Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PENYEHATAN TANAH

MENGETAHUI DAN MEMAHAMI PENYAKIT YANG DITULARKAN


MELALUI TANAH DAN PENANGGULANGANNYA

DISUSUN OLEH :
Kelompok 6 : 1) Aminah Candradewi (P21345118009)
2) Faiz Syaibatul H (P21345118024)
3) Feni Sabputri (P21345118027)
4) M. Arfan Fadli (P21345118041)
KELAS : 2 D3 A
POLTEKKES KEMENKESJAKARTA II
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Jl. Hang Jebat III BLOK F3, No.8, RT.4/RW.8, Gunung, Kby. Baru, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120 Telepon: (021) 7397641
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmatnya dan berkahnya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini.
Makalah ini disusun berdasarkan materi memahami dan mengidentifiksi
pencemaran tanah.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen dan
teman-teman yang membantu pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan kami mohon maaf atas
kekurangan dan kesalahan yang ada dalam makalah yang sederhana ini.

Jakarta, 04 November 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pencemaran tanah mempunyai dampak buruk tidak hanya lingkungan tetapi
juga kesehatan manusia. Tanah yang tercemar dapat menyebabkan efek
mematikan dan berbahaya. Berbagai kasus mengenai pencemaran tanah telah
menyababkan dampak yang merugikan bagi manusia dan lingkungan. Salah satu
dampak yang sangat berpengaruh adalah dampak terhadap kesehatan manusia.
Pengaruh tanah terhadap kesehatan dapat terjadi secara langsung dan tidak
langsung. Secara tidak langsung apabila manusia memanfaatkan mineral yang
terkandung serta lahan yang tersedia untuk meningkatkan kesejahteraanya.
Pengaruh secara langsung tanah dapat mempengaruhi kesehatan, karna
mengandung berbagai zat fisis, kimia dan biologis yang dapat menggangu
kesehatan tubuh dan masyarakat. Pengaruh tanah terhadap kesehatan digolongkan
kepada penyakit-penyakit yang menyebar lewat tanah. Zat-zat yang terkandung
dapat berasal dari dari tanah itu sendirimaupun berasal dari luar tanah, sebagai
akibat dari pencemaran tanah. Penyakitpenyakit tersebut disebut sebagai penyakit
bawaan tanah (soil-borne diseases).
Hampir semua orang pernah menderita suatu penyakit, dari yang ringan
samapi yang berat, bahkan berakibat fatal berupa cacat maupun kematian. Proses
terjadinya penyakit pada manusia dapat terjadi karena tiga hal penting yaitu agent
atau penyebab penyakit, host atau populasi berisiko tinggi dan environment atau
Linglingkungan (John Gordon). Pengaruh lingkungan dalam menimbulkan
penyakit pada manusia telah lama disadari dimana faktor lingkungan berperan
sangat besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Memang tidak
selalu lingkungan sebagai penyebab, melainkan juga sebagai penunjang, media
transmisi maupun pemberat penyakit yang telah ada.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengaruh tanah terhadap kesehatan ?
2. Apa jenis penyakit yang ditularkan melalui tanah ?
3. Apa mekanisme penularan penyakit ?
4. Apa penanggulangan penyakit yang ditularkan melalui tanah ?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh tanah terhadap kesehatan
2. Untuk mengetahui jenis penyakit yang ditularkan melalui tanah
3. Untuk mengetahui mekanisme penularan penyakit
4. Untuk mengetahui penanggulangan penyakit yang ditularkan melalui
tanah
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengaruh Tanah Terhadap Kesehatan


Tanah merupakan bagian tertipis dari seluruh lapisan bumi, tetapi
pengaruhnya terhadap kehidupan sangat besar (Slamet, 1996).Tanah merupakan
tempat tinggal bagi keragaman hayati dengan perkiraan yang menyatakan bahwa
25% dari spesies bumi tinggal di tanah. Tanah adalah tempat produksi sebagian
besar makanan bagi makluk hidup. Selain itu, tanah dapat berfungsi untuk
menyediakan ekosistem melalui berbagai interaksi yang kompleks antara
organisme dalam tanah dan tanah itu sendiri. Interaksi tersebut dapat berupa
seperti pembentukan tanah, penyaringan air, maupun penyediaan senyawa yang
berguna seperti antibiotik yang diisolasi dari organisme tanah (Slamet, 1996 &
Jeffery, dkk, 2011).Tanah secara langsung dapat mempengaruhi kesehatan dalam
bentuk penyakit bawaan tanah (soil-borne). Sebagian besar organisme hidup
adalah mikroba yang banyak ditemukan di tanah. Beberapa mikroba di dalam
tanah bersifat patogen bagi manusia, termasuk protozoa, jamur, bakteri, dan juga
virus, beberapa mikroorganisme tersebut memerlukan inang/ host untuk
kelangsungan hidupnya (Sellinus,2005).
Menurut Soemirat, Juli, 2014 pengaruh tanah terhadap kesehatan dapat
terjadi secara langsung maupun secara tidak langsung.
1. Pengaruh Langsung
Pengaruh tanah terhadap kesehatan secara langsung digolonglan kepada
penyakitpenyakit yang menyebar lewat tanah. Zat-zat yang terkandung dapat
berasal dari tanah itu sendiri maupun berasal dari luar tanah, sebagai akibat dari
pencemaran tanah. Aktivitas manusia yang membutuhkan lahan atau tanah untuk
melakukan kegiatannya jika tidak dikelola dengan baik akan berdampak bagi
kesehatan. Adanya pembuangan sampah pada lahan terbuka menyebabkan tanah
permukaan dipenuhi oleh sampah-sampah yang ada di atasnya. Masih terdapat
tempat pembuangan sampah sementara (TPS) yang melakukan peletakan sampah
pada suatu bidang tanah. Sampah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat
berupa sampah organik, anorganik bahkan sampah B3 (bahan beracun dan
berbahaya). Sampah-sampah organik yang di diamkan begitu saja akan
membusuk dan mengeluarkan air sampah (lindi).
Air sampah jika tidak diolah atau didiamkan begitu saja akan masuk ke
dalam tanah. Air sampah banyak mengandung bakteri-bakteri patogen dari bahan
organik yang terdegradasi tidak sempurna, bakteri tersebut yang akan
menyebabkan kesehatan manusia menjadi terganggu jika masuk ke dalam tubuh
manusia. Kegiatan pertanian yang ada juga dapat mempengaruhi kesehatan
manusia, jika aturan yang ada tidak dilakukan, misalnya penggunaan pestisida
yang berlebihan atau tidak sesuai dengan dosis penggunaanya dapat membuat
resisten. Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat mencemari tanaman dan
tanah disekitar tanaman tersebut, dalam konsentrasi tertentu bahan-bahan pestisida
akan mengganu kesehatan manusia yang kontak langsung atau memakan tanaman
yang tumbuh diatas tanah tersebut. 82 Penyehatan Tanah  Pembuangan limbah
industri yang tidak mengikuti aturan akan menyebabkan terjadinya pencemaran
pada tanah, dimana industri-industri mempunyai buangan atau limbah baik padat
maupun cair.
Limbah dari industri pastilah memiliki kandungan kimia maupun organik
yang dapat mencemari tanah, hal ini dapat terjadi jika limbah dibuang begitu saja
ke permukaan tanah atau limbah di alirkan oleh aliran pembuangan, tetapi jika
aliran pembuangan terjadi kebocoran maka akan menyebabkan limbah tersebut
jatuk ke dalam tanah dan mencemari tanah. Apabila kondisi cemaran tanah
didiamkan begitu saja akan mempengaruhi kesehatan manusia secara langsung.
Masuknya zat-zat pencemar ke dalam tubuh manusia akan menyebabkan ketidak
seimbagan metabolisme pada tubuh manusia yang akan menyebabkan penyakit
pada manusia. Penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui tanah dikenal
dengan penyakit bawaan tanah atao soil-borne diseases.
Penyakit bawaan tanah ini dapat berupa penyakit menular dan tidak
menular. Penyakit menular dapat disebabkan oleh bakteri, jamur dan cacing.
Tabel penyakit bawaan tanah.
No Jenis Penyakit Penyebab
1. Penyakit Menular
a. Tetanus Clostridium tetani
b. Antrax Bacillus anthracis
c. Histoplasmosis Histoplasma capsulatum
d. Aspergillosis Aspergillus fumigatus
e. Oxyuriasis Enterobius vermikularis
f. ancylostomiasis Ancylostoma duodenale
2. Penyakit Tidak Menular
a. itai – itai Keracunan Cd
b. fuorosis Keracunan Pluor
Sumber: Beneson, A dan Waldbott G ditulis oleh Juli Soemirat, 2017

2. Pengaruh Tidak Langsung


Bagaimana orang memanfaatkan tanah sangat berpengaruh terhadap
kesehatan. Pengaruh tanah secara tidak langsung terjadi karna adanya aktivitas
manusia dalam menggunakan tanah. Manusia menggunakan tanah untuk
keperluannya sesuai dengan  Penyehatan Tanah 83 kebutuhan, misalnya untuk
bermukim, pertanian, peternakan, Industri dan tempat pembuangan limbah baik
padat maupun cair. Pengaruh tidak langsung pada kesehatan terjadi karena
aktivitas manusia pada saat melakukan kegiatnnya. Pembukaan lahan hutan untuk
keperluan manusia agan menggu habitat ekosistem dalam hutan, yang akan
menyebabkan perubahan lingkungan dan merubah habitat di dalamnya, hal ini
akan menyebabkan loncatat inang (host) terjadi karena perubahan lingkungan.
2.2 Jenis Penyakit
a. Penyakit Tetanus
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan racun
(toksin) bakteri Clostridium tetani, dengan gejala kejang otot secara
proksimal, diikuti kekakuan otot seluruh badan (termasuk rahang),
menyakitkan dan dapat menyebabkan kegagalan pernafasan bahkan
kematian (Zulkoni, Akhsin, 2011). Bakteri penyebab tetanus adalah
Clostridium tetani, yang secara alami ditemukan di tanah, debu dan
kotoran hewan. Merupakan sejenis bakteri yang hanya dapat tumbuh dan
berkembang pada situasi lingkungan yang kurang oksigen. Ketika bakteri
ini memasuki luka yang dalam (miskin oksigen), spora bakteri dapat
menghasilkan toksin yang kuat, yang disebut tetanospasmin. Secara aktif
toksin ini akan mengganggu neuron motorik, yaitu saraf yang
mengendalikan pergerakan otot manusia. Efek racun pada neuron motorik
yaitu menyebabkan kekakuan otot dan kejang yang menjadi tanda-tanda
utama dan gejala tetanus.
Gejala penyakit tetanus dapat muncul kapan saja mulai dari
beberapa hari sampai beberapa minggu setelah bakteri penyebab tetanus
masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka. Dengan rata-rata masa
inkubasi tujuh sampai delapan hari gejala tetanus baru muncul. tanda-
tanda dan gejala tetanus secara berurutan adalah sebagai berikut: Spasme
dan kaku pada otot rahang dikuti kekakuan pada otot leher Kesulitan
menelan Otot perut menjadi kaku Kejang tubuh yang menyakitkan sampai
tulang punggung melengkung (epistotonus), berlangsung selama beberapa
menit. Kejang ini biasanya dipicu oleh kejadian kecil, seperti suara keras,
sentuhan fisik atau cahaya Kematian dapat terjadi karena kesulitan
bernafas, lantaran otot-otot pernafasan tidak berfungsi normal. Tanda dan
gejala tetanus lainnya yang mungkin menyertai antara lain: Demam,
berkeringat, tekanan darah tinggi, denyut nadi atau jantung cepat.
b. Penyakit Antraks
Penyakit antraks adalah penyakit menular akut dan sangat
mematikan yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis. Antraks paling
sering menyerang herbivora liar dan yang telah dijinakkan. Penyakit ini
bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia,
namun tidak dapat ditularkan ke sesama manusia. Antraks berarti
“batubara” (bahasa Yunani), dan istilah ini digunakan karena kulit para
penderita akan berubah hitam (Zulkoni, Akhsin, 2011). Anthrax adalah
penyakit serius dan langka yang disebabkan oleh bakteri Bacillus
anthracis. Biasanya bakteri ini menjangkiti hewan ternak dan hewan-
hewan yang dipakai dalam permainan, seperti rodeo, karapan sapi, atau
adu domba. Bakteri B. anthracis memproduksi spora yang dapat
menyebarkan infeksi. Penularan kepada manusia dapat terjadi dengan
menghirup spora anthrax atau mengonsumsi daging hewan berpenyakit
anthrax. Orang yang sehat memiliki kemungkinan tertular jika dia
memiliki luka di kulit yang bersentuhan secara langsung dengan luka
yang ada pada kulit penderita anthraks.

Menurut daerah penularannya, antraks dibagi dalam dua bentuk :


1. Antraks daerah pertanian, antrax yang penularannya dan
kejadiannya berkisar didaerah-daerah pertanian saja. Antraks yang terjadi
di indonesia umumnya di daerah pertanian
2. Antraks daerah Perindustrian, antrax yang penularannya dan
kejadiannya berkisar di daerah kawasan industri yang bahan baku berasal
dari hewan, seperti bahanbahan yang terbuat dari kulit (Tas, ikat
pinggang, topi, alat musik), Tulang (Perhiasan, industri makan ternak),
daging (dengdeng, abon), tanduk (perhiasan, kerajinan).

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terinfeksi


anthraks adalah:
a. Bersentuhan dengan kulit atau bulu hewan di kawasan berisiko
anthraks.
b. Melakukan studi yang berkaitan dengan anthraks di laboratorium.
c. Mengurusi hewan-hewan permainan (rodeo, karapan sapi, adu
domba).
d. Menggunakan narkoba suntik, seperti heroin.
e. Memiliki pekerjaan sebagai dokter hewan, khususnya yang
menangani hewan ternak.
f. Beraktivitas di kawasan yang berisiko tinggi terpapar anthrax. Jika
tidak segera diobati, anthraks dapat menyebabkan komplikasi serius
seperti peradangan membran dan cairan otak serta tulang belakang
(meningitis), yang kemudian menimbulkan perdarahan hebat, lalu
berujung pada kematian.

Namun apabila penularan melalui udara, maka gejala biasanya


baru akan terlihat beberapa minggu setelah spora bakteri terhirup. Gejala
anthrax dibedakan berdasarkan cara penularannya, yaitu:
1) Anthraks kulit. Pada anthraksjenis ini, bakteri menginfeksi tubuh
penderita melalui luka sayatan atau luka lainnya di kulit. Anthraks kulit
merupakan jenis yang paling sering terjadi, dan paling ringan. Dengan
pengobatan yang benar, jarang sekali menyebabkan kematian. Gejalanya
berupa benjolan gatal seperti gigitan serangga pada daerah yang
terinfeksi. Benjolan ini kemudian menjadi borok yang tidak nyeri, dengan
bagian tengah berwarna hitam. Selain itu, dapat terjadi pembengkakan
pada kelenjar getah bening di dekat lokasi luka.
2) Anthraks gastrointestinal. Bakteri anthraks masuk ke dalam tubuh
penderita melalui konsumsi hewan yang terinfeksi anthraks, yang tidak
dimasak sampai matang. Gejala anthraks gastrointestinal adalah mual dan
muntah, nyeri perut, sakit kepala, nafsu makan menurun, demam, diare
parah dengan kotoran bercampur darah, radang tenggorokan dan kesulitan
menelan, serta pembengkakan leher.
3) Anthraks inhalasi. Anthraks jenis ini berkembang saat penderita
menghirup spora anthraks. Anthraks inhalasi merupakan jenis paling
mematikan. Gejala awal anthrax jenis ini menyerupai gejala penyakit flu,
seperti demam, nyeri tenggorokan, nyeri otot, dan lelah. Lalu muncul rasa
tidak nyaman pada dada, napas menjadi pendek, mual, batuk darah, nyeri
saat menelan, demam tinggi, kesulitan bernapas, syok, serta terjadi
meningitis.
4) Anthraks injeksi. Biasanya bakteri masuk ke tubuh melalui injeksi
obat-obatan terlarang. Jenis ini merupakan cara penularan paling baru
yang ditemukan. Gejalanya berupa kemerahan pada lokasi suntikan,
pembengkakan hebat, syok, kegagalan multi organ, dan meningitis.
Penyebab Anthraks Spora anthraks dihasilkan oleh bakteri
Bacillus anthracis yang terdapat di tanah. Spora ini dapat hidup tidak aktif
tanpa inang selama beberapa tahun. Pada salah satu fase hidupnya, bakteri
ini dapat terpendam puluhan tahun di tanah seperti fosil batu bara. Hewan
ternak seperti kambing, biri-biri, sapi, atau kuda umumnya menjadi inang
spora anthraks. Dan kebanyakan manusia tertular anthrax dari kulit atau
daging hewan yang terinfeksi anthraks. Anthraks tidak ditularkan antara
satu orang ke orang lainnya. Maka dari itu, seseorang yang melakukan
kontak dengan penderita anthrax tidak perlu diimunisasi ataupun diobati.
Namun, seseorang perlu waspada apabila berada di wilayah penyebaran
anthrax yang sama dengan penderita, atau terpapar oleh sumber infeksi
(hewan ternak, hewan permainan) yang sama. Dalam mendiagnosa
anthraks, pemeriksaan awal adalah untuk menyingkirkan kemungkinan
penyakit-penyakit lainnya yang memiliki gejala serupa, misalnya flu atau
pneumonia dengan gejala yang mirip anthrax inhalasi.
Setelah itu, dapat dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan lanjutan, seperti:
a. Pemeriksaan patologi. Cairan dari luka yang dicurigai atau sampel
jaringan kulit pada daerah yang terinfeksi akan diambil untuk
diperiksa.
b. Pemeriksaan darah. Memeriksa ada-tidaknya bakteri anthraks dalam
darah pasien.
c. Pemeriksaan kotoran. Kotoran pasien diperiksa untuk memastikan
diagnosa anthraks gastrointestinal.
d. Pemindaian. Foto rontgen atau CT-scan dada, dilakukan pada pasien
yang dicurigai menderita antraks inhalasi.
e. Pungsi lumbal (spinal tap). Pengambilan sampel cairan otak dari area
tulang belakang pasien untuk diperiksa lebih lanjut, guna
mengonfirmasi diagnosis meningitis yang disebabkan oleh antraks.
Pengobatan antraks akan efektif jika dilakukan sesegera mungkin,
dan seringkali dengan menggunakan kombinasi sejumlah antibiotik.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan
pengobatan, adalah:
1. Usia penderita.
2. Kondisi kesehatan penderita secara umum.
3. Luas bagian tubuh yang terinfeksi. Penderita anthraks inhalasi
seringkali tidak merespon pengobatan dengan baik, karena bakteri
sudah terlanjur memproduksi banyak racun yang tidak dapat
dihilangkan seluruhnya oleh obat-obatan. Sedangkan pada anthrax
injeksi, beberapa kasus dapat disembuhkan dengan mengangkat
jaringan tubuh yang terinfeksi melalui pembedahan.

c. Penyakit histoplasmosis
Penyakit histoplasmosis merupakan infeksi oportunistik (IO) yang
umum pada penderita HIV-positif. Infeksi ini disebabkan oleh jamur
Histoplasmosis capsulatum. Jamur ini berkembang dalam tanah yang
tercemar dengan kotoran burung, kelelawar dan unggas, sehingga
ditemukan dalam kandang burung/unggas dan gua. Infeksi menyebar
melalui spora (debu kering) jamur yang dihirup saat bernapas, dan tidak
dapat menular dari orang yang terinfeksi. Jamur ini dapat tumbuh dalam
aliran darah orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rusak, biasanya
dengan jumlah CD4 di bawah 150, walau gejala ringan dapat timbul
dengan jumlah CD4 lebih tinggi. Setelah berkembang, infeksi dapat
menyebar pada paru, kulit, dan kadang kala pada bagian tubuh yang lain.
Kurang lebih separuh penderita mengalami masalah paru. Hasil rontgen
dada dapat menunjukkan tanda yang khas pada paru. Penyakit paru akibat
histoplasmosis serupa dengan TB dan dapat semakin berat selama
bertahun-tahun. Histoplasmosis juga dapat berpengaruh pada susunan
saraf pusat (SSP), dengan sampai 20% pasien mengalami gejala kejiwaan.
Untuk ODHA dengan jumlah CD4 di atas 300, gejala histoplasmosis
umumnya dibatasi pada saluran napas, yaitu batuk, sesak napas dan
demam.
Ada tes antigen untuk infeksi dengan jamur H. capsulatum.
Contoh air seni maupun darah. Histoplasmosis juga dapat didiagnosis
dengan membiakkan jamur dari contoh sumsum tulang, tetapi proses ini
membutuhkan waktu beberapa minggu. Cara terbaik untuk mencegah
histoplasmosis adalah dengan memakai terapi antiretroviral (ART).
Itrakonazol dapat dipakai untuk mencegah munculnya penyakit akibat
infeksi jamur termasuk histoplasmosis, namun penggunaannya umumnya
tidak diusulkan. Profilaksis terhadap histoplasmosis dapat
dipertimbangkan untuk Odha dengan jumlah CD4 di bawah 150 dengan
pekerjaan berisiko tinggi (misal bertani, berkebun, buruh bangunan).
Histoplasmosis diobati dengan dua tahap yaitu induksi (terapi awal untuk
infeksi akut), dan profilaksis sekunder (terapi secara terus-menerus untuk
mencegah kambuh). Bila infeksinya ringan atau sedang, terapi induksi
dilakukan dengan itrakonazol, versi sirup paling baik. Bila penyakit berat,
amfoterisin B dapat dipakai pada awal terapi. Amfoterisin B adalah obat
yang sangat manjur. Obat ini diinfus secara perlahan, dan dapat
mengakibatkan efek samping yang berat.
Ada versi amfoterisin B yang baru, dengan obat dilapisi selaput
lemak menjadigelembung kecil yang disebut liposom. Versi ini mungkin
menyebabkan lebih sedikit efek samping. Terapi amfoterisin B biasanya
dilakukan selama dua minggu atau lebih, dan pasien umumnya dirawat di
rumah sakit selama ini. Histoplasmosis biasanya harus diobati pada awal
dengan obat yang cukup manjur, amfoterisin B, yang juga menimbulkan
efek samping yang berat. Untuk mencegah infeksi kambuh kembali,
sebaiknya ODHA mulai ART bersamaan dengan pengobatan untuk
histoplasmosis.  Penyehatan Tanah 91

Tanda dan gejala Histoplasmosis yang mungkin timbul:


1) Batuk berdarah (hemoptisis)
2) Batuk kering
3) Demam, Anoreksia
4) Keringat yang berlebihan
5) Leher kaku
6) Nyeri otot (mialgia)
7) Panas dingin atau menggigil
8) Penurunan berat badan yang tidak diinginkan
9) Rasa sakit di dada
10) Rasa sakit pada persendian
11) Ruam kulit
12) Sesak nafas

Gejala awal muncul serupa dengan penyakit flu yang ringan, dan
berkembang dengan berbagai gejala, demam, kelelahan, kehilangan berat
badan, hepatosplenomegali (pembengkakan pada hati atau limpa) dan
limfadenopati (pembengkakan pada kelenjar getah bening). Kurang lebih
50% pasien mengalami batuk kering, sakit dada dan sesak napas,
sementara sejumlah yang lebih kecil mengalami masalah perut,usus dan
kulit. Kurang lebih 10% mengalami renjatan dan kegagalan beberapa
organ tubuh Histoplasmosis juga dapat berpengaruh pada sumsum tulang,
dengan akibat anemia, leukopenia dan trombositopenia.
d. Penyakit Aspergillosis
Penyakit aspergillosis adalah infeksi yang disebabkan oleh suatu jenis jamur.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi aspergillosis yang biasanya mempengaruhi sistem
pernapasan, namun tanda-tanda dan keparahannya sangat bervariasi. Penyakit yang
disebabkan oleh aspergillus umumnya memengaruhi sistem pernapasan, namun juga
dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya, seperti kulit, mata, atau sinus. Jamur yang
memicu penyakit aspergillus terdapat di mana-mana baik di dalam ruangan maupun di
luar ruangan. Kebanyakan strain jamur ini tidak berbahaya, tetapi beberapa dapat
menyebabkan penyakit serius pada orang- orang dengan sistem imun lemah, penderita
penyakit paru atau asma yang dipicu karena menghirup spora. Pada beberapa orang, spora
dapat memicu reaksi alergi dan menyebabkan infeksi ringan hingga serius. Bentuk yang
paling serius dari aspergillosis atau disebut juga aspergillosis invasif terjadi ketika
infeksi menyebar ke pembuluh darah. Tergantung pada jenis aspergillosis, pengobatan
mungkin melibatkan observasi, obat anti-jamur dan bahkan operasi jika kasus sudah
sangat parah.

Penyakit Tidak Menular


Penyakit tidak menular merupakan salah satu atau masalah kesehatan dunia dan
Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia kesehatan karena
merupakan salah satu penyebab dari kematian (Jansje & Samodra 2012). Penyakit tidak menular
(PTM), juga dikenal sebagai penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang,
mereka memiliki durasi yang panjang dan pada umumnya berkembang secara lambat
(Riskesdas, 2013). penyakit tidak menular terjadi akibat interaksi antara agent (Non living
agent) dengan host dalam hal ini manusia (faktor predisposisi, infeksi dan lain-lain) dan
lingkungan sekitar (source and vehicle of agent).
Penyakit tidak menular biasa disebut juga dengan penyakit kronik, penyakit non-infeksi, new
communicable disease, dan penyakit degeneratif. Karakteristik penyakit tidak menular adalah
Penularan tidak melalui rantai penularan tertentu, masa inkubasi yang panjang dan latent,
perlangsungan penyakitnya yang berlarut-larut (kronik), Sulit untuk didiagnosa, biaya pencegahan
maupun pengobatannya cukup tinggi, mempunyai variasi yang cukup luas, faktor penyebabnya
bermacam-macam (Multifaktor).
1. Penyakit Itai-itai
Penyakit itai-itai adalah kasus massal keracunan kadmium yang didokumentasikan
di Prefektur Toyama, Jepang. Keracunan kadmium ini menyebabkan pelunakan tulang dan gagal
ginjal. Nama penyakit ini berdasarkan kata dalam bahasa Jepang yaitu nyeri (itai) yang
disebabkan pada persendian dan tulang belakang. Istilah penyakit itai-itai ini diciptakan
oleh penduduk setempat. Kadmium ini dicemarkan ke sungai oleh pertambangan
perusahaan- perusahaan di pegunungan. Perusahaan pertambangan tersebut telah
dituntut atas kerusakan dan kerugian yang terjadi.
Penyakit itai-itai ini dikenal sebagai salah satu dari Empat Besar Penyakit
akibat Pencemaran Jepang. Penyakit itai-itai disebabkan oleh keracunan kadmium
akibat pertambangan di Prefektur Toyama. Pertambangan emas di daerah ini merupakan
catatan pertambangan awal pada 710. Pertambangan reguler unuk perak dimulai pada tahun
1589, dan tidak lama kemudian, pertambangan untuk timah, tembaga, dan seng pun juga
dimulai. Meningkatnya permintaan terhadap bahan baku selama Perang Rusia-Jepang dan
Perang Dunia I, serta teknologi pertambangan baru dari Eropa, meningkatkan output
dari pertambangan, menempatkan Kamioka Pertambangan di Toyama terkenal pada
pertambangan kelas atas.
Produksi meningkat bahkan lebih sebelum Perang Dunia II. Dimulai pada tahun 1910
dan terus berlanjut sampai 1945, kadmium dirilis dalam jumlah yang signifikan oleh operasi
pertambangan, dan penyakit itai-itai ini pertama kali muncul sekitar tahun 1912. Sebelum
Perang Dunia II, pertambangan yang dikendalikan oleh Mitsui Mining dan Smelting Co,
Ltd, meningkat untuk memenuhi permintaan masa perang. Hal ini kemudian meningkatkan
pencemaran Sungai Jinzu dan anak-anak sungainya. Sungai ini digunakan terutama untuk
pengairan sawah, tetapi juga untuk air minum, mencuci, memancing, dan kegunaan lain
oleh
penduduk. Akibat keracunan kadmium, ikan di sungai mulai mati, dan beras irigasi dengan
air sungai tidak tumbuh dengan baik. Kadmium dan logam berat lainnya terakumulasi di
dasar sungai dan di air sungai. Air ini kemudian digunakan untuk mengairi sawah. Beras
menyerap logam berat, terutama kadmium. Kadmium pun akhirnya terakumulasi dalam
tubuh orang- orang yang memakan nasi yang terkontaminasi. Penduduk mengeluh kepada
Mitsui Mining and Smelting tentang polusi yang terjadi. Perusahaan membangun
sebuah bak untuk menyimpan air limbah pertambangan sebelum dilepas ke dalam
sungai. Hal ini sudah terlambat karena sudah banyak orang yang sakit menjadi korban.
Penyebab keracunan tidak dapat dipahami dan, hingga 1946, penyakit ini hanya dianggap
sebagai penyakit lokal atau jenis infeksi bakteri. Tes medis dimulai pada tahun 1940-an dan
1950-an, untuk mencari penyebab penyakit tersebut.
Awalnya, hal ini diduga sebagai akibat keracunan dari pertambangan di hulu.
Hanya pada tahun 1955 Dr Hagino dan rekan-rekannya mulai mencurigai kadmium sebagai
penyebab penyakit itai itai ini. Prefektur Toyama juga memulai penyelidikan pada tahun
1961, untuk menentukan bahwa Mitsui Mining and Pertambangan Smelting's Kamioka yang
menyebabkan polusi yang terburuk hingga wilayah 30 km hilir dari tambang. Pada tahun
1968 Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan mengeluarkan pernyataan tentang gejala-gejala
penyakit itai- itai yang disebabkan oleh keracunan kadmium. Penurunan kadar kadmium
dalam air mengurangi jumlah korban penyakit ini, sehingga tidak ada lagi korban baru
tercatat sejak 1946. Korban dengan gejala yang terburuk berasal dari Prefektur Toyama,
namun ternyata pemerintah menemukan korban di lima prefektur lain. Sekarang tambang
masih beroperasi dan tingkat polusi kadmium pun tetap tinggi, meski perbaikan gizi dan
perawatan medis telah mengurangi epidemi penyakit itai-itai.
2. Penyakit Fluorosis
Pada dasarnya, fluorosis bukanlah sebuah penyakit karena ini merupakan kondisi yang
berpengaruh pada tampilan gigi seseorang yang dipicu oleh paparan berlebihan terhadap fluoride
pada jangka panjang. Ketika gigi seseorang terkena paparan fluoride pada 8 tahun pertama di mana
saat itulah pembentukan gigi paling permanen, terjadilah fluorosis ini. Pada kasus-kasus umum
yang terjadi, fluorosis tidaklah berpengaruh buruk atau berbahaya bagi kesehatan gigi dengan
penampakan garis putih tipisnya yang bisa dilihat di bagian enamel gigi. Efek dari kondisi fluorosis ini
pun terbilang ringan, namun hanya para ahli saja yang mampu menyadari keadaan fluorosis ini
sewaktu dilakukan pemeriksaan pada pasien.
Fluorosis sendiri mulai muncul kira-kira di awal abad ke-20 dan pada waktu itu pun
keadaan ini cukup menarik perhatian banyak orang. Karena prevalensi yang dikenal dengan sebutan
Colorado Brown Stain pada gigi para penduduk asli yang lahir di Colorado Springs, para periset
pun banyak yang terkejut karena hal ini. Noda yang disebut dengan istilah Colorado Brown
Stain tersebut dipicu terutama oleh kadar fluoride yang tinggi pada pasokan air di wilayah tersebut.
Orang-orang yang terkena noda ini biasanya akan mengalami resistansi tinggi terhadap bentuk penyakit
gigi seperti gigi berlubang yang otomatis tidak akan gampang sakit gigi. Untuk lebih mengetahui apa
itu fluorosis, kenali apa saja penyebab, gejala hingga cara-cara tepat untuk menanganinya. Fluorosis
atau noda yang menjadikan tampilan gigi kurang menarik adalah kondisi yang tak terjadi begitu
saja.
3. Penyakit kanker dan gangguan syaraf
Penyakit kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini
dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Pada umumnya
kanker di rujuk berdasarkan jenis organ atau sel tempat terjadinya. Sebagai contoh kanker yang
bermula pada usus besar dirujuk sebagai kanker usus besar, sedangkan kanker yang terjadi
pada sel basal dan kudari kulit dirujuk sebagai karsinoma sel basal. Kalsifikasi kanker
kemudian dilakukan pada katagori yang lebih umum, misalnya: Karsinoma, merupakaan
kanker yang terjadipada jariringan epitel, seperti kulit atau jaringan organ tubuh,
misalnya pada organ sistem perncernaan atau kelenjar. Contoh meliputi kanker kulit,
karsinova serviks, karsinoma anal, kanker esofagel, dan lain-lain. Sarkoma,
merupakan kanker yang terjadi pada tulang. Leukemia, merupakan kanker yang terjadi
akibat tidak matangnya sel darah yang berkembang di dalam susmsumyang memiliki
kecenderungan untuk berakumulasi di dalam sirkulasi darah. Limfoma, merupakan
kanker yang timbul dari nodus limfa dan jaringan dalam sistem kekebalan tubuh.

2.3 Mekanisme Penularan Penyakit


1. Melalui kontak jasmani (Personal Contact)
Cara-cara penularan dibagi dua yaitu:
a. Kontak langsung (Directcontact), yaitu cara penularan penyakit
karena kontak antara badan, antara penderita dengan orang yang ditulari.
Misalnya: penyakit kelamin dll
b. Tidak kontak langsung (Indirectcontact), yaitu cara penularan
dengan perantara benda-benda kontaminasi karena telah berhubungan
dengan penderita.
Misalnya: pakaian dll
2. Melalui makanan dan minuman
Mekanisme penularan melalui makanan dan minuman yaitu cara
penularan suatu penyakit melalui perantara makanan dan minuman yang
telah terkontaminasi. Penyakit yang menular dengan cara ini biasanya
penyakit saluran pencernaa. Cara penularan ini juga disebut sebagai “water
borne diseases” dimana kebanyakan masyarakat menggunakan air yang
tidak memenuhi syarat kesehatan untuk keperluan rumah yangga. Tanah-
tanah yang tercemar oleh bahan pencemar, misalnya manusia atau sampah
organik yang membusuk ke dalam tanah, jika sumber air utuk konsumsi
manusia sangat dekat maka bahan pencemar tanah tersebut larut dalam air
dan masuk ke dalam air yang akan dikonsumsi oleh manusia. Kemudian
untuk keperluan minum bagi manusia, dalam kondisi tertentu walaupun air
tersebut telah dididihkan (dimasak), tapi masih ada zat-zat terlarut yang
tidak dapat hilang atau mati dengan cara pemanasan tersebut, sehingga
masukke dalam tubuh manusia dan akan mengganggu metabolisme tubuh
manusia, jika kekebalan tubuh manusia sedang menurun maka dengan
cepatnya zat-zat tersebut mengganggu kesehatan tubuh dan menyebabkan
suatu penyakit.
3. Melalui vektor
Mekanisme penularan penyakit melalui vektor yaitu cara penularan
penyakit dengan perantara vektor penyakit. Vektor tersebut bisa sebagai
hospes ataupun transmitter saja. Misalnya penyakit malaria yang
disebabkan oleh parasit plasmodium sp yang ditularkan oleh nyamuk.
4. Melalui udara
Mekanisme penularan penyakit melalui udara yaitu cara penularan
penyakit udara terutama pada penyakit saluran pernapasan. Seperti melalui
debu di udara yang sangat banyak mengandung bibit penyakit, seperti
pada penularan penyakit tuberculosa. Dan melalui tetes ludah halus
(droplentinfections), penularan penyakit dengan percikan ludah seperti
pada penderita yang sakit batuk atau sedang berbicara misalnya pada
penderita diphteri.

2.4 Penanggulangan Penyakit


1. Daur ulang
Cara pertama yang dapat dilakukan sebagai upaya penanggulanagan
kerusakan pada tanah adalah dengan melakukan kegiatan daur ulang. Daur ulang
ini diperuntukkan bagi sampah- sampah non organik agar dapat mengurangi
polutan di tanah. Daur ulang sampah plastik misalnya, dapat diubah mendai
berbagai barang yang bermanfaat badi kehidupan sehari- hari. Botol plastik dapat
dimanfaatkan kembali untuk membuat berbagai kerajinan tangan, maupun
digunakan kembali sebagai pot atau tembat barang. Plastik bekas minuman atau
bekas detergen dapat dimanfaatkan untuk membuat aneka kerajinan seperti tas,
dompet dan lain sebagainya. Sampah- sampah plastik terkadang juga didaur ulang
menjadi plastik yang baru sehingga akan menghemat bahan baku dalam membuat
produk- produk plastik. Di lingkungan sekolahan, zaman sekarang anak- anak
sudah sangat kreatif membuat produk- produk daur ulang. Bahkan mata pelajaran
keterampilan hampir selalu mengajarkan siswa siswi untuk membuat aneka
kerajinan dari bahan bekas menjadi barang yang mempunyai nilai jual.

2. Menampung limbah cair


Selain daur ulang, upaya untuk menanggulangi kerusakan tanah yang
lainnya adalah menampung limbah cair sisa- sisa kegiatan produksi maupun
kegiatan sehari- hari. tentu saja hal ini berlaku bagi limbah yang mempunyai
bentuk cair. Limbah cair dapat dihasilkan dari kegiatan produksi industri maupun
kegiatan rumah tangga. Limbah cair ini tidak boleh langsung di buang ke tanah
karena sangat berbahaya dan juga akan menimbulkan kerusakan pada tanah dalam
jangka waktu tertentu. maka dari itu limbah cair haruslah ditampung dan
dilakukan proses pengolahan lebih lanjut supaya lebih ramah lingkungan dan
tidak berbahaya bagi tanah maupun bagi makhluk hidup yang ada di Bumi.
Apabila limbah cair dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, maka limbah tersebut
harus dibuang ke tempat atau saluran yang tepat. Apabila limbah cair tersebut
tidak berbahaya bagi lingkungan dan makhluk hidup, maka bisa dibuang ke
saluran air yang ada, seperti sekolah dan juga sungai yang akhirnya akan
bermuara ke laut. Namun apabila limbah cair dihasilkan oleh kegiatan pabrik
dalam jumlah besar dan mengandung bahan kimia yang berbahaya, maka
diperlukan pengolahan terlebih dahulu agar limbah tersebut menjadi netral dan
tidak berbahaya. setelah diolah dan mempunyai netral, barulah limbah tersebut
dibuang melalui saluran yang disediakan.

3. Mengganti bahan- bahan kimia dengan bahan- bahan organik atau alami
Kita semua tahu bahwa limbah dari bahan- bahan kimia rata- rata
mempunyai sifat yang berbahaya. maka dari itu, alangkah lebih amannya apabila
kita menggunakan bahan- bahan yang alami sehingga menjadi lebih ramah bagi
lingkungan dan juga makhluk hidup. Ada banyak sekali alternatif dari bahan-
bahan kimia yang digunakan manusia dalam kehidupan sehari- hari. Kita mulai
saja dari bahan bakar misalnya, bahan bakar yang kita gunakan untuk
menggerakkan kendaraan kita mempunyai peran yang sangat besar bagi
pencemaran udara di dunia. Bahkan saking banyaknya pencemaran di Bumi ini,
lapisan ozon yang melindungi bumi banyak yang telah mengalami kebocoran.
Akibatnya cahaya matahari yang masuk tidak mengalami penyaringan dan banyak
kerugian yang bisa ditimbulkan dan membuat banyak jenis penyakit kulit. Maka
dari itu tidak ada salahnya apabila kita menggunaka energi alternatif yang lebih
ramah, seperti menggunakan biogas atau bioetanol sebagai pengganti bahan bakar
minyak. Sekarang sudah banyak masyarakat yang mengembangkan energi
alternatif adri bahan baku alami, sehingga lebih ramah lingkungan.

4. Rehabilitasi kerusakan sifat fisik tanah


Upaya penanggulangan kerusakan pada tanah salah satunya adalah
rehabilitasi kerusakan sifat fisik pada tanah. Kerusakan sifat fisik tanah pada
umumnya diakibatkan oleh memburuknya struktur tanah. Terjadinya kerusakan
struktur tanah ini dimulai dengan menurunnya kestabilan agregat tanah. Hal ini
diakibatkan oleh kikisan air hujan dan aliran permukaan. Penurunan kualitas
kestabilan agregat tanah ini diiringi oleh penurunan kandungan bahan- bahan
organik, aktivitas perakaran vegetasi dan jumlah mikroorganisme tanah. Untuk
memperbaiki kerusakan sifat fisik pada tanah, dapat dilaukan tindakan sebagai
berikut:
 Pengolahan tanah secara berkala untuk menghindari pergerakan tanah
 Peningkatan kandungan bahan organik tanah melalui dedaunan kering dan
vegetasi penutup lahan
 Peningkatan keanekaragaman tanaman untuk dapat memperbaiki sistem
persebaran peakaran

5. Rehabilitasi kerusakan kimia dan biologi tanah


Selain kerusakan sifat fisik, tanah juga dapat mengalami kerusakan kimia
dan juga biologi. Kerusakan kimia dan biologi pada tanah ditandai dengan
penurunan kandungan bahan organik dan kenaikan kadar asam tanah. Tindakan
perbaikan pada tanah ini dilakukan dengan cara pemberian jerami dan zat kapur.
Pemberian jerami dapat meningkatkan aktivitas mikroba yang dapat
membusukkan bahan- bahan tanah dan juga menghasilkan bahan organik.
Sementara pemberian zat kapur dapat membantu menetralisir kadar asam yang
ada di dalam tanah.

6. Remediasi pencemaran tanah


Upaya penanggulangan pencemaran tanah yang lainnya adalah remediasi
pencemaran tanah. Kegiatan remediasi ini merupakan upaya atau tindakan yang
dilakukan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Kegiatan
remediasi ini dibagi menjadi tiga, yakni sebagai berikut:
 Remediasi in- situ, merupakan upaya pembersihan lahan yang tercemar
tanpa harus berpindah tempat atau tetap di lokasi pencemaran saja.
 Remediasi ex- situ, merupakan pembersihan lahan yang tercemar dengan
cara menggali tanah yang tercemar dan dipindahkan ke lokasi lain.
Kemudian, setelah dipindahkan ditempat yang lebih aman maka baru bisa
dilakukan proses pembersihan pada tanah yang tercemar.
 Bioremediasi, merupakan proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan bantuan mikroorganisme seperti jamur dan juga bakteri.
Kegiatan bioremediasi ini mempunyai tujuan untuk memecah atau
mengurangi pengaruh zat pencemar.

Pencegahan Kerusakan Tanah


Tanah merupakan sumber daya alam yang harus kita lestarikan dan harus
kita jaga. Oleh karena itulah apabila tanah sudah mengalami kerusakan, adalah
wajib bagi manusia untuk mengembalikannya menjadi baik, atau agar tidak
menjadi ebih parah lagi. Manusia bisa mengupayakan pencegahan kerusakan
tanah dengan berbagai cara. Cara- cara yang dapat dilakukan oleh manusia untuk
menanggulangi kerusakan pada tanah antara lain sebagai berikut:
1. Menjaga tingkat kesuburan tanah
Kerusakan tanah salah satunya ditandai dengan berkurangnya tingkat
kesuburan pada tanah. Upaya menjaga tingkat kesuburan tanah dapat dilakukan
dengan metode mekanik, vegetatif dan juga kimia. Beberapa cara menjaga tingkat
kesuburan tanah antara lain sebagai berikut:
2. Penterasan lahan miring atau terasering
Penterasan pada lahan miring dimaksudkan untuk mengurangi panjang
lereng dan juga memperkecil kemiringan pada lereng. Pembuatan terasering ini
bertujuan untuk mengurangi tingkat erosi karena terasering dapat memperlambat
aliran air permukaan.
3. Pembuatan pematang atau guludan
Pematang lahan atau guludan juga merupakan salah satu upaya menjaga
kesuburan tanah. Pematang atau guludan ini dibuat dengan cara seperti membuat
tanggul- tanggul kecil dan juga saluran air yang sejajar garis kontur. Pematang
atau guludan yang dibuat ini mempunyai fungsi menahan laju air sehingga dapat
memperbesar kemungkinan air meresap ke dalam tanah.
4. Pengelolaan sejajar garis kontur atau Contour tillage
Upaya menjaga kesuburan tanah dengan cara ini dilakuka dengan
membuat rongga- rongga tanah yang sejajar kontur dan membantuk igir- igir. Hal
ini dapat memperlambat aliran permukaan dan juga dapat memperbesar
kemungkinan air meresap ke dalam tanah. Pada umumnya vegetasi ditanam
dengan sistem tumpang sari.
5. Pembuatan cekdam
Cekdam merupakan bendungan kecil. Pembuatan cekdam atau bendungan
kecil ini mempunyai tujuan membendung aliran air permukaan. Dengan demikian
material- material yang tererosi akan bertahan di parit- parit bendungan sehingga
lapisan tanah akan menebal dan kesuburan tanah tidak akan hilang karena hanyut
terbawa oleh air.
6. Metode vegetatif
Metode vegetatis merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga
kerusakan tanah dengan cara memanfaatkan vegetasi yang ada. Metode ini sangat
baik dalam rangka mengupayakan pelestarian kesuburan tanah. Metode vegetatif
biasanya menggunakan cara- cara sebagai berikut:
7. Penghijauan
Kegiatan penghijauan lingkungan dilakukan dengan cara menanami hutan
kembali dengan bibit- bibit pohon dan juga lahan0 lahan yang kehilangan vegetasi
penutupnya. Bibit- bibit pohon yang dipilih untuk ditanam ini merupakan bibit
pohon yang besar yang dapat tumbuh dengan mudah tanpa harus meggunakan
cara- cara tertentu.
8. Rotasi tanaman atau crop rotation
Salah satu kegiatan yang dilaukan manusia untuk mempertahankan
kesuburan tanah adalah rotasi tanaman inimetode rotasi tanaman atau crop
rotation ini dapat dilakukan dengan cara memvariasi jenis- jenis tanaman pada
saat pergantian masa tanam. Hal ini dilakukan karena dianggap efektif untuk
mencegah berkurangnya suatu jenis unsur hara.
9. Reboisasi
Reboisasi juga dikenal dengan istilah penanaman hutan kembali. Reboisasi
dilakukan dengan menanami lahan yang gundul dengan tanaman- tanaman keras.
Dengan menanami lahan dengan tanaman- tanaman keras, kita tidak hanya
mencegah erosi secara efektif namun hasil kayu dari tanaman tersebut juga dapat
kita manfaatkan untuk berbagai macam kegiatan.
10. Penanaman tanaman penutup atau buffering
Yang dimaksud dengan penanaman tanaman penutup adalah menanami lahan
dengan tanaman yang keras seperti pinus dan juga jati. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk menghambat penghancuran tanah pada lapisan atas oleh air hujan
(baca: proses terjadinya hujan), memperkaya kandungan bahan organik dan juga
menghambat laju polusi.
11. Penanaman sejajar garis kontur
Penanaman garis kontur merupakan kegiatan menanami lahan searah
dengan garis kontur. Hal ini dilakukan bertujuan untuk memperbesar
kemungkinan air dapat meresap ke dalam tanah dan juga menghambat laju erosi.
12. Penanaman tanaman berbasis atau strip cropping
Penanaman tanaham berbasis merupakan kegiatan menanam secara tegak lurus
arah aliran atau arah angin. Pada daerah yang landai, jarak tanam diperlebar,
sementara pada lahan miring tanaman akan dirapatkan..
Metode Kimia
Selain dengan menjaga kesuburan tanah dan juga melakukan metode
vegetatis, upaya pencegahan kerusakan pada tanah adalah dengan melakukan
metode kimia. Metode kimia ini juga banyak disebut sebagai pengawetan pada
tanah. Pengawetan pada tanah dengan metode kimia dilakukan dengan
menggunakan bahan kimia untuk memperbaiki struktur pada tanah. Bahan- bahan
kimia yang sering digunakan antara lain adalah bitumwn, krilium, dan juga soil
conditioner. Bahan- bahan kimia yang telah disebutkan itu sangat efektif untuk
memperbaiki struktur dab juga memperkuat agregat tanah. Bahan- bahan kimia
tersebut memiliki pengaruh dalam jangka panjang karena senyawa tersebut dapat
bertahan terhadap organisme tanah. Selain itu, soil conditioner juga dapat
digunakan untuk meningkatkan permeabilitas dan juga dapat mengurangi erosi
tanah. Itulah beberapa cara yang dapat kita lakukan sebagai upaya mencegah
terjadinya kerusakan tanah. semoga informasi yang telah disajikan dapat
bermanfaat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jenis-jenis penyakit yang dapat ditularkan melalui tanah terdiri dari
penyakit menular dan penyakit tidak menular. Penyakit menular diantaranya
adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yaitu tetanus dan antraks. Penyakit
tetanus disebabkan oleh bakteri clostridium tetani yang terdapat pada tanah,
sementara penyakit antrac disebabkan oleh bakteri basillus anthracis. Penyakit
yang ditularkan oleh jamur yaitu penyakit histoplasma yang disebabkan oleh
histoplasma capsulatum dan penyakit aspergillus yang disebabkan oleh aspergillus
fumigatus. Penyakit bawaan tanah lainnya adalah cacing kremi (oxyuriasis) yang
disebabkan oleh enterobius vermicularis serta penyakit cacing tambang
(ancylostomiasis) yang disebabkan oleh ancylostoma duodenale. Penyakit tidak
menular bawaan tanag diantaranya adalah penyakit itai-itai byoyang disebabkan
karena keracunan logam Cd, penyakit fluorosis yang disebabkan karena
keracunan fluor dan penyakit kanker.
Untuk penanggulangan penyakit yang ditularkan melalui tanah dapat
dilakukan dengan cara daur ulang, menampung limbah, Rehabilitasi kerusakan
sifat fisik tanah, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Modul penyehatan tanah


Penulis: Catur Puspawati, ST,MKM
P.Haryono,SKM,M.Kes
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/kerusakan-tanah

Anda mungkin juga menyukai