
intensifikasi pemantauan jentik berkala dan pemetaan daerah pelaksana upaya-
upaya pengobatan dan upaya-upaya pencegahan. Surveilans ketat dengan
melakukan intensifikasi PWS/KLB DBD di semua wilayah bertujuan untuk :
memantau penyebaran kasus DBD di setiap daerah, deteksi dini KLB DBD dan
memantau kecenderungan serta penyebaran kasus DBD pada daerah yang
sedang terjadi KLB DBD.
4.2 Perencanaan
Perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil
yang diinginkan (Louis A. Allen). Berdasarkan pengertian tersebut perencanaan
dibutuhkan untuk mengetahui apa saja hal-hal yang harus dipersiapkan dalam
rangka mencapai tujuan. Ciri-ciri perencanaan antara lain:
a. Berorientasi pada massa depan Artinya setiap pekerjaan yang dilaksanakan
mendatangkan kebaikan pada masa yang akan datang.
b. Mampu menyelesaikan masalah
c. Mempunyai tujuan
d. Bersifat kelola Artinya bersifat wajar, logis, objektif, jelas, runtun dan telah
disesuaikan dengan sumber daya.
Perencanaan kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit DBD di Dinas
kesehatan Kota Jambi telah dilakukan sebaik mungkin sesuai dengan proporsi
tugas Dinas Kesehatan Kota Jambi. Perencanaan dilaksanaan berdasarkan hasil
evaluasi yang dilakukan pada tahun sebelumnya.

4.3 Pengorganisasian
4.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan diartikan sebagai suatu usaha atau kegiatan tertentu yang
dilakukan untuk mewujudkan rencana telah dibuat. Pelaksanaan kegiatan
pencegahan dan pengendalian penyakit DBD telah dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan yang telah dilakukan. Kenyataan dilapangan masih banyak terdapat
hambatan pelaksanaannya diantaranya

4.5 Monitoring dan Evaluasi

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
Rajab.W.,2008. Buku Ajar Epidemilogi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Kemenkes RI, 2013.
Kesehatan jiwa http://repository.unimus.ac.id

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai