PENYAKIT PD3I
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyakit Berbasis
Lingkungan
Dosen Pengampu:
Rojali,SKM,M.Epid
Sri Ani SKM. MKM
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
dengan judul “Penyakit PD3I”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas kelompok mata kuliah Penyakit Berbasis Lingkungan semester tiga program
studi Sarjana Terapan jurusan Kesehatan Lingkungan yang diberikan oleh dosen
mata kuliah Penyakit Berbasis Lingkunga Bapak Rojali,SKM,M.Epid dan Ibu Sri
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
Akhir kata penulis berharap makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis
sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta penulis mendoakan semoga
segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Jakarta, 2021
Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar....................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................... 1
1.4 Manfaat.................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 3
2.2 Karakteristik...........................................................................................5
2.4 Epidemiologi........................................................................................18
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 28
3.2 Saran.................................................................................................... 28
Daftar Pustaka......................................................................................................29
ii
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan
1.3 Tujuan
1
2
1.4 Manfaat
2.1.1 Tuberkulosis
penyakit terdiri dari bahan kimia, nutrient, mekanik, alamiah, kejiwaan, dan
infeksi bakteri, virus, parasit, atau jamur. Agent yang menjadi penularan penyakit
2.1.2 Poliomyelitis
melalui rongga mulut atau hidung, kemudian menyebar di dalam tubuh melalui
aliran darah.
tinja penderita polio, atau melalui konsumsi makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi virus polio. Virus ini juga dapat menyebar melalui percikan air liur
3
4
2.1.3 Difteri
yakni C. diphtheriae. Bakteri ini dianggap sebagai penyebab kausal primer yang
artinya pada setiap kasus difteri akan selalu ditemukan bakteri ini. Meskipun
adanya bakteri ini belum tentu terjadi penyakit (Azhari, A.R dkk., 2014).
2.1.4 Pertussis
saluran pernapasan. Infeksi bakteri ini akan menyebabkan pelepasan racun dan
membuat penderita sulit bernapas. Oleh karena itu, penderita harus berusaha
menarik napas lebih kuat, yang kadang memunculkan bunyi lengking (whoop)
2.1.5 Tetanus
melalui gigitan binatang atau serangga, luka operasi, tempat suntikan jarum, luka
bakar, serpihan, borok, tali pusar yang terinfeksi, patahan kuku atau benda
2.1.6 Campak
dikatakan bahwa 90% pasien yang belum mendapatkan vaksinasi campak dapat
tertular bila mereka berada dalam jarak dekat dengan orang yang terinfeksi.
2.1.7 Hepatitis B
Hepatitis B adalah infeksi serius pada hati yang disebabkan oleh virus
hepatitisB (HBV). Hepatitis B bisa menyebabkan kondisi akut dan kronis pada
nyawa penderitanya. Jika tidak segera ditangani, pendertia hepatitis B kronis beris
iko terkena sirosis, kanker hati, atau gagal hati. Hepatitis B sulit dikenali karena
gejala-gejalanya tidak langsung terasa dan bahkan ada yang sama sekali tidak
muncul. Karena itulah, banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya telah
terinfeksi. Virus ini biasanya berkembangselama 1-5 bulan sejak terjadi pajanan
2.2 Karakteristik
dan bakteri sudah tidak dalam kondisi laten alias sudah aktif, tubuh orang itu akan
memberikan gejala-gelaja penyakit TBC yang bisa dilihat. Berikut ini gejala-
4. Sakit otot.
9. Sakit dada, sakit punggung, atau sakit ginjal, atau sakit ketiganya.
2.2.2 Difteri
sebagai berikut :
kotor.
6. Kaku leher.
2.2.3 Pertusis
sebagai berikut :
1. Minggu pertama.
a. Panas
7
2. Minggu kedua
“wooping cough”
3. Minggu ketiga
otak.
2.2.4 Tetanus
luka, racun Clostridium tetani akan merusak sistem saraf dan akan segera muncul
gejala seperti kejang dan kekauan otot rahang (lockjaw), postur badan kaku dan
tidak dapat ditekuk karena kekauan otot leher dan punggung (opistottonus),
perlu di isolasi di ruang tersendiri. Tetanus pada bayi lahir (tetanus neonatarum),
2.2.5 Hepatitis B
dengan Hepatitis A dan mirip flu. Namun pada stadium prodromal sering
ditemukan kemerahan kulit dan nyeri sendi, hilangnya nafsu makan, mual kadang
disertai dengan muntah, lemah, pusing, sakit perut terutama disekeliling atau
disekitar hati, urine berwarna gelap, kulit dan mata berwarna kuning (jaundice)
nyeri sendi dan disertai dengan demam dan akan sembuh dalam 2 minggu namun
dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para dokter ternyata hanya sedikit
adalah demam, sakit perut dan kuning (terutama pada area mata yang putih/sklera).
Namun bagi penderita hepatitis B kronik akan cenderung tidak tampak tanda-
tanda tersebut, sehingga penularan kepada orang lain menjadi lebih beresiko.
Tanda gejala hepatitis B biasanya muncul setelah dua sampai tiga bulan setelah
anda terinfeksi dan gejalanya dapat berfariasi dari yang ringan sampai prarah.
3. Nyeri sendi
2.2.6 Campak
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari dengan gejala demam,
kataral dan 24 jam sebelum timbul eksantema, timbul bercak Koplik. Bercak
Koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum timbul pertama kali pada
mukosa bukal yang menghadap gigi molar dan menjelang kira-kira hari ke 3 atau
4 dari masa prodormal dapat meluas sampai seluruh mukosa mulut. Secara klinis,
2. Stadium erupsi
Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya terjadi adalah
palatum mole. Kadang terlihat pula bercak Koplik. Terjadinya ruam atau eritema
timbul di belakang telinga, di bagian atas tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
gatal, muka bengkak. Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen dan
akhirnya mencapai anggota bagian bawah pada hari ketiga dan akan menghilang
3. Stadium konvalesensi
hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik.
Selanjutnya suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.
2.2.7 Poliomielitis
terinfeksi karena virus polio pada awalnya hanya menimbulkan sedikit gejala atau
bahkan tidak sama sekali. Penderita polio dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
1. Polio non-paralisis
Gejalanya tergolong ringan. Berikut ini adalah gejala polio non-paralisis yang
a. Muntah
b. Lemah otot
c. Demam
d. Meningitis
e. Merasa letih
f. Sakit tenggorokan
g. Sakit kepala
2. Polio paralisis
Polio paralisis adalah tipe polio yang paling parah dan dapat menyebabkan
kelumpuhan. Polio paralisis bisa dibagi berdasarkan bagian tubuh yang terjangkit,
seperti batang otak, saraf tulang belakang, atau keduanya. Gejala awal polio
11
paralisis sering kali sama dengan polio non- paralisis, seperti sakit kepala dan
demam. Gejala polio paralisis biasanya terjadi dalam jangka waktu sepekan, di
antaranya adalah sakit atau lemah otot yang serius, kaki dan lengan terasa terkulai
sangat cepat atau bahkan dalam hitungan jam saja setelah terinfeksi dan kadang-
kadang kelumpuhan hanya terjadi pada salah satu sisi tubuh. Saluran pernapasan
medis darurat.
3. Sindrom pasca-polio
tahun sebelumnya pernah menderita penyakit polio. Gejala yang sering terjadi di
antaranya :
g. Mudah lelah.
2.3.1 Tuberkulosis
Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit.
Tetapi interaksi ini masih diluar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada
di luar tubuh manusia dan belum masuk kedalam tubuh pejamu. Pada keadaan ini
belum ditemukan adanya tanda-tanda penyakit dan daya tahan tubuh pejamu
masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.
Pada tahap ini telah terjadi infeksi, tetapi belum menunjukkan gejala dan
masih belum terjadi gangguan fungsi organ. Pada penyakit Tuberkulosis paru
sumber infeksi adalah manusia yang mengeluarkan basil tuberkel dari saluran
waktu pasien TB tersebut batuk (sekitar 3.000 droplet) dan bersin (sekitar 1 juta
droplet). Droplet tersebut dengan cepat menjadi kering dan menjadi partikel yang
Tahap klinis merupakan kondisi ketika telah terjadi perubahan fungsi organ
yang terkena dan menimbulksn gejala. Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi
gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat.
13
Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga
a. Gejala sistemik/umum:
darah).
b. Gejala khusus:
sesak.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada
kejang.
penyakit tersebut dapat berada dalam lima keadaan, yaitu : sembuh sempurna,
sembuh dengan cacad (fisik, fungsional, dan social), karier, penyakit berlangsung
a. Pasien 50 % meninggal
2.3.2 Difteri
kotor dan melakat erat pada dasarnya. Sehingga ketika kita mencoba mengambil
selaput itu maka akan terjadi perdarahan. Selaput ini dapat meluas ke tenggorokan
dan dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan jalan nafas. Bahaya lain adalah
15
sampai menyebabkan kematian. Toksin juga dapat merusak organ tubuh lain
seperti ginjal, hat dan syaraf yang menyebabkan kelumpuhan sekat rongga dada
2.3.3 Pertusis
Masa inkubasi selama 6-12 hari. Gejala timbul 1-2 minggu setelah
lebih. Mak dari itu dinamakan batuk 100 hari. Dalam perjalannnya, pertusis
mengalami beberapa stadium yaitu kataralis yang ditandai timbulnya batuk ringan
terutama pada malam hari disertai dengan demam dan pilek ringan dan gejala ini
dan terus menerus sampai muntah dan suit bernafas, berkeringat, pembuluh darah
di wajah dan leher melebar, bibir kaku dan kebiruan karena darah kurang oksigen.
2.3.4 Tetanus
kemungkinan untuk terkena penyakit ini tetap ada sekecil apapun lukanya. Luka
tersebut merupakan pintu masuk bakteri tetanus. Kuman ini akan bekembang biak
saraf motorik, medulla spinalis dan saraf simpatis. Eksotoksin inilah yang
2.3.5 Hepatitis B
Ditandai dengan kcberadaan HBcAg, kadar VHB DNA yang tinggi, kadar
ALT yang normal dan gambaran histologi hati yang normal atau pcrubahan
minimal.
Ditandai dengan keberadaan HBcAg, kadar VHB DNA yang tinggi atau
berfluktuasi, kadar ALT yang meningkat dan gambaran histologi jaringan hati
yang menunjukkan peradangan yang aktif. Outcome dari fasc ini adalah terjadinya
Ditandai dengan HBeAg yang negatif, anti-HBe positif, kadar VHB DNA
yang rendah atau tidak terdeteksi (<100.000 IU/mL), gambaran histologi hati
Ditandai dengan HBeAg negatif, anti-HBe positif, kadar VHB DNA yang
positif atau dapat dideteksi, kadar ALT yang meningkat serta gambaran histologi
2.3.6 Campak
Gejala timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, berupa nyeri
tenggorokan, hidung berair, nyeri otot, mata merah, demam, fotofobia. 2-4 hari
kemudian muncul bintik putih di mulut bagian dalam (bintik koplik), ruam yang
gatal setelah 3-5 hari. Ruam dapat berupa macula (mendatar) maupun papula
(agak menonjol). Awalnya ruam di wajah yaitu di depan dan di bawah telinga
serta di leher sebelah samping Dala waktu 1-2 hari menyebar ke batang tubuh,
lengan, tungkai, sedangkan ram di wajah mulai memudar. Pada puncak penyakit,
penderita merasa sangat sakit, ram melas serta suhu tubuhnya mencapai 40 derajat.
3-5 hari kemudian suhu tubuh menurun, pen derita mulai merasa baik dan ruam
segera menghilang. Demam, kecapean, pilek, batuk, dan mata yang radang serta
merah selama beberapa hari dikuti dengan ruam jerawat yang mulai pada wajah
2.3.7 Polio
Masa inkubasi selama 6-20 hari dengan rata-rata 3-35 hari. Respon
Virus polio masuk melalui mulut dan multiplikasi pertama pada tempat implantasi
dalam faring dan Gl tract. Virus umumnya ditemukan di daerah tenggorokan dan
masuk ke sistem saraf yaitu sistem saraf pusat dan sumsum tulang belakang .
saraf in lemah tidak berfungsi dan otot kaki menjadi lumpuh. Selain kaki, virus ini
juga bisa menyerang saraf tangan dan otak (saraf tenggorokan) sehingga sulit
menelan dan bernafas sampai menyebabkan kematian. Reservoir virus ini hanya
manusia. Tidak ada carrier virus dengan status asimtomatis kecuali pada orang
yang menderita defisiensi sistem imun. Infeksi virus mencapai puncaknya pada
musim panas, sedangkan di daerah tropis tidak ada bentuk musiman penyebaran
infeksi. Virus polio sangat menular, pada kontak rumah tangga yang belum
dari 7-10 hari sebelum dan setelah timbulnya gejala, tetapi virus dapat ditemukan
2.4 Epidemiologi
2.4.1 Tuberculosis
seluruh dunia.
2.4.2 Poliomyelitis
imunisasi polio yang luas. Kasus virus polio liar telah menurun lebih dari 99%
sejak tahun 1988, dari sekitar 350.000 kasus di 125 negara endemik telah ditekan
menjadi hanya 175 kasus yang dilaporkan ke WHO pada tahun 2019.
19
2.4.3 Difteri
dunia. Selama sepuluh tahun terakhir, kasus difteri terbanyak terjadi pada tahun
2012 di mana terdapat 1192 kasus difteri yang tercatat. Selanjutnya, terjadi tren
penurunan jumlah kasus mencapai 342 kasus pada tahun 2016 dengan provinsi
Indonesia. Sejak 1 Januari sampai dengan 4 November 2017, tercatat 591 kasus
yakni Banten, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Berdasarkan data Kemenkes RI, pada
Berdasarkan data tahun 2015, sebanyak 37% kasus difteri merupakan penderita
2.4.4 Pertusis
dapat menimbulkan attack rate 80% sampai 100% pada penduduk yang
1932 sampai tahun 1989 telah terjadi 1.188 kali puncak epidemi pertusis.
golongan umur, yang terbanyak adalah anak umur di bawah 1 tahun. Makin muda
daripada laki-laki. Di Amerika Serikat + 35% penyakit terjadi pada usia kurang
dari 6 bulan, termasuk bayi yang berumur 3 bulan. Sekitar 45% penyakit terjadi
pada usia kurang dari 1 tahun dan 66% pada usia kurang dari 5 tahun.
2.4.5 Tetanus
kesehatan publik yang sangat besar.21 Dilaporkan terdapat 1 juta kasus per tahun
di seluruh dunia, dengan angka kejadian 18/100.000 penduduk per tahun serta
angka kematian 300.000- 500.000 per tahun.2 Mortalitas dari penyakit tetanus
penelitian yang dilakukan oleh ahli sangat berguna dalam efektivitas penanganan
penyakit tetanus.
Case Fatality Rate (CFR) dari pasien tetanus berkisar antara 12-53%.5 Penyebab
terbaru oleh Huynh et al (2011), posisi semi terlentang atau terlentang tidak
21
tetanus.
2.4.6 Campak
negara berkembang. Angka kesakitan di seluruh dunia mencapai 5-10 kasus per
10.000 dengan jumlah kematian 1-3 kasus per 1000 orang. Campak masih
Amerika serikat, terdapat lebih dari 1,5 juta kasus campak setiap tahun.
ditemukan kurang dari 100 kasus pada 1998. 1 Di Indonesia, campak masih
menempati urutan ke-5 dari 10 penyakit utama pada bayi dan anak balita (1-4
tahun) berdasarkan laporn SKRT tahun 1985/1986. KLB masih terus dilaporkan.
Dilaporkan terjadi KLB di pulau Bangka pada tahun 1971 dengan angka kematian
sekitar 12%, KLB di Provinsi Jawa Barat pada tahun 1981 (CFR=15%), dan KLB
di Palembang, Lampung, dan Bengkulu pada tahun 1998. Pada tahun 2003, di
2.4.7 Hepatitis B
serta lebih dari 240 juta menderita hati yang kronik (WHO 2012). Pada area
Senegal), dan di daerah lain kira-kira 5-10% (area yang luas subbenua India, Asia
(Mandala 2018). Pada tahun 1993 dilakukan penelitian pada pendonor darah
dengan bantuan palang merah Indonesia (PMI) dan dengan metode Elisa oleh
yang sangat tinggi yaitu lebih dari 10% dilaporkan dibeberapa tempat di luar
pulau jawa, yaitu Ujung Pandang, Manado, Kupang dan Mataram (Sulaiman,
1995).
2.5.1 Tuberkulosis
2.5.2 Difteri
lain meliputi tingkat kepadatan hunian rumah, sanitasi rumah, serta faktor
munculnya penyakit seperti kita ketahui ada lingkungan fisik biologi, social dan
ekonomi.
2.5.3 Pertusis
23
pribadi yang buruk, karena penyebaran tidak langsung bisa juga terjadi dari pasien
ke lingkungan melalui sekresi respiratorius dan selanjutnya tangan host yang baru
2.5.4 Tetanus
menyebabkan bakteri Clostridium tetani akan mudah berkembang biak, dan pada
lingkungan yang kotor. Kedua, kebersihan tempat dan alat persalinan yang kurang
dijaga sehingga menyebabkan timbulnya penyakit tetanus pada bayi maupun ibu
penyakit tetanus dan pentingnya imunisasi tetanus serta perawatan luka yang
kurang baik. Gejala awal tetanus ditandai dengan trismus, kejang, panas,
opistotonus, dan kaku pada leher yang dijumpai pada kebanyakan pasien.
2.5.5 Hepatitis B
B antara lain adalah lingkungan dengan sanitasi yang buruk, daerah dengan angka
prevalensi hepatitis B tinggi, daerah unit bedah, unit laboratorium klinik, unit
bank darah, unit ruang hemodialisa, ruang transplantasi dan unit perawatan
penyakit dalam.
24
2.5.6 Campak
diantaranya kepadatan hunian kamar dan luas ventilasi kamar. Penelitian Basra
(2015) menunjukkan bahwa anak yang tinggal dengan kamar hunian yang padat
berisiko 5,0 kali terkena campak dibandingkan hunian yang tidak padat. Anak
yang tidur di kamar dengan ventilasi yang tidak memenuhi syarat berisiko 5,5 kali
2.5.7 Poliomielitis
masalah bakteri atau sekedar diare saja yang akan melSobat, tetapi virus dan
bakteriofage (virus plus bakteri) akan menyerang siapa saja terutama anak-anak
yang rentan terhadap penyakit. Apalagi virus polio yang bisa menular hanya dari
udara ataupun dari cairan. Air yang tidak bersih dan terkontaminasi virus bila
2.6.1 TBC.
2.6.2 Difteri
2. Vaksin difteri.
3. Menyadari gejalanya.
2.6.3 Pertusis
vaksinasi pertusis. Biasanya vaksin ini diberikan bersamaan dengan vaksin difteri,
vaksinasi pertusis saat hamil membantu melindungi bayi terserang batuk rejan
pada semua wanita hamil saat usia kehamilan mereka antara 28-38 minggu. Jika
dengan dokter kandungan. Selain pada ibu hamil dan bayi, vaksinasi pertusis
melemah.
1. Hal ini karena kekebalan vaksin pertusis akan melemah mulai saat seseorang
berusia 11 tahun. Maka usia tersebut menjadi waktu yang tepat untuk
2. Beberapa jenis vaksin tetanus dan difteri yang diberikan secara berkala setiap
10 tahun sekali juga memiliki fungsi untuk melindungi dari batuk rejan.
Vaksin jenis ini juga mengurangi risiko untuk menularkan batuk rejan kepada
bayi.
26
2.6.4 Tetanus
negara kita, vaksin tetanus masuk ke dalam daftar imunisasi wajib pada anak.
Imunisasi tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT (Difteri, Pertusis, dan
Tetanus). Proses vaksinasi ini harus diberikan dalam lima tahap, yaitu pada usia 2,
melindungi diri dari serangan tetanus dan difteri. Hal yang perlu diingat, vaksinasi
ini mesti diulang tip 10 tahun. Tujuannya untuk meningkatkan kekebalan tubuh
terhadap infeksi difteri dan tenanus. Selain dengan vaksinasi, pencegahan tetanus
juga dapat dilakukan dengan selalu menjaga kebersihan, terutama ketika merawat
2.6.5 Hepatitis B
1. Pemberian vaksin.
2.6.6 Campak
MMR. Imunisasi campak dilakukan pada saat anak berusia 9 bulan, kemudian
mencegah campak, gondongan, dan rubella. Imunisasi MMR dilakukan pada usia
Perlu diingat, vaksin MMR tidak boleh diberikan kepada ibu hamil.
Jika Anda belum mendapatkan vaksin MMR, lakukan imunisasi MMR minimal
dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, penderita campak disarankan untuk
diam di rumah. Tujuannya adalah agar penderita campak tidak kontak dengan
Dalam bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran terhadap
pembahasan di atas.
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dapat diambil saran, yaitu;
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan
dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki
nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang
28
Daftar Pustaka
http://repository.poltekeskupang.ac.id/1163/1/Salomi%20Marselensi%20Molina.p
df
http://eprints.undip.ac.id/43741/3/Bong_Stevana_DE_G2A009108_BAB_II_KTI
_(3).pdf
http://eprints.undip.ac.id/55169/3/Danawan_Rahmanto_22010113130141_Lap.K
TI_Bab2.PDF
https://zdocs.tips/doc/pertusis-ema-b26-dpe54mwzy0pe
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/difteri/epidemiologi
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/poliomielitis/epidemiologi
https://www.alomedika.com/penyakit/pulmonologi/tuberkulosis-
paru/epidemiologi https://id.scribd.com/document/402512478/HEPATITIS-
B-docx https://www.klikdokter.com/penyakit/campak
https://www.orami.co.id/magazine/penyakit-tetanus/
https://www.alodokter.com/batuk-rejan
http://repositori.unsil.ac.id/901/3/BAB%20II%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf
https://www.alodokter.com/polio
https://in.vaccine-safety-training.org/vaccine-preventable-diseases.html
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2219/3/BAB%20II.pdf
29