IMPLEMENTASI PEMANFAATAN
TULUNGAGUNG EMERGENCY MEDICAL SERVICE (TEMS)
DI PUSKESMAS PAKEL KABUPATEN TULUNGANGUNG
OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugerah-
Nya kami dapat menyelesaikan Proposal Residensi tentang implementasi
pemanfaatan Tulungagung Emergency Medical Service (TEMS) di Puskesmas
Pakel Kabupaten Tulungagung. Proposal ini disusun sebagai dasar dan acuan
dalam pelaksanaan residensi yang akan dilaksanakan di Puskesmas Pakel
Kabupaten Tulungagung oleh mahasiswa Program Studi Magister
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Minat Studi Manajemen Pelayanan
Kesehatan Universitas Airlangga Surabaya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun material sehingga makalah ini
dapat terselesaikan tepat waktu. Semoga dengan telah tersusunnya proposal
residensi ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam menetapkan prioritas
penanganan masalah, penyusunan perencanaan kegiatan dan sebagai acuan
untuk lebih meningkatkan mutu pada pemanfaatan Tulungagung Emergency
Medical Service (TEMS) di Puskesmas Pakel Kabupaten Tulungagung.
Akhir kata, proposal ini telah disusun dengan sebaik mungkin, namun
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan proposal residensi ini.
Surabaya,
September 2020
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
TINJAUN PUSTAKA
Aplikasi EMS berbasis internet dapat digunakan siapa saja yang berada
dilokasi kejadian untuk mendapatkan pelayanan gawat darurat. Sistem aplikasi ini
memiliki tiga fungsi utama yaitu, alarm gawat darurat, mencari rumah sakit yang
akan memberikan bantuan gawat darurat dan pelayanan kesehatan. Alarm akan
mengirimkan pesan emergency kepada keluarga, pengguna aplikasi dan rumah sakit
terdekat, pesan emergency mencakup informasi lokasi, dan permintaan bantuan
medis (Fahmi dan Afriani, 2017).
TEMS merupakan salah satu cikal bakal keluarnya Public Safety Centre
(PSC) yang dijalankan sejak tahun 2015 dan diresmikan tahun 2016. Produk layanan
ini mempunyai struktur pelayanan yang lebih padu karena selain tim medis dari
Instalasi Gawat Darurat yang professional juga dilengkapi oleh tim Call Center yang
harus bersiaga 24 jam di Command Center. Para tenaga ini disiapkan untuk
menerima laporan ataupun permintaan pelayanan kedaruratan yang berkaitan dengan
masalah kesehatan, kecelakaan, kebencanaan, kebakaran ataupun kasus-kasus
emergency lainnya yang membutuhkan pelayanan cepat, tepat dan efektif.
Ambulan yang terlibat dengan program TEMS ini merupakan ambulan dari
Puskesmas di 19 kecamatan di Kabupaten Tulungagung serta ambulan dari klinik
swasta. Dimana di setiap ambulan harus tersedia tenaga medis.
5) Memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka pendek dan
jangka Panjang.
Berdasarkan hasil wawancara singkat dengan dr. Tito SpEM yang merupakan
dokter jaga di program TEMS RS dr.Iskak Tulungagung diketahui bahwa dalam
pelaksanaan program TEMS yang berkaitan dengan system koordinasi disebutkan
adanya permasalahan dengan :
1. Penggunaan aplikasi TEMS yang dirasa masih kurang optimal. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian dari Prastya et al., 2016 yang menyebutkan bahwa
rendahnya angka panggilan darurat untuk pasien henti jantung.
2. Kurangnya SDM pada kondisi pra hospital. Menurut dr. Tito SpEM selama
ini koordinasi antar tenaga kesehatan dan ketersediaan tenaga kesehatan di
fasilitas layanan promer sudah baik tetapi belum diimbangi dengan
ketersediaan tenaga driver. Hal ini merupakan salah satu penghambat
keberhasilan program TEMS.
3. Adanya informasi palsu yang diberikan saat menghubungi Call Center (Juli,
2019).
4. Ketidak jelasan data yang diberikan oleh penelepon karena kondisi panik dari
masyarakat saat memberikan laporan melalui Call center (Juli, 2019).
2.3 Koordinasi
2.3.1 Pengertian
Umumnya organisasi memiliki tipe koordinasi yang dipilih dan disesuaikan dengan
kebutuhan atau kondisi-kondisi tertentu yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
agar pencapaian tujuan tercapai dengan baik. Hasibuan (2006:86) berpendapat
bahwa tipe koordinasi di bagi menjadi dua bagian besar yaitu koordinasi vertikal
dan koordinasi horizontal. Kedua tipe ini biasanya ada dalam sebuah organisasi.
Makna kedua tipe koordinasi ini dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini:
d. Disiplin
Pada setiap organisasi yang kompleks, setiap bagian harus bekerja secara
terkoordinasi, agar masing-masing dapat menghasilkan hasil yang diharapkan.
Koordinasi hádala usa penyesuaian bagian-bagian yang berbeda-beda agar
kegiatan dari pada bagian-bagian itu selesai pada waktunya, sehingga
masingmasing dapat memberikan sumbangan usahanya secara maksimal agar
diperoleh hasil secara keseluruhan, untuk itu diperlukan disiplin. Rivai
(2005:444) menyatakan pengertian disiplin kerja adalah suatu alat yang
digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka
bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk
meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan
organisasi dan normanorma sosial yang berlaku”. Jadi jelasnya bahwa disiplin
menyangkut pada suatu sikap dan tingkah laku, apakah itu perorangan atau
kelompok yang untuk tunduk dan patuh terhadap peraturan suatu organisasi.
2.4 Kollaborasi
2.4.1 Pengertian
Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli tersebut diatas, dapat
dimpulkan bahwa kolaborasi adalah suatu proses interaksi yang kompleks dan
beragam, yang melibatkan beberapa orang atau beberapa lembaga untuk saling
bekerja sama dengan menggabungkan berbagai pemikiran secara berkesinambungan
dalam menyikapi suatu hal dimana setiap pihak yang terlibat memiliki saling
ketergantungan. Terdapat 3 variabel utama dalam melihat kolaborasi, yaitu; pertama,
variabel pembagian kerja antar lembaga, kedua variebel truktur kelembagaan, dan
ketiga variabel koordinasi (operational interaction).
4. Collaborative Team Process. Sekumpulan proses kerja non birokrasi yang dikelola
oleh tim-tim kolaborasi dari kerjasama profesional yang bertanggung jawab penuh
bagi keberhasilannya dan mempelajari keterampilan-keterampilan yang
memungkinkan mereka menjadi mandiri.
1. Menghormati orang lain (Respect for people). Landasan utama dari setiap
organisasi adalah kepuasan masing-masing individu.Setiap orang yang akan
berkolaborasi menginginkan posisi yang kuat dan adanya kesamaan. Mereka
menginginkan kepuasan pribadi yang tinggi dan atau lingkungan kerja yang
mendukung dan mendorong kepuasan terhadap dirinya.
7. Pengakuan dan pertumbuhan (Recognition and Growth). Hal yang tidak kalah
penting dalam tempat kerjayang kolaboratif adalah adanya upaya mendorong orang
untuk mau bekerja, dan segera memberi pengakuan terhadap hasil kerja seseorang
bagi semua anggota tim atau kelompok
1) Kolaborasi Primer.
Ciri utama dari kolaborasi primer adalah bahwa grup dan individu sungguh-
sungguh dilebur menjadi satu grup. Menurut Ahmadi (2004), grup ini berisi
seluruh kehidupan dari pada individu, dan masing-masing saling mengejar untuk
masing-masing pekerjaan, demi kepentingan seluruh anggota dalam grup itu.
Contohnya adalah kehidupan rutin sehari-hari dalam bicara, kehidupan keluarga
pada masyarakat primitif dan lain-lainnya.
2) Kolaborasi sekunder.
3) Kolaborasi Tertier.
Berbeda halnya dengan tipe kolaborasi Primer dan Sekunder, Kolaborasi Tertier
didasari oleh adanya konflik yang laten. Menurut Ahmadi Kolaborasi Tertier
dilandasi oleh adanya sikap-sikap dari pihak-pihak yang melakukan kolaborasi
adalah murni oportunis. Organisasi mereka sangat longgar dan gampang pecah.
Bila alat bersama itu tidak lagi membantu masing-masing pihak dalam mencapai
tujuannya. Contohnya dalah hubungan buruh dengan pimpinan perusahaan,
hubungan dua partai dalam usaha melawan partai ketiga
1).Transparansi,
2).Akuntabilitas,
3).Partisipatif,
4).Efisiensi,
5).Efektivitas,
6).Konsensus,
Untuk melaksanakan kolaborasi diperlukan beberapa tahapan. Ada tiga tahap penting
dalam kolaborasi
2. Tahap II Direction Setting. Yaitu menentukan aturan dasar, menyusun agenda dan
mengorganisasikan sub-sub kelompok. Menyatukan informasi yang ada, meneliti
pilihan, dan memperbanyak persetujuan yang diinginkan.
3. Tahap III Implementation. Aturan dasar yang telah disepakati tersebut merupakan
ketentuan yang telah disepakati sehingga dalam pelaksanaannya harus selalu
dimonitor
BAB III. METODE KEGIATAN RESIDENSI
No Tanggal Kegiatan
Pelaksanaan
Kegiatan
1 21 September 2020 Pembuatan konsultasi rencana residensi
Fahmi Ismail, Afriani Tuti, 2017, Emergency Medical Service (Ems) Pada Out-Of
Hospital Cardiac Arrest (Ohca) Berbasis Aplikasi Internet, Jurnal Bahanan
Kesehatan Masyarakat Vol 1 No. 2 Edisi November, ISSN 2580-0590