Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.

LATAR BELAKANG
Tugas utama negara mulai dari lingkup nasional, propinsi dan
kabupaten/kota adalah menyelenggarakan pembangunan. Salah satu
indikator penting untuk menilai keberhasilan dalam pembangunan adalah
HDI

yaitu singkatan dari Human Development Index

atau Indeks

Pembangunan Manusia (IPM). Indeks ini terdiri dari : Indeks ekonomi


(pendapatan riil per kapita), Indeks pendidikan (angka melek huruf dan lama
sekolah) dan Indeks kesehatan (umur harapan hidup waktu lahir). Karena
HDI ini sebagai Indikator berhasil tidaknya dalam penyelenggaraan
pembangunan (nasional, propinsi ataupun kabupaten) maka HDI ini harus
mengandung unsur-unsur intervensi. Intervensi diperlukan bila ternyata hasil
yang dicapai tidak seperti yang diharapkan.
Jenis intervensi berbeda sesuai masalah dihadapi. Intervensi untuk
indeks

Ekonomi;

pendapatan

perkapita,

pertumbuhan

ekonomi

dan

pemerataaan melalui perluasan lapangan kerja, untuk indeks Pendidikan;


melek huruf dan lama sekolah berupa wajib belajar 12 tahun, dan untuk
indeks kesehatan: umur harapan hidup (UHH) waktu lahir, intervensinya perlu
dijabarkan dalam program yang nyata. Perlu dibuat indikator untuk dapat
mengukur pencapaian

UHH, yaitu

Indeks

Pembangunan Kesehatan

Masyarakat (IPKM). Indeks ini sebagai mana juga HDI merupakan indikator
komposit yang khusus menggambarkan kemajuan pembangunan kesehatan.
Sumber datanya dirumuskan dari data kesehatan berbasis komunitas yaitu:
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar), Rifaskes (Riset Fasilitas Kesehatan),
Susenas (Survei Ekonomi Nasional). Survei Podes (Survei Potensi Desa).
Terdapat 24 Indikator Pembangunan Kesehatan Masyarakat dengan
bobot tertentu yang berkontribusi langsung dengan Indeks Pembangunan
Manusia (HDI), yaitu :

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

1. Prevalensi balita gizi buruk dan kurang


2. Prevalensi balita sangat pendek dan pendek
3. Prevalensi balita sangat kurus dan kurus
4. Prevalensi balita gemuk
5. Prevalensi diare
6. Prevalensi pneumonia
7. Prevalensi hipertensi
8. Prevalensi gangguan mental
9. Prevalensi asma
10. Prevalensi penyakit gigi dan mulut
11. Prevalensi Disabilitas
12. Prevalensi Cedera
13. Prevalensi Penyakit Sendi
14. Prevalensi ISPA
15. Proporsi perilaku cuci tangan
16. Proporsi merokok tiap hari
17. Akses air bersih
18. Akses sanitasi
19. Cakupan persalinan oleh nakes
20. Cakupan pemeriksaan neonatal
21. Cakupan imunisasi lengkap
22. Cakupan penimbangan balita
23. Ratio Dokter/Puskesmas
24. Ratio Bidan/desa
Tujuan penentuan IPKM suatu daerah kabupaten/kota untuk
menentukan

peringkat

kabupaten/kota

berdasarkan

kemajuan

pembangunan kesehatan dan untuk mengetahui permasalahan kesehatan


Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

di masing-masing kabupaten/kota, sehingga dapat dirumuskan pogram


intervensi yang lebih tepat. IPKM ini bermanfaat sebagai bahan advokasi
ke para penentu kebijakan agar terpacu menaikkan peringkat IPKM daerah
dan meningkatkan sumber daya dan program kesehatan. Bagi pemerintah
pusat, IPKM dipakai sebagai dasar penentuan alokasi dana bantuan
kesehatan dari pusat ke daerah (provinsi maupun kabupaten/kota).
Makin kecil nilai IPKM suatu daerah, makin berat masalah kesehatan di
kabupaten/kota tersebut. Kabupaten/kota dengan IPKM rendah merupakan
daerah prioritas untuk pembangunan kesehatan, agar dapat mengejar
ketertinggalan dari daerah lain. Selain itu Jenis intervensi untuk masingmasing program bisa lebih tajam, sesuai dengan data hasil yang ada.
Untuk penajaman program dapat dilihat indikator kesehatan yang dipilih
(prevalensi penyakit, cakupan program, dll dari 24 indikator IPKM).
Untuk mewujudkan semua upaya kesehatan yang berbasis IPKM
tersebut maka dibuatlah visi dan misi sebagai pengarah. Pemerintah Kota
Ambon melalui Rencana Strategi (Renstra) Pembangunan Jangka Panjang
dan Menengah telah membuat visi dan misi menuju Ambon Sehat. Visi dan
Misi tersebut diantaranya bertujuan untuk mewujudkan perubahan perilaku
hidup masyarakat yaitu ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), antara
lain dengan menjaga lingkungan serta mampu menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata.
Pembangunan

kesehatan

yang

dilaksanakan

secara

berkesinambungan tersebut, dalam lima tahun terakhir ini memperlihatkan


hasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Walaupun begitu,
keberhasilan pembangunan kesehatan belum merata. Di sana-sini masih
terdapat kekurangan yang masih harus terus dibenahi. Belum semua
Standar Pelayanan Minimal Kesehatan dipenuhi sesuai yang ditargetkan.
Belum meratanya distribusi tenaga kesehatan dan masih rendah kualitas
tenaga kesehatan yang ada merupakan permasalahan yang masih dijumpai
sampai akhir tahun 2013.
Untuk itu, pembangunan kesehatan Kota Ambon selanjutnya akan lebih
memperhatikan upaya peningkatan mutu pelayanan dengan meningkatkan

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

sarana

dan

prasarana,

sumber

daya

manusia

dan

pemberdayaan

masyarakat dengan tidak mengabaikan tuntutan kebutuhan masyarakat.


Melalui Kebijakan Otonomi Daerah yang turut mempengaruhi kebijakan
pembangunan di bidang kesehatan, perumusan ulang terhadap Strategi dan
Kebijakan

Pembangunan

dalam

Bidang

Kesehatan

perlu

dilakukan.

Pemerintah Kota Ambon, melalui strategi dan kebijakan pembangunan saat


ini, telah menyusun perencanaan pembangunan yang pelaksanaannya di
seluruh sektor mengantisipasi setiap dampak yang timbul terhadap
kesehatan, baik bagi individu, keluarga maupun masyarakat. Hal ini penting
sebab pembangunan dalam bidang kesehatan merupakan investasi
terhadap sumber daya manusia bagi kepentingan bangsa di masa depan.
Sehubungan dengan itu maka pelayanan kesehatan yang disediakan,
hendaknya

mengutamakan

pelayanan

pencegahan

(preventif)

dan

penyuluhan (promotif), tanpa mengabaikan tindakan pengobatan (kuratif)


dan pemulihan (rehabilitatif) kepada masyarakat.
Pelayanan kesehatan harus terus menerus dipelihara dan ditingkatkan
melalui kualitas tenaga kesehatan, ketersediaan obat, maupun sarana dan
prasarana penunjang lainnya, dalam rangka peningkatan, pemerataan dan
terjangkaunya pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Kota Ambon
Terwujudnya Ambon Sehat diharapkan tidak hanya merupakan harapan
Dinas Kesehatan Kota Ambon beserta seluruh jajarannya, tetapi juga
merupakan harapan dan dambaan seluruh warga Kota Ambon.
2.

TUJUAN
2.1. Tujuan Umum
Tujuan pembuatan profil puskesmas waihaong adalah untuk
menyediakan data dan informasi akurat tentang kesehatan di wilayah
kerja

puskesmas,

dalam

rangka

meningkatkan

kemampuan

manajemen dan sistem informasi kesehatan yang semakin baik.


2.2.

Tujuan Khusus
Menjadikan Profil Kesehatan Puskesmas Waihaong sebagai bahan
untuk mengukur Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
desa/kelurahan, melihat Indikator IPKM serta penyusunan rencana

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

pembangunan di bidang Kesehatan di Desa/kelurahan, kecamatan


Nusaniwe kota Ambon.

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

BAB II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS WAIHAONG
1.

LETAK DAN BATAS WILAYAH


Secara geografisnya, letak dan batas Kota Ambon berada antara

30

- 40 LS dan 1280 - 1290 BT,dengan luas wilayah 62,9 ha/m2 dan memiliki
batas-batas wilayah sbb : sebelah selatan dengan kelurahan wainitu ,utara
dengan kelurahan honipopu, barat dengan teluk ambon dan sebelah timur
dengan mangga dua.
2.

LUAS DAN JARAK


Puskesmas Waihaong dibangun pada tahun 1985, pada tahun 2003 di
rehabilitasi kembali dan memiliki luas tanah 225,5 m2 serta memiliki luas
bangunan 24,9 x 7,2 m2.
Luas Wilayah kerja Puskesmas Waihaong seluruhnya 62,9 ha/m2 dan
terbagi atas Tiga (3) kelurahan, yang terdiri dari :
1. Kelurahan Waihaong 15 Ha/m2,
2. Kelurahan Silale 12 Ha/m2,
3. Kelurahan Urimesing 29,9 Ha/m2
Jarak tempuh dari Pusat Kota Ambon ke Puskesmas dan kelurahan
adalah sebagai berikut:
1. Puskesmas : 0,5.Km
2. Kelurahan Waihaong : 0,5 Km
3. Kelurahan Silale : 0,5 Km
4. Kelurahan Urimesing : 0,5 Km

a. Puskesmas Waihaong

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

3.

TOPOGRAFI ( data kelurahan setempat)


Sebagian besar wilayah kerja Puskesmas Waihaong kota Ambon
berada di daerah pesisir pantai dan merupakan kawasan perkotaan dengan

4.

ketinggian 3,5 m dari permukaan laut


IKLIM
Kota Ambon dipengaruhi oleh dua macam iklim yaitu iklim laut tropis
dan iklim musim. Kedua musim ini diselingi oleh musim pancaroba yang
merupakan transisi dari kedua musim tersebut. Musim barat umumnya
berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret sedangkan
pada bulan April adalah musim transisi ke musim timur. Musim timur
berlangsung dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, disusul oleh
masa pancaroba pada bulan November yang merupakan transisi ke musim
Barat. Namun oleh pengaruh pemanasan global akhir-akhir ini maka sering
terjadi pergeseran waktu terjadinya musim atau iklim di atas, sehingga kota
Ambon sudah hampir tidak mengalami dua musim dengan waktu yang sama.

5.

KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk Puskesmas Waihaong Kota Ambon tahun 2014 yang
didapat dari hasil pendataan oleh Desa/kelurahan, sebanyak 16.959 jiwa,
terdiri dari

laki-laki sebanyak 8.059 jiwa atau 47,5 % dan perempuan

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

sebanyak

8900

jiwa atau 52,4 %, dengan rincian penduduk per

Desa/kelurahan sebagai berikut :


1) Kelurahan Waihaong 7786 jiwa ( 45,9 %)
2) Kelurahan Silale 5249 ( 31 %)
3) Kelurahan Urimesing 3924 ( 23,1 %)
Tabel 1. Kepadatan Penduduk Per Km2 Puskesmas Benteng Tahun 2014
Desa/kelurahan

Luas
Wilayah
Km2

Jumlah
Pendudu
k

Jumlah
Rumah T

Rata2
Jiwa / RT

Kel. Waihaong

15 ha/m2

7786

572

13,61

Kel. Silale

18 ha/m2

5249

368

17.44

Kel.Urimesing

29,9 ha/m2

3924

301

.23.36

Pusk.Waihaong

62.9 ha/m2

16959

1241

13.67

Kepadatan
Penduduk

Grafik 1. Jumlah Penduduk Puskesmas Waihaong Tahun 2014

6. PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan bagian yang vital dalam kehidupan suatu


masyarakat, untuk itu pemerintah berusaha dengan sungguh-sungguh

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

memperhatikan sektor ini, terlihat dari sarana-prasarana pendidikan sebagai


berikut Tahun 2011 : Jumlah SD sebanyak 13 buah, SLTP 2 buah SMU 2
buah, Perguruan Tinggi, D3 1 dan S1 1 buah. Tahun 2012 Jumlah SD
sebanyak 13 buah, SLTP 2 buah SMU 2 buah, Perguruan Tinggi, D3 1 dan
S1 1 buah. Tahun 2013 Jumlah SD sebanyak 13 buah, SLTP 2 buah SMU
1 buah, Perguruan Tinggi, D3 1 dan S1 1 buah. Tahun 2014 Jumlah SD
sebanyak 13 buah, SLTP 2 buah SMU 1 buah, Perguruan Tinggi, D3 1 dan
S1 1 buah

7. KEADAAN LINGKUNGAN
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat selain faktor perilaku dan pelayanan
kesehatan. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan akan disajikan
indikator-indikator penentu antara lain : persentase rumah sehat, persentase
keluarga memiliki akses air bersih, persentase rumah sehat menurut
kecamatan, persentase keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar
menurut kecamatan: KK memiliki jamban, tempat sampah dan pengolahan
air limbah, tempat umum dan pengolahan makanan, persentase rumah yang
diperiksa jentik .
a.
Rumah Sehat
Data hasil dari puskesmas waihaong, di tahun 2014 jumlah
rumah secara keseluruhan 1381 jumlah rumah yang diperiksa / dibina
sebanyak 1241 dan rumah sehat sebanyak 657 (47,5 %) Tahun 2013
Jumlah rumah 1381, diperiksa /dibina sebanyak 1241 ,rumah sehat
sebanyak 657. (47,5%), tetap jumlah rumah baik kwantitas maupun
kwalitas (Rumah sehat). Hal ini dapat menggambarkan membaiknya
tingkat pendapatan / ekonomi masyarakat maupun tingkat pengetahuan
dan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan (tabel 59).
Grafik 2. Tren Rumah Sehat di Puskesmas waihaong Thn 20 12-2014

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

b.

Akses Air Bersih


Untuk akses air bersih terdiri dari beberapa sumber : 1) Air bersih
dari Perpipaan, 2) SPT, 3) SGL, 4) PMA; dan Penampungan Air Hujan
(PAH), yang semua termasuk dalam sarana air bersih yang terlindung.
untuk sarana air bersih tidak terlindung seperti sungai/kali tidak
digunakan masyarakat kota Ambon sebagai sumber kebutuhannya.
Data pada sub bidang kesehatan lingkungan menunjukan bahwa akses
air bersih bagi masyarakat kota ambon mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun, dimana tahun 2014 penduduk dengan akses
berkelanjutan terhadap air minum berkwalitas ( layak ) mencapai 1110
jiwa ( 6,5 % ) dari jumlah penduduk puskesmas waihaong sebesar
16.959 jiwa. Diharapkan sisnya akan dipenuhi ditahun 2014 dan 2015 (
Tabel 64 dan 65 )

c.

Sarana Sanitasi Dasar


Untuk sanitasi dasar seperti jamban di puskesmas waihaong di
tahun 2014 sebanyak 58,8 % atau 9984 penduduk yang akses
terhadap fasilitas sanitasi dasar yang layak ( jamban sehat ). Tahun
2014 salah satu misi Pemerintah Kota Ambon yang membuat masalah

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

sampah sudah semakin membaik, karena sebagian besar telah


tertangani oleh pemerintah, dan ini sangat diharapkan agar semua
masyarakat berpartisipasi aktif mendukung program pemerintah,
supaya dapat mengatasi penyakit yang diakibatkan oleh masalah
tersebut.

d.

Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan


Untuk menjamin baik sehat tidaknya tempat umum dan tempat
pengelolaan makanan maka selalu dilakukan pemeriksaan rutin pada
Tempat tempat umum (TTU ) dan Tempat Pengelolaan Makanan
( TPM ). TTU di Puskesmas waihaong Kota Ambon Tahun 2014
berjumlah 65 dan yang memenuhi syarat Sanitasi sebesar 60 atau 92,3
%. TPM sebanyak 166 dan yang memenuhi syarat Sanitasi dan Higiene
sebanyak 124 atau 74 %. Dari hasil pemeriksaan TUPM, ternyata yang
sehat semakin menurun, terutama pada TPM jenis makanan jajanan
yang disebabkan karena ketidak tersediaan sarana sanitasi dasar
higiene

BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

A.

INDEKS

PEMBANGUNAN

MANUSIA

(IPM)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah pengukuran perbandingan
dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua
negara di seluruh dunia. Namun seiring dengan implementasi dan proses
Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

intervensi dari IPM tersebut maka telah disepakati dan dibuat indikator baru
yang dikenal dengan nama Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat
atau IPKM.
IPKM

dapat

digunakan

untuk

menentukan

peringkat

suatu

kabupaten/kota dalam pembangunan kesehatan, selain itu dipakai sebagai


bahan advokasi ke pemerintah daerah, agar terpacu menaikkan peringkat
kesehatannya, dan juga sebagai acuan pemerintah daerah untuk membuat
program intervensi yang lebih tepat. Pemerintah pusat peringkat IPKM suatu
daerah dipakai perumusan Daerah Bermasalah Kesehatan Berat/Khusus
(DBKBK) sekaligus sebagai dasar penentuan alokasi dana bantuan
kesehatan ke daerah tersebut. Penentuan peringkat IPKM tahun 2010 ini
didapat berdasarkan hasil Riskesdas 2007 - 2008 dari 440 kabupaten/kota di
seluruh Indonesia. Hasil IPKM dengan nilai terendah atau tingkat
kesehatannya paling buruk didapati pada daerah Pegunungan Bintang,
Papua (0,247059) dan tertinggi pada kota Magelang, Jateng (0,708959),
sementara kota Ambon berada pada peringkat 43 (0,632536) dari 440
kabupaten/kota yang dinilai.
Untuk kabupaten kota di Maluku yang paling tinggi adalah kota Ambon
peringkat 43, kabupaten Maluku Tengah 199, Kabupaten Maluku Tenggara
233, sedangkan posisi bawah ada Kabupaten Buru 415, Seram Bagian Timur
433, dan Kepulauan Aru 394 sehingga ketiga kabupaten ini dimasukan ke
dalam kategori Daerah Bermasalah Kesehatan Berat/Khusus (DBKBK).
Walaupun kota Ambon berada pada peringkat yang lebih baik bukan
berarti tidak ada masalah kesehatan, masih cukup banyak masalah
kesehatan di kota Ambon, yang membutuhkan penanganan terpadu dari
semua sektor

terkait, karena tanpa kerjasama yang baik tidak mungkin

masalah kesehatan dapat teratasi. Untuk itu, dalam penanganannya butuh


perhatian pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, khusus untuk
bantuan alokasi dana maupun sarana dan prasarana penunjang, termasuk
Sumber Daya Manusia yang berkualitas.
Selain IPKM yang menjadi sorotan pemerintah sekarang ini, hal penting
lain yang tidak dapat dilepas : upaya pencapaia MDGs 2015. Kesepakatan
negara-negara dunia yang tertuang dalam 8 (delapan ) indikator MDGs 2015
Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

yang diantaranya terdapat 5 (lima) indikator

yang berhubungan dengan

kesehatan yaitu upaya penurunan angka kemiskinan melalui penurunan


angka balita gizi buruk, upaya mengurangi tingkat kematian anak, upaya
meningkatkan kesehatan ibu; sekaligus menurunkan tingkat kematian ibu
hamil dan upaya pencegahan terhadap HIV/AIDs, malaria dan penyakit
menular lainnya, serta lingkungan hidup. Lima (5) indikator MDGs 2015 ini
dan IPKM merupakan perhatian utama bidang kesehatan.
1.

ANGKA KEMATIAN BAYI


Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
indikator yang sering digunakan untuk menentukan derajat kesehatan
suatu masyarakat. Dengan AKB dapat diketahui berapa jumlah bayi
yang meninggal sejak dilahirkan sampai dengan bayi berumur 1 tahun
di antara 1.000 kelahiran hidup.
AKB menggambarkan besaran masalah kesehatan di tengahtengah masyarakat.
kesehatan

dan

Besaran AKB dipengaruhi oleh pelayanan

sarana

prasarana

pendukung

serta

tingkat

pendapatan/ekonomi suatu masyarakat. Pendapatan mempengaruhi


kuantitas dan kualitas asupan gizi yang pada gilirannya mempengaruhi
daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dan kematian.
. AKB kota Ambon pada tahun 2013 adalah 15 orang atau 2,2 per
1000 kelahiran hidup.atau 14 jiwa dibandingkan dengan tahun 2012
adalah 6,6 per 1000 kelahiran hidup atau 46 orang bayi, mengalami
penurunan karena adanya kerjasama dengan lintas sektor dalam kasus
pelacakan kasus kematian. dan peningkatan pertolongan persalinan
oleh Nakes (bidan). Dengan menurunnya kasus kematian, Diharapkan
agar masyarakat lebih memaksimalkan fungsi sarana

kesehatan di

kota Ambon disertai membaiknya kualitas dan kuantitas SDM


kesehatan.

maka sangat diharapkan lebih meningkatnya kinerja

petugas kesehatan, dan kerja jejaring lebih ditingkatkan, agar di tahun


depan bisa ditekan angka kematiannya. (lampiran tabel 7)
2.

ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA)

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian anak


umur 0-5 tahun per 1000 Kelahiran Hidup. AKABA menggambarkan
masalah kesehatan anak serta faktor faktor yang mempengaruhi
kesehatan balita seperti gizi, sanitasi, penyakit, pelayanan kesehatan,
infeksi dan kecelakaan.
Jumlah kematian balita di tahun 2012 sebesar 65 atau 9,3
per 1000 kelahiran hidup dan tahun 2013 kematian anak balita 11 atau
1,6 per 1000 kelahiran hidup. Penurunan AKABA ini tidak terlepas dari
peranan petugas kesehatan yang aktif memberikan pelayanan di luar
gedung dan tingkat pemahaman masyarakat yang lebih baik terhadap
kesehatan. (lampiran tabel 5)
3.

ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)


Selain AKB, maka Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator
penting untuk menilai keberhasilan pembangunan kesehatan suatu
daerah. Angka Kematian Ibu juga menjadi sangat penting dan menjadi
sorotan hampir di semua belahan dunia, sesuai komitmen bersama
bangsa-bangsa di dunia melalui MDGs, dimana salah satu indikator
penting adalah upaya menurunkan 2/3 AKI pada tahun 2015.
AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terjadi selama masa
kehamilan, persalinan dan masa nifas atau 42 hari sesudah melahirkan.
Secara Nasional, AKI berangsur menurun sejak tahun 1992 sampai
2007 yaitu dari angka 425 228 per 100.000 kelahiran hidup. AKI kota
Ambon, tahun 2010, 49 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2011 6
kematian atau 84,3 per 100.000 kelahiran hidup, dan ditahun 2012
terjadi 2 kematian ibu atau 28,6 per 100.000 kelahiran hidup. Tahun
2013 sebesar 4 ibu atau 59,9 per 100 000 kelahiran hidup. Penyebab
utama kematian adalah terlambat penanganan oleh tenaga kesehatan
dan perdarahan serta partus yang lama. (lampiran tabel 6 )

Grafik 5. Tren AKI, AKB, AKABA Kota Ambon Thn 2010 - 2013

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

B.

ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS)


Angka Kesakitan adalah banyaknya penduduk yang sakit dan
mendapat pelayanan kesehatan pada fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada di kota Ambon: puskesmas, klinik, balai pengobatan maupun
rumah sakit. Angka kesakitan merupakan data yang menunjukan jumlah
masyarakat yang sakit, yang perlu mendapat pelayanan yang konfrehensif,
supaya apabila sudah sembuh dan sehat tidak jatuh sakit lagi, dengan
demikian maka visi Indonesia sehat itu bisa terwujud. Tingkat kesakitan
penduduk suatu negara mencerminkan situasi derajat kesehatan masyarakat
di dalamnya. Dari data 10 penyakit terbanyak yang didapat dari puskesmas
waihaong Kota Ambon, sepanjang tahun 2014, penyakit Infeksi Akut lain
pada saluran napas bagian atas masih menempati urutan teratas atau
sebesar 25,63% diikuti dengan penyakit gastritis pada, sama seperti tahuntahun sebelumnya. Untuk penyakit lain dengan melihat ke tahun sebelumnya,
ada perubahan pola penyakit. Penyakit -penyakit menonjol di tahun 2014
dapat dinyatakan sebagai penyakit infeksi menular yang masih tinggi. Bagi
kelompok usia produktif, kesakitan sangat mempengaruhi
dan

produktivitas

pendapatan keluarga, untuk perlu upaya bersama pemerintah dan

masyarakat untuk lebih meningkatkan upaya preventif dan promotif.


Tabel 3. Penyakit Utama di Puskesmas Waihaong Tahun 2014

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014


No.

Nama Penyakit

Infeksi Akut Lain pada Saluran Pernafasan Bag.atas

1327

25,63

Gastritis

593

11,45

Penyakit pulpa dan jaringan periapikal

557

10,76

Penyakit pada sistim otot dan jaringan penikat

550

10,62

Penyakit lain pada saluran pernapasan bagian atas

527

10,18

Demam yan tidak diketahui sebabnya

494

9,54

Penyakit kulit infeksi

408

7,88

Penyakit tekanan darah tinggi

333

6,43

Penyakit kulit alergi

289

5,58

Diare

98

1,89

10

Jumlah

Total angka kesakitan : 5176


1.

PENYAKIT MENULAR
Penyakit menular adalah jenis penyakit yang telah ada sejak
jaman dulu yang seharusnya sudah dapat dieliminasi atau eradikasi
seperti pada banyak negara di Eropa dan Amerika. Dibanyak negara
Asia termasuk Indonesia, masalah penyakit infeksi masih merupakan
penyakit yang dominan dalam menyumbangkan angka kesakitan dan
kematian yang cukup tinggi. Perkembangan dalam beberapa tahun
terakhir ini merebak jenis penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
maupun bakteri yang hampir tidak dapat dibendung. Hal ini membuat
jajaran kesehatan harus berupaya untuk kerja

lebih keras, dalam

menangani masalah-penyakit infeksi tersebut, yang juga harus


bargaining

dengan sektor terkait,

swasta

maupun partisipasi

masyarakat untuk mengatasi ataupun menekan angka terularnya


penyakit. Seiring dengan itu, muncul juga permasalahan kesehatan lain
yaitu meningkatnya angka kesakitan peyakit tidak menular atau
penyakit degeneratif seperti kanker, stroke, DM, darah tinggi dan
penyakit jantung, termasuk gangguan gizi, yang sangat popular di
masyarakat, akibat pola hidup konsumtif dan gaya hidup yang tidak
berolah raga.
a.

Penyakit Malaria

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

Penyakit malaria merupakan bagian dari penyakit infeksi


yang cukup banyak diderita oleh masyarakat. Sampai saat ini kota
Ambon masih termasuk wilayah yang masuk dalam kategori
endemis malaria.

Untuk itu penyakit

Malaria terus menerus

menjadi perhatian institusi kesehatan di kota Ambon dan dibantu


oleh LSM asing Global Fund. Ini terlihat dari upaya-upaya yang
dilakukan semakin gencar untuk menuntaskan permasalahan
penyakit malaria ini. Seiring juga dengan komitmen global yang
tertuang di dalam MDGs 2015 yaitu gerakan untuk menyelesaikan
masalah malaria di tahun 2015, malaria menjadi suatu perhatian
khusus dari jajaran dinas kesehatan kota ambon, bersama
pemerintah daerah dalam penanganan maupun pencegahannya.
Jumlah Kasus malaria di Puskesmas Waihaong sepanjang
tahun 2014 sebanyak 36 kasus positif , dengan angka kesakitan
(API) 2,1 per 1000 penduduk.. Berarti untuk tahun 2014 terjadi
penurunan jumlah kasus malaria , walaupun tidak menunjukan
angka penurunan yang tajam.Jumlah kasus malaria di puskesmas
waihaong kota Ambon sepanjang

tahun

2013 sebanyak 40

kasus positif,dengan angka kesakitan 2,6 tahun 2012 sebanyak


27 kasus positif dengan angka kesakitan 1,8. Berarti untuk tahun
2013 terjadi peningkatan jumlah kasus malaria, ini menunjukan
bahwa

perlu

mempengaruhi

kerjasama
keberhasilan

lintas

program

sistem

karena

kesehatan

di

sangat
daerah.

(lampiran tabel 24).


Grafik 7. Tren Kasus Malaria di Puskesmas Waihaong Thn
2012 2014

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

b.

Penyakit TB Paru
Penyakit TB paru merupakan salah satu penyakit infeksi
yang terbesar di antara penyakit infeksi lainya. Ada berbagai
penyakit infeksi TB yang bukan hanya pada paru tetapi juga TB
usus, TB kulit, TB otak dan TB kelenjar serta TB tulang. Penyakit
TB

paru

merupakan

perkembangannya

penyakit

pada

infeksi

dekade

menular

terakhir

yang

semakin

mengkawatirkan, sehingga penyakit TB paru ini dimasukkan


sebagai kelompok reemerging disease atau penyakit yang
dulunya pernah hilang atau telah berhasil ditekan tapi sekarang
muncul lagi. Untuk itu pula di dalam kesepakatan MDGs 2015,
masalah TB Paru dimasukkan sebagai salah satu indikator, yang
perlu penanganan serius di seluruh dunia, disamping malaria dan
HIV-AIDS. Salah satu upaya penanggulangan penyakit TB paru
secara nasional adalah melalui program Directly Observed
Treatment Shortcourse Chemotherapy (DOTS) yaitu upaya
pengobatan penyakit TB dengan bantuan semua pihak terkait
termasuk keluarga. Program DOTS ini juga telah dilakukan oleh
jajaran kesehatan di kota Ambon.
Keadaan penyakit TB Paru di Puskesmas Waihaong selama
tahun 2014 dengan jumlah kasus BTA positif 30

kasus dengan

angka kesembuhan atau success rate (SR) 37%.Tahun 2013


dengan jumlah

kasus BTA positif 10 kasus dengan angka

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

kesembuhan atau success rate (SR) 70%.Jumlah kasus positif


terjadi kenaikan, bukan berarti indicator keberhasilan belum
tercapai namun penjaringan yan dilakukan masih lebih bersifat
case ekspending sehingga masih banyak yang belum terjaring
(lampiran tabel 7-9)

Tabel 4. Kasus TB Paru di Puskesmas Waihaong Thn 2014


Keadaan Penyakit TB di Kota Ambon
Jumlah Penduduk
Jumlah Kasus Lama &
Baru

15293
30

Prevalensi

c.

CDR

75

BTA (+) diobati

30

Sembuh
SR

11(37)
40,7

Kematian

Infeksi Saluran Pernapasan Akut


ISPA pneumoni sampai saat ini masih merupakan penyakit
menular infeksi yang menyebabkan kematian balita. Rendahnya
kualitas lingkungan pemukiman, serta pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan yang kurang, menyebabkan penyakit ini masih
menjadi ancaman yang berbahaya bagi balita. Tingginya insiden
penyakit ini tidak terlepas dari faktor penularan yang mudah terjadi
dan faktor sosio-ekonomi masyarakat. Ditahun 2014 kasus
Pneumonia 7 kasus dan semuanya ditangani ,tahun 2012
sebanyak 2 kasus yang semuanya ditangani .Kasus ISPA juga
terjadi penurunan ditahun ini, ini tidak dapat dipungkiri juga karena
foktor faktor penyebab yang bisa ditangani dengan dengan baik
(tabel 10).

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

Grafik 9. Kasus Pneumoni di Puskesmas Waihaong Thn 20122014

d.

Penyakit Kusta
Kusta merupakan salah satu penyakit infeksi yang telah ada
sejak zaman sebelum masehi. Penyakit ini cukup menakutkan dan
menjadi perhatian pemerintah di seluruh dunia. Dengan adanya
perkembangan

ilmu

pengetahuan

dan

kemajuan

teknologi

pengobatan maka sebagian besar negara di dunia telah berhasil


mengeliminasi penyakit ini. Indonesia telah mencapai eliminasi
penyakit kusta

sejak bulan Juni tahun 2000, namun sampai

dengan tahun 2007 terlihat peningkatan jumlah kasus hampir di


semua

daerah

di

Indonesia.

Untuk

itu,

WHO

sengaja

memasukkan penyakit kusta sebagai bagian dari kelompok


reemerging disease bersama-sama penyakit TB paru, supaya
dapat menjadi perhatian serius setiap negara.
Upaya pelayanan terhadap penderita penyakit Kusta antara
lain adalah melakukan penemuan penderita melalui berbagai
survei anak sekolah, survei kontak pada minimal 20 orang di
sekitar rumah penderita kusta dan pemeriksaan intensif penderita
yang datang ke pelayanan kesehatan.
Jumlah kasus penyakit kusta puskesmas Waihaong di Kota
Ambon sampai tahun 2014 adalah 1 kasus ,yaitu kusta tipe MB

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

( kusta basah danTahun 2013 adalah 1 kasus untuk tipe MB


(kusta basah). Hal ini berarti, ada keberhasilan petugas kesehatan
untuk menekan penularan penyakit kusta atau malah sebaliknya
petugas tidak mendeteksi kasus di lapangan. Atau kemungkinan
masih banyak kasus tersembunyi di masyarakat. (lampiran tabel
14 17 ))
Tabel 5. Kasus Kusta di Puskesmas Waihaong Tahun 2014
Keadaan Penyakit Kusta di Kota Ambon

Kasus Tercatat PB / MB

0/1

Prevalensi

Kasus yang RFT PB / MB

0/ 1

Kasus Baru PB / MB

0/1

Angka Penemuan Kasus


baru

e. Penyakit Potensial KLB/Wabah


i.
Diare
Diare masih merupakan penyakit masyarakat yang sulit
dieliminasi.

Penyebab

diare

dipengaruhi

oleh

faktor

lingkungan yang tidak higienis serta Pola hidup. Perilaku


Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) belum secara maksimal
dimengerti oleh semua masyarakat, dan tidak dilaksanakan
dengan benar oleh masyarakat.
Kejadian diare sepanjang tahun 2014 sebanyak 168
kasus, tahun 2013 sebanyak 169

Melihat tren penurunan

kasus ini dapat dibuat beberapa kemungkinan penyebab


yaitu meningkatnya kesadaran masyarakat untuk ber-PHBS,
tersedianya sarana-prasarana lingkungan yang memadai,
kebersihan

lingkungan

pemukiman

yang

membaik

(lampiran tabel 13).


Grafik 10. Kasus Diare di Puskesmas Waihaong Tahun 2012 -2014

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

ii.

Chikungunya
Penyakit ini sering dikelirukan dengan malaria ataupun
demam lainnya, sehingga jumlah sesungguhnya dari kasus
ini tidak diketahui dengan pasti, dan juga disebabkan pada
pencatatan dan pelaporan puskesmas, penyakit ini belum
masuk dalam diagnosis yang ada dalam format LB1; yang
menggunakan

kode

jenis

penyakit

berdasar

ICD-9.

Sehingga penyakit ini walaupun ada, tetapi tidak termasuk


dan dilaporkan oleh fasilitas kesehatan yang ada.
f. Filariasis
Bersama-sama dengan penyakit TB paru dan

Kusta,

penyakit Filariasis ini masuk ke dalam kelompok penyakit yang


diperhatikan serius oleh pemerintah Kota Ambon maupun dunia;
reemerging disease.
Kasus Filariasis tahun 2009 sempat mengejutkan Kota
Ambon dan sejak itu langsung ditanagani serius oleh pemerintah
dan didukung oleh partisipasi masyarakat sehingga sampai
dengan tahun 2013 tidak terdapat kasus baru, dengan jalan
gerakan pengobatan masaal pencegahan filariasis selama 5 tahun
terhitung 2009 2013. Untuk puskesmas waihaong Di tahun 2014
tidak ditemukan kasus baru. (lampiran tabel 23)
2.

PENYAKIT TIDAK MENULAR

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

Insiden penyakit tidak menular semakin hari semakin meningkat.


Jumlahnya semakin tinggi melebihi insiden penyakit infeksi/menular.
Peningkatan ini disebabkan beberapa hal, diantaranya perubahan pola
hidup dan konsumsi masyarakat. Pola hidup sendetarian yang serba
instan, kurang bergerak, dan mengkonsumsi makanan berlemak dan
tinggi kalori menjadi faktor predisposisi yang kuat.
Penyakit tidak menular bisa berupa penyakit jantung dan
pembuluh darah, penyakit DM, stroke dan kanker atau tumor. Juga
termasuk penyakit-penyakit alergi yang kasusnya akhir-akhir semakin
meningkat. Selama 3 tahun terakhir ini terjadi kecenderungan
peningkatan kasus penyakit tidak menular terutama penyakit tekanan
darah tinggi dan penyakit kulit alergi. Begitupun dengan kasus penyakit
DM dan tumor/kanker.
3. STATUS GIZI MASYARAKAT
Status Gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari
keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya.
Penyebab masalah gizi dapat berupa penyebab langsung yaitu makanan
anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Anak yang
mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare atau demam
dapat menderita kurang gizi. Demikian pada anak yang makannya tidak
cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang
penyakit. Kenyataannya, baik makanan maupun penyakit secara bersamasama merupakan penyebab kurang gizi. Selain itu, penyebab tidak
langsung yaitu ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan anak, serta
pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan
adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh
anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola
pengasuhan adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya,
perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal baik fisik, mental, dan sosial. Pelayanan
kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah tersedianya air bersih dan
sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh keluarga.

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan,


pengetahuan,

dan

ketrampilan

keluarga.

Makin

tinggi

pendidikan,

pengetahuan dan ketrampilan terdapat kemungkinan makin baik tingkat


ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan anak dan
keluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada. Ketahanan
pangan keluarga juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan,
dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.
Penanganan masalah gizi di kota Ambon sampai saat ini tetap
diupayakan oleh pemerintah daerah, provinsi dan pusat melalui programprogram intervensi dan peningkatan kualitas keluarga. Hasilnya pada tahun
tahun 2013 ini angka prevalensi g

Grafik 12. Tren Status Gizi Balita di Puskesmas Benteng Thn 20122014

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

BAB IV
UPAYA PELAYANAN KESEHATAN
Untuk mencapai VISI dan MISI Pembangunan Kesehatan kota Ambon,
yaitu Peningkatan kinerja, mutu serta manajemen pelayanan kesehatan yang
mantap dan pemberdayaan kesehatan masyarakat maka telah dilakukan
berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat oleh segenap jajaran dinas
kesehatan dan didukung oleh masyarakat serta pemerintah daerah kota Ambon
melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
A.

PELAYANAN KESEHATAN DASAR


Pelayanan Kesehatan Dasar merupakan jenis pelayanan utama yang
dibutuhkan untuk mencegah dan menangani sedini mungkin kejadian
penyakit atau permasalahan kesehatan di tengah-tengah masyarakat. Jenis
pelayanan yaitu upaya pelayanan ini terdiri dari 6 program pelayanan pokok/
pelayanan wajib dan pelayanan di puskesmas, begitupun sebagian besar
rumah sakit dan klinik yang ada.
1.

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak


Ibu dan anak mendapat tempat prioritas sebagai sasaran
pelayanan kesehatan, dikarenakan faktor ibu sebagai salah satu
determinan penilaian keberhasilan pembangun kesehatan melalui
Angka Kematian Ibu (AKI) dan juga Ibu mempunyai peran besar dalam
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
a.
ANC Ibu Hamil
Pelayanan antenatal ibu hamil merupakan pintu masuk
untuk mendapatkan kehamilan dan kelahiran berkualitas dari
seorang ibu hamil.

Melalui pelayanan antenatal ibu hamil di

fasilitas kesehatan ataupun di rumah, ibu hamil diharapkan


terhindar dari permasalahan kehamilan dan persalinan sampai
masa nifas. Pelayanan anatenal ibu hamil dapat dilakukan oleh
semua tenaga kesehatan terlatih dan dukun terlatih. Indikator
penilaian keberhasilan pelayanan antenatal ibu hamil dilihat dari
cakupan pelayanan kepada ibu hamil (K1 dan K4).

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

Sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan tahun


2013 , kota Ambon secara keseluruhan untuk K4 telah mencapai
7.229 atau 90.7% .Dibandingkan 2012, kota Ambon secara
keseluruhan untuk K4 7.385 mencapai 89,9%. ini berarti tahun
2013 terjadi peningkatan mutu pelayanan kepada ibu hamil
(lampiran tabel 29)
Grafik 13. Tren.Yan. Ibu Hamil,Bersalin,Nifas di Puskesmas
Waihaong Thn 2012-2014

b.

Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan


Persalinan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten
disyaratkan sebagai salah satu upaya untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI). Besarnya kasus kematian dan komplikasi
pada ibu hamil sering diakibatkan oleh pertolong persalinan yang
tidak adekuat dan kompeten. Untuk itu, sesuai standar pelayanan
minimal (SPM) kesehatan telah ditetapkan target. Tahun 2013
pertolongan persalinan oleh tenaga kompetensi adalah 6.664 atau
87.7%, berarti tahun 2013 sedikit peningkatan pelayan persalinan

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 6.035 atau 87,8 %


c.

(tabel 29).
Kunjungan Neonatus
Neonatus adalah bayi baru lahir sampai umur 7 hari.
Neonatus merupakan sasaran

pelayanan utama pada bayi,

dikarenakan neonatus sangat rentan terhadap kejadian penyakit.


Sesuai dengan fakta di lapangan didapati 2/3 kematian pada bayi
terjadi pada masa neonatus ini. Untuk melihat pelayanan terhadap
neonatus, indikator yang dipakai adalah KN3. Nilai KN3 kota
Ambon

selama

tahun

2013

sebesar

6.374

atau

88.0%,

dibandingkan tahu 2012 sebesar 6.875 atau 98,4%,berarti terjadi


purunan

pelayanan dan melewati standar Pelayanan Minimal

(SPM) yaitu sebesar 85% (tabel 38 ).


Grafik 14. Tren Cakupan KN di Puskesmas Waihaong Tahun
2011-2014

2.

Pelayanan Keluarga Berencana


Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu upaya preventif
yang efektif untuk meningkatkan kualitas seorang ibu atau keluarga.
Dengan ber-KB, keluarga (ibu) akan dapat dengan baik mengatur
kehamilannya dan mencegah terjadi masalah-masalah kehamilan dan
persalinan. Pelayanan KB sangat penting untuk mendukung tingkat

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

kesejahteraan suatu keluarga. Melalui pelayanan KB diharapkan


keluarga yang terbentuk menjadi keluarga madani; sehat, sejahtera dan
berguna bagi orang lain. Untuk mecapai hal ini, maka semua pasangan
usia subur harus mengerti perencanaan memasuki pernikahan sampai
rencana mendapatkan jumlah anak sesuai tingkat kemampuan
keluarga. Dari pendataan selama tahun 2013 , jumlah PUS yang
menggunakan KB secara aktif sebesar 33,094 dari total PUS 68.992
tahun 2012, jumlah PUS yang menggunakan KB secara aktif sebesar
66,2 dari total PUS 61.525 orang Angka ini masih di bawah Standar
Pelayanan Minimal (SPM) kesehatan yang menetapkan angka 70%.
Namun ada sedikit peningkatan dibanding tahun 2012 yaitu 55,5%
Angka ini masih dibawah Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan
yang menetapkan angka 62 % di tahun 2011. Jenis alkon yang paling
disukai adalah suntikan KB dan Pil KB, masing-masing sebesar 36,9%
dan 36,4%. Sedangkan peserta KB baru selama tahun 2013 sebanyak
8.874 orang, peserta KB baru tahun 2012, sebanyak 10.332 orang
(tabel 33-35).
Grafik 15. Tren Cakupan Pely. KB di Puskesmas Waihaong Tahun
2011-2014

3.

Pelayanan Imunisasi
Imunisasi merupakan

salah

satu

upaya

preventif

untuk

mendapatkan tingkat kesehatan masyarakat yang baik. Melalui


imunisasi anak balita, remaja dan ibu hamil diberikan proteksi untuk
Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

mencegah penyakit-penyakit infeksi tertentu, yang bila terjadi akan


sangat mengganggu dan menyebabkan penurunan kualitas hidup
seseorang.
Pencapaian imunisasi bayi yang baik, mencerminkan tingkat
kekebalan yang dapat dicapai bayi untuk mencegah terjadinya
penyakit-penyakit tertentu yang dapat megganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak, dan dapat menyebabkan kematian bayi-balita.
Sesuai

Standar

pelayanan

Minimal

(SPM)

kesehatan,

suatu

desa/kelurahan disebut desa UCI atau Universal Child Immunization


bila lebih 80% bayi di desa tersebut mendapat imunsiasi lengkap. Kota
ambon pada tahun 2013 jumlah desa kelurahan sebanyak 50 desa/kel
yang mencapai standar UCI berjumlah 45 desa kelurahan atau sekitar
90 % .Ini berarti desa UCI ditahun 2013 tejadi peningkatan ,
dibandingkan tahun 2012 berjumlah 78% desa/kelurahan .Hasil ini
merupakan tantangan untuk bisa bekerja semaksimal mungkin agar
bisa mencapai target secara nasional yaitu 100% ditahun berikutnya.
Grafik 16. Tren Cakupan Desa UCI di Puskesmas Benteng Tahun
2011-2014

1.

Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (JAMKESMAS)

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

Sesuai SPM,

semua bentuk pelayanan kepada maskin harus

100% mencapai target yang diberikan, mulai dari pelayanan dasar


sampai kepada rujukan untuk pengobatan lanjutan seperti hemodialisa,
operasi jantung, cesar, penanganan kanker dan lain-lain, tanpa
membebankan biaya apapun kepada peserta Jamkesmas. Sejak
beberapa tahun terakhir ini,
mendapat

kucuran

kesehatan

bagi

dana

puskesmas dan RS di kota Ambon


APBN

masyarakat

berupa

miskin.

jaminan

Pelayanan

pemeliharaan

dilakukan

oleh

puskesmas rawat jalan, puskesmas rawat inap dan pelayanan kelas III
di RS.
Pada

tahun

2014,

jumlah

kunjungan

rawat

jalan

yang

menggunakan fasilitas jamkesmas sebanyak 1.799 atau 20,02 % jika


dibandingkan dengan tahun 2013, jumlah kunjungan sebanyak 2.251
jiwa atau 19,5 %, tahun 2012 sebanyak 1.874 jiwa atau 17,1 %,dan
tahun 2011 sebanyak 2.298 atau 20,9 % (lampiran tabel 54). Berarti
terjadi penigkatan jumlah pasien yang dilayani di tahun 2014.
Grafik 17. Tren Cak.Yankes R.Jalan di Puskesmas Waihaong Thn
2011-2014

Sedangkan jumlah warga di puskeamas waihaong kota Ambon yang


sudah tercaver oleh jaminan pemeliharaan kesehatan sebagai berikut:
Askes 1.742 jiwa atau 10,27 %, Jamkesmas 4028 jiwa atau 23,75%,
dan yan belum ada 3882 jiwa atau 22,89% penduduk belum terlindungi
oleh jaminan kesehatan (lampiran tabel 54).
Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

Grafik

18.Jaminan

Pemeliharaaan

Kesehatan

di

Puskesmas

Waihaong Thn 2014

2.

Penanganan Penyalahgunaan NAPZA


Penyalahgunaan NAPZA atau narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lainya, semakin hari

semakin menunjukan peningkatan di

masyarakat. Penyalahgunaan NAPZA tidak mengenal strata baik dari


segi

ekonomi, usia, pendidikan, desa dan kota. Penyalahgunaan

NAPZA menimbulkan dampak buruk yang sangat luas dan mendalam


terhadap para pelaku, keluarga, masyarakat dan bangsa. Secara fisik
menimbulkan gangguan kesehatan fisik, termasuk gangguan fungsi
jantung, otak, hati, ginjal, paru-paru serta organ reproduksi.
B.

PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


Status gizi merupakan salah

satu

indikator

kesehatan

yang

berpengaruh terhadap derajat kesehatan. Masalah gizi yang umum ditemui


adalah

Kurang Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kurang Yodium

(GAKY), Anemi Gizi, dan Kurang Vitamin A yang pada umumnya menyerang
kelompok usia rawan seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, anak usia
sekolah, wanita usia subur (WUS) dan golongan ekonomi rendah.
1.

Balita Dengan Gizi Buruk


Balita yang tumbuh dalam keadaan gizi yang tidak memadai atau
gizi buruk akan mengalami permasalahan kompleks tidak saja semasa
mengalami keadaan tersebut tetapi juga ketika usia dewasa. Sesuai
peneltian para ahli gizi, balita yang tumbuh dengan BB yang kurang

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

dan sangat kurang cenderung akan mengalami penyakit-penyakit


degeneraitf lebih cepat dari pada seharusnya. Dapat berupa hipertensi,
DM, stroke, penyakit jantung, kanker dan sebagainya.
Berdasarkan hasil kegiatan bulanan penimbangan balita pada
tahun 2013, kasus balita gizi buruk 28 kasus sedangkan pada tahun
2012, kasus balita gizi buruk ditemukan 2 kasus, sedangkan keadaan
gizi kurang sebesar 770 kasus atau 2,51%. Dibandingkan tahun 2011
tidak terdapat kasus gizi buruk pada balita sedangkan keadaan gizi
kurang sebesar 830 kasus atau 2,73%. Pencapaian kota Ambon ini
tentu saja tidak membuat besar kepala oleh karena masalah gizi kurang
masih cukup banyak yang perlu mendapat perhatian ekstra. Kondisi ini
disebabkan bukan karena keadaan rawan pangan (kekurangan bahan
makanan) tetapi karena pengetahuan ibu/keluarga yang kurang, pola
asuh yang salah dan faktor ekonomi keluarga sehingga mempengaruhi
asupan gizi pada balita. Penanganan masalah gizi di kota Ambon
sampai saat ini tetap diupayakan oleh pemerintah daerah, provinsi dan
pusat melalui program-program intervensi dan peningkatan kualitas
keluarga. (lampiran tabel 27, 44, 45)
Grafik 19. Tren Cak. Kasus Gizi Kurang Puskesmas Waihaong
Tahun 2011-2014

2.

Kapsul Vitamin A

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

Perbaikan gizi masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung


keberhasilan pembangunan secara keseluruhan, karena dengan gizi
yang baik maka masyarakat bisa beraktivitas dan sehat sehingga akan
menambah income perkapita.
Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang sangat dibutuhkan
oleh balita yang sedang tumbuh.Balita yang kekurangan vitamin A akan
menyebabkan

gangguan

kekebalan

tubuh

sehingga

gampang

terserang bermacam-macam penyakit seperti campak, diare atau


penyakit infeksi lain dan yang paling sering adalah gangguan
penglihatan sampai dapat menyebabkan kebutaan. Pemberian vitamin
tidak saja difokuskan ke balita tetapi juga diberikan kepada ibu nifas
atau selesai melahirkan. Vitamin A yang diberikan ada 2 jenis yaitu
kapsul biru untuk bayi berumur 6 bulan - 12 bulan dan kapsul merah
kepada balita dan ibu nifas sebanyak 2 kali.
Cakupan pemberian Vitamin A pada balita di Kota Ambon tahun
2013 sebesar 29.207 atau 61,56% dibandingkan tahun 2012 sebesar
22.777 atau 59,37% berarti terjadi peningkatan ditahun 2013 (tabel 44).

Grafik 20. Tren Cakupan Vit A Balita Puskesmas Waihaong T hn


2011-2014

3.

Pemberian Tablet Fe
Program pemerintah untuk memberikan tablet Fe (Fe sulfat 320 mg
dan asam folat 0,5 mg) bagi semua ibu hamil sebanyak satu tablet per

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

hari selama 90 hari, oleh karena telah diperkirakan jumlah tersebut


mencukupi kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilan yaitu 1000
mg di samping yang berasal dari makanan yang dimakan ibu hamil
sehari-hari.
Pemberian tablet Fe sangat diperlukan oleh ibu hamil untuk
mencegah komplikasi kebidanan seperti perdarahan selama kehamilan
dan persalinan, abortus, bayi lahir dengan berat rendah, cacat saat
lahir, dan kelainan lain yang dapat menyebabkan kematian pada ibu
maupun bayinya.
Tabel Fe di berikan pada ibu Hamil paling kurang sebanyak 90
tabel selama masa kehamilan 9 bulan .Cakupan pemberian Fe ibu
hamil di kota Ambon tahun 2013 sebesar 7.225 atau 90.64%,
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar
7.339 atau 89,4 %, (tabel 32 ).
Grafik 21. Tren Cak. Fe Bumil Pusk. Benteng Tahun 2011-2014

BAB V
SUMBER DAYA KESEHATAN

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

Kuantitas dan kualitas sumber daya manusia kesehatan tetap menjadi


sorotan selain pelayanan yang ada, oleh karena tanpa didukung oleh SDM yang
cukup dan berkualitas maka pelayanan yang diberikan tidak akan berdampak
maksimal untuk memperbaiki derajat kesehatan suatu daerah. Secara singkat
mengenai situasi sumber daya kesehatan dirincikan menurut sarana, tenaga dan
pembiayaan kesehatan.

A.

SARANA KESEHATAN
Sarana kesehatan yang dapat disajikan pada saat ini meliputi
puskesmas dan jaringannya, serta sarana upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) dan lain-lain.
1.

UPTD Puskesmas dan Jaringannya


Puskesmas

merupakan

unit

pelaksana

teknis

dari

Dinas

Kesehatan Kota Ambon yang melaksanakan tugas operasional


pembangunan kesehatan. Pembangunan puskesmas di tiap kecamatan
memiliki peran yang sangat penting dalam memulihkan kesehatan
masyarakat.
Puskesmas waihaong adalah Puskesmas non perawatan, yan
berjumlah 1 buah dan Poskesdes 1buah dan didukung dengan sarana
transportasi Puskesmas Keliling sebanyak 1 unit, Kendaraan Roda
empat1. Unit dan roda dua 2 unit, untuk melayani penduduk
16959. jiwa.

Grafik 22. Jumlah Sarana Puskesmas Waihaong Tahun 2013-2014

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

2. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat


Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat, berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan
potensi dan sumber daya yang ada termasuk yang ada di masyarakat.
Upaya Kesehatan Bersumbar Daya Masyarakat (UKBM) berupa
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Kelompok Tanaman Obat
Keluarga (toga), Pos Obat Desa (POD), dan sebagainya.
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling
dikenal di masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal lima
program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,
perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Untuk memantau
perkembangannya, posyandu dikelompokkan kedalam empat strata
yaitu posyandu pratama, posyandu madya, posyandu purnama, dan
posyandu mandiri.
Pada tahun 2014 ,jumlah posyandu 9 buah, jumlah posyandu ini
tetap dari tahun sebelumnya yaitu, jumlah posyandu purnama 2 dan
mandiri belum strata posyandu tetap tidak ada perubahan dari tahun
lalu yang jumlah purnama 2 dan mandiri belum ada strata Posyandu
pada tahun 2013.Presentase kedua jenis strata posyandu tersebut
sangat perlu untuk menentukan tingkat kemandirian dan kualitas suatu
Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

posyandu. Dari presentase strata Posyandu ini merupakan persoalan


lintas sektor, yang mana partisipasi masyarakat yang masih kurang,
kerjasama sektor terkait belum terlalu baik. (lampiran tabel 70).
Grafik 23. Tren Strata Posyandu di Waihaong. Tahun 2011-2014

3.

Pos Kesehatan Desa ( Poskesdes )


Untuk mewujudkan desa siaga maka kriteria yang harus dipenuhi
adalah minimal 1 bangunan poskesdes, tenaga poskesdes minimal 1
orang bidan dan 2 orang kader. Pada tahun 2007 telah dibangun 10
Poskesdes, 5 unit diantaranya dibangun oleh pemerintah provinsi
Maluku (Dinas Kesehatan Provinsi Maluku) dan 5 unit lainnya dibangun
oleh Pemerintah Kota Ambon (Dinas Kesehatan Kota Ambon).
Kemudian tahun 2008 dibangun oleh Pemerintah Kota Ambon (Dinas
Kesehatan Kota Ambon) sebanyak 26 unit. Dan tahun 2009 dibangun
lagi sejumlah 14 unit sehingga total poskesdes di kota Ambon
berjumlah 50 unit. Jika dibandingkan dengan jumlah desa/kelurahan
yang ada, maka rasio poskesdes terhadap desa/kelurahan adalah

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

sebesar 100%. Namun sampai saat ini keberadaan poskesdes dan


desa siaga belum tampil maksimal, bahkan tidak melakukan fungsi
sesuai yang diharapkan,

tidak semua poskesdes dan desa siaga

tersebut dalam status aktif, dan rata-rata pemberdayaan yang


bersumber masyarakat masih lemah,karena kurang partisipasi aktif baik
itu dari masyarakat maupun stackholder yang ada ditingkat kecamatan
maupun desa. Untuk itu di tahun-tahun depan masih dibutuhkan
perhatian

serius

Pemerintah

desa

dan

masyarakat

untuk

memaksimalkan kerja poskesdes ini. ( tabel 71 )

4.

TENAGA KESEHATAN
1.

Sumber Daya Manusia Kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya.


Sumber daya manusia kesehatan di puskesmas dan jaringannya
sejak beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan baik dari segi
kuantitas maupun kualitas. Jumlah tenaga kesehatan pada puskesmas
waihaong dan jaringannya sebanyak 28 orang (lampiran tabel 70-81).
Tabel 8. Ketenagaan Puskesmas Benteng Tahun 2012-2014
JenisTenaga

2012

2013

2014

11

11

11

Bidan

Farmasi

Gizi

Teknisi Medis

Sanitasi

Kesmas

Total

25

28

28

Medis
Perawat

Bila diratiokan untuk SDM kesehatan tahun 2014 di Puskesmas


Waihaong kota Ambon, maka didapat rasio tenaga kesehatan terhadap
100.000 penduduk sebagai berikut :
1)

Ratio Dokter umum (7 orang) = 47,17 /100.000 penduduk

2)

Ratio Dokter Gigi ( 3 orang ) = 17,68 / 100.000 Penduduk

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

3)

Dokter spesialis (18 orang) = 17,68/100.000 Penduduk

4)

Ratio Perawat ( 136 orang ) = 801,9 / 100.000 Penduduk

5)

Ratio Perawat Gigi ( 2 orang ) = 11,79 / 100.000 Penduduk

6)

Kefarmasian ( 5 orang ) = 41,27 / 100.000 Penduduk

7)

Gizi ( 3 orang) = 17,68 / 100.000 Penduduk

8)

Bidan ( 22 orang ) = 129,7 / 100.000 Penduduk

9)

Kesehatan Masyarakat ( 1 orang ) = 5,89 / 100.000 Penduduk

10) Sanitarian ( 1 orang) = 5,89 / 100.000 Penduduk


Namun perhitungan kebutuhan tenaga tersebut bila dibandingkan dengan
kebutuhan berdasarkan geografis maka jumlahnya akan meningkat, mengingat
perhitungan berdasarkan ratio lebih khusus untuk daerah dengan penduduk
yang padat.
5.

PEMBIAYAAN KESEHATAN
Dari Pemerintah Pusat terdapat pembiayaan kesehatan melalui
program JKN sebesar Rp 170 510 123 - , dan program BOK sebesar Rp. 181
120 000.Total pembiayaan kesehatan untuk tahun 2014 sebesar Rp 351 630
123.dibandingkan tahun 2013 sebesar Rp.52.632.914.505. Tahun 2011
sebesar Rp.46.531.635.113, berarti terjadi peningkatan

pembiayaan untuk

bidang kesehatan dari tahun ke tahun. (lampiran tabel 82).

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

Tabel 10. Sumber dan Besar Pembiayaan di Pusk waihaong 2014


SUMBER BIAYA

% APBD KESKOTA
DAK
JAMKESMAS
BOK
Jampersal
BPJS

2012

2013

2014

RUPIAH

RUPIAH

RUPIAH

9.575.000

14.187.500

172.600.000

179.717.500

181 120 000

6.980.000

21.325.000

170.510.123

4,63

LAIN-LAIN

KESIMPULAN

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

Dari hasil-hasil pelayanan kesehatan di Puskesmas Benteng kota


Ambon selama tahun 2014, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Tingkat kesehatan masyarakat Puskesmas Waihaong kota Ambon
berdasarkan hasil survei menggunakan IPKM, membaik namun
realita menggambarkan kesehatan kota Ambon terjadi penurunan,
karena diakibatkan peningkatan beberapa kasus penyakit menular,
maupun angka insiden penyakit penyakit infeksi lain yang
meningkat.
2. Tingkat kematian ibu, mengalami peningkatan dari tahun yang lalu,
sedangkan tingkat kematian bayi dan balita menurun dibanding
tahun-tahun sebelumnya..
3. Ketersediaan obat di puskesmas dan jaringannya cukup untuk
kebutuhan ,baik dalam hal jumlah maupun jenisnya.
4. TidakTerdapat kasus gizi buruk, jika dibandingkan dengan tahun
yang lalu, dimana hanya terdapat gizi kurang, penangananya 100 %
5. Indikator-indikator seperti cakupan K4, persalinan, desa UCI yang
ada dalam SPM kesehatan sampai tahun 2013 ada sebagian yang
sudah mencapai target SPM Nasional, tetapi ada juga yang belum
mencapai target Nasional.
6. Besaran dana untuk pelayanan kesehatan yang dialokasikan oleh
pemerintah pusat maupun daerah semakin bertambah dari tahun
ke tahun
7. Besaran persentasi pembiayaan untuk kesehatan dari alokasi APBD
kota Ambon, masih rendah dibandingkan yang seharusnya diterima.
8. Sumber daya manusia kesehatan meningkat dari sisi kuantitas,
namun secara kualitas masih jauh dari yang diharapkan, namun
secara

ratio

belum

mencukupi

kebutuhan,

apalagi

kompetensi/professional tenaga kesehatan masih kurang.

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

secara

9. Sarana dan prasarana pendukung di dinas, puskesmas dan


jaringannya perlu juga dilengkapi karena masih ada yang kurang
memadai.
10. Tingkat efisiensi dan efektifitas pelayanan kesehatan di puskesmas
dan rumah sakit perlu ditingkatkan, khususnya dalam proaktif untuk
masalah penanganan kasus.
11. Perlu adanya peningkatan jejaring kerja dengan sektor terkait,
maupun lintas sektor secara proaktif untuk meningkatkan partisipasi
di sektor kesehatan.

Profil Kesehatan puskesmas Waihaong 2014

Anda mungkin juga menyukai