TANAH ALFISOL
Dosen :
Oleh :
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugrah-
Nya penulisan paper ini dapat terselesaikan dengan baik. tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penulisan paper ini hingga
bisa tersusun dengan baik.
Paper ini kami susun berdasarkan sumber-sumber bahasan yang kami peroleh dari
internet, baik bahan ajar ataupun pedoman praktikum.
Kami menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dan kesempurnaan
laporan ini.
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
2.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
2.1 Karakteristik Alfisol.........................................................................................................5
2.1.1. Faktor-Faktor Pembentuk Tanah..............................................................................5
2.1.2 Bahan Induk...............................................................................................................5
2.1.3 Relief..........................................................................................................................5
2.1.4 Iklim...........................................................................................................................6
2.1.5 Organisme..................................................................................................................7
2.1.6 Waktu.........................................................................................................................7
2.1.6 Sifat-sifat tanah..........................................................................................................8
2.2 KLASIFIKASI.................................................................................................................8
2.2.1 Sistem Pusat Penelitian Tanah...................................................................................8
2.2.2 sistem FAO/UNESCO...............................................................................................9
2.2.3 Sistem Taksonomi Tanah/USDA...............................................................................9
2.3 Pemanfaatan Tanah Alfisol............................................................................................12
2.3.1 Potensi......................................................................................................................12
2.3.2 Masalah....................................................................................................................12
BAB 3.......................................................................................................................................14
PENUTUP................................................................................................................................14
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................14
3.2 SARAN...........................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Tanah Alfisol merupakan tanah -tanah yang menyebar di daerah-daerah semiarid
(beriklim kering sedang) sampai daerah tropis (lembap).Tanah ini terbentuk dari proses-
proses pelapukan, serta telah mengalami pencucian mineral liat dan unsur-unsur lainnya dari
bagian lapisan permukaan ke bagian subsoilnya (lapisan tanah bagian bawah), yang
merupakan bagian yang menyuplai air dan unsur hara untuk tanaman. Tanah ini cukup
produktif untuk pengembangan berbagai komoditas tanaman pertanian mulai tanaman
pangan, hortikultura, dan perkebunan. Tingkat kesuburannya (secara kimiawi) tergolong
baik. pH-nya rata-rata mendekati netral. Di seluruh dunia diperkirakan Alfisol penyebarannya
meliputi 10% daratan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Alfisol
Alfisol merupakan salah satu tanah yang banyak mendominasi tanah di Indonesia.
Munir (1996) menyatakan bahwa luas tanah Alfisol di Indonesia mencapai 12.749.000 hektar
menyebar di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Bali, Nusa Tenggara Barat
dan Nusa Tenggara Timur. Karakteristik utama Alfisol adalah banyak mengalami
penimbunan klei (clay) dari horison-horison di atasnya sehingga memiliki kepadatan tanah
tinggi yang sulit ditembus perakaran tanaman, rendahnya kandungan bahan organik, pori
aerasi dan kapasitas memegang air (Wijanarko, 2007; Pathak et al. 2013). Tanah Alfisol
memiliki tekstur yang liat dimana liat tertimbun di horizon bawah akibat dari tercucinya
tanah di horizon atas yang terbawa bersama dengan Gerakan air. Dalam banyak pola alfisol
digambarkan dengan adanya perubahan tekstur yang sangat ekstrim(Foth,1998). Partikel liat
pada lapisan alfisol digerakkan oleh air yang meresap dari horizon A dan disimpan pada
Horizon B/ horizon Argilik. Jenis tanah Alfisol memiliki lapisan solum tanah yang cukup
tebal yaitu antara 90-200 cm, tetapi batas antara horizon tidak begitu jelas. Warna tanah
adalah coklat sampai merah. Tekstur agak bervariasi dari lempung sampai liat, dengan
struktur gumpal bersusut. Kandungan unsure hara tanaman seperti N, P, K dan Ca umumnya
rendah dan reaksi tanahnya (pH) sangat tinggi (Sarief, 1985). Karakteristik Alfisol akan
dijelaskan dari faktor-faktor pembentuk tanah, bahan induk, relief, iklim, b.o/organisme,
waktu, dan sifat-sifat Tanah
2.1.1. Faktor-Faktor Pembentuk Tanah
Dalam proses pembentukan tanah terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhinya yaitu, bahan induk, iklim, topografi, organisme dan waktu. Iklim dan
persentase tertinggi sebagai areal kacang tanah. Bahan induk Alfisol umum- nya adalah batu
kapur sehingga mempunyai pewaris sifat basis yang kuat. Alfisol terbentuk dari bahan induk
yang mengandung karbonat dan tidak lebih tua dari pleistosin. Di daerah dingin hampir
semuanya berasal dari bahan induk berkapur yang masih muda. Di daerah basah bahan induk
2.1.3 Relief
Hubungan antara permukaan geomorfologik dengan jenis tanah di tunjukan oleh
Di daerah beriklim humid (udic) di daerah dengan dengan bahan induk yang terlalu
muda untuk pembentukan oxisol ditemukan asosiasi ultisol,alfisol dan entisol atau inceptiso
temukan tanah udult. Didaerah lereng atas di temukan aquult karna peresapan air yang
rupanya tidak lancar sehingga pengaruh air terhadap sifat-sifat tanah cukup nyata. Dilereng
bawah atau di kaki lereng dimana pengaruh air lebih besar dan pencucian basa terhambat di
Di daerah iklim kering (ustic),proses pembentukan tanah pada bulan kering lebih
lambat di banding pada bulan basah.keadaan ini,di samping sifat bahan induk, dapat
1985) mengemukaan asosiasi alfisol yang mengandung plintthite dengan jumlah yang makin
meningkat dan semakin dangkal karna drainase yang semakin buruk. Tanah yang makin
berkembang dari granit gneis tersebut di horizon B berupa horizon argilik bertekstur liat
dengan nodule (konkresi) besi yang meningkat jumlahnya dengan semakin buruknya dranase.
daerah tropika kering (ustic) banyak di temukan toposekuen (katena) yang terdiri tanah merah
(alfisol) dan tanah hitam (vertisol). Tanah-tanah merah (ustalf) ditemukan di tempat dengan
drainase baik, sedang tanah hitam ustert ditemukan di tempat dengan drainase yang lebih
buruk. Tanah-tanah merah biasanya banyak mengandung kaolinit, sedang tanah-tanah hitam
mengandung montmorilonit.
Karna bahan induk diperkirakan sama,maka pencucian silika dan basa-basa dari
2.1.4 Iklim
Alfisol terbentuk pada iklim koppen Aw,Am dengan tipe curah hujan C,D dan E
(Schmidt dan Ferguson 1951) dengan bulan kering lebih dari tiga bulan.sebagian ditemukan
di daerah beriklim kering dan sebagian kecil di daerah beriklim basah.alfisol ini dapat pula
ditemukan pada wilayah dengan temperatur sedang atau subtropika dengan adanya pergantian
2.1.5 Organisme
Didaerah beriklim sedang seperti di amerika dan eropa, hubungan antara vegetasi
dengan jenis tanah, ditunjukan oleh daerah yang di tumbuhi oleh vegetasi prairi ( padang
rumput), hutan dan peralihan prairi hutan. Tanah yang terbentuk pada padang rumput adalah
mollisols sedang di daerah hutan adalah alfisol. Di antara kedua jenis tanah tersebut di temui
jenis tanah peralihan mollisols-alfisol misalnya tanah argiudolls. Alfisol ditemukan juga di
bawah hutan boreal atau deciduous broad leaf forest misalnya hutan jati.
Peranan organisme lainnya dalam pembentukan tanah alfisol ditunjukan pada tanah
yang tertutup hutan. Cacing tanah (Nielsen dan Hole, 1964 dalam buol et al 1973) dan
hewan-hewan lainnya berperanan dalam proses pencampuran bahan organik ( serasah dan
humus) dengan bahan mineral pada kedalaman 2-10 cm. Siklus unsur hara secara biologis
dari subsoil ke horizon O ka A1 merupakan proses penting pada tanah udalf. Hal tersebut
menyebabkan keadaan netral ( pH6,5-7,0) pada permukaan tanah (A1) dan lebih asam ( pH
4,8-5,8) pada subsoil.konsentrasi residu kalkoreosus dari jaringan cacing tanah dapat dilihat
2.1.6 Waktu
Lamanya waktu pembentukan tanah berbedah-bedah dan dipengaruhi oleh bahan
memerlukan waktu sekitar 5.000 tahun karna lambatnya proses akumulasi liat untuk
membentuk horizon argilik.sedangkan diindonesia berkisar antara 2000 hingga 7500 tahun
dengan tanah alfisol diteliti tingkat kesuburan kimianya, kondisinya menunjukan tingkat
kesuburan kimianya rendah dan pada umumnya memerlukan pemupukan P dan K. pH tanah
Alfisol menunjukan reaksi dari masam hingga netral, dengan kandungan C-organik rendah,
P-tersedia sangat rendah hingga sedang, K-dd rendah hingga tinggi, Ca-dd sedang hingga
tinggi, Mg-dd sedang hingga tinggi, KTK sedang hingga tinggi, dan unsur mikro (Fe dan Zn)
yang tinggi.
Warna tanah alfisol yang terlihat dan diteliti menunjukan warna coklat kemerahan
hinggal merah gelap, kekuatan tanah yang relative rendah yaitu kurang dari 3,75kg F/cm2,
struktur tanah dari butir hingga tiang dan tekstur tanah lempung liat berpasir hingga liat.
2.2 KLASIFIKASI
Pada saat ini di indonesia,untuk survai tanah di beberap tempat banyak digunakan
sistem klsifikasi pusat penelitian tanah,FAO/Unesco (1974) dan Soil taxonomy,(1975)
Berikut ini akan dikemukakan klasifikasi tanah alfisol menurut pusat penelitian
tanah,FAO/Unesco (1974) dan Soil taxonomy (USDA,1975)
2.2.1 Sistem Pusat Penelitian Tanah
Sistem pusat penelitian tanah menggunakan enam katagori yaitu golongan
(order),kumpulan (sub order),jenis (great group),rupa (family),dan seri. Pada katagori
golongan dan kumpulan, tanah di bedakan berdasarkan atas tingkat perkembangan dan
susunan horizon tanah.tanah-tanah di beri nama baru mulai pada katagori jenis tanah (great
group),sehingga nama-nama tanah dalam tingkat golongan (order)dan kumpulan (sub order)
tidak di kenal.pada katagori rendah (rupa dan seri) penciri utamanya adalah tekstur dan
drainase tanah.
Pada mulanya dalam katagori macam,tanah di bedakan berdasarkan atas warna
tanah,tetapi cara ini kemudian di perbaiki karna ternyata warna tanah tidak selalu
menunjukan perbedaan sifat-sifat tanah yang nyata.
Alfisol dalam sistem klasifikasi tanah pusat penelitian tanah (1982) termasuk kepada
nama tanah mediteran yaitu:tanah dengan horizon penimbunan liat (horizon argilik),dan
kejenuhan basa lebih dari 50%.
2.2.2 Sistem FAO/UNESCO
Sistem ini dibuat dalam rangka pembuatan peta tanah dunia skala 1:5.000.000 oleh
FAO/UNESCO.Untuk ini telah di kembangkan suatu sistem klasifikasi dengan dua katagori
katagori yang pertama kurang lebih setara dengan katagori greatgroup ,sedangkan yang kedua
mirip dengan sub grup dalam sistem klasifikasi tanah USDA.katagori yang lebih rendah dan
lebih tinggi tidak dikembangkan.
Untuk pengklasifikasian,digunakan horizon-horizon penciri pada taxonomy tanah USDA dan
sebagian dari klasifikasi tanah ini.nama-nama tanah sebagian di ambil dari nama-nama klasik
terutama nama-nama tanah rusia yang sudah terkena,serta nama-nama tanah yang digunakan
di eropa barat,kanada,Amerika Serikat dan beberapa nama baru yang kusus dikembangkan
untuk tujuan ini misalnya luvisol dan Acrisol.
Dalam sistem klasifikasi FAO/ UNESCO Alfisol termasuk/digolongkan dalam
luvisol. Tanah ini adalah tanah dengan horizon argilik dan mempunyai kejenuhan basa 50%
atau lebih.tidak mempunyai epipedon molik.
Tanah ini umumnya terdapat di daerah sub-humid. Berbagai jenis luvisol,ada delapan
kelompok yang diketahui yang normak adalah orthik luvisol,di daerah tropis terdapat luvisol
dengan plintit pada lapisan 0-125 cm yang disebut dengan plinthik luvisol, yang mengandung
ferri luvisol.terutama di sub-tropika,luvisol memiliki horizon B merah atau coklat yang kuat
yang disebut kalsik luvisol,dan yang mengandung sifat hidromorfil pada lapisan 50 cm atas
disebut gleik luvisol.
2.2.3 Sistem Taksonomi Tanah/USDA
Alfisol adalah tanah-tanah dengan horizon Argilik atau Natrik dengan kejenuhan basa
lebih dari 35 persen.Bila kejenuhan basa sangat tinggi maka makin ke bawa jumlahnya
konstan, sedang bila pada horizon argilik kadarnya tidak tinggi maka jumlahnya harus
bertambah makin ke horizon bawah. Tanah ini memiliki epipedon molik, oxik ataupun
horizon spondik. Juga termasuk pada Alfisol adalah tanah-tanah yang kejenuhan basanya
kurang 35 persen tetapi pada horizon argilik didapatan lidah-lidah horizon albik dan
kejenuhan basa bertambah makin ke horizon bawah.
Klasifikasi Alfisol untuk tingkat katagori tinggi sebagai berikut:
1. Order: Alfisol
Alfisol adalah tanah-tanah dengan sifat:
a) Mempunyai horizon Argilik atau natrik,tetapi tidak terdapat fragipan.
b) mempunyai fragipan yang :
didalam atau di bawah horizon argilik.
memenuhi semua persiaratan sebagai horizon argilik.
mempunyai selaput liat setebal lebih mm pada beberapa bagian.
mempunyai kejenuhan basa 35persen atau lebih (berdasar jumlah kation) pada
kedalaman:
o bila horizon di beberapa bagian mempunyai hue 5 YR atau lebih
kuning,atau value warna, lembab 4 atau lebih,atau value warna kering 1
unit lebih tinggi atau lebih dari value warna lembab, kedalamannya adalah
yang paling dangkal dari kriteria berikut:
1,25 m dibawah batas atas horison argilik.
1,80 m di bawah permukaan tanah; atau.
langsung diatas kontak litik atau paralitik.
o kalau horison argilik mempunyai warna lain atau epipedon mempunyai
susunan besar butir berpasir atau berpasir skeletal,atau kedalamannya
adalah yang paling dalam dari kriteria berikut:
1,25 m dibawah batas atas horison argilik
1,80 m dibawah permukaan tanah; atau
langsung diatas kontak litik atau paralitik.
2. Sub-order aqualf
Sering jenuh air.bila perbaikan drainase dilakukan,masih terdapat tanda-tanda
karatan,kroma rendah,konkresi Fe-Mn.
o Great-group:
Plithaqualf -lebih 50% plinthite pada kedalaman kurang dari 1,25 m
Natraqualf –terdapat horizon natric
Duraqualf - terdapat duripan
Tropaqualf – regim tanah iso
Fragiaqualf- terdapat fragipan
Glossaqualf- Horison albik menyusup (tonguing) ke dalam horison
argilik,dan tidak terdapat duripan
Albaqualf- Tekstur berubah sangat nyata dari horison albik ke argillik
Umbraqual- terdapat epipedon umbrik
Ocraqualf- terdapat epipedon ochric
Tanah alfisols termasuk tanah yang masih muda dan perkembangan tanah belum
lama, sehingga kandungan bahan lluvia dan unsur hara dalam tanah kurang tersedia, maka
solumnya dangkal (10-15 cm) dari permukaan dan di bawahnya merupakan lapisan batuan.
Rendahnya kedalaman solum menyebabkan perkembangan akar terhambat sehingga tanaman
kurang baik pertumbuhannya. Topografi daerah ini yang ekstrim curam menyebabkan rawan
terhadap erosi karena tanah lluvial ini kemampuan untuk mengikat air cukup rendah.
Keadaan topografi yang berlereng berpotensi mengakibatkan erosi terutama menghilangkan
lapisan tanah pada daerah top soil sehingga akan memunculkan lapisan horizon B (Argilik)
ke permukaan yang berakibat kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman karena
menyebabkan sulitnya akar tanaman berkembang sehingga berpotensi menghambat
pertumbuhan tanaman yang diusahakan. Selain itu kandungan bahan organic yang rendah
terutama pada lahan hasil bukaan hutan yang dikonversi menjadi lahan pertanian juga
menjadi kendala utama.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahwa tanah ordo alfisol
secara umum adalah tanah muda yang relative subur untuk penggunaan di bidang
pertanian. Tanah ini mempunyai kejenuhan basa tinggi, kapasitas tukar kation tinggi,
cadangan unsur hara tinggi sehingga mendukung aspek budidaya tanaman dalam
menghasilkan biomassa. Komoditas utama yang sangat cocok untuk diupayakan pada
tanah ordo alfisol adalah golongan palawija dan kacang kacangan. Dalam upaya
pengelolaannya diperlukan upaya pengawetan/ pemanfaatan yang optimal dan tidak
eksploitatif sehingga keberlanjutan dan kemampuan tanah dalam mendukung tindakan
agronomi tetap bisa berlangsung danberkelanjutan.
3.2 Saran
Dengan mengingat potensi tanah alfisol di Indonesia yang cukup baik bagi bidang
pertanian diperlukan penelitian leih lanjut mengenai kesesuaian lahan dan kesesuaian
komoditas tanaman yang diusahakan secara sfesifik lokasi mengingat daerah persebaran
tanah alfisol di Indonesia tidak merata dan dipengaruhi oleh kondisi agroklimat dan
lingkungan yang berbeda beda antar wilayah yang mempengaruhi perbedaan perlakuan dan
pengelolaan.
DAFTAR PUSTAKA
http://semangatgeos.blogspot.com/2011/11/tanah-alfisol.html
https://khulfi.wordpress.com/2014/03/05/tanah-alfisol/
http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wpcontent/uploads/2013/08/48_Andy
%20W_Anna_Dar.pdf
http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/03/bp_no-4_2002_04.pdf