Dosen Pengampu:
DR. Dra. Tjipto Rini, M.Kes
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
dengan judul “Toksikologi Organ Sasaran (I)”. Makalah ini disusun untuk
semester tiga program studi Sarjana Terapan jurusan Kesehatan Lingkungan yang
diberikan oleh dosen mata kuliah Toksikologi Lingkungan Ibu DR. Dra. Tjipto
Rini, M.Kes.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
Akhir kata penulis berharap makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis
sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta penulis mendoakan semoga
segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Jakarta, 2021
Penulis
Daftar Is
i
i
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................2
1.4 Manfaat..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
3.1 Kesimpulan..........................................................................................18
3.2 Saran....................................................................................................18
Daftar Pustaka......................................................................................................19
ii
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan
Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia
efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan
ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan
adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk hidup,
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
lingkungan kerja dan hampir semua bahan toksik dapat dihisap. Bahan toksik
yang masuk melalui saluran pernapasan menuju paru-paru akan diserap oleh
pemajanan, dan volume aliran udara dalam paru-paru yang dapat naik setiap
beban kerja menjadi lebih besar. Apabila bahan beracun juga dalam bentuk
pernapasan.
2.2.1 Mekanisme
1. Sistem pernapasan terdiri dari 2 bagian yaitu saluran pernapasan bagian atas
2. Saluran pernafasan merupakan sistem yang komplek, yang secara alami dapat
3. Hidung merupakan filter utama yang berperan dalam mencegah dari sebarang
3
4
5. Saluran trakea dan bronkus berfungsi sebagai saluran udara yang menuju
alveoli. Trakea dan bronki dibatasi oleh epitel bersilia dan dilapisi oleh
lapisan tipis lendir yang dapat mendorong naik partikel yang mengendap pada
gas seperti carbon monoksida, oksida nitrogen, belerang dioksida atau uap
7. Hanya partikel yang diameternya kurang dari 5 mikron yang dapat masuk ke
8. Partikel dengan ukuran 5 mikrometer atau lebih besar biasanya ditimbun pada
pembersihan hidung atau saat bersin. Partikel yang larut akan dilarutkan
dalam mukus dan dibawa ke faring atau diserap epitel masuk ke darah.
10. Absorpsi pada jalur ini dapat terjadi melalui membran "nasalcavity" atau
amonium quarterner, dimana sangat susah diserap jika diberikan melalui jalur
5
secara travena.
dari besarnya dosis yang masuk ke dalam tubuh. Sedangkan dosis meningkat
dengan besarnya konsentrasi, lama dan seringnya pemaparan serta cara masuknya
semakin besar pula risiko keracunan. Reaksi tubuh terhadap bahan-bahan kimia
1. Gas Irritant yaitu gas-gas yang bersifat irritant dihasilkan oleh pencemar
udara seperti : Ozon (03), NO, NO2, N20, SO2,). Bahan-bahan berbahaya
tubuh dalam kandungan udara yang rendah.seperti CH4, CO2, CO, H2S.
Bahan- bahan berbahaya tersebut apabila dihirup atau masuk ke dalam tubuh
dalam jumlah yang melebihi kadar standar akan menyebabkan sesak napas
sampai kematian.
3. Partikel asbes yang terhirup melalui pernapasan akan terdeposit dalam paru-
4. Debu yang mengandung bahan silika dan batubara jika dihirup akan
: 50 - 70%. Dampak dari menghirup timbal (Pb) ini adalah dapat merusak
6. Keracunan akut kadmium biasanya terjadi karena menghirup debu dan asap
yang mengandung kadmium. Secara akut, kadmium lebih toksik bila dihirup.
Toksisitas hati adalah toksisitas pada hati, saluran empedu, dan kantung
empedu. Karena peredaran darah menyebar luas dan berperan penting pada
metabolisme, hati sangat rentan dengan xenobiotik (senyawa asing yang masuk ke
kolestasis intrahepatik (cadangan garam empedu ke dalam sel hati), kanker hati,
2.2.1 Mekanisme
terjadi metabolit yang lebih toksik atau lebih reaktif, maka hepar ini pula yang
fungsi hepar seperti gangguan pada metabolism dan penyimpanan hidrat karbon,
metabolism hormon, zat buangan, dan xenobiotik, sintesa protein darah, formasi
urea, metabolism lemak, dan formasi empedu. Seperti halnya xenobiotik, semua
tetapi Fase I, sehingga metabolit intermediet (bersifat reaktif) yang terbentuk, dan
tidak dapat dikonyugasi dan bereaksi dengan sel hati dan menyebabkan kerusakan
dan/atau kematian sel. Apabila reaksi terjadi dengan DNA maka mungkin sekali
akan terjadi kanker. Efek terhadap hati/hepar ini tergantung pada sifat
ada pula pengaruh dari kondisi fisik hepar yang terpapar. Toksikologi hati
menyebabkan kerusakan itu. Hati sering menjadi organ sasaran karena beberapa
setelah diserap,toksikan dibawa oleh vena porta hati ke hati. Hati mempunyai
banyak tempat pengikatan. Kadar enzim yang metabolisme xenobiotik dalam hati
juga tinggi (terutama sitokrom P-450) : ini membuat sebagian besar toksikan
menjadi kurang toksik dan lebih mudah larut air, dan karenanya lebih muda
menginduksi lesi. Lesi hati yang sring bersifat sentrilobuler telah dikaitkan
1. Alkohol
Gejalanya tergantung dari berapa lama dan berapa jumlah alkohol yang
telah diminum. Peminum berat biasanya menunjukkan gejala awal pada usia 30an
dan cenderung mengalami masalah yang berat pada umur 40an. Pada laki-laki,
alkohol akan menyebabkan efek yang mirip dengan yang dihasilkan oleh terlalu
menyebabkan demam, sakit kuning, peningkatan jumlah sel darah putih dan
pembesaran hati yang teraba lunak dan terasa nyeri. Pada kulit akan tampak
Sirosis hati adalah keadaan penyakit yang sudah lanjut dimana fungsi
hati sudah sangat terganggu akibat banyaknya jaringan ikat di dalam hati.
9
2. Insektisida
3. Mikotoksin
4. Jamur
5. CCl4
6. Obat (Parasetamol)
10
Organ ginjal sebagai sasaran toksikan Selain hati, ginjal merupakan organ
sasaran utama dari efek toksik. Hal ini disebabkan urin/ginjal adalah merupakan
jalur utama ekskresi toksikan sehingga volume aliran darah yang mengandung
toksikan cukup besar dan terjadi akumulasi toksikan pada filtrate glomerolus,
melewati sel-sel tubulus dan terjadi melewati sel-sel tubulus dan terjadi
2.3.1 Mekanisme
1. Glomerolus
2. Tubulus Proksimal
tingginya kadar toksikan ditubulus proksimal. Selain itu kadar sitokrom P-450
toksikan. Hal ini menyebabkan tempat ini merupakan sasaran efek toksik.Logam
berat seperti Cd, Hg, Pb, Cr dapat mengubah fungsi tubulus yang ditandai dengan
glukosuria, aminoasiduria, dan poliuria. Pada dosis yang tinggi logam berat
disekresi oleh tubulus proksimal tapi ditumpuk dalam sel tubulus proksimal tapi
kerusakan.
3. Loop Henle
tubulus diperantarai oleh metabolit toksik fluorida. Metoksi fluran menyebab kan
kerusakan pada tubulus proksimal, loop henle, tubulus distal juga tubulus
12
pengumpul. Aspirin dan fenasetin dapat menyebabkan gagal ginjal kronis dengan
efek toksik ginjal kronis dengan efek toksik pada medulla yaitu pada medulla
yaitu Loop henle, tubulus pengumpul da Loop henle, tubulus pengumpul dan vasa
recta..
1. Timah (Pb)
Paparan berlebihan timah (Pb) dapat menyebabkan efek nefrotoksik akut atau
perubahan degeneratif di epitel tubular dan nuclear inclusion tubular dan nuclear
inclusion bodies yang meng bodies yang mengandung protein k andung protein
kompleks Pb. ompleks Pb. Efek ini, y Efek ini, yang biasanya r biasanya
reversibel eversibel dengan terapi dengan terapi khelasi, khelasi, seperti seperti
yang telah yang telah dilaporkan te dilaporkan terutama pada anak- pada
tahun karena hun karena paparan paparan berlebihan dan berlebihan dan mungkin
terkait mungkin terkait dengan gout dan hipertensi. Ini telah dilaporkan pada
orang dewasa yang secara tidak sengaja menelan cat bertimbal selama masa
whiskey"), atau "), atau yang terpapar timah terpapar timah sejak lama. sejak
nefritis yang sulit didiagnosis di awal. Pada kasus nefropati Pb akut yang tidak
terdapat kelainan pada urin mudah dideteksi dengan tes dipsticks. Pengujian
mengevaluasi filtrasi glomerulus rate (kreatinin, nitrogen urea darah, atau serum
kreatinin) adalah cara paling utama yang dapat digunakan untuk mendeteksi
kelainan ginjal yang disebabkan oleh paparan Pb di tempat kerja. Tapi jika kerja.
Tapi jika hasil tes ini abnormal, tes ini abnormal, maka nefropati telah mencap
insufisiensi ginjal.Paparan berat timah (timah dalam darah> 150 mg / dL) secara
tidak terlalu penting dalam kasus ensefalopati timah fatal. Berbeda dengan
timah akut, paparan jangka panjang kerja (> 3 tahun) menyebabkan hipertensi,
asam urat, dan nefritis interstisial. Timah tampaknya menjadi faktor risiko
independen untuk tekanan darah tinggi bahkan tanpa adanya gagal ginjal.
2. Cadmium (Cd)
kadmium dalam urin. Tanda awal gagal ginjal yang diinduksi cadmium adalah
weight proteins dalam urin, seperti A2- mikroglobulin, retinol binding protein
glomerulus dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat lebih parah.
Juga, efek sekunder pada metabolisme tulang dan kalsium dapat terjadi
menyebabkan batu ginjal, dan dalam kasus-kasus keracunan kadmium yang parah
stage akhir. Cadmium juga dapat menyebabkan penyakit nefritis interstisial. Tidak
hipertensi atau asam urat. Kadmium awalnya menumpuk di hati dan kemudian
Nefritis interstisial kronis yang disebabkan oleh kadmium ditandai oleh sindrom
Fanconi disertai dengan g Fanconi disertai dengan gejala klinis penting yaitu ejala
klinis penting yaitu kelainan reabsorpsi kals kelainan reabsorpsi kalsium dan
3. Merkuri (Hg)
Ginjal adalah salah satu organ yang menjadi target utama dari paparan uap
merkuri. Efek pada glomerulus dan efek tubular telah dilaporkan. Efek pada
retinol binding protein (RBP). Beberapa penelitian, penelitian, telah gagal untuk
15
tubulus tubulus ginjal atau glomerulus, mungkin karena paparan merkuri dengan
dosis rendah. Gejala utama setelah paparan lingkungan atau pekerjaan untuk
merkuri adalah neurologis, meskipun acrodynia masih sesekali ditemui pada bayi
setelah aplikasi salep merkuri untuk ruam kulit. Pajanan dasar merkuri dengan
konsentrasi urin lebih dari 50 μg/L yang berhubungan dengan peningkatan alkali
fosfatase alkali pada intestinal dan ekskresi NAG, tetapi sedikit meningkat pada
enzim NAG, tetapi sedikit meningkat pada enzim lain LMWP lain LMWP ginjal,
setelah terpapar unsur merkuri adalah reversibel. Tidak ada bukti bahwa
4. Arsen (AsH3)
Arsen adalah bahan umum insektisida, yang dapat tertelan tanpa sengaja atau
sengaja. Keracunan akut yang Keracunan akut yang parah dapat parah dapat
ginjal askuler dan gagal ginjal akut. Nekrosis Nekrosis tubular tubular akut juga
dapat diakibatkan diakibatkan dari paparan paparan gas arsen dalam kecelakaan
kecelakaan industri. industri. Arsen, dig Arsen, digunakan sebagai g sebagai gas
beracun as beracun dalam perang dalam perang dunia I, dunia I, yang berwujud
hematuria, ikterus, dan nyeri perut selama beberapa beberapa hari. Hemodialisis
16
dari sirkulasi. Pemulihan tidak sirkulasi. Pemulihan tidak lengkap dari lengkap
beberapa korban erapa korban yang masih hidup. Arsen terutama hemotoxic dan
merupakan agen hemolitik kuat setelah terkena akut atau kronis. Tanda-tanda
pertama keracunan adalah malaise, kram perut, mual, dan muntah, hal ini dapat
terjadi segera atau tertunda hingga 24 jam. Gagal ginjal hasil akibat dari nekrosis
tubular akut dari nekrosis tubular akut sekunder hingga hemoglob sekunder
hingga hemoglobinuria
5. Kromium (Cr)
Oliguria pada gagal ginjal akut dan nekrosis tubular terjadi setelah
penyerapan besar kromium heksavalen dalam bentuk kromat atau dikromat. Gagal
dalam tubulus proksimal, tetapi ada sedikit bukti dari penyakit ginjal kronis akibat
dalam chromeplatters. Tapi temuan negatif dari rasio odds 2,7 untuk pajanan
kromium pajanan kromium dalam studi dalam studi kasus-kontrol dari kasus-
kontrol dari gagal ginjal gagal ginjal kronis tetap kronis tetap menjamin evaluasi
17
menjamin evaluasi lebih lanjut dari paparan lingkungan untuk kromium yang
6. Uranium (U)
Tidak jelas saat ini apakah uranium bertanggung jawab untuk penyakit ginjal
uranium dalam waktu lama dapat menghasilkan penyakit ginjal kronis interstisial.
Studi yang cermat terhadap para pekerja di sebuah pabrik penyulingan uranium
Dalam bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran terhadap
pembahasan di atas.
3.1 Kesimpulan
Bahan toksik yang masuk melalui saluran pernapasan menuju paru-paru akan
diserap oleh alveolus paru-paru. Toksisitas hati adalah toksisitas pada hati, saluran
empedu, dan kantung empedu. Karena peredaran darah menyebar luas dan
(senyawa asing yang masuk ke dalam tubuh). Sebagian besar toksikan memasuki
vena porta hati ke hati. ginjal merupakan organ sasaran utama dari efek toksik.
Hal ini disebabkan urin/ginjal adalah merupakan jalur utama ekskresi toksikan
3.2 Saran
Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dapat diambil saran,
yaitu;
18
Daftar Pustaka
https://pdfcoffee.com/makalah-toksikologi-inhalasidocx-pdf-free.html
https://zdocs.tips/doc/makalah-toksikan-isti-36oeq3e0dlpl
https://www.scribd.com/document/260338286/makalah-toksikologi-hati
https://www.fkm.ui.ac.id/wp-
content/uploads/2021/files/Buku_Toksikologi_Industri.pdf
19