Anda di halaman 1dari 14

Praktikum

MANEGEMEN AGROEKOSISTEM

Indikator Kesuburan Tanah

Disusun Oleh:

Nama : Nadya Awaliah

NIM : 155040201111216

Kelas : I

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
1. Kesuburan Tanah
1.1 Indikator Kesuburan Tanah

Gambar 1. Indikator Kesuburan Tanah


Tanah bersama air dan udara merupakan sumber daya alam utama
yang sangat mempengaruhi kehidupan. Tanah mempunyai fungsi utama
sebagai tempat tumbuh dan berproduksi tanaman. Kemampuan tanah
sebagai media tumbuh akan dapat optimal jika didukung oleh kondisi
fisika, kimia dan biologi tanah yang baik yang biasanya menunjukkan
tingkat kesuburan tanah (Arifin, 2011).
Tingkat kesuburan tanah yang tinggi menunjukkan kualitas tanah
yang tinggi pula. Kualitas tanah menunjukkan kemampuan tanah untuk
menampilkan fungsi-fungsinya dalam penggunaan lahan atau ekosistem,
untuk menopang produktivitas biologi, mempertahankan kualitas
lingkungan, dan meningkatkan kesehatan tanaman, binatang, dan
manusia (Winarso, 2005). Berdasarkan pengertian tersebut, sangat jelas
kualitas tanah sangat erat hubungannya dengan lingkungan, yaitu tanah
tidak hanya dipandang sebagai produk transformasi mineral dan bahan
organik dan sebagai media pertumbuhan tanaman tingkat tinggi, akan
tetapi dipandang secara menyeluruh yaitu mencakup fungsi-fungsi
lingkungan dan kesehatan.
Nurhajati dkk (1968), menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kesuburan tanah yaitu, ketersediaan unsur hara yang
cukup dan berimbang, kondisi tata air tanah yang optimal, kondisi udara
tanah yang optimal dan kondisi mikrobia tanah yang baik. Tingkatan
kesuburan tanah tanah juga berkaitan dengan 3 sifat fisik tanah yaitu sifat
kimia tanah, fisika tanah dan biologi tanah. Ketiganya berperan penting
dalam hal penyediaan unsur hara bagi tanaman.
Berbeda dengan pendapat sebelumnya, menurut Nasih (2007)
tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung faktor
pembentuk tanah yang merajai di lokasi tersebut, yaitu: bahan induk, iklim,
relief, organisme, atau waktu. Tanah merupakan fokus utama dalam
pembahasan kesuburan tanah, sedangkan tanaman merupakan indikator
utama mutu kesuburan tanah.
Ahmad (2010) mengatakan bahwa untuk menyebutkan apakah
status tanah itu subur atau tidak subur, maka haruslah dikaitkan dengan
keadaan sifat fisik dan kimia tanahnya (kesuburan secara fisik dan kimia),
karena bisa saja tanah itu subur secara fisik tetapi secara kimia tidak dan
sebaliknya. Jadi tanah yang benar-benar subur itu adalah apabila
didukung oleh faktor-faktor pertumbuhan, salah satu diantaranya sifat fisik
dan kimia tanahnya juga dalam kondisi yang baik, karena sifat fisik dan
kimia tanah itu saling mempengaruhi satu sama lain.
1.1.1 Sifat Fisika
Sifat fisik tanah yang terpenting adalah solum, tekstur, warna,
struktur, kadar air tanah, drainase dan porositas tanah.
1.1.1.1 Solum
Solum adalah kedalaman tanah yang menunjukkan ketebalan
tanah yang diukur dari permukaan sampai batuan induk bumi. Kegunaan
solum tanah ini adalah bahwa ketebalan solum tanah sangat menentukan
perkembangan akar, bila solum tanah tipis makan perkembangan akar
akan terhambat dan sebaliknya. Solum ini terbagi dalam horizon-horizon
tanah. Adapun tata nama horizon & sifatnya, antara lain :
1) Horizon O yaitu:
a. Terbentuk di atas tanah mineral
b. Didominasi oleh bahan organik yang segar atau sebag telah
terdekomposisi
c. Mengandung >30% B.O. jika fraksi lempung > 50%, atau >20%
B.O. jika tidak mengandung fraksi lempung
2) Horizon A : lapisan mineral yg terdiri atas :
a. Horizon dimana B.O. terakumulasi
b. Horizon yang kehilangan lempung, Fe, Al, (horizon eluviasi)
sebagai tinggal mineral 2x yang resisten seperti kuarsa
c. Transisi antara horison B & C
3) Horizon B memiliki 1 atau lebih sifat-sifat seperti di bawah ini :
a. Merupakan horizon illuviasi (hor. Pengendapan) lempung, silikat,
Fe, Al, atau humus yg berasal dari Hor. A
b. Adanya akumulasi sesquioksida dari lempung silikat, karena
terlindinya karbonat atau garam-garam terlarut
c. Adanya coating (mantel) mineral-mineral sesquioksida yang
berwarna gelap, atau kemerahan
d. Mulai terbentuknya struktur granuler, gumpal atau prisma karena
adanya proses alterasi yaitu terbentuknya lempung- lempung silikat
ataupun pembebasan oksida.

Gambar 2. Horizon Tanah


4) Horizon C :
Merupakan lapisan mineral yg sifat-sifatnya masih menyerupai
bahan induknya atau batuan induk yang telah mengalami pelapukan
5) Horizon R : Lapisan batuan induk
Solum tanah tidak dapat direkayasa, karena kedalaman solum
tanah sangat tergantung dari perkembangan tanah (umur tanah),
sehingga solum tanah merupakan faktor yang permanen. Semakin atas
horizon tanah (horizon O), memiliki tingkat kesuburan yang tinggi pada
tanah tersebut.
1.1.1.2 Tekstur
Tekstur tanah adalah proporsi relatif dari partikel pasir, debu dan liat
(jumlah ketiganya 100%). Dalam tekstur tanah, bahan organik tanah
bukan merupakan bagian dari tekstur tanah, tetapi bersama-sama dengan
kandungan bahan organik tanah, tekstur tanah digunakan dalam
pedotransfer functions. Tekstur tanah ini diproporsikan dalam kelompok
dalam kelas tekstur sesuai dengan segitiga USDA.
Tekstur tanah ditentukan di lapangan dengan cara melihat gejala
konsistensi dan rasa perabaan. Hubungan antara tekstur dan kesuburan
tanah tidak selalu ada meskipun tekstur tanah dapat menentukan atau
berpengaruh dalam beberapa hal berikut.
1. Pengerjaan tanah, misalnya tanah berpasir di daerah iklim basah
biasanya cepat terurai. Selain itu, tanah tersebut berkapasitas
rendah dalam menahan air, sehingga mudah mongering. Dengan
menambah bahan-bahan organis, maka kesuburan tanah tersebut
dapat ditingkatkan.
2. Pengerjaan tanah berpasir di daerah beriklim kering (arid). Tanah di
sini meskipun kadar bahan makanannya cukup tinggi, tetapi nilai
kesuburannya rendah karena minimnya presipitasi, pencucian, dan
rendahnya kapasitas menahan air.
Tekstur tanah ini sangat berpengaruh pada proses pemupukan,
terutama jika pupuk diberikan lewat tanah. Pemupukan pada tanah
bertekstur pasir tentunya berbeda dengan tanah bertekstur lempung atau
liat. Tanah bertekstur pasir memerlukan pupuk lebih besar karena unsur
hara yang tersedia pada tanah berpasir lebih rendah. Disamping itu
aplikasi pemupukannya juga berbeda karena pada tanah berpasir pupuk
tidak bisa diberikan sekaligus karena akan segera hilang terbawa air atau
menguap. Hal ini dikarenakan tekstur tanah mempengaruhi :
Pergerakan dan retensi air
Pergerakan udara tanah
Serapan hara dan bahan pencemar (pollutans)
Mudah tidaknya tanah diolah
1.1.1.3 Warna tanah
Warna adalah petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Biasanya
perbedaan warna permukaan tanah disebabkan oleh perbedaan
kandungan bahan organik. Semakin gelap warna tanah semakin tinggi
kandungan bahan organiknya. Warna tanah dilapisan bawah yang
kandungan bahan organiknya rendah lebih banyak dipengaruhi oleh
jumlah kandungan dan bentuk senyawa besi (Fe). Di daerah yang
mempunyai sistem drainase (serapan air) buruk, warnah tanahnya abu-
abu karena ion besi yang terdapat di dalam tanah berbentuk Fe2+.
Sehingga pada warna tanah gelap dapat disimpulkan memiliki tingkat
yang tinggi.
1.1.1.4 Struktur

Gambar 3. Struktur Tanah


Struktur adalah susunan partikel pasir, debu dan liat menjadi
satuan yang lebih besar (agregat atau ped; ped adalah agregat tunggal).
Adapun pentingnya struktur tanah dalam kesuburan tanah antara lain :
1. Meningkatkan infiltrasi air, jadi mengurangi limpasan permukaan
(runoff) dan erosi serta meningkatkan jumlah air tersedia untuk
tanaman
2. Meningkatkan daya perkecambahan biji, pertumbuhan akar, dan
kedalaman perakaran.
d. Meningkatkan pemeabilitas
Pada struktur tanah yang remah (ringan), pada umumnya
menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan
waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat.
Jumlah dan panjang akar pada tanaman rerumputan yang tumbuh pada
tanah remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman
rerumputan yang tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan
perkembangan akar pada tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat per
satuan waktu dibandingkan akar tanaman pada tanah padat, sebagai
akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap pori-pori tanah yang
memang tersedia banyak pada tanah remah.
Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara
maksimal pada tanah yang berpori, dibandiangkan pada tanah yang
padat. Sebaliknya bagi tanaman makanan ternak yang tumbuh pada
tanah yang bertekstur halus seperti tanah berlempung tinggi, sulit
mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar untuk menyebar akibat
rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan mengalami kesulitan untuk
menembus struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak
berkembang dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah
merupakan salah satu faktor utama pembentuk agregat tanah.
1.1.1.5 Kadar air tanah
Kadar air tanah ini sangat menentukan resistensi tanah pada
berbagai kandungan air terhadap manipulasi mekanis. Dalam hal ini
partikel tanah akan bergerak lebih mudah jika pada tanah basah, air
berperan sebagai pelumas.
Pada kadar air tanah, tanah dinyatakan dalam 3 tingkatan
kelembaban tanah, yaitu :
1. Basah: Tidak lekat, agak lekat, lekat, sangat lekat, Tidak plastis,
agak plastis, plastis, sangat plastis)
2. Lembab: Sangat rapuh, rapuh, teguh ,sangat teguh
3. Kering: Lepas, lunak, agak keras, keras, sangat keras
1.1.1.6 Drainase
Drainase adalah frekuensi dan durasi (lama) kejenuhan (waktu
pada kondisi tanah tergenang) dengan dipengaruhi oleh posisi landscape
dan permeabilitas (kemampuan tanah untuk mengalirkan air atau udara;
dinyatakan dalam cm air/jam). Permeabilitas dipengaruhi oleh tekstur dan
struktur. Jika permeabilitas tinggi, air bergerak cepat dan jika
permeabilitas rendah, air bergerak lambat. Drainase ini sangat
menentukan sedikit atau banyaknya kandungan air pada tanah.
1.1.1.7 Porositas tanah
Porositas tanah merupakan pori yang terdapat pada tanah. Pada
porositas ini, sangat ditentukan oleh pada partikel maupun agregat suatu
tanah. Porositas tanah sangat menentukan mudah tidaknya air masuk ke
dalam tanah, sehingga menentukan jumlah kandungan air pada tanah.
Porositas terdiri atas pori makro dan pori mikro. Pada tingkat kesuburan
tinggi, porositas yang baik meliputi pori makro terisi oleh air dan pori mikro
terisi oleh udara bebas (oksigen).
1.1.2 Sifat Kimia
Sifat kimia tanah meliputi kadar unsur hara tanah, reaksi tanah
(pH), kapasitas tukar kation tanah (KTK), kejenuhan basa (KB), dan
kemasaman.
1.1.2.1 Kadar unsur hara
Unsur hara sangat berpengaruh dalam kesuburan tanah. Hal ini
didasarkan pada penilaian status kesuburan tanah yang mutlak diperlukan
untuk menentukan jenis dan jumlah unsur hara yang diperlukan oleh
tanaman. Kadar unsur hara harus tersedia dari dalam tanah yang meliputi
unsur makro dan mikro. Unsur unsur tersebut harus seimbang dan
sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman agar dapat dikatakan
sebagai suatu tanah yang memiliki tingakat kesuburan yang optimum.
Apabila suatu tanah memiliki tingkat kesuburan yang kurang atau minim,
akan dapat terlihat tanaman tersebut terjadi defisiensi ketika ditanam pada
tanah tanah tersebut.
1.1.2.2 pH tanah
pH menentukan mudah tidaknya unsur hara diserap tanaman.
Pada tanah masam unsur P sulit untuk diserap tanaman karena difiksasi
oleh Al dan pada tanah alkali unsur P difiksasi Ca. pH juga dapat
menunjukkan adanya unsur beracun. Pada tanah masam banyak dijumpai
ion Al dalam tanah, yang dapat mengikat P, dan merupakan racun bagi
tanaman. Pada tanah masam unsur Fe, Mn, Zn, Cu dan Co mudah larut,
maka tanaman dapat keracunan. Pada tanah alkalis, Mo dan B menjadi
racun bagi tanaman. pH ini mempengaruhi perkembangan
mikroorganisme. Bakteri berkembang dengan baik pada pH >5.5. Fungi
berkembang pada segala tingkat pH, tetapi pada pH > 5.5, fungi harus
bersaing dengan bakteri, jadi lebih dominan pada pH <5,5. Sehingga
untuk mencapai diperlukan pH > 5,5 atau lebih tepatnya pH 6,0-6,5 untuk
mendapatkan tingkat kesuburan optimal dengan menekan tingkat
organisme dan fungi dengan unsur hara mudah diserap oleh tanaman
karena sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air.
1.1.2.3 KTK (kapasitas tukar kation) tanah
Kapasitas Tukar Kation (KTK) adalah jumlah kation dapat ditahan
tanah. Makin tinggi KTK tanah, makin tinggi pula kemampuan tanah
menyimpan hara tanaman. Kation ini sendiri adalah ion bermuatan + ,
yaitu antara lain Ca2+, Mg2+, K+, NH4+. KTK dapat meningkat karena
beberapa faktor, yaitu :
1. Meningkatnya jumlah liat
2. Meningkatnya jumlah bahan organic
3. Meningkatnya pH tanah
Pertukaran kation kemampuan tanah untuk menahan unsur hara
dan mencegahnya hilang karena pencucian. Pada pertukaran ini, makin
banyak kation dipertukarkan maka tanah lebih subur atau kesuburan
tanah menjadi tinggi.
1.1.2.4 KB (kejenuhan basa)
Kejenuhan basa (KB) adalah perbandingan antara jumlah kation
basa dengan jumlah semua kation (kation asam dan basa) dalam komplek
jerapan koloid. Kation basa ini merupakan hara yang diperlukan tanaman,
tanah subur ditunjukkan oleh KB tinggi (karena kation basa tidak banyak
tercuci) dikarenakan KB terkait erat dengan pH tanah, tanah masam KB
lebih rendah dibanding tanah alkalis. Pada tanah KB rendah komplek
serapan banyak diisi Al3+ dan H+ (basa), terutama Al3+. Sehingga dapat
menjadi racun bagi tanaman dan inilah yang menjadi kasus tanah-tanah
masam di Indonesia. Untuk mendapat kesuburan tanah yang optimum,
diperlukan KB pada tanah yang tinggi.
1.1.2.5 Kemasaman
Kemasaman terjadi jika nilai pH tanah berada pada kisaran 0-6
dengan mengandung ion H+ lebih besar daripada ion OH-, Tanah bersifat
asam karena berkurangnya kation Kalsium, Magnesium, Kalium dan
Natrium. Unsur-unsur tersebut terbawa oleh aliran air kelapisan tanah
yang lebih bawah atau hilang diserap oleh tanaman.
Kemasaman tanah merupakan hal yang biasa terjadi di wilayah-
wilayah bercurah hujan tinggi yang menyebabkan tercucinya basa-basa
dari kompleks jerapan dan hilang melalui air drainase. Pada keadaan
basa-basa habis tercuci, tinggallah kation Al dan H sebagai kation
dominant yang menyebabkan tanah bereaksi masam. Hal tersebut banyak
terjadi pada daerah rawa seperti tanah gambut ditemukan pH dibawah 3
karena banyak mengandung asam sulfat. Pada tingakat kesamaan ini,
tingkat kesuburan relatif lebih rendah pada tanaman.
1.1.3 Sifat Biologi
Sifat biologi tanah meliputi bahan organik tanah, flora dan fauna
tanah (khususnya mikroorganisme penting seperti bakteri, fungi dan
Algae), dan interaksi mikroorganisme tanah.
1.1.3.1 Bahan organik tanah (BOT)
BOT merupakan salah satu komponen tanah yang sangat penting
bagi ekosistem tanah. BOT ini sendiri berperan sebagai sumber (source)
danpengikat (sink) hara dan sebagai substrat bagi mikroba tanah. BOT
merupakan kunci keberhasilan sistem pertanian berkelanjutan karena
memiliki tingkat kesuburan tinggi sesuai dengan tingginya tinggak
tersedianya BOT itu sendiri. Adapun fungsi dari BOT antara lain :
1. penyedia unsur hara (via dekomposisi dan mineralisasi),
2. pemacu aktivitas organisme tanah; memperbaiki agregasi tanah
dan mengurangi resiko erosi,
3. pengikat unsur beracun pada tanah masam (misal Al);
meningkatkan kapasitas penyangga tanah; kaitannya dengan
efisiensi penggunaan unsur hara (termasuk pupuk)
1.1.3.2 Flora dan fauna tanah

Gambar 4. Fauna Tanah


Flora dan fauna tanah merupakan makhluk hidup yang hidup di
tanah. Flora dan fauna ini sangat mempengaruhi akan kesuburan tanah.
Adapun flora tanah ini meliputi mikroflora atau mikroorganisme tanah,
yaitu :
a) bakteri (bacteria)
b) aktinomisetes (actinomycetes)
c) ganggang (algae)
d) jamur (fungi)
e) virus
Dan pada fauna tanah ini sendiri meliputi :
a) Mikrofauna
b) Mesofauna
c) Makrofauna
Kedua makhluk hidup tersebut bersama-sama akar tanaman,
membentuk komponen biota yang berperan penting dalam proses
biogeokimia dalam tanah dengan berperan dalam :
1. Pencucian / pelindian (leaching) senyawa mudah larut
2. Katabolisme (catabolisms) organisme perombak
3. Pelumatan (comminution) bahan oleh fauna tanah.
Ketiga proses ini yang akan membentuk bahan organik tanah yang
berfungsi untuk kesuburan tanah.
1.1.3.3 Interaksi mikroorganisme
Interaksi mikroorganisme merupakan kontak langsung antara
mikroorganisme dengan tanah secara langsung. Interaksi ini menjadikan
terjadinya proses aliran energi dan dekomposisi bahan organik dan siklus
hara pada tanah yang sangat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah.
Semakin tinggi interaksi yang terjadi, maka makin tinggi pula tingkat
kesuburannya. Adapun fungsi dari keduanya adalah sebagai berikut.
1. Aliran energi dan dekomposisi bahan organic
Aliran energi terkait erat dengan proses akumulasi dan
dekomposisi bahan organic
Jumlah bahan organik yang diperoleh dalam suatu ekosistem dapat
digunakan sebagai ukuran produktivitas ekosistem tersebut
Proses dekomposisi sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan;
mikroba paling dominan cendawan dan bakteri
2. Siklus Hara : sebagai pertukaran unsur kimia antara bagian
ekosistem yang mati ke bagian yang hidup disebut siklus hara,
pada skala global disebut biogeokimia

Tanah yang mempunyai nilai produktivitas yang tinggi, tidak hanya terdiri
dari bagian padat, cair dan udara saja, tetapi harus ada jasad hidup yang
merupakan organisme hidup. Sebaliknya aktivitas organisme tanah
dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :
1. Iklim
Organisme tanah lebih banyak ditemui jumlah (populasi)-nya dan
keragamannya pada tanah didaerah yang mempunyai curah hujan dan
temperatur yang tinggi dibandingkan di daerah yang mempunyai curah
hujan dan temperatur rendah.
2. Vegetasi
Dimana pada lokasi tanah-tanah hutan ditemui organisme yang lebih
banyak dan lebih beragam dibandingkan pada lokasi padang rumput.
3. Tanah
Tingkat kemasaman, kandungan hara, dan umur tanah dapat
mempengaruhi organisme dalam tanah. Bakteri lebih banyak ditemui pada
daerah yang berkemasaman sedang (normal), sedangkan
jamur/cendawan lebih banyak pada tanah yang kemasaman rendah
(masam). Tanah-tanah yang diberi kapur dan pupuk, umumnya lebih
banyak populasi organismenya. Pada tanah yang belum terjamah
(hutan), populasi dan keragaman organisme nya lebih banyak
dibandingkan pada tanah-tanah tua.
Dari hasil paper yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa
tingkat kesuburan tanah sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah yang
meliputi sifat fisika, kimia, dan biologi pada tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arina Hairunnisa. 2011. Dampak Debu Vulkanik Letusan Gunung


Sinabung Terhadap Ketersediaan dan Serapan Hara P Oleh
Tanaman Jagung Serta Terhadap Respirasi Mikroorganisme Pada
Tanah Dystrandepts. Skripsi Departemen Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Dwiastuti, Sri. 2012. Kajian Tentang Kontribusi Cacing Tanah Dan


Perannya Terhadap Lingkungan Kaitannya Dengan Kualitas Tanah.
Prodi P.Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Sebelas Maret.
Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP UNS.
Hakim, Nurhajati., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul,
M.A.Diha, G.B.Hong dan H.H.Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Universitas Lampung. Lampung. 488.
Kartasapoetra, A.G. 1991. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta: Rineka Cipta.
Soemarno. 2007. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya.
Sutejo. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.

Tejoyuwono, Notohadiprawiro, dkk. 2006. Pengelolaan Kesuburan Tanah


dan Peningkatan Efisiensi Pemupukan. Yogyakarta: Ilmu Tanah
Universitas Gadjah Mada.
Yamani, Ahmad. 2010. Kajian Tingkat Kesuburan Tanah Pada Hutan
Lindung Gunung Sebatung di Kabupaten Kotabaru Kalimantan
Selatan. Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29 Hal: 32-37.

Anda mungkin juga menyukai