DOSEN PEMBIMBING :
Disusun Oleh :
KELAS : 2 D3 A
Jl. Hang Jebat III BLOK F3, No.8, RT.4/RW.8, Gunung, Kby. Baru, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120 Telepon: (021) 7397641
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmatnya dan berkahnya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan kami mohon maaf atas
kekurangan dan kesalahan yang ada dalam makalah yang sederhana ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................3
BAB III..................................................................................................................37
3.1 Kesimpulan......................................................................................................37
Daftar Pustaka........................................................................................................38
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini kajian tanah terapan tidak hanya terbatas pada masalah
pertanian secara umum, tetapi telah berkembang menyangkut masalah
lingkungan, terutama pencemaran karena tanah selalu menjadi tempat
pembuangan bermacam-macam limbah dan bahan kimia yang digunakan
oleh masyarakat modern seperti sekarang ini. Apabila bahan tersebut
masuk ke dalam tanah maka bahan tersebut merupakan bagian dari daur
alami yang berlangsung dan akan berpengaruh pada semua bentuk
kehidupan. (Sumber : Rachman S., Dasar-dasar ilmu tanah, 2004)
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dengan seharusnya. Hal ini akan berpengaruh terhadap kesehatan. Menurut
Soemirat, Juli, 2014 pengaruh tanah terhadap kesehatan dapat terjadi secara
langsung maupun secara tidak langsung.
4
Pembuangan limbah industri yang tidak mengikuti aturan akan
menyebabkan terjadinya pencemaran pada tanah, dimana industri-
industri mempunyai buangan atau limbah baik padat maupun cair.
Limbah dari industri pastilah memiliki kandungan kimia maupun organik
yang dapat mencemari tanah, hal ini dapat terjadi jika limbah
dibuang begitu saja ke permukaan tanah atau limbah di alirkan
oleh aliran pembuangan, tetapi jika aliran pembuangan terjadi
kebocoran maka akan menyebabkan limbah tersebut jatuk ke dalam
tanah dan mencemari tanah.Apabila kondisi cemaran tanah didiamkan
begitu saja akan mempengaruhi kesehatan manusia secara langsung.
Masuknya zat-zat pencemar ke dalam tubuh manusia akan
menyebabkan ketidak seimbagan metabolisme pada tubuh manusia yang
akan menyebabkan penyakit pada manusia. Penyakit-penyakit yang
dapat ditularkan melalui tanah dikenal dengan penyakit bawaan
tanah atao soil-borne diseases. Penyakit bawaan tanah ini dapat berupa
penyakit menular dan tidak menular. Penyakit menular dapat disebabkan
oleh bakteri, jamur dan cacing.
Tabel 1
Contoh penyakit yang di sebabkan oleh tanah
5
Sumber: Beneson, A dan Waldbott G ditulis oleh Juli Soemirat,
2017
6
perubahan lingkungan. Bermunculanya industri-industri sebagai dampak
dari majunya ilmu pengetahuan dan teknologi dapat merubah lingkungan
disekitarnya, tanah-tanah yang awalnya digunakan untuk perkebunan
dapat berubah fungsi menjadi lahan industri baik ringan maupun berat.
Kebutuhan manusia akan berpindah dari satu tempat yang satu ke
tempat yang lainnya memaksa lahan kosong atau hutan menjadi sarana
lalu lintas sebagai sarana transportasi bagi manusia. Adanya jalan-jalan
yang diaspal menyebabkan berubahnya fungsi tanah. Eksplorasi minyak
yang terus menerus menyebabkan banyaknya kandungan kimia yang ada
dalam lingkungan sekitarnya. Jika semuanya tidak dikelola dengan baik
maka akan dapat mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan yang
akan menurunkan derajat kesehatan masyarakat.
7
2.2.1 Penyakit Menular
Jenis penyakit menular yang dapat terjadi karna media tanah disebabkan
adanya bakteri, jamur dan cacing di dalam tanah, ketiga komponen tersebut yang
ada dalam tanah yang dapat menularkan penyakit ke dalam tubuh manusia. Mari
kita ulas satu persatu jenis penyakit tersebut.
1. Penyakit Tetanus
8
Bakteri penyebab tetanus adalah Clostridium tetani, yang secara
alami ditemukan di tanah, debu dan kotoran hewan. Merupakan sejenis
bakteri yang hanya dapat tumbuh dan berkembang pada situasi lingkungan
yang kurang oksigen. Ketika bakteri ini memasuki luka yang dalam
(miskin oksigen), spora bakteri dapat menghasilkan toksin yang kuat, yang
disebut tetanospasmin. Secara aktif toksin ini akan mengganggu neuron
motorik, yaitu saraf yang mengendalikan pergerakan otot manusia. Efek
racun pada neuron motorik yaitu menyebabkan kekakuan otot dan kejang
yang menjadi tanda-tanda utama dan gejala tetanus.
Gejala penyakit tetanus dapat muncul kapan saja mulai dari
beberapa hari sampai beberapa minggu setelah bakteri penyebab tetanus
masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka. Dengan rata-rata masa
inkubasi tujuh sampai delapan hari gejala tetanus baru muncul. tanda-
tanda dan gejala tetanus secara berurutan adalah sebagai berikut: Spasme
dan kaku pada otot rahang dikuti kekakuan pada otot leher Kesulitan
menelan Otot perut menjadi kaku Kejang tubuh yang menyakitkan sampai
tulang punggung melengkung (epistotonus), berlangsung selama beberapa
menit. Kejang ini biasanya dipicu oleh kejadian kecil, seperti suara keras,
sentuhan fisik atau cahaya Kematian dapat terjadi karena kesulitan
bernafas, lantaran otot-otot pernafasan tidak berfungsi normal. Tanda dan
gejala tetanus lainnya yang mungkin menyertai antara lain: Demam,
berkeringat, tekanan darah tinggi, denyut nadi atau jantung cepat.
2. Penyakit Antraks
9
Gambar 2 : siklus terjadinya penyakit anthrax. sepibagus.com diunduh 4
november 2019 pukul 14:38 wib
Spora Antracks dihasilkan oleh Bakteri Bacillus Anthracis yang
terdapat di tanah, spora ini dapat hidup tidak aktif tanpa inang selama
beberapa tahun. Pada salah satu fase hidupnya, Bakteri ini dapat terpendam
puluhan tahun di tanah seperti fosil batu bara.
Penyakit antraks adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan
yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis. Antraks paling sering menyerang
herbivora liar dan yang telah dijinakkan. Penyakit ini bersifat zoonosis yang
berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia, namun tidak dapat ditularkan
ke sesama manusia. Antraks berarti “batubara” (bahasa Yunani), dan istilah ini
digunakan karena kulit para penderita akan berubah hitam (Zulkoni, Akhsin,
2011).
Biasanya bakteri ini menjangkiti hewan ternak dan hewan-hewan yang
dipakai dalam permainan, seperti rodeo, karapan sapi, atau adu domba.
Bakteri B. anthracis memproduksi spora yang dapat menyebarkan infeksi.
Penularan kepada manusia dapat terjadi dengan menghirup spora anthrax atau
mengonsumsi daging hewan berpenyakit anthrax. Orang yang sehat memiliki
kemungkinan tertular jika dia memiliki luka di kulit yang bersentuhan secara
langsung dengan luka yang ada pada kulit penderita anthraks.
Menurut daerah penularannya, antraks dibagi dalam dua bentuk :
10
1) Antraks daerah pertanian, antrax yang penularannya dan kejadiannya
berkisar didaerah-daerah pertanian saja. Antraks yang terjadi di
indonesia umumnya di daerah pertanian
2) Antraks daerah Perindustrian, antrax yang penularannya dan
kejadiannya berkisar di daerah kawasan industri yang bahan baku
berasal dari hewan, seperti bahanbahan yang terbuat dari kulit (Tas,
ikat pinggang, topi, alat musik), Tulang (Perhiasan, industri makan
ternak), daging (dengdeng, abon), tanduk (perhiasan, kerajinan).
Dalam mendiagnosa anthraks, pemeriksaan awal adalah untuk
menyingkirkan kemungkinan penyakit-penyakit lainnya yang memiliki gejala
serupa, misalnya flu atau pneumonia dengan gejala yang mirip anthrax inhalasi.
Setelah itu, dapat dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan lanjutan, seperti:
1) Pemeriksaan patologi. Cairan dari luka yang dicurigai atau sampel
jaringan kulit pada daerah yang terinfeksi akan diambil untuk diperiksa.
2) Pemeriksaan darah. Memeriksa ada-tidaknya bakteri anthraks dalam
darah pasien.
3) Pemeriksaan kotoran. Kotoran pasien diperiksa untuk memastikan
diagnosa anthraks gastrointestinal.
4) Pemindaian. Foto rontgen atau CT-scan dada, dilakukan pada pasien
yang dicurigai menderita antraks inhalasi.
5) Pungsi lumbal (spinal tap). Pengambilan sampel cairan otak dari area
tulang belakang pasien untuk diperiksa lebih lanjut, guna mengonfirmasi
diagnosis meningitis yang disebabkan oleh antraks.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terinfeksi anthraks
adalah:
1) Bersentuhan dengan kulit atau bulu hewan di kawasan berisiko
anthraks.
2) Melakukan studi yang berkaitan dengan anthraks di laboratorium.
3) Mengurusi hewan-hewan permainan (rodeo, karapan sapi, adu
domba).
4) Menggunakan narkoba suntik, seperti heroin.
11
5) Memiliki pekerjaan sebagai dokter hewan, khususnya yang menangani
hewan ternak.
6) Beraktivitas di kawasan yang berisiko tinggi terpapar anthrax.
Jika tidak segera diobati, anthraks dapat menyebabkan komplikasi
serius seperti peradangan membran dan cairan otak serta tulang belakang
(meningitis), yang kemudian menimbulkan perdarahan hebat, lalu
berujung pada kematian.
Pada kebanyakan kasus anthraks, gejala penyakit akan terlihat kurang
lebih 7 hari setelah penderita terpapar bakteri. Namun apabila penularan melalui
udara, maka gejala biasanya baru akan terlihat beberapa minggu setelah spora
bakteri terhirup.
Gejala anthrax dibedakan berdasarkan cara penularannya, yaitu:
1) Anthraks kulit. Pada anthraks jenis ini, bakteri menginfeksi tubuh
penderita melalui luka sayatan atau luka lainnya di kulit. Anthraks
kulit merupakan jenis yang paling sering terjadi, dan paling ringan.
Dengan pengobatan yang benar, jarang sekali menyebabkan kematian.
Gejalanya berupa benjolan gatal seperti gigitan serangga pada daerah
yang terinfeksi. Benjolan ini kemudian menjadi borok yang tidak
nyeri, dengan bagian tengah berwarna hitam. Selain itu, dapat terjadi
pembengkakan pada kelenjar getah bening di dekat lokasi luka.
2) Anthraks gastrointestinal. Bakteri anthraks masuk ke dalam tubuh
penderita melalui konsumsi hewan yang terinfeksi anthraks, yang
tidak dimasak sampai matang. Gejala anthraks gastrointestinal adalah
mual dan muntah, nyeri perut, sakit kepala, nafsu makan menurun,
demam, diare parah dengan kotoran bercampur darah, radang
tenggorokan dan kesulitan menelan, serta pembengkakan leher.
3) Anthraks inhalasi. Anthraks jenis ini berkembang saat penderita
menghirup spora anthraks. Anthraks inhalasi merupakan jenis paling
mematikan. Gejala awal anthrax jenis ini menyerupai gejala penyakit
flu, seperti demam, nyeri tenggorokan, nyeri otot, dan lelah. Lalu
muncul rasa tidak nyaman pada dada,
12
napas menjadi pendek, mual, batuk darah, nyeri saat menelan, demam
tinggi, kesulitan bernapas, syok, serta terjadi meningitis.
4) Anthraks injeksi. Biasanya bakteri masuk ke tubuh melalui injeksi
obat-obatan terlarang. Jenis ini merupakan cara penularan paling baru
yang ditemukan. Gejalanya berupa kemerahan pada lokasi suntikan,
pembengkakan hebat, syok, kegagalan multi organ, dan meningitis.
Hewan ternak seperti kambing, biri-biri, sapi, atau kuda umumnya menjadi
inang spora anthraks. Dan kebanyakan manusia tertular anthrax dari kulit atau
daging hewan yang terinfeksi anthraks. Anthraks tidak ditularkan antara satu
orang ke orang lainnya. Maka dari itu, seseorang yang melakukan kontak dengan
penderita anthrax tidak perlu diimunisasi ataupun diobati. Namun, seseorang perlu
waspada apabila berada di wilayah penyebaran anthrax yang sama dengan
penderita, atau terpapar oleh sumber infeksi (hewan ternak, hewan permainan)
yang sama.
Dalam mendiagnosa anthraks, pemeriksaan awal adalah untuk
menyingkirkan kemungkinan penyakit-penyakit lainnya yang memiliki gejala
serupa, misalnya flu atau pneumonia dengan gejala yang mirip anthrax inhalasi.
Setelah itu, dapat dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan lanjutan, seperti:
1) Pemeriksaan patologi. Cairan dari luka yang dicurigai atau sampel
jaringan kulit pada daerah yang terinfeksi akan diambil untuk
diperiksa.
2) Pemeriksaan darah. Memeriksa ada-tidaknya bakteri anthraks dalam
darah pasien. Pemeriksaan kotoran. Kotoran pasien diperiksa untuk
memastikan diagnosa anthraks gastrointestinal.
3) Pemindaian. Foto rontgen atau CT-scan dada, dilakukan pada pasien
yang dicurigai menderita antraks inhalasi.
4) Pungsi lumbal (spinal tap). Pengambilan sampel cairan otak dari area
tulang belakang pasien untuk diperiksa lebih lanjut, guna
mengonfirmasi diagnosis meningitis yang disebabkan oleh antraks.
13
Pengobatan antraks akan efektif jika dilakukan sesegera mungkin, dan
seringkali dengan menggunakan kombinasi sejumlah antibiotik. Beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan pengobatan, adalah:
1. Usia penderita.
2. Kondisi kesehatan penderita secara umum.
3. Luas bagian tubuh yang terinfeksi.
Penderita anthraks inhalasi seringkali tidak merespon pengobatan dengan
baik, karena bakteri sudah terlanjur memproduksi banyak racun yang tidak dapat
dihilangkan seluruhnya oleh obat-obatan. Sedangkan pada anthrax injeksi,
beberapa kasus dapat disembuhkan dengan mengangkat jaringan tubuh yang
terinfeksi melalui pembedahan.
a. Penyakit histoplasmosis
14
burung, kelelawar dan unggas, sehingga ditemukan dalam kandang burung/unggas
dan gua. Infeksi menyebar melalui spora (debu kering) jamur yang dihirup saat
bernapas, dan tidak dapat menular dari orang yang terinfeksi. Jamur ini dapat
tumbuh dalam aliran darah orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rusak,
biasanya dengan jumlah CD4 di bawah 150, walau gejala ringan dapat timbul
dengan jumlah CD4 lebih tinggi. Setelah berkembang, infeksi dapat menyebar
pada paru, kulit, dan kadang kala pada bagian tubuh yang lain.
Kurang lebih separuh penderita mengalami masalah paru. Hasil rontgen
dada dapat menunjukkan tanda yang khas pada paru. Penyakit paru akibat
histoplasmosis serupa dengan TB dan dapat semakin berat selama bertahun-tahun.
Histoplasmosis juga dapat berpengaruh pada susunan saraf pusat (SSP), dengan
sampai 20% pasien mengalami gejala kejiwaan. Untuk ODHA dengan jumlah
CD4 di atas 300, gejala histoplasmosis umumnya dibatasi pada saluran napas,
yaitu batuk, sesak napas dan demam.
Ada tes antigen untuk infeksi dengan jamur H. capsulatum. Contoh air
seni maupun darah. Histoplasmosis juga dapat didiagnosis dengan membiakkan
jamur dari contoh sumsum tulang, tetapi proses ini membutuhkan waktu beberapa
minggu. Cara terbaik untuk mencegah histoplasmosis adalah dengan memakai
terapi antiretroviral (ART). Itrakonazol dapat dipakai untuk mencegah munculnya
penyakit akibat infeksi jamur termasuk histoplasmosis, namun penggunaannya
umumnya tidak diusulkan. Profilaksis terhadap histoplasmosis dapat
dipertimbangkan untuk Odha dengan jumlah CD4 di bawah 150 dengan pekerjaan
berisiko tinggi (misal bertani, berkebun, buruh bangunan).
Histoplasmosis diobati dengan dua tahap yaitu induksi (terapi awal untuk
infeksi akut), dan profilaksis sekunder (terapi secara terus-menerus untuk
mencegah kambuh). Bila infeksinya ringan atau sedang, terapi induksi dilakukan
dengan itrakonazol, versi sirup paling baik. Bila penyakit berat, amfoterisin B
dapat dipakai pada awal terapi. Amfoterisin B adalah obat yang sangat manjur.
Obat ini diinfus secara perlahan, dan dapat mengakibatkan efek samping yang
berat. Ada versi amfoterisin B yang baru, dengan obat dilapisi selaput lemak
menjadigelembung kecil yang disebut liposom. Versi ini mungkin menyebabkan
15
lebih sedikit efek samping. Terapi amfoterisin B biasanya dilakukan selama dua
minggu atau lebih, dan pasien umumnya dirawat di rumah sakit selama ini.
Histoplasmosis biasanya harus diobati pada awal dengan obat yang cukup manjur,
amfoterisin B, yang juga menimbulkan efek samping yang berat. Untuk mencegah
infeksi kambuh kembali, sebaiknya ODHA mulai ART bersamaan dengan
pengobatan untuk histoplasmosis.
Tanda dan gejala Histoplasmosis yang mungkin timbul:
1) Batuk berdarah (hemoptisis)
2) Batuk kering
3) Demam, Anoreksia
4) Keringat yang berlebihan
5) Leher kaku
6) Nyeri otot (mialgia)
7) Panas dingin atau menggigil
8) Penurunan berat badan yang tidak diinginkan
9) Rasa sakit di dada
10) Rasa sakit pada persendian
11) Ruam kulit
12) Sesak nafas
Gejala awal muncul serupa dengan penyakit flu yang ringan, dan
berkembang dengan berbagai gejala, demam, kelelahan, kehilangan berat badan,
hepatosplenomegali (pembengkakan pada hati atau limpa) dan limfadenopati
(pembengkakan pada kelenjar getah bening). Kurang lebih 50% pasien mengalami
batuk kering, sakit dada dan sesak napas, sementara sejumlah yang lebih kecil
mengalami masalah perut,usus dan kulit. Kurang lebih 10% mengalami renjatan
dan kegagalan beberapa organ tubuh Histoplasmosis juga dapat berpengaruh pada
sumsum tulang, dengan akibat anemia, leukopenia dan trombositopenia.
b. Penyakit aspergillosis
Penyakit aspergillosis adalah infeksi yang disebabkan oleh suatu jenis
jamur. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi aspergillosis yang biasanya
16
mempengaruhi sistem pernapasan, namun tanda-tanda dan keparahannya sangat
bervariasi. Penyakit yang disebabkan oleh aspergillus umumnya memengaruhi
sistem pernapasan, namun juga dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya, seperti
kulit, mata, atau sinus. Jamur yang memicu penyakit aspergillus terdapat di mana-
mana baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Kebanyakan strain jamur ini
tidak berbahaya, tetapi beberapa dapat menyebabkan penyakit serius pada
orangorang dengan sistem imun lemah, penderita penyakit paru atau asma yang
dipicu karena menghirup spora.
Pada beberapa orang, spora dapat memicu reaksi alergi dan menyebabkan
infeksi ringan hingga serius. Bentuk yang paling serius dari aspergillosis atau
disebut juga aspergillosis invasif terjadi ketika infeksi menyebar ke pembuluh
darah. Tergantung pada jenis aspergillosis, pengobatan mungkin melibatkan
observasi, obat anti-jamur dan bahkan operasi jika kasus sudah sangat parah.
17
d. Penyakit ancylostomiasis (Penyakit cacing tambang)
Infeksi cacing tambang adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit
cacing tambang di dalam usus kecil. Ada dua jenis cacing tambang yang sering
menyerang manusia, yaitu Ancylostoma duodenale dan Necator americanus.
Kasus infeksi cacing tambang banyak ditemukan di negara-negara berkembang
yang beriklim lembab dan memiliki sistem sanitasi yang buruk. Beberapa negara
itu kebanyakan berada di wilayah di Afrika dan Asia Tenggara, termasuk
Indonesia.
Infeksi cacing tambang ditandai dengan kemunculan beberapa gejala berikut ini:
1. Alergi berupa rasa gatal dan ruam.
2. Sakit perut, mual, dan kram usus.
3. Demam dan kehilangan nafsu makan.
4. Diare dan terdapat darah bercampur dengan feses.
5. Batuk-batuk dan pernapasan terganggu.
6. Berat badan menurun.
Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, infeksi cacing tambang bisa memicu
masalah kesehatan lainnya, seperti:
1) Anemia.
2) Malanutrisi.
3) Kelahiran prematur.
4) Bayi kekurangan berat badan.
5) Pertumbuhan anak terhambat.
Penyebab Infeksi Cacing Tambang Telur cacing tambang hidup di tanah
yang terkontaminasi feses. Dalam 1-2 hari, telur itu akan menetas dan melepaskan
larva. Larva akan tumbuh menjadi filariform dalam waktu 5-10 hari, dan bisa
menempel di kulit manusia. Seseorang bisa terinfeksi cacing tambang jika kulit
mereka bersentuhan langsung dengan tanah yang menjadi tempat hidup larva
cacing tambang. Misalnya saat seseorang berjalan tanpa alas kaki atau ketika
anak-anak bermain tanah.
18
Larva cacing tambang juga bisa masuk ke dalam perut jika seseorang
mengonsumsi makanan mentah atau sayur-sayuran yang terkontaminasi telur-telur
cacing tambang. Apalagi jika makanan dan sayur itu tidak dicuci bersih sebelum
dikonsumsi. Setelah masuk ke dalam tubuh, larva cacing tambang akan terbawa
aliran darah ke dalam tenggorokan, jantung, paru-paru, lalu tumbuh dan
berkembang di dalam usus kecil. Mereka menempel di dinding usus dan mulai
mengganggu kesehatan manusia. Cacing tambang akan bertelur dan berkembang
biak di dalam usus kecil sebelum keluar dari tubuh manusia melalui feses. Telur-
telur itu akan kembali menetas di tanah yang terkontaminasi dan siklus hidup
cacing tambang terus berputar.
Untuk mendiagnosis infeksi cacing tambang, dokter akan mengambil
sampel feses pasien dan memeriksanya di laboratorium. Dari pemeriksaan itu,
dokter akan mencari kemungkinan adanya telur-telur cacing tambang. Tingkat
keparahan infeksi bisa dilihat dari berapa banyak jumlah telur-telur tersebut.
Infeksi cacing tambang umumnya dapat diatasi dengan obat-obatan anthelmintik
(anti cacing), misalnya albendazole dan mebendazole. Dokter biasanya akan
meresepkan obat-obatan ini untuk dikonsumsi selama 13 hari. Kedua obat ini
bekerja dengan cara mencegah penyerapan glukosa oleh cacing, sehingga cacing
kehabisan energi dan pada akhirnya mati.
19
Penyakit tidak menular biasa disebut juga dengan penyakit kronik,
penyakit non-infeksi, new communicable disease, dan penyakit degeneratif.
Karakteristik penyakit tidak menular adalah Penularan tidak melalui rantai
penularan tertentu, masa inkubasi yang panjang dan latent, perlangsungan
penyakitnya yang berlarut-larut (kronik), Sulit untuk didiagnosa, biaya
pencegahan maupun pengobatannya cukup tinggi, mempunyai variasi yang cukup
luas, faktor penyebabnya bermacam-macam (Multifaktor). Mari kita bahas jenis-
jenis penyakit tidak menular yang diakibatkan oleh tanah yang mengandung zat-
zat yang melebihi atau berlebihan.
a. Penyakit Itai-itai
20
baru dari Eropa, meningkatkan output dari pertambangan, menempatkan Kamioka
Pertambangan di Toyama terkenal pada pertambangan kelas atas.
Produksi meningkat bahkan lebih sebelum Perang Dunia II. Dimulai pada
tahun 1910 dan terus berlanjut sampai 1945, kadmium dirilis dalam jumlah yang
signifikan oleh operasi pertambangan, dan penyakit itai-itai ini pertama kali
muncul sekitar tahun 1912. Sebelum Perang Dunia II, pertambangan yang
dikendalikan oleh Mitsui Mining dan Smelting Co, Ltd, meningkat untuk
memenuhi permintaan masa perang. Hal ini kemudian meningkatkan pencemaran
Sungai Jinzu dan anak-anak sungainya. Sungai ini digunakan terutama untuk
pengairan sawah, tetapi juga untuk air minum, mencuci, memancing, dan
kegunaan lain oleh
penduduk. Akibat keracunan kadmium, ikan di sungai mulai mati, dan beras
irigasi dengan air sungai tidak tumbuh dengan baik.
Kadmium dan logam berat lainnya terakumulasi di dasar sungai dan di air
sungai. Air ini kemudian digunakan untuk mengairi sawah. Beras menyerap
logam berat, terutama kadmium. Kadmium pun akhirnya terakumulasi dalam
tubuh orangorang yang memakan nasi yang terkontaminasi. Penduduk mengeluh
kepada Mitsui Mining and Smelting tentang polusi yang terjadi. Perusahaan
membangun sebuah bak untuk menyimpan air limbah pertambangan sebelum
dilepas ke dalam sungai. Hal ini sudah terlambat karena sudah banyak orang yang
sakit menjadi korban. Penyebab keracunan tidak dapat dipahami dan, hingga
1946, penyakit ini hanya dianggap sebagai penyakit lokal atau jenis infeksi
bakteri. Tes medis dimulai pada tahun 1940-an dan 1950-an, untuk mencari
penyebab penyakit tersebut.
Awalnya, hal ini diduga sebagai akibat keracunan dari pertambangan di
hulu.
Hanya pada tahun 1955 Dr Hagino dan rekan-rekannya mulai mencurigai
kadmium sebagai penyebab penyakit itai itai ini. Prefektur Toyama juga memulai
penyelidikan pada tahun 1961, untuk menentukan bahwa Mitsui Mining and
Pertambangan Smelting's Kamioka yang menyebabkan polusi yang terburuk
hingga wilayah 30 km hilir dari tambang. Pada tahun 1968 Departemen Kesehatan
21
dan Kesejahteraan mengeluarkan pernyataan tentang gejala-gejala penyakit itaiitai
yang disebabkan oleh keracunan kadmium. Penurunan kadar kadmium dalam air
mengurangi jumlah korban penyakit ini, sehingga tidak ada lagi korban baru
tercatat sejak 1946. Korban dengan gejala yang terburuk berasal dari Prefektur
Toyama, namun ternyata pemerintah menemukan korban di lima prefektur lain.
Sekarang tambang masih beroperasi dan tingkat polusi kadmium pun tetap tinggi,
meski perbaikan gizi dan perawatan medis telah mengurangi epidemi penyakit
itai-itai.
Salah satu efek utama yang ditimbulkan dari keracunan kadmium adalah
lemah dan rapuh tulang. Umumnya tulang belakang dan kaki sakit, dan gaya
berjalan pincang karena cacat tulang yang disebabkan oleh kadmium. Rasa sakit
kemudian melemahkan, dengan patah tulang yang lebih umum dibandingkan
tulang yang melemah. Komplikasi lain yang tejadi adalah batuk, kanker, anemia,
dan gagal ginjal, yang kemudian menyebabkan kematian. Penderita penyakit ini
banyak terjadi pada wanita pascamenopause. Penyebabnya belum sepenuhnya
dapat dipahami, dan kemudian diselidiki. Hingga penelitian akhirnya menemukan
bahwa hal ini berhubungn dengan gizi umum, serta metabolisme kalsium yang
miskin yang berkaitan dengan usia perempuan. Penelitian terhadap hewan telah
menunjukkan bahwa keracunan kadmium saja tidak cukup untuk menimbulkan
gejala penyakit itai-itai. Penelitian ini menunjukkan kerusakan mitokondria sel
ginjal oleh kadmium sebagai faktor kunci dari penyakit ini
b. Penyakit Fluorosis
22
Fluorosis merupakan kondisi yang berpengaruh pada tampilan gigi seseorang
yang dipicu oleh paparan berlebihan terhadap fluoride pada jangka panjang.
Ketika gigi seseorang terkena paparan fluoride pada 8 tahun pertama di mana saat
itulah pembentukan gigi paling permanen, terjadilah fluorosis ini. Pada kasus-
kasus umum yang terjadi, fluorosis tidaklah berpengaruh buruk atau berbahaya
bagi kesehatan gigi dengan penampakan garis putih tipisnya yang bisa dilihat di
bagian enamel gigi. Efek dari kondisi fluorosis ini pun terbilang ringan, namun
hanya para ahli saja yang mampu menyadari keadaan fluorosis ini sewaktu
dilakukan pemeriksaan pada pasien.
Fluorosis sendiri mulai muncul kira-kira di awal abad ke-20 dan pada
waktu itu pun keadaan ini cukup menarik perhatian banyak orang. Karena
prevalensi yang dikenal dengan sebutan Colorado Brown Stain pada gigi para
penduduk asli yang lahir di Colorado Springs, para periset pun banyak yang
terkejut karena hal ini. Noda yang disebut dengan istilah Colorado Brown Stain
tersebut dipicu terutama oleh kadar fluoride yang tinggi pada pasokan air di
wilayah tersebut. Orang-orang yang terkena noda ini biasanya akan mengalami
resistansi tinggi terhadap bentuk penyakit gigi seperti gigi berlubang yang
otomatis tidak akan gampang sakit gigi. Untuk lebih mengetahui apa itu fluorosis,
kenali apa saja penyebab, gejala hingga cara-cara tepat untuk menanganinya.
Fluorosis atau noda yang menjadikan tampilan gigi kurang menarik adalah
kondisi yang tak terjadi begitu saja.
Di dalam airlah fluoride dapat terjadi secara alami dan untuk tingkat
fluorida alami yang mampu meningkatkan risiko fluorosis tahap serius adalah
yang di atas kisaran yang seharusnya dianjurkan untuk air minum. Pada
komunitas atau wilayah dengan tingkat fluoride alami lebih dari yang dianjurkan,
orang tua lebih baik memberikan minum air kepada anakanaknya dengan
mengambil dari sumber lain. Fluoride terlalu banyak pada masa pertumbuhan
tulang dan gigi permanen bisa sangat mengkhawatirkan dan karena didorong oleh
kekhawatiran inilah, pada Januari 2011 tingkat fluorida untuk air minum
diturunkan. Peraturannya pun masih perlu dikaji lagi tentang batas atas kadar
fluorida yang ada di dalam air minum supaya lebih aman bagi pengonsumsinya.
23
Setelah menilik apa yang menjadi kemungkinan penyebab fluorosis,
penting juga untuk mengetahui gejala-gejala fluorosis agar lebih mudah nantinya
untuk mencari penanganannya. Untuk gejala utama yang sering dialami pada
kasus fluorosis ini, antara lain adalah:
1) Muncul bintik-bintik putih yang berukuran kecil atau bisa juga seperti
coretan yang tak begitu terlihat.
2) Muncul noda yang berwarna coklat tua dan akan sulit untuk
dibersihkan.
3) Bandingkan dengan gigi yang sama sekali tidak terkena fluorosis
karena gigi yang sehat sangat halus ketika disentuh dan juga
mengkilap. Warna gigi yang tak mengalami fluorosis biasanya tampak
berwarna putih pucat juga.
Pada kasus-kasus fluorosis yang ada, sebenarnya kondisi fluorosis sendiri
tergolong ringan dan oleh karena itu tak ada perawatan khusus yang dibutuhkan.
Pada umumnya pun, fluorosis hanya berpengaruh pada gigi yang ada di belakang
saja sehingga tak akan nampak dan mampu dilihat oleh orang lain. Ada beberapa
kasus memang di mana tampilan gigi bisa cukup membuat turun rasa percaya diri
seseorang yang artinya kondisi fluorosis pada orang tersebut telah cukup parah.
24
Penyakit kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari
sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya,
sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat
menyebabkan kematian. Pada umumnya kanker di rujuk berdasarkan jenis organ
atau sel tempat terjadinya. Sebagai contoh kanker yang bermula pada usus besar
dirujuk sebagai kanker usus besar, sedangkan kanker yang terjadi pada sel basal
dan kudari kulit dirujuk sebagai karsinoma sel basal. Kalsifikasi kanker kemudian
dilakukan pada katagori yang lebih umum, misalnya:
1) kanker yang terjadi akibat tidak matangnya sel darah yang
berkembang di dalam susmsumyang memiliki kecenderungan untuk
berakumulasi di dalam sirkulasi darah.
2) Limfoma, merupakan kanker yang timbul dari nodus limfa dan
jaringan dalam sistem kekebalan tubuh. Tabel 3.3 Efek Racun dari
Beberapa Senyawa Kimia Pada Tanah
3) Karsinoma, merupakaan kanker yang terjadipada jariringan epitel,
seperti kulit atau jaringan organ tubuh, misalnya pada organ sistem
perncernaan atau kelenjar. Contoh meliputi kanker kulit, karsinova
serviks, karsinoma anal, kanker esofagel, dan lain-lain
4) Sarkoma, merupakan kanker yang terjadi pada tulang
Tabel 3.3
Efek Racun dari Beberapa Senyawa Kimia Pada Tanah
Senyawa Kimia Efek Akut Efek Kronis
Aliphatic hydrocarbon
• Alkene Kerusakan sistem Belum diketahui
saraf pusat
Monocyclic aromatic
hydrocarbon
• Toluene • Depresi dan koma Kerusakan pusat
• Xylene • Keracunan hati syaraf
(liver),necrosis sel Minimal
25
hati)
Pestisida
• Tremor, koma
• Aldrin & Dieldrin Karsinogenesis
• Pusing, nausea,
• DDT Minimal
muntah dan tremor
• Hydrogen cyanide Minimal
• Pemblokiran
• Pentachlorophenol Keracunanhati,
system pernafasan
termasuk jaringan
sel
lemak dann
• Menggangu
gangguan kerja
metabolisme sel
enzim tubuh
Bahan Industri
• Phenol Gangguan • Hanya karsinogen
jantung, drmal pada tikus
necrosis dan • Anamia dan leukemia
peningkatan
enzim hati
• Chlorinated benzene Pusing dan
dizziness
Polychorinated biphenyl
•PCB • Minimal Peningkatan enzim
hati, gangguan
opada reproduksi,
chloracne dan
karsinogenik
Dioxin dan Furan
PCDD/PCDF • Chloracne, pusing • Gangguan pada enzim
dan kerusakan
microsomal, gangguan
pada sistem saraf
pada metabolisme hati
dan penyebab kanker
(sebagai promotor)
Sumber : Watts (1977) seperti ditulis oleh Notodarmojo, Suprihanto
(2005)
26
Tabel di atas disampaikan beberapa sifat toksin dari senyawa organik yang
banyak terdapat dalam limbah yang dibuang ke tanah dan mencemari tanah
Notodarmojo, Suprihanto (2015). Beberapa senyawa kimia memberikan efek
karsinogenetik (menyebabkan kanker). Terjadinya kanker biasanya memerlukan
waktu paparan yang lama, sehingga mempersulit identifikasi sebab akibat dari
senyawa kimia. Hampir semua kanker yang disebabkan oleh senyawa kimia
terjadi karena perubahan genetis yang disebut mutasi. Sehingga senyawa kimia
yang dapat menyebabkan kanker disebut senyawa karsinogen.Walaupun sifat
racun dan mekanismenya berbeda untuk setiap senyawa organik, namun dalam
beberapa hal ada sifat umum yang sama.
Makanan yang sering kita konsumsi lebih banyak berasal dari tanaman.
Tanaman biasanya tumbuh pada tanah. Tanah yang telah tercemar atau terpolusi
akan mengakibat tanaman yang kita konsumsipun dapat beracun, meskipun tidak
pada saat itu. Tanaman banyak diberikan pupuk dan peptisida agar subur. Dimana
pupuk dan peptisida mengandung benzena,kromium, dan yang lainnya yang
memiliki sifat karsinogen. Zat-zat karsinogen ini bekerja dengan mengubah DNA
dalam sel-sel tubuh yang dapat menyebabkan kanker. Tanah yang telah tercemar
oleh pestisida, polutan dan zat kimia berbahaya lainnya jika hasil bumi tersebut
dikonsumsi oleh manusia akibatnya adalah lama kelaman di dalam tubuh manusia
terkandung zat karsinogen yang beresiko memicu timbulnya kanker. Salah satu
kanker yang bisa ditimbulkan oleh pestisida dan juga timbal di dalam tanah yang
tercemar itu adalah leukemia. Hal itu dikarenakan kandungan timbal dan zat
berbahaya di dalam pestisida bisa meningkatkan sel darah putih di dalam tubuh
sehingga mengakibatkan leukemia.
27
2. Melalui Makanan Minuman
3. Melalui udara
4. Melalui vektor
Cara penularan cacing tambang melalui larva cacing yang ada di tanah
masuk ke kaki manusia yang tidak menggunakan alas kaki dan menembus kulit
kaki lalu masuk ke paru paru melalui sirkulasi darah (Zulkoni, Akhsin, 2011).
Larva kemudian bergerak ke saluran udara menuju tengorokan dan tertelan lalu
menuju ke usus kecil, melekap pada dinding usus dan berkembang menjadi cacing
dewasa. Cacing dewasa ini akan menghisap darah dari dinding usus sehingga
menyebabkan pendarahan di usus yang ditempati. Saat usia lima bulan cacing
bertina mulai bertelur, cacing ini akan dikeluarkan dari tubuh pendferita lewat
tinja. Jika tinja jatuh ke tanah dan cuaca hangat, telur cacing akan menetas
menjadi larva dalam waktu sekitar dua hari. Larva kemudian menjadi dewasa
28
dalam seminggu dan dapat bertahan untuk waktu yang lama jika kondisi
mendukung. Gejala spesifik infeksi cacing tambang yaitu anemia dan keluhan
terkait peradangan usus seperti mual, sakit perut, kembung dan diare.
29
Dari gambar diatas dapat dilihat siklus hidup cacing kremi:
1. Telur cacing terletak pada lipatan perianal. Larva dalam telur berkembang
dalam 4 sampai 6 jam.
2. Telur berembrio tertelan.
3. Larva menetas dalam usus halus.
4. Cacing dewasa hidup di lumen usus buntu.
5. Gravid betina bermigrasi ke area perianal pada malam hari untuk bertelur.
30
3. Larva berkembang menjadi larva Filariform.
4. Larva filaform menembus kulit.
5. Cacing dewasa hidup di usus halus.
31
ditularkan melalui tanah dapat terjadi melalui makanan, hal ini terjadi jika tanah
yang telah tercemar zat pencemar baik pencemar organik, anorganik maupun
logam berat masuk ke dalam tanah atau menempel pada tanaman yang terletak di
atas tanah. Salah Salah satunya jika penggunaan pestisida yang berlebihan maka
pestisida yang memilki konsentrasi tertentu menempel dalam tanaman atau
pestisida tersebut masuk ke dalam tanah. Jika akar tanaman menyerap unsur-unsur
yang terdapat di dalam tanah, maka akan menyebabkan tanaman tersebut
terkontaminasi dengan zat pencemar tersebut. Atau adalah penyakit antraks,
mekanisme terjadinya adalah jika seseorang mengkonsumsi daging hewan yang
sudah tertular antraks. Walaupun daging telah dimasak, tetapi dalam daging
tersebut masih terdap antraks, sehingga apabila seseorang memakan daging
tersebut, maka antrax akan pindah ke tubuh melalui pencernaan makanan.
32
Diarmita selaku Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan kepada
wartanasional.com di Jakarta.
Penyebaran antraks melalui media kulit bisa terjadi karena adanya infeksi
luka pada manusia. Dan untuk penyebaran antrack melalui pernapasan terjadi
karena spora antracks terbang di udara menyerang sistem pernapasan paru-paru
karena terhirup oleh manusia. Infeksi luka pada manusia bisa menjadi media
penyebaran antraks ke kulit. Sementara itu, paru-paru akan terserang jika spora
antraks terhirup ke saluran pernapasan. Pada intensitas sinar matahari yang
berkurang karna musim hujan membuat spora antraks dengan bakteri “bacillus
anthracis” sebagai penyebab penyakit itu, naik ke permukaan dan dengan mudah
menyebar melalui hewan yang lebih sering adalah sapi. Jika sapi tersebut makan
rumput dan tidak ada kekebalan, sapi terkena antraks. Sapi yang terkena antraks
jangankan dipotong, dibuka saja tidak boleh karena sporanya akan terbang dan
jika kita hirup terkena paru-paru.
Melalui tanah, yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular. Begitu
pula mekanisme penularan penyakit tersebut, kini saatnya anda mengetahui cara
penaggulangan dan pencegahannya. Interaksi manusia dengan lingkungan telah
menyebabkan kontak antara dengan manusia. Sering terjadi kuman penyakit yang
tinggal di tubuh inang (host) kemudian pindah ke manusia karena manusia tidak
bisa menjaga kebersihan lingkungannya. Hal ini terjadi misalnya pada kasus
penularan penyakit melalui binatang yang mengalami domestikasi seperti sapi,
babi dan anjing. Loncat inang juga terjadi karena perubahan lingkungan, misalnya
perambahan hutan, pengubahan pola tanam pertanian, pendakalan rawa dan
sebaginya. Perubahan lingkungan juga menyebabkan manusia lebih mudah
terpapar, melalui kontak langsung maupun melalui kotoran, dengan hewan-hewan
yang menjadi inang alami (natural host) kuman.
33
Penanggulangan penyakit yang ditularkan melalui tanah adalah kegiatan
pengobatan pada manusia yang telah mengidap penyakit yang ditularkan melalui
tanah. Untuk kepentingan pemberantasan yang menggunakan strategi
menghilangkan cara transmisi penyakit, maka penyakit seringkali dikelompokkan
atas dasar cara penyebarannya. Hal ini sangat penting untuk mencegah
menjalarnya penyakit dari satu daerah ke daerah lain. Di sinilah pentingnya peran
kesehatan lingkungan, yakni mencegah menyebarnya penyakit lewat lingkungan.
Jenis-jenis penyakit menular dan penyebabnya telah diketahui yaitu
disebabkan oleh bakteri, virus, amoeba dan jamur. Untuk penyakit selain yang
disebabkan oleh virus maka dapat disembuhkan, sedangkan penyakit yang
disebabkan oleh virus hanya dapat dikendalikan dan dilawan dengan
meningkatkan imunitas tubuh. Saat ini anda telah mengetahui jenis-jenis penyakit
menular dan cara penularannya. Hal yang perlu diingat adalah penyakit menular
bukanlah sesuatu yang harus ditakuti tetapi harus diketahui agar bisa terhindar.
Yang terpenting dalam penanganan penyakit menular adalah kepedulian
masyarakat secara penuh sehingga pencegahan dapat dilakukan agar tidak sampai
menjadi endemi.
34
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan hygiene perorangan adalah
merupakan usaha yang penting untuk memutuskan hubungan atau mata rantai
penularan penyakit menular.
3. Melindungi Orang-Orang (Kelompok yang Rentan)
Bayi dan anak balita adaalh merupakan kelompok usia yang rentan
terhadap penyakit menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu lindungan
khusus dengan imunisasi, meningkatkan gizi anak.
Penerapan PHBS (Perilaku Hidup Besih dan Sehat) merupakan salah satu
upaya pencegahan dan penaggulangan penyakit menular dari tanah. Dengan selalu
menjaga kebersihan perorangan maka seseorang akan terlindungi dari kuman
penyakit yang dapat menghampiri tubuh. Mencuci tangan denagn sabun salah
satunya yang akan memutus rantai penularan penyakit dari telur cacing yang
mungkin menempel pada tangan. Buang Air Bersih
(BAB) pada tempatnya (Jamban) menyebabkan memutuskan rantai penyakit yang
memungkinkan tertular dari tinja manusia.
35
pencegahan penggunaan logam berat yang berlebihan. Misalnya karena
menggunakan pupuk secara berlebihan, pemberian pestisida atau insektisida, dan
pembuangan limbah yang tidak dapat dicernakan seperti plastik. Pencemaran
dapat juga melalui air. Air yang mengandung bahan pencemaran (polutan) akan
mengubah susunan kimia tanah sehingga mengganggu jasad yang hidup di dalam
atau di permukaan tanah. Pencemaran juga dapat melalui udara. Udara yang
tercemar akan menurunkan hujan yang mengandung bahan pencemar ini,
akibatnya tanah akan tercemar juga.
Tindakan pencegahan pencemaran tanah yang dapat berakibat pada
kesehatan manusia baik langsung maupun tidak langsung dapat dilakukan dengan
membedakan jenis pencemar yang ada di dalam tanah. Di bawah ini ada beberapa
langkah yang dapat digunakan untuk pencegahan terjadinya penyakit yang
menggungu kesehatan manusia.
1. Melakukan pemilahan sampah anorganik dengan organik. Hal ini
sangatlah penting untuk dilaksanakan. Caranya dengan meletakan pada
wadah yang terpisah antara sampah yang termasuk jenis anorganik dan
sampah yang jenisnya organik.
36
4. Pada industri-industri baik berat maupun ringan, limbah-limbah cair yang
dihasilkan harus dilakukan proses pengolahan yang sempurna dari mulai
pengolahan primer, pengolahan secunder sampai pengolahan tersier.
Sehingga zat-zat bahaya yang ada dalam limbah tidak bisa masuk ke
dalam tanah.
5. Bagi para petani yang memakai zat kimia peptisida atau pupuk baiknya
menggunakannya sekedarnya saja tidak berlebihan melebihi batas normal.
Hal ini penting untuk dilakukan sebab dapat mengakibatkan terjadinya
pencemaran tanah yang sangat berbahaya karena tingginya kandungan zat
kimia pada peptisida dan pupuk.
6. Mendidik anak sedini mungkin tentang pentingnya menjaga kelestarian
lingkungan dengan cara tidak membuang sampah sembarangan,
mengajarkan kepadanya tentang bahaya yang ditimbulkan jika membuang
sampah tidak pada tempatnya.
Menegakan aturan yang ada dengan cara menerapkan sanksi kepada orang
atau badan yang menyalahi aturan yang dapat membuat tanah tercemar dan
menggangu kesehatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
37
Daftar Pustaka
Na'imah, S. (2016, September 22). Apa Itu Tetanus? Retrieved from Hello Sehat:
https://hellosehat.com/penyakit/tetanus/
38
39