Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat, petunjuk dan karunia-Nya, makalah yang berjudul “Penyakit
yang Ditularkan Melalui Tanah dan Penanggulangannya” ini telah selesai disusun
untuk memenuhi tugas Penyehatan Tanah.
Tak lupa ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini, terutama kepada Ibu Catur Puspawati,
ST, MKM dan Ibu Dr.Wartiniyati, SKM. M.Kes selaku dosen pembimbing, yang
telah membimbing kami sehingga makalah ini telah selesai disusun.
Kelompok 8
i
Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PEMBAHASAN.....................................................................................................1
1.1 Pengaruh Tanah Terhadap Kesehatan.................................................1
1.2 Jenis Penyakit yang Ditularkan Melalui Tanah...................................3
1.3 Mekanisme Penularan Penyakit..........................................................12
1.4 Penanggulan Penyakit yang Ditularkan Melalui Tanah...................12
Daftar Pustaka......................................................................................................15
ii
BAB I
1
PEMBAHASAN
2
Kegiatan pertanian yang ada juga dapat mempengaruhi kesehatan manusia,
jika aturan yang ada tidak dilakukan, misalnya penggunaan pestisida yang
berlebihan atau tidak sesuai dengan dosis penggunaanya dapat membuat
resisten. Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat mencemari tanaman dan
tanah disekitar tanaman tersebut, dalam konsentrasi tertentu bahan-bahan
pestisida akan mengganu kesehatan manusia yang kontak langsung atau
memakan tanaman yang tumbuh diatas tanah tersebut.
Pembuangan limbah industri yang tidak mengikuti aturan akan
menyebabkan terjadinya pencemaran pada tanah, dimana industri-industri
mempunyai buangan atau limbah baik padat maupun cair. Limbah dari industri
pastilah memiliki kandungan kimia maupun organik yang dapat mencemari
tanah, hal ini dapat terjadi jika limbah dibuang begitu saja ke permukaan tanah
atau limbah di alirkan oleh aliran pembuangan, tetapi jika aliran pembuangan
terjadi kebocoran maka akan menyebabkan limbah tersebut jatuk ke dalam
tanah dan mencemari tanah. Apabila kondisi cemaran tanah didiamkan begitu
saja akan mempengaruhi kesehatan manusia secara langsung. Masuknya zat-
zat pencemar ke dalam tubuh manusia akan menyebabkan ketidak seimbagan
metabolisme pada tubuh manusia yang akan menyebabkan penyakit pada
manusia. Penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui tanah dikenal
dengan penyakit bawaan tanah atao soil-borne diseases. Penyakit bawaan tanah
ini dapat berupa penyakit menular dan tidak menular. Penyakit menular dapat
disebabkan oleh bakteri, jamur dan cacing.
1.2.2 Pengaruh Tidak Langsung
3
Pengaruh tidak langsung pada kesehatan terjadi karena aktivitas manusia
pada saat melakukan kegiatnnya. Pembukaan lahan hutan untuk keperluan
manusia agan menggu habitat ekosistem dalam hutan, yang akan menyebabkan
perubahan lingkungan dan merubah habitat di dalamnya, hal ini akan
menyebabkan loncatat inang (host) terjadi karena perubahan lingkungan.
Bermunculanya industri-industri sebagai dampak dari majunya ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat merubah lingkungan disekitarnya, tanah-tanah
yang awalnya digunakan untuk perkebunan dapat berubah fungsi menjadi lahan
industri baik ringan maupun berat.
Kebutuhan manusia akan berpindah dari satu tempat yang satu ke tempat
yang lainnya memaksa lahan kosong atau hutan menjadi sarana lalu lintas
sebagai sarana transportasi bagi manusia. Adanya jalan-jalan yang diaspal
menyebabkan berubahnya fungsi tanah. Eksplorasi minyak yang terus menerus
menyebabkan banyaknya kandungan kimia yang ada dalam lingkungan
sekitarnya.
Jika semuanya tidak dikelola dengan baik maka akan dapat mengganggu
kesehatan manusia dan lingkungan yang akan menurunkan derajat kesehatan
masyarakat.
4
Reaksi tubuh yang berubah karena pengaruh penyakit yang diderita manusia
sangat terlihat langsung dan dirasakan oleh manusia. Tanah dapat menularkan
bibit penyakit melalui berbagai macam cara, diantaranya bisa dengan kontak
langsung terhadap tubuh manusia, bisa melalui air tanah atau bisa juga dengan
cara memakan tanaman dari tanah yang tercemar. Mari kita pelajari lebih dalam
satu persatu penyakit tersebut.
Jenis penyakit menular yang dapat terjadi karna media tanah disebabkan
adanya bakteri, jamur dan cacing di dalam tanah, ketiga komponen tersebut
yang ada dalam tanah yang dapat menularkan penyakit ke dalam tubuh manusia.
Mari kita ulas satu persatu jenis penyakit tersebut.
a. Penyakit Tetanus
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan racun
(toksin) bakteri Clostridium tetani, dengan gejala kejang otot secara
proksimal, diikuti kekakuan otot seluruh badan (termasuk rahang),
menyakitkan dan dapat menyebabkan kegagalan pernafasan bahkan
kematian (Zulkoni, Akhsin, 2011). Bakteri penyebab tetanus adalah
Clostridium tetani, yang secara alami ditemukan di tanah, debu dan
kotoran hewan. Merupakan sejenis bakteri yang hanya dapat tumbuh
dan berkembang pada situasi lingkungan yang kurang oksigen. Ketika
bakteri ini memasuki luka yang dalam (miskin oksigen), spora bakteri
dapat menghasilkan toksin yang kuat, yang disebut tetanospasmin.
Secara aktif toksin ini akan mengganggu neuron motorik, yaitu saraf
yang mengendalikan pergerakan otot manusia. Efek racun pada
neuron motorik yaitu menyebabkan kekakuan otot dan kejang yang
menjadi tanda-tanda utama dan gejala tetanus.
b. Penyakit Antraks
5
Penyakit antraks adalah penyakit menular akut dan sangat
mematikan yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis. Antraks paling
sering menyerang herbivora liar dan yang telah dijinakkan. Penyakit
ini bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke
manusia, namun tidak dapat ditularkan ke sesama manusia. Antraks
berarti “batubara” (bahasa Yunani), dan istilah ini digunakan karena
kulit para penderita akan berubah hitam (Zulkoni, Akhsin, 2011).
Anthrax adalah penyakit serius dan langka yang disebabkan oleh
bakteri Bacillus anthracis. Biasanya bakteri ini menjangkiti hewan
ternak dan hewan-hewan yang dipakai dalam permainan, seperti
rodeo, karapan sapi, atau adu domba.
c. Penyakit Histoplasmosis
Penyakit histoplasmosis merupakan infeksi oportunistik (IO) yang
umum pada penderita HIV-positif. Infeksi ini disebabkan oleh jamur
Histoplasmosis capsulatum. Jamur ini berkembang dalam tanah yang
tercemar dengan kotoran burung, kelelawar dan unggas, sehingga
ditemukan dalam kandang burung/unggas dan gua. Infeksi menyebar
melalui spora (debu kering) jamur yang dihirup saat bernapas, dan
tidak dapat menular dari orang yang terinfeksi. Jamur ini dapat
tumbuh dalam aliran darah orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
rusak, biasanya dengan jumlah CD4 di bawah 150, walau gejala
ringan dapat timbul dengan jumlah CD4 lebih tinggi. Setelah
berkembang, infeksi dapat menyebar pada paru, kulit, dan kadang kala
pada bagian tubuh yang lain.
6
Kurang lebih separuh penderita mengalami masalah paru. Hasil
rontgen dada dapat menunjukkan tanda yang khas pada paru. Penyakit
paru akibat histoplasmosis serupa dengan TB dan dapat semakin berat
selama bertahun-tahun. Histoplasmosis juga dapat berpengaruh pada
susunan saraf pusat (SSP), dengan sampai 20% pasien mengalami
gejala kejiwaan. Untuk ODHA dengan jumlah CD4 di atas 300, gejala
histoplasmosis umumnya dibatasi pada saluran napas, yaitu batuk,
sesak napas dan demam.
d. Penyakit Aspergillosis
Penyakit aspergillosis adalah infeksi yang disebabkan oleh suatu
jenis jamur. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi aspergillosis yang
biasanya mempengaruhi sistem pernapasan, namun tanda-tanda dan
keparahannya sangat bervariasi. Penyakit yang disebabkan oleh
aspergillus umumnya memengaruhi sistem pernapasan, namun juga
dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya, seperti kulit, mata, atau
sinus. Jamur yang memicu penyakit aspergillus terdapat di mana-
mana baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Kebanyakan
strain jamur ini tidak berbahaya, tetapi beberapa dapat menyebabkan
penyakit serius pada orang-orang dengan sistem imun lemah,
penderita penyakit paru atau asma yang dipicu karena menghirup
spora.
Pada beberapa orang, spora dapat memicu reaksi alergi dan
menyebabkan infeksi ringan hingga serius. Bentuk yang paling serius
dari aspergillosis atau disebut juga aspergillosisinvasif terjadi ketika
infeksi menyebar ke pembuluh darah. Tergantung pada jenis
aspergillosis, pengobatan mungkin melibatkan observasi, obat anti-
jamur dan bahkan operasi jika kasus sudah sangat parah.
e. Penyakit Oxyuriasis (Penyakit cacing kremi)
7
Cacing merupakan salah satu masalah utama pada kesehatan anak-
anak di Indonesia. Sanitasi yang buruk dan masih kurangnya
kesadaran terhadap pola hidup yang bersih merupakan penyebab
utama tingginya jumlah penderita penyakit ini. Seseorang dikatakan
menderita cacing jika didalam tubuhnya (perutnya) terdapat cacing.
Penyakit cacing yang dapat ditularkan melalui tanah ada dua yaitu
penyakit yang disebabkan cacing kremi dan penyakit yang disebabkan
cacing tambang.
Penyakit cacing kremi (oxyuruasis atau enterobiasis) merupakan
salah satu penyakit penyakit yang ditularkan melalui tanah. Infeksi
cacing kremi adalah suatu infeksi parasit yang terutama menyerang
anak-anak, dimana Enterobius vermicularis tumbuh dan berkembang
biak di dalam usus (Zulkono, Akhsin, 2011).
f. Penyakit ancylostomiasis (penyakit cacing tambang)
Infeksi cacing tambang adalah penyakit yang disebabkan oleh
parasit cacing tambang di dalam usus kecil. Ada dua jenis cacing
tambang yang sering menyerang manusia, yaitu Ancylostoma
duodenale dan Necator americanus. Kasus infeksi cacing tambang
banyak ditemukan di negara-negara berkembang yang beriklim
lembab dan memiliki sistem sanitasi yang buruk. Beberapa negara itu
kebanyakan berada di wilayah di Afrika dan Asia Tenggara, termasuk
Indonesia.
Infeksi cacing tambang ditandai dengan kemunculan beberapa
gejala berikut ini:
1) Alergi berupa rasa gatal dan ruam.
2) Sakit perut, mual, dan kram usus.
3) Demam dan kehilangan nafsu makan.
4) Diare dan terdapat darah bercampur dengan feses.
5) Batuk-batuk dan pernapasan terganggu.
6) Berat badan menurun.
1.2.2 Penyakit Tidak Menular
a. Penyakit itai-itai
8
Penyakit itai-itai adalah kasus massal keracunan kadmium yang
didokumentasikan di Prefektur Toyama, Jepang. Keracunan kadmium
ini menyebabkan pelunakan tulang dan gagal ginjal. Nama penyakit ini
berdasarkan kata dalam bahasa Jepang yaitu nyeri (itai) yang
disebabkan pada persendian dan tulang belakang. Istilah penyakit itai-
itai ini diciptakan oleh penduduk setempat. Kadmium ini dicemarkan ke
sungai oleh pertambangan perusahaan perusahaan di pegunungan.
Perusahaan pertambangan tersebut telah dituntut atas kerusakan dan
kerugian yang terjadi.
Penyakit itai-itai ini dikenal sebagai salah satu dari Empat Besar
Penyakit akibat Pencemaran Jepang. Penyakit itai-itai disebabkan oleh
keracunan kadmium akibat pertambangan di Prefektur Toyama.
Pertambangan emas di daerah ini merupakan catatan pertambangan
awal pada 710. Pertambangan reguler unuk perak dimulai pada tahun
1589, dan tidak lama kemudian, pertambangan untuk timah, tembaga,
dan seng pun juga dimulai. Meningkatnya permintaan terhadap bahan
baku selama Perang Rusia-Jepang dan Perang Dunia I, serta teknologi
pertambangan baru dari Eropa, meningkatkan output dari
pertambangan, menempatkan Kamioka Pertambangan di Toyama
terkenal pada pertambangan kelas atas.
9
Produksi meningkat bahkan lebih sebelum Perang Dunia II.
Dimulai pada tahun 1910 dan terus berlanjut sampai 1945, kadmium
dirilis dalam jumlah yang signifikan oleh operasi pertambangan, dan
penyakit itai-itai ini pertama kali muncul sekitar tahun 1912. Sebelum
Perang Dunia II, pertambangan yang dikendalikan oleh Mitsui Mining
dan Smelting Co, Ltd, meningkat untuk memenuhi permintaan masa
perang. Hal ini kemudian meningkatkan pencemaran Sungai Jinzu dan
anak-anak sungainya. Sungai ini digunakan terutama untuk pengairan
sawah, tetapi juga untuk air minum, mencuci, memancing, dan
kegunaan lain oleh penduduk. Akibat keracunan kadmium, ikan di
sungai mulai mati, dan beras irigasi dengan air sungai tidak tumbuh
dengan baik. Kadmium dan logam berat lainnya terakumulasi di dasar
sungai dan di air sungai. Air ini kemudian digunakan untuk mengairi
sawah. Beras menyerap logam berat, terutama kadmium. Kadmium
pun akhirnya terakumulasi dalam tubuh orangorang yang memakan nasi
yang terkontaminasi. Penduduk mengeluh kepada Mitsui Mining and
Smelting tentang polusi yang terjadi. Perusahaan membangun sebuah
bak untuk menyimpan air limbah pertambangan sebelum dilepas ke
dalam sungai. Hal ini sudah terlambat karena sudah banyak orang yang
sakit menjadi korban. Penyebab keracunan tidak dapat dipahami dan,
hingga 1946, penyakit ini hanya dianggap sebagai penyakit lokal atau
jenis infeksi bakteri. Tes medis dimulai pada tahun 1940-an dan 1950-
an, untuk mencari penyebab penyakit tersebut.
10
b. Penyakit Fluorosis
Pada dasarnya, fluorosis bukanlah sebuah penyakit karena ini
merupakan kondisi yang berpengaruh pada tampilan gigi seseorang
yang dipicu oleh paparan berlebihan terhadap fluoride pada jangka
panjang. Ketika gigi seseorang terkena paparan fluoride pada 8 tahun
pertama di mana saat itulah pembentukan gigi paling permanen,
terjadilah fluorosis ini. Pada kasus-kasus umum yang terjadi, fluorosis
tidaklah berpengaruh buruk atau berbahaya bagi kesehatan gigi dengan
penampakan garis putih tipisnya yang bisa dilihat di bagian enamel
gigi. Efek dari kondisi fluorosis ini pun terbilang ringan, namun hanya
para ahli saja yang mampu menyadari keadaan fluorosis ini sewaktu
dilakukan pemeriksaan pada pasien.
Fluorosis sendiri mulai muncul kira-kira di awal abad ke-20 dan
pada waktu itu pun keadaan ini cukup menarik perhatian banyak orang.
Karena prevalensi yang dikenal dengan sebutan Colorado Brown Stain
pada gigi para penduduk asli yang lahir di Colorado Springs, para
periset pun banyak yang terkejut karena hal ini. Noda yang disebut
dengan istilah Colorado Brown Stain tersebut dipicu terutama oleh
kadar fluoride yang tinggi pada pasokan air di wilayah tersebut. Orang-
orang yang terkena noda ini biasanya akan mengalami resistansi tinggi
terhadap bentuk penyakit gigi seperti gigi berlubang yang otomatis
tidak akan gampang sakit gigi. Untuk lebih mengetahui apa itu
fluorosis, kenali apa saja penyebab, gejala hingga cara-cara tepat untuk
menanganinya. Fluorosis atau noda yang menjadikan tampilan gigi
kurang menarik adalah kondisi yang tak terjadi begitu saja.
11
c. Penyakit kanker dan gangguan syaraf
12
1.3 Mekanisme Penularan Penyakit
Penyakit yang ditularkan melalui tanah di bagi menjadi dua kelompok yaitu
Euedaphic Pathogenic Organisms (EPOs) dan Soil Transmitted phatogens
(STP). Euedaphic Pathogenic Organisms adalah organisme tanah yang
merupakan patogen potensial di mana organisme patogen tersebut habitatnya
adalah di dalam tanah, sedangkan Soil Transmitted phatogens merupakan
organisme yang dalam hidupnya sementara dapat bertahan di tanah untuk
waktu yang lama kemudian organisme tersebut harus membutuhkan host/
inang untuk menyelesaikan siklus hidupnya. Berikut pembagian organisme
dari masing-masing kelompok beserta penyakit yang ditimbulkan (Jeffery,
dkk, 2011).
A. Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-
situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi.
Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan,
venting (injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan off- site meliputi
penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang
aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat
pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tangki yang kedap,
kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya
zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan
instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan
rumit.
13
B. Bioremediasi
C. Fitoremediasi
fitoremediasi merupakan suatu sistem dimana tanaman tertentu yang
bekerjasama dengan mikro- organisme dalam media (tanah, koral dan air)
dapat mengubah zat kontaminan (pencemar/polutan) menjadi kurang atau
tidak berbahaya bahkan menjadi bahan yang berguna secara ekonomi.
Proses dalam sistem ini berlangsung secara alami dengan enam tahap
proses secara serial yang dilakukan tumbuhan terhadap zat kontaminan/
pencemar yang berada disekitarnya
14
b. Rhizofiltration adalah proses adsorpsi atau pengendapan zat
kontaminan oleh akar untuk menempel pada akar. Proses ini telah dibuk-
tikan dengan percobaan menanam bunga mata- hari pada kolam yang
mengandung zat radio aktif di Chernobyl Ukraina.
c. Phytostabilization yaitu penempelan zat- zat kontaminan tertentu pada
akar yang tidak mungkin terserap kedalam batang tumbuhan. Zat-zat
tersebut menempel erat (stabil) pada akar sehingga tidak akan terbawa
oleh aliran air dalam media.
d. Rhyzodegradation disebut juga enhenced rhe- zosphere
biodegradation, or plented-assisted bioremidiation degradation, yaitu
penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas mikroba yang berada
disekitar akar tumbuhan. Misalnya ragi, fungi dan bakteri.
e. Phytodegradation yaitu proses yang dilakukan tumbuhan untuk
menguraikan zat kontaminan yang mempunyai rantai molekul yang
kompleks menjadi bahan yang tidak berbahaya dengan susunan molekul
lebih sederhana yang berguna bagi pertumbuhan tumbuhan itu sendiri.
Proses ini dapat berlangsung pada daun, batang, akar atau di luar sekitar
akar dengan bantuan enzym yang dikeluarkan oleh tumbuhan itu sendiri.
Beberapa tumbuhan mengeluarkan enzim berupa bahan kimia yang
mempercepat proses degradasi.
f. Phytovolatization yaitu proses menarik dan transpirasi zat kontaminan
oleh tumbuhan dalam bentuk yang telah menjadi larutan terurai sebagai
bahan yang tidak berbahaya lagi untuk selanjutnya di uapkan ke
atmosfir. Beberapa tumbuhan dapat menguapkan air 200 sampai dengan
1000 liter perhari untuk setiap batang.
Jenis-jenis tanaman yang sering digunakan di Fitoremediasi adalah;
Anturium Merah / Kuning, Alamanda Kuning / Ungu, Akar Wangi, Bambu
Air, Cana Presiden Merah / Kuning / Putih, Dahlia, Dracenia Merah/Hijau,
Heleconia Kuning / Merah, Jaka, Keladi Loreng / Sente / Hitam, Kenyeri
Merah
/ Putih, Lotus Kuning / Merah, Onje Merah, Pacing Merah / Putih, Padi-
padian, Papirus, Pisang Mas, Ponaderia, Sempol Merah/Putih, Spider Lili,
15
dll (Ditjen Tata Kota dan Desa, 2003).
Daftar Pustaka
https://media.neliti.com/media/publications/126469-ID-none.pdf
16