Disusun Oleh :
Krista Julita (G1D115006)
Monika Mayang Sari (G1D115035)
Shaqina (G1D115036)
Arief Wicaksono (G1D115037)
Susila Sarki (G1D115038)
Nanda Agustian Simatupang (G1D115052)
Nurhadi (G1D115072)
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Ruang Lingkup
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III KEGIATAN
3.1 Gambaran Umum
3.2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Jambi
3.3 Struktur Organisasi Bidang
3.4 Kegiatan Magang
3.5 Kegiatan / Permasalahan / Program Fokus Magang
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Perencanaan
4.2 Pengorganisasian
4.3 Pelaksanaan
4.4 Monitoring dan Evaluasi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dinas Kesehatan Kota Jambi
2.2 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
a. Penyakit Menular
Penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang
disebabkan oleh agen biologi (seperti virus, bakteria, atau parasit), bukan
disebabkan faktor fisik seperti luka bakar atau kimia seperti keracunan.
1. Pendekatan Epidemilogi untuk Penyakit Menular
a) Epidemiologic Triangle (Segitiga)
Model tradisional epidemiologi atau segitiga epidemiologi yang
dikemukakan oleh John Gordon dan La Richt (1950) yang menyebutkan
bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh tiga
faktor utama host (pejamu), agent (agen), environment (lingkungan).
b. Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular (PTM), dikenal juga sebagai penyakit kronis, tidak
ditularkan dari orang ke orang.1 Perkembangan penyakit tidak menular
umumnya lambat dan membutuhkan durasi yang panjang. Berdasarkan profil
WHO mengenai penyakit tidak menular di Asia Tenggara, ada lima penyakit
tidak menular dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi, yaitu penyakit
kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan kronis, dibetes mellitus, dan
cedera.3,4 Empat terbanyak dari penyakit tidak menular yaitu penyakit
kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan kronis, dan diabetes mellitus.
Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari 70
tahun, penyebab kematian terbesar adalah penyakit kardiovaskuler (39%),
diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernapasan kronis, penyakit
pencernaan dan PTM lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian
serta 4% disebabkan oleh diabetes mellitus.2,5.
penyakit yang ada di PTM diantaranya adalah hipertensi, penyakit jantung
koroner, diabetes melitus (kencing manis), obesitas, penyakit tiroid, stroke,
asma, ppok, ostheoporosis, penyakit ginjal kronis, tumor payudara,
retinoblastoma, leukimia, lesi pra kanker, cedera akibat kecelakaa lalu lintas,
cedera akibat kekerasan dalam rumah tangga, cedara akibat lain. Berdasarkan
rekapan PTM tahun 2018 penyakit yang tertinggi di Kota Jambi yaitu Hipertensi
dengan jumlah yang positif sebanyak 17805 kasus.
c. Surveilans dan Imunisasi
1. Surveilans
Langmuir (1963) memberikan definisi surveilans sebagai suatu kegiatan
perhatian yang terus menerus pada distribusi dan kecenderungan penyakit
melalui pengumpulan data, konsolidasi, evaluasi laporan mortalitas dan
morbilitas, dan data lain yang sesuai kemudian disebarkan kepada mereka yang
ingin tahu.
World Health Assembelay (WHA) pada tahun 1968 mengemukakan
pengertian surveilans. Dari hasil diskusi, WHA menyimpulkan pengertian
surveilans empat ciri khas :
a) Pengumpulan data secara teratur dan terus menerus
b) Pengolahan, analisis, dan interpretasi data yang yang menghasilkan
informasi
c) Informasi kepada orang atau lembaga yang berkepentingan
d) Penggunaan informasi untuk pengawasan dan perencanaan
WHO (1968) mengemukakan pengertian surveilans sebagai suatu keadaan
kegiatan pengumpulan data yang sistematis dan menggunakan informasi
epidemiologi untuk perencanaan, implementasi, dan penilaian pembrantasan
penyakit. Yang mana tujuan umum surveilans :
1. Menilai status kesehatan masyarakat
2. Menentukan prioritas kesehatan masyarakat
3. Mengevaluasi program
4. Melaksanakan riset
Henderson (1976) mengemukakan bahwa surveilans berfungsi sebagai otak
dan sistem saraf untuk program pencegahan dan pemberantasan penyakit.
Sedangkan Detels (1989) mengemukakan enam unsur kunci surveilans, yaitu :
1. Pengumpulan data kesehatan secara jelas
2. Pengumpulan data yang terus menerus
3. Analisis sewaktu-waktu
4. Diseminasi hasil
5. Bertindak berdasarkan hasil
6. Evaluasi periodik dan sistem
2. Imunisasi
a. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten.
Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap
penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi
adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
ringan Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit tersebut
ia tidak menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat
berupa kekebalan pasif maupun aktif (Kemenkes RI, 2013).
b. Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tersebut pada sekelompok
masyarakat (populasi), atau bahkan menghilangkannya dari dunia seperti
yang kita lihat pada keberhasilan imunisasi cacar variola. Program imunisasi
bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah
penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang
sering berjangkit. Program imunisasi mempunyai tujuan umum yaitu
menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Tujuan khusus program ini adalah
sebagai berikut: 1.Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI)
yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di
seluruh desa/kelurahan pada tahun 2014. 2.Tervalidasinya Eliminasi Tetanus
Maternal dan Neonatal (insiden di bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam
satu tahun) pada tahun 2013. 3.Global eradikasi polio pada tahun 2018.
4.Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015 dan pengendalian
penyakit rubella 2020. 5.Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman
serta pengelolaan limbah medis (safety injection practise and waste disposal
management) (Kemenkes RI, 2013).
c. Dampak Imunisasi
Nilai (value) vaksin dibagi dalam tiga kategori yaitu secara individu,
sosial dan keuntungan dalam menunjang sistem kesehatan nasional. Secara
individu, apabila anak telah mendapat vaksinasi maka 80%-95% akan
terhindar dari penyakit infeksi yang ganas. Makin banyak bayi/anak yang
mendapat vaksinasi (dinilai dari cakupan imunisasi), makin terlihat
penurunan angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
Kekebalan individu ini akan mengakibatkan pemutusan rantai penularan
penyakit dari anak ke anak lain atau kepada orang dewasa yang hidup
bersamanya, inilah yang disebut keuntungan sosial, karena dalam hal ini
5%-20% anak yang tidak diimunisasi akan juga terlindung, disebut Herd
Immunit.Menurunnya angka morbiditas akan menurunkan biaya pengobatan
dan perawatan di rumah sakit, mencegah kematian dan kecacatan yang akan
menjadi beban masyarakat seumur hidupnya. Upaya pencegahan penyakit
infeksi pada anak, berarti akan meningkatkan kualitas hidup anak dan
meningkatkan daya produktivitas karena 30% dari anak-anak masa kini
adalah generasi yang akan memegang kendali pemerintahan dimasa yang
akan datang. Dalam hal menunjang sistem kesehatan nasional, program
imunisasi sangat efektif dan efisien apabila diberikan dalam cakupan yang
luas secara nasional. Peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara
tentunya akan lebih baik bila masyarakatnya lebih sehat sehingga anggaran
untuk kuratif/pengobatan dapat dialihkan pada program lain yang
membutuhkan. Investasi dalam kesehatan untuk kesejahteraan dan
peningkatan kualitas anak di masa depan.
BAB III
HASIL KEGIATAN
TABEL 3.1
JUMLAH PENDUDUK DAN ANGKA BEBAN TANGGUNGAN MENURUT JENIS
KELAMIN DAN KELOMPOK USIA PRODUKTIF DAN NON PRODUKTIF
TAHUN 2017
Laki-laki dan
No Usia Laki-laki Perempuan
Perempuan
1 0-14 Tahun 92.827 86.801 179.628
2 15-64 Tahun 268.761 257.835 526.596
Tanggungan
Sumber: Subbag Program, Informasi dan Humas Dinkes Kota Jambi, 2017, Hasil
Estimasi
TABEL 3.2
PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN
DI KOTA JAMBI TAHUN 2017
Kelompok Jenis Kelamin
No Sasaran Program Umur/form Laki- Perempua Jumlah
ula laki n
1 Lahir Hidup - 6.619 6.420 13.039
2 Bayi 0 Tahun 7.819 7.202 15.021
3 Batita 0-2 Tahun 23.486 21.476 44.961
4 Anak Balita 1-4 Tahun 31.391 28.510 59.902
5 Balita 0-4 Tahun 39.211 35.715 74.926
6 Pra Sekolah 5-6 Tahun 15.672 14.221 29.893
Anak Usia Kelas 1
7 7 Tahun 7.738 7.053 14.791
SD/Setingkat
8 Anak Usia SD/Setingkat 7-12 Tahun 44.353 40.915 85.267
9 Penduduk Usia Muda <15 Tahun 113.367 104.320 217.687
15-64
10 Penduduk Usia Produktif 271.311 261.256 532.568
Tahun
11 Penduduk Usia Lanjut ≥ 60 Tahun 19.762 20.305 40.067
Penduduk Usia Lanjut
12 ≥ 70 Tahun 6.513 7.684 14.198
Risisko Tinggi
15-49
13 Wanita Usia Subur - 227.025 227.025
Tahun
Wanita Usia Subur 15-39
14 - 179.639 179.639
Imunisasi Tahun
1,1 x lahir
15 Ibu Hamil - 14.599 14.599
hidup
1,05 lahir
16 Ibu Bersalin/Nifas - 13.935 13.935
hidup
Sumber: Subbag Program, Informasi dan Humas Dinkes Kota Jambi, 2017, Hasil
Estimasi
Rumah sakit publik di Kota Jambi di kelola oleh Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kota, TNI/Polri dan swasta. Jumlah Rumah Sakit di Kota Jambi sampai tahun 2017
sebanyak 17 unit, yang terdiri dari:
1. Rumah Sakit Umum (RSU) Raden Mattaher Jambi
2. Rumah Sakit Jiwa Jambi
3. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H. Abdul Manap Kota Jambi
4. Rumkit Tk.IV Dr. Bratanata Unang Jambi
5. Rumkit Bhayangkara Jambi
6. Siloam Hospital Jambi
7. RS.Mayang Medical Centre
8. RS. Islam Arafah
9. RSU Baiturahim Jambi
10. RS. Santa Theresia
11. RS. Kambang
12. RSIA Annisa Jambi
13. RSIA Rimbo Medika
14. RS. Royal Prima
15. RS. Erni Medika
16. RS. H. Abdurrahman Seyoeti
17. RS. MITRA
Rumah sakit ini juga dikelompokkan menurut kelas berdasarkan fasilitas dan
kemampuan pelayanan menjadi kelas A, kelas B, kelas C dan kelas D. Tahun 2-17
terdapat 2 unit RS kelas B (RSU Raden Mattaher dan Siloam Hospital Jambi) dan yang
rumah sakit lainnya sebanyak 12 unit adalah kelas C dan 2 Rumah sakit kelas D.
Sedangkan Jumlah Puskesmas di Kota Jambi sampai tahun 2017 sebanyak 20 unit,
yang terdiri dari:
1. Puskesmas Putri Ayu
2. Puskesmas Kenali Besar
3. Puskesmas Paal V
4. Puskesmas Rawasari
5. Puskesmas Tanjung Pinang
6. Puskesmas Simpang IV Sipin
7. Puskesmas Payoselincah
8. Puskesmas Talang Banjar
9. Puskesmas Kebun Kopi
10. Puskesmas Kebun Handil
11. Puskesmas Paal X
12. Puskesmas Simpang Kawat
13. Puskesmas Pakuan Baru
14. Puskesmas Talang Bakung
15. Puskesmas Aur Duri
16. Puskesmas Paal Merah II
17. Puskesmas Koni
18. Puskesmas Tahtul Yaman
19. Puskesmas Olak Kemang
20. Puskesmas Paal Merah I
3.2 Struktur Organisasi Dinas kesehatan Kota Jambi
3.3 Struktur Organisasi Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
BIDANG
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT
Nur Indrayeti, SKM, M.Epid
Rekapan 10 besar penyakit tahun 2018 di dapat berdasarakan Laporan Bulanan (LB
1) dari 20 Puskesmas di Kota Jambi dan di berikan kepada Dinas Kesehatan Kota
Jambi untuk dilakukan pengolahan data dan analisis sehingga didapatkan hasil rekapan
LB1 untuk tahun 2018.
3.6 Kegiatan/ Permasalahan/ Program Fokus Magang
Fokus permasalahan pada kegiatan ini diambil menggunakan analisis MCUA. Jadi,
setiap tim pada penem[atan seksi masing-masing mengumpulkan data dan mengajukan
fokus masalah yang akan diangkat. Adapun permasalahan yang diajukan didiskusikan
dan dinilai oleh setiap tim penempatan bersama kepala seksi masing-masing dengan
berdasarkan kedaruratan permasalahan, jumlah kasus, dan faktor resiko dari
permasalahan tersebut.
Permasalahan yang telah dipilih pada setiap seksi diantaranya; Seksi Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Menular mengangkat penyakit Diare, Demam Berdarah
Bengue (DBD), HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Tuberkulosis
(TB). Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular mengangkat
Hipertensi dan Obesitas. Seksi Surveilens dan Imunisasi mengangkat terkait cakupan
Measles Rubella (MR).
Dari data beberapa permasalahan tersebut, kemudian dianalisis untuk mencari
prioritas permasalahan yang akan dijadikan fokus dengan menggunakan metode
MCUA. Metode Multiple Criteria Utility Assasment (MCUA) merupakan suatu teknik
atau suatu cara yang digunakan untuk membantu tim dalam mengambil keputusan atas
beberapa pilihan atau alternatif. Alternatif dapat berupa masalah pada langkah
penentuan prioritas masalah, atau pemecahan masalah pada langkah penetapan prioritas
pemecahan masalah.
Tata cara penggunaan Matriks MCUA dalam penentuan prioritas masalah, dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menetapkan kriteria
Kriteria adalah sesuatu hal yang dianggap sebagai akibat atau pengaruh yang
sangat signifikan dan spesifik dari suatu masalah terhadap subjek. Kriteria yang
digunakan dalam memilih prioritas masalah kesehatan meliputi :
1. Emergency : Kegawatan
2. Greatest member : Besar/jumlah
3. Expanding Scope: Faktor resiko
4. Feasibility : Kemampuan untuk menyelesaikan tersebut
5. Policy : Kebijakan yang ada
b. Melakukan pembobotan kriteria
c. Melakukan penentuan nilai
d. Memberikan bobot nilai masing-masing kriteria terhadap masing-masing
masalah dengan mengalikan bobot dengan nilai.
3.6.1 Perencanaan
Perencanaan pencegahan dan pengendalian Demam Berdarah Dengue
(DBD) Dinas Kesehatan Kota Jambi diantaranya melakukan rapat koordinasi
dengan berbagai lintas bidang untuk melakukan perencanaan pelaksanaan
mulai dari penentuan kegiatan, pembuatan jadwal kegiatan, pembagian
penanggung jawab, perancangan biaya. Pembiayaan penyelenggaraan
pencegahan dan penagendalian DBD dibebankan pada Anggaran Belanja dan
Pendapatan Daerah (APBD) dan dana lain yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3.6.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian tim penanggung jawab pencegahan dan pengendalian
penyakit menular berdasarkan keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Jambi
Nomor: ..............tentang.................
Susunan organisasi dan personalia tim penanggung jawab pencegahan dan
pengendalian DBD, yaitu:
a. Penanggung jawab :
b. Sekretariat
1. Ketua :
2. Sekretaris :
3. Koordinator :
4. Wakil Koordinator :
5. Anggota :
3.6.3 Pelaksanaan
Pada tahap pelasanaan tim yang telah ditunjuk menjalankan program dan
keggiatan sesuai dengan yang telah direncanakan berdasarkan jadwal yang
ada dan Dinas Kesehatan dibantu dengan Puskesmas dalam pelaksanaannya.
Pada tahun 2019 untuk kasus DBD di Kota Jambi didapatkan data sebanyak
219 kasus yang terkena DBD dan terdapat 4 orang yang meninggal. Berdasarkan
wilayah yang paling tinggi terkena DBD terdapat di Kecamatan Paal Merah
sebanyak 43 kasus.
Tabel 4.2 Distribusi Penyakit DBD perkecamatan di Kota Jambi Tahun
2018
Pada tahun 2018 untuk kasus DBD di Kota Jambi didapatkan data sebanyak
220 kasus yang terkena DBD dan terdapat 1 orang yang meninggal. Berdasarkan
wilayah yang paling tinggi terkena DBD terdapat di Kecamatan Alam Barajo
sebanyak 45 Kasus.
Tabel 4.3 Distribusi Penyakit DBD perkecamatan di Kota Jambi Tahun
2017
Pada tahun 2017 untuk kasus DBD di Kota Jambi didapatkan data sebanyak
142 kasus yang terkena DBD dan terdapat 1 orang yang meninggal. Berdasarkan
wilayah yang paling tinggi terkena DBD terdapat di Kecamatan Jambi Selatan dan
Kecanatan Alam Barajo sebanyak 21 Kasus.
Tabel 4.4 Distribusi Penyakit DBD perkecamatan di Kota Jambi Tahun
2016
Pada tahun 2016 untuk kasus DBD di Kota Jambi didapatkan data sebanyak
567 kasus yang terkena DBD dan terdapat 7 orang yang meninggal. Berdasarkan
wilayah yang paling tinggi terkena DBD terdapat di Kecanatan Alam Barajo
sebanyak 130 Kasus.
c. Berdasarkan waktu
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi DBD per Triwulan Pada Tahun 2016
Pada tahun 2016, angka kasus DBD tertinggi terdapat pada triwulan pertama
dengan jumlah kasus sebanyak 438 dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 5
orang. Sedangkan jumlah kasus terendah terdapat pada triwulan ke tiga sebanyak
26 orang.
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi DBD per Triwulan Pada Tahun 2017
Selanjutnya, pada tahun 2017 angka ksus DBD paling tinggi terdapat di
triwulan pertama dengan jumlah kasus sebanyak 58 dengan jumlah kasus
meninggal sebanyak 1 orang. Meskipun terjadi penurunan jumlah kasus, pada
triwulan ke dua jumlah kasus DBD paling rendah sepanjang tahun 2017 menjadi 25
orang.
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi DBD per Triwulan Pada Tahun 2018
Pada tahun 2018, jumlah kasus DBD paling tinggi terdapat pada triwulan ke
empat berjumlah 81 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 1 orang.
Sedangkan jumlah kasus terendah terdapat pada triwulan ke tiga dengan jumlah
kasus sebanyak 40 orang.
Tabel 4.8 Distribusi frekuensi DBD per Triwulan Pada Tahun 2019
Sedangkan pada tahun 2019 triwulan pertama angka jumlah kasus sebanyak
219 orang dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 4 orang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah kasus paling tinggi sepanjang
tahun 2016, 2017, 2018 dan triwulan pertama 2019, terdapat pada triwulan pertama
pada tahun 2016 dengan jumlah kasus sebanyak 438 orang dan jumlah kasus
terendah terdapat pada triwulan kedua tahun 2017 dengan jumlah kasus sebanyak
25 orang.
4.1.2 Frekuensi Demam Berdarah Dengue ( DBD) di Kota Jambi
Tabel 4.8 Trend Penyakit DBD Tahun 2014-2019 di Kota Jambi
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat untuk trend penyakit DBD mengalami
penurunan dari Tahun 2014-2017 dan kembali meningkat pada Tahun 2018 dan
kembali turun pada Triwulan Pertama pada Tahun 2019.
4.3 Pengorganisasian
4.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan diartikan sebagai suatu usaha atau kegiatan tertentu yang
dilakukan untuk mewujudkan rencana telah dibuat. Pelaksanaan kegiatan
pencegahan dan pengendalian penyakit DBD telah dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan yang telah dilakukan. Kenyataan dilapangan masih banyak terdapat
hambatan pelaksanaannya diantaranya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Rajab.W.,2008. Buku Ajar Epidemilogi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Kemenkes RI, 2013.
Kesehatan jiwa http://repository.unimus.ac.id
LAMPIRAN