horison yang terbentuk dari hasil iluviasi liat horizon di atasnya. Disebut horison
argilik apabila jumlah penimbunan liat memenuhi kriteria argilik disertai bukti
iluviasi liat berupa selaput liat. Disebut horison kambik apabila jumlah
penimbunan liat tidak memenuhi argilik walaupun ada selaput liat. Atau Jumlah
memenuhi argilik tapi tidak ada selaput liat, atau jumlah tidak memenuhi argilik
Horison Argilik
horison argilik harus memenuhi syarat dalam hal : (1) Tebal horison yang sesuai
dengan tekstur tanahnya, (2) Bukti adanya iluviasi liat sebagai akibat eluviasi liat
dari horison di atasnya, dan (3) Jumlah liat yang tertimbun, sesuai dengan
(a) Salah satu dari : (1) Jika horison argilik mempunyai kelas besar
seluruh tebal horison di atasnya, dipilih yang lebih tebal, atau (2)
menyelaputi dinding pori; atau (3) Adanya selaput liat pada kedua
permukaan ped horisontal dan vertikal; atau (4) Pada irisan tipis,
pemuaian linier sebesar 0,004 atau lebih, dan tanah berada pada
rasio liat halus terhadap liat total pada horison iluviasi adalah 1,2
2. Apabila horison eluviasi masih ada dan tidak terdapat diskontinuitas litologi
(lithologic discontinuity ) antara horison eluviasi dan iluviasi, serta tidak terdapat
lapisan tapak bajak yang berada langsung di atas lapisan iluviasi, maka horison
iluviasi harus mengandung lebih banyak liat total dibanding horison eluviasi, di
(a) Apabila salah satu bagian dari horison eluviasi, dalam fraksi tanah
eluviasi; atau
6
(c) Apabila horison eluviasi, dalam fraksi tanah halusnya
Horison Kambik
alterasi secara fisik, transformasi secara kimia, atau pemindahan bahan, atau
bentuk berikut :
dan
7
(b) Value warna 4 atau lebih dan kroma satu atau
kurang; atau
lebih dari setengah volume tanah, dan memenuhi satu atau lebih
sifat berikut:
antropik, histik, folistik, melanik, molik, plagen, atau umbrik, duripan atau
4. Bukan suatu bagian dari suatu horison Ap, warnanya tidak cukup gelap
bersifat rapuh.
merupakan penciri utama untuk tanah Alfisol dan Ultisol. Namun demikian, kedua
8
ordo tanah ini mempunyai sifat-sifat yang berbeda. Alfisol adalah tanah yang
relatif muda, sehingga pencucian basa-basa dan pelapukan mineral belum begitu
lanjut. Sedangkan Ultisol adalah tanah yang relatif tua, sehingga pencucian
basa-basa dan pelapukan mineral sudah cukup lanjut. Karena itu, Alfisol
mempunyai kejenuhan basa (berdasarkan jumlah kation) yang lebih tinggi, yaitu
35% atau lebih pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah atau kedalam
125 cm dari batas atas argilik. Sementara Ultisol mempunyai kejenuhan basa
(berdasarkan jumlah kation) lebih kecil yaitu kurang dari 35% pada kedalaman
180 cm dari permukaan tanah atau 125 cm dari batas atas argilik, dengan
Alfisol dan Ultisol dapat berkembang dari bahan induk batuan sedimen
maupun bahan volkanik. Soil Survey Staff (1975 ; 1999) mendefinisikan tanah
dengan kejenuhan basa (jumlah kation) pada kedalaman 1,8 meter dari
permukaan tanah, atau 1,25 meter dari batas atas horison argilik, lebih besar
atau sama dengan 35%. Sedangkan tanah Ultisol adalah tanah-tanah dengan
horison akumulasi liat (argilik), dengan kejenuhan basa (jumlah kation) pada
kedalaman 1,8 meter dari permukaan tanah, atau 1,25 meter dari batas atas
Horison penimbunan liat dihasilkan oleh satu atau lebih proses yang
tanah. Pada beberapa tanah iluviasi liat terjadi secara nyata, sementara pada
tanah yang lain, sulit dibedakan dengan liat yang dihasilkan dari proses
pelapukan in situ. Namun menurut Soil Survey Staff (1999) tidak semua proses
9
perbedaan pada sifat-sifat horison argiliknya seperti kandungan liat terakumulasi,
serta ketebalan dan letak horison penimbunan liat dari permukaan, mungkin
tidak ada periode kering yang menghambat aktivitas biologi, adanya horison
argilik masih diragukan. Bukti-bukti iluviasi liat di daerah tropika basah sering
tidak dijumpai dalam horison, sebagai akibat dari proses pencucian yang
ekstensif (Buol et al., 1980), ataupun tidak dijumpai oleh karena kegiatan
argilik, baik pada Alfisol ataupun Ultisol, mencakup dua proses utama yaitu (1)
eluviasi, dan (2) iluviasi liat. Kedua proses tersebut dapat terjadi melalui tiga
tahapan proses yang berlangsung secara berturut-turut yaitu (1) dispersi butir-
butir tanah primer di lapisan atas; (2) translokasi, atau pemindahan liat, dari
iklim dengan intensitas tinggi pada bagian atas solum tanah, sehingga terjadi
terangkut ke bawah oleh air perkolasi, dan diendapkan di horison B, dan (2)
Dispersi
suatu larutan. Partikel-partikel tanah tersebut, yakni liat halus, liat kasar, debu
halus, debu kasar dan lainnya, pada mulanya terikat satu sama lain dengan
10
bahan perekat karbonat, seskuioksida (Al dan Fe), atau bahan organik, sehingga
liat sulit dipindahkan oleh air ke horison lain. Dispersi akan berjalan dengan baik,
bila air tersedia dalam jumlah cukup, dan kondisi memungkinkan terjadinya
seperti karbonat (kapur), besi, dan bahan organik harus tercuci lebih dulu dari
perlu dicuci lebih dulu, agar plasma (liat) menjadi lebih mudah bergerak bersama
dengan air perkolasi. Dengan pencucian karbonat ini, tanah di lapisan atas
dibebaskan.
Pada tanah Ultisol, pencucian basa -basa berjalan ekstensif dan sangat
lanjut, sehingga tanah bereaksi masam dan kejenuhan basa rendah sampai di
lapisan bawah tanah (1,8 m dari permukaan tanah). Di wilayah tropika basah,
karena suhu yang cukup tinggi (>22 0C) dan pencucian yang kuat dalam waktu
yang cukup lama, maka terjadilah pelapukan yang kuat terhadap mineral-mineral
Translokasi
Proses mobilisasi dan translokasi liat dipengaruhi, antara lain oleh jenis
pori (Mohr et al., 1972). Biasanya air tidak tertahan dalam pori non kapiler, akan
tetapi akan bergerak masuk ke dalam bagian tanah yang memiliki pori kapiler.
Jika horison bagian bawah memiliki tekstur lebih kasar, maka air cenderung
tertahan pada bagian atas. Selanjutnya diuraikan pula bahwa bila elektrolit dalam
larutan rendah, maka liat dapat terdispersi. Rendahnya elektrolit dalam tanah
11
dapat disebabkan oleh pelapukan dan pencucian tanah yang terjadi secara
Eswaran dan Sys (1979) menyatakan bahwa proses pemindahan liat berjalan
lebih baik pada tanah yang mengalami kering dan basah bergantian, dibanding
dengan tanah yang terus menerus kering atau terus menerus basah. Selain itu
juga disebutkan bahwa horison argilik terbentuk lebih baik pada tanah
berlempung (loamy) daripada tanah berpasir atau berliat. Kadar liat yang terlalu
sedang kadar liat yang terlalu tinggi pada tanah berliat, menghambat pergerakan
lainnya, atau hanya pada satu horison saja. Kesamaan susunan mineralogi dari
liat halus antara horison eluviasi dan horison iluviasi , terlihat jelas. Sehingga
dari bahan tanah di atas, dan bukan hasil dekomposisi yang kemudian tersintesa
tanah. Kehilangan tersebut biasanya terjadi pada horison atas, dimana prose s
pelapukan terjadi sangat intensif. Dengan demikian, akibat proses tersebut maka
Menurut Buol et al., (1980), translokasi liat pada Alfisol terjadi pada
pada Ultisol terjadi dalam lingkungan yang lebih masam. Selama pemindahan
liat, pada Ultisol sering disertai pemindahan seskuioksida (Al2O3 dan Fe2 O3) dan
bahan organik.
12
Pengendapan
tidak cukup banyak, sehingga tidak dapat meresap lebih jauh ke dalam tanah; (2)
butir-butir tanah yang mengembang dan menutup pori-pori tanah, sehingga air
perkolasi lambat bergerak; (3) penyaringan oleh pori-pori halus yang tersumbat;
(4) flokulasi liat bermuatan negatif oleh besi oksida yang bermuatan positif di
horison Bt, dan (5) oleh kejenuhan basa yang lebih tinggi. Pada tanah masam,
kation Al3+ memiliki kemampuan yang kuat dalam memflokulasi liat. Mobilitas liat
apabila bahan pengikat (seskuioksida atau lainnya) terlarut lebih dahulu. Proses
pembasahan tanah yang kering, dapat memicu kerusakan fabrik tanah dan
mendispersi liat. Dikatakan pula bahwa pada tanah-tanah yang kering secara
periodik, suspensi liat akan bergerak ke bagian bawah, dan berhenti di bagian
tanah yang kering dimana larutan tanah akan diserap oleh butir-butir struktur
tanah (ped). Selama penyerapan tersebut permukaan ped berlaku sebagai filter,
agar liat tidak masuk ke bagian dalam ped. Dengan demikian, liat tersebut akan
menyelaputi ped tanah, membentuk suatu lapisan yang terorientasi dan dikenal
berkaitan dengan akumulasi liat dalam bentuk koloid, selaput liat, atau selaput
tipis liat (clay film). Selaput tipis liat tersusun dari kristal-kristal liat alumino-silikat
iluviasi yang terorientasi, yang oleh Buol dan Hole (1961) disebut dengan clay
skin dan oleh Brewer (1976) disebut illuviation argillan untuk mendeskripsi
13
Mikromorfologi Horison Penimbunan Liat
Tanah Ultisol
mikromorfologi horison argilik tergantung dari distribusi ukuran butir tanah secara
keseluruhan, bukan hanya ditentukan oleh ukuran butir yang tersedia untuk
translokasi, tetapi juga pengaruh dari ukuran pori yang dapat dile wati oleh
partikel iluviasi.
berdrainase buruk. Pada tanah Ultisol yang berdrainase baik, terbentuk horison
iluviasi yang baik, terdiri dari free packing skeleton grain yang sebagian besar
dari sangat sedikit sampai sangat tinggi persentasinya. Juga dijumpai, setiap pori
diselaputi atau diisi oleh liat, sedangkan pada bagian lainnya kandungan argilan
dijumpai secara sporadik. Argilan dijumpai juga pada bidang permukaan pori di
antara vugh dan packing void, tapi agak jarang pada channel voids . Argillan
tersebut terdapat sebagai selaput pada pori yang berukuran besar, dan sebagai
kuning pucat. Bila liat kaolinit dominan, keteraturan susunan atau struktur bahan
halus atau plasmik fabriknya (plasmic fabric ) cenderung insepik atau undulik,
14
plasmanya tampak berlilin (waxy). Bila matriks tanahnya kaya seskuioksida,
maka insepik plasmik fabrik akan tertutup dan berubah menjadi isotik. Warna
plasma berkisar dari merah ke kuning. Butiran kasarnya (skeleton grain) terdiri
dari mineral yang resisten, didominasi oleh kuarsa dan sedikit mineral mudah
Pada tanah Ultisol yang berdrainase buruk, pada zona dimana air tanah
pucat, dari kelabu sampai kuning pucat. Pada zona dimana terjadi oksidasi besi,
maka argilan tampak berwarna merah atau bintik-bintik merah. Laminasi dari
mengisi ke dalam pori (infilling vugh dan channel void). Plasma yang selalu ada,
pada Ultisol yang berdrainase baik, dengan warna interferensi kuat. Pada tanah
yang selalu jenuh air (permanen), ion ferro dijumpai dan memberi warna
kehijauan dan kebiruan. Pada horison yang jenuh air, textural feature seringkali
dijumpai dalam bentuk interkalasi, yakni tidak berkaitan dengan pori, dan
Tanah Alfisol
mikromorf ologi yang jelas pada horison argilik yang ditemukan di tanah Alfisol
berpasir, berlempung, dan berliat. Pada tanah Alfisol yang teksturnya berpasir,
butiran partikel pada horison argilik diselaputi dan dihubungkan oleh liat yang
15
teriluviasi. Beberapa kasus penyelaputan memiliki warna interferensi yang kuat,
tapi pada beberapa tanah penyelaputan dapat berupa campuran partikel yang
memberikan warna interferensi yang lemah. Sering dijumpai bahwa seluruh liat
partikel yang jelas antara selaput liat dan matriks tanah, yang disertai dengan
bireferen yang baik dari selaput, dan mudah untuk diidentifikasi. Kenampakan
mikromorfologi selaput liat dari horison argilik pada tanah bertekstur sedang ini
adalah adanya orientasi liat yang jelas, tekstur yang kontras, dan batas yang
Pada tanah yang berliat, identifikasi selaput liat sulit dilakukan. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal berikut: (1) Sulit membedakan matriks tanah
dengan liat yang diiluviasi, karena memiliki tekstur yang sama; (2) Adanya
kembang kerut tanah (pada tanah yang mengandung mineral 2:1), selaput liat
hampir sama dengan penyelaputan pori oleh liat iluviasi. Khalifa dan Buol (1968)
mempelajari genesis selaput liat pada tanah Typic Hapludult menemukan bahwa,
komposisi selaput liat pada horison argilik sama dengan yang berada pada
horison A. Dikatakan pula bahwa, selaput liat berada secara kontinyu pada
buruk berbeda dengan tanah-tanah yang berdrainase agak buruk sampai agak
baik. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Nettleton et al. (1968), bahwa
pada tanah yang berdrainase sangat buruk keberadaan argilan sangat sedikit,
sebaliknya meningkat pada tanah yang berdrainase buruk sampai agak baik.
Dikatakan pula bahwa papule umum dijumpai pada tanah yang berdrainase
sangat buruk, sebaliknya sangat sedikit pada tanah-tanah yang berdrainase baik.
16
Tanah Inceptisol
maka studi mikromorfologi pada horison ini sangat jarang dilakukan. Namun
sesuai dengan definisi dari horison tersebut, maka struktur tanah merupakan
berikut:
Ditemukan pula str uktur gumpal membulat dengan ukuran halus. Terdapat
adalah tubular.
tanah yang memiliki horison kambik berkapur biasanya dijumpai skeleton yang
Aurosseau et al., 1985, menjumpai bahwa, pada horison kambik pada tanah
berkapur memiliki jenis pori packing void, planes, dan vughs. Terdapat banyak
mengandung fragmen besi yang berwarna merah, fragment bahan organik yang
17
berwarna abu-abu atau hitam. Plasma berwarna kecoklatan dengan birefringen
katakan pula oleh Jenny (1941) bahwa bahan induk adalah keadaan tanah pada
waktu nol (time zero) dari proses pembentukan tanah. Di daerah tropika basah,
selain faktor iklim, bahan induk merupakan faktor pembentuk tanah yang paling
liat dapat dipengaruhi oleh bahan induk. Jika bahan induk mengandung mineral
yang mudah lapuk maka akan menghasi lkan banyak liat, sebagian liat akan
bahan induk sukar dilapuk maka hanya sedikit liat yang terakumulasi pada
horison B. Karena horison argilik terbentuk dengan laju yang relatif lambat, maka
permukaan geomorfik haruslah relatif stabil dan dalam periode yang lama.
batuan volkanik dan biotit me njadi sumber utama fraksi liat. Perbedaan tekstur
pada tanah tersebut akibat iluviasi liat, selain pelapukan dan pembentukan baru
(neoformation).
Darmaga, yang terbentuk dari bahan induk volkan dengan batas atas horison Bt
18
pada kedalaman 36 cm dan batas bawah 113 cm dari permukaan. Dikatakan
horison argilik tersebut terjadi secara kontinu dan tidak diselingi batuan, mineral
tebal horison argilik sekitar 40 cm dan mineral liat yang dominan adalah haloisit.
Alghan (1980) mengklasifikasi tanah pada suatu lereng yang berasal dari bahan
dan Aquic Tropudalf (Bt 10-51 cm), dan Vertic Tropudalf (Bt 10 55 c m), mineral
tanah berargilik dengan bahan induk sedimen dan volkanik di Indonesia masih
sangatlah terbatas.
Tanah Alfisol
Kemudian terjadi eluviasi liat di horison A dan liat tersebut di endapkan di horison
horison B. Proses terakhir adalah tersusunnya bahan kasar di atas bahan halus
19
Morfologi yang menonjol pada tanah Alfisol adalah adanya horison
eluviasi dan iluviasi. Thorp dan Smith (1959) menyimpulkan bahwa eluviasi liat di
terjadinya perbedaan tekstur antara kedua horison ini. Rust (1983) menyatakan
bahwa horison permukaan pada tanah Alfisol ditandai dengan warna tanah yang
terang. Pada tanah yang tidak diolah seperti hutan, jatuhan daun merupakan
sumber bahan organik tanah. Pada horison ini belum terjadi perkembangan
tanah-tanah lain, membutuhkan periode waktu dimana solum atau bagian solum
koloid yang terlarut di bagian atas solum kemudian dapat terendapkan pada
permukaan struktur, di dala m pori, maupun pada lubang akar. Bartelli dan Odell
menjadi lebih dalam pada tanah-tanah yang bertekstur kasar. Penelitian tentang
horison argilik oleh Nettleton et al. (1975) diperoleh bahwa jika horison argilik
terbentuk akibat proses translokasi liat, maka pada horison tersebut tidak hanya
mengandung lebih banyak liat dari horison A tetapi harus lebih banyak
mengandung liat halus. Selanjutnya dikatakan pula bila pada horison tersebut
tidak terjadi proses pengembangan dan pengkerutan yang jelas maka harus
Tanah Ultisol
sebagai Ultisol.
20
Banyak Ultisol terutama yang terletak pada lahan yang stabil tidak
memiliki selaput liat seperti yang dikemukakan oleh Gamble et al. (1970). Ultisol
di daerah tropik cenderung memiliki horison E yang bertekstur agak lebih halus,
mengandung lebih banyak bahan organik dan besi, dibanding Ultisol yang
kedalaman. Hal ini menunjukkan bahwa siklus biologi terjadi bersamaan dengan
terang (epipedon okrik). Biasanya dijumpai lapisan yang hitam (10 cm) yang
menunjukkan adanya proses melanisasi pada Ultisol. Proses ini disertai proses
mineralisasi yang sangat cepat pada tanah Ultisol yang berdrainase baik.
Kandungan bahan organik yang relatif tinggi dijumpai pada Ultisol yang
dapat diklasifikasikan ke dalam ordo Ultisol jika bahan yang berada di lapisan
adalah 125 cm (50 inci) di bawah permukaan argilik atau pada kedalaman 180
cm (72 inci) di bawah permukaan tanah, pilih mana yang lebih dangkal, bila
tanah tidak ada kontak litik atau paralitik yang lebih dangkal dari kedalaman
21
mengantisipasi perubahan dalam klasifikasi tanah karena praktek pengelolaan
tanah.
Dua kenampakan yang umum tapi tidak harus ada pada Ultisol adalah
plintit dan fragipan. Plintit dapat muncul pada horison bawah permukaan di
Ultisol yang berkembang pada lansekap yang tua dan stabil. Gamble et al.
(1970). Sumber daripada plintit adalah bercak yang berwarna merah terang,
tersebut mengeras dan tidak dapat balik (irreversible). Namun tidak semua
bercak merah di dalam tanah akan mengeras menjadi plintit. Dari banyak
dijumpai pada banyak Ultisol, hanya apabila menjadi pembatas drainase yang
dimasukkan pada sistem taksonomi, yakni berada sekitar 10 15% dari volume
horison tanah.
berdrainase buruk. Fragipan sama halnya dengan lapisan plintit, dapat menjadi
sebagai pembatas pergerakan air di dalam tanah. Pada Ultisol fragipan menjadi
baur dengan lapisan plintit dimana bercak kelabu terjadi pada zona seperti
bercak plintit yang berwarna merah. Fragipan juga dapat ditemukan tanpa
adanya plintit, dimana terdapat dalam bentuk warna kelabu. Adanya fragipan
pada Ultisol telah dilaporkan oleh Daniels et al. (1966); Nettleton et al. (1968);
Soil Survey Staff, (1960) namun genesis daripada fragipan masih belum jelas.
Morfologi tanah Ultisol sama dengan tanah Alfisol dalam hal adanya
horison eluviasi dan iluviasi liat. Typic Hapludult paling banyak ditemukan.
Epipedon okrik terdapat di atas horison argilik yang berwarna merah, coklat
kekuningan, dan coklat kemerahan. Secara ideal horison yang ada pada tanah
22
Ultisol adalah A, E, BE, Bt, BC, dan C. Peningkatan liat bertambah secara
berangsur dari bagian atas horison B menjadi maksimum pada bagian atas
ekstensif dan pencucian basa -basa, pembentukan dan translokasi liat, akumulasi
mineral sangat berpengaruh pada morfologi dan sifat-sifat lain dari Ultisol.
23