Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENYEHATAN TANAH

SIFAT – SIFAT BIOLOGI TANAH

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
Agung Tri Nugraha P21345118004
Amanda Nadia Putri P21345118008
Fisabila Alifia Akbar P21345118029
Mohammad Hibban Fattah P21345118038

DOSEN PEBIMBING :
Catur Puspawati, ST, MKM

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II


Jl. Hang Jebat III Blok F3, No.8, RT04 RW08, Gunung, Kebayoran Baru
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120
Telepon : (021) 7397641
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….…… i

PEMBAHASAN ………………………………………………………………………… 1

A. Pengertian dan Peranan Biologi Tanah …………………………………...…. 1


B. Mikroorganisme Tanah ………...…………………………………….……… 2
1. Pseudomonas sp .....……………………………………………...……… 6
2. Mikoriza sp .....……………………………………………...…………... 6
3. Rhizobium sp .....……………………………………………...………… 6
4. Azotobacter sp .....……………………………………………...……….. 6
5. Actomyces dan Streptomyces …………………………………...……… 6
6. Lactobacillus sp .....……………………………………………...……… 7
7. Azospirillium sp .....……………………………………………...…….... 7
8. Streptomyces sp .....……………………………………………...……… 7
9. Cytophagas sp .....……………………………………………...………... 7
10. Saccharomyes sp .....……………………………………………...……... 7
11. Amonifikasi .....……………………………………………...………….. 7
12. Nitrifikasi .....…… ……………………………………….…...………… 8
C. Fungi Tanah .........……………………………………………...……………. 9
D. Jamur Tanah …………………………………………….………………….... 10
E. Cacing Tanah …………………………………………….…………………... 12

DAFTAR PUSTAKA ……………….………………………………………………...... 17

i
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Peranan Biologi Tanah


Sifat biologi tanah sangat berperan dalam menentukan kualitas tanah. Tanah yang
sehat akan banyak mikroorganisme yang beraktifitas dan hidup didalam tanah, namun bila
tanah tidak sehat maka banyak mikroorganisme yang mati.
Biologi tanah merupakan studi tentang biota (organisme) yang hidup dan beraktivitas
di dalam tanah, yang melalui aktivitas metaboliknya, peranannya dalam aliran energi dan
siklus hara berkaitan erat dengan produksi bahan organik primer (tanaman) (Kemas, 2005).
Apabila dikaitkan dengan dampak lingkungan, baik yang menguntungkan maupun
yang merugikan, keduanya dimediasi oleh proses-proses yang dilakukan mikoba tanah.
Biologi tanah merupakan studi tentang suatu mikroorganisme dalam tanah yang
dilihat dari aktivitas dan peranan dalam aliran energi serta siklus unsur hara bagi tegakan.
Organisme tanah yang disebut sebagai biota tanah dapat menjadi dua, yaitu organisme mikro
dan organisme makro. Organisme mikro terdiei atas nematode, protozoa, dan rotifer.
Sedangkan organisme makro terdiri atas mamalia kecil, serangga, kutu kayu, tungau, keong,
bekicot dan cacing tanah. (Ariffin Arief, 2001).

Sifat Biologi Tanah merupakan kehidupan dalam tanah yang menyangkut kegiatan


jasad hidup dalam tanah dan peranannya serta peranan bioorganisme dengan segala sifat dan
cirinya, dimana sifat biologi tanah ini terbagi atas :
a) Makrofauna merupakan hewan besar penghuni tanah yaitu hewan besar pelubang
tanah, seperti misalnya cacing tanah, arthropoda dan molusca (gastropoda). 
b) Mikrofauna merupakan hewan berukuran mikroskopis yang hidup di dalam tanah,
seperti misalnya protozoa dan nematoda. 
c) Makroflora merupakan tanaman tanaman yang mempunyai akar yang besar yang
dapat menembus kedalam tanah, misalnya seperti berbagai macam jenis pepohonan.
d) Mikroflora merupakan jenis-jenis flora berukuran mikroskopis yang hidup di dalam
tanah misalnya, seperti misalnya fungi, bakteri, actinomycetes, dan algae. 

Pentingnya biologi tanah dalam menghasilkan produksi pangan yang baik dan sehat
tersebut sangat berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut :

1
a) Peran jasad hayati yang vital dalam dekomposisi bahan organik (limbah tanaman
dan hewan) tersebut, yang apabila dikelola dengan baik sudah tentu akan
meminimalkan atau bahkan meniadakan penggunaan pupuk-pupuk kimiawi buatan
yang telah diketahui akan berdampak negatif terhadap kesehatan lingkungan jika
digunakan secara berlebihan.
b) Merangsang pertumbuhan tanaman melalui kemampuan beberapa mikroba dalam
menghasilkan zat-zat perangsang tumbuhan, seperti misalnya vitamin, hormone,
asam-asam amino, dan senyawa-senyawa organik lainnya.
c) Menghamnbat perkembangan pathogen tanaman, yaitu melalui sifat antagonisme
dan kompetisi dalam pemanfaat nutrisi dalam tanah atau melalui produksi antibiotik
atau senyawa toksik anti pathogen (biopeptisida)

Peranan biologi tanah didalam ekosistem adalah sebagai perombakan bahan organic,
mensintesis, dan melepaskan kembali dalam bentuk bahan anorganik yang tersedia bagi
tegakan. Di dalam tanah terdiri atas beberapa penyusun seperti akar, mikrobia, dan makrobia.
Biota ini mampu menghasilkan enzim intraselular yang berperan dalam siklus biokimia
tanah.
Setiap komponen biota tanah memiliki ketergantungan yang berbeda terhadap lingkunga
tanah dalam hal penyediaan energy dan unsur hara sebagai perkembangn dan
pertumbuhannya. Bahan penyusun tanah yang menjadi sumber energy dan biota tanah adalah
bahan mineral, bahan organic, dan biomassa hidup.

B. Mikroorganisme Tanah
Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme atau jasad renik. Jumlah tiap
grup mikroorganisme sangat bervariasi, ada yang terdiri dari beberapa individu, akan tetapi
ada pula yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah. Mikroorganisme tanah itu
sendirilah yang bertanggung jawab atas pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara.
Dengan demikian mereka mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah (Anas
1989).
Jumlah total mikroorganisme yang terdapat didalam tanah digunakan sebagai indeks
kesuburan tanah (fertility indeks), tanpa mempertimbangkan hal-hal lain. Tanah yang subur
mengandung sejumlah mikroorganisme, populasi yang tinggi ini menggambarkan adanya
suplai makanan atau energi yang cukup ditambah lagi dengan temperatur yang sesuai,

2
ketersediaan air yang cukup, kondisi ekologi lain yang mendukung perkembangan
mikroorganisme pada tanah tersebut.
Jumlah mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat organisme dalam
hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman profil tanah. Data
ini juga berguna dalam membandingkan keragaman iklim dan pengelolaan tanah terhadap
aktifitas organisme didalam tanah (Anas 1989).

Mikroorganisme tanah merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi


kesuburan tanah. Sebagian besar pertumbuhan tanaman tidak lepas dari peran
mikroorganisme tanah. Mikroorganisme tanah dapat digolongkan menjadi tujuh golongan
utama, yaitu: Bakteri, Actinomyces, Cendawan, Alga, Protozoa, Bakteriofag, dan Virus.
Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme tanah yang banyak ditemukan diberbagai jenis
tanah. Ada beragam jenis bakteri tanah yang menguntungkan bagi tanaman, diantaranya
Pseudomonas, Azotobacter, Lactobacillus, serta baktrti yang mengubah bentuk nitrogen
seperti Nitrobacter dan Nitrosomonas. (Ayub S. Pranata, 2010). Mengapa sampai
mikroorganisme berperan dalam menentukan tanah yang subur? Hal ini disebabkan karena
beberapa hal, diantaranya:

1. Mikroorganisme Pemantap Agregat


Stabilitas agregat pada umumnya meningkat dengan makin banyaknya jumlah
mikroorganisme (Lynch,1987). Hal ini dapat dilihat dari penambahan jumlah bakteri
(Azotobacter chroococcum dan Pseudomonas sp.) dan ragi (Lypomyces starkeyi)
yang ternyata meningkatkan stabilitas agregat terhadap kekuatan air. Sebaliknya
tanah yang ditambah jenis jamur (Mucor hiemalis) menunjukkan hasil yang berbeda.
Dengan adanya jamur perekatan ini tidak terjadi, karena hifa jamur akan
menghalangi kontak antara partikel tanah dengan bakteri disekelilingnya. Namun
dalam kondisi yang lain, hifa jamur dapat melindungi agregat primer yang dibentuk
oleh perekatan bakteri untuk membentuk agregat sekunder. Di alam, bahan perekat
yang dijumpai jarang yang berupa mikroorganisme saja, tetapi umumnya
berkombinasi dengan ikatan asam organik (Hillel, 1982).

2. Mikroorganisme Pendorong Serapan Hara


Pemanfaatan mikroorganisme tanah untuk meningkatkan efisiensi serapan hara oleh
akar tanaman pada umumnya melalui peningkatan kelarutan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman baik yang berasal dari pupuk maupun yang berasal dari mineral

3
tanah dan atau peningkatan kemampuan akar menyerap hara. Hal ini berkaitan
dengan bakteri pelarut hara dan yang berkaitan dengan jamur
mikoriza. Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. adalah jenis bakteri yang mampu
meningkatkan kelarutan fosfat dalam tanah. Namun menurut Lynch (1983), jenis
yang pertama mampu mengakumulasi nitrit, sehingga dapat meracuni
tanaman. Pseudomonas fluorescens-putida mampu membentuk koloni di rhizosfer
dengan cepat sehingga dapat meningkatkan hasil kentang, bit gula dan lobak
sebanyak 144 %. Pada tanaman kedelai kombinasi antara Pseudomonas
putida dan Azospirillum sp. meningkatkan serapan N dan P. Pemberian bakteri
pelarut fosfat juga meningkatkan laju pertumbuhan bibit lamtoro, meningkatkan
ketersediaan fosfat pada tanah ber pH tinggi >7 dan kadar P tanah tersedia tinggi (95
ppm).

Peran mikroorganisme tanah yang menguntungkan contohnya dalam proses 


biogeokimia sebagai berikut:
1. Siklus Karbon

Pada siklus karbon, mikroorganisme mengubah sisa-sisa jasad tumbuhan dan hewan
menjadi karbon dioksida dan bahan organik tanah yang disebut humus. Humus
meningkatkan kapasitas tanah untuk menampung air, menyediakan nutrisi bagi
tumbuhan, dan mendukung pembentukan tanah. Tahap pertama dalam siklus karbon
(fotosintesis) CO bergabung didalam senyawa-senyawa organic oleh jasad
fotoautrotrof seperti tumbuhan hijau, algae, dan bakteri. Tahap berikutnya pada
siklus ini, kemoautotrof yang menggunakan senyawa-senyawa organic. Hewan-
hewan memakan jasad fotoautotrof terutama tumbuhan hijau dan binatang lain,
sehingga dengan peristiwa makan memakan inilah terjadi transfer karbon dioksida
dari jasad yang satu ke jasad yang lain. Bakteri yang berperan dalam siklus ini
yaitu Metylococcus  yang menoksidasi metan menjadi karbon.

4
Sumber : https://jagad.id/daur-karbon/ pada September 2019

2. Siklus Nitrogen
Nitrogen merupakan salah satu unsur yang diperlukan oleh semua mikroorganisme
untuk sintesis. Pada siklus nitrogen terjadi beberapa reaksi/proses, yaitu amonifikasi,
nitrifikasi, denitrifikasi, dan fiksasi nitrogen. Mikroorganisme yang berperan dalam
proses fiksasi nitrogen seperti Azotobacter, Clostridium, Enterobacter, Bacillus,
Chlorobium, Cyanobacteria. Populasi tertinggi ditemukan adalah Rhizobium
sp. Mikroorganisme tanah berperan dalam siklus nitrogen. Atmosfer mengandung
80% nitrogen (N2), yaitu bentuk nitrogen yang hanya dapat digunakan oleh
tumbuhan jika diubah dalam bentuk amonia (NH3). Perubahan bentuk menjadi
amonia dilakukan oleh bakteri tanah melalui proses fiksasi N 2 atau oleh manusia
(dengan menggunakan pupuk). Hampir semua nitrogen yang terdapat dalam tanah
berada dalam molekul-molekul organic, terutama dalam molekul-molekul protein.
Yang terkandung dalam jasad hidup. Jika jasad hidup mati maka terjadi proses
perombakan molekul protein menjadi asam-asam amino. Bakteri tanah juga terlibat
dalam proses denitrifikasi yang mengembalikan oksigen ke atmosfer dengan
mengubah NO3 menjadi N2 atau gas N2O.

5
Sumber : https://morinforent.wordpress.com/2014/06/22/daur-nitrogen/ pada September 2019

Mikroorganisme tanah dapat hidup jika didalam tanah terdapat asam amino. Asam
amino ini berasal dari protein yang diuraikan oleh bakteri dlam tanah sehingga menjadi asam
amino. Keseluruhan asam amino yang terkenal berjumlah 20 jenis. Setelah diteliti ternyata
pada tanaman yang subur, termasuk sayuran, selalu terdapat mikroorganisme dibagian
akarnya. Mikroorganisme tersebut adalah Pseudomanas putida dan Pseudomanas fluorescent.
Keberadaan kedua jenis mikroorganisme ini mutlak harus ada. Pada tanaman yang tidak sehat
tidak ditemukan mikroorganisme tersebut.
Tanaman akan tumbuh dengan baik jika memiliki hubungan simbiosis mutualisme
dengan mikroorganisme. Aktivitas yang dilakukan oleh mikroorganisme dapat
menguntungkan tanaman. Namun perlu diingat bahwa tidak semua mikroorganisme
bermanfaat. Ada beberapa mikroorganisme yang dapat merugikan tanaman, yaitu
mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit bahkan kematian pada tanaman. Salah
satu jenis mikroorganisme yang merugikan adalah fusarium yang menyebabkan layu
fusarium.
Fungsi lain dari mikroorganisme adalah sebagai pengurai. Dimana kehidupan di
dalam tanah terdapat konsumen dan pengurai yang saling dihubungkan oleh rantai makanan.
Dimana terdapat perbedaan utama antara ekologi di atas dan di bawah daerah peralihan
tanah-atmosfer adalah bahwa di atas daerah peralihan hewan berperan dominan sebagai

6
konsumen dan di bawah daerah peralihan mikroorganisme berperan dominan sebagai jasad
renik. Pengurai ini terutama bersel tunggal dan mikroskopik atau disebut juga mikrobiota.
Dalam perannya sebagai pengurai, mikroorganisme di dalam tanah dilengkapi oleh kegiatan
banyak hewan kecil konsumen.
Fungsi lainnya juga adalah mengurangi bahan kimia yang sulit diserap menjadi
bentuk yang mudah diserap tanaman. Mikroorganisme ternyata mengeluarkan suatu jenis zat
yang berfungsi untuk memperlancar penyaluran hara dan air dari akar ke daun. Zat yang
dikeluarkan oleh mikroorganisme ini dapat membantu penyebaran air dari nutrisi ke seluruh
permukaan daun. Keadaan ini akan meningkatkan produksi tanaman karena penyaluran air
dan nutrisi ke permukaan daun berjalan lancer. (Ayub S. Pranata, 2010).

1. Pseudomonas sp
Berfungsi untuk melarutkan fosfat dari bentuk yang tidak dapat diserap oleh
tanaman menjadi bentuk yang dapat diserap oleh tanaman. Selain itu, Pseudomonas
dapat membantu dalam proses dekomposisi bahan organic. Pseodomonas
menghasilkan enzim pengurang yang disebut lignin.

2. Mikoriza sp
Mikoriza bersimbiosis mutualisme dengan tanaman. Secara tidak langsung, mikoriza
dapat meningatkan produksi tanaman. Mikoriza adalah jenis cendawan yang ada di
korteks akar tanaman. Ada dua jenis mikoriza, yaitu ektomikoriza dan endomikoriza.
Pada ektomikoriza cendawannya menyelubungi masing-masing cabang akar.
Semntara itu, pada endomikoriza, cendawannya hidup di dalam sel-sel akar. Mikoriza
berfungsi untuk membantu proses penyerapan unsur hara tanah khususnya nitrogen,
fosfor, dan kalium oleh tanaman. Mioriza dapat meningkatkan penyerapan unsur P
sebesar 25%. Mikoriza juga dapat menghasilkan hormone dan zat pengatur tumbuh,
seperti auksin, sitokinin, dan giberalin.

3. Rhizobium sp
Rhizobium merupakan simbiosis mutualisme bakteri dengan akar tanaman, terutama
pada tanaman kacang-kacangan. Bakteri ini bersimbiosis di serabut akar dan kulit
akar halus. Rhizobium berfungsi untuk menambat atau meningkat nitrogen bebas dari
udara. Nitrogen yang diikat akan dimanfaatkan oleh tanaman inangnya untuk
pertumbuhan. Rhizobium juga dapat menambat nitrogen sebesar 150 kg/ha.

7
4. Azotobakter sp
Sama halnya dengan Rhizobium, bakteri ini berfungsi untuk mengikat nitrogen bebas
diudara. Azotobakter juga berjasa dalam menyediakan nitrogen untuk kebutuhan
tanaman.

5. Actomyces dan Streptomyces


Berfungsi untuk menghasilkan antibiotic yang bersifat toksik terhadap pathogen atau
penyakit tanaman. Jumlah actinomyces akan meningkat dengan adanya bahan
organic yang mulai terdekomposisi.

6. Lactobacillus sp
Berfungsi untuk membantu proses fermentasi bahan organik menjadi senyawa-
senyawa asam laktat yang dapat diserap oleh tanaman.

7. Azospirillium sp
Berfungsi sebagai mikroba penambat nitrogen dari udara bebas untuk diserap tanaman
serta untuk menghasilkan hormon tumbuh IAA (indole acetid).

8. Streptomyces sp
Berfungsi untuk meningkatkan kesuburan tanah, menekan aktivitas hama atau
penyakit, serta menjaga kestabilan produksi tanaman.

9. Cytophagas sp
Berfungsi menurunkan kadar karbon atau nitrogen secara cepat dan bersifat antagonis
terhadap beberapa jenis penyakit akar, serta memiliki kemampuan yang tinggi dalam
menghasilkan enzim penghancur lignin dan selulosa secara bersmaan, dan hanya ada
di pupuk BIOBOOST

10. Saccharomyces sp

8
Berfungsi untuk meningkatka kesuburan tanah serta produktivitas tanaman. Produktif
mikroba sebagai alat alternatif yang efektif untuk manipulasi dan mengelola ekologi
mikroba secara keseluruhan sistem yang kompleks dan beragam.

11. Amonifikasi
Organisme dalam tanah yang sudah mati menyebabkan protei terurai menjadi asam
amino, asam amino yang sudah terbentuk dikonversi menjadi ammonia (NH 3) dan
akan diosidasi menjadi NO oleh bakteri nitrifikasi

12. Nitrifikasi
Merupakan proses oksidasi ion amonium menjadi nitrat (NO3) tumbuhan cenderung
menggunakan nitrat sebagai sumber nitrogen untuk sintesa protein karena nitrat lebih
mudah terikat oleh akat tanaman.

Organisme tanah berperan penting dalam memprcepat penyediaan hara dan juga
sebagai sumber bahan organik tanah. Penambahan bahan organik dalam tanah akan
menyebabkan aktivitas dan populasi mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang
berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Dalam proses
dekomposisi, sisa tumbuhan dihancurkan atau dirombak menjadi unsur yang dapat digunaka
tanaman untuk tumbuh.
Hasil perombahan bahan organik mampu mempercepat proses pelapukan bahan-
bahan mineral tanah. Proses perombakan bahan organik merupakan mekanisme awal yang
selanjutnya akan menentukan fungsi dan peran bahan organik tersebut di dalam tanah.
Mikroorganisme perombak bahan organik ini terdiri atas fungi dan bakteri. Pada kondisi
aerob, mikroorganisme perombak bahan organik terdiri dari fungi, sedangkan pada kondisi
anaerob sebagian besar perombak bahan organik adalah bakteri. Fungi berperan penting
dalam proses dekomposisi bahan organik untuk semua jenis tanah. Fungi toleran pada kondisi
tanah yang asam, yang membuatnya yangmembuatnya penting pada tanah-tanah hutan
masam.

C. Fungi Tanah
Fungi tanah merupakan organisme eukariotik yang berbentuk filamen. Didalamnya
terdapat membran inti, mitokondria, an organel sel. Fungi memiliki dinding sel yang tersusun
atas selulola dan khitin, dimana bersifat multiseluler dan mempunyai kromosom ganda.

9
Sedangkan diameter sel pada fungi ini berukuran lebih dari 5um. Fungi dibedakan menjadi
tiga golongan yaitu ragi, kapang, dan jamur. Dimana kapang dan jamur ini mempunyai arti
penting bagi pertanian, bila tidak karena fungi ini maka dekomposisi bahan organik dalam
suasana masam tidak akan pernah terjadi.
Kebanyakan tanah hasil mineralisasi BOT merupakan sumber utama ketersediaan N.
P, dan S untuk pertumbuhan tanaman (Smith, 1986). Proses mineralisasi dilaksanakan oleh
mikroorganisme yang sangat kompleks mengurai atau mendekomposisi residu. Tahap awal
dekomposisi dilakukan oleh bakteri dan fungi, dimana peranan bakteri lebih dominan
terhadap bahan organic yang dicampur tanah sedangkan fungi lebih berperan terhadap residu
bahan organic yang ada di permukaan tanah (Hendix, 1986).
Fungi berperan dalam perubahan susunan tanah. Fungi tidak berklorofil sehingga
mereka menggantungkan kebutuhan akan energi dan karbon dari bahan organik. Fungi
dibedakan dalam tiga golongan yaitu ragi, kapang, dan jamur. Kapang dan jamur mempunyai
arti penting bagi pertanian. Bila tidak karena fungi ini maka dekomposisi bahan organik
dalam suasana masam tidak akan terjadi.
Penyerapan hara oleh tanaman dipengaruhi oleh aktivitas dari beberapa jenis fungi.
Fungi VAM (Versicular Arbuscular Mycorrhize) bersimbiose dengan perakaran kebanyakan
tanaman dengan cara menginfeksi perakaran dan membentuk hifa yang memperbesar luas
permukaan perakaran. Hal ini terjadi pada tanah-tanah yang mempunyai aras kandungan hara
rendah. Penyerapan beberapa unsur mikro, terutama Fe dan Mn, didorong adanya sidofor
dengan berat molekul rendah (kelat) dan dilepaskan oleh mikroorganisme tertentu.
(Schenker).
Secara umum berdasarkan sifat hubungan antara fungi dengan akar tanaman, maka
tanah dikelompokkan menjadi tiga, diantaranya :
(1) Parasitik, yaitu: fungi tanah yang sebagian atau seluruh hidupnya dapat
menyebabkan penyakit pada akar tanaman, seperti: penyakit bercak akar kapas,
(2) Saprophitik, yaitu: fungi tanah yang semasa hidupnya mendapatkan makanan
(energi) dari dekomposisi bahan organik tanah. Fungi kelompok ini tidak
menyebabkan penyakit pada akar tanaman.
(3) Simbiotik, yaitu: fungi tanah yang semasa hidupnya berada pada akar-akar
tanaman dan hubungannya dengan akar tanaman membentuk hubungan yang
saling menguntungkan, seperti: Mycorhiza atau jamur akar.

10
Mycorhiza
Mycorhiza adalah fungi yang hidup pada permukaan akar- akar tanaman dan bersifat
saling menguntungkan antara Mycorhiza dengan akar tanaman. Berdasarkan perkembangan
hifanya pada akar tanaman, mycorhiza dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
(1) Endomycorhiza, yaitu: Mycorhiza yang perkembangan hifanya dapat memasuki sel-sel
akar tanaman.
(2) Ektomycorhiza, yaitu: Mycorhiza yang perkembangan hifanya tidak memasuki sel-sel
akar tanaman tetapi hanya menyear pada permukaan akan dan memasuki ruang antar sel-sel
akar tanaman, dan
(3) Ektendomycorhiza, yaitu: Mycorhiza yang perkembangan hifanya menyerupai kedua
kelompok Mycorhiza diatas.

D. Jamur Tanah

Jamur tanah adalah mikroorganisme eukariotik yang berbentuk filamen.Cendawan


biasanya terdapat pada tempat-tempat yang banyak mengandungsubstrat organik. Jamur tidak
dapat membuat makanan sendiri. Dengan demikian, jamur memiliki sifat hetetotrof. Kisaran
PH optimal untuk jamur terletak antara 4,5 sampal 6,5. Mereka juga hadir di tanah netral dan
alkali dan beberapa bahkan dapat mentolerir PH melampaul 9.0.

Jamur dapat memperoleh makanan dari materiorganik atau yang telah mati. Caranya
dengan hidup secara parasit, simbiotik, dansaprofit. Jamur tersusun dari benang-benang halus
yang disebut hifa. Hifa memiliki fungsi tertentu yaitu untuk menyerap makanan yang telah
dicerna terlebih dahulu secara ekstraseluler dengan bantuan enzim.

Peranan jamur tanah dapat dibagi menjadi dua bagian, peran


positifdan peran negative

Peranan positif jamur tanah yaitu meningkatkan agregasi tanah sedangkan peran
negatif jamur tanah adalah menyebabkan penyakit bagi tanaman

1. Meningkatkan agregasi tanah

Agregat tanah merupakan kumpulan pasir, pasir halus, tanah liat serta partikel organik
seperti sel mikroba sendiri yang menggumpal karenaadanya gum, polisakarida atau
metabolit laiinya yang disekresi mikroba. Penambahan suspensi jamur menghasilkan

11
tekstur tanah yang cukup padat, keras dan mampu membentuk agregat yang lebih luas
dibandingkan penambahan suspensi bakteri. Peranan jamur berfilamen dalam tanah lebih
penting dibanding bakteri. Jamur berfilamen ini berperan dalam pembentukan humus,
kemantapan agregat dan aerasitanah. Suspense jamur menghasilkan tekstur tanah yang
lebih keras dibandingkan penambahan suspensi bakteri, hal ini dikarenakan jamur
memiliki filamen dan mampu menghasilkan enzim ekstraseluler atau metabolic lain,
sehingga tekstur tanah menjadi keras, jamur mempunyai kemampuan mensitensis.
eksopolisakarida dan humus. Jamur-jamur yang berperan dalam pembentukan agregata
tanah yaitu: Aspergillus sp., Fusarium sp., Phytium dan Actinomycetes

2. Menyebabkan penyakit pada tumbuhan


Rhizoctania salani  adalah jenis jamur yang menyerang bagian akar atau pangkal
batang tanaman tomat, kentang dan menyebabkan penyakit bercak, atau cacar, serta
busuk pada pangkal batang pada tomat serta kentang. Serangan jamur tular tanah
pada tanaman diawali dengan infeksi pda bagian akar atau batang yang berbatasan
dengan permukaan tanah. Infeksi menyebabkan transportasi hara dan air tersumbat
sehingga tanaman layu. Patogen selanjutnya menyebar keseluruhan bagian tanaman
menyebabkan pembusukan. Pada permukaan tanah sekitar tanaman yang terserang
terdapat miselium putih dan sclerotia. Serangan sering terjadi pada musim hujan yang
menyebabkan seluruh tanaman disuatu area menjadi layu.
3. Jumlah jamur tanah membentuk asosiasi mikoriza dengan akar tanaman yang lebih
tinggi dan membantu dalam mobilisasi fosfor tanah dan nitrogen misalnya. Glomus,
Gigaspora, Aculospora, (Endomycorrhiza) dan Amanita, Boletus, Entoloma,
Lactarlus (Ectomycorrhiza).

E. Cacing Tanah

Menurut Hanafiah, Kemas Ali, dkk, 2005 Cacing Tanah merupakan makrofauna
tanah yang berperan penting sebagai penyelaras dan keberlangsungan ekosistem yang sehat,
baik bagi biota tanah lainnya maupun bagi hewan dan manusia

Menurut Khairulman dan Amri, 2009; Suin, 1989 Cacing tanah merupakan hewan
tingkat rendah yang tidak memiliki tulang belakang (avertebrata) dan bertubuh lunak. Hewan
ini paling sering dijumpai di tanah dan tempat lembab, yang banyak mengandung senyawa

12
organik dan bahan mineral yang cukup baik dari alam maupun dari sampah limbah
pembuangan penduduk sebagaimana habitat alaminya. Cacing tanah telah dikenal dari
berbagai familia, yaitu moniligastridae, megascolecidae, eudrillidae, glossocolecidae dan
lumbricidae. Beberapa spesies yang sering ditemui di Indonesia antara lain pontoscolex
corethrurus, drawida sp, peryonix excavatus, megascolex cempii, pheretima posthoma,
pheretima javanica, metaphire javanica dan metaphire capensis

Sumber Ane Ahira diunduh pada September 2019

Secara umum peran cacing tanah telah terbukti sebagai bioamelioran (jasad hayati
penyubur dan penyehat) tanah terutama melalui kemampuannya dalam memperbaiki sifatsifat
tanah, seperti ketersediaan hara, dekomposisi bahan organik, pelapukan mineral, struktur,
aerasi, formasi agregat drainase, dan lain-lain sehingga mampu meningkatkan produktivitas
tanah sebagaimana akan diuraikan berikut ini.

a. Peran Cacing Dalam Siklus Bahan Organik

1. Fragmentator
Sisa tanaman dan bangkai binatang merupakan sumber bahan organik tanah yang
menjadi sasaran makrobia dan mikrobia tanah, baik secara langsung oleh jasad
heterotrifik maupun secara tidak langsung oleh jasad ototrofik. Kecepatan dan
intesitas proses dekomposisi bahan organik mentah tersebut tergantung pada luas
permukaan yang dapat diserang oleh jasad dekomposernya.

2. Pencerna dan Pencampur

13
Ketika sedang makan atau menggali tanah, cacing tanah mencerna lewat ususnya
campuran bahan organik dan anorganik. Tipe Aneciqueik seperti L.terrestris
mengonsumsi bahan organik dalam jumlah besar, L. castaneus dan L. foetida yang
berukuran kecil, pemakan sampah kayu, menghasilkan kotoran yang hampir
semuanya adalah sampah-sampah kayu yang telah hancur; sedangkan A. Longa
dan A. Calignosa sebagian besar memakan tanah sehingga kotorannya hanya
sedikit mengandung bahan organik. Lumbricidae di padang rumput tua Rothamsted
mampu memamah 50-90 ton tanah kering oven/ha.

3. Stimulator Humifikasi
Proses akhir dekomposisi bahan organik disebut Humifikasi, yang merupakan
proses penghancuran dan pencampuran secara kimiawi terhadap partikel-partikel
bahan organik menjadi senyawa kompleks koloid atmorf yang bergugus fenolat
(humus). Hanya sekitar 25% bahan organik mentah yang diubah menjadi
humus.Proses ini dipicu oleh makrofauna tanah berukuran kecil seperti kutu, pinjal,
springtail, dan arthropoda lain, serta dipercepat oleh lamanya bahan organik yang
bercampur tanah melintasi usus cacing tanah.

4. Mineralisasi N
Dalam penyuburan tanah, cacing tanah mampu meningkatkan jumlah N-
termineralisasi yang tersedia bagi tetanaman, terutama berasal dari hasil peruraian
tubuh cacing yang mati. Bangkai cacing tanah cepat membusuk, pada suhu 120C
hanya dalam waktu 2-3 minggu bentuk aslinya menjadi tidak kelihatan. N yang di
suplai ke tanah dari proses pembusukan ini sekitar 3 % dalam bentuk N-organik
sederhana yang mudah larut dan 27% dalam bentuk Norganik kompleks yang
lambat terdekomposisi seperti zat lilin dan protein mikrobial (Satchell, 1967).

5. Nisbah C/N
Nisbah C/N bahan organik merupakan indikator ketersediaan hara yang
dikandungnya, N-mineral hanya tersedia bagi tanaman apabila nisbah ini sekitar
20:1 atau lebih kecil lagi, nisbah yang lebih besar menunjukkan bahwa N-mineral
hanya cukup atau malahan lebih rendah ketimbang yang diimobilisasi oleh

14
mikrobia dekomposer untuk perkembangan dan aktivitasnya. Fenomena inilah
yang menyebabkan sering terjadinya defisiensi atau tidak efisiensinya pemupukan
N di lapangan apabila kita memberikan bahan organik bernisbah C/N tinggi.
Nisbah C/N bahan organik yang ideal adalah yang mendekati nisbah C/N tanah
subur, yaitu 10:1.

a. Peran Cacing Dalam Penyubur Tanah


1. Pendalaman Solum Tanah Subur
Cacing tanah umum bersarang dan membawa makanannya ke dalam liang tanah,
kemudian memakannya bersama dengan tanah yang tercampur padanya. Liang
digali dengan cara melumat tanah ke dalam mulutnya. Melalui aktivitas ini akan
terjadi hal-hal berikut:
a. Perpindahan tanah lapisan bawah ke lapisan atas, yang pada L. terrestris dan A.
Nocturna dapat mencapai hingga kedalaman 150-240 cm, malahan ada yang
hingga 2,75,0 m, tergantung pada tekstur tanahnya, semakin berliat semakin
dangkal, sebaliknya semakin berpasir semakin dalam.
b. Adanya liang-liang ini menyebabkan sistem aerasi dan drainase tanah menjadi
lebih baik sehingga ketersediaan oksigen baik untuk aktivitas mikrobia aerobik
maupun untuk reaksi oksidasi kimiawi tanah membaik, yang pada akhirnya akan
memperbaiki kesuburan biologis maupun kimiawi tanah.
c. Adanya aktivitas keluar-masuk liang yang membawa serasah serta adanya
sekresi lendir (mucus) yang menempel di dinding liangnya, seperti oleh L.
terrestris, A. Longa, dan A. Nocturna, serta kotorannya (bunga tanah), yang
keduanya dapat menjadi substrat bagi mikrobia (terutama fungi) sehingga juga
memperbaiki kesuburan biologis tanah.

2. Agregasi dan Struktur Tanah


Aktivitas cacing tanah yang memengaruhi struktur tanah meliputi :
a. pencernaan tanah, perombakan bahan organik, pengadukannya dengan tanah,
dan produksi kotorannya yang diletakkan di permukaan atau di dalam tanah
b. penggalian tanah dan transportasi tanah dan transportasi tanah bawah keatas
atau sebaliknya

15
c. selama proses a dan c juga terjadi pembentukan agregat tanah tahan air,
perbaikan status aerasi tanah, dan daya tanah memegang air, sebagaimana
diuraikan berikut ini.
Perbaikan struktur tanah tersebut antara lain terlihat dari adanya fakta
bahwa kotoran cacing tanah yang mengandung sejumlah partikel pasir atau
kerikil yang lebih sedikit ketimbang tanah sekitarnya merupakan bukti
kemampuan cacing tanah dalam mencerna atau melumatkan partikel mineral
menjadi lebih kecil.
Fakta lainnya ditemukan Evans bahwa komponen pasir relatif terhadap
debu dan liat pada dua padang rumput yang banyak di huni cacing tanah
meningkat dengan kedalaman tanah. Kemudian, dari percobaan pot, Bassalik
melaporkan bahwa butiran granit pada tanah bercacing tanah menjadi lebih kecil
ketimbang tanah tanpa cacing tanah, demikian pula terhadap batuan basaltik (cit.
Anas, 1990).

3. Bunga Tanah dan Ketersediaan Hara

Cacing tanah merupakan pemakan tanah dan bahan organik segar di permukaan
tanah, masuk (sambil menyeret sisa-sisa tanaman) ke liangnya, kemudian
mengeluarkan kotorannya (bunga tanah) di permukaan tanah. Aktivitas naik-
turunnya cacing ini berperan penting dalam pendistribusian dan penyampuran
bahan organik dalam solum tanah, yang kemudian berpengaruh positif terhadat
kesuburan tanah, baik secara fisik, kimiawi, maupun biologis. Pada kondisi normal,
bunga tanah hasil pencernaan cacing ini adalah sekitar 15 ton/tahun/hektar. Oleh
karena itu, selama periode 75 tahun dapat dihasilkan bunga tanah setebal 20 cm.

16
DAFTAR PUSTAKA

Puspawati, Catur dan Haryono, P. 2019. Modul Penyehatan Tanah. Jakarta: BPPSDMK

Foth, Henry, 1994, Dasar-dasar Ilmu Tanah, Erlangga, Jakarta.

Sarwono Hardjowigeno, Ilmu Tanah, AKADEMIKA PRESINDO, Jakarta, 2003


http://mjh08.blogspot.com/2013/01/makalah-biologi-tanahbahan-organik.html

https://www.academia.edu/6925830/MIKROORGANISME_TANAH

https://www.academia.edu/36092513/Makalah_Jamur_Tanah.doc

17

Anda mungkin juga menyukai