Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN ANTARA UMUR, AKTIVITAS FISIK DAN STRESS DENGAN KEJADIAN

HIPERTENSI DI PUSKESMAS KAWANGKOAN.


Aprillya M.T. Gerungan*, Angela F.C. Kalesaran*, Rahayu H. Akili*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK
Hipertensi atau yang dikenal dengan tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan masyarakat secara
global. Di Puskesmas Kawangkoan, hipertensi berada pada urutan ke dua dalam laporan bulanan sepuluh
penyakit menonjol pada bulan Januari – Mei tahun 2016. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah terdapat hubungan antara umur, aktivitas fisik dan stress dengan kejadian hipertensi di Puskesmas
Kawangkoan.
Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan rancangan cross sectional yang dilaksanakan di
Puskesmas Kawangkoan pada bulan Juni – Juli 2016. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu
Consecutive Sampling dengan jumlah sampel 100 responden yang diambil dari pasien rawat jalan di Poli Umum
Puskesmas Kawangkoan. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner yang telah di uji sebelumnya. Uji statistik
yang digunakan yaitu Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% dan α = 0,05.
Hasil penelitian yang diperoleh dari uji statistik yaitu ada hubungan antara umur dengan kejadian hipertensi
(nilai p = 0,000) dan tidak ada hubungan antara aktivitas fisik (nilai p = 0,212) dan stress (nilai p = 0,371)
dengan kejadian hipertensi.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu semakin bertambahnya umur maka semakin besar pula resiko terkena
hipertensi. Tidak adanya hubungan antara aktivitas fisik dan stress dengan kejadian hipertensi pada uji statistik
bukan berarti aktivitas fisik dan stress tidak berisiko terhadap terjadinya hipertensi melainkan aktivitas fisik
yang aktif dan pengendalian stress dibutuhkan untuk pencegahan dan pengendalian kejadian hipertensi.

Kata Kunci : Umur, Aktivitas Fisik, Stress, Kejadian Hipertensi.

ABSTRACT
Hypertension or known as high blood pressure is a globally public health problem. At public health centre in
Kawangkoan, hypertension was ranked two on monthly report of ten disease prominent, from january – may
2016. So that, this study aims to know if there are the relationship between age, physical activity and stress with
hypertension at public health centre in Kawangkoan.
The research is analytic research survey through cross sectional design that implemented at public health centre
in Kawangkoan on june – july 2016. The sample collection techniques used consecutive sampling with the total
sample 100 respondents taken from the outpatient at the common section at public health centre in Kawangkoan.
The measuring instrument used the questionnaire that has been tested. Statistical tests used namely Chi-Square
with the levels of trust 95% and α = 0,05.
The results of research obtained from statistical test that there was a correlation between the ages with
hypertension (p value = 0,000) and there is no relationship between physical activity (p value = 0,212) and stress
(p value = 0,371) with hypertension.
The conclusion of this research the more increase in age the bigger the risk affected by hypertension. There is no
relationship between physical activity and stress with hypertension on statistical tests. It does not mean that
physical activity and stress not risk towards hypertension but physical activity and stress control are needed for
the prevention and control of hypertension.

Keywords : Age, Physical Activity, Stress, Hypertension.


PENDAHULUAN membutuhkan penanggulangan dan
World Health Organization (WHO) pencegahan yang baik agar prevalensi
menyebutkan bahwa hipertensi atau yang hipertensi semakin menurun dan derajat
dikenal dengan tekanan darah tinggi kesehatan masyarakat semakin meningkat.
merupakan masalah kesehatan masyarakat Di kecamatan Kawangkoan kabupaten
secara global. Dimana 10% dari total populasi Minahasa prevalensi hipertensi tahun 2015
dunia merupakan penderita hipertensi (Irianto, sebesar 5,73% (Puskesmas Kawangkoan,
2014). Di Amerika, 1 dari 3 orang dewasa 2015). Dalam laporan bulanan sepuluh
menderita hipertensi yang mengakibatkan penyakit menonjol Puskesmas Kawangkoan
penderita hipertensi di Amerika mencapai 70 pada bulan Januari – Mei tahun 2016
juta orang. Kondisi ini membuat hipertensi ditemukan hipertensi berada pada urutan ke
merupakan penyebab utama kematian di dua dengan jumlah total 639 kasus.
Amerika (CDC, 2016). Tidak hanya di Banyak faktor yang mempengaruhi
Amerika, hipertensi juga menjadi masalah terjadinya hipertensi diantaranya yaitu umur,
kesehatan di negara-negara yang berada di kurangnya aktivitas fisik dan stress (Tilong,
sekitar Indonesia. Dari total penduduk yang 2014).
ada, prevalensi hipertensi di Thailand sebesar
17%, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9% dan METODE PENELITIAN
Malaysia 29,9%. Dibandingkan dengan Penelitian ini adalah penelitian survei analitik
Indonesia sebesar 15% yang artinya dari 230 dengan rancangan cross sectional untuk
juta penduduk di Indonesia maka 35 juta mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan
penduduk diantaranya adalah penderita stress dengan kejadian hipertensi. Penelitian ini
hipertensi (Susilo dan Wulandari, 2011). dilaksanakan di Puskesmas Kawangkoan pada
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar bulan Juni-Juli 2016. Populasi pada penelitian
(Riskesdas) Tahun 2013, prevalensi hipertensi ini adalah pasien yang dirawat jalan di
di Indonesia sebesar 25,8% yang didapat Puskesmas Kawangkoan dengan total
melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun. kunjungan rawat jalan tahun 2015 sebanyak
Berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan 11.516 orang. Teknik pengambilan sampel
dan/atau minum obat, prevalensi hipertensi di digunakan Consecutive Sampling dengan
Indonesia hanya 7,7%, tertinggi di Sulawesi jumlah sampel 100. Instrumen dalam penelitian
Utara (11,4%), dan terendah di Papua (4,2%). ini menggunakan kuesioner.
Prevalensi hipertensi di Sulawesi Utara
(27,1%) masih di atas prevalensi hipertensi di
Indonesia yang artinya Sulawesi Utara masih
HASIL DAN PEMBAHASAN yang aktif dalam melakukan aktivitas fisik.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara Dilihat dari tingkat stress, diketahui bahwa
dengan menggunakan kuesioner diketahui sebanyak 47 responden mengalami stress dan
gambaran karakteristik responden. Pada 53 responden dengan keadaan normal.
karakteristik jenis kelamin responden diperoleh Tabel 1. Karakteristik Responden
hasil bahwa jumlah responden perempuan (56 Karakteristik n
Responden
responden) lebih banyak dari pada responden Jenis Kelamin
laki-laki (44 responden). Laki-laki 44
Perempuan 56
Karakteristik responden berdasarkan Umur
15-19 Tahun 5
kategori umur terjadi kecenderungan 20-24 Tahun 2
peningkatan responden mulai dari kelompok 25-29 Tahun 4
30-34 Tahun 2
usia 40-45 tahun. Responden terbanyak ada 35-39 Tahun 6
40-44 Tahun 9
pada kelompok usia 65-69 tahun yaitu 45-49 Tahun 8
sebanyak 24 responden. 50-54 Tahun 10
55-59 Tahun 10
Pada penelitian ini, sebagian besar 60-64 Tahun 20
65-69 Tahun 24
responden pernah menjalani proses pendidikan
Pendidikan
karena hanya 2 responden yang tidak sekolah. SD/sederajat 40
SMP/sederajat 24
Sebagian besar responden (40 responden) SMA/sederajat 28
berpendidikan terakhir SD/sederajat. Diploma/Sarjana 6
Tidak Sekolah 2
Pada kategori pekerjaan, sebanyak 40 Pekerjaan
Wiraswasta 17
responden bekerja sebagai ibu rumah tangga Ibu Rumah Tangga 40
dan hanya 4 responden yang belum dan tidak Pelajar 4
Pendeta 2
bekerja. Pensiunan 6
Petani 14
Hasil penelitian terhadap 100 responden Swasta 7
didapati jumlah responden hipertensi lebih Tukang 2
Belum Bekerja 4
banyak (57 orang) dari pada responden yang Tidak Bekerja 4
Tekanan Darah
tidak hipertensi (43 orang). Hipertensi 57
Pada pembagian kategori umur menurut Tidak Hipertensi 43
Kategori Umur
teori Bustan (2007) diketahui responden ≥ 40 Tahun 81
< 40 Tahun 19
termasuk dalam kategori umur ≥40 tahun Aktivitas Fisik
sebanyak 81 responden dan <40 tahun Kurang Aktif 65
Aktif 35
sebanyak 19 responden. Hasil analisis univariat Stress
Stress 47
diketahui 65 responden kurang aktif dalam
Normal 53
melakukan aktivitas fisik dan 35 responden
Hubungan antara Umur dengan Kejadian Kesamaan hasil penelitian ini terjadi karena
Hipertensi desain penelitian yang dilakukan sama yaitu
Hasil yang diperoleh dari uji statistik antara cross sectional. Selain itu, kesamaan
umur dengan kejadian hipertensi yaitu ada karakteristik jenis kelamin individu yang
hubungan yang bermakna antara umur dengan terbanyak ditemukan dalam penelitian-
kejadian hipertensi dengan nilai probabilitas penelitian ini yaitu jenis kelamin perempuan.
sebesar 0,000. Hasil penelitian ini sejalan Menurut Tilong (2014), jenis kelamin laki-laki
dengan penelitian yang telah dilakukan lebih berisiko mengalami hipertensi
sebelumnya oleh Sulistiyowati (2010) dan dibandingkan dengan perempuan. Hal ini
Artiyaningrum (2015) bahwa ada hubungan dipertegas oleh Ramaiah (2007) bahwa melalui
antara umur dengan kejadian hipertensi. Hasil pengamatan, komplikasi yang terjadi akibat
penelitian menemukan bahwa umur ≥ 40 tahun tekanan darah tinggi lebih sering terjadi pada
memiliki resiko terkena hipertensi sebesar laki-laki.
11,71 kali dibandingkan dengan umur < 40 Dalam uji statistik didapatkan bahwa
Tahun (Anggara dan Prayitno, 2013). Akibat aktivitas fisik dengan hipertensi tidak
bertambahnya umur, terjadi penurunan fungsi berhubungan, namun bukan berarti aktivitas
fisiologis dan daya tahan tubuh yang terjadi fisik sama sekali tidak berisiko terhadap
karena proses penuaan yang dapat terjadinya hipertensi. Terlihat pada tabel 2
menyebabkan seseorang rentan terhadap dimana responden yang kurang aktif
penyakit salah satunya yaitu hipertensi melakukan aktivitas fisik yang menderita
(Kemenkes RI, 2013). hipertensi lebih banyak dibandingkan dengan
responden yang aktif melakukan aktivitas fisik.
Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Hipertensi Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan
Hasil yang diperoleh dari analisis bivariat Kejadian Hipertensi
antara aktivitas fisik dengan hipertensi yaitu Hasil analisis stress dengan hipertensi
tidak ada hubungan antara aktivitas fisik didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara
dengan kejadian hipertensi di Puskesmas stress dengan kejadian hipertensi di Puskesmas
Kawangkoan dengan nilai probabilitas yaitu Kawangkoan dengan nilai probabilitas yaitu
0,212. Hasil penelitian ini sejalan dengan 0,371. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian
penelitian yang dilakukan oleh Jufri dkk yang dilakukan oleh Rahajeng dan Tuminah
(2012), Novitaningtyas (2014) dan Santoso (2009). Seperti yang dilakukan dalam
(2013) bahwa tidak ada hubungan antara penelitian Rahajeng dan Tuminah, penelitian
aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. ini juga mengukur stress dan hipertensi dengan
cara yang sama yang memungkinkan hasil karakteristik individu pada penelitian yang
penelitian yang diperoleh juga sama yaitu memungkinkan terjadi perbedaan pada hasil
jangka waktu pengumpulan data yang penelitian yang diperoleh. Penelitian yang
dilakukan. Maksud dari hal tersebut yaitu stress dilakukan Fitriani dilakukan pada responden
diukur pada jangka waktu tertentu dari hari yang semuanya merupakan pasien rawat jalan
pengumpulan data sedangkan tekanan darah dengan hipertensi dan didapati pasien
diukur pada saat pengumpulan data dilakukan. hipertensi lebih banyak mengalami stress dari
Adapula hasil penelitian yang telah pada yang tidak mengalami stress dan pada
dilakukan sebelumnya oleh Fitriani (2012) di penelitian ini dilakukan pada semua pasien
Rumah Sakit Umum Labuang Baji Makassar rawat jalan dan didapati pasien yang tidak
yaitu adanya hubungan antara stress dengan stress (normal) lebih banyak dari yang
kejadian hipertensi. Hasil tersebut berbeda mengalami stress seperti pada tabel 1.
dengan hasil penelitian ini. Perbedaan
Tabel 2. Hubungan Antara Faktor Resiko dengan Kejadian Hipertensi
Tekanan Darah
Faktor Resiko Total Nilai p
Hipertensi Tidak Hipertensi
n % n % n %
Umur
≥ 40 Tahun 53 65,4% 28 34,6% 81 100% 0,000
< 40 Tahun 4 21,1% 15 78,9% 19 100%

Aktivitas Fisik
Kurang Aktif 40 61,5% 25 38,5% 65 100% 0,212
Aktif 17 48,6% 18 51,4% 35 100%

Stress
Stress 29 61,7% 18 38,3% 47 100% 0,371
Normal 28 52,8% 25 47,2% 53 100%

KESIMPULAN SARAN
1) Ada hubungan antara umur dengan Bagi masyarakat agar mampu mencegah dan
kejadian hipertensi di Puskesmas menghindari faktor-faktor yang berisiko
Kawangkoan. hipertensi dan mempraktekkan gaya hidup
2) Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik sehat yang dapat membantu menurunkan resiko
dengan kejadian hipertensi di Puskesmas terkena hipertensi. Selain itu, pemeriksaan
Kawangkoan. tekanan darah secara rutin juga perlu untuk
3) Tidak ada hubungan antara stress dengan membantu deteksi dini kejadian hipertensi.
kejadian hipertensi di Puskesmas
Kawangkoan.
DAFTAR PUSTAKA Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten
Anonim. 2015. Profil Puskesmas Kawangkoan Sinjai. Vol. 1, No. 5.
Tahun 2015. Minahasa : Puskesmas Kementerian Kesehatan RI. 2013. Gambaran
Kawangkoan. Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia.
Anggara, F., Prayitno, N. 2013. Faktor-faktor Jakarta : Pusat Data dan Informasi
yang berhubungan dengan tekanan Kementerian Kesehatan RI.
darah di Puskesmas Telaga Murni, Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset
Cikarang Barat Tahun 2012. Vol. 5, Kesehatan Dasar 2013. Jakarta : Badan
N0.1. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Artiyaningrum, B. 2015. Faktor-faktor yang Kementerian Kesehatan RI.
berhubungan dengan Kejadian Kneisl, C. R., Trigoboff, E. 2008.
Hipertensi Tidak Terkendali pada Contemporary Physchiatric-Mental
Penderita yang melakukan Pemeriksaan Health Nursing Second Edition. New
Rutin di Puskesmas Kedungmundu Kota Jersey : Pearson Education.
Semarang Tahun 2014. Semarang : Novitaningtyas, T. 2014. Hubungan
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Karakteristik (Umur, Jenis Kelamin,
Negeri Semarang. Tingkat Pendidikan) dan Aktivitas Fisik
Badeni. 2013. Kepemimpinan dan Perilaku dengan Tekanan Darah pada Lansia di
Organisasi. Bandung : Alfabeta. Kelurahan Makamhaji Kecamatan
Centers for Disease Control and Prevention. Kartasura Kabupaten Sukoharjo.
2016. Hiigh Blood Pressure, (online), Surakarta : Program Studi Gizi Fakultas
(http://www.cdc.gov/bloodpressure/inde Ilmu Kesehatan Universitas
x.htm, diakses 11 Mei 2016). Muhammadiyah Surakarta.
Fitriani, F. 2012. Faktor Risiko Kejadian Rahajeng, E., Tuminah, S. 2009. Prevalensi
Hipertensi Yang Rawat Jalan di Rumah Hipertensi dan Determinannya di
Sakit Umum Labuang Baji Makassar. Indonesia. Vol. 59, No. 12.
Vol. 1, No. 5. Ramaiah, S. 2007. All You Want To Know
Irianto, K. 2014. Epidemiologi Penyakit About HIPERTENSI. Jakarta : Bhuana
Menular & Tidak Menular : Panduan Ilmu Populer.
Klinis. Bandung : Alfabeta. Santoso, A. 2013. Hubungan Antara Aktivitas
Jufri, Z., Tasak, H., Sukriyadi. 2012. Fisik dan Asupan Magnesium dengan
Hubungan Antara Gaya Hidup dengan Tekanan Darah pada Penderita
Kejadian Hipertensi pada Pasien Rawat Hipertensi Rawat Jalan RSUD Dr.
Jalan di Puskesmas Panaikang Moewardi di Surakarta. Surakarta :
Program Studi Gizi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Sigarlaki, H. J. O. 2006. Karakteristik dan
Faktor Berhubungan dengan Hipertensi
di Desa Bocor, Kecamatan Bulus
Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa
Tengah. Vol. 10, No. 2.
Sihombing, M. 2010. Hubungan Perilaku
Merokok, Konsumsi Makanan/Minuman,
dan Aktivitas Fisik dengan Penyakit
Hipertensi pada Responden Obes Usia
Dewasa di Indonesia. Vol. 60, No. 9.
Sulistiyowati. 2010. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian
Hipertensi di Kampung Botton
Kelurahan Magelang Kecamatan
Magelang Tengah Kota Magelang
Tahun 2009. Semarang : Universitas
Negeri Semarang.
Susilo, Y., Wulandari, A. 2011. Cara Jitu
Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta :
Andi Offset.
Tilong, A. D. 2014. Waspada !!! Penyakit-
penyakit Mematikan Tanpa Gejala
Menyolok. Jogjakarta : Buku Biru.
World Health Organization. 2013. A global
brief on Hypertension : Silent Killer,
global public health crisis. Switzerland :
MEO design – communication – web.

Anda mungkin juga menyukai