Anda di halaman 1dari 14

PENYEHATAN TANAH DAN PENGELOLAAN SAMPAH

“Sifat-sifat Kimia Tanah dan Sampah”

Dosen Mata Kuliah : Catur Puspawati, S.T., M.K.M.

Kelas : 2 DIV A

Nama anggota : Kelompok 4

1. Dewi Widya Ningrum (P231335118018)


2. Muhammad Dimas S. (P231335118037)
3. Serli Yulianti (P231335118060)

TINGKAT 2
PROGRAM STUDI DIV KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120 Telp. 021.7397641, 7397643
Fax. 021. 7397769 E-mail : info@poltekkesjkt2.ac.id Website : http://poltekkesjkt2.ac.id
TA. 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah Sifat-sifat Kimia Tanah
dan Sampah dengan lancar.

Makalah ini disusun dalam upaya memaparkan hasil penelitian kepustakaan kami
mengenai pengertian Sifat-Sifat Kimia Tanah Dan Sampah. Kami menghaturkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membimbing dan membantu kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami harap Bapak/Ibu dosen dan juga para pembaca dapat memberikan kritik dan
saran kepada kami agar dapat bermanfaat bagi kemajuan pemikiran bersama.

Jakarta, 14 September 2019

Tim penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah merupakan tubuh alam dihasilkan dari berbagai proses dan faktor
pembentuk yang berbeda. Karena itu tanah mempunyai karakteristik yang berbeda
demikian akan memerlukan manajemen yang berbeda pula untuk tetap menjaga
keberlanjutan fungsi-fungsi tanah tersebut. Koloid tanah yang memiliki muatan
negatif besar akan dapat menyerap sejumlah besar kation. Jumlah kation yang dapat
diserap koloid dalam bentuk dapat tukar pada pH tertentu disebut kapasitas tukar
kation. Kapasitas tukar kation merupakan jumlah muatan negative persatuan berat
koloid yang dinetralisasi oleh kation yang mudah diganti.
Kapasitas tukar kation didefinisikan sebagai nilai yang diperoleh pada pH 7
yang dinyatakan dalam milligram setara per 100 gram koloid. Kapasitas tukar kation
tanah tergantung pada tipe dan jumlah kandungan liat, kandungan bahan organik dan
pH tanah. Kapasitas tukar kation tanah yang memiliki banyak muatan tergantung pH
dapat berubah-ubah dengan perubahan pH. Keadaan tanah yang sangat masam
menyebabkan tanah kehilangan kapasitas tukar kation dan kemampuan menyimpan
hara kation dalam bentuk dapat tukar karena perkembangan muatan positif. Kapasitas
tukar kation kaolinit menjadi sangat berkurang karena perubahan pH dari menjadi 5,5.
Kapasitas tukar kation yang dapat dijerap 100 gram tanah pada pH 7. Kapasitas tukar
kation menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan kation-kation dan
mempertukarkan kation-kation tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui Pengertian dan Sifat Kimia Tanah
2. Mengetahui Macam-macam Sifat Kimia Tanah (pH, Koloid Tanah, KTK)
3. Mengetahui Pengambilan Sampel Kimia Tanah
4. Mengetahui Pengukuran Sifat Kimia Tanah
C. Tujuan
1. Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Sifat-sifat Kimia Tanah dan
Sampah
2. Makalah ini Bertujuan untuk Menyampaikan Materi Sifat-sifat Kimia Tanah dan
Sampah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Sifat Kimia Tanah


Tanah memiliki sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi. Sifat fisik dan biologi
tanah dapat dilihat secara kasat mata dan diteliti dengan warna tanah, tekstur tanah,
kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat dasar tanah yang
memiliki derajat keasaman tanah atau pH yang berbeda-beda, pemupukan yang
dilakukan oleh manusia dan kandungan organik serta mineral di dalam tanah itu
sendiri. Kimia tanah adalah studi mengenai karakteristik kimiawi dari tanah.
Kimia tanah menyangkut komposisi mineral, bahan organik, dan faktor
lingkungan. Sifat kimia tanah berperan besar dalam menentukan sifat dasar inilah
kemudian dapat diteliti bagaimana memperlakukan dan pembubidayaan tanah.
Sifat kimia tanah menggambarkan karakteristik bahan kimia tanah dalam
lingkungannya yang sangat penting untuk memprediksi fungsi tanah dari sudut
pandang kelarutan dan ketersediaan unsur dalam tanah. Proses kimia tanah
merupakan semua proses reaksi kimia yang dapat meningkatkan dan menurunkan
tingkat ketersediaan unsur hara tanaman di satu pihak dan toksisitas/kontaminan di
pihak lain. Sifat fisik tanah seperti, besar butir (tekstur), susunan dan komposisi butir
dalam aggregrat termasuk pori tanah di dalamnya (struktur) dan ketersediaan udara
dan air di dalam tanah dan dapat mempengaruhi proses kimia di dalamn tanah.

B. Macam-macam Sifat Kimia Tanah (pH, Koloid Tanah, KTK)


1. Derajat Kemasaman (pH)
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion
hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin
masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula
ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. pada tanah-
tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedang pada tanah alkalis
kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH,
maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Anonim 1991).
Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang dari
7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun dcmikian pH
tanah umumnya berkisar dari 3,0-9,0.
Di Indonesia unumnya tanahnya bereaksi masam dengan 4,0 – 5,5 sehingga
tanah dengan pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan cukup netral meskipun
sebenarnya masih agak masam. Di daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah-
tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang disebut tanah sangat masam
karena banyak mengandung asam sulfat. Di daerah yang sangat kering kadang-
kadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena banyak mengandung
garam Na (Anonim 1991). Fungsi dari pH tanah itu sendiri yaitu :
a) Menentukan mudan tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, pada pH
tanah sekitar netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah
larut dalam air
b) Menunjukan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun. Pada tanah-tanah
masam ditemukan ion-ion A1
c) Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme
2. Koloid Tanah
Koloid tanah adalah bahan organik dan bahan mineral tanah yang sangat halus
sehingga mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi persatuan berat. Koloid
tanah terdiri dari liat (koloid anorganik) dan humus (koloid organik). Koloid
berukuran kurang dari 1 µ, sehingga tidak semua fraksi liat (kurang dari 2 µ)
termasuk koloid. Koloid anorganik terdiri dari mineral liat Al-silikat, oksida-
oksida Fe dan Al, mineral-mineral primer.
Mineral liat Al-silikat mempunyai bentuk kristal yang baik misalnya kaolinit,
haolisit, montmorilonit, ilit. Kaolinit dan haolisit banyak ditemukan pada tanah-
tanah merah (coklat) yaitu tanah-tanah yang umumnya berdrainase baik,
sedangkan montmorilonit ditemukan pada tanah-tanah yang mudang
mengembang dan mengerut serta pecah-pecah pada musim kering misalnya tanah
vertisol. Ilit ditemukan pada tanah-tanah berasal dari bahan induk yang banyak
mengandung mika dan belum mengalami pelapukan lanjut. Adanya muatan
negatif pada mineral liat disebabkan oleh beberapa hal yaitu : (1) Kelebihan
muatan negatif pada ujung-ujung patahan kristal baik pada Si-tetrahedron
maupun Al-oktahedron, (2) Disosiasi H + dari gugus OH yang terdapat pada tepi
atau ujung kristal, (3) Substitusi isomorfik.
Pada mineral liat Kaolinit masing-masing unit melekat dengan unit lain
dengan kuat (oleh ikatan H) sehingga mineral ini tidak mudah mengembang dan
mengerut bila basah dan kering bergantian. Substitusi isomorfik sedikit atau tidak
ada sehingga kandungan muatan negatif atau KTK rendah. Muatan negatif hanya
pada patahan-patahan kristal atau akibat disosiasi H bila pH naik. Karena itu,
muatan negatif mineral ini meningkat bila pH naik (muatan tergantung pH).
Keadaan ini berbeda dengan mineral liat Montmorilonit dimana masing-masing
unit dihubungkan dengan unit lain oleh ikatan yang lemah (oksigen ke oksigen)
sehingga mudah mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Hal ini
karena air (dan kation-kation) dan masuk pada ruang-ruang antar unit tersebut.
Dalam proses pembentukan montmorilonit banyak Al 3+ dalam Al-
oktahedron yang disubstitusi oleh Mg 2+ sehingga banyak menghasilkan
kelebihan muatan negatif. Kecuali itu ruang-ruang antar unit yang mudah
dimasuki air internal surface yang aktif disamping sisi-sisi luar (external surace)
dan ujung-ujung patahan. Karena itu montmorilonit mempunyai muatan negatif
yang tinggi (KTK tinggi). Mineral ini pada pH kurang dari 6,0 hanya
mengandung muatan tetap hasil substitusi.
3. Kapasitas Tukar Kation
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat
hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah
dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir
(Hardjowogeno 2003). Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada
sifat dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh :
a. Reaksi tanah
b. Tekstur atau jumlah liat
c. Jenis mineral liat
d. Bahan organik dan,
e. Pengapuran serta pemupukan.
Didalam tanah, kation-kation tersebut terlarut didalam air tanah atau diserap
oleh koloid-koloid tanah. Banyaknya kation yang dapat diserap oleh tanah
persatuan berat tanah (biasanya 100g) dinamakan kapasitas tukar kation (KTK).
KTK dinyatakan dalam satuan kimia yaitu, miliekivalen per 100g (me/100g).
KTK tiap koloid tanah berbeda. Kation tertukaran yang paling penting adalah Ca,
Mg, K, Na, H, Al, yang relatif lebih rendah adalah NH4 dan Fe, dan dalam
jumlah sedikit Mn, Cu, Zn.

C. Sifat Kimia Sampah


Sifat kimia sampah diperlukan untuk mengevaluasi alternatif suatu proses dan
sistem recovery pengolahan sampah.
a. Proximate Analysis
Proximate analysis terhadap komponen
Municipal Solid Waste (MSW) mudah terbakar meliputi (Tchobanoglous, 1993):
 Kelembapan (kadar air berkurang pada suhu 105°C, t = 1 jam)
 Volatile combustible matter (berat sampah yang berkurang pada pemanasan
950°C)
 Fixe (setelah volatil hilang)
 Ash (sisa pembakaran).
b. Titik Lebur Abu
Titik lebur abu merupakan titik temperatur saat pembakaran menghasilkan abu,
berkisar antara 1100 – 1200’C (2000-2200’F).
c. Ultimate Analysis
Ultimate Analysis meliputi penentuan unsur Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O),
Nitrogen (N), dan Sulfur (S) sampah. Berdasarkan nilai C dan N ini dapat ditentukan
rasio C/N sampah (Tchobanoglous, 1993). Ultimate Analysis masing-masing
komponen dalam sampah domestik dapat dilihat pada Tabel 2.2, dimana kadar karbon
tertinggi dimiliki oleh komponen karet (78 %), kadar hidrogen tertinggi dimiliki oleh
sampah karet (10 %), kadar oksigen tertinggi dimiliki oleh sampah kertas (44 %),
kadar nitrogen tertinggi dimiliki oleh sampah kulit (10 %) dan kadar sulfur tertinggi
dimiliki oleh sampah makanan dan kulit ( 0,4 %).
d. Kandungan Energi Komponen Sampah
Kandungan energi yang terdapat di dalam sampah dapat dihitung dengan cara
menggunakan calorimeter atau
bomb calorimeter, dan dengan perhitungan.

D. Pengambilan Sampel Kimia Tanah


Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program
uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur
kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk
penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun,
hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal
yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu
pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah.
Sampel tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu menunggu saat sebelum
tanam namun tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah pemupukan. Keadaan tanah
saat pengambilan sampel tanah pada lahan kering sebaiknya pada kondisi kapasitas
lapang (kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup untuk
pengolahan tanah). Sedang pengambilan pada lahan sawah sebaiknya diambil pada
kondisi basah.
Peralatan untuk pengambilan contoh sampel tanah
1. Alat untuk mengambil contoh tanah seperti bor tanah (auger, tabung), cangkul,
sekop.
2. Alat untuk membersihkan bor, cangkul dan sekop seperti pisau dan sendok tanah
untuk mencampur atau mengaduk
3. Ember plastik untuk mengaduk kumpulan contoh tanah individu
4. Kantong plastik agak tebal yang dapat memuat 1 kg tanah, dan kantong plastik
untuk label.
5. Kertas manila karton untuk label dan benang kasur untuk mengikat label luar
6. Spidol (water proof) untuk menulis isi label
7. Lembaran informasi contoh tanah yang diambil.
Cara Pengambilan contoh Sampel Tanah
1. Sampel Sesaat (Grab Sample) : Sampel yng diambil secara langsung dr badan
tanah yang sedang dipantau. Sampel ini hanya menggmbarkan karakteritik tanah
pada saat pengambilan sampel.
2. Sampel komposit (Compsite sample) : Sampel campuran dari beberapa waktu
pengambilan. Pengambilan sampel komposit dapat dilakukan secara manual
ataupun secara otomatis dgn menggunakan peralatan yang dapat mengambil air
pada waktu-waktu tertentu. Pengambilan sampel scara otomatis hanya dilakukan
jika ingin mengetahui gambaran tentang karakteristik kualitas tanah secara terus-
menerus
3. Sampel gambungan tempat (integrated sample) : sampel gabungan yang diambil
secara terpisah dari beberpa tempat, dengan volume yang sama. Selain itu ada
juga satu metode yang biasa digunakan dalam pengammbilan sampel penelitian
yaitu:
4. Automatic Sampling (Pengambilan Contoh Otomatis), Cara ini dikembangkan
untuk memenuhi program pengamatan kualias sampel secara penyeluruh.
Peralatan memerlukan bangunan khusus dengan penampungan dan pemeliharaan
yang baik alat mengambil contoh otomatis biasanya bekerja dalam 24 jam.

E. Pengambilan Sampel Kimia Sampah


Pemeriksaan kualitas fisika adalah pemeriksaan yang dilakukan pada suatu
sampel dengan melihat wujud secara fisik seperti bau, rasa, warna, kekeruhan dan
sebagainya. Pemeriksaan kualitas kimia adalah pemeriksaan yang dapat dilhat
berdasarkan struktur kandungan dalam sampel tersebut.
Pengambilan sampel sampah untuk pemeriksaan secara fisika dan kimia
berbeda, karena parameter yang diperiksa juga berbeda. Pada pemeriksaan kualitas
fisika yang diperiksa adalah suhu, konduktivitas, warna, bau, kekeruhan, Daya Hantar
Listrik (DHL), serta
Total Suspended Solid (TSS). Sedangkan untuk pemeriksaan kualitas kimia
yang diperiksa biasanya kesadahan (Mg, Cl, dll), Ph, alkalinitas, dan lainnya.
Untuk pemeriksaan secara fisika dan kimia biasanya sering digunakan sampel sampah
cair atau licit. Pengambilan sampel pada pemeriksaan tersebut hampir sama dengan
dengan pengambilan sampel air. Hal ini karena wujud yang sama yaitu cairan.
Alat dan Bahan ;
1. Botol timba
2. Derigen plastik ukuran 5 Liter (sebaiknya berwarna putih)
3. Botol plastik vol. 500 mL (2 buah)
4. Botol oksigen vol. 250 mL
5. Termos es untuk mendinginkan contoh
6. Tas lapangan
7. Alat tulis
8. Buku catatan (bungkus dengan plastik)
9. Alat dan Bahan untuk periksa parameter (yang diperlukan) ;

*Prosedur pengambilan sampel uji kimia


Tahapan pengambilan sampel sampah cair kualitas kimia untuk pengujian
total logam dan terlarut, dilakukan sebagai berikut :
a. bilas botol sampel dan tutupnya dengan sampel yang akan dianalisa;
b. buang air pembilas dan isi botol dengan sampel hingga beberapa sentimeter
(cm) di bawah puncak botol, agar masih tersedia ruang untuk menambahkan
pengawet dan melakukan pengocokan;
c. lakukan penyaringan sampel kemudian di analisa di laboratorium.
Namun terkadang tidak menutup kemungkinan pemeriksaan kualitas fisik dan
kimia juga dilakukan pada sampel yang padat. Sampel padat dapat berasal dari rumah
tangga, industri dan lainnya yang biasa disebut sampah organik. Sampah ini mudah
mengurai sehingga dalam pengambilan sampelnya dapat dilakukan pada tanah yang
berada di sekitar sampah tersebut tempati. Namun perlakuan pada sampel cair dan
padat tentunya berbeda. Perbedaannya berada pada wadah yang digunakan dan cara
pengambilannya. Wadah yang digunakan biasanya berupa kantong plastik, petridish.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tanah memiliki sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi. Sifat fisik dan biologi
tanah dapat dilihat secara kasat mata dan diteliti dengan warna tanah, tekstur tanah,
kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat dasar tanah yang
memiliki derajat keasaman tanah atau pH yang berbeda-beda, pemupukan yang
dilakukan oleh manusia dan kandungan organik serta mineral di dalam tanah itu
sendiri. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam
tanah. Koloid tanah adalah bahan organik dan bahan mineral tanah yang sangat halus
sehingga mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi persatuan berat. Kapasitas
tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan
kesuburan tanah. Sifat kimia sampah diperlukan untuk mengevaluasi alternatif suatu
proses dan sistem recovery pengolahan sampah.
DAFTAR PUSTAKA

 Utomo, Muhajir, 2016, Ilmu Tanah Dasar – Dasar dan Pengelolaan, Jakarta
Prenadamedia Group
 Catur Puspawati, dkk, 2012, Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah Padat (A),
Poltekkes Jakarta II, Jakarta.
 http://riskirana.blogspot.com/2011/10/teknik-pengambilan-sampel-tanah.html
 https://ihwatinurcahyani.wordpress.com/2012/04/06/sifat-kimia-tanah/

Anda mungkin juga menyukai