Disusun oleh:
Cindy Shafira Az Zahra (P21335120008)
Kelompok 10
Jakarta, 2021
Penulis
Daftar Is
i
i
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
Pembahasan............................................................................................................3
Daftar Pustaka......................................................................................................18
ii
Pembahasan
1.1 Pengertian dan Peranan Sifat Kimia Tanah dan Sampah
Sifat kimia tanah didefenisikan sebagai keseluruhan reaksi kimia yang
berlangsung antar penyusun tanah serta antar penyusun tanah dan bahan yang
ditambahkan dalam bentuk pupuk ataupun pembenah tanah lainnya. Faktor
kecepatan semua bentuk reaksi kimia yang berlangsung dalam tanah mempunyai
kisaran agak lebar, yakni sangat singkat dan luar biasa lamanya. Pada umumnya,
reaksi-reaksi yang terjadi didalam tanah diimbas oleh tindakan dan faktor
lingkungan tertentu.
Sifat kimia tanah sangat berhubungan erat dengan pertanian karena kimia
tanah berperan besar untuk menentukan keberadaan dan ketersediaannya hara
dalam pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi lahan pertanian. Sifat
kimia tanah dipengaruhi oleh sifat dasar tanah yang memiliki kandungan organik,
mineral, larutan di dalam tanah dan proses yang terjadi atau berlangsung di dalam
tanah.
3
4
Pentingnya pH tanah :
a. Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman,
umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH tanah sekitar
netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut
dalam air. Pada tanah masam unsur P tidak dapat diserap tanaman karena
difiksasi oleh Al, sedang pada pH alkalis unsur P difiksasi oleh Ca.
b. Menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun. Pada tanah-
tanah masam banyak ditemukan ion-ion Al di dalam tanah, disamping
memfiksasi unsur P juga merupakan racun bagi akar tanaman.
Disamping itu pada reaksi tanah yang masam, unsur-unsur mikro
menjadi mudah larut, sehingga ditemukan unsur mikro yang terlalu
banyak. Unsur mikro merupakan hara yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah sangat kecil, sehingga menjadi racun kalau dalam jumlah besar.
c. Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme. Bakteri, jamur yang
bermanfaat bagi tanah dan tanaman akan berkembang baik pada pH >
5,5 apabila pH tanah terlalu rendah maka akan terhambat aktivitasnya.
Mengubah pH tanah :
a. pH tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan nilai pH nya dengan
menambahkan kapur ke dalam tanah, sedangkan
b. Tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan nilai pHnya dengan
penambahan belerang.
Kisaran pH tanah :
a. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5 – 10
5
Komposisi unsur tanah yang ideal pada lapisan atas: air (25 %), udara (25
%),bahan organik (5 %) dan mineral tanah (45 %). Terdapat dua jenis reaksi
tanah, yaitu :
a. Kemasaman aktif. Konsentrasi ion hidrogen yang terdapat bebas dalam
larutan tanah (pH H2O).
b. Kemasaman Potensial. Banyaknya kadar hidrogen dapat tukar yang
dijerap oleh komplek koloid tanah (pH KCl).
6
Kolid tanah adalah bahan mineral dan bahan organik yang sangat halus
sehingga mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi per satuan berat (massa).
Koloid tanah yang berperan yaitu koloid anorganik (koloid liat atau mineral) dan
koloid organik (humus). Kedua koloid ini mempunyai sifat dan ciri yang jauh
berbeda. Koloid berukuran < 1, sehingga tidak semua fraksi liat termasuk koloid.
Koloid merupakan bagian tanah yang sangat aktif dalam reaksireaksi fisikokimia
di dalam tanah.
Partikel-partikel koloid yang sangat halus yang disebut micell (microcell),
umumnya bermuatan negatif, karena itu ion-ion bermuatan positif (kation) tertarik
pada koloid tersebut sehingga terbentuk lapisan ganda ion. Bagian dalam dari
lapisan ganda ion ini terdiri dari partikel koloid yang bermuatan negatif (anion)
sedang bagian luar merupakan kerumunan kation yang tertarik oleh
partikelpartikel koloid tersebut.
3. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
7
Kapasitas tukar kation (KTK) suatu tanah dapat didifinisikan adalah sebagai
suatu kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation. Besarnya
KTK tanah dipengaruhi oleh sifat dan unsur tanah itu sendiri antara lain adalah:
a. Reaksi tanah atau pH
b. Tekstur tanah atau jumlah liat
c. Jenis mineral tanah
d. Bahan unsur
e. Pengapuran dan pemupukan
Kation adalah ion bermuatan positif seperti: Ca2+, Mg2+, Na+, NH4+, H+, Al3+.
Di dalam tanah kation-kation tersebut terlarut di dalam air tanah atau terjerap oleh
koloid-koloid tanah.
Banyaknya kation (dalam milliekivalen) yang dapat dijerap oleh tanah per
satuan berat tanah (per 100 gr) dinamakan Kapasitas Tukar Kation (KTK).
Kation-kation yang telah dijerap oleh koloid tersebut sulit tercuci air gravitasi,
tetapi dapat digantikan oleh kation lain yang terdapat dalam larutan tanah, hal ini
yang dinamakan pertukaran kation. Satuan KTK adalah me 100 gr-1.
Kapasitas Tukar Kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya
dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan
menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Karena
unsur hara terdapat pada kompleks jerapan koloid maka unsur-unsur hara tersebut
tidak mudah tercuci.
Tanah-tanah dengan kandungan bahan unsur tinggi atau dengan kadar liat
tinggi mempunyai KTK lebih tinggi dari pada tanah dengan bahan unsur rendah
atau tanah berpasir. Jenis mineral liat montmorillonit mempunyai KTK yang lebih
besar daripada tanah dengan mineral liat kaolinit.
Tanah-tanah tua yang banyak didominir oleh mineral jenis seskuioksida, akan
memiliki KTK yang rendah, disamping itu besarnya nilai KTK tanah digunakan
sebagai penciri untuk klasifikasi tanah, misalnya Oxisols harus mempunyai KTK
< 16 me 100 gr-1.
8
2. C-organik
Penetapan C-organik menggunakan metode Walkley dan Black dengan cara
titrasi dengan ferro sulfat.
Cara kerjanya yaitu menimbang 0,5 g contoh tanah lolos ayakan 0,5 mm, lalu
dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml. Tambahkan 5 ml K2Cr2O7 1 N dan 10 ml
H2SO4 pekat kemudian didiamkan selama 30 menit lalu ditambahkan dengan
Aquades100 ml, 5 ml asam posfat (H3PO4) 85% dan 5 ml NaF lalu ditambahkan
15 tetes indikator difeniamin kemudian dititrasi dengan ferosulfat 1 N. Titrasi
dihentikan jika warna berubahmenjadi warna hijau. Selanjutnya mencatat hasil
volume titrasi.
3. N-total
Penentuan nitrogen menggunakan cara Kjeldahl yang melalui 3 langkah
kerjayaitu destruksi, destilasi dan titrasi asam basa.
Cara kerjanya yaitu menimbang 1 g tanah kering angin dengan gelas arloji
bersih dan kering, masukkan kedalam labu Kjeldahl dan tambahkan 25 ml asam
sulfat salisilat. Diamkan 30 menit, sesudah itu masukkan 0,5 g Na2S2O35H2O,
kocok selama 15 menit. Kemudian tambahkan 200-300 mg katalisator lalu
pindahkan ke alat destruksi. Kemudian panaskan dengan hati-hati dan suhu
dinaikkan sedikit demi sedikit, destruksi selesai apabila asap telah ilang dan warna
larutan menjadi jernih. Biarkan dingin lalu lanjutkan dengan didestilasi,
tambahkan 25 ml NaOH 40%. Destilat dikumpulkan kedalam erlenmeyer berisi
10 ml lrutan borat indikator.Setelah didestilasi dengan borat indikator warna
larutan menjadi hijau muda. Larutan ini akan dititrasi dengan HCl 0,1 N dan titik
akhir akan berubah dari warna hijau muda menjadi merah muda.
4. P-total
Penentuan P-total menggunakan metode ekstraksi HCl 25%.Cara kerjanya
yaitu menimbang 1 g tanah halus yang lolos ayakan < 2mm dan dimasukkan
kedalam botol Kocok dan tambahkan 25 ml HCl 25 %. Kemudian dikocok dengan
mesin kocok selama 1 jam. Setelah itu disaring dan ditampung dalam erlenmeyer
14
5. P-tersedia
Penentuan P-tersedia menggunakan metode BrayI, yang cara kerjanya yaitu
menimbang 1 g tanah kering angin yang lolos ayakan 0,5 mm kedalam
erlenmeyer 50 ml atau botol kocok, dan tambahkan 12,5 larutan pengestrak lalu
kocik selama 1 menit kemudian saring.
Hasil saringan harus jernih, apabila kurang jernih maka disaring kembali
dengan menggunakan kertas saring yang sama atau disentrifuge dengan kecepatan
2000 rpm selama 15 menit. Tentukanlah P dalam supernatan yang jernih dan tak
berwarna. Ekstrak tersebut dipipet 2 ml dalam tabung reaksi dan selanjutnya
bersama deret standar ditambahkan 10 ml pereaksi pewarna posfat, kocok
sehingga homogen dan biarkan selama 30 menit. Absorbansi larutan diukur
dengan spectrofotometer pada panjang gelombang 693 µm dan catat hasil
pembacaan.
6. Kalium
Cara kerja untuk penentuan Kalium yaitudipipet 1 ml ekstrak dan deret stand
masing-masing dalam tabung kimia dan ditambahkan 9 ml larutan dikocok
menggunakan pengocok tabung sampai homogen. Kalium diukur dengan A.A.S
dengan deret standar sebagai perbandingan.
7. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Menggunakan metode pencucian dengan amonium asetat. Cara kerjanya yaitu
menimbang 5 g tanah kering angin dan dilarutkan kedalam 20 ml amonium asetat
1 N sebanyak 2 kali lalu didiamkan selama 1 malam setelah dikocok. Selanjutnya
larutan disaring dengan kertas saring dan filtratnya ditampung dalam erlenmeyer,
usahakan agar semua tanah berpindah ke kertas saring.
Tanah tersebut disemprot dengan alkohol 20 ml sebanyak 2 kali sampai
mendrainase sempurna. Tanah pada kertas saring selanjutnya dimasukkan
kedalam labu Kjeldahl dan ditambahkan 10 ml aquades serta 2 tetes H3BO3.
15
Larutan yang ada dalam labu Kjeldahl kita hubungkan dengan alat destilasi lalu
ditambahkan NaOH 40% sebanyak 20 ml dan aquades 25ml.
Destilasi dihentikan setelah volume destilat yang ditampung mencapai 15 ml,
namun sebelum ditampung didalam alat penampung, destilat dimasukkan asam
burat 40% sebanyak 10 ml dan beberapa tetes indikator BCG. Larutan destilat
akhirnya dititrasi dengan menggunakan HCl 0,1 N (volume titrasi dicatat).
8. Tekstur
Penentuan tekstur tanah menggunakan cara pipet. Cara kerjanya yaitu dengan
menimbang bahan 10 g contoh tanah yang lolos ayakan 2mm.
contoh tanah ini dimasukkan kedalam gelas ukur 1000 ml. selanjutnya
ditambahkan 50 ml H2O2 10% dan dibiarkan semalaman. Ditambahkan 25 ml
H2O2 30% lalu dipanaskan. Selanjutnya ditambahkan 180ml aquades dan 20 ml
HCl 2N lalu dididihkan selama 10 menit.
Selanjutnya diencerkan dengan aquades 700 ml. larutan ini dicuci dengan
aquades menggunakan penyaring berkefield. Pasir yang tidak lolos ayakan
dipisahkan. Untuk debu dan liat diencerkan menjadi 500 ml.
untuk pemisahan diaduk selama 1 menit sebanyak 20 ml. untuk pemisahan
liat diaduk lagi selama 1 menit lali dibiarkan 30 menit lalu kembali di pipet
sebanyak 20 ml dengan kedalaman 5,2 cm dari permukaan cairan. Lalu
dumasukkan kedalam cawan petri lalu di masukkan kedalam oven dengan suhu
150oC. setelah dioven selanjutnya di tumbang.
1.4.2 Pengukuran Sifat Kimia Sampah
Sampel dari masing-masing sumber sampah yang diambil dalam
penelitian ini diusahakan sama dengan lokasi pengambilan sampel sampah pada
penelitian sebelumnya yaitu tentang pengukuran timbulan dan komposisi sampah
Kota Padang dari berbagai sumber, agar hasil yang diperoleh lebih representatif.
Pengujian laboratorium untuk analisis karakteristik biologi sampah
meliputi pengukuran biodegradabilitas, populasi lalat dan bau. Pengukuran
biodegradabilitas dilakukan dengan mengukur kandungan lignin sampah.
Pengukuran populasi lalat dilakukan dengan meletakkan alat fly grill (Gambar 1)
yang berbentuk persegi dengan ukuran 1 m x 1 m diatas tumpukan sampah dari
16
18